bab ii kajian pustaka a. kajian teori...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan yang melalui berbagai tahapan yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis.
Pembelajaran yang dilaksanakan tidak seketika itu terjadi, akan tetapi melalui
tahap perencanaan pembelajaran. Aktivitas proses pembelajaran merupakan
kegiatan interaksi berkenaan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
selama pembelajaran. Interakasi tersebut dilaksanakan antara siswa dengan guru
dalam proses belajara mengajar. Tahap terakhir pada pembelajaran yaitu tahap
evaluasi. Tahap evaluasi dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran. Guru
mengevaluasi hasil proses belajar mengajar yang telah direncanakan dan
dilaksanakan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya (Lefudin, 2017: 20).
Pembelajaran menurut Fathurrohman (2017: 36) merupakan suatu proses
interaksi yang dilakukan oleh guru dengan sumber belajar di lingkungan belajar.
Pembelajaran tersebut merupakan arahan yang dilakukan oleh guru untuk siswa
agar memperoleh pengetahuan (kognitif), pembentukan sikap pada siswa (afektif),
dan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan ilmu yang didapatkan
(psikomotorik). Berbagai proses tersebut bertujuan agar siswa mampu belajar
dengan baik sesuai dengan apa yang telah diterimanya. Pembelajaran dikatakan
berkualitas tergantung pada motivasi yang ada pada diri siswa, motivasi yang
diberikan guru, dan kreativitas guru dalam pembelajaran. Proses pembelajaran
10
mempunyai target yang bisa diukur dari perubahan sikap, perilaku dan
meningkatnya pengetahuan siswa dalam proses belajar mengajar.
Kesimpulan yang didapat dari uraian diatas yaitu pembelajaran adalah
interaksi yang dilaksanakan antara guru dengan siswa pada kegiatan belajar
mengajar. Proses pembelajaran melalui berbagai tahapan yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pada proses pembelajaran, guru mengarahkan dan
membimbing siswa agar memperoleh pengetahuan, membentuk sikap yang baik,
serta mampu melaksanakan ilmu yang didapatkan. Target yang bisa diukur pada
proses pembelajaran yaitu adanya perubahan sikap, perilaku, dan peningkatan
pengetahuan pada siswa.
2. Tujuan Pembelajaran di SD
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara siswa
dengan guru dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Pembelajaran adalah
suatu kegiatan atau cara menjadikan manusia untuk belajar melalui kegiatan
sengaja yang bertujuan untuk fokus pada karakteristik, kondisi orang lain,
lingkungan sekitar, serta dapat belajar dengan efektif dan efisien. Pembelajaran
ini merupakan inti dari pengalaman belajar, yaitu siswa mampu membangun
dirinya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya yang diperoleh dari
interaksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya (Thobroni, 2015: 35).
Pembelajaran di SD mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dirancang oleh guru. Pada RPP terdapat Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, kegiatan
11
pembelajaran, penilaian, soal evaluasi, dan lembar kegiatan. Setiap pembelajaran
yang dilakukan mempunyai suatu tujuan pembelajaran yang dicapai. Tujuan
pembelajaran memuat proses dan hasil belajar siswa yang dapat dicapai dalam
suatu pembelajaran sesuai pada Kompetensi Dasar dan indikator yang sudah
ditentukan (Wahyuningsih, 2015: 37).
Proses dan hasil belajar siswa dalam tujuan pembelajaran yang dicapai tidak
hanya dinilai dari aspek kognitif/pengetahuan saja, melainkan dari aspek
keterampilan dan sikap. Penilaian sikap perlu dibiasakan sejak dini karena dengan
pembiasaan sikap yang baik, maka lama-kelamaan sikap tersebut akan melekat
pada diri siswa. Penanaman sikap tersebut bisa dilaksanakan melalui pendidikan
karakter. Pendidikan karakter diterapkan kepada siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas dan hasil pendidikan yang dicanangkan oleh pihak sekolah.
Tujuan pendidikan untuk menumbuhkan karaker pada siswa karena karakter
mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan siswa
unggul dalam segala aspek (Maulana, 2016: 22).
Kesimpulan yang didapatkan dari uraian diatas yaitu tujuan pembelajaran di
SD yaitu proses dan hasil dari aspek pengetahuan, keterampilan, sikap yang
menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter pada kegiatan sehari-hari. Hal
tersebut dapat dicapai siswa pada kegiatan pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
Tujuan pembelajaran tidak hanya tertuag pada aspek kognitif saja, ka tetapi aspek
afektif dan psikomotorik.
12
3. Hakikat Pendidikan Karakter
Pendidikan dinilai sebagai suatu proses penerus serta pengembangan
karakter bangsa dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa pada masa yang
akan datang. Proses pendidikan bisa terjadi dimana saja, yaitu terjadi di keluarga,
sekolah, dan lingkungan masyarakat yang berlangsung pada kehidupan dan
berkesinambungan. Pendidikan yang dilaksanakan merupakan proses
menumbuhkan karakter yang positif dalam berlangsungnya kehidupan (Puspita,
2012: 6).
