sinopsis buku manajemen perpustakaan digital filetersebut sering disingkat poac, yaitu singkatan...
TRANSCRIPT
SINOPSIS MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DIGITAL
Oleh: Sismanto, M.KPd.
Manajemen Perpustakaan Konvensional Masalah utama yang di hadapi bangsa kita, khususnya dalam
bidang pendidikan dalam menghadapi era globalisasi (terutama pasar
global) adalah rendahnya tingkat kualitas sumberdaya manusia.
Kecenderungan ini menuntut kita agar lebih proaktif dalam meningkatkan
profesionalime tenaga kerja dalam bidang pendidikan (pustakawan).
Hanya dengan tingkat kemampuan profesionalisme yang handal, dapat
mempengaruhi budaya pendidikan dari menejemen sumberdaya manusia
yang tradisonal menuju menejemen yang lebih modern.
Pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas di Indonesia
bukanlah persoalan mudah dan jangka pendek, melainkan persoalan pelik
dan jangka penjang. Oleh karena itu, baik SDM perpustakaan maupun
masyarakat dan pemerintah harus bersinergi dan berkomitmen untuk
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalitas SDM
perpustakaan. Hal ini harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak boleh
hanya sekali jadi, karena profesionalitas terus berkembang, tidak pernah
mengenal kata berhenti. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia adalah pengembangan minat baca dan kebiasaan
membaca. Perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan
pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang
harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien
dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing
dalam menjalani era globalisasi tersebut dengan cara manajemen
perpustakaan dengan baik.
Kaitannya dengan manajemen, dahulu kala manajemen digunakan
dalam istilah bisnis, akan tetapi dewasa ini kata manajemen seringkali
digunakan dalam istilah pendidikan (manajemen pendidikan). Dari sini
saya ingin menguraikan manajemen sekolah yang lebih sempit (baca
perpustakaan).
Kata manajemen telah menjadi kosakata bahasa Indonesia dan
telah menjadi bahan pencaturan sehari-hari. Banyak orang yang
menyatakannya dalam makna yang tepat tapi banyak pula orang yang
menyatakannya tanpa tahu makna apa sebenarnya kata manajemen
tersebut. Secara ringkas dapat dikatakan manajemen adalah ilmu dan
seni meramu sumberdaya organisasi sehingga bisa dicapai hasil yang
semaksimal mungkin.
Manajemen disebut sebagai ilmu, sebab manajemen memang bisa
dipelajari, diteliti, dan dilakukan secara ilmiah. Hanya saja gaya seseorang
dalam melakukan manajemen tidak sama dengan orang lain, misalnya:
resep rawon, sate, pecel, dan sebagainya pasti mengandung bahan-
bahan sehingga masakan tersebut bisa disebut rawon, sate atau pecel.
Akan tetapi rawon nguling akan berbeda dengan rawon masakan kita
sendiri. Itulah barangkali yang disebut dengan manajemen sebagai suatu
seni.
Dalam kaitannya dengan perpustakaan, maka bisa dikatakan
bahwa manajemen perpustakaan yang dilakukan oleh sebuah lembaga
akan berbeda dengan lembaga yang lain, namun tetap ada ciri-ciri utama
yang sama yang bisa membuat manajemen perpustakaan berhasil.
Kelemahan umum kita dalam mengelola organisasi adalah terlalu
banyak seninya dibanding dengan ilmunya, sehingga gaya manajemen
yang dilakukan bersifat mencoba-coba (trial and eror).
Kelemahan kedua, adalah penerapan manajemen “gotong royong”
artinya semua orang melakukan semua pekerjaan, tidak ada pembagian
kerja yang tegas dan jelas, sehingga proses manajemen tidak
berlangsung secara efektif dan efisien. Bahkan sering terjadi benturan
antara satu unit dengan unit lainnya, sehingga menyebabkan
pendayagunaan sumberdaya organisasi tidak secara sinergis dan banyak
pemborosan. Dalam hal ini yang terjadi adalah sama-sama bekerja, tetapi
bukan kerjasama.
Kelemahan ketiga adalah gaya manajemen “tukang cukur”, yaitu
satu orang melakukan semua pekerjaan, mulai dari membuka kios,
menyapu, memotong rambut, menutup kios, dan mengelola keuangan
sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yang “merasa” dirinya mampu
dalam segala hal (ngabehi) dan tidak memberikan porsi pekerjaan kepada
orang lain. Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan
beban pekerjaan yang lebih banyak, justru tidak dapat melakukan
pekerjaan karena tersentralisasi di tangan beberapa orang saja, sedang
yang lain justru kurang pekerjaan.
Kelemahan lain adalah manajemen “sungkanisme”, yaitu suatu
manajemen yang tidak asertif. Budaya sungkan (segan) menegur
kesalahan teman dan budaya marah kalau ditegur teman membuat
organisasi berjalan kesana-kemari tak tentu arah, sehingga tak bisa
mencapai tujuan yang dikehendaki.
Atas dasar kelemahan-kelemahan umum (termasuk dalam
mengelola perpustakaan) tersebut diatas, marilah kita bahas bersama
“sekilas tentang manajemen perpustakaan”.
