bab ii kajian pustaka a. pembelajaran tematik 1...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian
misalnya di bidang IPA,matematika, pendidikan agama, IPS dan lainya, maka
dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan
(holistic) dan keterpaduan (integralistic) Trianto (2011: 173).
Senada dengan hal itu menurut Mamat (2005:3) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik dimaknai sebagai pola pembelajaran yang mengintegrasikan
pengetahuan sikap, keterampilan, kreativitas, nilai dan sikap pembelajaran dengan
menggunakan tema. Dengan demikian pembelajaran tematik melibatkan beberapa
mata pelajaran yang diikat dalam satu tema. Sedangkan menurut Prastowo
(2013:132 ) “pembelajaran tematik mempunyai satu tema aktual, dekat dengan
dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari”.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu
(integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan
menemukan konsep dan prinsip-prinsip keilmuan secara bermakna (Majid,
2014:80). Bermakna artinya pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat
memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pembelajaran langsung dan
nyata. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran sehingga siswa dapat terlibat aktif.
11
Dengan melihat beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pembelajaran
tematik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu proses
belajar mengajar yang memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam suatu tema
tertentu yang dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa
dengan menggunakan prinsip bermain dan menyenangkan.
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, karakteristik
pembelajaran tematik menurut (Majid:2014) memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Berpusat Pada Siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b) Memberikan Pengalaman Langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata(konkret) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-
tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
12
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.Dengan demikian, siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat Fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Menurut Majid (2014:92) mengatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu
memiliki kelebihan dibandingkan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak.
b. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
peserta didik.
c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil
belajar akan dapat bertahan lebih lama.
d. Pembelajaran terpadu menumbuhkan kembangkan keterampilan berpikir
dan sosial peserta didik.
13
e. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis.
Dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil
peserta didik.
f. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja
sama antar guru bidang kajian terkait, guru denga peserta didik, peserta
didik/guru dengan narasumber sehingga belajar lebih menyengkan, belajar
dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.\
Di samping kelebihan, pembelajaran tematik memiliki kekurangan
terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan
evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung
saja. Majid (2014:92) mengidentifikasi beberapa aspek kekurangan
pembelajaran terpadu, sebagai berikut :
1. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, berani mengemas
dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus
menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar
tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini,
pembelajaran terpadu akan suli terwujud.
2. Aspek peserta didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang
relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.
Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada
14
kemampuan analitis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubungkan-
hubungkan), kemampuan eksplorasi dan elaboratif (menemukan dan
menggali). Jika kondisi ini tidak dimiliki, penerapan model pembelajaran
terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi
yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semuai
ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudahn pengembangan
wawasan. Jika sarana ini tidak dipenuhi, penerapan pembelajaran terpadu
juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian
materi. Guru perlu diberikan kewenangan dalam mengembangkan materi,
metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru
selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan
penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk
berkoordinasi dengan guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru
yang berbeda.
15
B. Ruang Lingkup Tema Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan Sub
Tema Perkembangbiakan Tumbuhan
Adapun materi yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pada
tema 1 dengan judul tema “Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan ” untuk
siswa kelas III pada subtema 2 “Perkembangbiakan Tumbuhan”. Berikut
Kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan materi :
1. Kompetensi Inti (KI)
a. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
b. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
c. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar,melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
d. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
2. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
a. Pembelajaran 4
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.2 Menguraikan teks arahan/petunjuk tentang perawatan hewan dan
tumbuhan, serta daur hidup hewan dan pengembangbiakan tanaman
16
dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
pemahaman.
4.2 Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang
perawatan hewan dan tumbuhan serta daur hidup hewan dan
pengembangbiakan tanaman secara mandiri dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk
membantu penyajian.
Indikator:
3.2.1 Membandingkan cara berkembang biak tumbuhan.
4.2.1 Menuliskan tahap perkembangbiakan tumbuhan.
PPKn
Kompetensi Dasar:
3.1 Memahami simbol-simbol sila Pancasila dalam lambang negara
“Garuda Pancasila”.