Karakter merupakan watak atau kepribadian yang dimiliki oleh setiap
manusia. Setiap individu memiiki karakter yang berbeda dari individu lainnya.
Karakter tersebut dipelajari dan diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu melalui
pendidikan karakter yang dilaksanakan pada pembelajaran di sekolah. Pendidikan
karakter merupakan proses memberikan arahaan kepada siswa agar menjadi
manusia yang berkarakter. Berkarakter yang dimaksud yaitu dalam aspek hati,
raga, rasa, karsa, dan pikiran. Pendidikan karakter disebut juga pendidikan yang
menanamkan nilai, moral, budi pekerti, dan watak yang bertujuan untuk
mengimplementasikan dan mempertahankan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan
sehari-hari (Novan, 2013: 27).
Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan tentang benar salah,
melainkan harus menanamkan suatu kebiasaan tentang perbuatan baik sehingga
siswa paham (kognitif) tentang hal yang benar salah, mampu merasakan (afektif)
nilai karakter yag baik, serta bisa melakukannya (psikomotor). Pendidikan
karakter tidak hanya mengajarkan aspek pengetahuan yang baik saja, melainkan
juga mengajarkan tentang perasaan dan perbuatan yang baik. Pendidikan karakter
13
merupakan penekanan pada kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus.
Keberhasilan pendidikan karakter apabila terjadinya keseimbangan antara
pengetahuan, perasaan, serta perilaku yang baik sesuai nilai-nilai karakter yang
berlaku (Puspita, 2012: 8).
Kesimpulan dari orientasi diatas bahwa pendidikan karakter merupakan
suatu proses pembentukan perilaku manusia yang memberikan arahan agar
menjadi manusia yang berkarakter. Hal tersebut dilaksanakan melalui penanaman
nilai, moral, budi pekerti yang baik sehingga memperoleh pengetahuan, perasaan
dan malakukan perbuatan yang baik pula. Pendidikan karakter dikatakan berhasil
apabila adanya keseimbangan tentang aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang baik sesuai dengan nilai karakter yang ditetapkan.
4. Tujuan Pendidikan Karakter
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi pendidikan nasional untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk sifat serta kehidupan bangsa yang
mempunyai martabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan siswa supaya menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME, mempunyai akhlak mulia, berilmu, kreatif,
berjiwa mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Tujuan pendidikan karakter yaitu untuk meningkatkan mutu perencanaan
dan hasil pendidikan yang tertuju pada pembentukan suatu karakter serta akhlak
siswa yang mempunyai keterpaduan dan seimbang. Pelaksanaan yang ada di
14
sekolah, pendidikan karakter diterapkan melalui beberapa kegiatan. Kegiatan
tersebut meliputi proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan budaya
sekolah. Pembentukan karakter melalui kegiatan-kegiatan tersebut dimulai sejak
dini, sehingga siswa kedepannya bisa membiasakan diri untuk melakukan suatu
perbuatan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku (Mellyana, 2013: 39).
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan proses dan hasil
pendidikan yang berkenaan dengan pembentukan karakter pada siswa sesuai
dengan kompetensi lulusan setiap satuan pendidikan. Siswa diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuannya dan menerapkan nilai-nilai karakter pada
perbuatan sehari-hari. Pendidikan karakter mengarah kepada pembiasaan yang
meliputi perilaku, tradisi, dan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah.
pembiasaan ada sekolah tersebut untuk membentuk ciri khas, watak, dan citra
sekolah tersebut di kalangan masyarakat (Mulyasa, 2012: 9)
Kesimpulan dari orientasi diatas bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu
untuk meningkatkan kualitas dan hasil pendidikan yang tertuju pada pendidikan
karakter. Nilai-nilai penting dalam kehidupan siswa diberikan agar nilai tersebut
bisa dikembangkan serta dikuatkan. Nilai-nilai pada pendidikan karakter
diterapkan pada perilaku siswa pada kehidupan sehari-hari. Perilaku yang
dilaksanakan oleh siswa sesuai dengan nilai pada pendidikan karakter yang
menjadi suatu pembiasaan dalam pembentukan watak siswa.
5. Definisi Penguatan Pendidikan Karakter
Penguatan merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk menguatkan
dan memantapkan suatu hal pada diri seorang siswa. Hal yang dikuatkan dan
15
dimantapkan yaitu hal-hal yang bersifat positif pada siswa yang utama yaitu pada
tingkah laku postif. Tingkah laku positif merupakan perubahan dari upaya
pengembangan siswa. Penguatan dilaksanakan oleh guru agar siswa semakin
mengetahui, merasakan, seta melakukan berbagai hal positif yang sudah berlaku
untuk mencapai tujuan pendidikan (Prayitno, 2009: 52).