Memanage atau mengelola perpustakaan artinya mengatur agar
seluruh potensi perpustakaan berfungsi secara optimal dalam mendukung
tercapainya tujuan perpustakaan. Jadi kepala perpustakaan mengatur
agar konsumen dan staf lainnya mau bekerja secara optimal, dengan
mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi
masyarakat demi mendukung ketercapaian tujuan perpustakaan.
Agar manajemen suatu organisasi bisa berjalan dengan berhasil,
paling tidak ada 4 (empat) unsur pokok manajemen yang harus dilakukan,
yaitu: (1) perencanaan/ planning; (2) organisasian/ organizing; (3)
pelaksanaan/ actuating; dan (4) pengendalian/ controlling. Keempat unsur
tersebut sering disingkat POAC, yaitu singkatan dari Planning, Organizing,
Actuating, dan Controlling.
Peran dan Fungsi Perpustakaan Perpustakaan bertujuan memberi bantuan bahan pustaka yang
diperlukan oleh para pemakai. Tujuan perpustakaan sekolah adalah
sebagai berikut: (1) agar timbul kecintaan terhadap membaca, memupuk
kesadaran membaca dan menanamkan kebiasaan membaca, (2)
membimbing dan mempercepat penguasaan teknik membaca, (3)
memperluas dan memperdalam pengalaman belajar, (4) membantu
perkembangan percapakan bahasa dan daya pikir murid, (5) dapat
menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara baik, (6)
memberikan dasar-dasar kemampuan penelusuran informasi, dan (7)
memberikan dasar-dasar kemampuan ke arah studi sendiri.
Selain itu, tujuan perpustakaan sekolah juga untuk menunjang
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan.
perpustakaan sekolah memiliki peran penting dalam memacu tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah. Dengan demikian perpustakaan sekolah
merupakan suatu unit kerja dari sebuah lembaga persekolahan yang
berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka penunjang proses
pendidikan yang diatur secara sistematis. tujuannya adalah untuk
digunakan secara berkesinambungan sebagai sumber informasi untuk
mengembangkan dan memperdalam pengetahuan baik oleh guru, siswa
maupun warga sekolah.
Keberadaan perpustakaan sekolah juga memiliki manfaat. Secara
rinci manfaat perpustakaan sekolah, baik yang diselenggarakan di tingkat
sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi sebagaimana
dikemukakan oleh Bafadal, adalah sebagai berikut.
1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid
terhadap membaca.
2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar
murid-murid.
3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan membaca.
4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat penguasaan teknik
membaca.
5. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggung
jawab.
6. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam
menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
7. Perpustakan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan
sumber-sumber pengajaran.
8. Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru,
dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Jika dikaitkan dengan segi pelayanan, perpustakaan tidak hanya
terbatas di ruangan atau gedung saja, tetapi juga pelayanan sampai pada
tingkat kelas. Secara umum tujuan perpustakaan sebagai fungsi
pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Memupuk kegemaran dan kebiasaan membaca.
2. Membantu mengembangkan ketrampilan berbahasa baik bahasa
sendri maupun bahasa lainnya.
3. Membantu anak didik mengembangkan minat, bakat, serta
kegemaran
4. Membantu anak didik agar dapat menggunaan dan memanfaatkan
bahan-bahan pustaka secara baik.
5. Membimbing anak didik untuk belajar bagaimana menggunakan
dan memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien
terutama dalam menelusuri bahan pustaka yang diinginkan.
Sedangkan menurut Andoyo, tujuan perpustakaan sekolah adalah
membantu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap
hidup siswa dan guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Sumpeno, menyatakan bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai
berikut: (1) fungsi informasi, (2) fungsi pendidikan, (3) fungsi administrasi,
(4) fungsi rekreatif, (5) fungsi sosial, dan (6) fungsi riset.
Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai informasi yang
meliputi bahan tercetak, terekam maupun koleksi lainnya agar siswa
dapat:
1. Mengambil berbagai ide dari buku yang ditulis oleh para ahli dari
berbagai bidang ilmu.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyerap informasi dalam
berbagai bidang serta mempunyai kesempatan untuk dapat memilih
informasi yang layak yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Memperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi
yang tersedia di peprustakaan dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan.
4. Memperoleh informasi yang tersedia di perpustakaan untuk
memmecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat.
Pendapat serupa juga dikemukan oleh Darmono, bahwa
perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaannya dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Perpustakaan merupakan sumber belajar.
2. Merupakan salah satu komponen sistem instruksional.
3. Sumber untuk penunjang peningkatan kualitas dan pembelajaran
4. Sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan peserta didik
dapat mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca,
menulis, berpikir dan berkomunikasi.
Dalam kaitannya dengan sumber belajar, maka perpustakaan
merupakan salah satu dari beberapa sumber belajar yang ada di
lingkungan sekolah. Secara organisatoris persekolahan, perpustakaan
cenderung berada di bawah koordinasi pusat suber belajar (PSB) yang
dikoordinatori oleh koordinator PSB. Namun demikian, ada juga
perpustakaan sekolah yang secara langsung berada di bawah kepala
sekolah sebagai badan otonom dan bertanggungjawab langsung kepada
kepala sekolah.