4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah
dan mengaitkan dengan pemahamannya terhadap simbol sila-sila
Pancasila.
Indikator:
3.1.1 Mengidentifikasi contoh sikap pengamalan sila pertama Pancasila.
4.1.1 Menyampaikan pendapat tentang sikap pengamalan sila pertama
Pancasila.
17
PJOK
Kompetensi Dasar:
3.1 Mengetahui konsep gerak kombinasi pola gerak dasar lokomotor
dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional.
4.1 Mempraktikkan kombinasi pola gerak dasar lokomotor yang dilandasi
konsep gerak dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau
tradisional.
Indikator:
3.1.1 Mengidentifikasi gerak lokomotor yang ada pada permainan
menirukan gerak hewan.
4.1.1 Mempraktikkan gerak lokomotor dalam sebuah permainan
menirukan gerak hewan.
b. Pembelajaran 5
PPKn
Kompetensi Dasar:
1.2 Mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan
sehari-hari di rumah dan di sekolah.
4.2 Melaksanakan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari – hari
di rumah dan di sekolah.
Indikator :
3.2.1 Mengidentifikasi hak sebagai siswa di sekolah.
3.2.2 Mengidentifikasi kewajiban siswa di sekolah.
4.2.1 Melaksanakan kewajiban di sekolah.
18
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.1 Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan asli melalui pengamatan
pola penjumlahan dan perkalian.
4.2 Merumuskan dengan kalimat sendiri, membuat model matematika, dan
memilih strategi yang efektif dalam memecahkan masalah nyata sehari-
hari yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian bilangan bulat, waktu, panjang, berat benda, dan uang, serta
memeriksa kebenaran jawabnya.
Indikator :
3.1.1 Menyelesaikan soal pengurangan.
4.2.1 Merumuskan soal cerita dalam menyelesaikan masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan pengurangan.
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.2 Menguraikan teks arahan/petunjuk tentang perawatan hewan dan
tumbuhan, serta daur hidup hewan dan pengembangbiakan tanaman
dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
pemahaman.
4.2 Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang
perawatan hewan dan tumbuhan serta daur hidup hewan dan
pengembangbiakan tanaman secara mandiri dalam bahasa Indonesia
19
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk
membantu penyajian.
Indikator :
1.2.1 Mengidentifikasi isi teks tentang perkembangbiakan tumbuhan.
1.2.2 Mengidentifikasi kata-kata baru dari teks arahan yang dibaca.
4.2.1 Membuat kalimat dari kata-kata baru yang diperoleh dari teks
arahan yang dibaca.
3. Materi Pembelajaran Tema 1 Sub Tema 2
a. Pembelajaran 4
1) Bahasa Indonesia
Perkembangbiakan Tumbuhan dengan Umbi.
Kentang dan Ubi jalar adalah contoh tanaman yang berkembangbiak
dengan menggunakan umbi batang. Umbi batang adalah batang
yang tumbuh di dalam tanah dan ujungnya menggelembung menjadi umbi.
Umbi batang tersebut sebenarnya merupakan cadangan makanan bagi
tumbuhan itu. Pada permukaan umbi batang tumbuh sisik dan kuncup
membentuk mata tunas.Umbi lapis merupakan pelepah daun yang
berlapis-lapis. Pada bagian atas umbi lapis tumbuh daun, sedangkan pada
bagian bawah umbi lapis terdiri dari cakram dan akar serabut. Contoh
tumbuhan yang memiliki umbi lapis, antara lain bawang merah, bawang
putih,Umbi akar adalah akar yang membesar berisi cadangan
makanan. Jika umbi ini ditanam bersama dengan pangkal batang maka
akan tumbuh tunas. Tunas tersebut merupakan tumbuhan baru.
20
Contoh tumbuhan yang memiliki umbi akar, antara lain dahlia, wortel,
lobak, dan singkong.
1. Sebutkan macam perkembang biakan tumbuhan dengan umbi dan jelaskan
artinya ?
2. Sebutkan contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi akar
paling sedikit 3?
