bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan Visioner
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Visioner
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia edisi
ketiga mendefinisikan Visi adalah Kemampuan untuk
melihat pada inti persoalan dan Visioner adalah orang
yang memiliki khayalan atau wawasan kedepan
(2007:126). Seorang pemimpin mampu melihat persoa-
lan inti yang ada dan mempunyai wawasan ke depan.
Setelah menemui persoalan inti dalam organisasi,
selanjutnya merumuskan visi dan misi organisasi. Visi
dan misi adalah apa yang hendak dicapai dan bagai-
mana mencapainya. Sedangkan kepemimpinan visioner
adalah pemimpin yang mempunyai khayalan/mimpi
masa mendatang bagi organisasinya dalam bekerja
mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi.
Selanjutnya Becah (1993) dikutip oleh Segala
(2009:141) mengatakan visi adalah rumusan umum
mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan untuk mewujudkan satu sasaran yang
mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Scott
(210:10) menjelaskan manajer yang terlibat di dalam
pembuatan visi, harus mampu menangkap fokus
utama organisasi dan membawanya ke masa depan
dengan cara yang meyakinkan bagi orang lain. Sinamo
(2012:217,218) menjelaskan:
12
Semua pemimpin yang efektif memiliki kemampuan menggagas dan menciptakan visi, dan kemudian
menerjemahkan visi tersebut menjadi kenyataan, Visi adalah
potret masa depan organisasi yang realistik, meyakinkan dan
atraktif, Visi adalah Artikulasi arah yang disetujui, yaitu
sebuah masa depan yang secara hakiki lebih baik, lebih hebat, dan lebih memikat daripada yang sekarang. Visi
adalah rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal
sebagai berikut : Apa yang harus kita capai (what must we
attain), Apa yang harus kita punyai (wahat must we have),
Apa yang harus kita lakukan (what must we do).
Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah mampu
merumuskan Visi dan Misi sekolah. Visi adalah tujuan
yang hendak dicapai dalam waktu tertentu. Visi dalam
tulisan kalimat singkat, jelas dan padat tapi
menyeluruh. Visi dijabarkan ke dalam Misi. Misi adalah
sejumlah program atau kegiatan/tugas yang akan
dilakukan bersama sesuai fungsi kerja masing-masing
untuk mencapai visi.
2.1.2 Karakteristik Kepemimpinan Kepala sekolah
Visioner Menurut Steinhoft (1993) yang dikutip oleh
Mulyasa (2011:102) menjelaskan beberapa karateristik
kepribadian Kepemimpinan Visioner/wirausaha.
(1) Memiliki Kepercayaan diri yang tinggi, kerja keras,
mandiri, dan memahami bahwa resiko yang diambil adalah
bagian dari keberhasilan; (2) Memiliki kreaktivitas diri yang tinggi dan kamampuan mencari jalan untuk merealisasikan
berbagai kegiatannya melalui kewirausahaan; (3) Memiliki
pikiran positif, dalam menghadapi suatu masalah atau
kejadian, dan melihat aspek positifnya; (4) Memiliki orientasi
pada hasil, sehingga hambatan tidak membuat mereka menyerah, tetapi justru tertantang untuk mengatasi,
sehingga mencapai hasil yang diharapkan; (5) Memiliki kebe-
ranian untuk mengambil resiko, baik resiko terhadap
kecelakaan, kegagalan maupun kerugian; (6) Memiliki jiwa
pemimpin, yang selalu ingin mendayagunakan orang dan
membimbingnya, serta selalu tampil kedepan untuk mencari pemecahan atas berbagai persoalan, tidak membebankan
atau menyalahkan orang lain; (7) Memiliki pikiran orisinal,
yang selalu punya gagasan baru baik untuk mendapatkan
13
peluang maupun mengatasi masalah secara kreaktif dan inovasi; (8) Memiliki orientasi ke depan, dengan tetap
menggunakan pengalaman masa lalu sebagai referensi,
untuk mencari peluang dalam memajukan pekerjaan; (10)
Menyukai tantangan dan menemukan diri dengan
merealisasikan ide-idenya.
Ciri Kepemimpinan Visioner sangat diperlukan dalam
kepemimpinan berorganisasi. Kepribadian yang telah
disempurnakan. Ia memiliki berbagai pendewasaan dan
kemampuan serta tinggi semangat dalam bekerja
mencapai Visi dan Misi. Selanjutnya Qibti (2013)
menjelaskan karakteristik kepemimpinan visioner:
(1) Berwawasan ke masa depan; (2) Bertindak sebagai
motivator, kesanggupan memberikan arahan kongkrit yang
sistematis; (3) Berani bertindak dalam meraih tujuan, Penuh
percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko; (4) Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan
kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi teladan yang
selalu konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya,
selalu menghargai kerja keras dan prestasi bawahan; (5)
Mampu merumuskan visi yang jelas, Inspirasional dan menggugah, mengelolah mimpi menjadi kenyataan, mengajak
orang lain untuk berubah; (6) Mampu mengubah visi ke
dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi ke-pada
orang lain, secara pribadi sangat komitmen ter-hadap visi;
(7) Berpegang erat kepada nilai-nilai spritual yang diyakini,
memiliki integritas kepribadian yang kuat; (8) Membangun hubungan secara efektif, memberi penghargaan dan respek
(sangat peduli kepada orang lain/bawahan, memandang
orang lain sebagai aset berharga yang harus diperhatikan);
(9) Inovativ dan proaktiv dalam menemukan dunia baru
(Membantu mengubah dari cara berfikir yang konfensional ke paradigma baru yang dinamis.
Diperkuat oleh Pei (1974:109) dikutip Segala
(2009:141) mengemukakan visi adalah tindakan,
kekuatan, kecakapan atau kemampuan melihat dan
memahami untuk berimajinasi dalam mempersiapkan
masa datang.
Visi yang baik adalah singkat, jelas/sederhana,
tapi terfokus. Visi mengingatkan dan motivasi guru
14
serta tenaga administrasi untuk mengimplementasi
masing-masing program kerja. Visi mempunyai penga-
ruh yang amat besar. Danim (2006:73,74) menjelaskan:
(1) Visi yang mampu merangsang kreaktivitas dan bermakna
secara fisik dan psikologis bagi kepala sekolah guru, staf tata
usaha, dan anggota komite sekolah; (2) Visi yang dapat
menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif bagi
kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan anggota komite sekolah untuk tumbuh secara profesional; (3) Visi yang
mampu mereduksi sikap egoistik-individual atau egoistik unit
ke formal berpikir kolegialitas, komprehensif, dan bekerja
dengan cara–cara yang dapat diterima oleh orang lain; (4) Visi
yang mampu merangsang kesamaan sikap dan sifat dalam
aneka perbedaan pada diri Kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan anggota komite sekolah, sekaligus menghargai
perbedaan dan menjadikan perbedaan itu sebagai potensi
untuk maju secara sinergis; (5) Visi yang mampu merangsang
seluruh anggota, dari hanya bekerja secara proforma ke
kinerja rill yang bermasalah, efektif, efisien, dan dengan akuntablitas tertentu.
Kepala sekolah merumuskan, merivisi dan
menetapkan visi sekolah secara bersama. Visi yang
singkat jelas tapi bermakna luas. Visi yang bagus dan
menyeluruh maknanya agar mudah diingat dan mam-
pu menggugah, menginspirasi, memotivasi, merang-
sang dan menyatukan berbagai pihak kepentingan
sekolah/Organisasi demi semangat bekerja. Sekolah
yang visinya dangkal dan tidak jelas, ataupun belum
punya Visi dan Misi sekolah tertanda kemunduran
sekolah. Tidak akan ada kemajuan sekolah dan tidak
disenangi oleh masyarakat, pemerintah dan sesama
guru.
2.1.3 Kepemimpinan
Dalam dunia pendidikan konsep tentang mana-
jemen dan kepemimpinan berkaitan erat dan tidak
15
dapat dipisahkan dalam wadah organisasi sekolah.
Arifin, Barnawi & Mohammad (2012:66) mengatakan
Manajemen adalah bagaimana untuk mengarahkan,
mengatur organisasi secara sistematis. Sedangkan Kepemim-pinan adalah bagaimana bertingkah laku pemimpin
mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu untuk menca-
pai tujuan.
Sementara Fahmi (2012:15-16) mengutip ada
beberapa pengertian kepemimpinan menurut ahli:
(1) Stephen P. Robbins mengatakan, Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya tujuan; (2) Richard L. Daft mengatakan, Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempenga-
ruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan; (3)
G.R.Terry mengatakan, Kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang untuk berusaha rela saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan; (4) Ricky W. Griffin
mengatakan, pemimpin adalah individu yang mempu
mempengaruhi perilkau orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; Pemimpin adalah individu yang
diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.
Lebih lanjut lagi, Pengertian Kepemimpinan
menurut beberapa ahli dikutip oleh Sutikno (2012:111-
112) menjelaskan bahwa:
(1) Dirawat Dkk, (1983).Kemampuan dan kesiapan yang
dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mondorong, mengajak, menuntun, menggerakan, dan kalau perlu
memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
pencapaian suatu maksud atau tujuan tertuntu; (2) Ary H.
Gunawan, (1996). Kepemimpinan adalah gaya atau proses
mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang untuk mengarahkan usaha bersama, guna mencapai suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan; (3) Terry dalam
sutarto, (1986). Kepemimpinan adalah hubungan yang ada
dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang
lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (4) Mardjin Syam,
(1966). Kepemimpinan sebagai keseluruhan tindakan guna
mempengaruhi serta mengingatkan orang, dalam usaha
bersama untuk mencapai tujuan atau mudah memfasilitasi
orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (5) Donnel, (1982).
Mengartikan suatu seni dan proses mempengaruhi sekelom-
16
pok orang sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok; (6) Davis, (1977).
Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengajak orang
lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat; (7) Nanang Fattah, (2004). Kepemimpinan
adalah suatu kegiatan atau tindakan seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekua-
saan.
Kepemimpinan adalah bagaimana cara Pemimpin
mempengaruhi perilaku orang/kelompok dengan berba-
gai kemampuan dan cara yang berbeda. Sebaiknya
mempengaruhi bawahan dengan tidak menerapkan ke-
kerasan demi mencapai tujuan (Thoha, 1995:5).
Sementara Yuki (2001:3) mengartikan bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi
orang-orang supaya diarahkan untuk mencapai tujuan
organisasi:
Pengertian Kepemimpinan berkaitan dengan proses yang
disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya
yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat
struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam
kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan adalah proses dan menekankan
orang lain dengan sengaja melalui bimbingan dan
memfasilitasi aktivitas organisasi. Wahjosumidjo
(2011:17) mengartikan kepemimpinan melibatkan pro-
ses mempengaruhi, di mana pengaruh yang sengaja
digunakan oleh pemimpin terhadap para bawahan.
