landasan teori

26
5 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1. Lansia II.1.1.1. Definisi dan Batasan Lanjut Usia Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoatmodjo,2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia (lansia) adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun, Lansia (elderly): usia 60-74 tahun, Lansia tua (old): usia 75-90 tahun, Usia sangat tua (very old) : usia di atas 90 tahun Menurut UU no.13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Batasan usia lanjut menurut Departemen Kesehatan (2006) dibagi atas : Virilitas (praseneium) : Masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun); Usia lanjut dini (senescen) : Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun), Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia di atas 65 tahun. II.1.2. Proses Menua II.1.2.1. Definisi Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat kematian (Maryam, 2008). Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

Upload: indahwardani-petra

Post on 01-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: landasan teori

5

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Pustaka

II.1.1. Lansia

II.1.1.1. Definisi dan Batasan Lanjut Usia

Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu

proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade

(Notoatmodjo,2007).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia (lansia)

adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia

60 tahun ke atas.

Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:

Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun, Lansia (elderly): usia

60-74 tahun, Lansia tua (old): usia 75-90 tahun, Usia sangat tua (very

old) : usia di atas 90 tahun

Menurut UU no.13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas. Batasan usia lanjut menurut Departemen

Kesehatan (2006) dibagi atas : Virilitas (praseneium) : Masa persiapan

usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun); Usia

lanjut dini (senescen) : Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut

dini (usia 60-64 tahun), Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai

penyakit degeneratif : usia di atas 65 tahun.

II.1.2. Proses Menua

II.1.2.1. Definisi

Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak

konsepsi dan berakhir saat kematian (Maryam, 2008).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

Page 2: landasan teori

6

bertahan terhadap trauma (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Darmojo, 2006).

Menua merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada

seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan

perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan

kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010).

II.1.2.2.Teori Proses Menua

Menurut Maryam (2008), ada beberapa teori yang berkaitan dengan

proses penuaan:

Teori Biologi

Teori biologi mencakup teori :

- Teori genetik dan mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya

akan mengalami mutasi. Pada teori biologi dikenal istilah

’pemakaian dan perusakan’ (wear and tear) yang terjadi karena

kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi

lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya

peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada

perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

- Immunology slow theory

Menurut immunolgy slow theory, sistem imun menjadi efektif

dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh

yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

- Teori Stres

Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya

sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,

dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

- Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) yang mengakibatkan oksidasi

Page 3: landasan teori

7

oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.

Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

- Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-

sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan dan hilangnya fungsi sel.

Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional

yang efektif.

Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,

kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan

mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.

Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi pula

penurunan kemampuan untuk menerima, memproses dan merespons

stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari

stimulus yang ada.

Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis

organ otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata

mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut,

kemampuan memberi alasan secara abstrak, dan melakukan

penghitungan.

Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suat

kejadian/peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori

terdiri atas tiga komponen sebagai berikut ingatan yang paling singkat

segera (contohnya : pengulangan angka), ingatan jangka pendek

(contohnya: peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari lalu) dan

ingatan jangka panjang.

Page 4: landasan teori

8

Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal.

Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia

juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap

bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.

Teori Sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan

yaitu

- Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada

suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau (1964)

mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas

hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons

(1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus

menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan

status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-

menukar. Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan

kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-

besarnya dan menekan kerugian hingga sesedikit mungkin.

Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok

mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi

atau kelompok lainnya.

Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga

menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa

hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti

perintah. Pokok-pokok interaksi sosial adalah sebagai berikut:

masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing, dalam upaya tersebut terjadi interaksi

sosial yang memerlukan biaya dan waktu, untuk mencapai tujuan

yang hendak dicapai seorang aktor harus mengeluarkan biaya,

aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah

Page 5: landasan teori

9

terjadinya kerugian, hanya interaksi yang ekonomis saja yang

dipertahankan olehnya.

- Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling

awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry

(1961). Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat

kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan

menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

Para lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu :

kehilangan peran, hambatan kontak sosial, berkurangnya

komitmen. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami

proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan

terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta

mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya.

Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut : pada

pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun.

Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam

keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta

meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah; lansia dan

masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia

dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang,sedangkan kaum

muda memperoleh kerja yang lebih luas. Tiga aspek utama dalam

teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidup.

Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini harus diterima oleh

lansia dan masyarakat.

