bab ii kajian pustaka -...

27
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Dan dalam proses belajar ini akan membuat manusia atau seseorang akan tahu, paham dan mengerti. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam lingkungannya (Slameto, 2003:2). Menurut Thursan Hakim, W.S.Winkel (dalam Darsono 2001:3) berpendapat “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Sedangkan belajar menurut Darsono (2001:4) adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Peneliti sependapat dengan definisi belajar yang dikemukakan oleh ketiga pakar tersebut. Ketiga pakar tersebut memiliki jalan pemikiran yang sama dimana dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru maupun meningkatkan pengetahuan yang telah ada dari yang tidak tahu menjadi tahu yang akan diikuti dengan perubahan perilaku yang bersifat progresif melalui suatu pengalamannya sendiri pada saat berinteraksi dengan lingkungannya. Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam belajar (Anni, 2007: 4) meliputi: a) Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. b) Rangsangan (stimulus) yaitu peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar.

Upload: lybao

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan

proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan

sikap. Dan dalam proses belajar ini akan membuat manusia atau seseorang akan

tahu, paham dan mengerti.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam lingkungannya (Slameto, 2003:2). Menurut

Thursan Hakim, W.S.Winkel (dalam Darsono 2001:3) berpendapat “belajar

adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Sedangkan belajar menurut Darsono

(2001:4) adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Peneliti sependapat dengan definisi belajar yang dikemukakan oleh ketiga

pakar tersebut. Ketiga pakar tersebut memiliki jalan pemikiran yang sama dimana

dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan

oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru maupun meningkatkan

pengetahuan yang telah ada dari yang tidak tahu menjadi tahu yang akan diikuti

dengan perubahan perilaku yang bersifat progresif melalui suatu pengalamannya

sendiri pada saat berinteraksi dengan lingkungannya.

Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam belajar (Anni, 2007: 4) meliputi:

a) Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan

peserta pelatihan. b) Rangsangan (stimulus) yaitu peristiwa yang merangsang penginderaan

pembelajar.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

9

c) Memori, memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktifitas belajar

sebelumnya.

d) Respon, tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori

Kegiatan belajar tidak dapat terlepas dari pembelajaran. Berdasarkan UU

No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan menurut Corey (dalam Nyimas Aisyah, 2007:1-3) pembelajaran adalah

suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

respon terhadap situasi tertentu. Menurut Tasker (dalam Lapono, 2008:3-103), ada

dua hal yang harus ditekankan dalam pembelajaran. Pertama adalah peran aktif

peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah

pentingnya membuat kaitan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Dari ketiga definisi pembelajaran yang telah dipaparkan diatas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran artinya suatu proses yang dilakukan dengan

tujuan tertentu yang dipengaruhi oleh kondisi, lingkungan dan suasana belajar

yang dapat memungkinkan peserta didik terlibat aktif dan proaktif baik secara

fisik maupun mental sehingga terjadi interaksi timbal balik antara peserta didik

dan pendidik serta sumber belajar dalam rangka membangun sendiri pengetahuan

yang dimiliki oleh siswa agar lebih bermakna.

Dalam proses pembelajaran, ada komponen-komponen yang harus

dipenuhi untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurut Udin S.

Winataputra (2007:1-21) komponen-komponen pembelajaran saling berkaitan

satu sama lain. Komponen-komponen tersebut terdiri dari tujuan, materi, kegiatan,

dan evaluasi. Dengan demikian apabila salah satu dari komponen tersebut

dihilangkan atau tidak ada, tentunya akan terjadi kepincangan dalam

pembelajaran, karena semua komponen yang seharusnya ada tidak terpenuhi,

sehingga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran tidak dapat tercapai

secara optimal.

