bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
6
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
1.1 Kajian Teori
1.1.1 Mata Pelajaran IPA
1.1.1.1 Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan
atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’ (Trianto, 2010:136).
Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti
tahu. Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010:136) dalam
perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan
bertentangan dengan etimologi.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi,
di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun
yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan
hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman
adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati (Kardi dan
Nur dalam Trianto 2010:136).
Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah.
Permendiknas (No. 22 tahun 2006)Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
7
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud
dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan
isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.
1.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
1.1.1.3 Ruang Lingkup IPA
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran
IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
8
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
1.1.2 Pembelajaran Kooperatif
1.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik (Nur dalam
Isjoni (2009:27).
Menurut Agus Suprijono(2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif
dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran
menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil (Effandi
Zakaria dalam Isjoni, 2009:21).
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut,
maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap individu
mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk
mencapai tujuan bersama.
1.1.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini ada beberapa langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut
Rusman (2012:211), dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
9
Tabel 1Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku GuruTahap 1Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber : Rusman 2012:211
1.1.2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:27),
yaitu sebagai berikut.
1. Setiap anggota memiliki peran
2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-
teman sekelompoknya
4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
10
1.1.2.4 Unsur-unsur Pembelalajaran Kooperatif
Roger dan David dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif
Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehungga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas
dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative
learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik.
3. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
4. Komunikasi Antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya
bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
11
1.1.2.5 Kendala-Kendala Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2011:68) mengidentifikasi tiga
kendala utama atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap)
terkait dengan pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Free Rider/Pengendara Bebas
Free rider disini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab
secara personal pada tugas kelompoknya. Mereka hanya “mengekor” saja apa
yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain. Free rider ini
sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk
menangani satu lembar kerja, satu proyek, atau satu laporan tertentu. Untuk tugas-
tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa anggota yang mengerjakan
hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain
justru “bebas berkendara” berkeliaran kemana-mana.
2. Diffusion of Responsibility/Penyebaran Tanggung Jawab
Diffusion of Responsibility adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota
yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota yang lain
yang “lebih mampu”. Misalnya, jika mereka ditugaskan untuk mengerjakan tugas
matematika, beberapa anggota dipersepsikan tidak mampu berhitung atau
menggunakan rumus-rumus dengan baik sering kali tidak di hiraukan oleh teman-
temannya yang lain. Bahkan mereka yang memiliki skillmatematika yang baik
pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya yang
kurang mahir dibidang matematika.
3. Learning a Part of Task Specialization
Terkait dengan hal ini biasanya setiap kelompok ditugaskan untuk
mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain.
Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian
materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi lain yang
dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dikuasai sama sekali, padahal semua
materi tersebut salin berkaitan satu sama lain.
12
1.1.2.6 Cara Mengatasi Kendala-Kendala Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2011:69), ketiga kendala
pembelajaran kooperatif bisa diatasi jika guru mampu:
1. Mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswa-siswanya
2. Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap
siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja
kelompok
3. Mengintegrasikan metode yang satu dengan yang lain, dimana setiap
kelompok yang mempelajari bagian materi tertentu diharuskan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting terkait dengan materi tersebut
kepada kelompok-kelompok yang lain, sehingga pengetahuan antarmateri
satu dengan materi yang lain tetap terjaga dalam pikiran masing-masing
siswa.
1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
1.1.3.1 Pengertian NHT (Numbered Heads Together)
Menurut Miftahul Huda (2011:92) Pada dasarnya NHT merupakan varian
dari diskusi kelompok. Teknis pelaksaaannya hampir sama dengan diskusi
kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-
kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai guru memanggil
nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan
nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga
semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua
siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural,
yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Slavin dalam Miftahul Huda
(2011:130) model NHT yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk
memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para
13
siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa,
yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini adalah adalah
pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya
terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, dimana setiap siswa masing-masing
mempunyai nomor, kemudian nomor tersebut akan dipanggil oleh guru untuk
menjawab pertanyaan. Miftahul Huda (2011:138) mengemukakan tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat.
2. Meningkatkan kerjasama siswa
3. Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide
atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
1.1.3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Menurut Ibrahim (2000:29) ada enam langkah dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu:
14
1.Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
3.Setiap Kelompok Harus Memiliki Buku Paket atau Buku Panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
4.Diskusi Masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan
oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
5.Memanggil Nomor Anggota Atau Pemberian Jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
kepada siswa di kelas.