- Teori aktivitas

Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon

et al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses

bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan

dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut

lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.

Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di lain sisi

Page 6: landasan teori

10

dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan,

kakek atau nenek, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal

wafat pasangan hidupnya.

Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses

penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan

berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa

mudanya.

Pokok-pokok teori aktivitas adalah: moral dan kepuasan

berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari

lansia di masyarakat; kehilangan peran akan menghilangkan

kepuasan seorang lansia.

- Teori kesinambungan

Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini

mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan

lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat

terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata

tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.

Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut:

lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif

dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di

masa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus

dipertahankan atau dihilangkan; peran lansia yang hilang tak perlu

diganti; lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara

untuk beradaptasi.

- Teori perkembangan

Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas

perkembangan (developmental tasks) selama hidup yang harus

dilaksanakan lansia yaitu: penyesuaian terhadap penurunan

kemampuan fisik dan psikis; penyesuaian terhadap pensiun dan

penurunan pendapatan; menemukan makna kehidupan;

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan; menemukan

Page 7: landasan teori

11

kepuasan dalam hidup berkeluarga; penyesuaian diri terhadap

kenyataan akan meninggal dunia; menerima dirinya sebagai

seorang lansia.

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi

tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia

terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif

ataupun negatif.

Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai

berikut: masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa

kehidupannya; masa tua merupakan masa penyesuaian diri

terhadap kenyataan sosial yang baru, yaitu pensiun dan/ atau

menduda/ menjanda; lansia harus menyesuaikan diri sebgai akibat

perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan

hubungan sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh

pasangan hidup dan teman-temannya.

- Teori stratifikasi usia

Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia

kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya

perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka

berdasarkan usia.

Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah

struktur dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia

adalah sebagai berikut: arti usia dan posisi kelompok usia bagi

masyarakat, terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok,

terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan

yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan

untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro.

Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk

menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi

sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas

dan kelompok etnik (Maryam,2008).

Page 8: landasan teori

12

Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang

arti kehidupan. James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan

kepercayaan (Wong, et.al. 1999). Fowler juga meyakini bahwa

kepercayaan/ demensi spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti

bagi kehidupan seseorang. Fowler juga berpendapat bahwa

perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari

prinsip cinta dan keadilan.

II.1.2.3. Konsep Menua Sehat

Menua atau menjadi tua (aging) merupakan proses yang akan

dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari. Yang diusahakan

adalah tetap sehat pada saat menua (menua sehat atau healthy aging).

Proses menua dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen yang dapat

menjadi faktor risiko penyakit degeneratif yang bisa dimulai sejak usia

muda atau produktif, namun bersifat subklinis.

Menua sehat akan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

1. Menua endogenik yang dimulai dengan menuanya sel-sel tubuh,

jaringan tubuh, dan anatomi tubuh ke arah proses menuanya organ

tubuh.

2. Faktor eksogenik dapat dibagi dalam sebab lingkungan di mana

seseorang hidup dan faktor sosio-budaya yang paling tepat disebut

gaya hidup (Fatmah,2010).

Page 9: landasan teori

13

Gambar 1. Model Menua Sehat

Sumber : Fatmah, 2010

Menurut R.Boedhi Darmojo mengemukakan 7 kiat menuju

usia tua yang sehat disebut “BAHAGIA”

1. Berat badan berlebihan harus dihindari

2. Atur makanan menuju gizi seimbang

3. Hindari faktor resiko penyakit degeneratif

4. Agar tetap berguna dengan mempunyai kegiatan yang

bermanfaat

5. Gerak badan teratur wajib dilakukan

6. Iman dan taqwa ditingkatkan

7. Awasi kesehatan dengan pemeriksaan badan secara berkala

(Handayani.2003)

II.1.2.4. Perubahan Pada Lansia

Menurut Maryam (2008), perubahan yang terjadi pada lansia

meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis.

Perubahan Fisiologis Tubuh

- Penurunan Fungsi Panca Indera

• Pengelihatan :respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap

gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun,

dan katarak.

Page 10: landasan teori

14

• Pendengaran : membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

• Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut

dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,

vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat

menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh

berlebihan seperti tanduk.

- Penurunan Sistem Tubuh

• Sistem Imun : Penurunan respons imunitas selular yang

disebabkan oleh perubahan terhadap antigennya atau kehilangan

memori imunologik, kadar IgM cenderung menurun di dalam

darah.

