bab ii kajian pustaka -...

15
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Mata Pelajaran IPA 1.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’ (Trianto, 2010:136). Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti tahu. Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010:136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati (Kardi dan Nur dalam Trianto 2010:136). Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Permendiknas (No. 22 tahun 2006)Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

Upload: ngodung

Post on 21-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

6

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori

1.1.1 Mata Pelajaran IPA

1.1.1.1 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’ (Trianto, 2010:136).

Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti

tahu. Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010:136) dalam

perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan

bertentangan dengan etimologi.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi,

di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun

yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan

hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman

adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati (Kardi dan

Nur dalam Trianto 2010:136).

Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode

ilmiah dan sikap ilmiah.

Permendiknas (No. 22 tahun 2006)Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

7

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud

dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan

isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.

1.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

1.1.1.3 Ruang Lingkup IPA

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran

IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

8

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

1.1.2 Pembelajaran Kooperatif

1.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2009:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-

sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan

siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang

mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik (Nur dalam

Isjoni (2009:27).

Menurut Agus Suprijono(2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif

dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran

menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil (Effandi

Zakaria dalam Isjoni, 2009:21).

Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut,

maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap individu

mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk

mencapai tujuan bersama.

1.1.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini ada beberapa langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut

Rusman (2012:211), dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

9

Tabel 1Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku GuruTahap 1Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber : Rusman 2012:211

1.1.2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:27),

yaitu sebagai berikut.

1. Setiap anggota memiliki peran

2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa

3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-

teman sekelompoknya

4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok

5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

10

1.1.2.4 Unsur-unsur Pembelalajaran Kooperatif

Roger dan David dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas

sedemikian rupa sehungga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan

tugasnya sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas

dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative

learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran

beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

4. Komunikasi Antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,

pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya

bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

11

1.1.2.5 Kendala-Kendala Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2011:68) mengidentifikasi tiga

kendala utama atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap)

terkait dengan pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Free Rider/Pengendara Bebas

Free rider disini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab

secara personal pada tugas kelompoknya. Mereka hanya “mengekor” saja apa

yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain. Free rider ini

sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk

menangani satu lembar kerja, satu proyek, atau satu laporan tertentu. Untuk tugas-

tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa anggota yang mengerjakan

hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain

justru “bebas berkendara” berkeliaran kemana-mana.

2. Diffusion of Responsibility/Penyebaran Tanggung Jawab

Diffusion of Responsibility adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota

yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota yang lain

yang “lebih mampu”. Misalnya, jika mereka ditugaskan untuk mengerjakan tugas

matematika, beberapa anggota dipersepsikan tidak mampu berhitung atau

menggunakan rumus-rumus dengan baik sering kali tidak di hiraukan oleh teman-

temannya yang lain. Bahkan mereka yang memiliki skillmatematika yang baik

pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya yang

kurang mahir dibidang matematika.

3. Learning a Part of Task Specialization

Terkait dengan hal ini biasanya setiap kelompok ditugaskan untuk

mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain.

Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian

materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi lain yang

dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dikuasai sama sekali, padahal semua

materi tersebut salin berkaitan satu sama lain.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

12

1.1.2.6 Cara Mengatasi Kendala-Kendala Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2011:69), ketiga kendala

pembelajaran kooperatif bisa diatasi jika guru mampu:

1. Mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswa-siswanya

2. Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap

siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja

kelompok

3. Mengintegrasikan metode yang satu dengan yang lain, dimana setiap

kelompok yang mempelajari bagian materi tertentu diharuskan untuk

mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting terkait dengan materi tersebut

kepada kelompok-kelompok yang lain, sehingga pengetahuan antarmateri

satu dengan materi yang lain tetap terjaga dalam pikiran masing-masing

siswa.

1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

1.1.3.1 Pengertian NHT (Numbered Heads Together)

Menurut Miftahul Huda (2011:92) Pada dasarnya NHT merupakan varian

dari diskusi kelompok. Teknis pelaksaaannya hampir sama dengan diskusi

kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-

kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai guru memanggil

nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan

nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga

semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua

siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.

Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural,

yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Slavin dalam Miftahul Huda

(2011:130) model NHT yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk

memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya

kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

13

siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk

mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya

kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar

dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan

belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa,

yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan

pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini adalah adalah

pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya

terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, dimana setiap siswa masing-masing

mempunyai nomor, kemudian nomor tersebut akan dipanggil oleh guru untuk

menjawab pertanyaan. Miftahul Huda (2011:138) mengemukakan tiga tujuan

yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang tepat.

2. Meningkatkan kerjasama siswa

3. Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa.Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi

tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide

atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

1.1.3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Menurut Ibrahim (2000:29) ada enam langkah dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

14

1.Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Pembentukan Kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam

kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk

merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis

kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok

digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-

masing kelompok.

3.Setiap Kelompok Harus Memiliki Buku Paket atau Buku Panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket

atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau

masalah yang diberikan oleh guru.