Model yang kedua di atas, umumnya dikembangkan oleh sekolah
yang mengerti dan sadar betul akan pentingnya peran dan fungsi
perpustakaan. Mengingat, dengan berada dibawah komando langsung
pemegang kebijakan di tingkat satuan pendidikan sehingga secara
operasional manajemen lebih baik, penambahan koleksi, dan
pengembangan perpustakaan jauh lebih terarah daripada berada di
bawah koordinasi Pusat Sumber Belajar (PSB). Namun demikian, kedua
model di atas tidak terjadi perbedaan yang menyolok, baik dari segi
aktifitas maupun pengembangannya, dengan catatan bahwa
perpustakaan harus dikelola secara proporsional dan sistem manajerial
yang handal.
Perpustakaan Ideal
Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau
lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa
buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur
secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan
sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya. Sedangkan Soetopo
(2002), mengatakan perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang
diselenggarakan di sekolah yang bermaksud menunjang program belajar
mengajar di lembaga pendidikan formal. Perpustakaan adalah suatu unit
kerja yang menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan dan
pemeliharaan berbagai jenis bahan pustaka, dikelola secara sistematis
untuk digunakan sebagai informasi bagi pemakai perpustakaan.
Sebagai salah satu unsur penunjang dalam penyelenggaraan
kegiatan pendidikan di sekolah adalah perpustakaan sekolah.
Perpustakaan adalah salah satu lembaga pendidikan non formal
merupakan pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan dan teknologi,
rekreasi serta pelestarian khasanah budaya bangsa.
Banyak sekolah yang masih belum mempunyai perpustakaan dan
ada sebagaian yang kondisinya sangat menyedihkan. Perkembangan
perpustakaan belum optimal dikarenakan faktor dana, membaca belum
membudaya di kalangan masyarakat Indonesia serta tenaga
perpustakaan yang kurang kompeten di bidangnya. Namun demikian,
harus diakui bahwa profesi pustakawan belum sepenuhnya diakui oleh
masyarakat karena mereka secara langsung belum mendapatkan manfaat
dan jasa dari pustakawan secara optimal.
Kebijakan pemerintah tersebut tidak diiringi pengawasan terhadap
kinerja pustakawan, sehingga berdampak pada kinerja, mutu dan kualitas
pustakwan semakin berkurang dan cenderung menurun. Oleh karena itu,
perlu dilakukan suatu upaya peningkatan mutu dan kualitas pustakawan
dengan jalan mengadakan seminar, diskusi, pelatihan, dan pendidikan
bagi pustakawan.
Pembinaan dan pengembangan sumber daya Manusia
(pustakawan) sebagai upaya untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan perpustakaan untuk saling tukar informasi serta
pengembangan kemampuan dan kreatifitas antara para peserta.
Disamping itu pembinaan ini juga dimaksudkan untuk menciptakan
kesamaan pandang akan pentingnya fungsi perpustakaan. Diantara fungsi
perpustakaan adalah sebagai penyimpan, pendidikan, penelitian,
informasi, dan rekreasi kultural.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia adalah pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca.
Perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan pengembangan minat
baca dan kebiasaan membaca, sehingga semakin disadari bahwa
masyarakat gemar membaca (reading society) merupakan persyaratan
dalam mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society) yang
merupakan salah satu ciri masyarakat maju dan beradab.
Menurut Soetopo, perpustakaan yang ideal harus memenuhi
pedoman-pedoman diantaranya adalah lokasi, tata ruang, administrasi,
pelayanan terhadap anggotanya dan koleksi buku-buku perpustakaan.
Sedangkan menurut Rachmananta, perpustakaan dikatakan ideal apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a). Berani memantapkan keberadaan lembaga perpustakaan sesuai
dengan jenisnya
b). Selalu meningkatkan mutu melalui pelatihan-pelatihan bagi
tenaga pustakawan
c). Melakukan promosi dan menyelenggarakan jaringan kerja sama
baik dalam negeri maupun luar negeri
d). Melakukan upaya-upaya pengembangan dan pembinaan
perpustakaan terus menerus dari segi sistem menejemen dan
teknis operasional.
Standar perpustakaan sekolah sangat berhubungan erat dengan
keadaan sekolah yang memiliki program pendidikan dan pengajaran.
Setiap negara menentukan syarat-sayarat ataupun patokan yang dijadikan
dasar dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan.
Perpustakaan Sebagai Pusat Pengembangan Membaca
Salah satu upaya pengembangan minat dan kegemaran membaca
adalah dengan adanya distribusi buku. buku merupakan salah satu syarat
mutlak yang diperlukan untuk pengembangan program ini, khususnya bagi
anak-anak kecil yang tentunya belum begitu banyak mengenal teknologi
informasi. Artinya, bahwa fungsi buku memberikan tempat tersendiri bagi
perkembangan anak.hal inilah yang kemudian berimplikasi pada semakin
maraknya industri perbukuan/penerbit di Indonesia secara khusus dan
dunia perbukuan secara global.
Industri perbukuan yang dikemukakakan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Bapak Wardiman Djojonegoro yang dikutip oleh Paembonan,
bahwa ada 4 (empat) pilar utama yang ada dalam industri perbukuan. 4
pilar utama tersebut, yaitu: (1) pengarang, (2) penerbit (maupun
percetakan), (3) distributor, dan (4) konsumen.