Menurut Oemar Hamalik (2009:32) ada 10 faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran, yaitu: 1) Faktor kegiatan, penggunaan, dan ulangan

(memanfaatkan indra penglihatan, pendengaran, merasakan, berfikir, kegiatan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

10

motoris) 2) Belajar memerlukan jalan, 3) Dilakukan dalam suasana

menyenangkan, 4) Perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal, 5) Faktor

asosiasi, 6) Pengalaman masa lampau atau apersepsi dan pengertian yang elah

dimenegrti siswa, 7) Faktor kesiapan belajar, 8) Faktor minat dan usaha, 9) Faktor fisiologis, dan 10) Faktor intelegensi.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran yang telah

dilakukan akan berhasil dengan baik dan efektif apabila faktor-faktor yang

berkaitan dengan pembelajaran dapat berperan sebagaimana mestinya secara

berkesinambungan dan saling melengkapi satu sama lain.

2.1.2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat

empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Hal ini menunjukkan

bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran

IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara

produk sains ditemukan.

Menurut Nash, 1993 (dalam Samatowa, 2010: 3) menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati dunia ini

bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu

fenomena dengan fenomena lain. Sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati.

Dari pengertian di atas didapat bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah

suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang meliputi observasi dan

eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,

hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.

Menurut Laksmi Prihantoro dkk, 1986 (dalam Trianto, 2010: 137) mengatakan

bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai

produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan

untuk memepelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

11

produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi

yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Karakteristik pembelajaran IPA meliputi:

a. Melibatkan seluruh alat indera untuk melakukan suatu proses berpikir, dan

melakukan gerakan otot.

b. Membutuhkan berbagai teknik (cara), seperti observasi, eksplorasi dan

eksperimen.

c. Mengunakan alat bantu untuk memperoleh data yang obyaktif, sesuai dengan

sifat IPA yang mengutamakan obyektivitas.

d. Kegiatan menemukan sesuatu yang baru (penemuan ilmiah), mengunjungi

objek, studi pustaka, dan penyusunan hipotesis untuk memperoleh pengakuan

kebenaran yang benar-benar objektif.

e. Proses belajar yang aktif, artinya belajar IPA merupakan suatu yang

dilaksanakan siswa, bukan sesuatu yang silakukan untuk siswa dengan kata

lain siswa itu sendiri yang melakukan dan menemukan sesuatu (ilmu/konsep).

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan

antara lain sebagai berikut:

a) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan YME.

b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta

yang ada di alam, hubungan antara sains dan teknologi.

c) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan

masalah dan melakukan observasi.

d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, terbuka, jujur,

benar, dan dapat bekerja sama.

e) Kebiasaaan mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam.

f) Apersiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. (Depdiknas,

2003 dalam Trianto, 2010: 141-143)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

12

2.1.3 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memahami

konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat

mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep

IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam

kehidupan seharihari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan

keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan IPA

di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan

verbalistik. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan

teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan

sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan warga Negara

yang peduli terhadap IPA.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD / MI meliputi aspek-aspek

sebagai berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda / materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, Listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Asy’ari, Muslichah (2006:22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang

perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya

mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal

hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya

merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,

menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa

ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam

pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi.

Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan

masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta,

konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru. Sehingga perlu diciptakan

kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan

ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi

terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan

terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi

tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik.

Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada

beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan

suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara

deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah

dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA

meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk,

keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta

pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa

yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD

telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia.

Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan

pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA,

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan

grave di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

14

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat

4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

2.1.4. Model Pembelajaran Talking Stick

2.1.4.1. Asal Mula Model Pembelajaran Talking Stick

Talking Stick adalah model yang pada mulanya digunakan oleh penduduk

asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan

pendapat dalam suatu forum. Sebagaimana dikemukakan Carol Locust (dalam

Deden: 2010) berikut ini:

The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of

just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern

would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and

begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this

manner, the stick would be passed from one individual to another until all who

wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku

Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara

sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

15

berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia

harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia

ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan

berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan

pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu

dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak

suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

2.1.4.2. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran Talking Stick adalah model pembelajaran yang

dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan.

Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar

mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan

tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru

menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru

selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat

itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini

dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab

pertanyaan yang diajukan guru.

