bab ii landasan teori -...

22
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pendidikan Manajemen pada hakikatnya merupakan seni mengelola berbagai kegiatan oleh sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan menggunakan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis pada kegiatannya untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien (Siagian, 2007: 1). Seni yang dimaksud adalah bagaimana mengkolaborasi pengetahuan, pengalaman dan kreativitas dalam wadah manajemen. Manajemen dapat juga berarti suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan, pengarahan pada sekelompok orang kearah tujuan organisasional atau tujuan yang nyata (Terry dan Rue, 2009: 1). Pembelajaran merupakan suatu bentuk pelatihan, sehingga pengelolaannya mengacu pada manajemen sumber daya pelatihan yaitu man, money, machines, material,) methods (Emerson dalam Usman, 2009: 15). 1. Planning (Perencanaan) Menurut Siagian (2007: 35), perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai beserta menetapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dengan kata lain perencanaan merupakan usaha konkretisasi langkah- langkah yang harus ditempuh yang dasar-dasarnya telah ditetapkan dalam strategi organisasi.

Upload: vanbao

Post on 14-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Pendidikan

Manajemen pada hakikatnya merupakan seni

mengelola berbagai kegiatan oleh sekelompok orang

dalam suatu organisasi dengan menggunakan

kemampuan manajerial dan keterampilan teknis pada

kegiatannya untuk mencapai tujuan yang efektif dan

efisien (Siagian, 2007: 1). Seni yang dimaksud adalah

bagaimana mengkolaborasi pengetahuan, pengalaman

dan kreativitas dalam wadah manajemen. Manajemen

dapat juga berarti suatu proses atau kerangka kerja,

yang melibatkan bimbingan, pengarahan pada

sekelompok orang kearah tujuan organisasional atau

tujuan yang nyata (Terry dan Rue, 2009: 1).

Pembelajaran merupakan suatu bentuk

pelatihan, sehingga pengelolaannya mengacu pada

manajemen sumber daya pelatihan yaitu man, money,

machines, material,) methods (Emerson dalam Usman,

2009: 15).

1. Planning (Perencanaan)

Menurut Siagian (2007: 35), perencanaan

merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan

yang ingin dicapai beserta menetapkan strategi untuk

mencapai tujuan tersebut, dengan kata lain

perencanaan merupakan usaha konkretisasi langkah-

langkah yang harus ditempuh yang dasar-dasarnya

telah ditetapkan dalam strategi organisasi.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

10

2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan keseluruhan suatu

proses pengelompokan orang, alat, tugas, serta

wewenang dan tanggung jawab yang bergerak secara

bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain pengorganisasian dilakukan untuk

menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber

yang diperlukan, sehingga pekerjaan yang dikehendaki

berhasil dilaksanakan. Handoko (2008: 167),

menjelaskan pengorganisasian merupakan proses

penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan

tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang

dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Hal

senada dikemukan oleh Terry dan Rue (2010: 82),

bahwa pengorganisasian adalah proses pengelompokan

kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan

penugasan setiap kelompok pada seorang manajer yang

mempunyai kekuasaan, yang perlu mengawasi anggota

kelompoknya.

3. Actuating (Pelaksanaan)

Pelaksanaan program pelatihan mencakup

program penggerakkan dan pembinaan (Sudjana, 2007:

12). Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi

manajemen yang utama. Fungsi actuating lebih

menekankan pada kegiatan. Actuating merupakan

usaha untuk menggerakkan sekelompok orang dengan

terencana sehingga mencapai tujuan organisasi yang

diinginkan (Terry & Rue, 2010: 168). Pada

pembelajaran, actuating merupakan upaya menjadikan

perencanaan menjadi kenyataan, melalui kegiatan

dalam bentuk pengarahan, transfer pengetahuan,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

11

keterampilan dan motivasi agar peserta didik dapat

melaksanakan kegiatan secara optimal.