• Sistem Persarafan : saraf panca indera mengecil sehingga

fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan waktu

bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang

atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan

berkurangnya respons motorik dan refleks.

• Sistem Gastrointestinal : banyak gigi yang tanggal dan kerusakan

gusi karena proses degenerasi, fungsi pengecap berkurang karena

papila di ujung lidah berkurang, esofagus melebar, asam lambung

menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga daya

absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta

fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan

berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.

• Sistem Respirasi : otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan

kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat

sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan

jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi

penyempitan pada bronkus.

• Sistem Endokrin : produksi hormon menurun, menurunnya

kativitas BMR (basal metabolic rate).

Page 11: landasan teori

15

• Sistem Muskuloskletal : cairan tulang menurun sehingga mudah

rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar

dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut

dan mengalami skoliosis.

• Sistem Genitourinaria : ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal

menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus

menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urin ikut

menurun, otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya

menurun, dan retensi urine.

• Sistem Kardiovaskular : katup pompa jantung menebal,

kemampuan memompa dara menurun, elastisitas pembuluh darah

menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

sehingga tekanan darah meningkat.

- Perubahan Komposisi Tubuh

Menua ditandai dengan kehilangan secara progresif massa

otot dan tulang serta peningkatan lemak tubuh yang ditandai

dngan terdistribusinya lemak subkutan dari ekstremitas ke batang

tubuh yang dimulai pada usia awal 40 tahun.

Perubahan Sosial

Peran : post power syndrome, single woman dan single parent ;

Keluarga : kesendirian, kehampaan; Teman : ketika teman lansia

meninggal, muncul perasaan kapan ia meninggal; Abuse : kekerasan

dalam bentuk verbal (dibentak); Masalah hukum : berkaitan dengan

perlindungan aset dan kekayaan pribadi yang dikumpulkan sewaktu

muda; Pensiun; Ekonomi; Rekreasi; Keamanan; Transportasi; Politik;

Pendidikan; Agama; Panti jompo.

Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,

frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.

Page 12: landasan teori

16

II.1.3. Gizi Lansia

II.1.3.1. Definisi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,2001).

II.1.3.2. Peranan Zat-Zat Gizi Pada Lansia

Saat mulai terjadinya proses penuaan tidak sama untuk setiap

orang, ada yang lebih cepat, tetapi ada pula yang lebih lambat

dibandingkan dengan usianya.

Dibedakan 2 macam usia yaitu :

1. Usia kronologis (chronological age)

2. Usia biologis (biological age)

Yang dimaksud dengan usia kronologis adalah usia yang dicapai

seseorang dalam kehidupan dihitung menurut kalender, sedangkan usia

biologis adalah usia yang terlihat dari kondisi jaringan tubuh orang

tersebut.usia biologis dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya faktor

lingkungan, sinar matahari, stres, rokok, gizi dan sebagainya.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa zat gizi tertentu dapat

memperlambat proses penuaan (Fatmah,2010).

II.1.3.3. Kebutuhan Zat Gizi Lansia

Banyaknya tiap-tiap zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari

makanan sehari-hari untuk mencegah defisiensi zat gizi disebut Angka

Kecukupan Gizi (AKG). AKG dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

berat badan, aktivitas fisik, dan keadaan fisiologis seperti hamil atau

menyusui (Fatmah,2010).

II.1.3.4. Pedoman Umum Gizi Seimbang Indonesia

Untuk mendapatkan gizi yang seimbang, lansia perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Makan Aneka Ragam Makanan

2. Makan Sumber Karbohidrat Kompleks

3. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak

Page 13: landasan teori

17

4. Makan Cukup Sumber Zat Besi

5. Minum Air

6. Kurangi Jajanan

7. Perbanyak Konsumsi Hewan Laut

8. Gunakan Garam Beriodium

9. Perbanyak Konsumsi Sayur dan Buah Berwarna Hijau,

Kuning, Oranye

10. Hindari Minuman Beralkohol

11. Dianjurkan untuk Minum Susu Skim atau Rendah Lemak

12. Sarapan

13. Berhati-hati Menggunakan Makanan Dalam Kemasan

(Darmojo,2006).

II.1.4. Status Gizi

II.1.4.1. Pengertian Status Gizi

Status Gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau

kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan

energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang

dampak fisiknya diukur secara antropometri (Almatsier, 2001).