Sementara menurut Sutisna (1993) sebagaimana
dikutip oleh Mulyasa (2005:107) mengartikan kepemim-
pinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang
atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan
dalam situasi tertentu. Sependapat dengan pernyataan
diatas, Soepardi (1988) mengatakan sebagaimana
dikutip oleh Mulyasa (2005:107):
17
Kemampuan untuk menggerakan, mempengaruhi, me-motivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, mem-
bimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan
menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud
agar memenuhi sebagai media manajemen mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Pemimpin mampu menggerakan, mempengaruhi
dan menasehati serta mengajak oranglain mengikuti
dan melaksanakan sesuai perintah atasan. Sedangkan
Umiarso dan Baharuddin (2012:47)mendefinisikan:
Bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah
awal, berbuat paling dulu, memolopori, mengarahakan pikiran pendapat orang lain, membimbing, menuntun, dan
menggerakan orang lain melalui pengaruhnya.
Pemimpin menjadi panutan dalam sikap, tindakan
dan kata-kata untuk mempengaruhi bawahan. Terkait
kepemimpinan selajutnya Hikmat (2009:247) mende-
finisikan kepemimpinan adalah menguasai organisasi
dan mengendalikan struktur organisasi, Wewenang
memberikan perintah, tugas dan segala hal yang harus
dilaksanakan oleh bawahannya, dan ia yang
bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan
organiasasi.
Berdasarkan penjelasan diatas maka seorang
pemimpin memiliki kemampuan menguasai organisasi
dan mengendalikan struktur organisasi dan memberi
peritah bawahan, membujuk, mengajak, mengarahkan,
mempengaruhi, dan memotivasi orang lain untuk
semangat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung
jawab demi mencapai tujuan pemimpin/tujuan
organisasi.
18
2.1.4 Ciri-ciri Pemimpin
Pendapat menurut George R. Terry dikutip Fahmi
(2012:19-20) menjelaskan beberapa ciri yang dimiliki
seorang pemimpin, yakni:
(1) Energi: Mempunyai kekuatan mental dan fisik; (2)
Stabilitas emosi: Seorang pemimpin tidak boleh ber-
prasangka jelek terhadap bawahannya, ia tidak boleh cepat
marah dan percaya pada diri sendiri harus cukup besar; (3) Human relationship: Mempunyai pengetahuan tentang
hubungan manusia; (4) Personal motivation: keinginan untuk
menjadi pemimpin harus besar, dan dapat motivasi diri sendri; (5) Communication Skill: Mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi; (6) Theacing skill: Mempunyai kecaka-
pan untuk mengajarkan, menjelaskan dan mengembangkan bawahannya; (7) Sosial skill : Mempunyai keahlian di bidang
sosial, supaya terjamin kepercayaan dan kesetiaan
bawahannya. Ia harus suka menolong, senang jika bawahan-nya maju, peramah serta lues dalam pergaulan; (8) Technical:
Mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil
keputusan dan mampu mempunyai konsep.
Masing-masing pemimpin mengetahui indikator
kekurangan dan kelebihan dalam kepemimpinan.
Selanjutnya membenahi ciri kepemimpinan dengan ber-
bagai pendekatan untuk menjadi pemimpin yang ideal.
Menurut Siagian (2009:83) menjelaskan beberapa ciri
kepemimpinan yang efektif dan yang tidak efektif, yaitu:
(1) Pengetahuan yang luas. Ia menjadi sasaran berbagai pertanyaan dari para bawahan, rekan setingkat, bahkan
mungkin dari atasan dan dia harus bisa menjawab secara
dengan meyakinkan tidak hanya menyangkut tugas
pekerjaan mereka, bahwa juga tidak hanya menyangkut
organisasi, akan tetap menyangkut berbagai bidang
kehidupan dan penghidupan; (2) Kemampuan bertumbuh. Perkembangan Intelektual dan emosional; (3) Berpikir
Inkuisitif. Tidak ada satu cara terbaik yang dapat digunakan
untuk menyelenggarakan fungsi, melaksanakan tugas
pekerjaan, dan melaksanakan kegiatan karena ada selalu
cara yang lebih baik; (4) Berpikir Analitik. Tercermin pada kemampuan menyederhanakan rumusan permasalahan yang
rumit sehingga pemecahannya dapat ditemukan dan
sebaliknya; (5) Daya ingat yang kuat. Semua informasi yang
19
pernah dilihat atau diterima oleh seseorang terekam dalam ingatannya. (6) Kemampuan Integratif. Semua fungsi dan
satuan kerja samapenting dan bekerja tanpa egosentrisme;
(7) Kemampuan berkomunikasi. Berkomunikasi melalui
tulisan, pembicaraan, membaca dan mendengar baik untuk
kepentingan internal maupun eksternal. (8) Rasionalitas. Seorang pemimpin tidak boleh emosional. Rasiolah yang
harus berbiacara. (9) Pragmatisme. Gantungkanlah cita-cita
anda setinggi langit, akan tetapi kaki harus tetap berpijak di
bumi. Tujuan yang tidak mungkin tercapai perlu dikaji ulang
agar merupakan tujuan yang dapt tercapai berdasarkan
kondisi nyata yang terdapat dalam organisasi. Lakukanlah apa yang mungkin dilakukan; (10) Kemampuan menentukan
skala prioritas secara tajam. Sarana, prasarana, daya, dan
dana dimiliki oleh organisasi selalu terbatas sedangkan visi
dan misi tujuan dan sasaran tidak terbatas. Karena itu
diperlukan kesepakatan untuk mendahulukan hal-hal yang
memang perlu didahulukan; (11) Naluri tepat waktu. Mengetahui kapan bertindak dan kapan tidak betindak; (12)
Naluri Kohensip Organisasional. Organisasi yang berhasil
adalah organisasi yang bersatu padu. Pepatah kuno yang
mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, berlaku
dalam kehidupan organisasi modern; (13) Naruli Relevansi. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi harus
mempunyai relevansi dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya; (14) Peran sebagai panutan (Role Model).
Teladan dalam loyalitas disiplin, norma-norma moral dan
etika serta dalam hal kejujuran; (15) Menjadi pendengar yang
baik. Terjadinya dialog. Menerima dan mengemukakan pendapat; (16) Sikap adaptif/fleksiblitas. Pemimpin yang
harus menyesuaikan diri dengan kondisi organisasional yang
dihadapi atau sebaliknya, organisasilah yang harus
melakukan penyesuaian dengan gaya kepemimpinannya; (17)
Sikap tegas. Diperlukan ketegasan, terutama dalam melaku-kan koreksi dan mengenakan saksi, dengan catatan. Bahwa
ketegasan itu didasarkan pada kriteria yang rasional,
objektif, dan diterapkan bukan atas dasar pilih kasih; (18)
Keberanian. Dalam mengambil keputusan dengan
mempelajari dampak-dampak yang akan terjadi; (19) Orienta-
si masa depan. (20) Sikap antisipatif. Tidak kaget melihat peristiwa yang terjadi dalam organisasinya. Bahkan juga
perkembangan yang terjadi di lingkungannya. Karena itu
harus mampu membaca perubahan situasi. (21) Sikap
Proaktif. Mendalami perubahan yang akan terjadi dan
mampu melakukan penyesuaian yang diperlukan dalam menghadapi perubahan tersebut. Visionaris Pemimpin yang
efektif harus mampu merumuskan kondisi ideal yang
diinginkan bagi organisasi masa depan.
20
Dari penjelasan diatas, maka dengan adanya teori
ciri-ciri kepemimpinan yang efektif, pemimpin mengeta-
hui sikap dan kemampuan kepemimpinan. Selanjutnya
mulai benahi untuk bekerja mempengaruhi bawahan
mencapai tujuan organisasi.
2.1.5 Gaya Kepemimpinan
Gaya atau tingkah laku seorang pemimpin mudah
terbaca. Dengan gaya seorang pemimpin mempengaru-
hi tingkah laku bawahan untuk bekerja mencapai
tujuan. Umiarso (2012:56,57,58) menjelaskan beberapa
gaya pemimpin, antara lain:
(1) Gaya kepemimpinan Otokratis. Pemimpin yang bersikap sebagai penguasa dan yang pimpin yang sebagai dikuasai.
Pemimpin yang mengambil gaya ini hanyalah memberi
perintah, aturan dan larangan. Ia bekerja keras, sungguh-
sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan
yang berlaku dengan ketat dan instruksiinstruksinya harus
ditaati; (2) Gaya kepemimpinan Liberal. Gaya pemimpin ini tidak merumuskan masalah serta pemecahannya. Dia
membiarkan saja mereka yang dipimpimnya menemukan
sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan ber-
sama dan mencoba mencari cara pemecahannya; (3) Gaya
kepemimpinan Demokratis. Gaya pemimpin ini berusaha membawa mereka yang dimpimpin menuju ke tujuan dan
cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejajar.
Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk bersama
merumuskan dan cara pemecahannya.
Selanjutnya gaya kepemimpinan dalam organisasi
menurut Rivai (2009:287) menjelaskan ada empat gaya
kepemimpinan dalam diri seorang pemimpin, yakni:
(1) Executif. Gaya ini menunjukkan adanya perhatian baik
kepada tugas maupun kepada hubungan kerja dalam kelom-pok; (2) Developer. Gaya ini memberikan perhatian yang
cukup tinggi terhadap hubungan kerja dalam kelompok dan
perhatiannya minimun terhadap tugas pekerjaan; (3) Benevolent Authocrat. Gaya ini memberikan perhatian yang
tinggi terhadap tugas dan rendah dalam hubungan kerja; (4) Birokrat. Gaya ini memberikan perhatian yang rendah
terhadap tugas maupun terhadap hubungan kerja kelompok.
21
Berdarsarkan urain tersebut, maka gaya kepemim-
pinan pemimpin berbeda antara satu sama yang lain.
Gaya kepemimpinan yang baik menurut penulis adalah
memperhatikan hubungan kerja dan kepuasan kerja
dalam kelompok. Selanjutnya memperhatikan tugas
dan fungsi kerja. Kemampuan yang dimiliki seorang
pemimpin sangat besar pengaruhnya terhadap bawa-
han untuk bekerja mencapai tujuan organisasi.
2.2 Fungsi dan Peran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki tugas dan fungsi kerja. Ia
mampu memanajemen sekolah dengan baik mewujud-
kan perubahan dan perkembangan sekolah yang labih
baik dari sebelumnya. Hal itu memudahkan pencapain
visi dan misi sekolah. Untuk itu, Departemen Pendidi-
kan dan Kebudayaan (1989:18,19) menjelaskan tugas
dan fungsi kepala Sekolah:
(1) Menyusun Perencanaan; (2) Pengorganisasian; (3) Menga-
rahkan kegiatan; (4) Mengkoordinasikan kegiatan; (5) Melak-
sanakan kegiatan; (6) Melakukan Evaluasi terhadap kegiatan;
(7) Menentukan kebijakan; (8) Mengadakan rapat; (9)
Mengambil keputusan; (10) Mengatur proses belajar
mengajar; (11) Mengatur administasi (Kantor, Siswa, pegawai, Perlengkapan, Keuangan); (12) Mengatur organisasi; (Siswa
Intra sekolah (OSIS); (13) Mengatur hubungan sekolah
dengan masyarakat dan dunia usaha.