4. Controlling (Pengawasan)

Pengawasan merupakan proses pengamatan dari

seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin

bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya

(Siagian, 2007: 125). Sedangkan menurut Handoko

(2008: 360) pengawasan dapat juga berarti

menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-

tujuan perencanaan, merancang sistem informasi

umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standart yang telah ditetapkan sebelumnya,

menetapkan dan mengukur penyimpangan-penyimpan

gan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan

untuk menjamin bahwa semua sumber daya

perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan

efisien dalam pencapaian perusahaan. Hal senada

dikemukan oleh Terry dan Rue (2010: 10) pengawasan

adalah kegiatan mengukur pelaksanaan dengan

tujuan-tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan

dan mengambil tindakan-tindakan korektif bilamana

diperlukan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan

suatu tindakan untuk mengontrol kesesuaian antara

pelaksanaan dan perencanaan serta mengambil

tindakan korektif jika diperlukan.

Berdasarkan tahapan-tahapan manajemen yaitu

planing, organizing, actuating dan controlling maka

dapat direalisasikan dalam bentuk manajemen dalam

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

12

pelaksanaan Konseling kelompok dengan tahap sebagai

berikut.

Gambar 2.1

Skema Manajemen Konseling Kelompok

2.2 Motivasi Belajar

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam

hati seseorang untuk melakukan atau inginkan

mencapai sesuat. Schunk (2008: 4) menyatakan bahwa

motivation is a process whereby goal-directed activity is

istigated and sustained. Motivasi terkait dengan tujuan

yang mendorong secara langsung untuk bertindak.

Planing Pengembangan perangkat Layanan Bimbingan Kelompok

Organizing Penyiapan sarana penunjang pelaksanaan bimbingan kelompok

Actuating Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Controling Mengevaluasi melalui pengamatan dan tes psikologi motivasi belajar

Out put Peningkatan Motivasi Belajar

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

13

Gambaran kognitif motivasi merupakan suatu kesatuan

yang mendapatkan perhatian karena penting untuk

mencapai tujuan. Motivasi membutuhkan aktivitas

fisik dan mental. Aktivitas fisik memerlukan usaha,

ketekunan dan tindakan nyata lainnya. aktivitas

mental masuk dalam aktivitas kognitif berupa

perencanaan, mendengarkan kembali, pengaturan,

pengawasan, mengambil keputusan, pemecahan

masalah dan memperkirakan kemajuan yang dicapai.

Terkait dengan belajar, diperlukan dorongan agar

siswa melakukan aktivitas fisik maupun mentalnya

dalam belajar. Dorongan seseorang untuk melakukan

aktivitas belajar selanjutnya disebut dengan motivasi

belajar. Menurut Mitchel alam Schunk (2008: 5),

motivasi dapat berpengaruh pada belajar dan tindakan

yang mendasari keterampilan, strategi dan perilaku.

Motivasi belajar berkaitan dengan suatu topik tertentu

mendorong siswa melakukan aktivitas dan dipercaya

dapat membantunya dalam belajar seperti memahami

pejelasan pengajaran, mengatur mental, mendengarkan

kembali materi yang dipelajarai, membuat catatan

untuk memfasilitasi belajar, melakukan pengecekan

terhadap pemahaman diri, dan bertanya untuk

membantu mereka ketika tidak memahami materi

(Zimmerman dalam Schunk an Pintrich (2008: 5).

Ciri ciri individu yang memiliki motivasi belajar

adalah : 1) memiliki standart prestasi; 2) inovatif; 3)

tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan

(McClealland, 2001: 42). Ciri lain menurut (Birch dan

Atkinson, 2001: 58) yaitu : 1) menetapkan tujuan yang

menantang namun realistic; 2) mau mengambil resiko

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

14

3) pantang menyerah; 4) tidak pernah merasa puas; 5)

tidak merasa terganggu oleh kegagalan yang diperoleh.

Indikator motivasi menurut Pintrich (1990:12)

dinyatakan sebagai berikut.

1) Choice of tasks; selection of tasks under free-choice conditions indicates motivation to perform

the task. 2) Effort; High effort-especially on difficult tasks-is

indicative of motivation. 3) Persistence; working for a longer time-especially

when one encounters obstacles-is associated with higher motivation.