Dalam bidang pendidikan, Talking Stick termasuk salah satu model

pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat. Siapa yang memegang

tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi

pokoknya. Model pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa

SD, selain untuk melatih berbicara pembelajaran ini akan menciptakan suasana

yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Suprijono (2009:10) mengungkapkan bahwa “Model Talking Stick

mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”. Model talking

stick ini sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran

PAIKEM yaitu pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang

dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

16

antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang

telah dimiliki dan dikuasai peserta didik.

Model pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran

interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses

pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai

pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan

media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan Talking Stick.

Apabila kita lihat dari pendapat di atas mengenai model pembelajaran

Talking Stick yakni diharapkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran

dengan menggunakan model Talking Stick ini dapat memperoleh banyak

pengetahuan dan keterampilan. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat,

kegiatan mengajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

2.1.4.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick

Teknis pelaksanaan model Talking Stick sebagai mana tercantum dalam

buku panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai

berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari

materi.

3) Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk

menutup buku.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru

memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian

untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

5) Guru memberikan kesimpulan.

6) Melakukan evaluasi.

7) Menutup pelajaran.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

17

Menurut Suherman (2006:84) sintaks pembelajaran Talking Stick adalah

sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan tongkat.

2) Guru menyajikan materi pokok.

3) Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi lengkap pada wacana.

4) Siswa diminta menutup bukunya.

5) Guru menjelaskan aturan permainan.

6) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa yang

nantinya akan diputar dengan diiringi musik dari siswa yang satu ke siswa

yang lain dan siswa yang memegang tongkat saat putaran berhenti

melaksanakan intruksi dari guru misalnya diminta menjawab pertanyaan dari

guru atau menyatakan pendapat, begitu seterusnya sampai sebagian besar

siswa sudah menjawab.

7) Guru membimbing siswa dalam pembelajaran.

8) Guru dan siswa menarik kesimpulan.

9) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran.

10) Guru memberi ulasan terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

11) Siswa diberi evaluasi.

Berdasarkan berbagai langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick

menurut berbagai sumber di atas, maka dapat dirangkum bahwa langkah-langkah

model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:

1) Penyajian Materi oleh Guru

a. Guru menyiapkan tongkat.

b. Guru menyajikan materi pokok.

2) Pendalaman Materi oleh Siswa

a. Siswa diberi kesempatan untuk menbaca materi lengkap pada wacana.

b. Siswa diminta menutup bukunya untuk memulai permainan Talking Stick.

3) Permainan dengan Tongkat

a. Guru menjelaskan aturan permainan Talking Stick.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

18

b. Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa yang

nantinya akan diputar dengan diiringi musik dari siswa yang satu ke siswa

yang lain.

c. Siswa yang memegang tongkat saat putaran berhenti melaksanakan

intruksi dari guru misalnya diminta menjawab pertanyaan dari guru, begitu

seterusnya sampai sebagian besar siswa sudah menjawab.

4) Menarik Kesimpulan

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah

dilakukan.

5) Evaluasi

a. Guru membagikan soal evaluasi.

b. Siswa mengerjakan soal evaluasi.

Suprijono (2010) pembelajaran dengan model Talking Stick mendorong peserta

didik untuk berani mengemukakan pendapat. Hal itu merupakan salah satu

kelebihan dari pembelajaran Talking Stick. Kelebihan yang lain antara lain:

1. Menguji kesiapan siswa. 2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.

3. Pembelajaran dirasakan menyenangkan oleh siswa karena menggunakan

sistem permainan. 4. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).

2.1.5. Media pembelajaran

2.1.5.1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medium“

yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau

pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Gerlach dan Ely (dalam

Hamdani, 2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar,

media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi agar siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dengan kata lain,

media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung

materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk

belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan

atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud

pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

19

metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara pengajar dengan pembelajar dalam proses

pembelajaran dikelas. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media

pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan

data dengan menarik dan terpecaya. Media pembelajaran yang dapat digunakan

guru untuk membantu membelajarkan siswa SD dalam belajar IPA, antara lain

benda-benda konkrit (nyata), lingkungan alam, kit IPA, chart, slide film, film

animasi, model, torso, globe, infokus dan reflector, komputer, mikroskop dan kaca

pembesar.