Kepala sekolah memahami dan merasa terpanggil
dengan fungsi dan tugasnya dalam pengelolaan
sekolah. Ia mulai merumus konsep dan mempunyai
sejumlah ide untuk bagaimana mengerjakannya,
Menyatukan seluruh stakeholder yang ada. Dengan
harapan bekerja demi sukses sesaat dan berkontinyiu
(perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang).
Kepala sekolah selaku pemimpin yang tertinggi di
22
sekolahdemi keberhasilan sekolahnya,iamemahami
standar fungsi kerjanya dalam kepemimpinan. Selain
itu keberhasilan boleh diraih juga karena tentunya
ditunjangi latarbelakang pendidikan dan pengalaman
kerja kepala Sekolah. Kemampuan kepemimpinan
kepala sekolah menciptakan suasana yang kondusif di
lingkungan kerja dengan memotivasi guru bekerja dan
mencegah timbulnya perpecahan organisasi.
Kepala sekolah sebagai pemimpin yang ingin
berhasil kepemimpinannya setidaknya menjalankan
sekurang-kurangnya tujuh fungsi kerja. Menurut
Mulyasa (2005:98), tujuh fungsi kepala sekolah yakni
(1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik); (2)
Kepala sebagai manajer; (3) Kepala sekolah sebagai
administrator; (4) Kepala Sekolah sebagai supervisor; (5)
Kepala sekolah sebagai leader(Pemimpin); (6) Kepala
sekolah sebagai inovator, dan (7) Kepala sekolah
sebagai motivator. Penulis mengulas lebih rinci
beberapa fungsi kerja kepala sekolah, sebagai berikut.
2.2.1 Peran Kepala Sekolah sebagai Educator
(Pendidik) Peran kepala sekolah sebagai educator bermakna
sebagai seorang yang menguasai paedagogik dan
paedagogi. Paedagogik artinya ilmu mendidik, sedang-
kan paedagogi artinya pendidik. Jadi disimpulkan
bahwa seorang Kepala sekolah memiliki ilmu/
pengetahuan mendidik dan menjadi pendidikyang
ulung. Menurut penulis paedagogik terdapat tiga unsur
yakni pendidik, ilmu, dan anak didik. Akhirnya
muncullah kata Pendidikan.
23
Departemen Pendidikan nasional (2007:263)
mendefinisikan pendidikan ialah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, Proses, cara, perbuatan
mendidik. Mendidik siwa ataupun guru adalah tugas
yang mulia tidak sekedar mengajar. Kepala Sekolah
sebagai pendidik lebih awal memenuhi kompetesi
kepribadian. Makna kepribadian sangat mendalam dan
bernuansa spirit. Kepribadian yang terdidik, terbentuk,
berwatak, berkarakterdan berilmu untuk mendidik dan
membina atau mengajarorganisasi siswa maupun
organisasi guru.
Pertama. Kepala sekolah mampu mendidik dan
membina organisasi siswa. Mendidik siswa tidak hanya
lewat kongnitif sematamalainkan disertai sikap kehi-
dupan yang menjadi teladan bagi setiap sumber Daya
Manusia yang ada di sekolah. Kepala sekolah
memahami perasaan dan karakter siswa dalam usaha
membina siswa dengan kegiatan-kegiatan pembinaan
non akademik maupun akademik. Sukardi (2003:49)
menjelaskan:
(1) Memberi pemahaman dan pemantapan tentang
kehidupan keberagamaan dan hidup sehat. Memberi pemahaman dan penerimaan tentang diri sendiri dan orang
lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu,
sosial dan budaya serta permasalahannya); (2) Memberi
pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa
yang terjadi di masyarakat, serta pengendalian/pemecahan;
(3) Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar dan kegiatan sehari-hari, serta waktu senggang); (4)
Memberi pemahaman tentang adanya berbagai alternatif
pengambilan keputusan, dan berbagai konsekuensinya; (5)
Memberi pemahaman tentang pengembangan sikap dan
kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya
24
kegagalan belajar dan cara–cara penanggulangannya (ter-masuk UAN, UAS dan ulangan-ulangan); (6) Memberi
pemahaman tentang hubungan sosial yang efektif dan
produktifitas; (7) Memberi pemahaman tentang dunia kerja,
pilihan dan pengembangan karier, serta perencanaan masa
depan. Dan memberi pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan/program studi dan pendidikan
lanjutan.
Kepala sekolah sebagai pendidik tidak hanya
menguasai administrasi program pekerjaan, dan mana-
jemen organisasi semata tapi mampu juga membina,
mengajar, dan mendidik siswa adalah satu paket
program pengajaran yang tersistem. Siswa boleh
memaknai hidup dengan kegiatan-kegiatan pembinaan
dalam waktu teratur. Pembinaan tentang karakter
siswa, masalah sosial, prestasi belajar, pemilihan
jurusan, pengembangan potensi-potensi yang dimiliki-
nya dan demi masa depan karier siswa.
Kedua. Kepala sekolah juga mampu membimbing,
mengembangkan organisasi Guru dan tenaga kepen-
didikan. Kemajuan sebuah sekolah tidak hanya diten-
tukan semata Kepala sekolah tapi terletak juga sejauh
mana Guru dan TU memahami Tupoksi kerja dalam
pengabdian. Untuk itu guru musti diperhatikan dalam
membenahi standar kompotensi guru. Saud (2012:49)
menjelaskan kompotensi guru, yakni Kompotensi
Pedagogik, Kompotensi Kepribadian, Kompotensi
Profesional, Kompotensi sosial. Keempat kompotensi
guru sangat berkait erat dan saling mempengaruhi
dalam pekerjaan. Kepala Sekolah hendak mengetahui
kekurangan dan kelebihanmasing-masing guru dan
tenaga kependidikan, serta seluruh koordinator Lab
25
dan tenaga teknis yang lain pada saat supervisi
sekolah.
Kompotensi guru dan tupoksi kerja dari masing-
masing koordinator untuk pembenahian selanjutnya
diadakan training ataupun pelatihan pengembangan
kompotensi guru dan pengelolaan tenaga teknis dengan
membangun kerja sama antara sekolah setempat dan
Dinas Pendidikan terkait. Upaya yang dapat dilakukan
kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
educator. Mengikutsertakan guru-guru dalam
penataran, menggerakan tim evaluasi hasil belajar, dan
menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah
dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan
mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah
ditentukan (Hanik, 2011:84).
2.2.2 Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer
Organisasi sekolah yang sukses tentunya karena
penerapan manajemen sekolah secara sistematis serta
efisien dan efektif. Manajemen terkait dengan aktivitas-
aktivitas yang dirancang dalam organisasi.
Wahjosumidjo (2003:94) menjelaskan aktivitas-aktivitas
dan fungsi manajemen kepala sekolah dalam organisasi
sekolah:
(1) Perencanaan (Plaining) artinya: Kepala sekolah harus
benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu
program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan; (2) Pengorganisasian (Organizing dan Staffing) artinya: Kepala
sekolah harus mampu menghimpung dan mengkoordinasi-
kan sumber daya manusia dan sumber-sumber material
sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat bergantung pada
kecakapan dalam me-ngatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan; (3) Pengarahan (Leading)
artinya:Kepala sekolah mampu mengarahkan dan mem-pengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan
26
tugas-tugasnya yang esensial; (4) Pengendalian (Controlling) artinya: Kepala sekolah memperoleh jaminan, bahwa sekolah
berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan di
antara bagian–bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala
sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskan.
Kepala sekolah mampu menggerakkan sumber
daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan.
Mampu merencanakan program kerja. Pembagian
Tupoksi kerja. Mengarahkan cara bekerja yang profe-
sional dan pengawasan terhadap pekerjaan bawahan
dengan harapan semua stakeholder yang ada di
sekolah sedang beraktivitas sesuai tugas dan tanggung
jawab demi mewujudkan tujuan bersama. Ia mampu
mengayomi, mengarahkan dan memberi perintah
kepada guru, tenaga pendidik dan siswa sekaligus
menangani segala persoalan yang ada untuk mencapai
visi sekolah.
Kepala sekolah melaksanakan tugas secara efisien
dan efektif, maka ia memahami dan mewujudkannya
keterampilan-keterampilan manajer ke dalam tindakan.
Wahjosumidjo (2011:101 dan 102) menjelaskan tiga
ketrampilan manajer, sebagai berikut.
(1) Technical Skills. Menguasai Pengetahuan tentang metode,
proses, Prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan
khusus. Kemampuan untuk memanfaatkan serta
mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut; (2) Human Skills. Kemampuan untuk memahami prilaku manu-
sia dan proses kerja sama. Kemampuan memahami isi hati,
sikap dan motiv orang lain, mengapa mereka berkata dan
berprilaku. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas
dan efektif. Kemampuan menciptakan kerja sama yang efekitif, kooperatif, praktis dan diplomatis. Mampu berprilaku yang dapat diterima; (3)Conceptual Skills. Kemampuan
analisis. Kemampuan berpikir rasional. Ahli atau cakap
dalam berbagai macam konsep. Mampu menganalisis berba-
gai kejadian, serta mampu memahami berbagai
kecenderungan. Mampu mengantisipasikan perintah. Mampu
27
mengenali macam-macam kesempatan dan Problem–problem sosial.
Suatu lembaga sekolah mencapai keberhasilan
dan tidaknya tergantung Kepemimpinan Kepala sekolah
dengan segala keterampilan, Pengetahuan dan Seni
yang digunakan. Selanjutnya Menurut Pidarta (1988)
dikutip oleh Mulyasa (2005:127) mengatakan tiga
keterampilan:
(1) Keterampilan Konseptual. Adalah ketrampilan untuk
memahami dan mengoperasikan organisasi dalam kegiatan sehari-hari. (senantiasa belajar dari pekerjaan sehari–hari
terutama dari cara kerja para guru dan pegawai sekolah lain,
Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana,
Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan yang sedang dilaksanakan, Memanfaatkan hasil-
hasil penelitian orang lain, Berpikir untuk masa yang akan datang, Merumus ide-ide yang dapat uji coba); (2) Kete-rampilan Manusiawi. Adalah keterampilan untuk bekerja
sama, momotivasi dan memimpin; (3) Keterampilan
menggunakan pengetahuan: metode, teknik serta perlengka-
pan menyelesaikan tugas–tugas tertentu.
Kepala sekolah mampu menguasai metode, proses
prosedur dan teknik untuk manajerial sumber daya di
sekolah. Meliputi manajemen kurikulum sekolah,
manajemen kesiswaan, manajemen personalia sekolah,
manajemen sarana dan prasana pendidikan, Manaje-
men keuangan sekolah, manajemen ketatausahaan,
manajemen hubungan sekolah dengan masyara-kat
(Humas). Kepala sekolah hidup dan berkarya di
lingkungan kehidupan sosial yang berbeda. Oleh
karena itu, Kepala sekolah menjalin relasi yang baik
dan saling menghormati antara satu dengan yang lain
(Danim 2009:113). Ia menghormati bawahan dan
memahami perbedaan-perbedaan sosial warga sekolah,
antara lain siswa, pendidik, tenaga pendidik dan staf
TU.