3. Sebutkan perbedaan umbi batang, umbi lapis, dan umbi akar?
4. Ubi dan kentang merupakan tumbuhan yang berkembang biak dengan
umbi batang. Coba sebutkan,ubi dan kentang dapat diolah menjadi
makanan apa saja?
5. Jelaskan langkah – langkah mengolah bawang merah menjadi bawang
goreng?
(Sumber: Buku siswa tema 1 (Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan) BSE Kelas III)
2) PPKn
Doni mempunyai hobi menulis.
Ali mempunyai hobi membaca.
Walaupun Doni dan Ali mempunyai hobi yang berbeda, mereka saling
menghargai.
Ani dan Beni sedang beribadah di masjid.
Andi dan keluarga sedang beribadah di gereja.
Walaupun mereka mempunyai tempat beribadah yang berbeda, mereka
saling menghormati.Setiap orang bebas untuk menentukan pilihan. Salah
satunya bebas memilih agama yang diyakininya. Membiarkan orang lain
bebas memilih agama sesuai keyakinan adalah bagian dari pengamalan
Pancasila. Terutama sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sumber: Buku siswa tema 1 (Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan) BSE Kelas III)
21
b. Pembelajaran 5
1) PPKn
Andi dan kawan – kawan sangat menyukai kebersihan.
Setiap hari mereka bergantian membersihkan lingkungan sekolah.
Cara menjaga lingkungan sekolah misalnya membuang sampah pada
tempatnya, melaksanakan tugas piket dengan sebaik – baiknya.
Seperti yang dilakukan oleh Andi, Angga, Budi, Putri, dan Meli.Mereka
menjaga kebersihan sekolah dengan cara menyapu, mengepel, menyiram
tanaman.Menjaga dan merawat lingkungan sekolah merupakan kewajiban
setiap siswa. Jika lingkungan sekolah kita terjaga dengan baik, maka
suasana kegiatan belajar menjadi nyaman.
(Sumber: Buku siswa tema 1 (Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan) BSE Kelas III)
2) Matematika
L 3.957 – 1.293 =
U 3.956 – 1.290 =
M 5.652 – 4.293=
U 8.956 – 2.271 =
T 1.957 – 293 =
(Sumber: Buku siswa tema 1 (Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan) BSE Kelas III)
22
3) Bahasa Indonesia
Teks dialog perkembangbiakan tumbuhan dengan spora.
1. Tuliskan kata-kata yang baru kamu ketahui dari teks dialog tersebut.
Temukan arti kata-kata tersebut?
2. Buat kalimat dari kata-kata yang baru kamu ketahui dari teks dialog?
3. Tuliskan kembali dialog yang kamu baca menggunakan huruf tegak
bersambung?
(Sumber: Buku siswa tema 1 (Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan) BSE Kelas III)
C. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar
sebagai berikut. Menurut Travers (Agus Suprijono, 2009:2) belajar adalah
proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Dalam buku yang sama
Morgan berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sejalan dengan perumusan di atas,
ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slamet dalam Hamdani, 2011: 20).
Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007:74) mengemukakan bahwa
belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Slameto (2003:2) mengemukakan belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
23
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Masih dalam batasan belajar, pada hakekatnya belajar adalah belajar
ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu berkat
pengalaman yang berulang-ulang (Oemar Hamalik, 2008: 48-49). Definisi ini
mengandung 3 bagian penting yaitu:
a. Belajar adalah perubahan perilaku, ke arah yang lebih baik ataupun ke arah yang lebih
buruk. Perubahan yang terjadi mungkin tidak tampak secara langsung.
b. Belajar terjadi karena pengalaman dan latihan. Perubahan yang terjadi karena
kemasaklan, kelelahan dan sakit, tidak termasuk dalam belajar.
c. Perubahan bersifat relatif permanen. Jika tidak, kemungkinan itu disebabkan karena
adanya perubahan motivasi, kelelahan atau adaptasi yang bersifat sementara.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, pengertian belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya.
