bab ii kajian pustaka -...

26
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Kemahasiswaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Kemahasiswaan Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi, hal ini tercantum dalam buku Peraturan Penyelenggarakan Kegiatan Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana (2009). Mahasiswa merupakan elemen penting dalam setiap perguruan tinggi. Seperti di Universitas Kristen Satya Wacana yang sering disebut UKSW, maha- siswanya dicetak menjadi mahasiswa yang berjiwa yang bermoral tinggi, berbudi luhur yang didasarkan atas kasih dan etika keilmuan serta peduli terhadap masalah sosial, lingkungan hidup dan kemanusiaan dalam kehidupan masyarakat. Untuk mencetak mahasiswa ini diperlukan wadah khusus di dalam perguruan tinggi. Oleh karena itu setiap perguruan tinggi menyediakan wadah Lembaga Kemaha- siswaan demi perkembangannya yang sering disebut LK. Universitas Kristen Satya Wacana sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki otonomi dan menjunjung tinggi kebebasan akademik. Dengan berlandaskan iman Kristiani, UKSW memanifestasikan norma-normanya dalam dasar UKSW serta berfungsi sebagai universitas scientiarum, magistrorum et scholarium untuk pembentukan creative minority, pembinaan calon pemimpin masyarakat, fungsi radar, sebagai pelayan dan pendidikan pelayan (diakonia) (Statuta UKSW, 2000).

Upload: vuque

Post on 27-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Lembaga Kemahasiswaan

2.1.1 Pengertian Lembaga Kemahasiswaan

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan

tinggi, hal ini tercantum dalam buku Peraturan Penyelenggarakan Kegiatan

Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana

(2009). Mahasiswa merupakan elemen penting dalam setiap perguruan tinggi.

Seperti di Universitas Kristen Satya Wacana yang sering disebut UKSW, maha-

siswanya dicetak menjadi mahasiswa yang berjiwa yang bermoral tinggi, berbudi

luhur yang didasarkan atas kasih dan etika keilmuan serta peduli terhadap masalah

sosial, lingkungan hidup dan kemanusiaan dalam kehidupan masyarakat. Untuk

mencetak mahasiswa ini diperlukan wadah khusus di dalam perguruan tinggi.

Oleh karena itu setiap perguruan tinggi menyediakan wadah Lembaga Kemaha-

siswaan demi perkembangannya yang sering disebut LK.

Universitas Kristen Satya Wacana sebagai lembaga pendidikan tinggi

memiliki otonomi dan menjunjung tinggi kebebasan akademik. Dengan

berlandaskan iman Kristiani, UKSW memanifestasikan norma-normanya dalam

dasar UKSW serta berfungsi sebagai universitas scientiarum, magistrorum et

scholarium untuk pembentukan creative minority, pembinaan calon pemimpin

masyarakat, fungsi radar, sebagai pelayan dan pendidikan pelayan (diakonia)

(Statuta UKSW, 2000).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

8

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut maka UKSW harus

melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, mendorong pemikiran yang kritis-

prinsipil dan kreatif-realistis, menjadi pusat pemikiran dan pengalaman untuk

pembinaan kehidupan yang adil, tertib, bebas dan sejahtera, menjadi Perguruan

Tinggi Kristen Indonesia yang seluruh kegiatannya pada satu pihak merupakan

perwujudan iman Kristen yang oikumenis dan pihak lain menjawab secara tepat

situasi sosio-kultural dan kebutuhan bangsa dan dan negara Indonesia,

mengusahakan hubungan yang bermakna antara iman Kristen dengan berbagai

bidang ilmu pengetahuan dan pelayanan serta mengusahakan terbentuknya

angkatan pemimpin masyarakat yang dilengkapi bekal ilmu pengetahuan dan

kepekaan di bidang tertentu serta memiliki kesadaran pengabdian kepada

masyarakat.

Keseluruhan hal tersebut tidak dapat dijalankan oleh pimpinan fakultas

atau Universitas semata namun oleh semua komponen didalamnya termasuk

mahasiswa melalui Lembaga Kemahasiswaan (Dera, 2004)

2.1.2 Bentuk Organisasi Lembaga Kemahasiswaan di Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

Ketentuan Umum Keluarga Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

(KUKM UKSW, 2011) menyebutkan bentuk organisasi LK di UKSW adalah:

(1) Badan perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU) adalah lembaga perwa-

kilan dan permusyawaratan mahasiswa di aras Universitas.

(2) Senat Mahasiswa Universitas (SMU) adalah lembaga eksekutif mahasiswa di

aras universitas yang mengkoordinasikan aktifitas mahasiswa di aras Univer-

sitas dan Fakultas.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

9

(3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga perwakilan

dan permusyawaratan mahasiswa diaras fakultas.