4) Achievement; choice, effort, and persistence raise task achievement.

Dari pernyataan Pintrich dan Schunk yang

menjelaskan tentang indicator dari motivasi adalah 1)

penghargaan tugas: dimana jika seeseorang memilih

tugasnya sendiri maka orang tersebut memiliki

motivasi dalam melaksanakan tugas tersebut. 2) upaya;

semakin tinggi usaha seseorang dalam menjalankan

tugas, apalagi tugas yang sulit, maka hal tersebut

menunjukkan motivasi. 3) Kegigihan; melakukan suatu

pekerjaan secara terus menerus dan dalam waktu yang

lama, dan orang tersebut menghadapi masalah, maka

semakin tinggi moti vasi orang tersebut. 4) prestasi;

pemilihan tugas, usaha yang dilakukan, serta

ketekunan dapat meningkatkan prestasi dalam

menjalankan tugas.

2.3 Konseling Kelompok Behavioral

Layanan konseling kelompok merupakan layanan

bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa

memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

15

pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui

dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan

suasana yang hidup, bergerak yang ditandai dengan

adanya interaksi sesama anggota kelompok (Prayitno,

2008: 63). Menurut Winkel (2004: 198), layanan

konseling kelompok merupakan suatu proses antar

pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan

perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok

kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan

konselor, dimana komunikasi antara pribadi tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman

dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan

segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku

tertentu ke arah yang lebih baik.

Intervensi konseling kelompok, dapat dilaksana

kan dengan berbagai jenis pendekatan, salah satu

pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan

pendekatan Behavioral, yaitu untuk menciptakan

kondisi-kondisi baru bagi proses belajar, dengan alasan

bahwa segenap tingkah laku dipelajari (learned),

termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah

laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus

dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa

diperoleh (Corey, 2009: 199). Konseling perilaku

merupakan penerapan aneka ragam teknik dan

prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang

belajar dengan menyertakan penerapan yang sistematis

menggunakan prinsip-prinsip belajar pada pengubahan

tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif

(Corey, 2009:193).

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

16

2.4 Tujuan dan Karakteristik Konseling Kelompok

Behavioral

Pendekatan perilaku (beheavior) menjadi semakin

populer dalam kelompok kerja. Salah satu alasan dari

popularitas ini adalah penekanan pendekatan ini

menempatkan pada pengajaran keterampilan

manajemen diri pada klien yang dapat digunakan

untuk mengontrol hidup mereka, menangani secara

efektif dengan permasalahan sekarang dan masa

depan, dan berfungsi dengan baik tanpa terapi yang

berkelanjutan (Krumboltz & Thorensen, 1976; Mahoney

& Thorensen, 1974; Thorensen & Mahoney,1974) dalam

(Corey, 2004:337). Tujuan secara umum terapi tingkah

laku (Behavioral) adalah menciptakan kondisi-kondisi

baru bagi proses belajar. Alasan mendasar bahwa

segenap tingkah laku adalah dipelajari, termasuk

tingkah laku yang maladaptif.

Tujuan konseling Behavioral adalah membantu

klien untuk mendapatkan tingkah laku baru. Dasar

alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah

dipelajari (learned), termasuk tingkah laku maladaptif.

Konseling Behavioral pada hakikatnya terdiri atas

proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif

dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang

didalamnya respon-respon yang layak yang belum

dipelajari. Dari tujuan di atas dapat dibagi menjadi

beberapa tujuan yang lebih konkrit yaitu: 1) Membantu

klien untuk menjadi asertif dan mengekspresikan

pemikiran-pemikiran dan hasrat-hasrat ke dalam

situasi yang membangkitkan tingkah laku asertif

(mempunyai ketegasan dalam bertingkah laku); 2)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

17

Membantu klien menghapus ketakutan-ketakutan yang

tidak realistis yang menghambat dirinya dari

keterlibatan peristiwa-peristiwa sosial; 3) Membantu

untuk menyelesaikan konflik batin yang menghambat

klien dari pembuatan pemutusan yang penting bagi

hidupnya (Corey, 2013: 201).