28
Indikator perbedaan sosial individu terlihat pada
budaya, sikap, tingkah laku dan kemampuan. Selain
itu setiap stakeholder yang ada di sekolah tidak
terlepas dari persoalan kepribadian maupun persoalan
antara sesama dalam organisasi sekolah. Persoalan
pribadi terkait kesehatan, makan dan minum, Peruma-
han dan kesejahteraan. Sedangkan persoalan dalam
organisasi terkait perbedaan pendapat, saling
menjelehkan, menyalahkan, membenci dan meremeh-
kan dan tidak saling menghargai. Sementara keadaan
semacam itu warga sekolah membutuhkan rasa cinta
kasih, dihargai, dihormati, dan terjaling kebersamaan
dalam tugas pekerjaan.
Problem sosial ini segrah dicermati dan diatasi
oleh pemimpin demi terwujudnya kasih sayang dan
suasana kekeluargaan di sekolah. Persoalan sosial
tidak diatasi setemponya maka pasti meng-hambat
pengabdian warga sekolah. Sebaliknya meme-nuhi
kebutuhan sosial warga sekolah maka mereka
mengajar/bekerja serta siswa belajar dengan se-
maksimal. Kepala sekolah berusaha mengenal individu
lepas individu. Mencari tahu akar persoalan yang di-
hadapinya. Membangun empati dan berempati serta
menemukan solusi yang akurat. Dengan demikian tetap
terjaga keutuhan organisasi sekolah mencapai visi dan
misi Sekolah.
Selanjutnya kepala sekolah mampu berkomunikasi
secara efisien dan efektif pada seluruh warga sekolah.
Dimana ada komunikasi disitu ada celah perubahan.
Bukti ada relasi/komunikasi yang baik tentunya
membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan
29
sekolah, yakni guru, staf, siswa, orang tua dan Komite
sekolah. Juga membangun komunikasi dengan Dinas
Pendidikan dan instasi Pemerintah setempat, Swasta
dan masyarakat. Alternatif Jenis komunikasi yang
dipake, Kumunikasi bermedia dan komunikasi tatap
muka. Komunikasi bermedia menggunakan surat kabar
dan majalah, radio siaran, televisi dan film, surat,
telepon, telegram, spanduk, Papan pengumuman,
brosur dan lain-lain. Komunikasi tatap muka adalah
berbicara langsung tanpa menggunakan media.
Komunikasi yang paling efektif adalah meluangkan
waktu berkomunikasi tatap muka untuk menyampai-
kan keluhan dan menerima konsep-konsep. Effendy
(1989:9) menjelaskan:
Komunikasi yang berlangusng secara saling berhadapan
muka antara komunikator dengan komunikan, Saling
melihat, maka komunikator akan mengetahui tanggapan komunikan terhadap dirinya dan terhadapa pesan yang di
sampaikan.
Membangun komunikasi tatap muka dengan
mengadakan rapat dinas sekolah/di rumah ataupun di
kantor kerja. Terjadi diskusi kelompok ataupun diskusi
interpersonal dengan tujuan bagaimana terjadi pengem-
bagan kemajuan sekolah selanjutnya. Langkah-langkah
dalam diskusi ataupun rapat adalah dengan adanya
persoalan maka menentukan topik diskusi, mencetus
ide-ide baru, saling menerima, menghargai, menangga-
pi dan merumuskan. Selanjutnya menjadi kontribusi
bagi sekolah dalam membangun strategi/upaya yang
dilakukan dalam penerapan pembangunan sekolah.
Kepala sekolah hubungan sosial dan komunikasi-
nya kurang akan bingung bagaimana dan kapan
30
memulai, melaksanakan tugas dan kapan mengakhiri-
nya. Dan sulit mengatasi persoalan. Jika demikian
tidak akan tercapai perubahan sekolah ke arah yang
lebih baik apa lagi mencapai visi sekolah.
2.2.3 Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah juga ahli dalam bidang pengaturan
segala administrasi sekolah. Menurut Tim Pengembang
Mkdk (1989:3-4) menjelaskan pengertian tentang
administrasi, sebgai berikut:
Administrasi mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas.
Dalam arti yang sempit administrasi diartikan sebagai
kegiatan pencatatan data, surat-surat, informasi secara tertulis serta penyimpanan dokumen tersebut, agar kelak
dapat dipergunakan kembali bilamana diperlukan. Dalam
arti yang luas, administrasi mempunyai tata usaha dan
pekerjaan Operasional lainnya dalam mencakup semua
kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara teratur
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan.
Ia mampu mengurusi surat menyurat, menyimpan
data dan dokumen-dokumen penting dalam menunjang
manajemen sekolah yang dipimpimnya. Departemen
Pendidikan Kebudayaan (1989:27) menjelaskan:
Kepala sekolah sebagai Administrator harus mengor-
ganisasikan semua sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan untuk mencapai tujuan dan
visiSekolah. Dalam melakukan tugasnya sehari–hari Kepala
sekolah dibantu oleh Guru, Pegawai Tata Usaha dan Pegawai
lainnya yang ada di bawa Pembinaannya.
Kepala sekolah sebagai Administrator mampu
mengorganisasikan semua sumber daya yang ada di
Sekolah. Hanik (2011:85) mengatakan Kepala sekolah
harus memiliki hubungan yang sangat erat dengan
berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, Penyusunan dan pendokumenan
seluruh program sekolah. Menyusun data dan
menyimpan dokumen administrasi sekolah secara rapih
31
dan tersistem meningkatkan kinerja dan memudahkan
semangat kerja.Program kerja Kepala sekolah, Enta
pekerjaan harian mingguan, Bulanan dan tahunan
boleh terlaksana dengan baik karena tentunya lengkap
administrasinya dan mengikuti jadwal kerja dan
dibantu kerja oleh Pendidik, tenaga kependidikan,
masing-masing Wakasek dan kordinator. Departemen
Kebudayaan (1987:27-30) menjelaskanbeberapa kegia-
tan program kerja, sebagai berikut:
(1) Kegiatan Rutin harian. (a) Memeriksa daftar hadir guru,
tenaga teknis kependidikan dan tenaga Tata Usaha; (b)
Mengatur dan memeriksa kegiatan 5K di sekolah (Keamanan, Kebersihan,Ketertibaan, keindahan dan kekeluargaan; (c)
Memeriksa program satuan Pelajaran Guru dan persiapan
lainnya yang menunjang proses belajar mengajar; (d)
Menyelesaikan surat–surat, menerima tamu dan menye-
lenggarakan pekerjaan Kantor lainnya; (d) Mengatasi
hambatan–hambatan terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar; (e) Mengatasi kasus yang terjadi pada hari
itu; (f) Memeriksa segala sesuatu menjelang sekolah itu usai.
(2) Kegiatan mingguan. Kegiatan mingguan sebagai berikut:
(a) Upacara bendera pada hari Senin dan hari–hari istimewa
lainnya; (b) Senam Kesegaran pada hari jumat; (c) Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat–surat; (d) Mengadakan
rapat mingguan (hari sabtu) guna membahas jalannya
pelajaran dan kasus yang belum terselesaikan untuk menjadi
bahan rencana kegiatan mingguan berikutnya. Memeriksa
keuangan Sekolah antara lain biaya rutin dan SPP/DPP; (e)
Mengatur penyediaan keperluan perlengkapan Kantor/ Sekolah; (f) Ibadah pada hari jumaat. (3) Kegiatan bulanan.
(a) Pada awal bulan dilakukan kegiatan, yakni (Melaksana-
kan penyelesaian kegiatan setoran SPP, Gaji Pegawai/Guru,
Laporan bulanan, Rencana keperluan perlengkapan
Kantor/Sekolah dan rencana belanja bulanan; (b) Melaksanakan Pemeriksaan Umum, yakni Buku kelas, Daftar
hadir guru dan Pegawai Tata Usaha, Kumpulan bahan
evaluasi berikut analisanya, Kumpulan Program Satuan
Pelajaran, Diagram Pencapaian Kurikulum, Diagram daya
serap murid/siswa, Program perbaikan dan Penggandaan,
Buku catatan Pelaksana BK, Memberi petunjuk catatan kepada guru-guru tentang siswa yang perlu diperhatikan,
kasus yang perlu diketahui, dalam rangka pembinaan
kegiatan siswa); (c) Pada akhir bulan dilakukan kegiatan
32
antara lain :Penutupan buku, Pertanggung jawaban Keuangan, Evaluasi terhadap persediaan dan penggunakan
alat dan bahan praktek. (4) Kegiatan Semesteran. (a)
Menyelenggarakan perbaikan alat–alat Sekolah (Alat Kantor,
alat peraktek, Gedung, Pagar Sekolah dan lainnya sejauh
yang diperlukan); (b) Menyelenggarakan pengisian daftar in-duk siswa/buku induk Siswa; (c) Menyelenggarakan
persiapan evalusi/semesteran; (d) Menyelenggarakan evaluasi
BP, Osis, UKS dan ekstrakulikuler lainnya; (e) Menye-
lenggarakan semesteran termasuk kegiatan:Kumpulan nilai
(Legger), Ketetapan nilai Raport, Catatan tentang siswa yang
perlu mendapat peratian khusus, Pengisian nilai semesteran, Pembagian Raport Pemberian Pemanggilan Orang tua Siswa
sejauh diperlukan untuk berkonsultasi. (5) Kegiatan akhir
tahun ajaran. (a) Menyelenggarakan penutupan buku
inventaris dan keuangan; (b) Menyelenggarakan EBTA;(c)
Menyelenggarakan persiapan kenaikan kelas/tingkat yang
meliputi:Persiapan daftar nilai (Legger), Penyiapan bahan–bahan untuk rapat guru, Pengisian Rapor dan UAS dan UAN,
Upacara akhir tahun ajaran, kenaikan kelas, Pembagian
Raport, Penyerahan STTB, dan pelepasan Lulusan; (d)
Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan Kegiatan belajar
mengajar tahun ajaran yang bersangkutan; (e) Menyelenggarakan penyusunan rencana keuangan tahunan
yang akan datang; (f) Menyelenggarakan penyusunan
rencana perbaikan dan pemeliharaan sekolah dan alat bantu
pendidikan; (g) Menyelenggarakan Pembuatan Laporan akhir
tahun ajaran; (h) Melaksanakan kegiatan penerimaan siswa
baru yangmeliputi: Penyiapan formulir dan pengu-muman penerimaan Siswa baru, Pembentukan panitia penerimaan
dan Pendaftaran, Penyusunan syarat-syarat penerimaan dan
pendaftaran. (6) Kegiatan awal tahun ajaran. (a)Kebutuhan
Guru; (b) Pembagian tugas mengajar; (c) Program satuan
Pelajaran dan jadwal Pelajaran; (d) Kebutuhan buku pelajaran, buku pegangan guru; (e) Kelengkapan alat
pelajaran dan bahan pelajaran; (f) Rapatguru.