Dengan demikian, seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan
belajarapabila terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang
sebelumnya tidak dimilikinya.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu Uaman dalam Jihad
Asep (2008: 12). Dalam proses pembelajaran guru dan siswa masing-masing
memiliki peran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan. Definisi lain juga di kemukakan oleh Yusufhadi dalam Priadi A
24
Benny (2009: 9) memaknai istilah pembelajaran sebagai aktifitas atau kegiatan
yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar. Istilah pembelajaran
digunakan untuk mengantikan istilah “pengajaran” yang lebih bersifat sebagai
aktivitas yang berfokus pada guru.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, pembelajaran adalah
serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan oleh guru untuk mempermudah
terjadinya proses belajar pada diri siswa. Proses pembelajaran disini bukan
sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan
terjadinya interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa
untuk tercapainya kompetensi yang telah ditetapkan. Dan untuk mencapai
semua itu, kegiatan pembelajaran perlu diciptakan sesuai dengan kondisi
siswa baik dalam mengembangkan strategi/metode maupun dalam
memanfaatkan media yang akan digunakan.
D. Pengertian Aktivitas Belajar Siswa
Menurut (Sudirman, 2007) aktivitas merupakan prinsip atau azas yang
sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar atau aktivitas belajar
merupakan segala perbuatan pada saat pembelajaran. Pada prinsipnya belajar
adalah berbuat, berbuat untuk merubah tingkah laku. Munculnya aktivitas siswa
ketika proses pembelajaran dipengaruhi oleh kreativitas guru dalam mengajar,
mulai dari penggunaan model pembelajaran. Oleh karena itu guru harus dapat
menciptakan sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran akan muncul jika komponen pembelajaran menarik
bagi siswa dan akan mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Sudirman (2007) menyatakan beberapa macam aktivitas, yaitu :
25
1. Visual Activities, yang termasuk didalamnya misalnya: membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.
2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi.
3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. Writing Activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
6. Motor Activities, melakukan percobaan, membuat kontruksi, dll
7. Metal activities, menanggapi mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, dan mengambil keputusan .
8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, dan
bersemangat.
Dari berbagai macam aktivitas tersebut dapat diambil indikator aktivitas.
Untuk lebih memahami dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Indikator Aktivitas
Macam Aktivitas Indikator Aktivitas Visual activities 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru
2. Siswa membaca lembar kerja
Oral activities 3. Siswa menjawab pertanyaan guru
4.Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas
Motor activities 5. Siswa bekerja sama dalam kelompok
6.Siswa bekerja sama dalam mengerjakan
latihan soal
Writing activities 7. Siswa mengerjakan latihan soal
Mental activities 8.Siswa mempersentasikan hasil kerja
kelompoknya
9. Siswa menyimpulkan pembelajaran
26
E. Pengertian Hasil Belajar
Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan metode
pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan
kehidupan sehari-hari, sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat
terpenuhi dengan jumlah pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada.
Sudjana (2009: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran.
Perubahan tingkah laku dapat berupa kemampuan-kemampuan peserta didik
setelah melakukan aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada
individu setelah mengalami pembelajaran.
Selanjutnya sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom
dalam (Sudjana, 2009: 22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1)
Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi, 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian,
organisasi, dan internalisasi, 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan
hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretative. Jadi hasil belajar merupakan perubahan
yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar mengajar yang dapat dinilai
melalui bentuk tes.
27
Lebih lanjut, pengertian hasil belajar berdasarkan kesimpulan adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang meliputi pemahaman,
sikap dan tingkah laku seseorang setelah mendapatkan beberapa penjelasan
dan latihan. (Suprijono, 2009: 7).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik suatu
pengertian bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan, diperoleh karena
ada suatu usaha atau adanya suatu proses suatu kegiatan dalam pembelajaran.
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru
setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Tiga
ranah yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom yaitu ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik merupakan ranah yang dapat dilakukan oleh
siswa. Ketiga ranah tersebut dapat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar
mengajar.
Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud mencakup tiga ranah
yaitu, ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotorik. Ranah afektif
meliputi perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi. Sedangkan ranah kognitif meliputi pengetahuan
faktual dengan cara mengamati (mendengar,melihat, membaca) dan bertanya
berdasarkan rasa ingin tahu. Untuk ranah psikomotorik meliputi menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang
estetis.
28
F. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja
dalam kelompok –kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Ferdel, 1994
: 2)
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001:8)
mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif memusatkan aktifitas
di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama
dalam proses pembelajaran. Sehingga masing – masing anggota kelompok
lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan cara mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok – kelompok kecil untuk bekerja sama dalam
memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah
heterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek
belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara
maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran
kooperatif merupakan strategi dalam mendekati permasalahan, meningkatkan
keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
29
G. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Student Team-Achievement (STAD) merupakan salah satu strategi
pembelajaran kooperatif yang didalamnya beberapa kelompok kecil siswa
dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama
untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa
juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis.
Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh robert slavin (Huda, 2013).
Menurut (Rusman, 2012 : 215) ada enam langkah – langkah dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a) Penyampaian tujuan dan motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. Dengan cara memotivasi siswa,
siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh.
b) Menyajikan informasi
Guru menyampaikan materi pelajaran. Di dalam proses pembelajaran
guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah yang terjadi
dalam kehidupan sehari – hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan
kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus
dilakukan serta cara – cara mengerjakannya.
c) Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap keompoknya
terdiri 4 – 5 siswa yang memprioritaskan heteroginitas (keragaman) kelas
dalam prestasi akademik, gender / jenis kelamin, rasa atau etnik.
30
d) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk.Guru menyiapkan
lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing – masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja,
guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan
bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting STAD.
e) Kuis (evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi
yang dipelajari dan juga melakukan penilain terhadap presentasi hasil kerja
masing – masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak
dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara
individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar
tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya
60, 75, 84 dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f) Penghargaan prestasi tim
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individu dari nilai awal ke nilai
berikutnya setelah mereka melakukan kegiatan kelompok.
31
Tabel 2.2 Sintak pembelajaran kooperatif tipe STAD
Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah I Menyampaikan tujuan dan
motivisi siswa.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru
Langkah II Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Siswa memperhatikan
penjelasan guru yang berupa
informasi
Langkah III Mengorganisasi siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada
siswa bagaimana cara
membentuk kelompok belajar
dan membantu agar
melakukan transisi secara
efisien.
Siswa mengelompok secara
efisien yang sudah
ditentukan oleh guru dimana
setiap kelompok terdiri dari
4-5 anak
Langkah IV Membimbing kelompok
belajar dan bekerja
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Siswa mengerjakan
tugas bersama
kelompok yang sudah
dibentuk dengan bimbingan
guru
Langkah V Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-
masing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya.
Siswa mempresentasikan
hasil pekerjaannya
Langkah VI Memberi penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
Siswa mendapatkan
Skor sesuai hasil
belajar secara individu
H. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe STAD
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi
yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok
adalah setara. kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik
menciptakan interaksi secara aktif dan positif, dan Pengelompokan siswa
secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih
hidup (Slavin, 2005). Melatih siswa dalam mengembangkan aspek
kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif dan Peran guru juga
32
menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator,
motivator dan evaluator a. (Isjoni, 2010).
Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar
untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif dari pada
pembelajaran oleh guru, prestasi dan hasil belajar yang baik bisa
didapatkan oleh semua anggota kelompok, Anggota kelompok dengan
prestasi dan hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai
yang didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik dan Kuis
tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir
kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu
(Rusman, 2011).
1) Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru),
pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif
lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu
seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis.
Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan
menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja
secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan
ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan
33
pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok
dan penataan ruang kelas. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari
guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator
(Isjoni, 2010). Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator,
mediator, motivator dan evaluator dengan baik. mengembangkan
kemampuannya tentang pembelajaran
I. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan yang dapat dimanfaatkan peneliti sebagai acuan untuk
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan
No. Peneliti Judul Hasil
I
II
Yakup (2013)
Ida Nuryani
(2012)
“Peningkatan Hasil
Belajar Siswa dengan
Materi Bumi dan Alam
Semesta pada Mata
Pelajaran IPA Melalui
Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Pada Siswa Kelas V MI
Ittihadil Ikhwan
Kecamatan Mantup
Kabupaten Lamongan”
“ Peningkatan Keaktifan
dan Hasil Belajar Mata
Pelajaran IPS Melalui
Penggunaan Metode
(Student Team-
Aichevement Divesions)
STAD Siswa Kelas IV
SDN Mulyoagung 1 Dau
Malang”
Pembelajaran dengan kooperatif tipe
STAD dapat membuat hasil belajar
meningkat, hal ini bisa dilihat dari
peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu pra siklus
(38,46%), pada siklus I meningkat
menjadi (61,53%), dan siklus II
meningkat menjadi (73,07%).