PPK merupakan kebijakan pendidikan untuk mengmplementasikan
Nawacita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sistem
pendidikan nasional. Kebijakan PPK bertujuan untuk mengubah cara bersikap,
berpikir, dan bertindak kearah yang lebih baik. Ada beberapa nilai-nilai utama
pada PPK antara lain nilai nasionalis, reigius, integritas, mandiri, dan gotong
royong. Nilai-niai ini ditanamkan dan diimplementasikan pada sistem pendidikan
nasional agar dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan baik di sekolah
maupun di masyarakat. PPK dikenalkan dan diterapkan karena adanya banyaknya
harapan bagi masa depan bangsa serta adanya kesadaran mengenai tantangan di
masa depan yang semakin kompleks. Hal tersebut menuntut lembaga pendidikan
untuk mempersiapkan siswa dalam hal keilmuan dan kepribadian menjadi sosok
individu yang mengerti dan memahami nilai-nilai karakter yang berlaku
(Kemendikbud, 2017: 9).
Kesimpulan yang didapat dari orientasi diatas yaitu PPK merupakan
implementasi kebijakan dari Nawacita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla. Tujuannya yaitu untuk mengubah cara berpikir, bertindak, dan
berperilaku kearah yang lebih baik. Selain itu juga diterapkannya nilai-nilai utama
dalam PPK. Nilai-nilai tersebut yaitu nilai religius, nasionalis, integritas, mandiri,
dan gotong-royong dalam kehidupan sehari-hari.
16
6. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter
Tujuan program PPK yaitu untuk menanamkan nilai-nilai GNRM antara
lain nilai religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong-royong yang menjadi
suatu pembiasaan, pembelajaran, dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter
dapat mengubah cara bertindak, cara berpikir dan berperilaku menjadi kearah
yang lebih baik (Kemendikbud, 2017: 1). Sedangkan yang tertuang pada
Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2017 bab 1 pasal 2 menyebutkan bahwa
tujuan PPK untuk membekali siswa dengan pendidikan karakter yang baik dan
jiwa Pancasila yang digunakan untuk menghadapi masa yang akan datang. Tujuan
yang ke-dua yaitu pendidikan karakter menjadi jiwa utama bagi siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan jalur formal, informan, maupun nonformal dalam
mengembangkan pendidikan nasional. Tujuan yang ke-tiga yaitu implementasi
PPK berguna untuk memperkuat potensi dan kompetensi guru, siswa, masyarakat,
serta lingkungan keluarga.
Kesimpulan dari orientasi diatas bahwa tujuan PPK yaitu untuk
menanamkan nilai-nilai karakter religius, nasonalis, integritas, mandiri, gotong-
royong yang menjadi suatu pembiasaan dan dapat mengubah pola pikir dan cara
bertindak kearah yang lebih baik. Nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Bentuk implementasi tersebut untuk menumbuhkan
karakter dan jiwa Pancasila kepada siswa. Pendidikan karakter yang menjadi jiwa
utama bagi siswa tersebut dilaksanakan melalui jalur formal, informal, maupun
nonformal.
17
7. Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter
PPK merupakan kebijakan selanjutnya dari gerakan nasional pendidikan
karakter yang dimulai sejak tahun 2010. Gerakan PPK diprioritaskan karena
adanya berbagai masalah yang ada pada masa depan bangsa. Permasalahan
tersebut antara lain adanya perilaku kekerasan, kejahatan seksual, pergaulan
bebas, tawuran antar pelajar, dan generasi muda yang banyak terjerumus dalam
kasus narkoba. Adapun persoalan yang yang lebih mengancam keutuhan masa
depan bangsa yaitu adanya persaingan di pentas global. Berbagai permasalahan
tersebut merupakan alasan Kementerian Pendidikn dan Kebudayaam untuk
memperkut karaketer bangsa melalui gerakan PPK yang dilaksanakan pada
jenjang pendidikan dasar dn menengah (Kemendikbud, 2017: 2).
Kesimpulan dari orientasi diatas yaitu PPK merupakan suatu hal penting
karena adanya berbagai persoalan dalam lingkup kecil sampai lingkup yang luas.
PPK berfungsi untuk memperkuat karakter suatu bangsa agar tidak terjerumus
kepada perbuatan yang melanggar nilai-nilai karakter. PPK ini dilaksanakan mulai
jenjang pendidikan dasar untuk menguatkan nilai-nilai karater yang berlaku dan
melaksanakan ketika pembelajaran, kegiatan di luar pembelajaran, dan di
lingkungan masyarakat.
8. Nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter
Menurut (Kemendikbud, 2017), nilai-nilai utama PPK ada 5, yaitu religius,
nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong. Berikut penjelasan dari setiap
nilai pada PPK:
18
a. Nilai karakter religius ditunjukkan melalui perilaku cinta damai, menghargai
adanya perbedaan agama, toleransi, percaya diri, teguh pendirian, anti
kekerasan, kerjasama lintas agama, persahabatan, tidak memaksakan suatu
kehendak, ketulusan, melindungi yang tersisih, serta cinta lingkungan.
Contohnya yaitu melaksanakan perayaan hari keagamaan, kegiatan
kerohanian, anti kekerasan, dan khazanah keagamaan.
b. Nilai karakter nasionalis ditunjukkan melalui cara berpikir, kesetiaan,
bersikap, menjunjung tinggi bahasa, kepedulian, lingkungan sosial, fisik,
budaya, politik, ekonomi, menjaga kekayaan bangsa, unggul dan
berprestasi, rela berkorban, menjaga lingkungan, cinta tanah air. Disiplin,
taat hukum, menghormati keragman budaya, suku, dan agama.
Contoh dari nilai karakter nasionalis adalah bela negara; mengikuti OSN,
O2SN, FLS2N; deradikalisasi; seniman masuk sekolah belajar bersama
maestro; dan Guru Garis Depan
c. Nilai karakter mandiri ditunjukkan melalui sikap dan perilaku yang tidak
mudah bergantung kepada orang lain, menggunakan pikiran, waktu, dan
tenaga untuk meraih mimpi serta cita-cita bangsa. Subnilai kemandirian
yaitu kerja keras, daya juang, tangguh, kreatif, profesional, dan berani.
Contohnya yaitu melaksanakan gerakan literasi, revitalisasi vokasi, kepala
sekolah sebagai manajer, dan standar sarprasdik.
d. Nilai karakter gotong-royong mencerminkan perilaku menghargai,
kerjasama, mudah bergaul, bersahabat, memberi bantuan kepada orang yang
lebih membutuhkan. Subnilai gotong-royong yaitu inklusif, kerjasama,
19
menghargai, tolong-menolong, musyawarah mufakat, anti kekerasan, sikap
kerelawanan, empati, solidaritas, dan komitmen atas keputusan bersama.
Contoh dari nilai karakter gotong-royong adalah melaksanakan sekolah 5
hari, adanya program Indonesia pintar/kartu Indonesia pintar, adanya peran
komite sekolah.
e. Nilai karakter integritas ditunjukkan melalui perilaku yang menjadikan
dirinya dapat dipercaya dalam perkataan, pekerjaan, dan tindakan, memilki
nilai keanusiaan dan moral, sikap tanggungjawab, konsisten terhadap
perkataan dan kebenaran, serta aktif dalam kehidupan sosial. Subnilai
integritas yaitu cinta kebenaran, kejujuran, komitmen moral, setia, keadilan,
anti korupsi, tanggungjawab, menghargai martabat individu, keteladanan.
Contohnya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar selma 8 jam,
gerakan sekolah aman, penddikan anti korupsi, dan indeks integritas Ujian
Nasional (UN).
Kesimpulan dari orientasi diatas yaitu nilai-nilai utama PPK yaitu nilai
mandiri, nasionalis, integritas, gotong-royong, dan religius. Setiap nilai
mempunyai indikator masing-masing untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Nilai-nilai utama pada PPK diperlukan serta diterapkan untuk mengubah
perilaku seseorang menuju kearah yang lebih baik. Penerapan nilai PPK bisa
dilaksanakan pada proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, maupun di
lingkungan masyarakat.
20
9. Tata Kelola dan Daya Dukung Penguatan Pendidikan Karakter
PPK mempunyai tata kelola dan daya dukung sebagai penunjang
implementasi PPK. Daya dukung PPK meliputi sarana dan prasarana,
pembiayaan, dan pengembangan SDM. Hal tersebut sebagai pedoman untuk
melaksanakan PPK di lapang yang harus sesuai dengan kondisi ideal pada
peraturan yang berlaku (Kemendikbud, 2017: 19).
a. Tata Kelola Gerakan PPK
Pemerintah sebagai pengelola sistem pendidikan berkaitan dengan
penyelenggaraan PPK saling berkoordinasi untuk mewujudkan pengorganisasian
gerakan PPK. Koordinasi tersebut diperlukan untuk membahas PPK, namun tetap
memiliki tugas serta tanggungjawab masing-masing untuk dijalankan. Pemerintah
daerah berkolaborasi dengan dinas pendidikan sebagai pemegang peranan untuk
membina, mengarahkan, dan mendampingi satuan pendidikan pada saat
pelaksanaan PPK. Tidak hanya itu, kepala sekolah juga mempunyai peran sebagai
pegelola pada sekolah untuk mengkoordinasikan potensi dan sumber daya yang
ada pada satuan pendidikan untuk mengimplementasikan PPK.