Sekolah mempunyai program kerja dan warga
sekolah mulai bekerja sesuai waktu dan jadwal kerja
yang telah ditetapkan berdasarkan kalender pendidi-
kan. Tugas Kepala sekolah melaksanakan pengawasan,
pengontrolan terhadap tugas dan fungsi kerja Wakasek,
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, tenaga teknis,
koordinator lab. dan siswa. Untuk itu kepala Sekolah
33
memahami apa itu administrasi. Sehingga ia mampu
memanajemen Sumber Daya yang ada. Dia memiliki
sejumlah administrasi atau panduan kerja secara
tertulis selain melalui lisan bagi masing–masing
stakeholder dalam melaksanakan kinerjanya. Kepala
sekolah mempunyai buku penuntun dan dokumen-
dokumen sebagai panduan dalam kepemimpinannya
sebagai Visioner. Mulyasa (2005:107) menjelakan Kepa-
la sekolah memiliki kemampuan untuk mengelola
administrasi atau dokumen kurikulum, mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana
dan prasarana, Mengelola administrasi kearsipan, dan
mengelola administrasi keuangan.
2.2.4 Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kepala sekolah menyelenggarakan Supervisi
sekolah. Supervisi sekolah identik dengan pengawa-
san, monitoring, pengontrolan, pengkoordinasian
terhadap seluruh tugas dan tanggung jawab bawahan
dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Hal-hal yang
di supervisi adalah proses kelas belajar dan mengajar,
kegiatan bimbingan konseling, kegiatan ekstrakuriku-
ler, kegiatan kerja sama Humas atau dengan dinas
yang lain, Kegiatan ketatausahaan, kegiatan sarana
dan prasarana, kegiatan OSIS, kegiatan 7K, kegiatan
perpustakaan, kegiatan laboratorium, perkembangan
kantin sekolah, koperasi sekolah, kehadiran guru,
pegawai dan siswa. supervisi sekolah dilakukan sekali
setahun.
Langkah-langkah dalam supervisi sekolah adalah
sebagai berikut (1) Sebelum supervisi, dipastikan model
supervisi yang dipilih. Apakah sejak awal menyampai-
34
kan kepada seluruh stakeholder di sekolah tentang
rencana supervise, ataupun kadang menjalani supervisi
tanpa sepengetahuan seluruh warga sekolah. (2) Kepala
sekolah mempunyai panduan supervisi dan penilaian
terhadap seluruh administrasi, tugas pokok dan Peker-
jaan tambahan yang lain oleh guru maupun staf TU.
Tujuan supervisi Sekolah, agar Kepala sekolah
mengetahui kemajuan dan kendala yang dihadapi
bawahan dalam tugas sehari-hari di sekolah. Asmani
(2012:30) menjelaskan tujuan supervisi Kepala sekolah,
sebagai berikut:
(1) Membangkitkan dan mendorong semangat guru dan
pegawai administrasi sekolah lainnya untuk menjalankan
tugas dengan sebaik-baiknya;(2) Agar guru dan Pegawai
administrasi lainnya berusaha melengkapi kekurangan-
kekurangan mereka dalam penyelenggaraan pendidikan, termasuk macam-macam media instrusional yang diperlukan
bagi kelancaran jalannya proses belajar dan mengajar yang
baik; (3) Bersama-sama berusaha mengembangkan, mencari,
dan menggunakan metode-metode baru demi kemajuan
prosesbelajar dan mengajar yang baik; (4) Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid, dan Pegawai sekolah. Misalnya dengan mengadakan seminar, Workshop,
Inservice, maupun training.
Tenaga pendidik dan kependidikan mempunyai
keterbatasan, kebingunan dan ketidakmampuan dalam
persiapan adminstrasi maupun pelaksanaan. Untuk itu
Kepala sekolah giat melaksanakan sepervisi sekolah
dan Evalusi program kerja bawahan untuk motivasi
dan melengkapi administrasi bawahan. Selanjutnya
membenahi dengan memberikan pembinaan, nasehat
serta panduan kerja secara tertulis, maupun
melibatkan mereka dalam kegiatan training, seminar
untuk peningkatan kompotensi guru serta tenaga
35
administrasi di sekolah kerja sama dengan Dinas
Pendidikan.
2.2.5 Peran Kepala Sekolah sebagai Leadership
(pemimpin)
Peran Kepala sekolah sebagai leader tidak terlepas
dari harus memiliki karakter khusus yang mencakup
kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan penge-
tahuan profesional, serta pengetahuan administrasi
dan pengwasawan (Umi Hanik 2011:86). Kepala
Sekolah harus mampu memberikan petunjuk,
pengawasan, meningkatkan kemauan kerja tenaga
kependidikan dan pendidik, Pendelegasian serta
mampu mengkomunikasikasi untuk terus tetap
mengabdi. Kepala Sekolah sebagai pemimpin musti
memiliki berbagai kemampuan. Mulyasa (2005:115)
menjelaskan beberapa kemampuan yang dimiliki
Kepala Sekolah, sebagai berikut (1) Kepribadian; (2)
Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan; (3) Visi
dan Misi Sekolah; (4) Kemampuan mengambil
keputusan; (5) Kemampuan berkomunikasi. Penulis
mengulas satu demi satu sebagai berikut.
Pertama, Kepribadian. Kepala sekolah sebagai lea-
der terlebih dahulu memenuhi Kompotensi kepribadian
kepala sekolah, karena itu menentukan perkembangan
kemajuan sekolah ke arah yang labih baik. Kepribadian
kepala sekolah terkait sifat/tingkahlaku/Karakter. Se-
luruh stakaholder sekolah tetap meniru karakter se-
orang pemimpin walaupun tidak diperintah, Entah
karakter sesuai ataupun tidak sesuai. Menjadi pribadi
kepala sekolah yang berkarakter tentutunya berpato-
kan kepada ajaran agamanya, norma-norma sosial, dan
36
pencerminan pada Pancasila yang dikatakan sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia. Kehidupan kepriba-
dian Kepala sekolah sesuai dengan tuntutan lima sila
dari pancasila, atau ajaran agamanya maka pasti ia
selalu berusaha kehidupannya bermakna bagi Pendi-
dik, tenaga pendidik dan siswa di sekolah, tapi pada
umumnya masyarakat sekitarnya. Dan ia selalu beru-
saha menjadi teladan dalam pengabdian. Nilai-nilai
pengabdian, antara lain disiplin, setia, tekun, ulet,
kerja keras, rela berkorban, rasa memiliki, kebenaran,
keadilan kejujuran dan persaudaraan serta hidup keru-
kunan dalam pencapaian visi dan misi sekolah. Kepala
sekolah memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Dalam rang-
ka mengetahui sifat kepribadian kepemimpinan kepala
sekolah. Imam (1983) menjelaskan beberapa sifat
kepribadian kepemimpinan Kepala sekolah sebagai
berikut.
(1) Kekuatan Keyakinan; (2) Sederhana dan jujur; (3)
Kekuatan jasmaniah yang kuat; (4) Kekuatan rohania yang cukup; (5) Berjiwa integrasi (pemersatu); (5) Tidak memiliki
watak yang mementingkan diri sendiri; (6) Percaya pada diri
sendiri; (7) Cepat dan tepat mengam-bil keputusan; (8)
Ramah tamah dan penuh pengertian; (9) memiliki reputasi
yang menyeluruh; (10) Memiliki kecakapan teknis; (11) Cerdas; (12) Penuh semangat berjuang (13) Semangat
mencapai tujuan; (14) Sabar tahan uji; (15) Keberanian
untuk mengamalkan sesuatu yang diyakininya; (16) Adil
dalam segala hal (17) Luwes dalam penerapan, teguh dalam
pendirian; (18) Iklas; (19) Kecakapan menimbang; (20)
Mampu merumuskan program secara jelas dan terperinci; (21) Bertanggung jawab, (22) Rendah hati; (23) Tegas dan
bijaksana; (24) Waspada dan memiliki penglihatan sosial
yang tajam; (25); Daya ingat yang besar; (26) Penuh daya
tarik (simpatik); (27) Penuh inisiatif dan daya cipta (kreatif);
(28) Kemampuan mendengar (29) Penuh inisiatif dan daya cipta (kreatif); (29) Kemampuan mendengar, menimbang,
menyeleksi; (30) Ramah tama dan penuh perasaan; (31)
Obyektif dalam menganalisa sesuatu; (32) Memiliki humor
37
yang segar; (33) Mampu menanamkan rasa kebersamaan; (34) Energik dan penuh gairah; (35) Kesiap siagaan; (36)
Kesetiaan terhadap tugas (loyalitas); (37) Suka melindungi;
(38) Cakap akan menangani masalah yang ada; (39) tetap
tegu dalam pendirian; (40) Memiliki corak dan arah; (41)
Memiliki toleransi; (42) Berjiwa demokratis; (42) Berpandan luas dan tidak fanatik golongan; (43) Terbuka menerima ide,
saran, dan gagasan; (44) Terbuka menerima kritik; (45)
Memiliki Charisma; (46) Disiplin; (47) Bersedia menciptkan
tenaga pengganti (48) Tidak terlalu mementingkan gelar atau
imbalan; (49) Lebih mengutamakan tindak tanduk perbuatan
daripada ucapan/janji. (diunduh 28/08/2013; Munawir Imam, E.K. 1983:68).
Realita di lapangan tidak sedikit pemimpin gagal
dalam mengelola organisasi sekolah karena tidak
didukung dengan sifat-sifat kepribadian kepemimpinan
tersebut. Sehingga itu di tandai dengan tidak ada
perkembangan sekolah. Sekolah tidak kondusif.
Berantakan dan hampir menutup sekolahnya, sebalik-
nya juga sekolah yang unggul, berprestasi tinggi antara
guru maupun siswa karena dipimpin oleh Kepala
sekolah yang memenuhi sifat-sifat kepribadian utama
tersebut diatas.
Kedua, Pengetahuan terhadap tenaga kependidi-
kan. Kepala sekolah sebagai leader memahami
karakteristik dan kejiwaan tenaga kependidikan.
Apakah mereka bosan/capek, kesehatan tergganggu,
membutuhkan perhatian, diikutsertakan dalam
kegiatan untuk penambahan pengetahuan, penghar-
gaan, atau dengan persoalan dan kebutuhan yang lain.
Kepala sekolah mesti mampu melihat keluhan-
keluhannya walaupun dalam tugas kesibukan.
Alasannya sebuah sekolah mencapai visi dan misinya
juga adalah kerja keras dan dukungan penuh oleh
tenaga kependidikan, tenaga cleaning service, dan
38
sicurity dalam bekerja sehari-hari. Memahami
kepribadian masing-masing dengan segala pendekatan
dan berusaha memenuhinya.
Ketiga, visi dan misi sekolah. Kepala sekolah
sebagai leader musti menetapkan visi dan misi sekolah.
Bukti pemahaman kepala sekolah terhadap visi dan
misi sekolah adalah mampu mengakomodir seluruh
stakeholder untuk beraktivitas sesuai fungsi kerja demi
mencapai visi dan misi sekolah. Selanjutnya Mulyasa
(2005:115) menjelaskan (1) Kepala Sekolah mengem-
bangkan Visi Sekolah; (2) Mengembangkan Misi
sekolah; (3) Melaksanakan program untuk mewujudkan
visi dan misi ke dalam tindakan. Kepala sekolah
mampu merusmuskan dan memiliki visi dan misi
sekolah. Visi dan Misi sekolah adalah tujuan yang
hendak dicapai bersama dengan berbagai program
kerja. Jika Visi dan misi sekolah tidak jelas maka sulit
mewujudkan sekolah yang berpretasi dan unggulan.