Menurut Corey (2008) ada tiga fungsi tujuan

konseling Behavioral, yaitu : (1) sebagai refleksi

masalah klien dan dengan demikian sebagai arah bagi

proses konseling, (2) sebagai dasar pemilihan dan

penggu naan strategi konseling, dan (3) sebagai

kerangka untuk menilai konseling.

Konseling Behavioral memiliki beberapa

karakteris- tik (Corey, 2008) yaitu sebagai berikut:

1. Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan

karena itu dapat diubah;

2. Perubahan-perubahan khusus terhadap lingku

ngan individual dapat membantu dalam

mengubah perilaku-perilaku yang relevan; pro

sedur-prosedur konseling berusaha membawa

perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku

konseli dengan merubah lingkungan;

3. Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya

reinforcement dan social modeling, dapat diguna

kan untuk mengembangkan prosedur-prosedur

konseling;

4. Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari

perubahan-perubahan dalam perilaku-perilaku

khusus konseli diluar dari layanan konseling yang

diberikan;

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

18

5. Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap,

atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat secara

khusus didisain untuk membantu konseli dalam

memecahkan masalah khusus.

2.5 Peran dan Fungsi Konselor

Menurut Corey (2012: 205) menyatakan bahwa

terapis tingkahlaku harus memainkan peran aktif dan

direktif dalam pemberian treatment, yaitu terapis

menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian

pemecahan-pemecahan bagi masalah manusia, para

kliennya. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi

sebagai guru, pengarah, ahli dalam mendiagnosis

tingkahlaku yang maladatif dan dalam menentukan

prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan

mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive.

Hakikatnya fungsi dan peranan konselor

terhadap konseli dalam teori Behavioral menurut

Corey (2007 : 205) adalah : 1) Mengaplikasikan prinsip

dari mempelajari manusia untuk memberi fasilitas

pada penggantian perilaku maladaptif dengan

perilaku yang lebih adaptif. 2) Menyediakan sarana

untuk mencapai sasaran konseli, dengan

membebaskan seseorang dari perilaku yang

mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan

nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas

mengejar sasaran yang dikehendaki sepanjang sasaran

itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara

umum.

Perubahan dalam perilaku itu harus di usahakan

melalui suatu proses belajar atau belajar kembali, yang

berlangsung selama proses konseling. Oleh karena itu,

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

19

proses konseling di pandang sebagai suatu proses

pendidikan yang berpusat pada usaha membantu dan

kesediaan di bantu untuk belajar perilaku baru dan

dengan demikian mengatasi berbagai macam

permasalah. Perhatian di fokuskan pada perilaku-

perilaku tertentu yang dapat di amati ,yang selama

proses konseling melalui berbagai prosedur dan aneka

teknik tertentu akhirnya menghasilkan perubahan yang

nyata, yang juga dapat di saksikan dengan jelas.

Dalam kegiatan konseling, konselor memegang

peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar

konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah

untuk menemukan masalah-masalah konseli sehingga

diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru.

Sistem dan prosedur konseling Behavioral amat

terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari

konselor dan konseli. Konseli harus mampu

berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus

memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia

bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling,

baik ketika berlangsung konseling maupun di luar

konseling.

Dalam hubungan konselor dengan konseli ada

beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: 1)

Konselor memahami dan menerima klien; 2) antara

konselor dan konseli saling bekerjasama; 3) Konselor

memberikan bantuan dalam arah yang di inginkan

klien; 4) Inti dari hubungan adalah rasa saling

menghormati, yang mencakup kepercayaan akan

potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan

mereka.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

20

2.6 Tahap Konseling Kelompok Behavioral

Menurut Corey (2008 : 344) ada beberapa

tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan

konseling kelompok Behavioral yaitu tahap awal, tahap

kegiatan, penguatan dan kontrak kontingensi.