Gambar Empat pilar utama dalam industri perbukuan
Berangkat dari keempat pilar tersebut kemudian dielaborasi
menjadi beberapa varian yang mendukung perkembangan industri
perbukuan. Pertama, pengarang merupakan pilar utama yang harus ada
dalam penggalakkan industri perbukuan. Penggalakkan upaya
pengembangan dan perkembangan perbukuan nasional diharapkan
adanya adanya pengarang/penulis berbakat dan hasil karya yang berupa
buku-buku yang berkualitas, jurnal, dan semisalnya. Sehingga memberi
peluang kepada penulis-penulis ataupun pengarang-pengarang untuk
mengembangkan potensinya.
Kedua, selain adanya pengarang juga dibutuhkan adanya penerbit
yang bersinergi dengan pengarang. Pengarang menghasilkan karya,
sedangkan penerbit berfungs menerbitkan hasil karya pengarang. Namun
tidak dapat dinafikan, sulitnya pengarag menembus ketatnya persaingan
dalam menerbitkan karya, mengindikasikan bahwa hanya karya-karya
bermutu dan berkualitas sajalah yang layak terbit. Sehingga, dibutuhkan
suatu wahana untuk memuluskan hasil karya anak bangsa ini misalnya
ditelorkannya kebijakan pemerintah menerbitkan karya tersebut walaupun
Konsumen
Industri Perbukuan
Penerbit
Distributor Pengarang
hanya sekedar sebagai prototif buku-buku “drop-dropan” dari pemerintah
dengan catatan karya tersebut sesuai dengan budaya, corak, dan
kebutuhan sekolah penerima.
Ketiga, distributor ini merupakan kepanjangan tangan dari penerbit
dan pengarang untuk mendistribusikan hasil terbitan penerbit yang
bersangkutan. Dan keempat, adalah konsumen yang menjadi objek dalam
pengembangan dan perkembangan industri perbukuan. Konsumen
membeli buku-buku yang mereka perlukan. Jika anak sudah dbiasakan
membaca di usia dini, maka sudah barang tentu ide besar Wardiman
Djojonegoro akan menjadi sebuah kenyataan.
Managemen Perpustakaan Digital Perpustakaan sekolah mempunyai tanggungjawab yang besar
terhadap peningkatan dan pengembangan minat dan kegemaran
membaca, baik itu untuk peserta didik ataupun guru maupun karyawan
yang menginginkan informasi dari perpustakaan. Hal ini dilatari oleh peran
dan fungsi perpustakaan sebagai pusat pengembangan minat baca.
Perkembangan informasi global semakin tampak dirasakan oleh
masyarakat, baik dalam kebutuhan barang, layanan maupun jasa.
Kebutuhan akan layanan yang prima tentunya membutuhkan suatu
manajemen dan perangkat yang berkelas. Dan salah satu alternatif yang
saat ini lagi menjadi komoditi publik adalah berkembangnya penggunaan
teknologi informasi yang bersinergi dengan operasional manajemen
perpustakaan.
Teknologi informasi mampu menyalurkan data dalam jumlah sangat
besar dan waktu sangat cepat berupa data berbentuk suara, gambar, dan
teks, atau data dalam multimedia. Erat kaitannya dengan hubungan kerja
sama yang saling dapat memanfaatkan sumber daya tadi, maka terhadap
adanya pendapat bahwa pusat studi harus didukung oleh perpustakaan
yang djadikan sebagai pusat pengembangan, hal tersebut dapat diartikaN
sebagai sekolah tidak harus mempunyai perpustakaan sendiri di mana
sekolah berada.
Hal tersebut yang dikemukakan di muka tidak lebih karena
jamannya sudah lain, mengingat jaman sekarang juga disebut dengan
“The Age of Networked Intelligence”, yang dibackup oleh jaringan
informasi modern sehingga segala urusan dapat dilakukan tanpa harus
berada ditempat kegiatan dilaksanakan.
Selain menggagas tentang kemungkinan pengembangannya ke
depan, maka untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah tafsir
terhadap kemungkinan-kemungkinan itu sejak sekarang telah diantisipasi
beberapa alternatif antara lain yang terkait dengan keberadaan
perpustakaan. Sudah selayaknya kalau ada pihak yang mendapat
manfaat, pihak itu juga harus membantu kelangsungan keberadaannya.
Seperti untuk melakksanakan fungsi pusat studi, perpustakaan ini tidak
dapat bekerja sendiri, atau mengandalkan kekuatan sendiri. Karena itu
jalinan kerjasama antara berbagai pihak secara sinergis merupakan
keharusan, terlebih lagi dalam rangka berbagi pemanfaatan sumber daya.
Karena itu masyarakat ilmu pengetahuan dunia juga diharapkan akan
memberikan bantuan terhadap keberadaannya. Dengan demikian, maka
himbauan kepada semua fihak untuk memberikan dukungan dan bantuan,
bukan saja pada tahap pembangunannya tetapi juga pada tahap operasi
seterusnya, menjadi sangat memenuhi syarat-syarat kepatutan
perpustakaan secara universal.