Akhirnya menciptakan keresahan bagi masyarakat,
semua pada kebingunan, jadi buah bibir bagi
masyarakat, lebih disayangkan kalau siswanya tidak
mendapatkan pengajaran dengan baik, Prestasi belajar
siswa di bawa standar. Sekolah memperoleh berbagai
prestasi akademik maupun non akademik atau tidak
memperoleh adalah bukti dari kemahiran kepemim-
pinan kepala sekolah.
Keempat, Kemampuan mengambil keputusan.
Kepala sekolah sebagai leader mampu mengambil
keputusan ketika ada masalah atau sebelum
melakukan kegiatan-kegiatan sekolah. Mengambil
keputusan agar tidak menjadi penghambat dalam
39
pekerjaan organisasi sekolah karena konflik/masalah
yang ada. Untuk itu Sutikno (2012:160) menjelaskan
pengertian mengambil keputusan menurut beberapa
ahli, sebagai berikut:
(1) G.R. Tery (1977), mendefinisikan pengambilan keputusan
sebagai pemilihan alternatif kelakukan tertentu dari dua atau
lebih alternatif yang ada; (2) Greenberg mengartikan pengabilan keputusan sebagai proses pembuatan pilihan dari
sejumlah alternatif;(3) Melayu S.P Hasibuan (2005)
mendefinisikan pengambilan keputusan adalah Suatu proses
penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternarif
untuk melakukan aktivitas-aktivitas pada masa yang akan
datang; (4) Veithzal Rivai (2004) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah Penetapan suatu alternatif pemecahan
masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan merupakan proses pem-
buatan pilihan dari sejumlah alternatif. Pengambilan
keputusan tentunya membangun komunikasi dari hati
ke hati dan membicarakan persoalan pada saat rapat
Dinas Sekolah. Dalam kegiatan rapat dinas ada Pe-
mimpin rapat yaitu kepala sekolah, moderator dan
notulen. Proses pengambilan keputusan kepala sekolah
membuka rapat, menjelaskan kronologis permasala-
han, menjawab pertanyaan, Menganalisis pertanyaan,
mengambil keputusan dan menutup kegiatan.
Pengambilan keputusan tidak berdasarkan kedaginan
dan kepentingan individu Kepala sekolah melainkan ke-
putusannya yang hakiki, tepat, cepat dan akurat, dan
yang masuk logika agar keputusan tersebut senang di-
terima oleh teman guru dan TU untuk kemajuan
sekolah.
Kelima, Kemampuan komunikasi. kepala sekolah
sebagai leader mampu mengkomunikasi dengan baik.
Bentuk komunikasi lewat tulisan, lisan dan juga
40
melalui sikap tubuh. Komunikasi yang baik ditandai
dengan lebih banyak mendengar, menyampaikan dan
menanggapi. Dalam komunikasi dibutuhkan etika ber-
komunikasi, yaitu saling menghargai, menerima dan
dibutuhkan kesabaran untuk menerima pesan ataupun
menyampaikan pesan mempengaruhi tingkah laku
penerima. Sutikno (2012:138) menjelaskan beberapa
manfaat komunikasi:
(1)Fungsi informasi. Pengumpulan, penyebaran berita, data
pesan dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dipahami
dan bereaksi secara jelas; (2) Fungsi Sosaialisasi. Penyediaan
sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dapat aktif
dalam masyarakat; (3) Fungsi Motivasi. Mendorong kegiatan
individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang akan
dicapai bersama; (4) Fungsi Debat dan Diskusi. Menyediakan
dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk me-
mungkinkan persetujuan dan menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-
bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan
umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam
masalah yang menyangkut kegiatan bersa-ma di tingkat
Internasional, nasional dan lokal; (5) Fungsi Pendidikan. Pengalihan ilmu pengetahuan yang dapat mendorong
perkem-bangan inteletual, keterampilan dan kemahiran yang
diperlukan dalam seluruh bidang kehidupan; (6) Fungsi
Kebudayaan. Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni
dengan maksud melestarikan warisan masa lampau; (7)
Fungsi Hiburan. Penyebarluasan sinyal, Symbol, suara, dan citra dari drama, tari, Kesenian, musik, Komedi, olahraga,
permaian, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan
kelompok dan individu; (8) Fungsi Integrasi. Menyediakan
bagi bangsa, Kelompok dan individu kesempatan memperoleh
berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi,
pandangan dan keinginan orang lain.
Komunikasi adalah pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada seseorang atau sekelompok yang
perlu menerima infonya. Komunikasi berawal dari buah
pikiran dan konsep dari pihak pertama kepada pihak
41
lain yang membutuhan. Dengan tujuan komunikasi
memecahkan masalah, saling memotivasi dan
meningkatkan kerja sama.
2.2.6 Peran Kepala Sekolah sebagai Inovator
Kepala sekolah sebagai inovator. Menurut Kamus
besar bahasa Indonesia Edisi ketiga (2007:435)
mendefinisikan inovator adalah orang yang memperke-
nalkan gagasan dan metode yang baru. Menginovasi
sekolah hasil dari gagasan-gagasan baru kepala
sekolah. Hanik (2011: 8787) menjelaskan:
Kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk menjaling
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi-
kan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di Sekolah,
dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
Inovatif.
diperkuat lagi oleh Mulyasa (2005:118) bahwa kepala
sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara
yang ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif,
kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif,
pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan
fleksibel.
Kepala sekolah mencari, menemukan metode serta
strategi yang tepat untuk melaksanakan berbagai
pembaharuan sekolah. Dalam menciptakan pembaha-
ruan di sekolah, ia meningkatkan profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan dengan melakukan
gagasan dan cara-cara baru. Kepala sekolah
mendelegasikan tugas kepada pendidik dan tenaga
kependidikan. Ia berusaha mengintegrasikan semua
kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergis untuk
mencapai tujuan sekolah secara efekti, efisien dan
produktif. Ia juga berusaha menetapkan kegiatan atau
42
target berdasarkan kondisi dan kemampuan yang
dimiliki setiap pendidik dan tenaga kependidikan.
Kepala sekolah menjadi panutan yang baik bagi
bawahan. Kepala sekolah berusaha menciptakan
situasi dan kondisi kerja yang menyenangkan.
Sebagai inovator, Ia memiliki kompotensi
kewirausahaan dan menemukan metode dan selalu
merencanakan bagaimana mengimplementasikan ide-
ide baru dan bertindak untuk sekolah terinovasi. Ciri
Kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan adalah
tiada hari tanpa berusaha dan bekerja untuk
menciptkan hal-hal yang baru. Dia merasa tidak puas
dengan hasil yang telah diraih, Tapi dia mampu
memberdayakan warga sekolah dalam ke-giatan-
kegiatan untuk bekerja meraih pada hasil yang lebih
besar yang nantinya menguntungkan dan bermanfaat
bagi sekolah dan masyarakat pada umumnya dengan
adanya telah mencapai Visi dan Misi Sekolah.
2.2.7 Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator
Kepala sekolah sebagai motivator. Ia selalu
menggerakan bawahan untuk tetap bekerja. Motivator
adalah penggerak/pendorong. Motivator kata dasar
motivasi. Kamus besar bahasa Indonesia Edisi ketiga,
(2007:87) mendefinisikan motivasi adalah:
Dorongan yang timbul pada seseorang secara sadar atau
tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasaan dengan perbuatannya.
Kata motivasi menurut Sofyandi (2007:99) sebagai
suatu dorongan untuk meningkatkan usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan organisasi, dalam batas-batas
43
kemam-puan untuk memberikan kepuasan atas
kebutuhan seseorang. Motivasi adalah usaha sadar
terhadap orang lain dengan berbagai pendekatan untuk
aktif dalam kegiatan mencapai tujuan tertentu.
Motivasi timbul dalam individu atau pun distimulasi
oleh luar dari pemimpin kepala Sekolah. Bukti motivasi
kerja bawahan yang tinggi mereka merasa terpanggil
dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Tanpa motivasi unsur penilaian dari atasan, maka
kinerja terlaksana dengan baik. Bawahan motivasi
kerjanya tinggi terlihat berkarya dengan sepenuh hati,
Percaya diri, dan berjiwa optimis, memiliki ketekunan,
kedisiplinan, kesabaran, ketelitian, kesungguhan, dan
mempunyai semangat kerja yang tinggi. Berpikir kritis
dan dewasa mengembangkan potensinya tanpa
diperintah. Berprinsip dan merealisasi dalam hidupnya.
Mampu mengambil keputusan dan barusaha mencapai
impiannya dengan tanggung jawabnya yang tinggi
untuk menguasai bidang tertentu. Guru atau TU yang
memiliki motivasi kerja yang tinggi, pencapaian kinerja
yang baik serta prestasi kerja tinggi. Sebaliknya, Guru
dan TU yang tidak memiliki motivasi kerja, prestasi
kerjanyapun rendah. Akibatnya Proses pembelajaran-
pun tidak produktifitas seperti yang diharapkan.
Di dalam teori Maslow dikutip oleh Matteson
(2006:87) menjelaskan hierarki teori kebutuhan manu-
sia sebagai berikut:
Kebutuhan Fisiologis (Psychlogical needs). yaitu, Kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal; (2) Kebutuhan Keamanan dan keselamatan (Safety and security needs).
yaitu, Kebutuhan untuk bebas dari ancaman, diartikan
sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang
44
mengancam; (3) kebutuhan Kebersamaan, Sosial, dan cinta (Belongingnees, Sosial, and Love needs). yaitu Kebutuhan
akan pertemanan, afeliasi, interaksi dan cinta; (4) Kebutuhan Harga diri (Esteem needs), yaitu Kebutuhan akan harga diri
dan rasa hormat dari orang lain; (5) Kebutuhan Aktuilisasi diri (Selfactuailization). Memenuhi kebutuhan diri sendiri
dengan secara maksimum menggunakan kemampuan,
keterampilan, dan potensi.
Kebutuhan tenaga pendidikan dan kependidikan
terpenuhi maka mereka termotivasi bekerja secara
reluasa. Sebaliknya, jika kebutuhan mereka tidak ter-
penuhi maka terjadinya frustasi, konflik, stres dan
akan tidak termotivasi bekerja. Bahkan memenuhi
separuh kebutuhan guru tidak kerja sepenuhnyanya
juga. Pemimpin cerdik melihat kebutuhan para guru
dengan kerja sama antara dinas Pendidikan, Yayasan
dan pemerintah Daerah. Jika memenuhi segala kebu-
tuhan melekat pada manusia berarti ciri awal Keberha-
silan seorang pemimpin dan diindikisi akan mencapai
tujuan sekolah. Uraian lebih lanjut tentang lima kebu-
tuhan menurut Maslowdijelaskan penulis sebagai
berikut.