1. Tahap Awal

Pada tahap awal, pemimpin kelompok menyam

paikan tujuan konseling kelompok. Menurut Corey

(2008:345), tahap ini perlu dilakukan karena biasanya

sangat sedikit calon klien mengetahui tentang program

perilaku. Sebelum mereka bergabung dengan

kelompok, mereka diberi semua informasi yang relevan

tentang proses kelompok. Berkumpul kembali untuk

melakukan wawancara individu pada sesi kelompok

pertama yang dikhususkan dengan harapan

mengidentifikasi calon anggota dan membantu mereka

memutuskan apakah mereka akan bergabung dengan

kelompok. Mereka yang memutuskan untuk bergabung

dengan menerima kesepakatan layanan. kesepakatan

tertulis ini merinci apa yang pemimpin kelompok

harapkan dari anggota kelompok, serta apa yang klien

dapat harapkan dari pemimpin kelompok. Kontrak,

yang dinegosiasikan, berfungsi untuk memperjelas

saling ada harapan. Lebih lanjut menurut Corey (2008:

344), tahap awal dari kelompok adalah fokus

membangun keterpaduan, menjadi akrab dengan

struktur terapi kelompok, dan mengidentifikasi

perilaku yang bermasalah perlu diperbaiki.

Menurut Rose (1980) dalam Corey (2008:345)

pemimpin awalnya harus berusaha untuk membuat

kelompok yang menarik bagi para anggotanya,

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

21

membuat situasi kelompok yang memerlukan

kompetensi sosial bagi anggota, serta membuat banyak

peran fungsional yang anggota dapat bermain dalam

kelompok; mendelegasikan tanggung jawab kepemimpi

nan untuk anggota secara bertahap dan sesuai; ada

situasi di mana anggota berfungsi sebagai terapi mitra

untuk satu sama lain; kontrol berlebihan konflik

kelompok dan menemukan cara untuk melibatkan

semua anggota dalam kelompok untuk berinteraksi.

Penilaian adalah komponen penting dari sesi awal ini,

karena, sebelum konseling dapat dimulai, masalah

harus dinyatakan dalam istilah perilaku yang spesifik.

Masalah yang kompleks tidak dihindari tetapi dipecah

menjadi komponen yang lebih kecil, sehingga mereka

dapat ditangani dengan lebih memadai dalam

kelompok.

Menurut Rose (1977) dalam Corey (2008: 346)

menunjukkan bahwa masalah yang dipilih untuk

pengobatan harus cukup penting bagi klien agar

membuat komitmen mereka untuk bekerja sehari-hari.

Anggota juga harus bersedia untuk berbicara tentang

masalah ini dalam kelompok. Untuk membantu

anggota dalam mengidentifikasi dan menjelaskan

masalah-masalah mereka, berbagai metode penilaian

yang digunakan, beberapa di antaranya adalah pre

treatment kuesioner, Daftar pembanding perilaku,

wawancara, buku harian, umpan balik prosedur, peran

bermain, berbagai latihan dalam grup, dan diskusi

grup. Termasuk dalam proses penilaian ini adalah

sebuah diskusi tentang kekuatan anggota mereka,

kompetensi mereka dan aspek-aspek diri mereka yang

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

22

memungkinkan para peserta untuk membangun aset

perilaku mereka. Proses penilaian ini dimulai disesi

awal kelompok dan disempurnakan serta diperluas di

seluruh anggota kelompok.

2. Tahap Kegiatan

Pada tahap kegiatan konseling menurut Corey

(2008:346) melibatkan serangkaian prosedur dari

strategi spesifik yang telah menunjukkan untuk

menjadi efektif dalam mencapai perubahan perilaku

yang paling tepat. Pemimpin kelompok harus

memperoleh data klien melalui wawancara disesi awal.

Mereka harus terus-menerus mengevaluasi tingkat

efektivitas sesi dan seberapa tingkat pencapaian tujuan

pengobatan. Untuk membuat evaluasi ini selama tahap

kerja, pemimpin kelompok terus mengumpulkan data

mengenai hal-hal seperti partisipasi, kepuasan anggota

kelompok dan penyelesaian tugas disepakati.