Beberapa hal yang mendasari pemikiran tentang perlunya
dilakukannya digitasi perpustakaan adalah sebagai berikut:
a). Perkembangan teknologi informasi di Komputer semakin membuka
peluang-peluang baru bagi pengembangan teknologi informasi
perpustakaan yang murah dan mudah diimplementasikan oleh
perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini teknologi
informasi sudah menjadi keharusan bagi perpustakaan di
Indonesia, terlebih untuk mengahadapi tuntutan kebutuhan bangsa
Indonesia sebuah masyarakat yang berbasis pengetahuan -
terhadap informasi di masa mendatang.
b). Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, informatif, preservatif dan
rekreatif yang diterjemahkan sebagai bagian aktifitas ilmiah, tempat
penelitian, tempat pencarian data/informasi yang otentik, tempat
menyimpan, tempat penyelenggaraan seminar dan diskusi ilmiah,
tempat rekreasi edukatif, dan kontemplatif bagi masyarakat luas.
Maka perlu didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini
dan masa yang akan datang yang sesuai kebutuhan untuk
mengakomodir aktifitas tersebut, sehingga informasi dari seluruh
koleksi yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang
membutuhkannya dari dalam maupun luar negeri.
c). Dengan fasilitas digitasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang
ada dapat dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik di
Indonesia, maupun dunia internasional.
d). Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu
hingga ratusan ribu, bahkan bisa jutaan koleksi, dengan layanan
mencakup masyarakat sekolah (peserta didik, tenaga
kependidikan, dan masyarakat luas), sehingga perlu didukung
dengan sistem otomasi yang futuristik (punya jangkauan
kedepan), sehingga selalu dapat mempertahanan layanan yang
prima.
e). Saat ini sudah banyak perpustakaan, khususnya di perguruan
tinggi dengan kemampuan dan inisiatifnya sendiri telah merintis
pengembangan teknologi informasi dengan mendigitasi
perpustakaan (digital library) dan library automation yang saat ini
sudah mampu membuat Jaringan Perpustakaan Digital Nasional
(Indonesian Digital Library Network).
f) Awal adanya perpustakaan digital di Indonesia adalah eksperimen
sekelompok orang di perpustakaan pusat Institut Teknologi
Bandung (ITB). Mereka memprakarsai Jaringan Perpustakaan
Digital Indonesia bekerja sama dengan Computer Network
Research Group (CNRG) dan Knowledge Management Research
Group (KMRG). Proyek ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan tinggi, menumbuhkan semangat berbagi pengetahuan
antar pendidikan tinggi dan lembaga penelitian melalui
pengembangan jaringan nasional perpustakaan. Proyek kecil ini
kemudian mendapat sambutan positif dari berbagai pihak sehingga
marak. Perpustakaan yang beralamat di www.indonesiadln.org itu
melibatkan seratus lembaga lebih untuk menjadi mitra dalam
penyebaran pengetahuan berupa koleksi file digital melalui jaringan
internet. Para anggota, di antaranya Litbang Depkes, Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM), Magister Manajemen (MM ITB),
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Cendrawasih
(Uncen), Papua, Universitas Tadulako (Untan), Sulawesi Tengah,
dan Universitas Yarsi, Jakarta, aktif melakukan tukar-menukar data.
Perpustakaan Digital
Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai
layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi
tesebut melalui perangkat digital. Layanan ini diharapkan dapat
mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi
seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan
cepat, tepat, dan akurat.
Menurut Widayawan, beberapa istilah yang digunakan untuk
mengungkapkan konsep perpustakaan digital seperti perpustakan
elektronik, perpustakaan maya, perpustakaan hyper, dan perpustakaan
tanpa dinding. Pada dasarnya, perpustakaan digital itu sama saja dengan
perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis
komputer dan sumber informasinya digital.
Jaringan informasi semacam internet memberikan kesempatan luas
untuk mengakses lembaga yang menyediakan informasi. Jaringan ini
berfungsi sebagai perpustakaan yang dinamakan perpustakaan tanpa
dinding.
Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait
dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi
pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas
pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup
koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan
dalam bentuk tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya
dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran. Perpustakaan ini
melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini
demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan
penelusuran informasi.
Gagasan perpustakaan digital ini diikuti Kantor Kementerian Riset
dan Teknologi dengan program Perpustakaan Digital yang diarahkan
memberi kemudahan akses dokumentasi data ilmiah dan teknologi dalam
bentuk digital secara terpadu dan lebih dinamis. Upaya ini dilaksanakan
untuk mendokumentasikan berbagai produk intelektual seperti tesis,
disertasi, laporan penelitian, dan juga publikasi kebijakan. Kelompok
sasaran program ini adalah unit dokumentasi dan informasi skala kecil
yang ada di kalangan institusi pemerintah, dan juga difokuskan pada
lembaga pemerintah dan swasta yang mempunyai informasi spesifik
seperti kebun raya, kebun binatang, dan museum.
Sayangnya, pertumbuhan perpustakaan digital masih dilakukan
dengan trial and error, sehingga timbul kesan pemborosan dan kesia-
siaan. Keadaan seperti ini sebenarnya bisa dikurangi sehingga menekan
biaya dan waktu yang tidak perlu, antara lain dengan survei dan studi
banding yang kuat. Kajian yang jeli pada ketersambungan dan
aksesibilitas yang erat kaitannya dengan infrastruktur informasi akan
menghindarkan kita dari kerugian karena investasi besar sia-sia.