Pelaksanaan PPK yaitu secara integratif dan kolaboratif. Integratif yaitu
pengintegrasian pengembangan nilai-nilai karakter dengan muatan yang ada pada
pembelajaran secara kontekstual. Pengintegrasian secara kontekstul yang
dimaksud yaitu mulai dari awal yaitu perencaraan sampai dengan penilaian pada
kegiatan pembelajaran. Kolaboratif merupakan mengkolaborasikan potensi yang
digunakan sebagai sumber belajar dan melibatkan dukungan masyarakat pada
pelaksanaan PPK.
21
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah faktor mendukung adanya gerakan PPK yang
harus disediakan oleh sekolah. Kualitas sarana dan prasarana sekolah perlu
ditingkatkan yang sesuai koteks dan kebutuhan sekolah yang harus dikembangkan
dengan melibatkannya masyarakat yang berpartisipasi. Sarana dan prasaran yang
diperlukan untuk mendukung adanya PPK yaitu ruang kelas, ruang laboratorium,
ruang perpustakaan, ruang kesenian, ruang keterampilan, ruang kegiatan
keagamaan, fasilitas olah raga, serta peralatan pendidikan yang meunjang
implementasi PPK.
c. Pembiayaan
PPK membutuhkan sebagai penunjang keberhasilan dan kelancaran pada
pelaksanaannya. Pembiayaan tersebut ditanggung secara mandiri dan gotong
royong yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk melaksanakan
PPK. Sumber pembiayaan sekolah dalam melaksanakan PPK selain dari
pemasukan rutin sekolah, juga perlu adanya pemasukan dari luar namun dengan
memperhatikan peraturan yang berlaku berkaitan dengan sumbangan pendidikan.
Sekolah juga harus memperhatikan prinsip akuntabilitas dan transparansi dana
yang ada. Pemerintah pusat, daerah, sekolah, serta komite memiliki
tanggungjawab berkaitan degan pembiayaan pelaksanaan PPK.
d. Pengembangan SDM PPK
Pada pelaksanaan PPK perlu adanya upaya pengembangan SDM PPK yang
direncanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Upaya yang dilakukan salah
satunya dengan mekanisme pengembangan kapasitan SDM PPK melalui kegiatan
pelatihan berjenjang dan bimbingan secara teknis. Sistem pelatihan berjenjang
22
mempertimbangkan beberapa aspek yaitu luas wilayah, jumlah sasaran, dan
ketersediaan biaya. Narasumber pusat, fasilitator provinsi, dan fasilitator sekolah
merupakan tim pengembang kapasitas SDM PPK yang memiliki tugas pokok
yang berbeda. Narasumber pusat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan
pelatihan terhadap fasilitator yang berada di tingkat provinsi; mendampingi
fasilitator yag berada di tingkat provinsi ketika melakukan pelatihan kepada
pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite; mendampingi sekolah terutama
sekolah rintisan dalam melaksanakan PPK. Fasiitator provinsi mempunyai
tanggungjawab untuk melatih pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite;
mendampingi sekolah dalam pelaksanaan PPK; sebagai pendamping di sekolah
mandiri dalam melaksanakan PPK. Fasiltator sekolah mempunyai tanggungjawab
mengembangkan tindak lanjut setelah pelatihan di sekolah; mengembangkan
program PPK yang ada di sekolah imbas; sebagai pendamping di sekolah mandiri.
Kesimpulan yang didapat dari uraian diatas yaitu pelaksaan PPK
memerlukan tata kelola dan daya dukung sebagai penunjang keberhasilan daam
pelaksanaannya. Tata kelola penyelenggaraan PPK dilaksanakan melalui
koordinasi pemerintah, dinas pendidikan, dan kepala sekolah. Pelaksanaan PPK
dilakukan secara integratif (integrasi nilai-nilai karakter pada muatan dalam
pembelajaran) dan kolaboratif (kolaborasi potensi yang melibatkan masyarakat).
Daya dukung pada pelaksanaan PPK yaitu meliputi sarana dan prasarana,
pembiayaan, dan pengembangan SDM.
23
10. Pengertian Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler
Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah ada berbagai macam, misalnya
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler merupakan
kegiatan pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk memenuhi beban pada
kurikulum yang berlaku sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar kelas yang bertujuan untuk
mengembangkan karakter siswa dalam memperdalam dan memperluas bakat,
minat, potensi, kepribadian, kemampuan, kemandirian, dan kerjasama siswa
secara maksimal (Kemendikbud, 2017: 13).
Irwansyah (2006: 208) juga berpendapat tentang kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah yang mengacu pada kurikulum yang telah berlaku untuk mencapai suatu
tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan kegiatan ekstrakuriuler merupakan
kegiatan di luar jam pelajaran (intrakurikuler) yang dilakukan di sekolah maupun
di luar sekolah yang mempunyai tujuan untuk memperluas wawasan siswa dan
membentuk nilai-nilai karakter pada diri siswa.