2.1.5.2. Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran adalah

sebagai berikut:

1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2) Memberikan struktur materi pelajaran dan mempermudah pembelajar untuk

belajar.

3) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.

4) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang

disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

2.1.5.3. Komputer sebagai media pembelajaran

Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran mungkin merupakan

suatu hal baru bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Apabila komputer digunakan

sebagai media pembelajaran yang baikdi sekolah, harus memenuhi beberapa

syarat. Sebab suatu media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk

meningkatkan motivasi belajar pembelajar. Penggunaan komputer sebagai media

pembelajaran harus mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada

pembelajar. Selain itu, harus mampu merangsang pembelajar untuk mengingat apa

yang sudah dipelajari dan dapat memberikan rangsangan belajar baru bagi

pembelajar. Dengan demikian, “media yang baik” akan memiliki kelampuan

untuk “mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan

mendorong pembelajar untuk melakukan prktik-praktik dengan benar”.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

20

2.1.5.4. Media Pembelajaran dengan Power Point

Media pembelajaran dengan Power Point adalah sarana komunikasi untuk

menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi

(komputer) dengan aplikasi microsoft Power Point. Media pembelajaran dengan

microsoft Power Point memiliki karakteristik (Sanaky, 2009) yaitu:

1) Berbentuk slide-slide.

2) Dapat digunakan secara berulang-ulang.

3) Berbentuk visual.

4) Menggunakan bantuan LCD Proyektor.

5) Menggunakan aplikasi Microsoft Power Point.

Selain itu Microsoft Power Point juga memiliki kelebihan, kelebihan media

pembelajaran dengan Microsoft Power Point yaitu:

1) Dapat memusatkan perhatian.

2) Dapat digunakan dalam kelompok besar (kelas).

3) Di bawah kontrol guru.

4) Dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai materi pembelajaran.

5) Tahan lama (awet).

6) Penyimpanannya mudah.

7) Tidak memerlukan ruang gelap, karena itu siswa dapat melihatnya sambil

mencatat interaktif.

8) Dapat menyajikan teks, gambar, animasi, audio, dan vidio sehingga lebih

menarik siswa dalam belajar.

2.1.6. Motivasi Belajar

2.1.6.1. Pengertian Motivasi Belajar

Aktivitas belajar kegiatan yang tidak terlepas dari faktor lain. Belajar tidak

akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih

utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Salah

satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah motivasi. Samsudin

(2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau

mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau

melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

21

sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk

memuaskan dan memperahankan kehidupan. Menurut Egsenck (dalam Slameto,

2003:170) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan,

intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang

termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau

kebutuhan yang hendak dicapai. Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114)

motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri seseorang

kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses

belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi

dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan

materi itu dengan lebih baik. Dari pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri

seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,

pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai

suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari

prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan

masalah.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik

bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat

diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi

siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa

terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar

dengan senang karena didorong motivasi. Bila siswa memiliki motivasi selama

proses belajar, segala kegiatan akan berjalan lancar, komunikasi berlangsung

tanpa hambatan dan kecemasan atau ketekutan akan menurun. Sebagai suatu hasil,

motivasi merupakan hasil diri suatu pembelajaran yang efektif. Pembelajaran

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

22

yang menarik, bermanfaat dan cocok bagi siswa akan meningkatkan

kompetensi/keterampilan, keterlibatan dan usaha siswa dalam melaksanakan tugas

belajar sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal atau sesuai

dengan harapan.

Ada dua jenis motivasi dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Berikut merupakan dua jenis

motivasi.

1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni

dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self

awareness) dari lubuk hati yang paling dalam.

2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor

di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya,

hadiah (reward), kompetisi sehat antar peserta didik, hukuman (funishment),

dan sebagainya.

2.1.6.2. Fungsi Motivasi

Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait denga hal

tersebut motivasi mempunyai fungsi:

1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau

motor dari setiap kegiatan belajar.

