Download - landasan teori
5
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
II.1.1. Lansia
II.1.1.1. Definisi dan Batasan Lanjut Usia
Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoatmodjo,2007).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia (lansia)
adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia
60 tahun ke atas.
Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun, Lansia (elderly): usia
60-74 tahun, Lansia tua (old): usia 75-90 tahun, Usia sangat tua (very
old) : usia di atas 90 tahun
Menurut UU no.13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Batasan usia lanjut menurut Departemen
Kesehatan (2006) dibagi atas : Virilitas (praseneium) : Masa persiapan
usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun); Usia
lanjut dini (senescen) : Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun), Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai
penyakit degeneratif : usia di atas 65 tahun.
II.1.2. Proses Menua
II.1.2.1. Definisi
Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak
konsepsi dan berakhir saat kematian (Maryam, 2008).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
6
bertahan terhadap trauma (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Darmojo, 2006).
Menua merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada
seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan
perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan
kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010).
II.1.2.2.Teori Proses Menua
Menurut Maryam (2008), ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan:
Teori Biologi
Teori biologi mencakup teori :
- Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Pada teori biologi dikenal istilah
’pemakaian dan perusakan’ (wear and tear) yang terjadi karena
kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi
lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya
peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada
perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
- Immunology slow theory
Menurut immunolgy slow theory, sistem imun menjadi efektif
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
- Teori Stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,
dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
- Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) yang mengakibatkan oksidasi
7
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
- Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-
sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,
kekacauan dan hilangnya fungsi sel.
Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif.
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan
mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses dan merespons
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada.
Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis
organ otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata
mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut,
kemampuan memberi alasan secara abstrak, dan melakukan
penghitungan.
Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suat
kejadian/peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori
terdiri atas tiga komponen sebagai berikut ingatan yang paling singkat
segera (contohnya : pengulangan angka), ingatan jangka pendek
(contohnya: peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari lalu) dan
ingatan jangka panjang.
8
Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal.
Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia
juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap
bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.
Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan
yaitu
- Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau (1964)
mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas
hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons
(1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan
status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-
menukar. Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan
kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-
besarnya dan menekan kerugian hingga sesedikit mungkin.
Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok
mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi
atau kelompok lainnya.
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga
menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa
hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti
perintah. Pokok-pokok interaksi sosial adalah sebagai berikut:
masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing, dalam upaya tersebut terjadi interaksi
sosial yang memerlukan biaya dan waktu, untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai seorang aktor harus mengeluarkan biaya,
aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah
9
terjadinya kerugian, hanya interaksi yang ekonomis saja yang
dipertahankan olehnya.
- Teori penarikan diri
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling
awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry
(1961). Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat
kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan
menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Para lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu :
kehilangan peran, hambatan kontak sosial, berkurangnya
komitmen. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami
proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan
terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta
mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya.
Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut : pada
pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun.
Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam
keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta
meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah; lansia dan
masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia
dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang,sedangkan kaum
muda memperoleh kerja yang lebih luas. Tiga aspek utama dalam
teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidup.
Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini harus diterima oleh
lansia dan masyarakat.
- Teori aktivitas
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon
et al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut
lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di lain sisi
10
dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan,
kakek atau nenek, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal
wafat pasangan hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses
penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan
berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa
mudanya.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah: moral dan kepuasan
berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari
lansia di masyarakat; kehilangan peran akan menghilangkan
kepuasan seorang lansia.
- Teori kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut:
lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di
masa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan; peran lansia yang hilang tak perlu
diganti; lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara
untuk beradaptasi.
- Teori perkembangan
Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas
perkembangan (developmental tasks) selama hidup yang harus
dilaksanakan lansia yaitu: penyesuaian terhadap penurunan
kemampuan fisik dan psikis; penyesuaian terhadap pensiun dan
penurunan pendapatan; menemukan makna kehidupan;
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan; menemukan
11
kepuasan dalam hidup berkeluarga; penyesuaian diri terhadap
kenyataan akan meninggal dunia; menerima dirinya sebagai
seorang lansia.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi
tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia
terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif
ataupun negatif.
Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai
berikut: masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya; masa tua merupakan masa penyesuaian diri
terhadap kenyataan sosial yang baru, yaitu pensiun dan/ atau
menduda/ menjanda; lansia harus menyesuaikan diri sebgai akibat
perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan
hubungan sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh
pasangan hidup dan teman-temannya.
- Teori stratifikasi usia
Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia
kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya
perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka
berdasarkan usia.
Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah
struktur dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia
adalah sebagai berikut: arti usia dan posisi kelompok usia bagi
masyarakat, terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok,
terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan
yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan
untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi
sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas
dan kelompok etnik (Maryam,2008).
12
Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang
arti kehidupan. James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan
kepercayaan (Wong, et.al. 1999). Fowler juga meyakini bahwa
kepercayaan/ demensi spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti
bagi kehidupan seseorang. Fowler juga berpendapat bahwa
perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari
prinsip cinta dan keadilan.
II.1.2.3. Konsep Menua Sehat
Menua atau menjadi tua (aging) merupakan proses yang akan
dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari. Yang diusahakan
adalah tetap sehat pada saat menua (menua sehat atau healthy aging).
Proses menua dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen yang dapat
menjadi faktor risiko penyakit degeneratif yang bisa dimulai sejak usia
muda atau produktif, namun bersifat subklinis.
Menua sehat akan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Menua endogenik yang dimulai dengan menuanya sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, dan anatomi tubuh ke arah proses menuanya organ
tubuh.
2. Faktor eksogenik dapat dibagi dalam sebab lingkungan di mana
seseorang hidup dan faktor sosio-budaya yang paling tepat disebut
gaya hidup (Fatmah,2010).
13
Gambar 1. Model Menua Sehat
Sumber : Fatmah, 2010
Menurut R.Boedhi Darmojo mengemukakan 7 kiat menuju
usia tua yang sehat disebut “BAHAGIA”
1. Berat badan berlebihan harus dihindari
2. Atur makanan menuju gizi seimbang
3. Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
4. Agar tetap berguna dengan mempunyai kegiatan yang
bermanfaat
5. Gerak badan teratur wajib dilakukan
6. Iman dan taqwa ditingkatkan
7. Awasi kesehatan dengan pemeriksaan badan secara berkala
(Handayani.2003)
II.1.2.4. Perubahan Pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis.
Perubahan Fisiologis Tubuh
- Penurunan Fungsi Panca Indera
• Pengelihatan :respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun,
dan katarak.
14
• Pendengaran : membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
• Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut
dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,
vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat
menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh
berlebihan seperti tanduk.
- Penurunan Sistem Tubuh
• Sistem Imun : Penurunan respons imunitas selular yang
disebabkan oleh perubahan terhadap antigennya atau kehilangan
memori imunologik, kadar IgM cenderung menurun di dalam
darah.
• Sistem Persarafan : saraf panca indera mengecil sehingga
fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan waktu
bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang
atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respons motorik dan refleks.
• Sistem Gastrointestinal : banyak gigi yang tanggal dan kerusakan
gusi karena proses degenerasi, fungsi pengecap berkurang karena
papila di ujung lidah berkurang, esofagus melebar, asam lambung
menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga daya
absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta
fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
• Sistem Respirasi : otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan
kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus.
• Sistem Endokrin : produksi hormon menurun, menurunnya
kativitas BMR (basal metabolic rate).
15
• Sistem Muskuloskletal : cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar
dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut
dan mengalami skoliosis.
• Sistem Genitourinaria : ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urin ikut
menurun, otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya
menurun, dan retensi urine.
• Sistem Kardiovaskular : katup pompa jantung menebal,
kemampuan memompa dara menurun, elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
- Perubahan Komposisi Tubuh
Menua ditandai dengan kehilangan secara progresif massa
otot dan tulang serta peningkatan lemak tubuh yang ditandai
dngan terdistribusinya lemak subkutan dari ekstremitas ke batang
tubuh yang dimulai pada usia awal 40 tahun.