Kesimpulan yang didapat dari uraian diatas yaitu kegiatan di sekolah ada
berbagai macam, misalnya kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan
intrakurikuler merupakan kegiatan yang berlangsung dalam proses pembelajaran.
Kegiatan tersebut mengacu pada kurikulum yang berlaku. Sedangkan kegiatan
ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang dilaksanakan di luar pembelajaran dan di luar
kelas untuk membentuk nilai-nilai karaker pada siswa.
24
11. Kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
berada di sekolah yang dilaksanakan oleh siswa. Pada kegiatan tersebut, siswa
dibimbing dan dilatih oleh guru dan pembina di setiap kegiatan. Kegiatan
intrakurikuler dilaksanakan di dalam kelas ketika proses pembelajaran
berlangsung. Contoh dari kegiatan intrakurikuler yaitu berdoa sebelum memulai
pembelajaran, membiasakan literasi, proses pembelajaran yang didalamnya
terdapat aspek kognitif, afektif, psikomotorik, serta pembelajaran yang mengacu
pada kurikulum yang berlaku. Contoh kegiatan ekstrakurikuler yaitu pramuka,
tartil, pencak silat, olahraga, menari, dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler
dilaksanakan secara rutin pada hari-hari tertentu, tidak dilaksanakan setiap hari
(Irwansyah, 2006: 208).
PPK bisa diimplementasikan melalui intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
PPK melalui kegiatan intrakurikuler yaitu kegiatan siswa di sekolah yang sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Sedangakan PPK melalui kegiatan ektrakurikuler
yaitu kegiatan siswa yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum
yang berlaku. Setiap sekolah mempunyai kebijakan tersendiri dalam menerapkan
kegiatan ekstrakurikuler untuk mencapai penguatan pendidikan karakter yang
dicanangkan. Kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler diterapkan pada sekolah
dengan tujuan agar siswa bisa membiasakan nilai-nilai pada penguatan pendidikan
karakter. Melalui pembiasaan yang dilakukan, siswa dapat melatih serta menjadi
terbiasa dengan kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler untuk mencapai
penguatan pendidikan karakter yang harus ditanamkan dan dibiasakan sejak dini
(Merina, 2016: 17).
25
Kesimpulan yang didapat dari uraian diatas yaitu kegiatan intrakurikuler
contohnya yaitu berdoa sebelum memulai pembelajaran, melaksanakan gerakan
literasi, proses pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berlaku terdiri
dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan contoh kegiatan
ekstrakurikuler yaitu menari, tartil, pencak silat, pramuka, yang dilaksanakan di
luar jam pembelajaran dan di luar kelas. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
secara rutin pada hari-hari tertentu dan tidak dilaksanakan setiap hari. PPK juga
diimplementasikan melalui kegiatan intraurikuler dan ekstrakurikuler. Nilai-nilai
karakter yang tercantum pada PPK diajarkan kepada siswa pada kegiatan tersebut
untuk memperdalam dan memperkuat nilai-nilai karakter yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
12. Definisi Pembiasaan
Pembiasaan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
kegiatan yang dilaksanakan secara berulang dan terus-menerus untuk mencapai
suatu tujuan yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilaksanakan secara
berulang-ulang tersebut merupakan teknik yang jitu dalam melatih siswa
melakukan pembiasaan di kehidupan sehari-hari. Siswa pada awalya dipaksa
untuk melaksanakan kegiatan yang dirancang oleh pihak sekolah, namun lama-
kelamaan siswa terbiasa untuk melksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Pembentukan perilaku pada siswa melalui kegiatan pembiasaan akan membantu
pertumbuhan dan perkembangannya dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang sudah dicanangkan
(Hasbiyah, 2016: 34).
26
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara sengaja dan
berulang-ulang agar kegiatan tersebut menjadi kebiasaan. Pembiasaan tersebut
diperoleh dari pengalaman, yaitu kegiatan yang dibiasakan adalah perilaku yang
diamalkan. Kebiasaan yang melekat pada diri sesorang akan dilaksanakan secara
spontan karena kegiatan tersebut sudah terbiasa dilaksanakan. Pembiasaan
digunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap aktivitas yang dilakukan sehari-
hari. Pembiasaan dalam pendidikan dilaksanakan sejak dini yang bertujuan untuk
membentuk kepribadian yang baik sesuai pada nilai-nilai yang berlaku (Mulyasa,
2012: 166).