Menurut Supariasa (2001), status gizi merupakan ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan

nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

II.1.4.2. Penilaian Status Gizi Lansia

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Antropometri

Adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh

manusia secara kuantitatif.

Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau

ukuran tubuh, yaitu tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Akan

tetapi, pengukuran tinggi badan lansia sangat sulit dilakukan mengingat

adanya masalah postur tubuh seperti terjadinya kifosis atau

pembengkokan tulang punggung, sehingga lansia tidak dapat berdiri

Page 14: landasan teori

18

tegak. Oleh karena itu, pengukuran tinggi lutut, panjang depa, dan

tinggi duduk dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan.

- Tinggi Lutut

Direkomendasikan oleh WHO (1999) untuk digunakan sebagai

prediktor tinggi badan pada seseorang lansia yang berusia kurang lebih

60 tahun. Proses bertambahnya usia tidak berpengaruh terhadap tulang

yang panjang sepeerti lengan dan tungkai, tetapi sangat berpengaruh

terhadap tulang belakang.

Tinggi lutut diukur dengan kaliper berisi mistar pengukuran

dengan mata pisau menempel pada sudut 90o. Alat yang digunakan

adalah alat ukur tinggi lutut yang terbuat dari kayu. Subjek yang diukur

ditempatkan dalam posisi duduk, atau berbaring (atau tidur).

Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subjek antara tulang tibia dengan

tulang paha dengan membentuk sudut 90o. Alat ukurnya ditempatkan di

antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang patela. Pembacaan

skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm. Hasil

pengukuran dalam sentimeter dikonversikan menjadi tinggi badan (TB)

menggunakan rumus Chumlea:

• TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut

dalam cm)

• TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi

lutut dalam cm)

- Panjang Depa

Panjang depa merupakan salah satu prediktor tinggi badan lansia.

Pengukuran panjang depan pada lansia diukur dengan alat mistar

panjang 2 meter. Subjek yang diukur harus memiliki kedua tangan yang

dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral dan

tidak dikepal. Subjek berdiri dengan kaki dan bahu menempel pada

tembok sepanjang pita pengukuran yang ditempel di tembok.

Pembacaan dilakukan dengan skala 0,1 cm mulai dari bagian ujung jari

tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri.

Page 15: landasan teori

19

- Tinggi Duduk

Tinggi duduk diukur dengan alat ukur antropometer yang terdiri

dari bangku duduk ukuran 44 x 44 x 44 cm bagi lansia pria, dan 40 x 40

x 40 cm bagi lansia wanita, dan mikrotoa untuk membaca hasil

pengukuran. Lansia yang akan diukur harus duduk dengan posisi tubuh

tegak, tangan menggantung lemas di atas paha, kedua kaki tanpa alas

kaki dirapatkan ke dinding bangku, dan mata menatap lurus ke depan.

Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang tertempel di dinding dan

selanjutnya dihitung tinggi dari atas kepala hingga permukaan bangku

dalam satuan cm.

- Berat Badan

Adalah variabel antropometri yang sering digunakan dan hasilnya

cukup akurat. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah

timbangan injak digital (seca). Subjek diukur dalam posisi berdiri

dengan ketentuan subjek memakai pakaian seminimal mungkin, tanpa

isi kantong dan sandal. Pembacaan skala dilakukan pada alat dengan

ketelitian 0,1 kg.

Selanjutnya data tinggi lutut dan berat badan dimasukkan ke

dalam rumus IMT :

Dengan pengelompokan IMT untuk klasifikasi status gizi lansia

Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Lansia

IMT Status Gizi

<20 kg/m2 Gizi kurang (underweight)

20-25 kg/m2 Normal

25-30 kg/m2 Gizi lebih (overweight)

>30 kg/m2 Obesitas

Sumber : WHO,1999

Page 16: landasan teori

20

Tabel 2. Kategori status gizi lansia berdasarkan Indeks

Massa Tubuh

IMT Status Gizi

<18,5 kg/m2 Gizi kurang

18,5-25 kg/m2 Gizi normal

>25 kg/m2 Gizi lebih

Sumber : Depkes RI,2005

Klinis

Cara pengukuran ini didasarkan pada perubahan-perubahan yang

terjadi pada jaringan epitel atau bagian tubuh lain terutama pada mata,

kulit, dan rambut. Selain itu, pengamatan juga dapat dilakukan pada

bagian tubuh yang dapat diraba dan dilihat atau bagian tubuh lain yang

terletak dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Cara ini relatif

murah dan tidak memerlukan peralatan canggih, namun hasilnya sangat

subjektif dan membutuhkan tenaga terlatih (Fatmah,2010).