2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan belajar yang

hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa

yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran

dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian

tujuan tersebut.

2.1.6.3. Cara Membangkitkan Motivasi

Keberhasilan belajar pada dasarnya terletak pada tangan siswa sendiri, dan

faktor motivasi belajar memegang peranan penting didalam menciptakan

efektivitas kegiatan belajar-mengajar. Guru harus memotivasi siswa agar mereka

aktif belajar, terlibat, dan berperan serta dalam setiap pelaksanaan proses belajar

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

23

mengajar dikelas. Oleh karena itu, guru harus memikirkan sebaik-baiknya usaha-

usaha apa yang patut dilakukan untuk membangkitkan motivasi para siswa yang

dikelolanya agar mereka melaksanakan kegiatan belajar secara aktif. Beberapa

teknik atau pendekatan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam

belajar, antara lain sebagai berikut:

1) Berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan lebih lanjut.

2) Ciptakan suasana kelas yang menyenangkan.

3) Aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi.

4) Pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan meteri yang

disajikan.

5) Kembangkan pengertian para siswa secara wajar.

6) Berikan komentar terhadap pekerjaan siswa.

2.1.6.4 Mengukur Aspek - Aspek dalam Motivasi

Motivasi merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran peserta

didik. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat terlihat dari indikator

motivasi itu sendiri. Mengukur motivasi belajar dapat diamati dari sisi-sisi

berikut:

1) Durasi belajar, yaitu tinggi redahnya motivasi belajar dapat diukur dari

seberapa lama penggunaan waktu peserta didik untuk melakukan kegiatan

belajar.

2) Sikap terhadap belajar, yaitu motivasi belajar siswa dapat diukur dengan

kecenderungan perilakunya terhadap belajar apakah sengang, ragu, atau tidak

senang.

3) Frekuensi belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi belajar dapat diukur dari

seberapa sering kegiatan belajar itu dilakukan peserta didik dalam periode

tertentu.

4) Konsistensi terhadap belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi belajar peserta

didik dapat diukur dari ketetapan dan kelekatan peserta didik terhadap

pencapaian tujuan pembelajaran.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

24

5) Kegigihan dalam belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi belajar peserta

didik dapat diukur dari keuletan dan kemampuannya dalam mensiasati dan

memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

6) Loyalitas terhadap belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi belajar peserta

didik dapat diukur dengan kesetiaan dan berani mempertaruhkan biaya,

tenaga, dan pikiranya secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.

7) Visi dalam belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi belajar peserta didik dapat

diukur dengan target belajar yang kreatif, inovatif, efektif, dan

menyenangkan.

8) Achievement dalam belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi belajar peserta

didik dapat diukur dengan prestasi belajarnya.

Cara mengukur motivasi yaitu dengan teknik penilaian non tes. Disini

peneliti mengukur motivasi dengan cara memberikan angket kepada siswa

kemudian siswa mengisi angket tersebut. Angket yang digunakan pada penelitian

ini merupakan angket tertutup, artinya angket yang pengisianya hanya

memberikan centang atau menyilang pada kolom yang telah tersedi dari beberapa

item yang telah ditentukan oleh peneliti. Angket motivasi belajar dibuat dengan

memperhatikan beberapa indikator agar proses pembelajaran yang dilakukan

menarik, bermakna, dan memberikan tantangan pada siswa. Seperti pendapat

Keller (dalam Sugihartono dkk, 2007:78-80) bahwa:

Menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam

proses belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS. Dalam model ARCS

ada 4 kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang dilakukan menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada

siswa. Kondisi tersebut adalah:

a. Attention (perhatian)

Perhatian siswa didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa selalu memberikan perhatian

terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Agar siswa berminat dan

memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru dapat menyampaikan materi dan metode secara bervariasi, senantiasa mendorong

keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan banyak menggunakan

contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.

b. Relevance (relevan) Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan

kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa terpelihara apabila siswa

menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

25

c. Confidence (kepercayaan diri)

Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat

berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977)

mengembangkan konsep tersebut dengan mengajukan self efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki

kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas yang menjadi syarat

keberhasilan. Self efficacy tinggi akan semakin mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar tekun dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Agar kepercayaan diri siswa meningkat guru perlu memperbanyak

pengalaman berhasil siswa misalnya menyusun kegiatan pembelajaran ke

dalam bagian-bagian yang lebih kecil, meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan persyaratan untuk berhasil dan memberikan umpan balik

yang konstruktif selama proses pembelajaran.

d. Satisfaction (kepuasan) Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan

siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa.