Pengumpulan data untuk menentukan masalah apa

yang ada di dalam kelompok dan mengetahui tujuan

kelompok yang akan dicapai. Melalui proses evaluasi

ini, para anggota dan pemimpin memiliki dasar untuk

melihat strategi alternatif dan lebih efektif. Beberapa

strategi ini yang biasanya digunakan selama tahap

kerja: penguatan kontingensi kontrak, pemodelan

perilaku latihan, pembinaan, restrukturisasi kognitif.

Pemecahan masalah, stres inokulasi, keterampilan

mengatasi teknik, dan sistem buddy.

a. Penguatan

Penguatan merupakan kunci prosedur intervensi

dalam perilaku kelompok. Selain penguatan yang

disediakan oleh pemimpin kelompok, anggota lain

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

23

memperkuat satu sama lain melalui pujian,

persetujuan, dukungan dan perhatian. Booraem (1978)

dalam Corey (2008:347) menekankan nilai awal setiap

sesi dengan anggota laporan keberhasilan daripada

kegagalan. Ini menetapkan nada keberhasilan dalam

kelompok, menyediakan bantuan bagi mereka yang

melakukan baik dalam kehidupan sehari-hari, dan

mengingatkan kelompok dalam perubahan. Jika

penguatan sosial adalah metode yang kuat untuk

membentuk perilaku yang diinginkan, adalah

penguatan diri. Para peserta diajarkan bagaimana

untuk memperkuat diri untuk kemajuan mereka,

untuk meningkatkan pengendalian diri mereka dan

menjadi kurang bergantung pada penguatan orang lain.

b. Kontrak Kontingensi

Kontrak kontingensi menjabarkan perilaku yang

harus dilakukan, berubah, atau dihentikan imbalan

yang terkait dengan pencapaian tujuan-tujuan dan

kondisi di bawah penghargaan yang diterima. Bila

mungkin, kontrak juga menetapkan jangka waktu

untuk melakukan perilaku yang diinginkan.

c. Model

Menurut Corey (2008: 349), peran model

merupakan salah satu alat pengajaran paling kuat oleh

pemimpin kelompok. Salah satu keuntungannya adalah

bahwa situasi kelompok menawarkan berbagai anggota

sosial dan model peran yang mereka bisa meniru.

Fungsi pemodelan dilakukan oleh pemimpin dan

peserta. Hal ini dilakukan karena orang-orang

cenderung meniru lebih cepat dan benar-benar dengan

siapa mereka berbagi fasilitas umum, pemodelan oleh

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

24

rekan-rekan di kelompok memfasilitasi belajar sosial

dari anggota lain. Hasil penelitian Bandura (1969)

dalam Corey (2008: 349) menunjukkan bahwa model

yang mirip dengan pengamat dalam usia, jenis kelamin,

ras, dan sikap lebih mungkin untuk ditiru dari model

yang berbeda pengamat. Model yang memiliki gelar

prestise dan status lebih mungkin untuk ditiru

daripada mereka yang memiliki rendahnya tingkat

prestise.

d. Pembinaan Perilaku

Tujuan dari pembinaan perilaku ini menurut

Corey (2008:348) adalah untuk mempersiapkan

anggota untuk melakukan perilaku yang diinginkan di

luar kelompok, ketika isyarat pemodelan tidak akan

tersedia. Perilaku baru yang dipraktekkan dalam

konteks yang aman untuk mensimulasikan di dunia

nyata. Cormier dan Cormier (1979) dalam Corey (2008)

menunjukkan bahwa praktek perilaku aktual yang

diinginkan harus mengambil tempat di bawah kondisi

yang serupa mungkin situasi yang terjadi di lingkungan

klien, sehingga generalisasi dari grup ke dunia nyata

akan berlangsung maksimal. Pembinaan Perilaku, yang

dapat dianggap sebagai suatu proses bertahap,

menggunakan teknik yang berguna dalam mengajarkan

keterampilan sosial.

e. Pembinaan

Selain penggunaan pemodelan dan pembinaan

perilaku, anggota kelompok kadang-kadang

memerlukan pelatihan teknik yang menyediakan

mereka dengan informasi tentang kelayakan dari

perilaku mereka. Pembinaan dapat berjalan dengan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