(4) Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) adalah lembaga eksekutif di aras fakultas

yang mengkoordinasikan aktivitas mahasiswa di aras fakultas dan atau

program studi.

(5) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) adalah himpunan mahasiswa

yang terdapat pada fakultas tertentu yang mempunyai program studi.

(6) Kelompok Bakat Minat (KBM) yang merupakan himpunan mahasiswa yang

memiliki satu kesamaan minat, bakat,dan perhatian pada bidang tertentu yang

terintegrasi dengan LK di atas fakultas atau universitas, KBM ini termasuk

dalam naungan SMF.

2.1.3 Tujuan Organisasi Lembaga Kemahasiswaan di Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

Tujuan organisasi di UKSW dalam KUKM UKSW (2011) sebagai

berikut:

(1) Menjadi wahana bagi mahasiswa untuk berperan serta dalam mewujudkan

tujuan perguruan tinggi pada umumnya dan Universitas Kristen Satya Wacana

pada Khususnya.

(2) Menjadi wahana untuk membina persekutuan dan persaudaraan untuk

kesejahteraan mahasiswa.

(3) Menjadi wahana mempersiapkan calon – calon pemimpin yang kritis-prinsipil,

kreatif-realistis dan non- konformis.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

10

(4) Menjadi saluran bicara mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi konstruktif dan

bertanggung jawab, yang hidup dikalangan mahasiswa.

2.1.4 Fungsi dan Peranan Lembaga Kemahasiswaan Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

KUKM UKSW (2011) menyebutkan fungsi dan peran LK UKSW adalah:

(1) Menjadi wahana bagi mahasiswa untuk berperan serta dalam mewujudkan

tujuan Perguruan Tinggi pada umumnya dan Universitas Kristen Satya

Wacana pada khususnya.

(2) Menjadi wahana untuk membina persekutuan dan pesaudaraan untuk

kesejahteraan mahasiswa.

(3) Menjadi wahana mempersiapkan calon-calon pemimpin yang kritis-analitis-

obyektif, kreatif-inovatif, adaptif, dinamis, dedikatif dan terampil yang

religius.

(4) Menjadi wahana bagi mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi kontruktif dan

bertanggung jawab, yang hidup di kalangan mahasiswa.

2.1.5 Tugas dan Wewenang Organisasi Lembaga Kemahasiswaan yang ada

di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Tugas dan wewenang organisasi yang ada di UKSW dalam LK FKIP

tercantum dalam KUKM UKSW (2011) yaitu:

1. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF)

BPMF berfungsi dalam:

(1) Mengutus wakil mahasiswa Fakultas untuk duduk di BPMU.

(2) Menarik kembali wakil mahasiswa Fakultas yang duduk di BPMU.

(3) Memilih dan menetapkan Ketua SMF.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

11

(4) Membantu Ketua SMF Terpilih untuk membentuk kepengurusan SMF.

(5) Mengajukan nama fungsionaris SMF Terpilih untuk diangkat oleh SMU.

(6) Merumuskan GBHPLK di aras Fakultas.

(7) Memberi saran dan pemikiran kepada SMF, baik diminta maupun tidak

diminta.

(8) Mengawasi dan menilai pelaksanaan program kerja serta anggaran SMF

dan menyerahkan penilaiannya kepada SMU.

(9) Memberi saran dan pemikiran yang kritis-prinsipiil dan kreatif-realistis

kepada Pimpinan Fakultas. Menyalurkan aspirasi mahasiswa Fakultas

kepada pihak-pihak yang terkait.

(10) Melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan SMF secara berkala.

(11) Memberhentikan Ketua SMF.

(12) Melakukan advokasi terhadap masalah-masalah mahasiswa berkaitan

dengan pemenuhan hak-hak mahasiswa.

(13) Membentuk Peraturan BPMF.

(14) Membentuk Keputusan BPMF.

(15) Membahas dan mengesahkan rancangan Peraturan BPMF yang diajukan

oleh SMF.

2. Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)

Tugas dan tanggung jawab SMF yaitu:

(1) Menyusun dan mengajukan program kerja serta anggaran berdasarkan

GBHPLK di aras Fakultas pada permulaan tahun periode kepada SMU

melalui BPMF untuk dikoordinasikan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

12

(2) Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan pada Rapat LK.

(3) Memberi laporan pertanggungjawaban kepada SMU melalui BPMF pada

akhir periode.

(4) Menggiatkan aktivitas mahasiswa Fakultas sebagai basis kegiatan

akademik mahasiswa.