Biokimia

Merupakan cara penilaian yang lebih sensitif dan mampu

menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada lansia, seperti

hiperlipidemia, kurang kalori protein, dan anemia defisiensi besi (Fe)

dan asam folat. Plasma dan serum memberikan gambaran hasil

masukan jangka pendek, sedangkan cadangan dalam jaringan

menggambarkan status gizi dalam waktu lama (Fatmah,2010).

Biofisik

Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta

senja epidemik dan cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi

tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

- Survei Konsumsi Makanan

Metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan

melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Page 17: landasan teori

21

Metode yang umum digunakan terbagi 2 :

• Jangka pendek : mengumpulkan informasi data makanan saat ini.

Alat ukur : 24 hours food recall dan lebih dari 2 hari (dietary

record).

• Jangka panjang : mengumpulkan informasi tentang makanan yang

biasa dikonsumsi sebulan atau setahun yang lalu. Alat ukur :

dietary history atau food frequency questionnaire (FFQ).

Page 18: landasan teori

22

Tabel 3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Survei Konsumsi Makanan

Jenis

pengukuran

Teknik Keunggulan Kelemahan

24 hours food

recall

Wawancara langsung kepada

responden oleh pewawancara.

Menanyakan jenis dan jumlah

seluruh makanan berserat dan

minuman yang dikonsumsi dalam

24 jam terakhir sebelum wawancara

berlangsung.

Keandalan cukup tinggi,

sehingga dapat diterapkan

pada populasi dngan etnik

yang berbeda-beda.

Tidak harus bisa membaca

dan menulis.

Penolakan responden

kemungkinannya kecil.

Memerlukan ketrampilan

pewawancara yang tinggi.

Pewawancara harus

mengenal kebiasaan makan

pendduk setempat guna

memperoleh jawaban

lengkap dan rinci, serta

untuk mengontrol data.

dietary record Pengumpulan data konsumsi

makanan dan minuman selama 3

hari terakhir pada hari kerja dan

akhir pekan untuk memperoleh

informasi rata-rata makanan yang

dikonsumsi dalam satu individu.

Lebih akurat karena

menggunakan metode

penimbangan yang dianggap

sebagai gold standard.

Tidak tergantung pada

memori responden.

Pola makan harian bisa

berubah atau dipengaruhi

oleh proses pencatatan.

Tidak buta huruf.

Kemungkinan terjadi

penolakan cukup tinggi.

food frequency

questionnaire

(FFQ).

Menanyakan responden tentang

frekuensi konsumsi makanan telah

terdaftar dalam formulir untuk

waktu-waktu tertentu (biasanya

pada bulan lalu), dan biasanya diisi

sendiri oleh responden.

Rancangan FFQ yang menyeluruh

digunakan untuk mengestimasi

sejumlah besar nutrien dalam 50-

150 jenis makanan.

Memerlukan waktu yang

singkat untuk mengecek

jawaban responden dalam

kuesioner.

Relatif murah.

Tidak mempengaruhi

kebiasaan makan responden.

Penolakan oleh responden

biasanya kecil.

Cocok bagi survei untuk

jumlah populasi besar.

Memerlukan memori atas

pola makan di masa lalu

dan asupan saat ini

mungkin mempengaruhi

pelaporan di masa lampau.

Mungkin kurang teliti dan

seringkali perhitungan

kompleks dibtuhkan untuk

estimasi frekuensi.

Dietary History Terdri dari 3 komponen alat ukur

yaitu :

1. 24 hours recall

2.FFQ

3. 3 hari dietary record

Membutuhkan ketrampilan

pewawancara yang tinggi,

waktu yang lama, dan

kemungkinan penolakan

oleh responden yang cukup

tinggi.

Sumber : Fatmah, 2010

Page 19: landasan teori

23

- Statistik Vital

Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan

seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan

dan kematian akibat penyakit tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi (Fatmah,2010).

- Faktor Ekologi

Merupakan hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis

dan lingkungan budaya. Adat dapat diperoleh dari sumber

sebagai berikut : observasi, catatan lokal dari balai desa

ataupun dari survei khusus menggunakan kuesioner.