Lahirnya perpustakaan digital di Indonesia ini disambut baik para
pengelola informasi atau pustakawan. Kebanyakan pustakawan terbuka
terhadap perubahan teknologi, tetapi juga masih mengingat fungsi
tradisional mereka, yaitu membantu orang untuk mencari informasi, baik
dalam bentuk digital atau tercetak.
Sosialisasi program perpustakaan digital terhadap para anggota
jaringan dan para pengguna itu penting. Dalam hal ini, perlu peningkatan
kesadaran akan fungsi utama mereka, yaitu memberikan kemudahan
akses pengguna terhadap informasi. Untuk mempermudah akses,
pustakawan perlu mendorong pengguna perpustakaan digital untuk melek
informasi (information literate). Pengguna perpustakaan yang seperti ini
adalah mereka yang sadar kapan memerlukan informasi dan mampu
menemukan informasi, mengevaluasinya, dan menggunakan informasi
yang dibutuhkannya itu secara efektif dan beretika
Digitasi Perpustakaan
Pada tahap pembangunan dan pemberdayaan perpustakaan,
perhatian diarahkan pada penyelesaian bangunan fisik, penyediaan
sarana lainnya seperti utilities, jaringan informasi, pengisian dengan isi
materi koleksi. Pada tahap pengembangan perpustakaan secara umum,
termasuk pengembangan fungsi dan program kegiatan, serta
pengembangan koleksi terus menerus.
Untuk kategori operasi, fokusnya makin diberikan pada
pengembangan organisasi pengelola, pengembangan sistem operasi
perpustakaan, pelaksanaan pemberian pelayanan, pembuatan program-
program baru, upaya untuk makin mandiri dengan mengurangi
ketergantungan pada sumbangan, serta mobilisasi dana dan sumber daya
baik secara berkala maupun permanen. Semua penjelasan ini adalah
untuk meyakinkan semua pihak bahwa rangkaian pekerjaan yang harus
dilakukan ke depan adalah masih sangat panjang karena itu harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya melaldigital sinergisitas peran dan
fungsi semua pihak. Untuk inilah, himbauan dukungan dan bantuan itu
disampaikan.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melayani 1 orang pengguna
jasa perpustakaan dalam pelayanan sirkulasi kurang lebih 3 sampai
dengan 5 menit. Sedangkan, apabila menggunakan sistem komputer
dibutuhkan waktu kurang dari 30 detik. Hal ini mengindikasikan bahwa
perpustakaan yang masih menggunakan sistem konvensional kurang
optimal dalam hal pelayanan. Salah satu jawaban atas permasalahan
tersebut adalah adanya suatu aplikasi program perpustakaan yang serba
komputer (perpustakaan digital).
Digitasi perpustakaan merupakan salah satu jawaban terhadap
pelayanan sirkulasi dan pelayanan informasi yang selama ini dikeluhkan
masyarakat pengguna jasa perpustakaan. Hal ini tentunya dapat
mengeliminir image negatif terhadap perpustakaan beralih fungsi menjadi
tempat nongkrong, gosip, dan sebagainya dan bukan tidak dapat
memainkan perannya yang signifikan sebagai bagian dalam dunia
informasi, baik yang bersifat ilmiah, edukatif, rekreatif, ataupun fungsi-
fungsi lainnya.
Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah
sebagai berikut: (1) long distance service, (2) akses yang mudah, (3)
murah (cost efective), (4) pemeliharaan koleksi secara digital, (5) jawaban
yang tuntas, (6) jaringan global.
Keuntungan lain dari peran perpustakaan digital adalah: (1)
Manfaat perpustakaan digital diantaranya, (2) sebagai sumber
pengetahuan, (3) media penyebaran pengetahuan, (4) untuk
penyimpanan (repository), (5) untuk perawatan/preservasi, (6) media
promosi/etalase hasil karya civitas akademika, dan (7) mencegah
duplikasi dan plagiat.
Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan
dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney
(1996), mengemukakan empat alasan yaitu: institusi dapat berbagi koleksi
digital, koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak
pada tingkat lokal, penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik,
dan nilai jangka panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan
dengan pemeliharaan dan penyampaiannya. Di sisi lain, Internet sebagai
media dimana bahan digital tersedia, standar dan teknologinya akan terus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Perpustakaan yang mengembangkan perpustakaan digital apabila
infrastruktur dan peralatan yang diperlukan sudah tersedia. Lankah
selanjutnya, pustakawan harus mampu mengidentifikasi sumberdaya yang
tersedia di dalam sekolah terutama sumberdaya manusia yang dapat
dijadikan mitra dalam pengembangan. Kolaborasi sebagai hubungan
formal dalam proses pengembangan mulai dari formulasi ide,
perancangan, pengujian produk hingga implementasi adalah sangat
penting.
.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Perpustakaan digital Dalam digitasi perpustakaan, ada 2 prinsip dasar pengembangan
yang menjadi isu sentral dalam pengembangan digital library. Prinsip-
prinsip tersebut yaitu: (1) koleksinya meliputi materi dari berbagai sumber,
(2) pemakai harus disajikan suatu pandangan homogen dan beragam
sumber. Dari pandangan di atas kemudian dielaborasi menjadi empat isu
strategis yang berkaitan dengan pengembangan dan pendayagunaan
perpustakaan di lingkungan sekolah seperti berikut ini.