(5) Mewakili mahasiswa Fakultas dalam kegiatan ke dalam maupun ke luar

Universitas.

(6) Memberi laporan berkala mengenai perkembangan pelaksanaan program

kerja dan anggaran kepada SMU melalui BPMF.

(7) Memberikan saran dan pemikiran yang kritis-prinsipiil dan kreatif-

realistis kepada Pimpinan Fakultas.

(8) Menyalurkan aspirasi mahasiswa di arasFakultas.

(9) Menyusun dan mengusulkan rancangan Peraturan BPMF untuk dibahas

dan disahkan oleh BPMF.

(10) Membentuk Peraturan SMF.

(11) Membentuk Keputusan SMF.

3. Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP)

Fungsi HMP yaitu:

(1) Membentuk Badan pengurus HMP, yang selanjutnya diangkat dengan

Surat Keputusan SMF.

(2) Menyusun dan mengajukan program kerja yang berorientasi pada

penalaran mahasiswa serta anggarannya berdasarkan Garis-garis Besar

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

13

Haluan Program embaga Kemahasiswaan aras Fakultas pada permulaan

tahun periode kepada SMF untuk dikoordinasikan.

(3) Melaksanakan program kerja HMP yang telah ditetapkan pada Rapat

Koordinasi Lembaga Kemahasiswaan.

(4) Menggiatkan aktifitas mahasiswa program studi sebagai basis kegiatan

akademik.

(5) Bertanggung jawab kepada SMF.

(6) Dapat mengutus perwakilan mahasiswa ke BPMF.

(7) Menarik kembali perwakilannya di BPMF.

(8) Menghimpun dan menyalurkan aspirasi mahasiswa program studi kepada

BPMF.

(9) Membentuk Keputusan HMP.

4. Kelompok Bakat Minat (KBM)

Fungsi KBM dapat dijabarkan sebagai berikut:

(1) Membentuk Badan Pengurus KBM.

(2) Mengajukan diri sebagai KBM pada setiap awal periode LK kepada

SMU di aras Universitas atau SMF di aras Fakultas.

(3) Menyusun dan mengajukan program kerja serta anggaran berdasarkan

GBHPLK pada permulaan periode LK kepada SMF atau SMU untuk

dikoordinasikan.

(4) Melaksanakan program kerja KBM yang telah ditetapkan pada Rapat

Koordinasi Lembaga Kemahasiswaan.

(5) Menggiatkan aktivitas mahasiswa sesuai dengan bakat dan minat.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

14

(6) Bertanggung jawab kepada SMF atau SMU.

(7) Membentuk Keputusan KBM.

2.1.6. Keaktifan dalam Organisasi Kemahasiswaan

Suharso dan Retnoningsih (2005) mengatakan keaktifan berasal

dari kata aktif, yang memiliki arti giat, gigih, dinamis dan bertenaga atau sebagai

lawan statis atau lamban dan mempunyai kecenderungan menyebar atau

berkembang. Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari

keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Keaktifan

mahasiswa dalam organisasi merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang

bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang mahasiswa dalam kegiatan

organisasi tersebut.

Sentosa (2008) mengatakan motivasi seseorang ikut serta dalam organisasi

untuk mendapatkan kecakapan yang tidak mungkin didapatkan di bangku perku-

liahan. Kecakapan tersebut meliputi, kecakapan mengatur waktu, kecakapan

birokrasi, kecakapan surat menyurat, dan kecakapan lainnya, nampak jelas bahwa

kecakapan – kecakapan tersebut jarang didapatkan dari bangku kuliah. Melalui

organisasi LK, mahasiswa percaya bahwa potensi tersebut dapat diolah dan

dikembangkan secara kreatif sehingga memberi kelebihan tersendiri bagi

mahasiswa lainnya yang tidak aktif dalam berorganisasi LK.

Selain untuk mengembangkan potensi, alasan lain yang mendasari

mahasiswa untuk berorganisasi LK adalah untuk mencapai sebuah prestasi. Bagi

mahasiswa yang aktif berorganisasi LK, prestasi akademis maupun non-akademis

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

15

menjadi sebuah kebanggaan tersendiri karena ia memiliki kemampuan yang tidak

hanya diukur dari aspek kognitif saja tetapi mahasiswa juga bisa membuktikan

kemampuan tersebut secara aplikatif dan praktis melalui kemandiriannya. Inilah

capaian yang dimiliki oleh mahasiswa yang tidak hanya berorientasi kuliah tetapi

juga organisasi LK, suatu kelebihan tersendiri yang membedakan dengan

mahasiswa yang berorientasi pada kuliah saja.