Kepuasan dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk

meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru dapat memberikan

penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dsb.

2.1.7. Hasil Belajar

2.1.7.1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar.

Keberhasilan suatu proses belajar dan mengajar diukur dari seberapa jauh hasil

belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar didefinisikan sebagai hasil yang

diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku

tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.

Anni (2004:4) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku

yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Nasution

(2006:36) juga berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi

tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah

hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Definisi hasil belajar menurut

Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan

sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

26

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian hasil belajar di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh

siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes

yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu

pokok bahasan. Hasil belajar menjadi penting karena hasil belajar merupakan

tolak ukur dari suatu kegiatan pembelajaran. Dengan mengetahui hasil belajar

yang dimiliki siswa guru dapat menentukan tindakan apa yang harus guru tempuh

setelah materi yang diberikan selesai apakah melanjutkan materi atau pengayaan

bahkan remidi.

2.1.7.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor dari dalam diri, terdiri dari:

a. Kesehatan

Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman

dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau

belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena

konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.

b. Intelegensi

Slameto (2003:56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri

dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya

dengan cepat.

c. Minat dan motivasi

Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan

mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan

dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam

diri anak ataupun dari luar lingkungan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

27

d. Cara belajar

Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan

buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.

Faktor dari lingkungan, terdiri dari:

a. Keluarga

Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan

orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara,

bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi

belajar anak.

b. Sekolah

Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah,

rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.

c. Masyarakat

Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral

yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak

untuk lebih giat belajar.

d. Lingkungan sekitar

Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat

mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelas bahwa tinggi atau rendahnya hasil

belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran di sekolah saja.

Ada faktor dari dalam diri siswa ataupun dari lingkungan siswa. Maka dari itu

untuk dapat meningkatkan prestasi siswa, diharapkan ada keinginan dari dalam

diri siswa dan juga dukungan ataupun motivasi dari keluarga dan lingkungan.

2.1.7.3. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi

yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Trianto, 2010:252).

Cara mengukur hasil belajar pada peneliti ini adalah dengan teknik

penilaian tes. Tes yang peneliti gunakan adalah tes objektif dalam bentuk tes

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

28

pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri

atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk

menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban

yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang disediakan.

Dari penggunaannya yang dipandang sudah valid, penilaian mempunyai

pengaruh langsung pada pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran adalah

upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh

siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Hasil penialian yang

diperoleh menjadi penting dan dapat dipercaya. Instrumen-instrumen penilaian itu

sendiri dapat dibentuk dan mempengaruhi kurikulum. Dengan demikian, penilaian

menjadi suatu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu pesan dari guru

kepada siswa mengenai apa yang penting untuk diketahui.

Penilaian mempunyai beberapa fungsi, berikut adalah beberapa fungsi dari

penilaian.

1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi

ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan

pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin

dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar

siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang

tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan

belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk

nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Tujuan dari penilaian adalah untuk mengukur seberapa jauh tingkat

keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dikembangkan dan

ditanamkan di sekolah serta dapat dihayati, diamalkan/diterapkan, dan

dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu penilaian

juga bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran yang digunakan sebagai feedback/umpan balik

bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

29

dimaksudkan untuk mempertahankan, memperbaiki dan menyempurnakan proses

pembelajaran yang dilaksanakan (Sudjana, 2002:2). Penilaian ini harus dilakukan

secara jujur, dan transparan agar dapat mengungkap informasi yang sebenarnya

(Mulyasa, 2002:183).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian

berdasarkan Kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002 adalah :

1) Valid, artinya penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang

hasil belajar siswa.