Pertama, Kebutuhan Fisiologis. Adalah berbicara
tentang zat hidup dan organ manusia. Fisik tubuh
manusia boleh sehat, kuat dan mengalami penamba-
han usia karena tentunya kebutuhan vital seseorang
terpenuhi. Perumahan yang sesuai, Pakaian yang
layak, Air yang bersih dan mempunyai makanan yang
bergizi. Seandainya Ketiga hal tersebut salah satunya
tidak optimal dalam kehidupan seseorang guru atau TU
maka sangat mempengaruhi kinerja guru. Makanan
yang sehat, fungsinya Menambahkan fisik tubuh.
Perumahan yang sesuai dan tidak jauh dari tampat
45
kerja, Fungsinya untuk beristirahat dan boleh bekerja
efsien dan efektif, dan melanjuti pekerjaan di rumah.
Air yang bersih untuk minum, masak, menyuci, dan
mandi. Pemimpin mengetahui persoalan yang dihadapi
bawahan. Selanjutnya merumus bagai-mana memecah-
kan masalah yang ada. Kebutuhan vital fisiologi tenaga
pendidik dan kependidikan tepenuhi maka pasti
berkerja dengan baik pula.
Kedua, Kebutuhan akan keselamatan. Setiap
orang ingin mau selamat dari segala macam ancaman
dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang tidak
kondisif dengan indikasi keributan, peperangan, pem-
bunuhan, kebakaran dan sejenisnya. Indikator ma-
salah tersebut sering menciptkan konflik perasaan
guru. Dampaknya adalah guru ketakukan, kecemasan,
flustrai, tidak nyaman. Selagi kebutuhan akan kesela-
matan guru belum terjamin, maka jelas tidak akan
melaksanakan tugas. Dengan melihat masalah tersebut
pemimpin membelah dan bertindak atas segala tinda-
kan sewenang-wenangnya. Dengan motivasi kerja
melihat kebutuhan akan keselamatan guru, Maka me-
reka aman, tenang dan tetap eksisis mengerjakan
kinerja dengan baik.
Ketiga, Kebutuhan sosial. Selanjutnya tugas
pemimpin memenuhi kebutuhan sosial. Kongritnya di
sekolah tidak sesuai dengan komitmen awal hidup
sosial. Sering terjadi perbedaan pendapat, saling menje-
lekkan, Mencari-cari persoalan, cepat tersinggung,
membenci dan meremehkan yang lain dan tidak di-
hargai. Sementara keadaan semacam itu seorang pen-
didikan dan tenaga kependidikan membutuhkan rasa
46
cinta kasih, dihargai, dihormati, dan terjaling keber-
samaan dalam tugas pekerjaan. Kebutuhan sosial tidak
terpenuhi maka yang terjadi bawahan malas mengabdi.
Problem sosial ini dicermati dan ditangi pemimpin
secepatnya dalam upaya bagimana menciptakan kasih
sayang dan tercipta suaksana kekeluargaan di sekolah.
Memenuhi kebutuhan sosial maka pasti guru, TU tetap
berupayah mengajar/mengabdi secara semaksimal.
Keempat, Kebutuhan akan harga diri. Akhir
suksesnya melaksanakan tugas seseorang membutuh-
kan penghargaan dari atasan. Guru dan TU mempu-
nyai kebutuhan dan keinginan penilaian yang mantap
tanpa diremehkan dan ingin dihormati oleh orang
lain/atasan. Ada Guru/TU bekerja dengan optimal,
punya perstasi kerjanya tinggi. Dia berharap dengan
tujuan mendapatkan penghargaan dan kepercayaan,
nama baik dan popularitasnya. Ternyata sering
pemimpin tidak mengakuinya prestasi kerja dengan
penghargaan-penghargaan, antara lain ujian,
pemberian Hadiah ataupun menaikan kesejahteraan
guru/TU. Semacam itu sangat mematikan kesemanga-
tan kerja dan harga diri guru. Sehingga diusahankan
Kepala sekolah motivasi kerja bawahan dengan
memenuhi kebutuhan harga diri.
Kelima, Kebutuhan mempertinggi prestasi kerja.
Setiap orang ingin berprestasi dalam pekerjaan.
Namun, biasanya menjadi kendala adalah kebutuhan
dan kemampuan setiap guru beda sesuai dengan per-
bedaan individu. Disitu membutuhkan peran kepemim-
pinan Kepala sekolah untuk memotivasi, memandu dan
47
memberdayakan guru semangat bekerja. Sallis
(2012:174-176) menjelaskan:
(1) Memberdayakan para guru dan memberi mereka
wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar; (2) Menyampaikan sebanyak mungkin informasi
manajemen untuk membantu pengembangan dan mening-
katkan komitmen mereka; (3) Memahami keinginan untuk
menigkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan
pendekatan manajemen atas ke bawa (topdown); (4)
Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga profesional langsung kepada guru dan pekerjaan
teknis; (5) Mengimplementasi komunikasi yang sistematis
dan kontinyu di antara setiap orang yang terlibat dalam
sekolah; (6) Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan
bukan sebagai bos ataupun monoton.
Meningkatkan prestasi kerja bawahan tentunya di-
imbangi dengan kemampuan kepala sekolah bagaimana
memberdayakan kemampuan guru dan TU. Mereka bo-
leh berkarya dengan baik ketika memiliki pengetahuan.
Pendekatan memperoleh pengetahuan adalah belajar
mandiri, tapi tidak menutupi kemungkinan palatihan
dan training untuk pengembangan profesi guru bekerja
sama antara sekolah dan dinas Pendidikan. Dan
selanjutnya guru berkomitmen dan musti ditunjang
oleh kebijaksanaan sekolah dalam menjalani supervisi
sekolah terhadap bawahan untuk melihat masalah
kepribadian guru, TU kendala yang dialami dalam
pekerjaan. Hal Itu menjadi perhatian khusus untuk
mengangkat jati diri guru. Sehingga selanjutnya setiap
stakaholder tidak merasa dirugikan. Setiap guru
merasa diakui dan dihargai dengan memenuhi seluruh
kebutuhan guru. Kondisi kerja semacam itu me-
lahirkan budaya berkompetesi pada diri setiap guru
maupun TU. itu akan memacu berdisiplin diri untuk
48
berperstasi kerja. Dampaknya lebih besar pada
pencapaian visi dan Misi sekolah dan output siswa.
Selain motivasi bawahan dengan teori Maslow
tersebut, kepala sekolah menegakkan disiplin bagi
bawahan. Motivasi bawahan dengan menetapkan dan
menegakkan aturan dan tata tertib bagi guru dan
karyawan dalam penerapan akan mempertinggi hak
dan kewajiban. Selanjutnya Perpres RI, pasal 77 ayat 2
(2006/2007: 44-45) menyatakan bahwa:
Guru dan TU yang diangkat oleh pemerintah dan tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dlam pasal
20 dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang–undangan. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1
berupa: Teguran; Peringatan tertulis; Penundaan pemberian
hak guru; Penurunan pangkat; Pemberhentian dengan
hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat.
Tegakkan disiplin hak dan kewajiban. Hal itu
memotivasi disiplin diri dalam melakukan kewajiban
mencapai visi sekolah. Memberi saksi tidak sewenang-
wenang tapi berlandas pada bukti kesalahan dan
alasan yang tepat, misalnya yang melanggar tata tertib
dan aturan sekolah dampaknya menurunkan kualitas
sekolah. Memberi disiplin mulai dari sederhana sampai
berisiko tinggi sesuai pelanggaran dan kelalaian.
Sehingga untuk kedepannya disiplin adalah sesuatu
yang terletak di dalam hati seseorang yang memberikan
dorongan untuk menaati dan melakukan sesuatu yang
terpuji dengan norma dan peraturan yang berlaku.
Mereka yang teliti dan menerapkan aturan dan tata
tertib adalah ciri-ciri orang yang berdisiplin diri.
Kepala sekolah sebagai motivator dapat motivasi
belajar dan mengajar, serta tenaga kependidikan untuk
tetap melaksanakan tugas secara optimal dengan
49
pendekatan menata ruang kerja. Mereka boleh melak-
sanakan tugas dengan sebaik-baiknya ketika menata
Lingkungan Fisik yang menyenangkan. Mulyasa
(2005:120) menjelaskan Pengaturan lingkungan fisik
tersebut antara lain mencakup ruang kerja yang
kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang
Laboratorium, bengkel, serta mengatur lingkungan
sekolah yang nyaman dan menyenangkan.
Kepala sekolah berusaha memperhatikan ling-
kungan fisik yang bersih, rapi, aman, nyaman,
sehingga lingkungan tercipta kondusif dan bebas
melaksakan tugas apapun tanpa gangguang mencapai
visi Sekolah.
2.3 Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sekolah melalui Kepemimpinan Visioner Peran Kepala sekolah sebagai kepemimpinan
visioner berusaha meningkatkan mutu sekolah dengan
menyatukan sumber daya manusia yang ada untuk
tetap berkarya mencapai visi dan misi sekolah.
Mencapai mutu sekolah dan hasil belajar siswa yang
memuaskan adalah pencapaian tujuan akhir sekolah.
Untuk itu, Danim (2012:33) menjelaskan beberapa
peran Kepala Sekolah:
(1) Mengfokuskan tugas pokok dan fungsi kerja sesuai
dengan jenis organisasi pendidikan; (2) Mensinergikan aspek
keorganisasian dan individu; (3) Menghasilkan komitmen dan motivasi; (4) Menginspirasikan dinamika kerja staf; (5)
Menentukan standar keberhasilan; dan (6) Menjebatani masa
sekarang dan masa depan.
Meningkatkan mutu sekolah dibutuhkan kerja
sama. Partisipasi dalam tugas dan tanggung jawab.
50
Mulyasa (2005:126) mendefinisikan beberapa fungsi/
tugas kepala Sekolah, bahwa:
(1) Kepala sekolah mampu memberdayakan guru-guru
untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif; (2) Kepala sekolah mampu menyelesai-
kan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan; (3) Kepala sekolah mampu menjalin hubungan
yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan
tujuan sekolah dan pendidikan; (4) Kepala sekolah yang berhasil menerapkan perinsip kepemimpinan yang sesuai
dengan tingkat kedewewasaan guru dan pegawai lain di
sekolah; (5) Kepala sekolah bekerja dengan tim manajemen,
serta berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Tentang peran Kepala sekolah. Kepala sekolah
juga adalah tenga fungsional guru dipercayakan untuk
mengelolah sekolah. Wahjosumidjo (2011:83) menjelas-
kan:
Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran.
Kepala sekolah merasa terpanggil dan memahami
tugasnya. Memberdayakan tenaga pendidik maupun
kependidikan untuk melaksanakan tugasnya dengan
penuh rasa tanggung jawab dan Menjaga keharmonisan
kerja tim. Selain itu kepala Sekolah memiliki sejumlah
keterampilan untuk meraih kepemimpinannya.
Kepemimpinan Kepala sekolah yang berkualitas
mempunyai karakter. Danim (2012:26,27,28) menjelas-
kan ada beberapa karakter kepemimpinan kepala
sekolah visioner untuk meningkatkan mutu sekolah:
1) Envision atau memiliki Visi. Seorang pemimpin dengan Visi
yang jelas, memahami gambaran akan ke arah mana dan
ingin menjadi seperti organisasi pendidikan ke depan serta bagaimana cara mencapainya; (2) Integrity atau Integritas.