4.Diskusi Masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama

untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban

dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan

oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang

bersifat umum.

5.Memanggil Nomor Anggota Atau Pemberian Jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban

kepada siswa di kelas.

6.Memberi Kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

15

1.1.3.3 Kelebihan Model NHT (Numbered Heads Together)

Berikut ini ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Heads Together), yaitu:

1. Siswa berani mengemukakan pendapat

2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa

3. Menyenangkan siswa dalam belajar

4. Dapat mengembangkan sikap positif siswa

5. Mampu mengembangkan sikap kepemimpinan siswa

6. Mampu mengembangkan rasa ingin tahu siswa

7. Mampu meningkatkan rasa percaya diri siwa

1.1.3.4 Kelemahan Model NHT (Numbered Heads Together)

Berikut ini ada beberapa kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Heads Together), yaitu:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

3. Kelas menjadi ribut jika guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik

1.1.3.5 Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Head Together) Dalam Pembelajaran IPA

Adapun tujuan dari penggunaan model kooperatif tipe NHT (Number Head

Together) dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1. Menggairahkan siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar

2. Agar siswa bisa berinteraksi dengan baik dengan kelompok di kelas

3. Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat

4. Melatih siswa untuk berpikir

1.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

meneriman pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22).Setiap guru pasti memiliki

keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

16

Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui

proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur

dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Menurut Nasution (2011:176) hasil belajar adalah nyata dari apa yang dapat

dilakukannya dan yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi

perubahan kelakuan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam

perbuatan.

Berdasarkan definisi hasil belajarmenurut para ahlitersebut, maka yang

dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian dalah hasil akhir dari proses

kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa

aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu

tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang

menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik

yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

1.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together), telah dilakukan peneliti lain. Penelitian tersebut berbentuk

skripsi, yang dilakukan oleh Alustina Isyuniarsih (2012) yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif pada Mata Pelajaran IPA

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada

Siswa Kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora

Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

terjadi peningkatan hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif siswa untuk

mata pelajaran IPA kelas V semester II tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan

hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa yang tuntas 8 orang (33,33%) dan

yang tidak tuntas 16 orang atau (66,67%). Pada siklus I siswa yang tuntas 22

orang (91,67%) dan yang tidak tuntas 2 orang (8.33%). Sedangkan pada siklus II

semua siswa yang terdiri dari 24 orang tersebut sudah memenuhi KKM atau dapat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

17

dikatakan tuntas 100%. Sedangkan untuk untuk penigkatan hasil belajar afektif

pada kondisi awal kurang aktif (41,67%), pada siklus I menjadi cukup aktif

(45,83%) dan pada siklus II menjadi aktif (58%). Dengan demikian dapat di

simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads

Together dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa kelas V SDN 03

Ngumbul, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora Semester Genap Tahun

Pelajaran 2011/2012.

Laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012) yang

berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil yang diperoleh dai penelitian ini adalah terjadi peningkatan keaktifan untuk

mata pelajaran IPA kelas V semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Siswa yang

mencapai KKM 65 dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan

sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 66,25,

sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 52 dan siklus II

sebanyak sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan

siklus II siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 36 siswa atau 100% dan tidak

ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.

1.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA dikelas 4yang masih

bersifat konvensional, guru belum memberikan kegiatan yang bisa membuat siswa

berinteraksi dalam pembelajaran sehingga menyebabkan masih ada siswa yang

belum bisa mendapat hasil belajar yang memuaskan dan tidak fokus dalam

pembelajaran. Hal ini mengakibatkan 10 orang anak (36%) dari 28 siswa hasil

belajarnya masih dibawah KKM khususnya untuk mata pelajaran IPA.

Dalam mengatasi hal tersebut, peneliti melakukan perbaikan proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together).Salah satu kebutuhan yang menyebabkan seseorang

mempunyai motivasi mengaktualisasikan dirinya adalah kebutuhan untuk diterima

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

18

dalam suatu masyarakat atau kelompok. Demikian juga dengan siswa, mereka

akan berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya, misalnya melakukan kerja keras

yang hasilnya dapat memberikan sumbangan bagi kelompoknya.Sehingga, dengan

upaya tersebut maka siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, kemampuan

dalam menyelesaikan masalah dapat meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat

mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta keterampilan guru dan

aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat. Berdasarkan uraian tersebut

dapat digambarkan melalui gambar bagan berikut ini.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

19

Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru :Belum menggunakan model NHT

Siswa :Hasil belajar IPA belum mencapai KKM

menggunakan model NHT dalam pembelajaran IPA

Pembelajaran siklus 1 menggunakan model NHT

Hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan model NHT pada mata pelajaran IPA

Pembelajaran siklus 2 menggunakan model NHT

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8256/2/T1_292009302_BAB II.pdf · perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

20

1.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang diuraikan tersebut, maka hipotesis

tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas 4 SDN Randuacir 02 Salatiga semester 2 tahun pelajaran

2012/2013