2) Mendidik, artinya penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap

pencapaian hasil belajar siswa.

3) Berorientasi pada kompetensi, artinya penilaian harus menilaia pencapaian

kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum.

4) Adil, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak

membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan gender.

5) Terbuka, artinya kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus

jelas dan terbuka bagi semua pihak (siswa, guru, sekolah, orang tua, dan

pihak lain yang terkait)

6) Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap,

dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan

belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.

7) Menyeluruh, artinya penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan

prosedur termasuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa.

8) Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti,

berguna, dan bisa ditindak lanjuti oleh semua pihak (Fajar, 2002:184).

2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain

menyebutkan bahwa melalui model pembelajaran Talking Stick dapat

meningkatan hasil belajar. Berikut adalah hasil penelitian oleh beberapa peneliti

lain yang sudah berhasil.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

30

Penelitian yang dilakukan oleh Winda Sustyanita Mutarto dengan judul:

Penerapan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan pembelajaran

IPA kelas IV SDN 2 Pringapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan model talking stick dapat

meningkatkan pembelajaran IPA kelas IV, kompetensi dasar "mendeskripsikan

perubahan kenampakan bumi" SDN 2 Pringapus Kecamatan Dongko Kabupaten

Trenggalek. Penerapan model pada siklus I dan II memperoleh nilai 89,59 dan 95.

Aktivitas belajar siswa meningkat ketika diterapkan model talking stick, pada

sikus I dan II diperoleh nilai rata-rata 73,72 dan 87,05. Siswa yang mendapat

kriteria tuntas belajar meningkat dari siklus I ke siklus II setelah diterapkan model

talking stick, yaitu 57,69% menjadi 88,81%. Sedangkan rata-rata ketuntasan

klasikal kelas siklus I dan II sebesar 73,08%. Skor tersebut telah mencapai skor

ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 70%.

Tatik, Darlia. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN Blitar Kecamatan

Sukorejo Kota Blitar. Skripsi, jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra

Sekolah. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Universitas

Negeri Malang. Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan tentang pelaksanaan

pembelajaran IPS kelas V di SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar dengan

model pembelajaran Talking Stick. (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS kelas V dengan penggunaan model pembelajaran

talking stick di SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Tujuan penelitian

pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas V SDN Blitar Kecamatan

Sukorejo Kota Blitar adalah mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran

IPS kelas V di SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar dengan model

pembelajaran Talking Stick di SDN dan mendeskripsikan peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V dengan penggunaan model talking

stick di SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Dalam setiap siklus

ketuntasan hasil belajar pada proses belajar siswa mengalami peningkatan yaitu

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

31

pra siklus (27,7%), siklus I (50%) dan siklus II (100%). Dalam setiap siklus

ketuntasan belajar pada tes akhir siswa mengalami peningkatan yaitu pra siklus

(30,6%), siklus I (63,9%), dan siklus II (100%). Kelebihan dari penelitian ini

adalah peningkatan hasil belajar pada proses belajar dan hasil belajar pada tes

akhir menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Kekurangan dari penelitian ini

adlah pada tujuan penelitian kurang sesuai jika menggunakan kata

mendeskripsikan. Tindak lanjut sebaiknya tujuan dalam penelitian ini

dioperasionalkan.

Senada dengan penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh Dwi

Enggar Septiyani berjudul “Penerapan Model Talking Stick untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas V SDN Tanjungrejo 2

Malang” dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model

Talking Stick pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas V SDN Tanjungrejo 2 Malang. Hal tersebut dilihat dari perolehan rata-rata

hasil belajar siswa yang terus meningkat, mulai dari nilai rata-rata sebelumnya

(62) mengalami peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata kelas sebesar (66)

dan persentase ketuntasan belajar kelasnya yaitu (50%) meningkat pada siklus II

dengan nilai rata-rata kelasnya sebesar (80) dan persentase ketuntasan belajar

kelasnya sebesar (93%).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, peneliti menerapkan model

pembalajaran Talking Stick dengan tujuan untuk menekankan pemahaman siswa

tentang materi IPA sehingga meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA melalui

penelitian tindakan kelas. Hasil refleksi dan saran-saran penelitian-penelitian

terdahulu dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Hal-

hal yang menyebabkan kurang berhasilnya penelitian dapat dijadikan pengetahuan

untuk penelitian selanjutnya, dan hal-hal yang yang menyebabkan penelitian

terdahulu berhasil dapat dijadikan pedoman agar penelitian yang dilakukan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas 2 SD Negeri

Salatiga 02.

Alasan penelti melakukan penelitian ini karena pada penelitian terdahulu

hanya menggunakan model Talking Stick saja, maka penelitian yang dilakukan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

32

oleh peneliti menambahkan penggunaan media Power Point untuk membantu

meningkatkan pemahaman sehingga meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA.

Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan model pembelajaran Talking Stick dan pemanfaatan media Power

Point akan lebih bagus.

2.3. Kerangka Berpikir

Motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran, sebab

pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi

harus siswa sendiri yang mengolahnya. Praktik pembelajaran yang keliru

menkondisikan siswa hanya menerima tanpa kreativitas untuk menemukannya

sendiri pengetahuannya atau apa yang dibutuhka untuk dipelajari. Siswa

seharusnya punya motivasi yang tinggi untuk belajar, dan aktif secara fisik

maupun mental. Begitu juga dengan hasil belajar, tinggi atau rendahnya hasil

belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh adanya keinginan dari dalam diri siswa

ataupun motivasi dari keluarga dan lingkungan disekitarnya, tetapi juga

dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran di sekolah. Motivasi dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan melalui penggunaan berbagai

macam variasi model pembelajaran dan media pembelajaran. Oleh karena itu

peneliti menggunakan model pembelajaran Talking Stick dan pemanfaatan media

Power Point untuk menumbuhkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran.

Untuk memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada siswa,

maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan model

pembelajaran Talking Stick. Model ini dalam pelaksanaannya penuh dengan

nuansa permainan tetapi tidak meninggalkan esensi proses pembelajaran. Melalui

penggunaan model pembelajaran Talking Stick, murid diharapkan dapat lebih

termotivasi dan aktif dalam pembelajaran IPA sehingga penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran dapat lebih maksimal. Hal ini tentunya diharakan dapat

berimplikasi terhadap peningkatan hasil belajar murid, karena dalam model

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

33

pembelajaran tersebut, murid dapat belajar sambil bermain melalui permainan

tongkat yang diberikan kepada murid.

Keberadaan siswa sebagai objek pencapaian tujuan pelaksanaan

pembelajaran sudah selayaknya diberikan keleluasaan dalam belajar sesuai

dengan keinginan mereka, sepanjang keleluasaan tersebut tidak disalah artikan

oleh siswa. Tugas gurulah untuk membimbing siswa jika dalam pelaksanaan

proses pembelajaran masih terdapat siswa yang menunjukkan sikap yang tidak

diinginkan. Maka melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat dan efektif

diharapkan terjadi perubahan sikap dan hasil belajar siswa, dalam hal ini

peningkatan hasil belajar yang disebabkan penggunaan model Talking Stick dan

pemanfaatan media Power Point dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA

khususnya pada siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02.

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir

Model pembelajaran

Talking Stick

Motivasi Belajar

Meningkat

Pembelajaran

PAIKEM

Belajar sambil

bermain

Pembelajaran Interaktif

Media

Power Point

Berbasis

Komputer

Berbentuk

Slide

Media

Visual

Hasil Belajar

Meningkat

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3796/3/T1_292009074_BAB II… · dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan ... bahwa “IPA

34

2.4 Hipotesis Tindakan

Bedasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis

yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

1) Motivasi belajar siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 pada mata pelajaran

IPA dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Talking Stick dan

pemanfaatan media Power Point.

2) Hasil belajar siswa kelas 2 SD Negeri Salatiga 02 pada mata pelajaran IPA

dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Talking Stick dan

pemanfaatan media Power Point.