1. Penyediaan sarana layanan merupakan suatu keharusan untuk
mendorong peningkatan pemanfaatan Komputer yang pada
gilirannya bermuara pada peningkatan kualitas dan produktivitas
warga sekolah.
2. Publikasi dengan perpustakaan digital mampu mendorong
peningkatan kualitas karya yang dihasilkan oleh warga sekolah.
3. Penyediaan infrastruktur Komputer di dalam sekolah mampu
meningkatkan efisiensi penyediaan layanan.
4. Kolaborasi antara bahan pustaka dan perpustakaan sesuai dengan
fungsinya masing-masing mampu dikembangkan dengan
pelayanan informasi berbasis Web yang sesuai dengan harapan
warga sekolah.
Berdasarkan isu strategis seperti yang dikemukakan di atas dapat
dirumuskan strategi pengembangan perpustakaan digital. Setiap
perpustakaan memiliki strategi pengembangan yang berbeda satu sama
lain, tergantung pada kondisi awal masing-masing perpustakaan. Belajar
dari pengalaman perpustakaan lain akan dapat membantu dalam
perumusan strategi yang sesuai dengan kondisi masing-masing
perpustakaan.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam perumusan strategi
tersebut antara lain adalah: (a) berapa besar perpustakaan digital yang
akan dibangun; (b) pustaka apa saja yang menjadi kebutuhan akses di
dalam sekolah; (c) komponen apa saja yang akan dibutuhkan; (d) siapa
saja praktisi yang mempunyai keahlian, (e) pengguna, (f) pengembang, (g)
tenaga teknis yang akan disertakan dalam pengembangan; dan (h) fungsi-
fungsi apa saja yang dapat didukung secara lokal atau apa saja yang
harus dipasok oleh pemasok.
Dalam sistem digitasi perpustakaan (digital library system)
dipersyaratkan berbagai unsur yang mendukung dan saling berkaitan satu
dengan yang lainnya sebagaimana ditulis oleh Arif (2003) dalam
makalahnya yang berjudul konsep dan perencanaan dalam automasi
perpustakaan. Unsur-unsur yang dimaksud adah sebagai berikut: (1)
Pengguna (user), (2) Perangkat keras (hardware), (3) Perangkat lunak
(software), (4) Data, (5) Network/LAN, dan (6) Manual/prosedur
penjelasan.
Rencana Pendigitasian Rencana pengembangan Perpustakaan digital harus dinyatakan
secara jelas dan detail. Rencana tersebut menjadi dasar pijakan untuk
melakukan seluruh kegiatan rutin perpustakaan. Salah satu ciri rencana
yang baik adalah bila rencana itu dirumuskan di dalam visi dan misi
Perpustakaan. Visi dan misi perpustakaan harus relevan dengan visi dan
misi sekolah. Tujuan, sasaran, dan strategi pun harus dinyatakan secara
jelas dan detail di dalam rencana strategis perpustakaan (telah dibahas
pada bagian perencanaan perpustakaan).
Selanjutnya, rencana perpustakaan yang baik harus mampu
mencerminkan kebutuhan dari seluruh stakeholder perpustakaan. Secara
sederharna, stakeholder perpustakaan dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok:
a. Personal atau kelompok yang mempengaruhi arah pengembangan
perpustakaan (kepala sekolah atau yayasan bila sekolah tersebut
swasta)
b. Pengelola perpustakaan, yakni yang melakukan pekerjaan atau
tugas-tugas perpustakaan
c. Personal atau kelompok yang menggunakan perpustakaan dan
layanannya (siswa, guru, karyawan, dan masyarakat)
Kebutuhan seluruh stakeholder harus mampu diterjemahkan dalam
rencana kerja perpustakaan yang sebelumnya diakomodir erlebih dahulu
dalam need assesment kebutuhan (meliputi analisis situasi dan perangkat
yang diperlukan), sehingga rencana kerja yang ada dilaksanakan sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan dan memenuhi kebutuhan dan kepuasan
(stakeholder satisfication). Untuk mendukung terlaksananya rencana
perpustakaan digital tersebut, beberapa usaha yang diperlukan dapat
berupa:
1. Mengembangkan rencana strategis perpustakaan. Rencana
strategis adalah proses yang berulang yang meliputi evaluasi,
pembaharuan, dan verifikasi terhadap rencana strategis yang
dibuat biasanya dilakukan 5 tahun sekali. Rencana strategis itu
harus dikomunikasikan dengan seluruh staf perpustakaan dan
menjamin akan adanya dukungan penuh dalam
implementasinya.
2. Menyiapkan dan menyusun draf rencana tahunan, yang
biasanya dikenal dengan perencanaan operasional. Pengelola
perpustakaan kemudian mengkomunikasikannya, memnta
persetujuan kepala sekolah dan meminta restu dari komite
sekolah. Penyusunan rencana operasional tahunan harus
melibatkan seluruh staf perpustakaan.
3. Menetapkan kebijakan perpustakaan (library policy decition) dan
standar pelaksanaan tugas-tugas perpustakaan dalam bentuk
Standard Operating Procedure (SOP).