6.Memberi Kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
15
1.1.3.3 Kelebihan Model NHT (Numbered Heads Together)
Berikut ini ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together), yaitu:
1. Siswa berani mengemukakan pendapat
2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
3. Menyenangkan siswa dalam belajar
4. Dapat mengembangkan sikap positif siswa
5. Mampu mengembangkan sikap kepemimpinan siswa
6. Mampu mengembangkan rasa ingin tahu siswa
7. Mampu meningkatkan rasa percaya diri siwa
1.1.3.4 Kelemahan Model NHT (Numbered Heads Together)
Berikut ini ada beberapa kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together), yaitu:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3. Kelas menjadi ribut jika guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik
1.1.3.5 Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Head Together) Dalam Pembelajaran IPA
Adapun tujuan dari penggunaan model kooperatif tipe NHT (Number Head
Together) dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
1. Menggairahkan siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar
2. Agar siswa bisa berinteraksi dengan baik dengan kelompok di kelas
3. Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat
4. Melatih siswa untuk berpikir
1.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
meneriman pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22).Setiap guru pasti memiliki
keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya.
16
Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui
proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur
dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Menurut Nasution (2011:176) hasil belajar adalah nyata dari apa yang dapat
dilakukannya dan yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi
perubahan kelakuan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam
perbuatan.
Berdasarkan definisi hasil belajarmenurut para ahlitersebut, maka yang
dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian dalah hasil akhir dari proses
kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran
di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa
aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu
tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang
menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik
yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
1.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together), telah dilakukan peneliti lain. Penelitian tersebut berbentuk
skripsi, yang dilakukan oleh Alustina Isyuniarsih (2012) yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif pada Mata Pelajaran IPA
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada
Siswa Kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora
Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
terjadi peningkatan hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif siswa untuk
mata pelajaran IPA kelas V semester II tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan
hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa yang tuntas 8 orang (33,33%) dan
yang tidak tuntas 16 orang atau (66,67%). Pada siklus I siswa yang tuntas 22
orang (91,67%) dan yang tidak tuntas 2 orang (8.33%). Sedangkan pada siklus II
semua siswa yang terdiri dari 24 orang tersebut sudah memenuhi KKM atau dapat
17
dikatakan tuntas 100%. Sedangkan untuk untuk penigkatan hasil belajar afektif
pada kondisi awal kurang aktif (41,67%), pada siklus I menjadi cukup aktif
(45,83%) dan pada siklus II menjadi aktif (58%). Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa kelas V SDN 03
Ngumbul, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora Semester Genap Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012) yang
berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hasil yang diperoleh dai penelitian ini adalah terjadi peningkatan keaktifan untuk
mata pelajaran IPA kelas V semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Siswa yang
mencapai KKM 65 dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan
sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 66,25,
sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 52 dan siklus II
sebanyak sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan
siklus II siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 36 siswa atau 100% dan tidak
ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
1.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA dikelas 4yang masih
bersifat konvensional, guru belum memberikan kegiatan yang bisa membuat siswa
berinteraksi dalam pembelajaran sehingga menyebabkan masih ada siswa yang
belum bisa mendapat hasil belajar yang memuaskan dan tidak fokus dalam
pembelajaran. Hal ini mengakibatkan 10 orang anak (36%) dari 28 siswa hasil
belajarnya masih dibawah KKM khususnya untuk mata pelajaran IPA.
Dalam mengatasi hal tersebut, peneliti melakukan perbaikan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together).Salah satu kebutuhan yang menyebabkan seseorang
mempunyai motivasi mengaktualisasikan dirinya adalah kebutuhan untuk diterima
18
dalam suatu masyarakat atau kelompok. Demikian juga dengan siswa, mereka
akan berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya, misalnya melakukan kerja keras
yang hasilnya dapat memberikan sumbangan bagi kelompoknya.Sehingga, dengan
upaya tersebut maka siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, kemampuan
dalam menyelesaikan masalah dapat meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat
mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta keterampilan guru dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat. Berdasarkan uraian tersebut
dapat digambarkan melalui gambar bagan berikut ini.
19
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru :Belum menggunakan model NHT
Siswa :Hasil belajar IPA belum mencapai KKM
menggunakan model NHT dalam pembelajaran IPA
Pembelajaran siklus 1 menggunakan model NHT
Hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan model NHT pada mata pelajaran IPA
Pembelajaran siklus 2 menggunakan model NHT
20
1.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang diuraikan tersebut, maka hipotesis
tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas 4 SDN Randuacir 02 Salatiga semester 2 tahun pelajaran
2012/2013