Kesimpulan dari orientasi diatas bahwa pembiasaan merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus. Pembiasaan
dipergunakan untuk membentuk tingkah laku sesuai pada nilai-nilai karakter yang
berlaku dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pembiasaan bisa diperoleh
dari kegiatan yang biasa diamalkan. Hal tersebut dilaksanakan sejak dini untuk
membentuk karakter sesorang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Kebiasaan
yang melekat pada diri seseorang akan dilaksanakan secara spontan karena sudah
terbiasa melakukan kegiatan yang menjadi suatu pembiasaan dalam kehidupan
sehari-hari
13. Tujuan Dilaksanakan Pembiasaan
Pelaksanaan pembiasaan bertujuan untuk memberikan wadah kepada siswa
dalam menerapkan pemahaman secara totalitas dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan tersebut bisa dilakukan di sekolah maupun di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Melalui kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan oleh siswa, tidak
27
hanya mengajarkan tentang aspek kognitif saja yaitu berkenaan dengan perbuatan
yang benar dan salah, namun juga mengajarkan tentang aspek afektif yaitu
mampu merasakan nilai-nilai karakter yang baik dan tidak baik. Selain
mempelajari aspek kognitif dan afektif, siswa juga mempelajari aspek
psikomotorik yaitu mampu melaksanakan perbuatan yang mengandung nilai
karakter positif dari lingkungan keluarga sampai lingkungan masyarakat (Mudjito,
2007: 4).
Kesimpulan dari orientasi diatas bahwa tujuan dilaksanakan pembiasaan
yaitu agar siswa bisa mengatahui perbuatan yang benar maupun salah. Selain itu,
siswa juga mampu merasakan nilai-nilai karakter yang baik dan tidak baik, serta
mampu melaksanakan perbuatan sesuai dengan nilai-nilai karakter yang berlaku.
Menerapkan nilai-nilai karakter tersebut bisa dilaksanakan di lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat.
14. Fungsi Dilaksanakan Pembiasaan
Pembiasaan yang dilaksanakan sehari-sehari sesuai dengan nilai yang
beraku mempunyai fungsi yang penting. Fungsi dilaksanakannya pembiasaan yag
dimaksud yatu untuk memberikan fasilitas kepada siswa, antara lain sebagai
berikut:
a. Mengenal perilaku yang harus dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari
yang sesuai pada nilai-nilai yang berlaku.
b. Menyadari adanya berbagai macam perilaku yang mencerminkan beragam
nilai.
28
c. Menerima perbuatan yang dikehendaki serta tidak menerima perbuatan yang
tidak dikehendaki dalam masyarakat.
d. Menyaring perilaku baik yang dikehendaki serta mencerminkan nilai-nilai
karakter yang baik seperti menghargai orang lain, sopan, disipin,
tanggungjawab, jujur, dan mandiri.
e. Mengimplementasikan perbuatan yang baik sesuai dengan nilai-nilai
karakter yang dikehendaki pada kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari
kepribadian seseorang.
Pembiasaan baik yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan
berfungsi menjadikan siswa mempunyai karakter yang baik pula. Siswa dapat
membedakan dan memilih perilaku baik dan tidak baik yang berlaku. Selain itu,
siswa juga dapat melaksanakannya pembiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari
(Mudjito, 2007: 7).
Kesimpulan yang didapat dari orientasi diatas yaitu pembiasaan yang
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari berfungsi sebagai penentu perilaku
yang dilaksanakan melalui cara mengenal, memilih, dan mengimplementasikan
perbuatan sesuai pada nilai-nilai yang berlaku di lingkungan sekolah. Siswa
mampu memilih dan membedakan perilaku yang baik dan tidak baik yang harus d
ilakukan. Pembiasaan baik yang dilakukan siswa akan menjadikan dirinya
mempunyai karakter yang baik pula.
15. Kegiatan Pembiasaan
Kegiatan pembiasaan menurut Mulyasa (2012: 168) yang dilakukan di
sekolah ada berbagai macam, diantaranya sebagai berikut:
29
a. Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin yang dimaksud yaitu pembiasaan yang dilakukan secara
terjadwal. Contoh dari kegiatan rutin yaitu upacara bendera pada hari senin,
senam, menjaga kebersihan, shalat berjamaah, menaati peratutan, dan menjaga
kesehatan diri sendiri.
b. Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan yang dimaksud adalah pembiasaan yang dilakukan namun
tidak terjadwal dalam kejadian tertentu. Contoh dari kegiatan spontan yaitu
pembentukan perilaku mengucapkan salam, membiasakan antri, membuang
sampah pada tempatnya, menghargai pendapat orang, menengahi jika adanya
perbedaan pendapat.
c. Kegiatan Keteladanan
Kegiatan keteladanan yaitu pembiasaan yang dilakukan sehari-hari untuk
membentuk perilaku. Contoh dari kegiatan keteladanan yaitu berbicara yang
sopan, berbahasa yang baik, berpakaian yang rapi, tidak terlambat, rajin
mengerjakan tugas, memuji kebaikan orang lain, tidak iri terhadap keberhasilan
orang.