(Fatmah,2010).

II.1.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia

Usia

Seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan

lemak menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral

meningkat karena ketiganya berfungsi sebagai antioksidan untuk

melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.

Beberapa perubahan pada komposisi tubuh manusia terjadi seiring

peningkatan usia. Studi tentang perubahan antropometri pada lansia di

Kanada menunjukkan perubahan tinggi badan lansia di panti werdha

sebesar 2 cm terutama pada lansia di atas usia 90 tahun dan lansia

dengan demensia (Fatmah,2010).

Jenis Kelamin

Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan

kalori, protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan tingkat

aktivitas fisik.

Suatu longitudinal studi terhadap pria dan wanita lansia yang

dilakukan di Swedia menunjukkan penurunan berat badan pada usia 70-

81 tahun, dengan rata-rata penurunan 7 kg pada pria dan 6 kg pada

wanita selama 10 tahun. Penurunan berat badan ini disebabkan oleh

adanya penurunan lemak tubuh. Data cross sectional juga menunjukkan

adanya perubahan tinggi badan. Tinggi badan pada usia 60-64 tahun

Page 20: landasan teori

24

jika dibandingkan dengan tinggi badan pada usia 20-24 tahun lebih

rendah 5-6 cm pada pria, dan 3 cm pada wanita. Hal ini disebabkan oleh

berkurangnya kelurusan tulang (Fatmah,2010).

Sosioekonomi

Pencapaian tinggi badan merupakan hasil kombinasi antara faktor-

faktor-faktor lingkungan dan genetik. Peningkatan standar kehidupan

ekonomi dapat memperbaiki pertumbuhan tinggi badan manusia

melalui gizi dan berkurangnya penyakit. Tinggi badan yang rendah atau

pendek dihubungkan dengan rendahnya tingkat pendidikan.

Kemiskinan mempengaruhi pola asupan makanan yang mengandung

zat gizi, sehingga individu yang berasal dari keluarga kurang mampu

cenderung kurang mengkonsumsi makanan bergizi antara lain Ca dan P

yang penting bagi pertumbuhan tulang (Fatmah,2010).

Status perkawinan merupakan salah satu karakteristik sosial yang

mendapat perhatian para demografer. Perubahan lingkungan sosial

seperti perubahan kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan

pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dari kehidupan

sosial dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu

makan yang berdampak pada penurunan status gizi lansia

(Herry,2008).

Menurut Berg (1987), kualitas dan kuantitas konsumsi makanan

dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Pengetahuan makanan yang

sehat sering kurang dipahami oleh golongan tingkat pendidikannya

rendah, mereka lebih mengutamakan rasa dan harga daripada nilai sehat

makanan. Pendidikan yang telah ditempuh lansia akan mempengaruhi

wawasan, pola pikir, dan pola perilaku dalam kehidupannya

(Herry,2008).

Menurut Powers (1980) terdapat kecenderungan bahwa dengan

meningkatnya pendapatan nasional maka akan meningkat pula

prevalensi kegemukan. Kemajuan di bidang sosial ekonomi akan

mengakibatkan terjadinya perubahan pola konsumsi ke arah pangan

yang berkalori dengan harga yang lebih mahal (Herry,2008).

Page 21: landasan teori

25

Gaya Hidup

Gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang

mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial

berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan

tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-

minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam

mengelola stres yang dialami (Puspita.2009).

Aktivitas Fisik

Semakin bertambahnya usia seseorang, maka aktivitas fisik yang

dilakukannya semakin menurun. Pada lansia yang aktivitas fisiknya

menurun, asupan energi harus dikurangi untuk mencapai keseimbangan

energi dan mencegah terjadinya obesitas, karena salah satu faktor yang

menentukan berat badan seseorang adalah keseimbangan antara

masukan energi dengan keluaran energi. Selain memberi keuntungan

pada kontrol berat badan, aktivitas fisik juga memberikan keuntungan

lain, di antaranya yaitu efek positif terhadap metabolisme energi,

memberikan latihan pada jantung, dan menurunkan risiko diabetes

mellitus karena kativitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin.

Penurunan aktivitas fisik pada lansia dapat meningkatkan risiko

penyakit degeneratif (Fatmah,2010).

Menurut Almatsier (2003), untuk menaksir kebutuhan energi,

aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya aktivitas :

ringan, sedang, berat.