4. Memonitor dan mengevaluasi kinerja perpustakaan (monitoring
and evaluating library performance) selama triwulan (tiga bulan
sekali).
5. Membuka kotak saran yang memungkinkan seluruh pengguna
perpustakaan dapat memberikan masukan, komentar, saran,
usulan, dan kritikan terhadap penyempurnaan program kerja
perpustakaan.
Sistem Berbasis Komputer di Perpustakaan Langkah yang diperlukan dalam pembuatan dan pengembangan
software yang akan digunakan dalam perpustakaan digital, diperlukan
studi banding pada perpustakaan yang telah menggunakan software yang
serupa yang kemudian akan di setup dalam perpustakaan kita. Studi ini
sangat membantu operasional perencanaan program digitasi, disamping
memperoleh informasi pengembangan software yang digunakan oleh
perpustakaan itu, juga memperluas jaringan dengan perpustakaan yang
lain. Adapun informasi yang diperlukan dalam pengembangan sistem
berbasis komputer adalah sebagai berikut:
1. Gambaran umum tentang sistem yang akan digunakan
Sebelum mengaplikasikan program yang akan digunakan dalam
mendigitasi perpustakaan, terlebih dahulu melihat gambaran dari sistem
yang akan diigunakan. Dalam hal ini apakah sistem tersebut khusus
interal perpustakaan atau dipublikasikan melalui internet/berbasis WEB
(dari software-sofware open source) seperti yang kembangkan di
beberapa perguruan tinggi maupun instansi pemerintah.
2. Kelebihan dan kelemahan sistem yang digunakan
Dengan menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opertunity, dan Threat) keunggulan dan kelemahan sistem dapat
teridentifikasi dengan baik. Adapun analisis SWOT telah diuraikan pada
bagian ketiga dalam buku ini, yakni tentang manajemen perpustakaan.
3. Alternatif solusi yang dapat diterapkan.
Setiap kebijakan yang diambil akan berdampak pada nilai (value).
Nilai yang dimaksud bisa positif atau yang lebih tragis lagi bahwa nilai
tersebut berdampak negatif pada lembaga yang mengambil keputusan
tersebut. Misalnya saja terjaadi perubahan lingkungan kerja yang dilihat
dari perspektif pelayanan pengguna, perpustakaan sekolah harus
memperkenalkan suatu pelayanan baru yang berkaitan dengan akses
sumberdaya informasi dan publikasi melalui Web (sistem yang
digunakan). Layanan digital berfungsi menyediakan fasilitas dan
bimbingan penggunaan perpustakaan sekolah, mengidentifikasi berbagai
sumberdaya yang tersedia melalui sistem dan menyebarluaskannya
kepada kelompok pengguna, melakukan penelusuran atas pesanan
pengguna, dan mendigitalisasi semua koleksi perpustakaan untuk
dipublikasikan melalui sistem komputerisasi yang digunakan di
perpustakaan.
4. Alokasi biaya
Alokasi biaya yang digunakan dalam penyediaan layanan digital
seperti layaknya pengenalan suatu pelayanan baru memerlukan
pendanaan baik untuk investasi awal maupun operasionalnya. Berapa
besar biaya yang diperlukan adalah tergantung pada berbagai faktor
diantaranya infrastruktur dan prasarana yang tersedia, jumlah terminal
layanan akses yang akan disediakan, jenis server yang akan digunakan,
dan tenaga pengembang yang tersedia di lingkungan sekolah.
Sumber pendanaan untuk layanan digital berasal dari anggaran
perpustakaan atau anggaran sekolah yang dialokasikan untuk
perpustakaan. Perpustakaan harus mengalokasikan biaya pengadaan
peralatan komputer dan peralatan pendukung lainnya dalam Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBS).
Sistem Informasi Manajemen Dalam upaya mencapai keberhasilan, para pengelola selayaknya
menyadari pengaruh dari lingkungan perpustakaan. Perpustakaan
berusaha memperoleh keunggulan kompetitif dengan mengelola arus
sumber daya termasuk informasi. Sumber daya informasi perpustakaan
mencakup lebih dari sekedar informasi. Sumber daya tersebut mencakup
pula perangkat keras, fasilitas, perangkat lunak, data, para spesialis
informasi dan para pemakai informasi.
Kegiatan mengidentifikasi sumber daya informasi yang akan
dibutuhkan perpustakaan di masa depan, mendapatkan sumber daya
tersebut, dan mengelolanya disebut perencaaan sumber daya informasi
secara strategis (strategic planning for information resources), atau SPIR.
SPIR adalah tanggung jawab semua manajer, tetapi manajer organisasi
jasa informasi (information service) memainkan peranan penting. Jabatan
CIO, yaitu chief information officer, menjadi semakin populer untuk
menggambarkan manajer jasa informasi.
Dari semua inovasi terbaru dalam penggunaan komputer, tidak ada
yang dampaknya sebesar end-user computing. IRM adalah konsep yang
mengintegrasikan konsep-konsep keunggulan kompetitif lain, CIO, IRM,
SPIR dan end-user computing. Dengan demikian, IRM memberikan
kerangka kerja bagi pemanfaatan komputer yang efektif.