2.1.7. Manfaat Mengikuti Organisasi Lembaga Kemahasiswaan

Dengan mengikuti organisasi LK dapat memperoleh manfaat terutama

dalam kemandirian. Mahasiswa yang menjadi anggota LK dituntut memiliki sikap

mandiri. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawab berorganisasi LK serta perkuliahan. Sentosa (2008)

meyebutkan manfaat mengikuti organisasi sebagai berikut :

(1) Melatih Leadership, karena dalam berorganisasi ada banyak hal yang harus

diurus seperti acara – acara organisasi yang tentu melibatkan banyak orang,

baik itu sesama mahasiswa anggota organisasi maupun orang – orang di luar

organisasi.

(2) Belajar mengatur waktu, karena kita harus pandai – pandai mengatur waktu

antara tugas kuliah dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi. (3)

Memperluas jaringan atau Networking, dalam mengikuti organisasi pasti akan

menambah teman – teman baru.

(4) Mengasah kemampuan sosial, orang yang mengikuti organisasi biasanya akan

lebih aktif di bandingkan dengan orang yang tidak mengikuti organisasi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

16

(5) Problem Solving dan Managemen Konflik, dalam mengikuti organisasi

mahasiswa dituntut untuk belajar memecahkan masalah apabila sewaktu –

waktu terjadi kendala mengenai organisasi.

Firdaus (2008) mengatakan mahasiswa aktivis menemui kendala dalam

membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Tetapi mahasiswa anggota

organisasi LK yang memiliki kemandirian akan memperoleh nilai tambah karena

dengan berorganisasi seseorang akan terbiasa bekerjasama dengan orang lain

(work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader), terbiasa

bekerja dengan managemen (work with management).

2.1.8. Azas-Azas Organisasi LK

Gulick (1957) mengatakan azas-azas organisasi, yaitu:

(1) Orang yang layak pada struktur organisasi

(2) Pengakuan seorang pimpinan puncak sebagai sumber wewenang

(3) Yang bersangkutan dengan kesatuan perintah

(4) Memakai staf khusus dan umum

(5) Departemenisasi berdasarkan tujuan, proses, orang dan tempat

(6) Pelimpahan dan pemakaian azas pengecualian

(7) Membuat tanggung jawab sepadan dengan wewenang

(8) Mempertimbangkan rentang control yang tepat.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

17

2.1.9. Optimalisasi Performa Individu dalam Organisasi LK

Apapun bentuk, sifat, dan ukuran organisasi selalu diarahkan pada keber-

hasilan pencapaian tujuan organisasi (organizational effectiveness) yang telah

ditetapkan. Keberhasilan organisasi ini pada dasarnya merupakan akumulasi dan

agregat usaha-usaha sekaligus keberhasilan individu-individu (individual

effectiveness) dalam organisasi itu sendiri (Gibson, 1985). Dengan demikian dapat

diungkapkan bahwa performa individu atau mahasiswa anggota LK merupakan

determinan terhadap performa organisasi LK.

Dengan melihat mahasiswa anggota LK merupakan determinan terhadap

efektifitas organisasi dan dengan munculnya pendekatan baru yang disebut

pendekatan perilaku organisasi, dimana pendekatan ini peduli terhadap individu

(individu dinilai sebagai people, bukan thinks), maka tulisan ini hendak mengkaji

upaya-upaya secara global (makro) untuk mengoptimalkan performa individu

dalam organisasi LK dalam rangka pencapaian tujuan organisasi LK, dengan

mendasarkan pada pendekatan perilaku organisasi LK.

Untuk mengarahkan dan mengendalikan perilaku mahasiswa dalam

Organisasi LK dengan melihat manusia secara utuh (humanistic oriented) maka

manajemen harus memahami berbagai variabel yang mempengaruhi perilaku

individu tersebut. Dinamika menuju pendekatan perilaku organisasi dalam LK

merupakan satu pendekatan yang menandai perkembangan awal dari studi

perilaku yang merupakan pendekatan perspektif teoritis-makro yakni yang dikenal

sebagai pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional ini telah memberikan

kontribusi dalam studi manajemen antara lain:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

18

(1) Telah mengenalkan teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada..

(2) Memusatkan perhatian pada peningkatan produktivitas dan kualitas output.

(3) Menyediakan mekanisme administratif yang sesuai bagi organisasi.

(4) Penerapan pembagian kerja.

(5) Meletakkan landasan bagi studi berikutnya mengenai efisiensi metode kerja

dan organisasi.

(6) Mengembangkan prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen LK.

Namun demikian pendekatan ini kemudian banyak ditinggalkan karena

pendekatan ini hanya menekankan aturan-aturan formal, spesialisasi, pembagian

tanggung jawab yang jelas dengan memberi perhatian relatif kecil terhadap arti

pentingnya personal dan kebutuhan sosial dari individu-individu yang berada

dalam organisasi tersebut (Bennet, 1994). Hal ini menegaskan bahwa pendekatan

klasik ini memperlakukan individu-individu dalam organisasi secara mekanistik-

menilai bahwa secara eksklusif manusia hanya termotivasi oleh keinginan untuk

memperoleh penghargaan berupa keuntungan finansial yang tinggi.

Dalam perkembangan selanjutnya muncullah pendekatan baru yakni

pendekatan hubungan kerja kemanusiaan (human relation approach). Pendekatan

ini muncul dengan diawali dengan eksperimen Hawthorne (Hawthorne experi-

ments) oleh Elton Mayo dan team Industrial Research dari Universitas Harvard.

Pendekatan Human Relations telah memberikan wacana baru dalam studi mana-

jemen dengan memberikan beberapa sumbangan pemikiran dan hipotesis baru

antara lain:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

19

(1) Secara eksplisit pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya hubungan

interpersonal dalam perilaku kelompok.

(2) Secara kritis menguji kembali hubungan antara keuntungan finansial dan

motivasi.

(3) Mempertanyakan anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu

yang berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan personalnya

sendiri.

(4) Menunjukkan bahwa bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling

berhubungan.

(5) Menunjukkan hubungan di antara kepuasan kerja dan produktivitasnya.

Dalam bagian yang sama Bennet (1994) menunjukkan beberapa kele-

mahan dari pendekatan ini yakni pendekatan ini mengesampingkan pengaruh

struktur organisasi terhadap perilaku individu, memandang organisasi sebagai

sistem tertutup (closed system) dan mengabaikan kekuatan lingkungan politik,

ekonomi dan lingkungan yang lain, tidak menjelaskan pengaruh kesatuan kerja

terhadap sikap dan perilaku individu, meremehkan motivasi, keinginan untuk

berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan kesadaran sendiri berkaitan dengan

segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, memusatkan perhatian

kepada pengaruh kelompok kecil namun mengabaikan pengaruh struktur sosial

yang lebih luas.

Kemudian pada tahun 1970-an muncul pendekatan yang berspektif mikro

teoritis yakni yang dikenal dengan istilah pendekatan perilaku organisasi

(organizational behavior approach). Berkaitan dengan ini Thoha (1990) menga-

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

20

takan bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan

pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap perilaku orang-orang di dalam

organisasi, dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut mempengaruhi usaha-

usaha pencapaian tujuan organisasi. Duncan (dalam Thoha, 1990) juga

menjelaskan bahwa studi perilaku organisasi termsuk di dalamnya bagian-bagian

yang relevan dari semua ilmu perilaku yang berusaha menjelaskan tindakan-

tindakan manusia di dalam organisasi, perilaku organisasi sebagaimana suatu

disiplin mengenal bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan yang

diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya. Walaupun

dikenal adanya keunikan pada individu, namun perilaku organisasi masih

memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas

pekerjaan bisa dijalankan. Sehingga kesimpulannya pendekatan ini mengusulkan

beberapa cara supaya usaha-usaha individu itu bisa terkoordinir dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

Lebih terperinci Gibson (1985) memberikan beberapa pokok pikiran yang

perlu dicatat berkaitan dengan pendekatan perilaku organisasi ini yakni bahwa

pendekatan perilaku organisasi merupakan: way of thinking: tingkat analisis pada

level individu, kelompok, dan organisasi, interdiciplinary field: memanfaatkan

berbagai disiplin, model, teori dan metode dari disiplin yang ada, humanistic

orientation: manusia dan segala sikap, perilaku, persepsi, kapasitas, perasaan, dan

tujuannya merupakan nilai utama, performance oriented : selalu mengarahkan

pada performance, external environment: lingkungan eksternal dilihat memiliki

pengaruh terhadap perilaku organisasi, metode ilmiah (scientific method)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

21

berperanan penting dalam mempelajari variabel dan hubungan, dan application

orientation: memusatkan perhatian untuk menjawab berbagai permasalahan yang

muncul dalam konteks manajemen organisasi. Dengan demikian dapat digaris

bawahi bahwa pendekatan perilaku organisasi seperti LK merupakan

multidisipliner, integrated, comprehensive, dan people centered approach yaitu

pendekatan yang memandang organisasi sebagai suatu sistem sosial, sehingga

tidak lagi memandang organisasi sebagai wadah atau alat semata, sehingga dalam

rangka memperbaiki produktifitas (productivity improvement) dalam arti luas

guna mencapai efektivitas organisasi (organizational effectivity) tidak cukup

memberi tekanan pada struktur dan desain organisasi (organizational structure

and design) saja tetapi hendaknya juga dan lebih pada manusianya (human).

Tabel 1

Management Skills Necessary at Various Levels of an Organization

Executive

Managerial

Supervisory

Nonsupervisory

Sumber: Etal, 1985

Dari ilustrasi tersebut dapat dilihat bahwa human skill merupakan

kapasitas yang krusial dalam setiap level manajemen. Hersey (dalam Etal, 1985)

juga menegaskan bahwa human skill telah dipandang penting pada masa lalu,

namun menjadi utama pada saat ini. Untuk dapat mencapai kepemimpinan yang

efektif yang secara langsung juga mengarahkan perilaku individu yang

berorientasi tujuan organisasi (goal oriented behavior) maka perlu adanya

Human Conseptual

Technical

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

22

pemahaman yang jelas terhadap berbagai variabel yang mempengaruhi perilaku

organisasi termasuk LK, yaitu :

(1) Perilaku Individu

Individu atau anggota organisasi dalam memasuki lingkungan

organisasi akan membawa beberapa unsur yang telah membentuk

karakteristiknya antara lain kemampuan, kebutuhan, kepercayaan,

pengalaman, pengharapan. Namun demikian lingkungan organisasi memiliki

karakteristik sendiri yang berupa keteraturan yang diwujudkan dalam

susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung

jawab, sistem penggajian (reward system), sistem pengendalian dan lain

sebagainya. Kemudian dalam proses pencapaian tujuan organisasi, kedua

karekteristik ini melakuakn interaksi dan akan membentuk suatu perilaku

individu dalam organisasi (Anderson dan Anna Kyprianou : 1994).

Selanjutnya Thoha (1990) menggambarkan model umum perilaku dalam

organisasi sebagai berikut:

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

23

Tabel 2

Model Umum Perilaku dalam Organisasi

<

Oleh karena itu manajer yang efektif adalah manajer yang mampu

memahami karakteristik individu-individu yang berada dalam organisasi tersebut,

dan hal ini dapat dilakukan dengan memahami prinsip-prinsip dasar yang

mempengaruhi perilaku individu. Thoha (1990) menyebutkan beberapa prinsip

Karakteristik

Individu

Kemampuan

Kebutuhan

Kepercayaan

Pengalaman

Pengharapan

Karakteristik

Organisasi

Hirarki

Tugas-tugas

Wewenang

Tanggungjawab

Sistem Reward

Sistem Kontrol

Perilaku

Individu

Dalam Organisasi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

24

dasar tersebut yakni: manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak

sama, manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, orang berpikir tentang masa

depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak, seseorang memahami

lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan

kebutuhannya, seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang

(affective) dan banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang.

Dengan demikian tantangan yang dihadapi manajemen adalah berkaitan dengan

kemampuan untuk mengidentifikasikan setiap perilaku individu yang berada

dalam organisasi dengan berbagai historical background-nya, dan tentunya ini

perlu suatu strategi dan teknik tertentu.

Secara lebih terperinci Gibson (1985) mengidentifikasikan berbagai varia-

bel yang mempengaruhi perilaku dan performa individu dalam organisasi, dan hal

ini digambarkan pada gambar 3.

Tabel 3

Variables That Influence Behavior and Performance

Psychological

Variables

Perception

Attitude

Personality

Learning

Motivasion

Individual behavior (e.g)

What a person does

Performance (e.g)

Desired result

Individual Variabel

Abilities and skills

Mental

Physical

Background

Family

Social Class

Experiences

Democratis

Age

Race

Sex

Organizational Variabel

Resources

Leadership

Rewards

Structure

Job desaign

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

25

Dari ilustrasi di atas dapat diamati bahwa banyak variabel yang mempe-

ngaruhi dan menentukan perilaku dan performa individu, tidak hanya dari variabel

organisasional, namun juga dari variabel individual dan variabel psikologis, yang

semuanya tentunya perlu mendapat perhatian manajer secara menyeluruh dan

terintegrasi. Perhatian manajer secara menyeluruh dan terintegrasi dapat dikalau-

kan dengan partisipasi individu dalam pembuatan keputusan, kondisi kerja dan

budaya organisasi yang membuat betah (convenient), adanya program

pengembangan diri yang jelas, hubungan antar individu dalam kelompok yang

harmonis, gaya kepemimpinan yang mendukung situasi dan kondisi yang

harmonis dan kondusif untuk mengembangkan daya kreativitas dan inovatif,

tingkat stres yang seminimal mungkin.