Page 22: landasan teori

26

Tabel 4. Angka kecukupan energi untuk tingkat

aktivitas fisik untuk laki-laki dan perempuan

Kelompok aktivitas Jenis kegiatan Faktor aktivitas

Ringan 75% waktu digunakan

untuk duduk. 25% waktu

untuk berdiri dan bergerak

1.56 (laki-laki)

1.55 (perempuan)

Sedang 40% waktu digunakan

untuk duduk atau berdiri.

60% waktu digunakan

untuk aktivitas pekerjaan

tertentu

1.76 (laki-laki)

1.75 (perempuan)

Berat 25% waktu digunakan

untuk duduk atau berdiri.

75% waktu digunakan

untuk aktivitas pekerjaan

tertentu.

2,10 (laki-laki)

2.00 (perempuan)

Sumber : Almatsier,2003

Perubahan Fisiologi Tubuh Akibat Penuaan

Kemunduran fungsi organ tubuh merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari lansia seperti perubahan hormon, penurunan fungsi

sistem tubuh, perubahan komposisi tubuh (Fatmah,2010).

Penyakit

Jika seorang lansia memiliki penyakit degeneratif, maka asupan

gizinya sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan

ketersediaan dan kebutuhan zat gizi dalam tubuh lansia. Sebagai

contoh, lansia yang mnderita penyakit jantung koroner sebaiknya

meningkatkan konsumsi serat untuk menurunkan plasma kolesterol

(Fatmah,2010).

Pengobatan

Obat-obatan yang dikonsumsi untuk menyembuhkan penyakit

dapat menimbulkan efek samping dan menghasilkan interaksi negatif

dengan zat-zat gizi dalam tubuh. Beberapa obat, misalnya obat untuk

pasien kanker, dapat menurunkan nafsu makan, bahkan dapat

menyebabkan mual, muntah dan berbagai rasa tidak enak lainnya

(Fatmah,2010).

Page 23: landasan teori

27

Asupan Zat Gizi

Asupan gizi dari makanan mempengaruhi proses menjadi tua

karena seluruh aktivitas sel (metabolisme tubuh) memerlukan nutrien

yang cukup selain faktor penyakit dan lingkungan. Berkurangnya BMR

yang disebabkan karena kehilangan berat badan akan menyebabkan

penurunan aktivitas fisik tubuh,menurunnya kebutuhan energi serta

berkurangnya asupan makanan (Fatmah.2010).

Page 24: landasan teori

28

II.2. Kerangka Teori

Bagan 1. Kerangka Teori

Page 25: landasan teori

29

II.3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian

Bagan 2. Kerangka Konsep

II.4. Penelitian Terkait

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tempat &

Tahun

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1.

Hubungan

Karakteristik

Individu, Gaya

Hidup, dan

Faktor Gizi

terhadap Status

IMT

Herry

Di 3 Posbindu

Kelurahan

Rangkapan Jaya

Lama Kecamatan

Pancoran

Mas,Depok

tahun 2008

Metode

pendekatan

kuantitatif

dengan

menggunakan

desain cross-

sectional

Karakteristik, gaya

hidup, faktor gizi

lansia

Status IMT lansia

terdapat hubungan

antara merokok dengan

status gizi.

2. Faktor-Faktor

Yang

Berhubungan

Dengan Status

Gizi Lansia

Tatiek

Sukesi

Di Sasana Tresna

Werdha Karya

Bhakti Ria

Pembangunan

Jakarta tahun

2002

Metode analitik

dengan

menggunakan

desain cross-

sectional

Karakte- ristik

individu, status

kesehatan, aktivitas

fisik, konsumsi

energy, nafsu makan

Status gizi lansia

Terdapat hubungan

antara jenis kelamin,

status perkawinan,

status pekerjaan, lama

tinggal di panti, keluhan

dan status kesehatan.

1. Status perkawinan lansia wanita

2. Pekerjaan lansia wanita 3. Pendidikan lansia

wanita 4. Pendapatan lansia

wanita

STATUS GIZI LANSIA WANITA

Variabel Independen

Variabel dependen

Page 26: landasan teori

30

II.5. Hipotesis Penelitian

H1 : Ada hubungan antara status perkawinan dengan status gizi lansia

wanita.

H2: Ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi lansia wanita.

H3: Ada hubungan antara pekerjaan dengan status gizi lansia wanita.

H4: Ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi lansia wanita.