bab ii landasan teori a. kajian teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id...

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Pada dasarnya belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Di dalam belajar, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan. Menurut Jerome Brunner (dalam Trianto 2012:15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan yang sudah dimiliki. Senada dengan pendapat Suparno dalam Thobroni dan Arif (2011:107) seorang yang belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus. Di sisi lain Baharuddin dan Nur (2007:11) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut kaum konstruktivisme dalam Thobroni (2011:136) belajar adalah proses mengonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dan realita, baik realita pribadi, alam, maupun realitas sosial. Seperti pendapat ahli dalam teori belajar konstruktivisme, pandangan konstruktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai” (Trianto,2007:13). Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri. Sardiman (2005:35), menegaskan bahwa“ pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari

Upload: trancong

Post on 10-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Pada dasarnya belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Di dalam

belajar, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan

manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan. Menurut Jerome Brunner

(dalam Trianto 2012:15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif

dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan yang

sudah dimiliki. Senada dengan pendapat Suparno dalam Thobroni dan Arif

(2011:107) seorang yang belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan

secara aktif dan terus menerus. Di sisi lain Baharuddin dan Nur (2007:11)

mengemukakan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai

berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut kaum

konstruktivisme dalam Thobroni (2011:136) belajar adalah proses mengonstruksi

pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara

siswa dan realita, baik realita pribadi, alam, maupun realitas sosial.

Seperti pendapat ahli dalam teori belajar konstruktivisme, pandangan

konstruktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan

itu tidak lagi sesuai” (Trianto,2007:13). Menurut teori ini berarti guru tidak hanya

sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun

sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Seorang guru dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri dan

membelajarkan siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri

untuk belajar. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri.

Sardiman (2005:35), menegaskan bahwa“ pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kenyataan, pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi

pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan

melalui kegiatan seseorang”. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan

struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. ”Proses pembentukan

pengetahuan itu terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan skema

yang telah dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, rangsangan, atau

persoalan dengan proses asimilasi dan akomodasi”(Suparno. 2000: 123)

Pembentukan pengetahuan itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau

keaktifan siswa itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan pelajaran,

atau lingkungan baru. Siswa itu sendirilah yang membentuk pengetahuannya.

Dari definisi belajar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

diartikan sebagai suatu proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, ketrampilan dan sikap dengan mengembangkan sendiri pengetahuan

yang dimilikinya, memahami, memecahkan masalah, dan berusaha menemukan

atau menerapkan pengetahuannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik

disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu, menuju pada

suatu perubahan pada diri siswa dan untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan dan sikap.

b. Prestasi Belajar

Menurut arti bahasa, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam

belajar. Winkel (1996:56) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Mulyasa (2005:189) mendefinisikan

bahwa prestasi belajar merupakan suatu gambaran dan penugasan kemampuan

para siswa sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Menurut

Lanawati (dalam Reni, A. – Hawadi.2006:168) mengemukakan bahwa prestasi

belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar

siswa sesuai dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran dan

perilaku yang diharapkan dari siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil maksimum penilaian pendidik terhadap proses belajar tentang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah

kegiatan dan proses belajar.

c. Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan pengertian belajar dan prestasi belajar tersebut, prestasi

belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti

pelajaran matematika baik berupa perubahan perilaku maupun kecakapan yang

dinyatakan dengan simbol, angka maupun huruf.

Menurut Gagne dan Winkel (1996:482) kemampuan-kemampuan itu

digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual,

pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik, dan sikap. Kemampuan-

kemampuan tesebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam

suatu prestasi. Menurut Poerwadarminto (2005) “prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru”.

Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa

selama proses pembelajaran, atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran matematika yang diperoleh melalui nilai tes yang

diberikan oleh guru dan hasil tes tersebut merupakan penghargaan dari perubahan

tersebut. Pada penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif, karena materi

trigonometri cenderung mengedepankan proses berpikir abstrak. Penilaian ranah

kognitif siswa sebagai alat evaluasi dilakukan melalui tes. Tes prestasi belajar

berupa sekumpulan soal-soal dari materi pelajaran Matematika dengan pokok

pembahasan Trigonometri. Mutu informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran

ditentukan oleh mutu setiap soal yang digunakan. Soal yang digunakan harus diuji

kualitasnya agar dapat memberikan hasil yang akurat.

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Joyce (dalam trianto, 2012: 22) model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku.

Menurut rusman (2011:133) model pembelajaran dapat disajikan pola

pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan

efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Senada dengan pendapat Eggen and

Kauchak (2012:35), guru dapat menentukan model mengajar yang paling baik

untuk memenuhi kebutuhan siswa.

Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial yang berfungsi

bagi para perancang pembelajaran atau para pengajar dalam merencanakan

aktifitas belajar. Selain itu dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh

memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Model Penemuan Terbimbing (MPT)

Model penemuan terbimbing adalah satu model mengajar dimana guru

memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk

memahami topik tersebut (Eggen and Kauchak, 2012:177). Lebih lanjut Eggen

menambahkan, model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan memotivasi

siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang

topik-topik yang jelas.

Menurut Gulo dalam Trianto (2007:135) model penemuan terbimbing

adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri.

Berdasarkan uraian tersebut maka model penemuan terbimbing dalam

pembelajaran matematika adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

siswa dan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran matematika baik

dalam memahami konsep matematika secara mendalam dan kemampuan siswa

untuk menemukan/merumuskan hasil penemuannya. Guru memandu siswa dalam

menemukan dan merumuskan permasalahan tersebut. Menurut Eggen and

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Kauchak (2012: 190) langkah-langkah dari model penemuan terbimbing dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Model Penemuan Terbimbing

Fase Perilaku GuruFase 1 Pendahuluan

Guru berusaha menarik perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran.

Fase 2Fase Terbuka

Guru memberi siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh.

Fase 3Fase Konvergen

Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi.

Fase 4Penutup dan Penerapan

Guru membimbing siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru

Berdasarkan Tabel 2.1, langkah-langkah model penemuan terbimbing dapat

ditunjukkan seperti berikut.

1). Kegiatan Pendahuluan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada materi

yang akan dibahas, menjelaskan tentang model penemuan terbimbing pada

siswa dan memberikan motivasi pada siswa agar siswa terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

2). Kegiatan Inti

a) Mengorganisasikan siswa yaitu membagi siswa kedalam beberapa

kelompok, maksimum 4 orang dalam setiap kelompok dengan

kemampuan yang heterogen.

b) Siswa diberikan contoh-contoh dan diminta membandingkan contoh-

contoh dengan yang bukan contoh.

c) Siswa diberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang

berhubungan dengan materi yang diberikan.

d) Siswa mendiskusikan masalah itu dalam kelompok dan menyelesaikan

masalah itu dengan bimbingan guru.

e) Siswa memaparkan beberapa dari pengamatan mereka dan menuliskan

observasi itu didepan.

f) Siswa dan guru membahas hasil penyelesaian masalah.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

g) Siswa dibimbing guru memahami definisi/pengertian konsep dengan

menyimpulkan contoh-contoh itu mencakup tema kehidupan sehari-hari.

h) Siswa dipandu guru mendapatkan kesimpulan materi yang dipelajari.

i) Guru memberi umpan balik dan memberikan soal sebagai penguatan.

3). Kegiatan Penutup

Siswa diminta guru untuk menerapkan pemahaman mereka dengan

menciptakan contoh-contoh dari mereka sendiri setelah mempelajari materi.

Model penemuan terbimbing mempunyai beberapa kelebihan dan

kekurangan. Menurut hasil penelitian Yoppy, Tangkas dan Asrul (2011) kelebihan

dari model penemuan terbimbing seperti berikut.

a). Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

b). Pemahaman konsep tentang materi lebih tertanam pada siswa dan tidak

tergantung dengan hafalan rumus.

c). Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

d). Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.

e). Mampu meningkatkan motivasi termasuk motivasi intrinsik siswa.

f). Siswa semakin kreatif.

g). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

h). Memberikan kebebasan pada siswa untuk menyelidiki, menerka,

mencoba-coba, dan menarik kesimpulan.

Sedangkan kelemahan dari model penemuan terbimbing seperti berikut.

a). Siswa yang berkemampuan rendah kesulitan untuk menemukan sendiri

pemahaman konsep, sehingga membutuhkan banyak bimbingan.

b). Pada proses pembimbingan membutuhkan banyak waktu.

c). Tidak semua materi pelajaran bisa diterapkan dengan model temuan

terbimbing.

c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM)

Model pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model

mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan

ketrampilan pemecahan masalah, masalah, materi, dan pengaturan diri (Hmelo

Silver; Serafino & Cicchelli dalam Eggen, 2012:307).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Menurut Arends dalam Trianto (2007:68) pengajaran berdasarkan

masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka

sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi,

mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Melalui proses ini, dikatakan

Sanjaya dalam Rusmono (2012:74) sedikit demi sedikit siswa akan berkembang

secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Artinya setiap

siswa memperoleh kebebasan dalam menyelesaikan program pembelajarannya.

Disisi lain Baron dalam Rusmono (2012:74) mengatakan dalam

pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses

penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan,

mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.

Seperti kutipan Visser (Smith dan Ragan dalam Rusmono (2012:74) pembelajaran

berbasis masalah merupakan usaha untuk membentuk suatu proses pemahaman isi

suatu mata pelajaran pada suatu kurikulum. Menurut Baron dalam Rusmono

(2012:74) ada empat ciri pembelajaran berbasis masalah yaitu menggunakan

permasalahan dalam dunia nyata, pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian

masalah, tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan guru berperan sebagai

fasilitator.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu

model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan

intelektual secara mandiri sehingga siswa dapat memahami konsep matematika

dan memecahkan permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

Nur dalam Rusmono (2012: 81), langkah-langkah dari model pembelajaran

berbasis masalah pada Tabel 2.2.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Perilaku GuruFase 1 Mengorganisasikan siswa kepada masalah

Guru menginformasikan tujuan pembelajaran,Mendeskripsikan kebutuhan logistik pentingMemotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.

Fase 2Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa dalam menemukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu

Fase 3Membantu menyelidikan mandiri atau kelompok

Guru mendorong mengumpulakan informasi yangsesuai, melakukan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi

Fase 4Mengembangakan dan menyajikan hasil karya serta pameran

Membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman vidio dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka

Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan Tabel 2.2, langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah

dapat ditunjukkan seperti berikut.

1). Kegiatan Pendahuluan

Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai pada materi yang akan dibahas, menjelaskan tentang model

pembelajaran berbasis masalah pada siswa dan memberikan motivasi pada

siswa agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2). Kegiatan Inti

a) Mengorganisasikan siswa yaitu membagi siswa kedalam beberapa

kelompok, maksimum 4 orang dalam setiap kelompok dengan

kemampuan dengan heterogen

b) Siswa diberikan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sesuai

materi yang akan dipelajari.

c) Siswa diberi kesempatan untuk mencari jawaban permasalahan tersebut.

d) Siswa mencoba menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan dari

guru secara kelompok.

e) Siswa dibantu untuk menentukan dan mengatur tugas yang dibagikan

sesuai dengan materi yang akan dipelajari..

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

f) Siswa berdiskusi, mengumpulkan data, dan mencari referensi yang

diperlukan untuk memecahkan masalah.

g) Siswa dibimbing dan dimotivasi dalam memahami materi pelajaran yang

dipelajari.

h) Siswa membuat laporan dan mempresentasikan hasil jawabannya.

i) Siswa dibimbing dan dimotivasi dalam memahami materi pelajaran

yang dipelajari.

j) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok sedangkan kelompok lain

menanggapinya dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.

k) Guru memberikan klasifikasi dari penyajian tersebut untuk

menyempurnakan jawabannya.

l) Guru memeriksa penguasaan siswa dalam memahami materi tersebut.

m) Guru memberikan umpan balik yang mengacu pada materi yang

diberikan.

3). Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan materi dari hasil diskusi siswa yang telah

dipelajari. Guru memberikan penilaian serta memberi tugas rumah sebagai

tugas mandiri untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari

siswa.

Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa kelebihan

dan kekurangan. Menurut Sitiatava (2013: 82) kelebihan dari model pembelajaran

berbasis masalah seperti berikut.

a). Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, lantaran ia yang

menemukan konsep tersebut.

b). Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut

ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

c). Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki oleh siswa,

sehingga pembelajaran lebih bermakna.

d). Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah yang

diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

e). Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi

dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang

positif dengan siswa yang lain.

f). Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi

terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan

belajar siswa dapat diharapkan.

g). Dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara

individual maupun kelompok.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah seperti

berikut.

a). Bagi siswa yang malas, tujuan dari model pembelajaran berbasis masalah

tidak dapat tercapai.

b). Membutuhkan banyak waktu dan dana.

c). Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model pembelajaran

berbasis masalah.

d. Model Pembelajaran Langsung (MPL)

Santrock (2011:151) mengemukakan bahwa model pembelajaran

langsung adalah suatu model pembelajaran tersruktur dan berpusat pada guru

yang digolongkan berdasarkan arahan dan pengendalian guru, harapan guru yang

tinggi untuk kemajuan para siswa, waktu maksimum yang dihabiskan oleh para

siswa untuk menyelesaikan tugas akademis serta upaya-upaya dari guru untuk

meminimalisasi pengaruh negatif.

Menurut Kuhn dalam Eggen dan Kauchak (2012:363) model

pembelajaran langsung adalah satu model yang menggunakan peragaan dan

penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk

membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan nyata yang

dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh.

Sedangkan Arends dalam Trianto (2007:29) mengatakan bahwa model

pembelajaran langsung adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang

khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan

atau praktek. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran

yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa (Kardi dalam Trianto

(2007: 30). Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan

tepat waktu yang digunakan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada guru

yang dirancang untuk mengajarkan ketrampilan prosedural dan mengembangkan

penguasaan pengetahuan proses belajar siswa dalam menyelesaikan tugas guna

menuntaskan hasil belajar mereka. Tindakan dan keputusan yang jelas dari guru

setiap mengajar sangat diperlukan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

waktu penilaian hasil pembelajaran. Seperti halnya model pembelajaran yang lain,

ciri khusus langkah-langkah model pembelajaran langsung, menurut Kardi dan

Nur dalam Trianto, 2007: 31 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase-fase Perilaku GuruFase 1Menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa.

Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2Mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan.

Guru mendemonstrasikan pengatahuan /keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Fase 3 Membimbing pelatihan.

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.

Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Tabel 2.3, langkah-langkah model pembelajaran langsung dapat

ditunjukkan seperti berikut.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1). Kegiatan Pendahuluan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi

siswa untuk belajar lebih giat lagi. Langkah apresiasi dalam penelitian ini

dilakukan melalui tanya jawab untuk menarik perhatian dan memusatkan

perhatian siswa agar fokus terhadap materi yang akan dipelajari.

2). Kegiatan Inti

Guru mempresentasikan materi pembelajaran kepada siswa, guru

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jawab, guru memberikan

pelatihan terbimbing berupa latihan soal, memantau siswa bekerja serta

memberikan bantuan jika dibutuhkan siswa, menunjuk satu atau dua orang

untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk memberikan tanggapan.

3). Kegiatan Penutup

Guru membuat kesimpulan serta guru memberikan tugas rumah. Tugas ini

merupakan kelanjutan dari pembelajaran berikutnya.

Model pembelajaran langsung dalam pembelajaran memiliki beberapa

kelebihan dan kekurangan . Menurut Wina (2007) kelebihan model pembelajaran

langsung seperti berikut.

a. Dengan pembelajaran langsung guru dapat mengontrol urutan dan keluasan

materi pembelajaran, sehingga dapat mengetahui sejauh mana siswa

menguasai bahan pelajaran.

b. Pembelajaran langsung dianggap sangat efektif digunakan apabila materi

pelajaran cukup luas sementara waktu belajar yang tersedia terbatas.

c. Melalui pembelajaran langsung peserta didik dapat memperoleh materi

melalui mendengarkan, juga dapat mengamati pelaksanaan demonstrasi.

d. Pembelajaran langsung bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas

yang besar.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran langsung seperti berikut.

a. Pembelajaran langsung lebih cocok dilakukan terhadap peserta didik yang

memiliki kemampuan mendengarkan dan menyimak dengan baik.

b. Pembelajaran langsung tidak dapat melayani perbedaan setiap individu, baik

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar.

c. Karena pembelajaran langsung lebih banyak diberikan melalui ceramah (satu

arah dari guru kepada peserta didik), maka akan sulit mengembangkan

sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis.

d. Pembelajaran langsung sangat tergantung pada apa yang dimiliki guru,

diantaranya persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, kemampuan

berkomunikasi dan kemampuan pengelolaan kelas.

e. Karena komunikasi dan transfer pengetahuan yang satu arah, mengakibatkan

pengetahuan yang dimiliki peserta didik terbatas pada apa yang diberikan

guru.

3. Kreativitas

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar

berdasarkan sudut pandang masing-masing. Barron dalam Alpha dkk. (2013: 44)

mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

baru. Clark dalam Munandar (2009: 18) menyatakan bahwa kreativitas adalah

pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam

bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan

orang lain.

Torrence dalam Alpha, dkk (2013: 46) mendefinisikan kreativitas itu

sebagai proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-

hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan

mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan

menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Dipihak lain Solso, dkk

(2008:444) mendefinisikan kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang

menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan

dan tidak dibatasi pada hasil yang fragmatis (selalu dipandang menurut

kegunaannya). Ini berarti proses kreativitas bukan hanya sebatas menghasilkan

sesuatu yang bermanfaat saja (meskipun sebagian besar orang yang kreatif hampir

selalu menhasilkan penemuan, tulisan, maupun teori yang bermanfaat).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Menurut Munandar dalam Trianto (2007: 136), kreativitas (berpikir

kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau

informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap

sesuatu masalah di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan

beragam jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan

terhadap suatu masalah makin tinggi kreativitas seseorang, tentu saja jawaban itu

harus sesuai dengan masalahnya. Lebih lanjut Munandar menambahkan

kreativitas pada anak perlu dikembangkan karena, dengan berkreasi anak dapat

mewujudkan dirinya, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada

individu, dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.

Kreativitas dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran, sehingga

penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar harus tepat dan

menarik. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, diharapkan

seorang guru bukan sekedar menyelesaikan sejumlah materi tetapi guru harus

mampu menanamkan konsep materi dengan baik kepada siswa. Siswa bisa di

tingkatkan kualitasnya, apabila guru memahami karakteristik siswa dengan baik

termasuk kreativitas mereka. Informasi tentang siswa tersebut menjadi bahan

pertimbangan bagi guru dalam memilih metode, teknik mengajar dan materi ajar

yang sesuai dengan keberagaman kreativitas siswa.

Sund dalam Slameto (2003:147) menyatakan bahwa individu dengan

potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut : 1)

hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2) bersikap terbuka terhadap pengalaman

baru. 3) panjang akal. 4) keinginan untuk menemukan dan meneliti. 5) cenderung

lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. 6) cenderung mencari jawaban yang

luas dan memuaskan. 7) memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam

melaksanakan tugas. 8) berpikir fleksibel. 9) menanggapi pertanyaan yang

diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. 10) kemampuan

membuat analisis dan sintesis. 11) memiliki semangat bertanya serta meneliti. 12)

memiliki daya abstraksi yang cukup baik. 13) memiliki latar belakang membaca

yang cukup luas.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Menurut kelompok pakar psikologi dalam Munandar (2009: 37),

mengatakan bahwa ada 10 ciri-ciri pribadi kreatif yaitu : 1) imajinatif, 2)

mempunyai prakarsa, 3) mempunyai minat luas, 4) mandiri dalam berpikir, 5)

Melit, 6) senang berpetualang, 7) penuh energi, 8) percaya diri, 9) bersedia

mengambil resiko dan 10) berani dalam pendirian dan keyakinan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas

merupakan kemampuan individu dalam mengembangkan pemikiran baru atau

memperbarui yang dikenali melalui ciri-ciri pribadi kreatif. Sedangkan, ciri-ciri

pribadi kreatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah mempunyai imajinasi,

mempunyai prakarsa, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir,

mempunyai sifat ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri,

berani mengambil resiko, berani dalam pendirian dan yakin.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Nurcholis

(2013) tentang Implementasi metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada penarikan kesimpulan Logika Matematika. Hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi metode penemuan terbimbing

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika

matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu. Kelebihan dari penelitian ini adalah

hasil belajar siswa meningkat dengan metode penemuan terbimbing dan siswa

mampu menganalisis data serta menarik kesimpulan. Sedangkan kelemahan dari

penelitian ini yaitu siswa masih tergantung bantuan dan bimbingan dari guru.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Tangkas (2012) tentang Pengaruh

Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep dan Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3

Amlapura dan Adhar (2012) tentang Pembelajaran Matematika dengan Metode

Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Presentasi dan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Berdasarkan penelitian tersebut

diperoleh kesimpulan bahwa Siswa yang mengikuti pembelajaran model

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

inkuiri/penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mengikuti model

pembelajaran langsung.

Senada dengan penelitian Adhar, dilakukan oleh Yoppy (2011) tentang

Keefektifan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Cooperative

Learning pada Pembelajaran Matematika. Hasil penelitian Yoppy diperoleh

kesimpulan bahwa penggunaan model penemuan terbimbing memberikan hasil

yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional. Pada model

penemuan terbimbing kreativitas tinggi, sedang dan rendah memberikan hasil

lebih baik daripada model konvensional. Kelebihan dari penelitian ini adalah hasil

belajar siswa dan kreativitas siswa menjadi lebih baik, serta siswa terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran. sedangkan kelemahan dari penelitian ini yaitu

siswa dengan kemampuan rendah dengan pembelajaran penemuan membutuhkan

lebih banyak bimbingan. Pada penelitian model penemuan terbimbing

memberikan hasil yang lebih baik daripada model konvensional. Perbedaan dari

penelitian adalah subjek dan tempat penelitian serta kemampuan yang ingin

diteliti.

Bahm (2009) juga melakukan penelitian tentang Efek dari Discovery

Learning pada kesuksesan siswa dan ketrampilan pembelajaran. Hasil penelitian

tersebut diperoleh kesimpulan bahwa model penemuan terbimbing membuat

siswa aktif dan dipercaya meningkatkan kesuksesan siswa serta kemampuan

belajar.

Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis masalah

dilakukan oleh Padmavathy dan Mareesh (2013) tentang Efektivitas Problem

Based Learning dalam Matematika. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh

kesimpulan bahwa PBL lebih efektif dalam mempelajari matematika, dan strategi

PBL memberikan efek pada isi pengetahuan yang menyediakan kesempatan lebih

besar pada siswa untuk mempelajari isi dengan lebih memahami dan

meningkatkan siswa untuk lebih aktif, termotivasi dan perhatian terhadap siswa

lain.

Penelitian lain juga yang dilakukan oleh MacMath, et al. ( 2009) tentang

Problem Based Learning (PBL) dalam Matematika sebagai alat untuk

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

meningkatkan pengetahuan konseptual siswa. Berdasarkan penelitian tersebut

diperoleh kesimpulan bahwa ini memberi penekanan nilai dari problem based

learning untuk mengembangkan cara berpikir dan kreativitas siswa.

Orhan dan Ruhan (2007) dalam penelitiannya tentang The Effect of

Problem –Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic

Achievement, Attitude and Concept Learning menyampaikan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah membuat siswa lebih aktif, lebih berhasil, bersikap

positif , dan lebih meminimalisir kesalahan konsep pada siswa.

Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah adalah dengan PBL

prestasi siswa meningkat dan siswa lebih aktif serta kreatif. Sedangkan

perbedaannya adalah materi yang digunakan dalam penelitian, tinjauan yang

dipakai, dan subjek yang diambil.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir pada penelitian ini seperti

berikut.

1. Kaitan Model Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Matematika.

Prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah

mengikuti pelajaran matematika baik berupa perubahan perilaku maupun

kecakapan yang dinyatakan dengan simbol, angka maupun huruf. Supaya

siswa memperoleh prestasi belajar matematika yang optimal, hendaknya guru

mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

diajarkan. Hal ini untuk melihat keberhasilan siswa dalam pembelajaran

sehingga berdampak positif terhadap prestasi belajar matematika pada siswa.

Dengan model pembelajaran yang digunakan, maka sistematika

pembelajaran akan lebih terstruktur dan terkonsep. Salah satunya model

penemuan terbimbing di dalam pembelajaran matematika yaitu suatu model

pembelajaran yang berpusat pada siswa dan melibatkan siswa untuk aktif

dalam pembelajaran matematika baik dalam memahami konsep matematika

secara mendalam dan kemampuan siswa untuk menemukan / merumuskan

hasil penemuannya. Guru memandu siswa dalam menemukan dan merumuskan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

permasalahan tersebut. Dengan adanya interaksi antara siswa dengan

lingkungannya siswa untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan

ketrampilan sosial siswa serta siswa akan lebih mudah memahami konsep dan

memperoleh kesimpulan.

Model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika

adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa

dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan

ketrampilan intelektual secara mandiri sehingga siswa dapat memahami konsep

matematika dan memecahkan permasalahan yang nyata dalam kehidupan

sehari-hari.

Sedangkan model pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah,

demonstrasi, pelatihan atau praktek. Model pembelajaran langsung digunakan

untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru

kepada siswa. Pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai sumber

informasi. Akibatnya siswa cenderung pasif dan mudah jenuh dengan hanya

memperhatikan guru, menghafal rumus tertentu dan mengaplikasikan ke dalam

bentuk soal untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Dengan demikian, prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan

model penemuan terbimbing dimungkinkan lebih baik daripada prestasi belajar

matematika siswa yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah

dan model pembelajaran langsung, serta prestasi belajar matematika siswa

yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan

lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan

model pembelajaran langsung.

2. Kaitan Masing-masing Kategori Kreativitas Siswa dengan Prestasi

Belajar Matematika Siswa.

Kreativitas siswa adalah kemampuan siswa untuk mengembangkan

sesuatu yang baru yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya

setelah mengalami hambatan dan menyelesaikan.

Kategori kreativitas siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa. Siswa dengan kreativitas tinggi mampu merumuskan, memecahkan,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

memahami permasalahan dengan berbagai cara, dan mengungkapkan gagasan

baru dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga siswa tersebut tidak akan

kesulitan pada saat menyelesaikan suatu permasalahan. Siswa dengan

kreativitas sedang masih mampu mengungkapkan ide untuk menyelesaikan

permasalahan dengan memerlukan sedikit bimbingan dari teman ataupun guru.

Sedangkan siswa dengan kreativitas rendah akan kesukaran dalam

mengungkapkan ide untuk menyelesaikan permasalahan sehingga mereka

memerlukan bimbingan yang lebih dari teman ataupun guru.

Siswa dengan kreativitas tinggi dimungkinkan mempunyai prestasi

belajar lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, serta

prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang dimungkinkan

lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas

rendah.

3. Kaitan Masing-Masing Kategori Kreativitas pada Masing-Masing

Kategori Model Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Matematika

siswa.

Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki kemampuan lebih dan mampu

untuk menciptakan sesuatu yang baru setelah berinteraksi dengan lingkungan.

Prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model penemuan

terbimbing dimungkinkan lebih baik daripada model pembelajaran berbasis

masalah dan model pembelajaran langsung. Prestasi belajar matematika siswa

yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan

lebih baik daripada model pembelajaran langsung.

Siswa dengan kreativitas sedang memiliki kemampuan kurang optimal

dalam menciptakan sesuatu yang baru setelah berinteraksi dengan lingkungan.

Prestasi belajar matematika siswa yang diberi model penemuan terbimbing dan

model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan sama baiknya. Prestasi

belajar matematika siswa yang diberi model penemuan terbimbing dan model

pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan lebih baik daripada model

pembelajaran langsung. Siswa dengan kreativitas rendah memiliki kemampuan

rendah sehingga siswa kesulitan dalam menciptakan sesuatu yang baru setelah

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

berinteraksi dengan lingkungan, sehingga prestasi belajar matematika siswa

yang diberi ketiga model pembelajaran tersebut dimungkinkan mempunyai

efek yang sama.

4. Kaitan Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran pada Kategori

Kreativitas Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa.

Model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang berpusat

pada siswa dalam menemukan konsep / informasi dari contoh dan bukan

contoh yang diberikan guru, sehingga siswa mampu memahami definisi suatu

konsep dan menerapkan pemahaman yang diperoleh dalam konteks baru. Guru

membimbing siswa dalam menemukan pemahaman konsep tersebut. Pada

model ini prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi

dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan rendah,

serta prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang

dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang

dipusatkan pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari

konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah

dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pada model pembelajaran ini siswa

dihadapkan pada permasalahan matematika yang nyata dalam kehidupan

sehari-hari sehingga siswa termotivasi/tertantang untuk menyelesaikan masalah

nyata dan menguasai konsep matematika melalui pengalamannya setelah

menempuh suatu pembelajaran. Dalam hal ini metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru sebaiknya dititik beratkan pada media agar langsung dapat

melihat obyek yang berkaitan dengan pelajaran. Siswa yang kreatif mempunyai

ciri mampu mengembangkan dan menumbuhkan ide/gagasan baru atau

mengombinasikan gagasan yang sudah ada, mampu berpikir, serta mampu

memecahkan masalah melalui bakat yg dimilikinya.

Pada model pembelajaran berbasis masalah prestasi belajar matematika

siswa dengan kreativitas tinggi dan sedang dimungkinkan sama baiknya, dan

prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik daripada

siswa dengan kreaivitas rendah, serta prestasi belajar matematika siswa dengan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kreativitas sedang dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas

rendah.

Peran siswa dalam model pembelajaran langsung hanya mendengarkan

baik dalam bentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek. Pembelajaran

langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan

langsung oleh guru kepada siswa. Pembelajaran yang didominasi oleh guru

sebagai sumber informasi. Akibatnya siswa cenderung pasif dan mudah jenuh

dengan hanya memperhatikan guru, menghafal rumus tertentu dan

mengaplikasikan ke dalam bentuk soal untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Oleh karena itu, kreativitas siswa tidak mempengaruhi prestasi

belajar matematika siswa.

Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak semua cocok

dengan kreativitas siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dalam

memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dan permasalahan yang

diajukan, dapat dirumuskan hipotesis penelitian seperti berikut.

1. Siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model penemuan

terbimbing mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada

siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

berbasis masalah dan model pengajaran langsung pada pokok bahasan

trigonometri. Siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran berbasis masalah mempunyai prestasi belajar matematika

lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran langsung pada pokok bahasan trigonometri.

2. Siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

daripada siswa dengan kreativitas yang sedang dan rendah. Sedangkan siswa

dengan kreativitas yang sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa

dengan kreativitas yang rendah.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3. Siswa dengan kreativitas tinggi, prestasi belajar matematika siswa dengan

pembelajaran model penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa dengan

model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung.

Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran berbasis

masalah lebih baik daripada siswa dengan model pembelajaran langsung.

Siswa dengan kreativitas sedang, prestasi belajar siswa dengan

pembelajaran model penemuan terbimbing dan model pembelajaran

berbasis masalah memberikan hasil yang sama, dan prestasi belajar siswa

dengan pembelajaran model penemuan terbimbing dan model pembelajaran

berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang menggunakan model

pembelajaran langsung. Sedangkan siswa dengan kreativitas rendah, model

penemuan terbimbing, model pembelajaran berbasis masalah dan model

pembelajaran langsung memberikan hasil yang sama dalam prestasi

belajarnya.

4. Pada model penemuan terbimbing, prestasi belajar matematika siswa dengan

kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan

rendah. Prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang lebih

baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Pada model pembelajaran

berbasis masalah, prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas

tinggi dan sedang memberikan hasil yang sama dan siswa dengan kreativitas

sedang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Pada model

pembelajaran langsung, prestasi belajar matematika siswa memberikan hasil

yang sama untuk siswa dengan kreativitas tinggi, kreativitas sedang, dan

kreativitas rendah.