2.2 Kemandirian

2.2.1.Pengertian Kemandirian

Kemandirian dalam kamus psikologi berasal dari kata “independence”

yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana sesorang tidak tergantung pada orang

lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin, 2000).

Irene (2002) mendefinisikan kemandirian sebagai suatu sikap yang dapat

menerima dan menjadi diri sendiri, percaya pada kemampuan diri sendiri serta

tidak tergantung pada orang lain. Masrun (1986) mendefinisikan kemandirian

sebagai salah satu komponen kepribadian yang mendorong individu untuk dapat

mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan masalah tanpa

bantuan orang lain. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

26

secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga

individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri (Havighurst,

1972). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung

pengertian:

(1) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

(2) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya

(3) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang

dihadapi.

(4) Suatu keadaan di mana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk

maju demi kemajuan dirinya.

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara

kumulatif selama perkembangan, di mana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga

individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan

kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang

dengan lebih mantap.

2.2.2 Ciri-ciri Kemandirian

Masrun (1986) merumuskan bahwa orang yang mandiri mempunyai ciri –

ciri yaitu : memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu

atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh

ketekunan, serta berkeinginan untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

27

orang lain, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan

tindakan – tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa

percaya terhadap diri sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri, dan

memperoleh kepuasan dari usahanya.

Havighurst (1972) berpendapat mahasiswa yang memiliki kemandrian

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Percaya pada diri sendiri.

(2) Tidak mudah terpengaruh.

(3) Memiliki kemampuan untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakini.

(4) Mampu menentukan sikapnya sendiri.

(5) Gigih dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.

(6) Dapat memilih apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak

seharusnya dilakukan.

2.2.3 Aspek-Aspek Kemandirian

Masrun (1986) mengemukakan bahwa ada lima aspek penting dalam

kemandirian, yaitu :

(1) Bebas bertanggung jawab, ditunjukkan dengan adanya ciri – ciri: tindakan

dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung

pada orang lain.

(2) Progresif dan ulet, ditunjukkan dengan ciri – ciri: usaha mengejar prestasi,

penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan – harapannya.

(3) Inisiatif, ditunjukkan dengan ciri – ciri: mampu untuk berpikir dan bertindak

secara original, kreatif, dan penuh inisiatif.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

28

(4) Pengendalian diri, ditunjukkan dengan ciri – ciri: mempunyai perasaan

mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan

serta mampu mempengaruhi lingkungan dan mengenal diri sendiri.

(5) Kemantapan diri, ditunjukkan dengan ciri – ciri: merasa percaya pada

kemampuan sendiri, dapat menerima dan memperoleh kepuasan dari usaha

sendiri.

Havighurst (1972) menyatakan kemandirian terdiri dari beberapa aspek

yaitu:

(1) Emosi, ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak

tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

(2) Ekonomi, ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak

tergantungnya kebutuhan ekonomi dari orang tua.

(3) Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghadapi

masalah yang dihadapi.

(4) Sosial, ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi

dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang

lain.

2.2.4 Faktor faktor yang mempengaruhi kemandirian

Dari kematangan fisik dan psikis maka timbul berbagai macam tugas

perkembangan pada remaja yaitu mencapai hubungan baru dan lebih matang

dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan

wanita menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara positif,

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

29

mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai

kemandirian emosional dari orang tua dan orang – orang dewasa lainnya,

mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dari keluarga,

memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku

mengembangkan ideologi (Hurlock, 1996). Kemandirian terbentuk begitu saja

akan tetapi berkembang karena pengaruh dari beberapa faktor.

Menurut Hurlock (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

kemndirian adalah :

(1) Pola asuh orangtua

Orangtua yang memiliki nilai budaya yang terbaik

dalam memperlakukan anaknya adalah dengan cara yang

demokratis, karena pola ini orang tua memiliki peran

sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas

dan kebutuhan anaknya, terutama sekali yang berhu-

bungan dengan studi dan pergaulan, baik itu dalam ling-

kungan keluarga maupun dalam lingkungan sekolah.

(2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin membedakan antara anak laki-laki

dan perempuan, dimana perbedaan ini mengunggulkan

pria karena pria dituntut untuk berkepribadian maskulin,

dominan, agresif dan aktif. Dibandingkan pada anak

perempuan yang memiliki ciri kepribadian yang khs yaitu

pola kepribadian yang feminis, pasif dan kepatuhan serta

ketergantungan.

(3) Urutan kelahiran dalam keluarga

Anak sulung biasanya lebih berorientasi pada

orang dewasa, pandai mengendalikan diri, cemas takut

gagal dan pasif jika dibandingkan dengan saudaranya,

anak tengah lebih ekstrovert dan kurang mempunyai

dorongan, akan tetapi mereka memiliki pendirian, sedang

anak bungsu adalah anak yang sangat di sayang orangtua.

(4) Ukuran Keluarga

Pada setiap keluarga dapat dijumpai ukuran kelu-

arga yang berbeda-beda. Ada keluarga besar dengan

jumlah anak lebih dari enam orang, keluarga ukuran

sedang dengan jumlah anak empat sampai lima orang dan

keluarga kecil dengan jumlah anak satu orang sampai

tiga orang anak. Adanya perbedaan ukuran keluarga ini

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

30

dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif

pada hubungan anak dengan orangtua maupun hubungan

anak dengan saudaranya. Biasanya dampak negatif paling

banyak dirasakan oleh keluarga yang mempunyai ukuran

besar karena dengan keluarga yang besar berarti orangtua

harus membagi perhatiannya pada setiap anak degan adil

yang terkadang anak sering terabaikan.

2.2.5 Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik

Dalam penataan pendidikan profesional konselor dan layanan Bimbingan

dan Konseling dalam jalur pendidikan formal, Departemen Pendidikan Nasional

(2008) menyebutkan standar kompetensi kemandirian peserta didik Perguruan

Tinggi dalam aspek perkembangan kematangan intelektual mahasiswa diharapkan

mampu mengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar informasi/data

secara objektif serta bermakna bagi dirinya dan orang lain. Dalam aspek

perkembangan kematangan emosi mahasiswa diharapkan dapat mengekspresikan

perasaan dalam cara-cara yang bebas, terbuka dan tidak menimbulkan konflik dan

mampu berpikir positif terhadap kondisi ketidakpuasan.

Pendidikan yang bermutu, efektif dan ideal yaitu yang mengintegrasikan

tiga bidang kegiatan utama pendidikan secara sinergi, yaitu 1) Bidang Administratif

dan Kepemimpinan. 2) Bidang Instruksional/Kurikuler. 3) Bidang Bimbingan dan

Konseling. Berarti, pendidikan yang melaksanakan bidang administratif dan

instruksional tetapi mengabaikan bidang bimbingan dan konseling menghasilkan

siswa pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki

kemampuan/kematangan dalam aspek kepribadian.

Terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu

dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis dan terpusat pada

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

31

konselor ke pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif.

Pendekatan Bimbingan dan Konseling Perkembangan/Developmental Guidance

and Counseling, atau Bimbingan dan Konseling Komprehensif/Comprehensive

Guidance and Counseling. Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif

didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi

dan pengentasan masalah konseli.

Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang

perlu dicapai konseli hingga pendekatan disebut Bimbingan dan Konseling

Berbasis Standar/Standard Based Guidance and Counseling (Ditjen PMPTK,

Depdiknas. 2007). Standar itu dirumuskan dalam Standar Kompetensi Keman-

dirian yang melingkupi upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi diri

siswa secara penuh dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karier serta upaya

memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, sosial,

belajar dan karier serta dipadukan dengan pengembangan pribadi konseli sebagai

makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial dan

spiritual).

2.2.6 Perkembangan Kemandirian

Dalam menghampiri masalah kemandirian, tujuan bimbingan yang bersifat

pengembangan lebih penting dari pada tujuan terapeutik atau klinis. Ini bertolak

dari asumsi kemandirian tumbuh dalam proses individuasi yang terwujud dalam

interaksi yang sehat antara individu dengan budaya atau lingkungannya.

Pandangan ini melihat perkembangan adalah proses perubahan yang berpola dan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7339/2/T1_132008037_BAB II… · 9 (3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga

32

bergerak ke arah perilaku yang dikehendaki oleh individu maupun masyarakat

dalam sistem nilai tertentu. Fungsi bimbingan dan konseling dalam pemikiran

seperti ini adalah menciptakan kemudahan bagi terjadinya perkembangan

kepribadian individu secara normal. Hasil bimbingan dapat dinyatakan dalam

bentuk penguasaan tugas-tugas perkembangan atau peningkatan perkembangan

dari tingkat satu ke tingkat berikut yang lebih tinggi. Oleh karena itu cukup

beralasan jika kemandirian menjadi wilayah studi dan bahkan sebagai tujuan

bimbingan dan konseling (Kartadinata, 2011).

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang

signifikan antara kemandirian Mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang

menjadi anggota LK dengan yang bukan anggota LK FKIP UKSW.