25

baik ketika pelatih duduk di belakang individu yang

terlibat dalam latihan perilaku. Ketika anggota terjebak

dan tidak tahu bagaimana untuk melanjutkan, anggota

kelompok lain dapat berfungsi sebagai pelatih untuk

memberi saran.

f. Restrukturisasi kognitif

Restrukturisasi kognitif merupakan proses

mengidentifikasi dan mengevaluasi seseorang,

memahami dampak perilaku negatif dari pikiran

tertentu, dan belajar untuk menggantikan kognisi ini

dengan pikiran yang lebih realistis dan sesuai (corey,

2008). Rose (1983) dalam Corey (2008:349)

menjelaskan proses restrukturisasi kognitif yang

diaplikasikan secara kelompok. Pada awalnya, anggota

dapat diajarkan melalui latihan kelompok bagaimana

membedakan antara pernyataan yang merugikan diri

sendiri dan meningkatkan diri. Biasanya, anggota

kelompok menyediakan satu sama lain dengan umpan

balik dan berbagai model analisis kognitif. Langkah

lebih lanjut adalah untuk mendorong para peserta

untuk merancang pernyataan diri meningkatkan dan

mendorong dalam pemecahan masalah atau tindakan

yang efektif. Setelah klien memutuskan pada

serangkaian pernyataan kognitif yang realistis,

kemudian pemodelan kognitif digunakan, di mana

anggota membayangkan diri dalam situasi stres.

Mereka mengganti pernyataan diri meningkatkan untuk

komentar diri sendiri. Langkah terakhir dari

restrukturisasi kognitif, pekerjaan rumah diberikan di

akhir setiap sesi dan kemudian dimonitor pada awal

sesi berikutnya.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

26

g. Pemecahan masalah.

Pemecahan masalah merupakan pendekatan

perilaku kognitif yang memungkinkan individu dapat

mengembangkan pola perilaku untuk menangani

berbagai masalah. Tujuan utama dari pemecahan

masalah adalah untuk mengidentifikasi alternatif yang

paling efektif untuk masalah di situasi tertentu dan

memberikan pelatihan sistematis keterampilan kognitif

dan perilaku yang akan membantu klien yang

menghadapi masalah situasi di dunia nyata secara

mandiri.

Tahap-tahap dalam proses pemecahan masalah

yang dijelaskan oleh Goldfried dan Davison (1976)

dalam Corey (2008: 349) sebagai berikut.

1) Pelatihan dimulai dengan orientasi yang umum

untuk masalah. Saat ini, klien membantu untuk

memahami mengapa situasi masalah tertentu

mungkin terjadi dan diberikan harapan bahwa

mereka dapat belajar cara efektif mengatasi masalah

ini.

2) Pengajaran klien untuk lebih spesifik dalam

menggambarkan peristiwa eksternal yang mengarah

ke situasi masalah serta peristiwa-peristiwa internal

(pikiran dan perasaan). Klien mendefinisikan situasi

masalah, dan kemudian mereka merumuskan

masalah dengan mengidentifikasi tujuan utama

mereka dan aspek yang membuat situasi

bermasalah bagi mereka.

3) Perumusan masalah. Klien diperintahkan untuk

melakukan tukar pendapat dan solusi yang

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

27

mungkin datang dengan beragam cara untuk

mengatasi situasi.

4) Membuat alternatif keputusan, yaitu membuat

beberapa keputusan tentang strategi terbaik untuk

pemecahan masalah. Ini adalah tugas klien untuk

memprediksi yang kemungkinan dari alternatif

adalah untuk mengikuti yang terbaik.

5) Setelah tahap pengambilan keputusan, klien harus

didorong untuk mengambil tindakan pada

keputusan ini dan kemudian memverifikasi tingkat

efektivitas tindakan mereka.

h. Stres Inokulasi.