Penggunaan metode STAD (Student
Team- Aichevement Divesions) dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial siswa kelas IV
SDN Mulyoagung 1 DAU. Hal ini
dapat dilihat dari perbandingan
ketuntasan yang dicapai siswa, di mana
saat pra siklus tingkat ketuntasan
klasikal yang dicapai masih kurang
34
Lanjutan Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan
No. Peneliti Judul Hasil
“
maksimal yaitu 58%. Pada siklus I
kegiatan pembelajaran dengan
memberikan tindakan, dan tingkat
ketuntasan yang dicapai meningkat
cukup tinggi yaitu 74 %, namun nilai
tersebut belum memenuhi indikator
yang dijadikan acuan keberhasilan
dalam penelitian ini yaitu 80 %,
sehingga dilanjutkan siklus II dengan
memberikan tindakan yang sama
namun dikolaborasikan dengan
permainan. Adapun tingkat ketuntasan
yang dicapai pada siklus II mengalami
peningkatan yang sangat tinggi yaitu 96
%. Nilai tersebut terlihat telah
memenuhi indikator yang dijadikan
acuan keberhasilan dalam penelitian ini
yaitu 80 %, sehingga tindakan yang
diberikan cukup dua siklus.
Adapun hasil dari penelitian terdahulu diatas memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan dari
kedua penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar. Adapun perbedaan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yakup perbedaannya terletak pada
materi, subjek penelitian, dan lokasi penelitian, sedangkan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Ida Nuryani perbedaannya terletak pada materi, subjek
penelitian, tujuan penelitian untuk meningkatkan keaktivan siswa, dan lokasi
penelitian.
35
J. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Kondisi Ideal
1. Tingginya tingkat hasil belajar siswa terhadap
materi pembelajaran.
2. Siswa berani bertanya dan menjawab
pertanyaan.
3. Siswa bekerjasama dengan anggota
kelompoknya.
Kondisi lapangan
1. Pada saat proses belajar mengajar
berlangsung model pembelajaran
yang digunakan guru kurang
bervariasi. Sehingga siswa kurang
aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
2. Terdapat 8 siswa dari 20 siswa
yang memperoleh ketuntasan
belajar yang memuaskan.
Kesenjangan Kondisi Ideal dan Kondisi lapangan
Ada beberapa penyebab rendahnya pemahaman peserta didik tentang materi
tema perkembangbiakan hewan dan tumbuhan sehingga berakibat pada
rendahnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang tidak tercapai
adalah kurangnya motivasi pada waktu mengikuti pelajaran ,kurangnya
latihan dan diskusi kelas serta strategi pembelajaran yang digunakan masih
belum cukup untuk memfasilitasi pemerolehan pehamaman bagi peserta
didik.
Masalah
1. Rendahnya tingkat hasil belajar siswa
terhadap materi pembelajaran.
2. Keberanian siswa kurang dalam
menjawab pertanyaan.
3. Kurangnya kebiasaan dalam belajar
kelompok.
Solusi
Perlu menggunakan model pembelajaran
baru yang lebih inovatif dan kreatif serta
menyenangkan yaitu dengan menggunak
an model pembelajaran kooperatif tipe
STAD untuk menarik minat belajar siswa
sehingga dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar.
Hipotesis
Jika pembelajaran tema perkembangbiakan hewan dan tumbuhan sub tema
perkembangbiakan tumbuhan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, maka aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas III di SDN Tlogomas 01
Malang bisa meningkat.