Kesimpulan yang didapat dari uraian diatas yaitu kegiatan pembiasaan yang
diterapkan sekolah ada bermacam-macam. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk
melatih siswa dalam pembentukan perilaku yang baik dan menjadi terbiasa.
Pembiasaan di sekolah meliputi kegiatan rutin, spontan, dan keteladanan.
30
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang PPK dan pendidikan karakter sudah terhitung banyak,
apalagi program tersebut telah dicanangkan oleh pemerintah. Penelitian yang
relevan tersebut adalah sebagai berikut:
Penelitian pertama dilaksanakan oleh Primula Merina (2016) berjudul
“Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kepramukaan di SDN
Sumbersari 1 Malang”. Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah
implementasi pendidikan karakter pada kegiatan pramuka di SDN Sumbersari 1
Malang berpedoman pada Trisatya dan Dasadarma yaitu mencerminkan karakter-
karakter positif yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari di sekolah dan di
rumah. Persamaan penelitan peneliti dengan penelitian diatas yaitu sama-sama
meneliti tentang penguatan pendidikan karakter di SD. Perbedaannya yaitu
penelitian diatas meneliti tentang penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan
pramuka, sedangkan peneliti meneliti tentang penguatan pendidikan karakter
dalam pembiasaan sekolah.
Penelitian ke dua yang dilakukan oleh Kristi Wardani (2014) berjudul
“Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di SD Negeri Taji
Prambanan Klaten”. Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah SDN
Taji Prambanan Klaten mengimplementasikan pendidikan karakter melalui
budaya sekolah meliputi kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Nilai-nilai
karakter yang terdapat pada kegiatan tersebut yaitu nilai kedisiplinan,
nasionalisme, cinta tanah air, taat beribadah, tanggungjawab, kekeluargaan,
kepedulian, kerjasama, kemandirian, dan demokrasi. Persamaan penelitan peneliti
dengan penelitian diatas yaitu sama-sama meneliti tentang karakter yang ada pada
31
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Perbedaannya yaitu penelitian diatas
meneliti tentang pendidikan karakter melalui budaya sekolah, yang berpedoman
pada 18 nilai pendidikan karakter, sedangkan peneliti melakukan penelitian
tentang PPK dalam pembiasaan sekolah yang mengacu pada 5 nilai-nilai karakter
pada PPK, mulai dari pembiasaan pada kegiatan rutin, spontan, dan keteladanan.
Penelitian ke tiga yang dilakukan oleh Lukman Hakim Akbar (2014)
berjudul “Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri
Sosrowijayan”. Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah upaya
pengembangan pada pendidikan karakter yang dilaksanakan melalui program
pengembangan diri di SDN Sosrowijayan menumbuhkan nilai jujur, disiplin,
religius, toleransi, dan tanggung jawab pada kegiatan spontan, rutin, keteladanan,
dan pengkondisian. Persamaan penelitian peneliti dengan penelitian diatas yaitu
sama-sama meneliti berkenaan dengan pendidikan karakter yang dilaksanakan di SD.
Perbedaannya yaitu penelitian diatas meneliti tentang upaya yang dikembangkan
oleh pihak sekolah untuk menumbuhkan nilai-nilai pada pendidikan karakter pada
siswa I-VI, kegiatan pembelajaran, budaya sekolah, maupun di luar sekolah.
Sedangkan peneliti meneliti PPK dalam pembiasaan sekolah yang dilaksanakan
oleh siswa untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter pada semua kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah.
C. Kerangka Pikir
Beberapa penjelasan diatas memerlukan kerangka pikir, agar penelitian
yang akan dilakukan bisa dilihat dan dipahami secara utuh. Kerangka pikir pada
penelitian ini adalah:
32
Kondisi Lapang
Kondisi Ideal:
PPK adalah implementasi Nawacita Presiden. Kebijakan itu
terintegrasi dalam GNRM. Ditetapkan pada kurikulum
terbaru tahun 2017.
Metode Penelitian:
Jenis penelitian:Deskriptif
Pendekatan : Kualitatif
Metode : Dokumentasi, observasi, wawancara
Fokus Penelitian:
1. Kegiatan PPK yang dilaksanakan
2. Kendala yang dihadapi
3. Solusi yang diberikan
Hasil:
Mendeskripsikan kegiatan PPK yang
dilaksanakan, kendala yang dihadapi, dan
solusi yang diberikan.
SDN Tlogomas 2
Malang
mengimplementasikan
pendidikan karakter
sejak lama
Pendidikan karakter
diperkuat melalui
program PPK pada
kurikulum 2013 direvisi
2017.
PPK diterapkan dalam
pembiasaan pada
kegiatan intrakurikuler
dan ekstrakurikuler.
Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian