bab ii pembahasan -...
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Perkembangan Pengaturan
Perundang-undangan merupakan salah satu sumber hukum dalam arti
formal yang dianut oleh negara yang menggunakan sistem civil law, seperti
Indonesia dengan latar belakang negara jajahan Belanda dan dalam rangka
menemukan keadilan maka para yuris dan lembaga yudisial maupun quasi-
judisial merujuk pada sumber tersebut. Apabila diselaraskan dengan pengertian
hukum menurut O. Notohamidjodjo dimana hukum adalah sekumpulan peraturan
baik tertulis maupun yang tidak tertulis yang bersifat sedikit memaksa yang hidup
dan tumbuh di dalam masyarakat maka dapat dipahami bahwa hukum haruslah
hidup dengan menyesuaikan segala perkembangan dan dinamika yang ada dalam
masyarakat. Berlandaskan pemahaman diatas maka hukum menyesuaikan dengan
kebutuhan dalam segala aspek kehidupan masyarakat yang dari masa ke masa
akan terus berkembang. Roscoe Pound dalam pendapatnya yang berkaitan dengan
Perkambangan makna hukum dalam hidup bermasyarakat ini mencakup beberapa
landasan yang diawali dengan memahami apa yang dimaksud hukum. Pertama
hukum dipandang sebagai aturan atau seperangkat aturan tingkah laku manusia
yang ditetapkan oleh kekuasaan yang bersfat Ilahi. Disini hukum dimaknai
sebagai wujud campur tangan langsung dari kekuasaan yang bersifat Ilahi
terhadap kehidupan manusia. 1 Kedua, hukum dimaknai sebagai sistem prisip
yang dikemukakan secara filosofis dan prinsip-prinsip yang mengungkapkan
1 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 110
1
hakikat hal-hal yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia.2 Dalam hal
ini pandangan yang bersifat transidental mulai dilepaskan digantikan pandangan
yang bersifat metafisis dan oleh sebab itu buku-buku teks dapat ditemukan
prinsip-prinsip keadilan dan hak dalam memberikan bentuk untuk dinyatakan
dalam pengalaman melalui penalaran. Ketiga, bahwa hukum dipandang sabagai
serangkaian perintah penguasa dalam suatu masyarakat yang diorganisir secara
politis.3 Berdasarkan perintah itulah manusia bertingkah laku tanpa perlu
mempertanyakan atas dasar apakah perintah itu diberikan. Tidak dapat disangkal
bahwa pandangan ini hanya mengakui hukum positif, yaitu hukum yang dibuat
oleh penguasa sebagai hukum.
A 1. Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum
Dalam konteks subyek hukum, di samping manusia sebagai pembawa hak,
badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan dipandang sebagai subyek hukum
yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti
manusia. Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki
kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan
pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka pengadilan. Badan-badan
atau perkumpulan tersebut dinamakan Badan Hukum (rechtpersoon) yang berarti
orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum.4 Hukum memberikan kedudukan
sebagai badan pribadi dalam wujud yang lain selain manusia yaitu badan hukum
2 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit , hlm. 111
3Ibid
4 CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-8, Jakarta: Balai Pustaka, 1989,hlm. 216
2
atau rechtspersoon. Rechtspersoon biasa disebut sebagai badan hukum yang
merupakan persona ficta atau orang yang diciptakan oleh hukum sebagai
persona.5 Selain subyek hukum yang orang perorang, badan hukum atau legal
entity adalah satu subyek hukum lain yang diakui sebagai subyek hukum.
Burgelijk Wetboek menggunakan istilah rechtpersoon pada permulaan abad
keduapuluh yaitu pada saat diadakannya pengaturan tentang kanak-kanak
(kinderwetten). Menurut Pasal 292 Ayat (2) dan Pasal 302 Buku I BW serta sejak
diadakannya buku Titel 10 Buku III BW (lama) pada tahun 1838 terdapat banyak
ketentuan tentang apa yang dimaksud dengan rechtpersonen tetapi istilah yang
digunakan adalah zedelijk lichaam (badan susila).6 Mengenai istilah ini, Purnadi
Purbacaraka dan Soerjono Soekanto berpendapat sebagai berikut:7
Dalam menejermahkan zadelijk lichaam menjadi badan hukum, lichaam
itu benar terjemahannya badan, tetapi hukum sebagai terjemahan zadelijk itu
salah, karena arti sebenarnya susila. Oleh karena itu, istilah zadelijk lichaam
dewasa ini sinonim dengan rechtpersoon, maka lebih baik kita gunakan
pengertian itu dengan terjemahan pribadi hukum.
Dalam peraturan di Indonesia, istilah yang resmi digunakan adalah badan hukum,
istilah ini dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan berikut:
1. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria
2. Perpu No. 19 Tahun 1960 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara
5 Sri Soedewi Maschun Sofwan dalam Chidir Ali, 2005, Badan Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 19.
6 Chidir Ali, 2005, Badan Hukum,: PT Alumni, Bandung, hlm. 14
7 Purnadi Purbacaraka, Sendi-Sendi Hukum Perdata Internasional (suatu orientasi), Edisi I, Jakarta: CV Rajawali, 1993, dalam Chidir Ali, Ibid, hlm. 17
3
3. UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
4. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan sebagainya
Black’s Law Dictionary mendefinisikan badan hukum atau artificial
person sebagai “persons created and devised by human laws for the purposes of
society and government, as distinguished from natural person, adapun legal entity
didefinisikan sebagai an entity, other than natural person, who has sufficient
existence in legal contemplation that it can function legally, be sued or sue and
make decisions through agents as in the case of corporation. 8Selanjutnya Black’s
Law Dictionary, memberikan pengertian legal entity sebagai (a) body, other than
a natural person, that can function legally, sue or be sued, and make decisions
thorugh agents.9 Sedangkan legal person diartikan sebagai an entity such as
corporation, created by law given certain legal rights and duties of a human
being; a being,real or imaginary, who for the purpose of legal reasoning is
treated more or less as a human being”.10
Adapun berdasarkan Pasal 1654 KUH Perdata, badan hukum didefinisikan
sebagai semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang
preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi
peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau
ditundukkan pada acara-acara tertentu. Sebelumnya dalam KUH Perdata Pasal
8 Henry Campbell Black, 2000, Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition, WestPublishing Co, St. Paul Minn, hlm.726.
9 Bryan A Garner, 2009,Black’s Law Distionary, 9th edition, ST Paul –Minnessota: West Publishing Co, hlm. 976
10 Ibid, hal. 1178
4
1653 diatur berkaitan dengan perkumpulan adalah selainnya perseroan yang sejati
oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai
perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau
diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-
perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu
maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.
Dengan demikian berdasarkan Pasal 1653 Bab Kesembilan dari Buku Ketiga
KUH Perdata, disebutkan 3 macam perkumpulan yaitu :
1) Perkumpulan yang diadakan oleh kekuasaan umum
2) Perkumpulan yang diakui oleh kekuasaan umum
3) Perkumpulan yang diperkenankan atau untuk suatu maksud
tertentu tidak berlawanan dengan undang-undang atau
kesusilaan.
Pasal 1653 tersebut merupakan landasan yuridis keberadaan badan hukum baik
badan hukum publik maupun privat, meskipun tidak secara tegas mengaturnya.
A. 1.1 Menurut Para Ahli
a. Menurut Van Apeldoorn, yang dimaksud dengan purusa hukum (badan hukum) adalah:
1. Tiap-tiap persekutuan manusia, yang bertindak dalam pergaulan hukum seolah-olah ia suatu purusa yang tunggal;
2. Tiap-tiap harta dengan tujuan yang tertentu, tetapi dengan tiada
yang empunya, dalam pergaulan hukum diperlakukan seolah-olah
ia sesuatu purusa (yayasan).
5
b. Menurut Utrecht,11 memberikan pengertian badan hukum sebagai setiap
pendukung hak yang tidak berjiwa atau bukan manusia.
c. Menurut Subekti badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau
perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak melakukan perbuatan seperti
seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri yang dapat digugat atau
menggugat di depan hakim.12 Dengan demikian rechtspersoon atau badan
hukum adalah orang yang diciptakan oleh hukum dan mampu melakukan
perbuatan-perbuatan hukum yang memiliki kekayaan sendiri.
d. Menurut Rochmat Soemitro,13 badan hukum atau rechtspersoon adalah
suatu badan atau perkumpulan yang dapat mempunyai harta, hak, serta
kewajiban seperti orang-orang pribadi
e. Sri Soedewi Maschun Sofwan,14 mengartikan badan hukum sebagai
kumpulan dari orang-orang yang bersama-sama mendirikan suatu badan
(perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan yang ditersendirikan untuk
tujuan tertentu. Kedua-duanya merupakan badan hukum.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli hukum mengenai badan hukum
di atas dapat diketahui bahwa tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kedudukan
badan hukum sebagai subyek hukum, karena badan hukum merupakan lembaga
yang independen, penyandang hak dan kewajiban, serta dapat bertindak di depan
11 Utrech, 1965, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Universitas, Jakarta, hlm.236
12 Subekti, 1996, Pokok-pokok Hukum Perdata, Pembimbing Masa, Jakarta, hlm 48
13 Rochmat Soemitro, 1993, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, Bandung, hlm. 10.
14 Sri Soedewi Maschun Sofwan dalam Chidir Ali, Op.cit. hal 19.
6
hukum. Implikasi hukum dari independen atau kemandirian tersebut, bahwa
keberadaan badan hukum tersebut tidak digantungkan pada kehendak pendiri atau
organ namun ditentukan oleh hukum. Dalam pengertian pokok, apa badan hukum
itu adalah segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang
demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.
Sebagai pendukung hak dan kewajiban yang bukan manusia, dalam
badan hukum terdapat 2 (dua) unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu:
pertama, dapat dipisahkannya hak dan kewajiban badan hukum dari hak dan
kewajiban anggota badan hukum dan kedua, organ badan hukum dapat berganti –
ganti namun demikian badan hukum tetap ada. Dengan demikian badan hukum
merupakan penyandang hak dan kewajibannya sendiri sebagai subyek hukum
yang memiliki status yang dipersamakan dengan orang perorangan sebagai subjek
hukum. Pengertian sebagai penyandang hak dan kewajiban, dengan demikian
badan hukum dapat digugat maupun menggugat di pengadilan. Kondisi ini
membawa konsekuensi bahwa keberadaannya dan ketidakberadaannya sebagai
badan hukum tidak digantungkan kepada kehendak sendiri atau anggotanya
melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang kriteria badan hukum yang
telah dipaparkan di atas, maka dapat disusunlah unsur-unsur badan hukum adalah
sebagai berikut.
1) Adanya pemisahan harta kekayaan antara pendiri dengan badan
hukum
2) Mempunyai harta kekayaan tertentu
3) Memiliki kepentingan tertentu
7
4) Memiliki organ yang menjalankan badan hukum
5) Adanya managemen yang teratur
Unsur-unsur inilah yang dapat ditemukan dalam suatu badan hukum, serta dapat
digunakan untuk membedakan badan hukum dengan bukan badan hukum.
Sedangkan agar perkumpulan atau badan usaha dapat disebut sebagai badan
hukum, maka beberapa syarat harus dipenuhi. Dari sumber hukum formal,
beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi badan hukum yaitu:15
1) Syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan ;
2) Syarat berdasarkan pada hukum kebiasaan;
3) Syarat berdasarkan yurisprudensi;
4) Syarat berdasarkan pada pandangan doktrin.
5)
A. 1.2 Syarat Berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan
Syarat-syarat berdasarkan undang-undang mendasarkan diri pada
ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata yang disebutkan demikian.
‘Selain perseroan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai
badan hukum juga diakui undang-undang, entah badan hukum itu diadakan oleh
kekuasaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah pula badan hukum itu
diterima sebagai yang diperkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud
tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.’
15 Chidir Ali, Op. Cit. Hlm.79-98
8
Berdasarkan pengaturan Pasal 1653 KUH Perdata di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa syarat untuk mendapatkan status badan hukum dapat
dilakukan melalui 2 cara yaitu:16
a) Dinyatakan dengan tegas atau uitdrukkelijk, bahwa suatu perhimpunan
adalah merupakan badan hukum
b) Tidak secara tegas dinyatakan, namun dengan peraturan sedemikian rupa
bahwa badan itu adalah badan hukum.
Aturan umum, dalam Pasal 1653 KUH Perdata, ditentukan bahwa selain
maatschap yang sejati atau eigenlijke maatschap, undang-undang juga mengakui
perhimpunan atau vereneging sebagai badan hukum atau zedelijk lichaam.
Berdasar Pasal 1653 KUH Perdata, Perkumpulan diakui sebagai badan hukum
(rechtspersoon, legal person). Perkumpulan adalah perhimpunan atau perserikatan
orang (zedelijke lichamen, corporate body) baik yang didirikan dan diakui oleh
kekuasaan umum seperti daerah otonom, badan keagamaan, atau yang didirikan
untuk suatu maksud tertentu yang tidak, bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan yang baik yang lazim disebut Perkumpulan.
Sebagai badan hukum, perkumpulan tersebut diperlukan pengesahan akta
pendirian perkumpulan, dengan memperhatikan tujuan, azas lapangan kerja dan
aturan-aturan lainnya dari perkumpulan tersebut.
Terdapat 3 (tiga) jenis badan hukum yang diakui yaitu:
a) Badan hukum yang diadakan oleh pemerintah
b) Badan hukum yang diakui oleh pemerintah
c) Badan hukum dengan konstruksi keperdataan.
16 Chidir Ali, Op.Cit. hlm. 80
9
Berkaitan dengan perkumpulan tersebut, Pasal 1655 KUH Perdata mengatur
tentang kewenangan bertindak dari pengurus, sebagai berikut.
1) para pengurus diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama
Perkumpulan,
2) para pengurus bertindak mewakili Perkumpulan di depan
pengadilan,
3) semua tindakan pengurus mengikat kepada Perkumpulan,
4) sekiranya perbuatan atau tindakan pengurus menyimpang dari
kewenangan atau kekuasaan yang diberikan kepadanya dalam
AD (Anggaran Dasar), tindakan itu tetap mengikat
perkumpulan, apabila tindakan itu memberi manfaat kepada
Perkumpulan atau apabila tindakan itu disahkan rapat anggota.
Kewajiban pengurus Pengurus Perkumpulan wajib memberi
pertanggungjawaban kepada anggota atas kepengurusan perkumpulan yang
disampaikan dalam rapat anggota. Diatur dalam Pasal 1659 KUH Perdata, jika
dalam akte pendirian, persetujuan-persetujuan dan reglemen-reglemennya tidak
diatur mengenai hak bersuara, maka masing-masing anggota suatu perkumpulan
mempunyai hak sama untuk mengeluarkan suaranya, segala keputusan diambil
dengan suara terbanyak. Adapun keputusan rapat dalam suatu perkumpulan diatur
menurut Pasal 1659 KUH Perdata, yaitu:
a) keputusan diambil dengan suara terbanyak, dan
10
b) masing-masing anggota mempunyai hak suara yang sama.
A. 1.3 Syarat Berdasarkan Doktrin
Disamping syarat berdasarkan peraturan perundangan, syarat yang dapat
digunakan untuk menentukan suatu organisasi, badan atau perkumpulan itu adalah
badan hukum, didasarkan pada doktrin. Ajaran para ahli hukum berkaitan dengan
syarat suatu badan, organisasi atau perkumpulan dapat menjadi badan hukum
dapat paparkan sebagai berikut.
Menurut Scholten badan hukum haruslah memenuhi unsur – unsur:
1) Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari suatu
perbuatan hukum pemisahan.
2) Mempunyai tujuan tertentu sendiri
3) Mempunyai alat perlengkapan atau organisasi
Sedangkan menurut Soenawar Soekowati, badan hukum haruslah memenuhi
unsur-unsur yang terdapat di dalam badan hukum yaitu: 17
1) Ada harta kekayaan yang terpisah, lepas dari kekayaan anggota-
anggotanya
2) Adanya kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum, serta bukan
kepentingan satu atau beberapa orang saja
3) Kepentingan tersebut haruslah panjang
4) Harus dapat ditunjukkan suatu harta kekayaan yang tersendiri, yang tidak
saja untuk obyek tuntutan tetapi juga sebagai upaya pemeliharaan
17 Ali, Chidir, 2005, Badan Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 17.
11
kepentingan-kepentingan badan hukum yang terpisah dari kepentingan
angggota-anggotanya
Wirya Projodikoro, menjelaskan kriteria atau ukuran yang jitu untuk menjelaskan
badan hukum adalah:18
1) Adanya benda kekayaan yang terpisah dari orang perseorangan
yang bertindak;
2) Adanya kepentingan yang bukan kepentingan orang perseorangan,
melainkan kepentingan suatu golongan orang-orang
3) Bersifat atau memiliki tujuan untuk berdiri dalam waktu yang
lama.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan,
bahwa pemisahan harta kekayaan antara kekayaan pendiri dan kekayaan badan
hukumnya menjadi salah satu persyaratan yang mutlak ditemukan dalam suatu
badan hukum. Kekayaan badan hukum inilah yang digunakan oleh badan hukum
untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai subyek hukum. Syarat lain yang
menjadi perhatian para ahli yaitu adanya tujuan tertentu yang dimiliki oleh badan
hukum. Tujuan inilah yang menjadi alasan badan hukum didirikan dan terus eksis,
dan bila tujuan dari badan hukum telah tercapai maka berakhirlah badan hukum
tersebut. Syarat organisasi menjadi satu syarat yang tidak kalah penting bila
dibandingkan dengan badan hukum yang lain. Di dalam organisasi akan dapat
ditemukan organ badan hukum, pembukuan walaupun mungkin sangat sederhana,
dan kesinambungan dalam beraktivitas. Dengan demikian walaupun badan hukum
18 Wirjono Prodjodikoro, 1966, Asas-Asas Hukum Perdata, Penerbit Sumur, Bandung, hal. 84
12
hanya didirikan oleh satu orang saja dalam badan hukum akan ditemukan
organisasi walaupun sangat sederhana.
Setiap badan hukum yang dapat dikatakan mampu bertanggungjawab (recht-
bevoegheid) secara hukum, harus memiliki empat unsur pokok, yaitu:
1. Harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subyek hukum yang lain;
2. Mempunyai tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
3. Mempunyai kepentingan sendiri dalam lalu lintas hukum;
4. Ada organisasi kepengurusannya yang bersifat teratur menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan internalnya
sendiri.
Sebagai subyek hukum yang berkedudukan sebagai pendukung hak dan
kewajiban, badan hukum diakui eksistensinya. Berdasarkan Pasal 1653 KUH
Perdata, terdapat 4 jenis badan hukum yaitu:
1) Badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah. Termasuk dalam kategori
badan hukum ini adalah badan hukum publik seperti provinsi, kabupaten,
kota dan lain sebagainya;
2) Badan hukum yang diakui oleh Pemerintah, misalnya gereja atau badan
keagamaan lainnya;
3) Badan hukum yang diijinkan oleh Pemerintah;
4) Badan hukum yang didirikan oleh pihak swasta atau partikelir.
13
A. 1.4 Jenis Badan Hukum
1.4.1 Badan Hukum Publik
Menurut Chidir Ali kriteria suatu badan hukum dapat dinyatakan sebagai
badan hukum publik adalah sebagai berikut.19
a) Dilihat dari cara pendiriannya yang didirikan berdasarkan
konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (negara)
dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya;
b) Lingkungan kerjanya, apakah dalam melaksanakan tugasnya
umumnya dengan publik/umum dengan tidak melakukan
perbuatan-perbuatan hukum perdata pada umumnya seperti halnya
badan-badan hukum privat;
c) Kewenangan yang dimiliki, bahwa badan hukum publik memiliki
kewenangan untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan
yag mengikat umum.
Adapun macam badan hukum publik ini dapat dilihat dari badan hukum publik
yang memiliki teritorial dan badan hukum publik yang tidak memiliki teritorial.
Dua macam badan hukum publik tersebut selanjutnya dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a) Badan hukum yang mempunyai teritorial.
19 Ibid hlm. 62
14
Suatu badan hukum itu pada umumnya harus memperhatikan atau
menyelenggarakan kepentingan mereka yang tinggal di dalam daerah atau
wilayahnya.
b) Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial.
Suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang berwajib hanya untuk tujuan tertentu
saja.
1.4.2 Badan Hukum Privat
Adapun badan hukum perdata merupakan badan hukum yang didirikan
atas pernyataan kehendak dari orang-perorangan. Badan hukum publik
dimungkinkan mendirikan badan hukum perdata seperti yayasan, Perseroan
Terbatas dan lain sebagainya. Badan hukum perdata yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang dapat disebutkan di bawah ini.
a) perkumpulan (vereniging) diatur dalam Pasal 1653 KUHPerdata, Stb.
1870-64, dan Stb. 1939-570.
b) Perseroan Terbatas, diatur dalam UU No. 40 tahun 2007.
c) rederji, diatur dalam Pasal 323 KUHDagang.
d) kerkgenootschappen, diatur dalam Stb. 1927-156.
e) koperasi, diatur dalam UU Pokok Koperasi No.25 tahun 1992.
f) yayasan, dan lain-lain.
Selanjutnya untuk membedakan antara badan hukum publik dengan badan hukum
privat atau perdata sebagaimana telah dipaparkan di atas, dapat dengan
memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
15
1. Pembedaan badan hukum publik dan privat tersebut dapat dilihat melalui
prosedur pendiriannya, artinya badan hukum publik itu diadakan dengan
konstruksi hukum publik yaitu didirikan oleh penguasa dengan undang-undang
atau peraturan-peraturan lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana cara
pendiriannya badan hukum tersebut, seperti yang diatur di dalam Pasal 1653
KUHPerdata yaitu ada tiga macam, yakni :
a) badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum (Pemerintah atau
Negara).
b) badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum.
c) badan hukum yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan
tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan
(badan hukum dengan konstruksi keperdataan).
2. Pembedaan badan hukum privat dengan badan hukum publik dapat dilihat
dari siapa pendiri darai badan hukum tersebut. Badan hukum perdata adalah
badan hukum yang didirikan oleh perseorangan, sedangkan pada badan hukum
publik ialah badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum.
3. Perbedaan dengan melihat lingkungan kerjanya, yaitu apakah dalam
melaksanakan tugasnya badan hukum itu pada umumnya dengan publik atau
melakukan perbuatan-perbuatan hukum perdata.
4. Mengenai wewenangnya, yaitu apakah badan hukum yang didirikan oleh
penguasa itu diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau
peraturan yang mengikat umum. Jika ada wewenang publik, maka ia adalah
badan hukum publik.
A. 1.5 Teori Badan Hukum
16
Secara alamiah, badan hukum tidaklah dapat berkedudukan sebagai
subyek hukum. Hal ini dikarenakan badan hukum tidak memiliki kehendak, tidak
dapat bertindak dan tidak dapat hadir atau ada seperti halnya karakteristik yang
dapat ditemukan pada orang seperti yang telah dikemukakan di atas. Karakteristik
tersebut yang mengakibatkan orang dapat berkedudukan sebagai subyek hukum
secara kodrati. Ketiadaan karakteristik tersebut, berimplikasi bahwa badan hukum
tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai subyek hukum. Problematikan yang
dihadapi oleh badan hukum tersebutlah yang pada akhirnya menghadirkan teori-
teori badan hukum.
a. Teori Organ, teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921).
Badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam
pergaulan hukum. Teori organ memandang badan hukum sebagai suatu yang nyata
(reliteit). Menurut teori organ badan hukum merupakan een bestaan, dat hun
realiteit dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai manusia yang sesungguhnya
dalam lalu lintas hukum yang juga mempunyai kehendak sendiri yang dibentuk
melalui alat-alat kelengkapannya yaitu pengurus dan anggotanya dan sebagainya.
b. Teori Kekayaan Bersama, Teori kekayaan bersama ini menganggap
badan hukum sebagai kumpulan manusia. Kepentingan badan hukum adalah
kepentingan seluruh anggotanya.20 Dengan demikian badan hukum berdasarkan
teori Kekayaan Bersama ini adalah suatu konstruksi yuridis dari kepentingan-
kepentingan anggota, dengan demikian hak dan kewajiban badan hukum adalah
hak dan kewajiban serta tanggung jawab hukum dari anggota secara bersama
20 Chidir Ali, Ibid. Hlm. 34
17
sama. Konsekwensi yuridisnya bahwa harta kekayaan badan hukum adalah milik
bersama seluruh anggota.
c. Teori Fiksi. Teori ini dipelopori oleh sarjana Jerman Friedrich Carl von
Savigny (1779-1861), tokoh utama aliran sejarah pasa permulaan abaf 19.
Menurut teori ini bahwa hanya manusia saja yang mempunyai kehendak.
Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abtraksi. Bukan
merupakan suatu hal yang konkrit. Jadi karena hanya suatu abtraksi maka tidak
mungkin menjadi suatu subjek dari hubungan hukum, sebab hukum memberi hak-
hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak
berkuasa(wilsmacht). Badan hukum semata-mata hanyalah buatan pemerintah
atau negara. Terkecuali negara badan hukum itu fiksi yakni sesuatu yang
sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan untuk
menerangkan sesuatu hal.
Dengan kata lain sebenarnya menurut alam manusia selalu subjek hukum , tetapi
orang menciptakan dalam bayanganya, badan hukum selalu subjek hukum
diperhitungkan sama dengan manusia. Jadi, orang bersikap seoplah-olah ada
subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang tidak riil itu tidak dapat melakukan
perbuatan-perbuatan, sehingga yang melakukan ialah manusia sebagai wakil-
wakilnya.
d. Leer van het ambtelijk vermogen. Ajaran tentang herta kekayaan yang
dimiliki seseorang dalam jabatanya (ambtelijk vermogen): suatu hak yang melekat
pada suatu kualitas. Penganut ajaran ini menyatakan bahwa tidah mungkin
18
mempunyai hak jika tidak dapat melakukan hak itu. Dengan lain perkataan, tanpa
daya berkehendak (wilsvermogens) tidak ada kedudukan sebagai subjek hukum.
A. 2 Badan Usaha Milik Negara
Konsep BUMN telah dirumuskan dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 740/KMK.00/1989. Dalam konsep itu,
BUMN didefenisikan sebagai “badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki
negara” (pasal 1 ayat 2a).
Sementara dalam pasal 1 ayat 2b dari surat keputusan itu meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1)BUMN yang merupakan kerja sama antara pemerintah dengan pemerintah
daerah
2) BUMN yang merupakan kerja sama antara pemerintah dengan BUMN lainnya.
3) BUMN yang merupakan badan-badan usaha kerjasama dengan swasta
nasional/ asing dimana negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.
Defenisi lain mengenai BUMN adalah karena BUMN itu merupakan “public
enterprise”. Dengan demikian, BUMN mencakup dua elemen esensial yaitu:
”Pemerintah (public) dan bisnis (enterprise”. Dengan defenisi itu maka BUMN
tidaklah murni pemerintah 100% dan tidak juga swasta 100% tetapi BUMN dapat
dikatakan sebagai “perusahaan negara yang diwiraswastakan”.
A. 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Negara atau Badan Usaha
Milik Negara
19
Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan
asing (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian
dengan UU No. 1 Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha
Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum)
dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas, fungsi dan misi Usaha
pada waktu itu. Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah
karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3)
yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha
adalah untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor
tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu
diterjemahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha oleh Negara yang membuat
BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.
Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan
periode tahun 80an, yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak
“negatif/minir” karena fungsi kontrol terhadap BUMN dianggap sangat lemah,
BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain.
Perkembangan perusahaan negara dibagi dalam empat fase perkembangan yaitu:
1) Fase sebelum kemerdekaan
Dalam fase ini berbagai jenis perusahaan negara termaksud diatur oleh ketentuan
UU No. 8 tahun 1941. (didasari pada UU kolonial).
20
2) Fase antara tahun 1945-1960
Pada fase ini keberadaan perusahaan negara sangat penting karena mengingat
pentingnya peranan perusahaan negara dalam pembangunan dan dalam rangka
perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat ke wilayah RI. Pada priode ini
pula terjadi gerakan nasionalisasi terhadap perusahaan negara milik asing/bekas
milik Belanda. Pengembalian ini diatur dalam PP. NO. 27 tahun 1957 dan UU No.
26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Perusahaan yang
dinasionalisasikan tersebut pada mulanya berbentuk Perseroan Terbatas dan
beroperasi dalam hampir semua sektor ekonomi negara yang mencakup lapangan
perbankan, perkebunan, perdagangan dan jasa.
3) Fase yang berlangsung tahun 1960-1969
Dalam fase ini, terjadi keseragaman yang berlandaskan UU No. 19 tahun 1960
menjadi satu bentuk yaitu Perusahaan Negara. Namun demikian masih terdapat
kekaburan dalam organisasi perusahaan negara yang disebabkan adanya Badan
Pimpinan Umum (BPU) yang juga menyelenggarakan pengurusan terhadap
Perusahaan Negara tertentu. Oleh karena tiu, maka ditetapkanlah tiga bentuk
perusahaan negara yakni Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum
(Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).
4) Fase antara tahun 1969 hingga sekarang
Dalam fase ini peranan Perusahaan Negara dalam menunjang perekonomian
nasional semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan sejak
Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I sampai sekarang yang merupakan kelanjutan
dan peningkatan dari periode pembangunan sebelumnya.
21
A. 2.2 Deskripsi Tiga Bentuk Perusahaan Negara
Saat ini BUMN berjumlah 139 yang dalam pelaksanaan tugasnya masih
memerlu-kan beberapa perbaikan-perbaikan sistem manajemennya untuk
mengangkat kiner-janya. Perangkat perbaikan tersebut termasuk untuk
menciptakan kontrol sistem. Oleh karenanya sejak tahun 2002 diwajibkan bagi
seluruh BUMN untuk menerapkan program GCG yang kemudian diikuti dengan
penerapan program-program lain yang dapat menunjang kinerjanya seperti
penerapan program Risk Management yang gencar diwajibkan sejak awal 2006
ini, selain beberapa BUMN yang bergerak di bidang industri-industri penting
seperti Telkom, PLN, Perbankan dan Industri-industri berbasis teknologi tingggi
telah lebih dulu menerapkan program Risk Man-agement ini. Dengan
melaksanakan program-program tersebut perangkat-perangkat korporasi lainnya
yang juga perlu ditingkatkan adalah kualitas manaje-men/sumber daya manusia
agar lebih mempunyai visi pada orientasi bisnis dan berani mengambil keputusan-
keputusan bisnis, sehingga paradigma BUMN secara simultan dapat diubah.
Perusahaan negara atau Badan Usaha Milik Negara yang ada saat ini terdiri dari
tiga bentuk yaitu:
1) Perusahaan Jawatan (Perjan)
22
Menurut UU No. 9 tahun 1969 Perjan adalah perusahaan negara yang didirikan
dan diatur dengan ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam Indische Bedrijven
Wet (IBW).
Ciri-ciri Perjan:
- Dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada menteri atau
direktur jenderal berkedudukan serendah-rendahnya setingkat dengan direktorat.
- Melakukan tugas-tugas perusahaan sekaligus tugas pemerintahan yang
tercermain dalam susunan organisasi departemen.
- Modal permulaan dan mutasi modal lainnya tercermin dalam APBN. Modal
merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan hasil-hasil perusahaan harus
nampak dalam APBN.
- Barang dan jasa yang dihasilkan merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka
pelayanan masyarakat.
- Pegawai Perjan merupakan pegawai negeri yang disesuaikan dengan
kemampuan perusahaan.
2) Perusahaan Umum (Permum)
Menurut Inpres No. 17 Th. 1967 Perum dipimpin oleh direksi yang bertanggung
jawab kepada menteri yang bersangkutan. Seperti Perum Pegadaian, Perum
Bulog, BI, Bank Mandiri, BRI, BNI, etc.
Ciri-ciri Perum:
- Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan
setelah dikaji bersama antara menteri teknis dan menkeu.
- perusahaan negara berdasarkan Perpu No. 19 tahun 1960
23
- dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang
bersangkutan (sekarang bertanggung jawab kepada Menteri BUMN).
- Modal perusahaan seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Modal tidak terbagi dalam bentuk saham.
- Status dan penghasilan pegawai diatur sendiri dengan perturan pemerintah diluar
ketentuan-ketentuan bagi pegawai negeri.
- Melayani kepetingan umum dan bergerak di bidang yang dianggap vital oleh
pemerintah.
- Maksud dan tujuan adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang berkualitas dengan
harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat.
3) Perusahaan Perseroan (Persero)
Menurut UU No. 9 Th. 1969 dan PP No. 24 Th. 1972, Persero adalah
perusahaan negara dalam bentuk Perseroan Terbatas seperti diatur menurut
ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan ditambah yang
saham-sahamnya baik sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara. Seperti PT.
KAI, PT. Pelni, PT. Semen Gresik, PT. Telkom, etc.
Ciri-ciri Persero:
- Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan
setelah dikaji bersama antara menteri teknis dan menkeu.
- Melakukan kegiatan perusahaan yang bisa dilakukan swasta dan bukan semata-
mata menjadi tugas pemerintah.
24
- Status pegawai perusahaan swasta biasa
- Modal usaha dipisahkan dalam bentuk saham dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Modal campuran antara swasta dan negara.
- Maksud dan tujuan adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi
dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
Pengelompokan ketiga perusahaan negara di atas sesuai dengan
rekomendasi Tim Pembantu Presiden untuk penertiban aparatur/administrasi
pemerintahan dan ekonomi negara dalam rangka penyempurnaan administrasi
negara yang menyeluruh. Rekomendasi tim ini ditegaskan melalui Instruksi
Presiden Nomor 17 tahun 1967 bahwa bentuk perusahaan daerah terdiri dari
Perjan, Perum dan Persero sebagai bentuk perusahaan negara dikeluarkan
peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 1969.
yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 19 tahun 1969.
Perpu Nomor 1 tahun 1969 mengkategorikan perusahaan negara dengan landasan
sebagai berikut:
1) Semua perusahaan yang dirikan dan diatur menurut ketentuan Internasional
Bussiness Machines (IBM) kemudian dinamakan Perjan.
2) Semua perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang diatur menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Daganga (KUHD) baik yang saham-sahamnya untuk
keseluruhan maupun untuk sebagian dimiliki oleh negara dari kekayaan negara
yang dipisahkan; perusahaan ini disebut Persero.
3) Semua perusahaan yang modal keseluruhannya dimiliki oleh negara dari
kekayaan negara dipisahkan dan tidak dibagi atas saham-saham yang didirikan
25
dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan Perpu nomor 19 tahun 1960;
perusahaan ini disebut Perum.
Sampai dengan tahun 2001, ketiga perusahaan negara masih tetap eksis
dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang
pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan menteri keuangan mewakili
pemerintah selaku:
1) Pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana
yang telah diatur dalam PP No. 12 tahun 1989 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero) dan Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara
RI.
2) Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (Perum) sebagaimana diatur
dalam PP No. 13 tahun 1989 tentang Perusahaan Umum (Perum).
3) Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (Perjan) sebagaimana diatur
dalam PP No. 6 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan); dialihkan
kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.
A. 2.3 Tujuan Badan Usaha Milik Negara
Tujuan BUMN tentu tidak terlepas dari landasan pendiriannya. Yaitu Pembukaan
UUD 1945 dan pasal 33 UUD 1945. di sebutkan disana bahwa tujuan pendirian
umum BUMN adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Namun secara khusus, tujuan BUMN diatur dalam PP Nomor 3 tahun 83 yaitu:
1) tujuan komersial yakni alat memupuk keuntungan
26
2) tujuan secara makro, yakni memberi sumbangan bagi perkembangan
ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan penunjang kebijakan
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.
3)Tujuan sosial politik, melayani kepentingan umum dan memenuhi hayat hidup
orang banyak serta membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi.
Disamping itu, bila direfleksikan dari kondisi realnya di lapangan, BUMN juga
mempunyai tujuan umum yaitu:
1) Memberi sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umunya dan penerimaan negara pada khususnya.
2) Mengejar keuntungan
3) Menyelenggrakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hidup orang banyak.
4) Menjadi perintis bagi kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta atau koperasi.
5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha ekonomi
lemah, koperasi dan masyarakat.
A. 2.4 Tugas dan Peranan Perusahaan Negara dalam Perekonomian
Negara
Peranan Perusahaan Negara atau BUMN adalah untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional khususnya bidang perekonomian, maka kebijaksanaan
pemerintah dalam pembinaan BUMN pun disesuaikan dengan kebijakan nasional.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 3 Th. 1983, peranan BUMN secara umum
adalah sebagai berikut:
27
1) Melaksanakan fungsi komersial, dalam hal ini BUMN sebagai unit ekonomi
(business entity), harus mampu memupuk dana unutk membiayai aktivitas baik
yang bersifat rutin maupun pengembangan. Oleh karena itu, dalam kegiatannya
untuk mendapatkan laba sehingga kontinuitas perusahaan dapat terjaga atau
dengan kata lain BUMN berperan sebagai pemasok dana melalui pajak dan
deviden.
2) Melaksanakan fungsi-fungsi non-komersial, dalam hal ini BUMN yang
merupakan bagian dari aparatur negara, bertindak sebagai wahana pembangunan
(agent of development). Berperan sebagai demikian, BUMN melaksanakan
program-program pemerintah dan atau yang diembankan oleh pemerintah yang
meliputi antara lain tugas-tugas perintis dan mendorong perkembangan usaha
swasta dan koperasi.
28
B. Hasil Penelitian
Perkembangan Pengaturan Yang Menjadi Karakteristik Lembaga Pegadaian
B 1. Bentuk Badan Hukum
Dalam awal pembentukan Pegadaian sebagai Badan hukum tahun 1961,
Pegadaian berstatus Perusahaan Negara Pegadaian. Perusahaan Negara adalah
perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Negara
Republik Indonesia yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau
berdasarkan undang-undang.21 Dalam peraturan pemerintah ini ditetapkan bahwa
unsur pemilikan negara atas setiap usaha negara yang berbentuk persero
disentralisasi penatausahaannya kepada Menteri Keuangan. Hal ini didasarkan
atas pertimbangan, bahwa pada hakekatnya fungsi utama dari persusahaan ialah
pemupukan dana bagi negara ataupun sebagai alat untuk mencari sumber
keuangan negara. Dalam hubungan ini masalah penanaman kekayaan negara
dalam modal persero sangat erat hubungannya dengan kebijaksanaan keuangan
negara, kebijaksanaan mana dalam keseluruhannya merupakan tugas Menteri
Keuangan.
Ciri Perusahaan Negara :
1. Pemerintah menjadi pemilik badan usaha.
2. Pemerintah memiliki kekuasaan yang absolut dalam menjalankan
kegiatan usaha.
3. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan
dengan kegiatan usaha.
4. Berfungsi sebagai alat pemerintah untuk mengadakan dan
mengembangkan ekonomi negara.
21 Pasal 1, UU No. 19 Prp Tahun 1960
29
5. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
6. Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 1969, Pegadaian berubah dari yang sebelumnya Perusahaan
Negara Pegadaian menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian. Pengertian mengenai
Perusahaan Jawatan atau Perjan yaitu BUMN yang seluruh modalnya termasuk
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBD) dan menjadi hak dari
departemen bersangkutan. Perjan biasanya merupakan perusahaan yang bergerak
dalam produksi atau jasa untuk kepentingan umum. Perjan sendiri dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat termasuk didalamnya
mengatur mengenai kejelasan status Kepegawaian perusahaan dimana peran
negara lebih terasa seperti status karyawan pegawai negeri dan perusahaan
memperoleh fasilitas dari negara.
Ciri-ciri Perusahaan Jawatan:
1. Karyawannya berstatus pegawai negeri
2. Tujuan utamanya adalah melayani kepentingan masyarakat umum
3. Berada dibawah Departemen, Dirjen atau pemerintah daerah terkait.
Dalam hal ini Pegadaian berada di bawah kewenangan Mentri.
4. Permodalan dan pembiayaan perusahaan termasuk dalam APBN dan
menjadi hak dari departemen terkait.
5. Bagi Perjan berlaku hukum publik yang berarti bila perusahaan ini
dituntut, maka yang bertanggung jawab adalah pemerintah.
30
6. Dipimpin oleh seorang kepala yang merupakan bagian dari suatu
departemen
7. Perjan memiliki dan memperoleh fasilitas dari negara.
Pegadaian kembali mengalami perubahan status kelembagaan menjadi
perusahaan umum pada tahun 2000 yang didasari Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian. Perusahaan Umum (Perum) itu sendiri adalah jenis Badan Usaha Milik
Negara yang modalnya masih dimiliki oleh pemerintah, namun memiliki sifat
mirip perusahaan jawatan (perjan). Hal ini disebabkan karena perum boleh
mengejar keuntungan di samping melayani kepentingan masyarakat. Perusahaan
Umum juga mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
1. Bertujuan untuk melayani kepentingan masyarakat umum namun juga
mengejar keuntungan.
2. Dipimpin oleh seorang direksi/direktur.
3. Mempunyai kekayaan sendiri dan bergerak di perusahaan swasta. Artinya,
perum bebas membuat kontrak kerja dengan semua pihak.
4. Modal berasal dari pemerintah yang berasal dari kekayaan negara yang
terpisahkan.
5. Pekerjanya adalah PNS yang diatur tersendiri (setengah swasta).
6. Jika memupuk keuntungan maka tujuannya untuk mengisi kas negara.
7. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang bersifat
go public
8. Dapat menghimpun dana dari pihak lain
31
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011
Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), status badan hukum Pegadaian kembali
berubah dan kali ini menjadi Perusahaan Perseroan. Perusahaan persero adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modal/sahamnya paling
sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan.
Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau
jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut:
- Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden
- Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan memperhatikan
perundang-undangan
- Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-
undang
- Modalnya berbentuk saham
- Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara
yang dipisahkan
- Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris
- Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik
pemerintah
- Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai
RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan
terbatas
32
- RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan
- Dipimpin oleh direksi
- Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan
- Tidak mendapat fasilitas negara
- Tujuan utama memperoleh keuntungan
Dewasa ini, Pegadaian diatur dalam POJK Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang
Usaha Pegadaian dimana bentuk badan hukum dari Pegadaian itu sendiri yaitu
Perseroan Terbatas dan atau Koperasi. Perseroan terbatas (PT) (bahasa Belanda:
Naamloze Vennootschap) adalah suatu badan hukum untuk menjalankan usaha
yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian
sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham
yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan
tanpa perlu membubarkan perusahaan.
Perseroan terbatas merupakan badan usaha dengan modal perseroan
tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan
pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap
orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan
perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu
sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan
perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para
pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan
tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan
memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung
33
pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Selain berasal
dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh
para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa
menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.
Dalam POJK tersebut, Pegadaian juga berbentuk Koperasi yang mengacu
pada Undang-Undang Perkoprasian yang diatur dalam Undang-undang No. 25
tahun 1992 tentang Perkoperasian. (Sebelumnya: UU No. 12 tahun 1967)
Pengertian dari Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan. (Pasal 1 angka 1 UU No. 25/1992)
Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa pengertian-pengertian pokok-
pokok sebagai berikut :
1. Koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha
2. Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang atau badan hukum badan
hukum koperasi. Jadi, terdapat perbedaan prinsip dengan PT, karena PT
merupakan perkumpulan modal (konsentrasi modal), sehingga pemilik PT
harus menyetorkan modal yang disebut Pesero. Dalam koperasi,
pemiliknya disebut anggota yang tidak disyaratkan harus menyetorkan
modal.
3. Dari segi siapa yang menjadi pendiri dan siapa yang menjadi anggotanya,
menurut ketentuan pasal 6 UU No. 25/1992, koperasi dibedakan menjadi :
a. Koperasi primer, Anggotanya / pendirinya terdiri dari orang
perseorangan dan sekurang-kurangnya 20 orang pendiri
34
b. Koperasi Sekunder, Anggota / pendirinya terdiri dari badan
koperasi yang telah berstatus Badan Hukum dan sekurang-
kurangnya 3 badan koperasi
4. Kegiatan usaha koperasi didasarkan atas prinsip-prinsip tertentu
Prinsip koperasi diatur dalam pasal 5 UU No. 15/1992, yaitu :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Sukarela artinya tidak ada paksaan dan anggota dapat mengundurkan diri
sewaktu-waktu sesuai dengan syarat-syarat dalam AD, tanpa harus menyebabkan
bubarnya BH Koperasi tersebut.
Terbuka artinya dilarang adanya diskriminasi dalam bentuk apapun.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Konsekwensi hukumnya kekuasaan tertinggi ada di tangan para
anggotanya.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
Jadi Sisa Hasil Usaha, yang merupakan hak dari masing-masing anggota,
harus dibagi sesuai dengan perimbangan jasa anggota terhadap Koperasi dan
bukan berdasarkan besarnya pemasukan dalam bentuk modal dari masing-masing
anggota.
d. Pemberian balas jasa yang bertasa terhadap modal.
e. Kemandirian
Kepengurusan terdiri dari :
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
35
3. Pengawas
Pelaksanaan Rapat Anggota, sekurang-kurangnya sekali setahun. Rapat
Anggota berhak untuk memintan keterangan dan pertanggung jawaban Pengurus
dan Pengawas.
Permodalan.
Dibedakan menjadi :
Modal sendiri Modal pinjaman Modal Penyertaandiambil dari :
a. Simpanan pokok
anggota
b.Simpanan wajib
c. Dana cadangan
d. Hibah
berasal dari :
a. Anggota
b. Koperasi lain
c. Bank dan LKBB
d.Penerbitan Obligasi
dan Surat hutang lain
e. Sumber lain yang sah
bersumber dari :
a. Pemerintah
b. Masyarakat
Dari beberapa pemaparan dan penjelasan mengenai penelusuran Badan
Hukum dalam perkembangan Pegadaian yang selaras dengan penjelasan tersebut,
maka berikutnya akan membahas satu persatu mengenai sub bagian dari
pegadaian. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun
1961 tentang Perusahaan Negara Pegadaian berpengertian bahwa pegadaian
merupakan bentuk badan hukum yang berhak melakukan usaha pemerintah yang
dimaksudkan dalam PP tersebut. Pengertian pegadaian dalam PP No. 7 Tahun
1969 tidak mengatur secara jelas mengenai pengertian Pegadaian. Penulis
berpendapat bahwa PP tersebut tidak mengatur pengertian Pegadaian karena PP
No. 7 Tahun 1969 hanya mengatur mengenai perubahan bentuk perusahaan
36
Negara Pegadaian menjadi Jawatan Pegadaian. Perubahan ini dilakukan karena
pemerintah saat itu menganggap bahwa Perusahaan Negara Pegadaian kurang
dapat memaksimalkan fungsi pegadaian dikarenakan bentuk kelembagaan yang
demikian ditetapkan bahwa unsur kepemilikannya disentralisasi
penatausahaannya kepada Menteri Keuangan sedangkan pada saat itu Indonesia
sedang terus membangun perekonomian yang lebih baik. Dengan adanya PP No.
103 Tahun 2000 Tentang perusahaan Umum Pegadaian menyatakan bahwa
Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian, yang selanjutnya dalam Peraturan
Pemerintah ini disebut Perusahaan, adalah Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang bidang
usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri Keuangan,
dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Hingga yang saat ini berlaku yaitu POJK
Nomor 31/POJK.05/2016 dimana secara jelas mengatur Pegadaian dan esensi
gadai yang tercantum pada Pasal 1.
Tabel 1
Ciri bentuk badan hukun pegadaian yang berubah
PP NO 178 Th. 1961(Perusahaan Negara)
PP NO 7 Th 1969(Perjan)
PP NO 103 Th 2000(Perum)
PP NO 51 Th 2011(Persero)
POJK Nomor 31/POJK.05/2016
(PT & Koperasi)Pemerintah menjadi pemilik badan usaha.
Pemerintah memiliki kekuasaan yang absolutdalam menjalankan kegiatan usaha.
Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan usaha.
Karyawannya berstatus pegawai negeri
Tujuan utamanya adalah melayani kepentingan masyarakat umum
Berada dibawah Departemen, Dirjen atau pemerintah
Bertujuan untuk melayani kepentinganmasyarakat umum namun juga mengejarkeuntungan.
Dipimpin oleh seorang direksi/direktur.
Mempunyai kekayaan sendiri dan
Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden
Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan memperhatikan perundang-undangan
Statusnya berupa
PT : Modalnya terdiri atas saham-saham atau andil
Kekuasaan tertinggi ada pada RUPS
Pemilik PT adalah pemegang Saham
Tanggungjawab pemegang saham
37
Berfungsi sebagai alat pemerintah untuk mengadakan dan mengembangkan ekonomi negara.
Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
daerah terkait. Dalamhal ini Pegadaian berada di bawah kewenangan Mentri.
Permodalan dan pembiayaan perusahaan termasuk dalam APBN dan menjadi hak dari departemen terkait.
Bagi Perjan berlaku hukum publik yang berarti bila perusahaan ini dituntut, maka yang bertanggung jawab adalah pemerintah.
Dipimpin oleh seorang kepala yang merupakan bagian dari suatu departemenPerjan memiliki dan memperoleh fasilitas dari negara
bergerak di perusahaan swasta. Artinya, perum bebasmembuat kontrak kerja dengan semua pihak.
Modal berasal dari pemerintah yang berasal dari kekayaannegara yang terpisahkan.Pekerjanya adalah PNS yang diatur tersendiri (setengah swasta).
Jika memupuk keuntungan maka tujuannya untuk mengisi kas negara.
Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang bersifat go public
Dapat menghimpun dana dari pihak lain
perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-undang
Modalnya berbentuk sahamSebagian atau seluruhmodalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan
Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris
Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah
Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, makasebagai pemegang saham perseroan terbatas
RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan
Dipimpin oleh direksi
Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan
Tidak mendapat fasilitas negara Tujuan utama memperoleh keuntungan
terbatas pada modal yangditanamkan (pengelola PT adalah dewan Direksiyang diawasi oleh dewanKomisaris)
Pemwgang Saham akan memperoleh keuntungan yang berupa DevidenDewan komisaris terdiri atas golongan atau beberapa orang pemilik saham.
Koperasi:Sifat sukarela pada keanggotannya
Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam kopeerasi
Kegiatannya berdasarkanpada prinsip swadaya (usaha sendiri), swakerta (buatan sendiri), swasembada (kemampuan sendiri).
Pembagian keuntungan menurut perbandingan jasa. Jasa modal dibatasi.
Tujuannya meringankan beban ekonomi anggotanya, memperbaiki kesejahteraan anggotanya, pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Modal tidak tetap, berubah menurut banyaknya simpanan anggota.
Tidak mementingkan pemasukan modal/pekerjaan usaha tetapi keanggotaan pribadi dengan prinsip kebersamaan..
38
Penanggungjawab koperasi adalah pengurus.
Koperasi bukan kumpulan modal beberapa orang yang bertujuan mencari laba sebesar-besarnya.
B. 1.1. Permodalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 1961 Tentang
Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian mengatur bahwa modal Perusahaan ialah
jumlah selisih dari nilai aktiva dan nilai passiva dari perusahaan milik negara yang
dilebur seperti dimaksud dalam pasal 122 dan yang menurut neraca pembukaan
sementara yang dilampirkan pada Peraturan Pemerintah ini berjumlah Rp.
4.600.000.000,- (empat miliar enam ratus juta rupiah). Pada tahun 1969 dimana
Pegadaian berubah bentuk menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya, hanya melengkapi dalam Pasal 2 dikatakan Neraca
pembukaan Jawatan Pegadaian terhitung mulai tanggal yang akan ditentukan oleh
Menteri Keuangan, dibuat oleh Direktur Akuntan Negara dan yang kemudian
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pada PP Nomor 103 Tahun 2000 Tentang
Perum Pegadaian, modal doatur pada Pasal 10 Modal Perusahaan merupakan
kekayaan Negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan tidak terbagi atas saham-saham. Besarnya modal Perusahaan pada saat
Peraturan Pemerintah ini diundangkan adalah sebesar seluruh nilai penyertaan
modal Negara yang tertanam dalam Perusahaan, berdasakan penetapan Menteri
Keuangan dan setiap penambahan dan pengurangan penyertaan modal Negara
yang tertanam dalam Perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
22 diatur oleh Menteri Keuangan
39
Hal ini berbeda dengan Pegadaian yang berbentuk Persero pada tahun
2011, dimana Modal Perusahaan yang ditempatkan dan disetor pada saat
pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) berasal dari kekayaan Negara yang
dipisahkan yang tercatat dalam Perum Pegadaian. Modal Perusahaan Perseroan
(Persero) tersebut sebesar modal negara Republik Indonesia yang tercatat dalam
neraca penutup Perum Pegadaian. Kini modal Usaha Pegadaian lebih detail
dengan ditetapkannya POJK Nomor 31/POJK.05/2016 dimana Jumlah Modal
Disetor Perusahaan Pergadaian ditetapkan paling sedikit: a. Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah), untuk lingkup wilayah usaha kabupaten/kota atau b.
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), untuk lingkup wilayah
usaha provinsi
.
Tabel 2
Permodalan
PP NO 178 Th. 1961(Pegadaian berbadanhukum Perusahaan
Negara)
PP NO 7 Th 1969(Pegadaian berbadanhukum Perusahaan
Jawatan)
PP NO 103 Th 2000(Pegadaian berbadanhukum Perusahaan
Umum)
PP NO 51 Th 2011(Pegadian nerbadan
Hukum Persero)
POJK Nomor 31 /POJK.05/2016
(Pegadaian berbadanhukum PT & Koperasi)
Pasal 7Modal Perusahaan ialah jumlah selisih dari nilai aktiva dan nilai passiva dari perusahaan milik negara yang dilebur seperti dimaksud dalampasal 1 dan yang menurut neraca pembukaan sementara yang dilampirkan pada Peraturan Pemerintah ini berjumlah Rp. 4.600.000.000,- (empatmiliar enam ratus juta rupiah).
Dalam pengaturan tahun 1969, tidak diatur secara gamblang mengenai permodalan namun Tidak jauh berbeda dengan tahun 1961, hanya melengkapi dalam pengawasannya oleh Menteri Keuangan.
Pasal 10Modal Perusahaan merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatandan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham-saham.
Modal Perusahaan yang ditempatkan dandisetor pada saat pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) berasal dari kekayaanNegara yang dipisahkan yang tercatat dalam Perum Pegadaian. Modal Perusahaan Perseroan(Persero) tersebut sebesar modal negaraRepublik Indonesia yang tercatat dalam neraca penutup Perum Pegadaian.
Pasal 4 Jumlah Modal Disetor Perusahaan Pergadaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling sedikit:a. Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), untuk lingkup wilayah usaha kabupaten/kota; ataub. Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), untuk lingkup wilayah usaha provinsi
40
Dapat dilihat bahwa Permodalan yang tertulis secara jelas dalam PP mengenai
perubahan Bentuk Badan Hukum Pegadaian terdapat pada awal pendirian di tahun
1961 dan diakhir perubahan Bentuk Badan Hukum Pegadaian di tahun 2016.
B. 1.2 Tujuan Perusahaan
Pada saat Pegadaian berbentuk sebagai Perusahaan Negara, pemerintah
pada saat itu mempunyai tujuan yang dilatar belakangi pembangunan ekonomi
Nasional di bidang perkreditan. Oleh karena itu, tujuan Perusahaan ialah untuk
turut membangun ekonomi nasional dibidang perkreditan dengan dasar hukum
gadai sesuai dengan ekonomi terpimpin, dengan mengutamakan kebutuhan rakyat
dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam Perusahaan menuju masyarakat
adil dan makmur materiil dan spirituil23. Dalam penerapannya, Pegadaian dirasa
perlu meningkatkan kualitas pelayanan baik itu bersifat fisik maupun dari Aparat
pelaksana, dan oleh karena itu tujuan dirubahnya Perusahaan Negara Pegadaian
menjadi Jawatan Pegadaian melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1969 Tentang Perubahan Bentuk Perusahaan Negara Pegadaian
Menjadi Jawatan Pegadaian adalah untuk membina aparat pegadaian agar dapat
menjadi lembaga perkreditan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
khususnya di bidang pengembangan sosial ekonomi. Serta memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam aktifitas perekonomian khususnya di bidang Gadai.
Berbeda dengan yang tertulis pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian. Pada saat Pegadaian berubah bentuk hukumnya menjadi Perusahaan
Umum, maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk turut meningkatkan
23 Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 1961 Tentang Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian
41
kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah melalui
penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa di bidang keuangan lainnya
berdasarkan ketentuan peraturan perudang-udanganan yang berlaku serta
menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak
wajar lainnya.24 Dapat dilihat bahwa pada peraturan tersebut mempunyai sasaran
yang jelas kepada siapa peraturan ini ditujukan dan diperuntukan serta peraturan
ini memunculkan kekawatiran dan kepedulian Pemerintah terhadap masyarakat
pengguna jasa Gadai supaya masyarakat mendapatkan kesejahteraan dalam
bergadai. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011
Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) juga mengatur tujuan perusahaan
walaupun secara garis besar hampir sama dengan Perum. Perusahaan Perseroan
Pegadaian mempunyai tujuan yaitu untuk melakukan usaha di bidang gadai dan
fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang
keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan
usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan dengan
menerapkan prinsip perseroan terbatas.25
Sedangkan pada POJK Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha
Pegadaian bertujuan untuk:
24 Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
25 Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011
Maksud dan tujuan dapat dilihat di bagian menimbang dan juga menjadi latar belakang dibentuknya Undang-undang
42
1. Meningkatkan inklusi keuangan bagi masyarakat menengah ke bawah dan
usaha mikro, kecil, dan menengah, perlu memperluas layanan jasa
keuangan melalui penyelenggaraan usaha pergadaian.
2. Memberikan kemudahan akses terhadap pinjaman, khususnya bagi
masyarakat menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil, dan menengah,
perlu adanya landasan hukum bagi Otoritas Jasa Keuangan dalam
mengawasi usaha pergadaian di Indonesia
3. Memberikan Landasan Hukum bagi Pengawasan Usaha Pegadaian untuk
menciptakan usaha pergadaian yang sehat, memberikan kepastian hukum
bagi pelaku usaha pergadaian, dan perlindungan kepada konsumen
B. 2 Jenis Kegiatan
Kegiatan Pegadaian di awal pendiriannya pada tahun 1961 tidak
ditetapkan secara jelas pada Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 178 Tahun 1961 Tentang Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian. Namun
dilihat dari bagian menimbang dikatakan bahwa untuk melaksanakan Undang-
undang Nomor 19 Prp. tahun 1960 tentang Perusahaan Negara terhadap
perusahaan milik negara yang berada dibawah lingkungan Departemen Keuangan,
perlu didirikan suatu Perusahaan negara menurut Undang-undang Nomor 19 Prp.
tahun 1960 yang berusaha dalam lapangan perkreditan jasa dasar hukum gadai
ditetapkan dan diatur sebagai suatu perusahaan dalam arti pasal 2 Indonesische
43
Bedrijvenwet 1927 (Stbl. 1927 No.419) sebagaimana yang telah diubah dan
ditambah, terakhir dengan Undang-undang No.12 tahun 1955. Hal ini tidak jauh
berbeda dengan perkembangan pengaturan tahun 1969 dimana Perusahaan Negara
Pegadaian berubah bentuk hukumnya menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian
yang mana Usaha dan kegiatan Jawatan Pegadaian juga ditetapkan dan diatur
sebagai suatu perusahaan dalam arti Pasal 2 Indonesische Bedrijvenwet 1927
(Stbl. 1927 No.419) sebagaimana yang telah diubah dan ditambah, terakhir
dengan Undang-undang No.12 tahun 1955 yang berbunyi “Berhubung dengan
kesukaran-kesukaran yang mungkin dapat timbul dalam melaksanakan dengan
segera seluruh peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang-undang ini,
maka Menteri Keuangan untuk ini berhak untuk menetapkan peraturan-
peraturan-peralihan seperlunya.”26 Jadi dapat dipahami bahwa kegiatan
Pegadaian pada saat itu mengacu pada asas dan dasar hukum Kitab Undang-
undang Hukum Perdata tentang Gadai yang termuat pada Pasal 1150-1160.
Kegiatan Pegadaian baru nampak tertulis jelas pada penetapan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian dan diatur pada Pasal 8 yaitu Kegiatan Pegadaian
sebagai:
a. penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai
b. penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan jasa titipan,
pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi, unit toko emas, dan industri
26 undang-undang republik indonesia nomor 12 tahun 1955 tentang penetapan undang-undang darurat no 3 tahun 1954 tentang mengubah "indonesische comptabilteitswet" (staatsblad 1925 no 448) dan "indonesische bedrijvenwet" (staatsblad 1927 no 419) sebagai undang-undang
44
perhiasaan emas serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya
maksud dan tujuan Perusahaan
c. melakukan kejasama usaha dengan badan usaha lain;
d. membentuk anak Perusahaan
e. melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.
Dapat dikatakan lebih spesifik tentang apa yang tertulis mengenai Tugas
Pegadaian dalam PP tersebut diatas, selain usaha dengan esensi gadai Pegadaian
juga mempunyai tugas lain yang tidak tertulis pada peraturan tertulis tentang
Pegadaian sebelumnya. Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), tugas
Pegadaian lebih berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat dan terbagi
atas dua jenis kegiatan yaitu kegiatan utama dan kegiatan lainnya. Hal ini nampak
pada Pasal 2 ayat (2) kegiatan usaha utama berupa:
a. penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai
termasuk gadai efek
b. penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia
c. pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi
dan perdagangan logam mulia serta batu adi.
Selain itu juga dapat melaksanakan kegiatan lain yang tertuang dalam Pasal 2 ayat
(3) yaitu melaksanakan kegiatan usaha:
a. jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa
administrasi pinjaman
b. optimalisasi sumber daya Perusahaan Perseroan
45
(Persero).
Dapat dilihat bahwa eksistensi Fidusia, jasa titipan dan jasa tafsiran dari Peraturan
tahun 2000 hingga Peraturan berikutnya tahun 2011 tetap dipertahannkan, namun
pada PP No. 51 Tahun 2011 Pegadaian juga melayani jasa transfer uang dan
optimalisasi sumberdaya Perusahaan Perseroan.
Kini, pegadaian menerapkan ketentuan jenis kegiatannya yang didasarkan
POJK Nomor 31/POJK.05/2016 dalam Pasal 13 ayat (1) meliputi:
a. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan hukum Gadai
b. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan fidusia
c. pelayanan jasa titipan barang berharga
d. pelayanan jasa taksiran
Regulasi yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan ini juga memungkinkan
Pegadaian melakukan kegiatan selain yang tertera pada Pasal 13 tersebut. Hal ini
tercantum pada ayat (2) dimana kegiatan lain tersebut harus berdasarkan prinsip
kegiatan yang tidak terkait Usaha Pergadaian yang memberikan pendapatan
berdasarkan komisi (fee based income) sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan atau kegiatan usaha lain
dengan persetujuan OJK dan dengan memenuhi prasarat yang sudah ditentukan
melalui Peraturan OJK ataupun memakai prinsip syariah.
Tabel 3
Karakteristik Pegadaian dari Jenis Kegiatan
PP NO 178 Th. 1961(Pegadaian berbentuk
hukum PerusahaanNegara)
PP NO 7 Th 1969(Pegadadian
berbentuk hukumPerusahaan Jawatan)
PP NO 103 Th 2000(Pegadain berbentukhukum Perusahaan
Umum)
PP NO 51 Th 2011(Pegadaian berbentuk
hukum Persero)
POJK Nomor 31/POJK.05/2016
(Pegadaian berbentukhukum PT & Koperasi )
Tidak diatur secara jelas mengenai jenis kegiatan yang dilakukan, namun apabila dilihat dari bagian Menimbang, maka kegiatan yang
a. penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai;
a. penyaluran pinjaman berdasarkanhukum gadai
a. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan
46
dilakukan berdasarkan KUHPerdata. Sehingga dapat dipahami bahwa kegiatan mengacu pada asas dan dasar hukum Kitab Undang undang Hukum Perdata tentang Gadai yang termuat pada Pasal 1150-1160 yang mencakup mengenaikegiatan Gadai yaitu penyaluran dana melalui perjanjian.
b. penyaluran uang pinjaman berdasarkanjaminan fidusia, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi, unit toko emas, dan industri perhiasaan emas serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan Perusahaanc. melakukan kejasama usaha dengan badan usaha lain;d. membentuk anak Perusahaan;e. melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.
termasuk gadai efek;b. penyaluran pinjaman berdasarkanjaminan fidusiac. pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan logam mulia serta batu adi.d. jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasaadministrasi pinjaman; dane. optimalisasi sumber daya Perusahaan Perseroan(Persero).
hukum Gadaib. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan fidusiac. pelayanan jasa titipan barang berhargad. pelayanan jasa taksiran.Apabila melakukan usaha lain harus berdasarkan prinsip kegiatan lain yang tidak terkait Usaha Pergadaian yang memberikan pendapatan berdasarkan komisi (fee based income) sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan atau kegiatan usaha lain dengan persetujuan OJK. Dengan memenuhi prasarat yang sudah ditentukan melalui Peraturan OJK ataupun memakai prinsip syariah.
B. 3. Kepengurusan
Dalam pembahasan mengenai Kepengurusan ini akan dibahas mengenai
Subjek orang perseorangan (Struktur Kepengurusan) yang ada didalam Pegadaian.
Dimulai pada Tahun 1961 dengan diberlakukannya PP Nomor 178 Tahun1961
didalamnya terdapat beberapa subejek hukum yang terdiri dari:
1. Pemerintah, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia
2. Menteri, yang dimaksukan kepada Menteri Keuangan
3. Direksi ialah Direksi P.N. Pegadaian
4. B.P.U. ialah Badan Pimpinan Umum Perkreditan/Tabungan
47
Pasal 8 mengatakan bahwa Perusahaan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari
seorang Presiden-Direktur dengan dibantu oleh sebanyak-banyaknya 4 orang
Direktur. Presiden Direktur bertanggung-jawab kepada Menteri dan para Direktur
bertanggung-jawab kepada Presiden-Direktur.
Ketentuan Direktur diatur pada Pasal 10 dimana:
a) Antara anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat
ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis kesamping, termasuk
menantu dan ipar
b) Anggota Direksi tidak boleh merangkap jabatan lain, kecuali dengan izin
Menteri
c) Anggota Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi langsung
atau tidak langsung dalam perkumpulan/perusahaan lain yang berusaha
dalam lapangan yang bertujuan mencari laba.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perubahan Bentuk
Perusahaan Negara Pegadaian Menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian tidak
diatur secara jelas mengenai Keorganisasian termasuk didalamnya pimpinan
perusahaan. Terdapat beberapa subjek hukum yang diatur yaitu : Direktorat
Akuntan Negara dan Menteri Keuangan. Berbeda dengan ketentuan perubahan
Perusahaan Jawatan Pegadaian Menjadi Perusahaan Umum Pegadaian (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian) dimana kepengurusan Perusahaan dilakukan oleh
Direksi dan anggota Direksi paling banyak 5 (lima) orang dengan seorang
diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama.27 Apabila diperlukan penambahan
27 Pasal 17 PP Nomor 178 Tahun 2000
48
jumlah anggota direksi maka harus berdasarkan Persetujuan Presiden. Ketentuan
Direksi diatur dalam Pasal 18 dimana:
a. memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan
berkelakukan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemajuan Perusahaan
b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan atau PERUM dinyatakan pailit
c. kewarganegaraan Indonesia
d. Antara anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai derajat
ketiga baik menurut garus lurus maupun garis ke samping, termasuk hubungan
yang timbul karena perkawinan.
e. Anggota direksi juga dilarang merangkap jabatan
Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan dan
diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali. Dalam
peraturan ini, juga terdapat Dewan Pengawas yang melakukan fungsi pengawasan
perusahaan dan Ketentuan dewan Pengawas Diatur dalam Pasal 31 sampai dengan
Pasal 43. Jumlah anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan kebutuhan
Perusahaan paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang, seorang
diantaranya diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas. Dewan Pengawas terdiri
dari unsur-unsur pejabat Departemen dan departemen/instansi lain yang
kegiatannya berhubungan dengan Perusahaan, atau pejabat lain yang diusulkan,
diangkat dan diberhentikan Menteri Keuangan dan masa jabatannya sama dengan
49
Direksi yaitu 5 tahun dan dapat diangkat kembali, namun waktu pengangkatan
tidak bersamaan dengan Direksi.
Namun, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2011 Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) tidak mengatur secara jelas
siapa yang menjadi pengurus Perusahaan. Secara prinsip, Organ persero adalah
RUPS, direksi dan komisaris dan Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah,
maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai
pemegang saham perseroan terbatas dan RUPS sebagai kekuasaan tertinggi
Perusahaan. Hanya saja dalam Pasal 1 ayat (2) PP tersebut diatur ketentuan
mengenai perubahan bahwa seluruh kekayaan, hak dan kewajiban Perum
Pegadaian menjadi kekayaan, hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero)
termasuk seluruh karyawan tetap Perum Pegadaian menjadi karyawan tetap
Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu
dan seluruh karyawan tidak tetap Perum Pegadaian menjadi karyawan tidak tetap
Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu.
Sehingga mengakibatkan hak dan kewajiban antara Perum Pegadaian dengan
karyawan Perum Pegadaian menjadi hak dan kewajiban antara Perusahaan
Perseroan (Persero) dengan karyawan Perusahaan Perseroan (Persero).
Dalam POJK Nomor 31/POJK.05/2016 telah ditetapkan bahwa bentuk
Hukum dari Pegadaian adalah Perseroan Terbatas dan Koperasi sehingga prinsip
kepengurusan Pegadaian disesuaikan / selaras dengan Peraturan tentang Perseroan
Terbatas dan Koperasi. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1 angka 6 tentang Direksi
bahwa “bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk badan hukum perseroan
50
terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas atau bagi Perusahaan Pergadaianyang
berbentuk badan hukum koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang” begitupun dengan dewan komisaris yang menyesuaikan dengan
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian. Dalam POJK ini Dewan pengawas Syariah hadir sebagai bagian
dari Organ Perusahaan Pegadian yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan
terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
OJK juga ikut berperan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
perusahaan Pegadaian yang berdasarkan pada surat dari OJK dengan prosedur
yang tertulis pada POJK tersebut serta OJK juga dapat bekerja sama dengan
Instansi lainnya dalam melaksanakan Pengawasan dan Pemeriksaan.
B. 4 Pengawasan
Sejatinya demi tercipta kegiatan Badan Hukum yang berkelanjutan,
tentusaja penting memperhatikan faktor Pengawasan yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan
selain itu agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan, sedang atau
mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan juga patut menjadi bahan
pertimbangan dalam diberlangsungkannya pengawasan dan yang tidak kalah
51
penting adalah mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan. Selain itu,
akan lebih baik jika pengawasan dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-
penyimpangan sehingga bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan
dengan tindakan kontrol sesudah terjadi penyimpangan (repressive control).
Namun dalam Pegadaian sendiri, fungsi pengawasan baru dimunculkan
secara tertulis pada tahun 2000 dimana terdapat Dewan pengawas yang bertugas
untuk melaksanaan pengawasan terhadap pengurusan Perusahaan yang dilakukan
oleh direksi dan memberi nasihat kepada direksi dalam melaksanakan kegiatan
pengurusan Perusahaan. Setelah itu Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011
kembali tidak mencantumkan tugas Pengawasan dikarenakan pada Peraturan
tersebut hanya mengatur mengenai bentuk hukum yang baru dari Pegadaian.
POJK Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pegadaianlah yang mengatur
secara jelas tertulis mengenai fungsi pengawasan Pegadaian saat ini, dimana
tertulis bahwa Pengawasan terhadap Perusahaan Pergadaian dilakukan oleh OJK
dan OJK berwenang melakukan Pemeriksaan terhadap Perusahaan Pergadaian
yang berdsakan pada surat dari OJK dengan prosedur yang juga tertulis pada
peraturan ini bahkan OJK dapat bekerja sama dengan instansi lainya dalam
melaksanakan pemeriksaan dan dan pengasawan Pegadaian.
Untuk memudahkan pemahaman akan adanya perkembangan pada lembaga pegadaian maka dituangkan dalam tabel berikut ini:
52
B. Tabel Hasil Penelitian Tabel 4
Perkembangan Pengaturan Lembaga Pegadaian Dari Tahun 1961 hingga 2016
Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 1961 Tentang Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1969 Tentang Perubahan Bentuk Perusahaan Negara PegadaianMenjadi Jawatan Pegadaian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk BadanHukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)
POJK Nomor 31
/POJK.05/2016 Tentang
Usaha Pegadaian.
1. Pengertian Pasal 2(1) P.N. Pegadaian adalah badan hukum, yang berhak melakukan usaha-usaha berdasarkan Peratura Pemerintah ini.
Perusahaan Umum (PERUM)Pegadaian, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Perusahaan, adalahBadan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri Keuangan, dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yangdipisahkan dan tidak terbagi atas saham.
Usaha Pergadaian adalah segala usaha menyangkut pemberian pinjaman dengan jaminan barang bergerak, jasatitipan, jasa taksiran, dan/ataujasa lainnya,termasuk yang diselenggarakan berdasarkan prinsip syariah.
PerusahaanPergadaian adalah perusahaan pergadaian swastadan perusahaan pergadaian pemerintah yang diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
2. Bentuk Badan Hukum Perusahaan Negara Pegadaian Jawatan Pegadaian Perusahaan Umum (Perum) Perusahaan Perseroan (Persero)
perseroan terbatas atau koperasi.
3. Tujuan Pasal 5Tujuan Perusahaan ialah1. untuk turut membangun ekonomi nasional dibidang perkreditan
Pasal 7Maksud dan tujuan Perusahaan adalah :a. turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia, baiksecara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai
53
2. dengan dasar hukum gadai sesuai dengan ekonomi terpimpin, 3.dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam Perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur materiil dan spirituil
terutama golongan menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perudang-udanganan yang berlaku;b. menghindarkan masyarakatdari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan dengan menerapkan prinsip perseroanterbatas.
4. Modal Pasal 7Modal Perusahaan ialah jumlah selisih dari nilai aktivadan nilai passiva dari perusahaan milik negara yangdilebur seperti dimaksud dalam pasal 1 dan yang menurut neraca pembukaan sementara yang dilampirkan pada Peraturan Pemerintah iniberjumlah Rp. 4.600.000.000,- (empat miliarenam ratus juta rupiah).
Pasal 10Modal Perusahaan merupakankekayaan Negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham-saham.
Modal Perusahaan Perseroan (Persero) berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan yang tercatat dalam Perum Pegadaian.
Pasal 4
Jumlah Modal Disetor
Perusahaan Pergadaian
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan paling
sedikit:
a. Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah), untuk
lingkup wilayah usaha
kabupaten/kota; atau
b. Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), untuk lingkup wilayah usaha provinsi
5. Jenis Kegiatan a. penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai;b. penyaluran uang pinjaman
kegiatan usaha utama berupa:a. penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai
Pasal13
(1) Kegiatanusaha Perusahaan
54
berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi, unit toko emas, dan industri perhiasaan emas serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan Perusahaanc. melakukan kejasama usaha dengan badan usaha lain;d. membentuk anak Perusahaan;e. melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.
termasuk gadai efek;b. penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusiac. pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan logam mulia serta batu adi.d. jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasaadministrasi pinjaman; dane. optimalisasi sumber daya Perusahaan Perseroan(Persero).
Pergadaian meliputi:
a. penyaluran Uang Pinjaman
dengan jaminan berdasarkan
hukum Gadai
b. penyaluran Uang Pinjaman
dengan jaminan berdasarkan
fidusia
c. pelayanan jasa titipan
barang berharga
d. pelayanan jasa taksiran.
Apabila melakukan usaha lainharus berdasarkan prinsipkegiatan lain yang tidakterkait Usaha Pergadaianyang memberikan pendapatanberdasarkan komisi (based income) sepanjangtidak bertentangan denganperaturan perundang-undangan dibidang jasakeuangan atau kegiatan usahalain dengan persetujuan OJK.Dengan memenuhi prasaratyang sudah ditentukanmelalui Peraturan OJKataupun memakai prinsipsyariah.
6. Pimpinan Pasal 8Perusahaan dipimpin oleh
Direksi, Jumlah anggota Direksi paling banyak 5
55
suatu Direksi yang terdiri dariseorang Presiden-Direktur dengan dibantu oleh sebanyak-banyaknya 4 orang Direktur yang bertanggung-jawab atas bidangnya masing-masing.
(lima) orang, dan seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama.
7. Ketentuan Pimpinan 1. warga negara Indonesia2. anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garislurus maupun garis kesamping, termasuk menantu dan ipar, kecuali jikadiizinkan oleh Pemerintah.3. Anggota Direksi tidak boleh merangkap jabatan lain,kecuali dengan izin Menteri.4. Anggota Direksi diangkat oleh Pemerintah atas usul Menteri untuk selama-lamanya 5 tahun.
Pasal 18Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang :a. memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan berkelakukan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemajuan Perusahaan;b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroanatau PERUM dinyatakan pailitc. kewarganegaraan Indonesia.Direksi diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
8. Wewenang Pimpinan Direksi mewakili Perusahaan didalam dan diluar
Direksi diberi tugas dan mempunyai wewenang untuk:
56
pengadilan.Direksi menentukan kebijaksanaan Perusahaan.Direksi mengurus dan menguasai kekayaan Perusahaan.