Menurut Corey (2008: 350), stres inokulasi

memiliki tujuan untuk menyediakan seperangkat

keterampilan secara efektif untuk menangani situasi

stres di masa depan. Prosedur ini melibatkan tiga fase:

pertama adalah tahap pendidikan, yang dirancang

untuk menyediakan klien yang berhubungan dengan

pekerjaan rumah untuk memahami sifat dari reaksi

stres mereka. Pada tahap kedua, klien praktek teknik

tertentu mengatasi kognitif dan perilaku serta berlatih

keterampilan baru. Dalam fase akhir anggota

membantu menerapkan pelatihan dan keterampilan

kognitif dan perilaku baru yang telah mereka peroleh

untuk situasi stres yang mereka jumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Prosedur ini terdapat pelatihan

didaktik, diskusi, kognitif dan pemodelan terang-

terangan, pembelajaran diri dan pembinaan penguatan

perilaku.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

28

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang terkait dengan

penerapan layanan konseling kelompok Behavioral

antara lain sebagai berikut.

Wilantara (2013) meneliti tentang penerapan

konseling Behavioral dengan teknik desensitisasi

sistematik untuk meningkatan motivasi belajar siswa di

kelas VII F SMP Negeri 2 Seririt Tahun Pelajaran

2012/2013. Hasil penelitian tindakan bimbingan

konseling yang dirancang menjadi dua siklus

memberikan hasil bahwa konseling Behavioral dengan

teknik desensitisasi sistematik mempu meningkatan

motivasi belajar dari 48% menjadi 59% pada siklus I

dan dari 59% menjadi 76% pada siklus II.

Penelitian lainnya oleh Wirnawati, dkk (2013)

tentang penerapan model konseling Behavioral teknik

pembiasan melalui konseling kelompok menanggulangi

kesulitan belajar siswa X AP4 SMK N 2 Singaraja tahun

2012/2013. Hasil penelitian tindakan bimbingan

konseling yang dilakukan sampai 2 siklus

menunjukkan bahwa ada peningkatan mutu belajar

sehingga menganggulangi kesulitan belajar.

Peningkatan mutu belajar dapat dilihat dari

peningkatan perilaku yang sudah bisa berkonsentrasi,

tidak mengantuk, menunjukkan motivasi belajar serta

keseriusan untuk bersekolah dan sudah dapat

mengatur waktu belajar dengan baik.

Penelitian Indayani (2014) tentang penerapan

konseling Behavioralal dengan teknik penguatan positif

sebagai upaya untuk meminimalisasi perilaku

membolos pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Sawan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

29

tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian tindakan

bimbingan dan konseling yang dilakukan sampai dua

siklus memberikan dampak terhadap penurunan

perilaku membolos.

2.8 Kerangka Pikir

Rendahnya motivasi belajar di kalangan siswa

SMA merupakan masalah yang umum terjadi, dan

biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku maladaptif,

seperti kebiasaan membolos di saat pelajaran-pelajaran

tertentu, tidak konsentrasi mengikuti kegiatan

pembelajaran, membuat suasana gaduh, tidak

menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan sebagainya.

Perilaku-perilaku tersebut perlu dilakukan perbaikan

dengan layanan konseling kelompok. Layanan ini di

sekolah jarang dilakukan karena pada umumnya

konselor lebih memilih layanan informasi yang bersifat

klasikal.

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir penelitian

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15559/2/T2_942013056_BAB II... · Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang utama

30

Layanan konseling kelompok merupakan salah

satu jenis layanan konseling yang memanfaatkan

dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal

yang berguna bagi pengembangan pribadi dan/atau

pengentasan masalah individu yang menjadi peserta.

Pendekatan yang dilakukan untuk pemecahannya

adalah Behavioral yaitu suatu pendekatan yang dapat

membantu individu mengontrol atau mengubah

tingkah lakunya membentuk perilaku yang baru agar

meninggalkan perilaku lama yang maladaptif.

Berdasarkan proses layanan konseling dengan

pendekatan Behavioral yang direncanakan melalui

rencana pelaksanaan layanan dalam jangka tertentu

diharapkan akan berdampak pada output peserta didik

yang memiliki motivasi belajar tinggi.

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah layanan konseling

kelompok Behavioral dapat meningkatkan motivasi

belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo

Kendal.