Merupakan tindakan yang konsisten, baik di dalam maupun
51
di luar nilai-nilai batin; (3) Dedication atau dedikasi. Berarti
menghabiskan waktu atau energi apa saja yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab; (4) Magnanimity atau keluhuran budi. Identik dengan membayar
“sumbangan” ketika sudah jatuh tempo, tidak berdahli atau menunda, dan juga bermurah hati; (5) Humilaty atau rendah
hati. Pemimpin dengan rendah hati mengakui bawahan
mereka tidak lebih baik atau lebih buruk dari pada anggota lain dari tim; (6) Openness atau keterbukaan. Berati mampu
men-dengarkan ide-ide, bahkan jika mereka tidak sesuai dengan cara berpikir biasa; (7) Creativity atau kraktivitas.
Adalah kemampuan untuk berpikir secara berbeda dan
mendapatkan solusi untuk keluar dari aneka kendala; (8) Fairness atau keadilan. Berarti hubungan dengan orang
secara konsisten dan adil; (9) Assertivennes atau ketegasan.
Kemampuan untuk menyatakan yang jelas apa yang
diharapkan, sehingga tidak akan ada kesalapahaman; (10) Sense of humor atau rasa humor. Rasa humor sangat penting
untuk meredakan ketegangan dan kebosanan, serta
mereduksi permusuhan.
Selanjutnya diperkuat oleh Mulyasa (2011: 20-22)
menjelaskan beberapa indikator kepemimpinan kepala
sekolah yang efektif mencapai visi sekolah, sebagai
berikut:
(1) Menerapkan pendekatan kepemimpinan partisipatif
terutama dalam proses pengambilan keputusan; (2) Memiliki
gaya kepemimpinan yang demokratis, lues dan terbuka; (3) Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk
memenuhi norma-norma pembelajaran dengan disiplin yang
tinggi; (4) Memantau kemajuan belajar peserta didik melalui
guru berdasarkan data perstasi belajar; (5) Menyelenggara-
kan pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan
dengan komite sekolah, guru dan warga sekolah lainnya mengenai topik-topik yang memerlukan perhatian; (6)
Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan
masalah-masalah kerjanya, dan bersedia memberikan
bantuan secara proporsional dan profesional; (7)
Mengalokasikan dana yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program pembelajaran sesuai perioritas dan
peruntukkannya; (8) Melakukan berbagai kunjungan kelas
untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung; (9)
Memberikan dukungan kepada para guru untuk menegakkan
disiplin peserta didik; (10) Memperhatikan kebutuhan peserta
didik, guru, staf, Orang tua dan masyarakat sekitar sekolah; (11) Menunjukkan sikap dan perilaku teladan yang dapat
52
menjadi panutan atau model bagi guru, peserta didik, dan seluruh warga sekolah; (12) Memberikan kesempatan yang
luas kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat untuk
berkonsultasi dan berdiskusi mengenai permasalahan yang
dihadapi berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran di
sekolah; (13) Membangun kelompok kerja aktif, kreatif, dan produktif; (14) Memiliki komitmen yang jelas terhadap
penjaminan mutu lulusan; (15) Memiliki visi yang kuat
tentang masa depan sekolahnya, dan mampu mendorong
semua warga sekolah untuk mewujudkannya; (16) Memiliki
harapan tinggi terhadap prestasi peserta didik dan kinerja
seluruh warga sekolah; (17) Senantiasa memprogramkan dan menempatkan diri untuk mengadakan pengamatan terhadap
berbagai aktivitas guru dan pembelajaran di kelas serta
memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif dalam
rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelaja-
ran; (18) Mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan
merancang prosedur untuk meminimalisasi stres dan konflik negatif; (19) Memantau kemajuan peserta didik baik secara
individu maupun kelompok, serta memanfaatkan informasi
untuk mengarahkan perencanaan pembelajaran. Melakukan
evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan.
Kepala Sekolah melestarikan karakter kepemimpi-
nan kepala sekolah efisien dan efektif untuk mudah
memacu dalam perannya sebagai Kepala sekolah. Ia
bijaksana dan mempunyai segala kemampuan untuk
memimpin, mengarahkan, memanjemen dan merang-
kul segala Sumber daya yang ada secara maksimal
untuk mewujudkan visi dan misi sekolah. Kepala
sekolah membangun kerja sama dengan berbagai
stakaholder agar tetap terjaga kebersamaan, rasa
memiliki untuk menghadirkan suasana organisasi yang
terkendali dan efektif. Kepala sekolah sebagai
pemimpin visioner dalam meningkatkan mutu sekolah,
dia mempunyai komitmen yang hakiki dalam bekerja
dan mempengaruhi bawahan untuk semangat bekerja
mencapai visi dan misi sekolah. Mulyasa (2005: 86)
menjelaskan:
53
(1) Mempunyai Visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi
tenaga kependidikan dan pesera didik yang ada di sekolah;
(2) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan
kulitas/mutu sekolah; (3) Mengkomunikasikan pesan yang
berkaitan dengan kualitas; (4) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan lembaga/
sekolah; (5) Meyakinkan terhadap para pelanggang (peserta
didik, orang tua, masyarakat), bahwa terdapat saluran “channel” cocok untuk menyampaikan harapan dan ke-
inginannya; (6) Pemimpin mendukung mengembangkan
tenaga kependidikan; (7) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat;
(8) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah; (9)
Menjamin srtuktur organisasi yang menggambarkan
tanggung jawabnya dengan jelas; (10) Mengembangkan
komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang,
baik yang bersifat organisasional maupun budaya; (11) Membangun tim kerja yang efektif; (12) Mengembangkan
mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan
evaluasi.
Kebanyakan masyarakat belum pahami tentang
mutu sekolah tanpa telusuri apa faktor pendukug men-
capai mutu Sekolah. Hal itu membuat sering mereka
salah tafsir dan diasumsi bahwa mutu sekolah hanya
tampak bangunan fisik semata. Sebenarnya mencapai
mutu sekolah ditentukan dari sejauh mana memadai
Input, Proses dan output serta outcam. Kepala sekolah
membenahi, input, proses dan Output serta mem-
bangun komitmen peningkatan mutu sekolah. Selan-
jutnya Mengelola sarana prasarana, Memberdayakan
dan menyatukan sumber Daya Manusia bekerja efektif
mencapai Visi dan Misi sekolah. Mereka mempunyai
sistem komunikasi yang efisien dan efektif dalam Sosia-
lisasi Visi dan Misi Sekolah. Sosialisasi Visi dan Misi
sekolah memanfaatkan berbagai media. Seluruh kegia-
tan sekolah dimuatkan dalam media komunikasi pada
papan penyampaian, surat edaran tertulis, penyam-
54
paian secara lisan berantai, Penggunaan teknologi
informasi dan elektronik, buku Informasi agar setiap
orang memahami kegiatan seko-lah, Visi dan Misi,
nilai dan target pencapain bersama.
2.4 Mutu Sekolah
Mutu sekolah terwujud ketika bersatu antara
warga sekolah/internal dan eksternal. Kedua pihak
memahami tentang apa itu mutu sekolah?, kapan
mulai bertindak? dan bagaimana meningkatkan mutu
sekolah?. Untuk meningkatkan mutu sekolah musti
dukungan dari berbagai pihak kepentingan sekolah.
Mereka mengetahui dan mulai mengimplementasi
sistem pendidikan Nasional yang telah dimuat dalam
Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional. Rusman (2009:
445) menjelaskan standar Nasional Pendidikan:
(1) Standar nasional Pendidikanterdiri atas isi, Proses,
Kompotensi Lulusan, Tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan dan penilaian pen-didikanyang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala; (2) Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai
acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana pengelolaan dan pembiayaan; (3)
Pengembangan standar nasioanal Pendidikan serta
pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarnisasi, Penjaminan
dan pengendalian mutu pendidikan.
Mencapai mutu sekolah musti kerja keras,
ketelitian, ketekunan dalam implementasi standar sis-
tem pendidikan nasional. Ditindaklanjuti pengawa-san
dan peningkatan penilaian terhadap pendidikan
tentang kurikulum/materi pembelajaran, proses belajar
mengajar, pengelolaan sekolah, segala pembiayaan dan
pengembangan tenaga pendidik ataupun kependidikan.
55
Sering salah ditafsir bahwa mutu sekolah semata
diukur dari proses pembelajaran berlangsung tanpa
memikirkan pendukung proses pembelajaran. Semua
kepentingan sekolah berusaha terjaga kebersamaan
untuk memenuhi kebutuhan sekolah dalam
meningkatkan mutu sekolah. Membangun komitmen
pada perubahan, saling percaya, saling melengkapi dan
rasa memiliki terhadap tugas yang digelutinya untuk
mencapai mutu sekolah. Inputnya terpenuhi standar
maka proses juga baik dan output juga memuaskan.
Pada akhirnya bukti mutu sekolah akan terlihat dari
prestasi akademik dan non akademik siswa.
2.5 Hasil Belajar
Mewujudkan hasil belajar siswa sangat dibutuh-
kan proses yang panjang dan memakan waktu yang
cukup lama dan tentunya didukung dengan segala
pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan dukungan
keuangan dari berbagai pihak. Pihak pihak yang
menentukan pencapaian keberhasilan siswa antara lain
orang tua murid, masyarakat, yayasan, pemerintah,
kepala sekolah, Pendidik, tenaga kependidikan dan
siswa itu sendiri. Masing-masing mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda dalam kerja kehidupan
sehari-hari untuk mewujudkan hasil belajar siswa.
Tugas orang tua murid, yayasan dan pemerintah
setempat mendukung penuh program kerja sekolah
dengan menanggung pembiayaan, memfasilitasi dan
membina, mengajar anak didik. Tugas Kepala sekolah
merangkul masyarakat, pemerintah, komite sekolah
serta donatur. Dan lebih mengarahkan, memotivasi,
56
memberdayakan tenaga guru dan TU dan segala
fasilitas yang ada. Peran dan tugas guru adalah
mengajar, membina dan mendidik dengan metode,
media yang sesuai. Peran tenaga kependidikan adalah
memfasilitasi agar kegiatan belajar dan mengajar tetap
lancar.
Bukti dari hasil belajar, siswa mencapai berbagai
prestasi belajar dan akan terlihat pada kesempurnaan
tiga kompotensi siswa, antara lain (1) Perubahan
perkembangan pengetahuan ranah (cognitif) siswa.
Siswa memperoleh nilai akademik memenuhi standar.
(2) Perubahan Perkembangan Ranah (afektif) siswa.
Siswa memiliki sikap disiplin, tekun, sabar, rajin,
menghargai sesama dan menjauhi dari segala jenis
kejahatan. (3) Perubahan perkembangan ranah (skill
psichomotoric) siswa. Siswa memiliki berbagai
ketrampilan dan mampu menerapkan pengetahuan
yang dimiliki dengan sikap yang terpuji dalam dunia
pekerjaan.