Pasal 17Direksi mengangkat dan memberhentikan pegawai perusahaan menurut peraturankepegawaian yang disetujuioleh Menteri berdasarkan peraturan pokok kepegawaianyang ditetapkan oleh Pemerintah
a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan tujuan Perusahaandengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna Perusahaan;b. menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan;c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan;d. melaksanakan kebijak pengembangan usaha dalam mengurus Perusahaan yang telah digariskan Menteri Keuangan;f. menetapkan kebijakan Perusahaan sesuai dengan pedoman kegiatan operasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;g. menyiapkan Rencana Jangka Panjang serta RencanaKerja dan Anggaran Perusahaan;h. mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi sutau Perusahaan;i. menyiapkan strukstur organisasi dan tata kerja Perusahaan lengkap dengan
57
perincian tugasnya;j. melakukan kerjasama usaha, membentuk anak Perusahaan dan melakukan penyertaanmodal dalam badan usaha laindengan persetuuan Menteri Keuangan;k. mengangkat dan memberhentiankan pegawai Perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku;l. menentapkan gaji, pensiun /jaminan hari tua dan dan penghasuiln lain bagi para pegawai Perusahaan serta mengatur semua hal kepegawaian lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;m. menyiapkan Laporan Tahunan dan laporan berkala.
8. Kepegawaian Direksi mengangkat dan memberhentikan pegawai perusahaan menurut peraturankepegawaian yang disetujui oleh Menteri berdasarkan peraturan pokok kepegawaianyang ditetapkan oleh Pemerintah.
Penugasan, pengangkatan, penempatan, pemberhentian, kedudukan dan penghargaan kepada pegawai Perusahaan diatur dan ditetapkan oleh Direksi ssesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
Direksi (Apabila berbadan
hukum Perusahaanyang
didasarkan pada UU NO.40
Tahun 2007)
Dewan Komisaris
Dewan pengawas Syariah
58
(DPS adalah bagian dari organ PerusahaanPergadaianyang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha agar sesuai dengan Prinsip Syariah. )
9. Jatuh tempo Anggaran Perusahaan
Selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun buku baru mulai berlaku
Neraca pembukaan Jawatan Pegadaian terhitung mulai tanggal yang akan ditentukan oleh Menteri Keuangan, dibuat oleh Direktur Akuntan Negara dan yang kemudian ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
10. Pendirian Dengan nama Perusahaan Negara Pegadaian, selanjutnya disebut P.N. Pegadaian dan berkedudukan di Jakarta
Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dilakukanoleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.
Pendaftaran dan perijinan
secara prosedur tertulis pada
Bab II yang secara lengkap
terlampir dengan melibatkan
OJK secara keseluruhan. Pada
Pasal11
(1) Perusahaan Pergadaian
yang telah memperoleh izin
usaha dari OJK wajib
melakukan kegiatan usaha
paling lama 30 (tigapuluh)
Hari sejak tanggal izin usaha
59
ditetapkan.
(2) Perusahaan Pergadaian wajib menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada OJK paling lama 15 (lima belas) Hari sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha.
11.Pembubaran Pembubaran Perusahaan dan penunjukan likwidaturnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Pembubaran Perusahaan dan penunjukan likuidaturnya ditetapkan dengan PeraturanPemerintah.
12.Pengawasan Dewan Pengawas, bertugas untuk melaksanaan pengawasan terhadap pengurusan Perusahaan yang dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat kepada direksi dalam melaksanakan kegiatan pengurusan Perusahaan.
Pengawasan terhadap
Perusahaan Pergadaian
dilakukan oleh OJK dan OJK
berwenang melakukan
Pemeriksaan terhadap
Perusahaan Pergadaian yang
berdsakan pada surat dari
OJK dengan prosedur yang
juga tertulis pada peraturan
ini.OJK dapat bekerja sama
dengan instansi lainya dalam
melaksanakan pengawasan
60
C. Analisis Terdapat Privatisasi Pegadaian seiring dengan perkembangan Peraturan tentang
Pegadaian, hal ini dapat dilihat dari bentuk hukum dan ketentuan mengenai kepengurusan
serta permodalan. Awal terbentuknya, seluruh kegiatan dan kepengurusan serta pengelolan
langsung dipusatkan di kepemerintahan. Namun disadari bahwa kegiatan dan kebutuhan akan
hukum Gadai makin berkembang serta tuntutan ekonomi Global maka Pemerintah mulai
menetapkan Pegadaian bisa didirikan oleh Orang perseorangan tanpa ada campurtangan
kepengurusan dari Pemerintah. Hal ini terbukti pada saat ditetapkannya PP No. 103 Tahun
2000 dimana Pegadian berbentu Perusahaan Umum. Saham kepemilikan 51% oleh Negara
dan 49% oleh pihak lain. Dari sini dapat dipahami bahwa Pegadian mulai dapat merambah
kegiatan usaha bagi orang perseorangan. Hingga dewasa ini dalam POJK
NO.31/POJK.05/2016 Pegadian dapat dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta karena
Pegadaian dapat berupa PT dan Koperasi yang mengacu pada Undang-Undang PT dan
Koperasi.
Berkaitan dengan teori badan hukum yang telah dipaparkan, ternyata sesuai dengan
kenyataan bahwa Pegadaian merupakan sesuatu yang dianggap nyata seperti manusia yang
bisa melakukan perbuatan hukum serta memikul tanggungjawab hukum yang terwujud
melalui konstruksi yuridis kepengurusan dari masing-masing perubahan bentuk Pegadaian
dari masing-masing peraturan. Dapat disimpulkan bahwa Pegadaian mengacu dari teori
tersebut karena Pegadaian merupakan badan hukum yang dibentuk pemerintah yang
bertujuan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat di bidang penyaluran dana melalui
hukum gadai. Selain itu, sejak Pegadaian didirikan juga tak luput dari teori Kekayaan
Bersama dan Teori ini tercermin pada Pegadaian yang berbadan hukum Koperasi.
Dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 mengamanatkan bahwa “Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip keadilan, kebersamaan,
efisiensi, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
61
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Hal inilah yang mendasari
dibentuknya PP Nomor 178 Tahun 1961, PP NO. 7 Tahun 1969, PP NO. 103 Tahun 2000 dan
Peraturan lainnya tentang perubahan bentuk badan hukum Pegadaian di Indonesia.
Karakteristik dan pembeda dari masing-masing peraturan mengenai lembaga Pegadaian dapat
dilihat dari Jenis Kegiatannya, pada saat Pegadian berbentuk:
I. Perusahaan Negara dan Perusahaan Jawatan: Tidak diatur secara jelas mengenai jenis
kegiatan yang dilakukan, namun apabila dilihat dari bagian Menimbang, maka
kegiatan yang dilakukan berdasarkan KUHPerdata. Sehingga dapat dipahami bahwa
kegiatan mengacu pada asas dan dasar hukum Kitab Undang undang Hukum Perdata
tentang Gadai yang termuat pada Pasal 1150-1160 yang mencakup mengenai
kegiatan Gadai yaitu penyaluran dana melalui perjanjian.
II. Perusahaan Umum Pegadaian:
a. penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai;
b. penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan jasa
titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi, unit toko emas,
dan industri perhiasaan emas serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang
tercapainya maksud dan tujuan Perusahaan
c. melakukan kejasama usaha dengan badan usaha lain;
d. membentuk anak Perusahaan;
e. melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.
III. Persero Pegadaian :
a. penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai efek;
b. penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia
c. pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan
logam mulia serta batu adi.
62
d. jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa administrasi
pinjaman; dan
e. optimalisasi sumber daya Perusahaan Perseroan (Persero).
IV. Perseroan Terbatas & Koperasi Pegadaian :
a. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan hukum Gadai
b. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan fidusia
c. pelayanan jasa titipan barang berharga
d. pelayanan jasa taksiran. Namun, apabila melakukan usaha lain harus
berdasarkan prinsip kegiatan lain yang tidak terkait Usaha Pergadaian yang
memberikan pendapatan berdasarkan komisi (fee based income) sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dibidang jasa
keuangan atau kegiatan usaha lain dengan persetujuan OJK. Dengan
memenuhi prasarat yang sudah ditentukan melalui Peraturan OJK ataupun
memakai prinsip syariah.
Dapat dilihat bahwa yang semula pegadaian menjalankan kegiatan Gadai Pand saja,
kini sudah mempunyai varian kegiatan diluar hukum gadai yang ditentukan KUHPerdata.
Dapat dilihat bahwa Fidusia mulai eksis di Lembaga Pegadaian di Peraturan Pemerintah
Tahun 2000, 2011 dan POJK 2016 sampai saat ini. Pada saat Pegadaian berbentuk
Perusahaan Umum, Pegadaian juga melakukan kegiatan kerjasama dengan badan usaha lain
serta membentuk anak perusahaan. Hal ini tidak lagi diprioritaskan pada saat Pegadaian
berbentuk Persero sehingga kegiatan membentuk anak perusahaan dan kerjasama dengan
badan usaha lain dihapuskan dan diperbaharui dengan kegiatan jasa transfer uang, transaksi
pembayaran, pinjaman dan lainnya sehingga kegiatan yang dilakukan mirip dengan fungsi
lembaga Perbankan denga Fidusia masih dipertahankan. Namun seiring perkembangan, kini
pegadaian hanya melayani kegiatan Gadai, Fidusia, Jasa Titipan, dan Jasa Tafsiran. Dapat
63
dilihat bahwa kini pegadaian tidak telalu banyak mendalami kegiatan perbankan yang
sebelumnya menjadi Kegiatan Pokok Pegadaian.
Ketentuan Kepengurusan Pegadaian yang seiring dengan perubahan bentuk badan
hukum Pegadaian dari waktu ke waktu, Kepengurusan Lembaga Pegadaian sendiri juga ikut
menyesuaikan dari kebutuhan maupun dari regulasi yang ada. Kepengurusan merupakan
cerminan dari Teori Organ dalam suatu badan Hukum, dimana Badan hukum itu seperti
manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum dan memandang
badan hukum sebagai suatu yang nyata (reliteit). Menurut teori organ badan hukum
merupakan een bestaan, dat hun realiteit dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai
manusia yang sesungguhnya dalam lalu lintas hukum yang juga mempunyai kehendak sendiri
yang dibentuk melalui alat-alat kelengkapannya yaitu pengurus dan anggotanya dan
sebagainya. Pada tahun 1961 dimana Pegadaian berbentuk Perusahaan Negara, kepengurusan
berada penuh di tangan Pemerintah (terpusat), dimana dalam pertimbangannya bahwa pada
awal berdirinya Pemerintah dapat secara langsung melakukan, mengelola dan mengawasi
kegiatan yang dilakukan di Pegadaian sehingga perkembangan Lembaga Pegadaian dapat
terus membangun perekonomian Negara di bidang gadai. Pengangkatan Pengurus Pegadaian
juga dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mendapatkan Izin Usaha Perusahaan Gadai.
Kriteria untuk Pengurus antara lain:
1. Warga negara Indonesia
2. Memenuhi persyaratan kemampuan dan kepatutan.
3. Tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang lembaga keuangan
4. Tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindakan pidana di
bidang keuangan dan perekonomian
5. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
64
Dalam Peraturan terkait, beberapa hal tersebut diatas memperhatikan kualitas dari para
pengurus Pegadaian selalu diperhatikan dan ditingkatkan sehingga tujuan dari Pegadaian
dapat berlangsung. Hal ini juga terkait pada pegadaian yang merupakan lembaga terpercaya
yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang Gadai.
65