Perubahan Sosial
Peran : post power syndrome, single woman dan single parent ;
Keluarga : kesendirian, kehampaan; Teman : ketika teman lansia
meninggal, muncul perasaan kapan ia meninggal; Abuse : kekerasan
dalam bentuk verbal (dibentak); Masalah hukum : berkaitan dengan
perlindungan aset dan kekayaan pribadi yang dikumpulkan sewaktu
muda; Pensiun; Ekonomi; Rekreasi; Keamanan; Transportasi; Politik;
Pendidikan; Agama; Panti jompo.
Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.
16
II.1.3. Gizi Lansia
II.1.3.1. Definisi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,2001).
II.1.3.2. Peranan Zat-Zat Gizi Pada Lansia
Saat mulai terjadinya proses penuaan tidak sama untuk setiap
orang, ada yang lebih cepat, tetapi ada pula yang lebih lambat
dibandingkan dengan usianya.
Dibedakan 2 macam usia yaitu :
1. Usia kronologis (chronological age)
2. Usia biologis (biological age)
Yang dimaksud dengan usia kronologis adalah usia yang dicapai
seseorang dalam kehidupan dihitung menurut kalender, sedangkan usia
biologis adalah usia yang terlihat dari kondisi jaringan tubuh orang
tersebut.usia biologis dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya faktor
lingkungan, sinar matahari, stres, rokok, gizi dan sebagainya.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa zat gizi tertentu dapat
memperlambat proses penuaan (Fatmah,2010).
II.1.3.3. Kebutuhan Zat Gizi Lansia
Banyaknya tiap-tiap zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari
makanan sehari-hari untuk mencegah defisiensi zat gizi disebut Angka
Kecukupan Gizi (AKG). AKG dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
berat badan, aktivitas fisik, dan keadaan fisiologis seperti hamil atau
menyusui (Fatmah,2010).
II.1.3.4. Pedoman Umum Gizi Seimbang Indonesia
Untuk mendapatkan gizi yang seimbang, lansia perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Makan Aneka Ragam Makanan
2. Makan Sumber Karbohidrat Kompleks
3. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak
17
4. Makan Cukup Sumber Zat Besi
5. Minum Air
6. Kurangi Jajanan
7. Perbanyak Konsumsi Hewan Laut
8. Gunakan Garam Beriodium
9. Perbanyak Konsumsi Sayur dan Buah Berwarna Hijau,
Kuning, Oranye
10. Hindari Minuman Beralkohol
11. Dianjurkan untuk Minum Susu Skim atau Rendah Lemak
12. Sarapan
13. Berhati-hati Menggunakan Makanan Dalam Kemasan
(Darmojo,2006).
II.1.4. Status Gizi
II.1.4.1. Pengertian Status Gizi
Status Gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau
kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan
energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang
dampak fisiknya diukur secara antropometri (Almatsier, 2001).
Menurut Supariasa (2001), status gizi merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan
nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
II.1.4.2. Penilaian Status Gizi Lansia
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
Antropometri
Adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh
manusia secara kuantitatif.
Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau
ukuran tubuh, yaitu tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Akan
tetapi, pengukuran tinggi badan lansia sangat sulit dilakukan mengingat
adanya masalah postur tubuh seperti terjadinya kifosis atau
pembengkokan tulang punggung, sehingga lansia tidak dapat berdiri
18
tegak. Oleh karena itu, pengukuran tinggi lutut, panjang depa, dan
tinggi duduk dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan.
- Tinggi Lutut
Direkomendasikan oleh WHO (1999) untuk digunakan sebagai
prediktor tinggi badan pada seseorang lansia yang berusia kurang lebih
60 tahun. Proses bertambahnya usia tidak berpengaruh terhadap tulang
yang panjang sepeerti lengan dan tungkai, tetapi sangat berpengaruh
terhadap tulang belakang.
Tinggi lutut diukur dengan kaliper berisi mistar pengukuran
dengan mata pisau menempel pada sudut 90o. Alat yang digunakan
adalah alat ukur tinggi lutut yang terbuat dari kayu. Subjek yang diukur
ditempatkan dalam posisi duduk, atau berbaring (atau tidur).
Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subjek antara tulang tibia dengan
tulang paha dengan membentuk sudut 90o. Alat ukurnya ditempatkan di
antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang patela. Pembacaan
skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm. Hasil
pengukuran dalam sentimeter dikonversikan menjadi tinggi badan (TB)
menggunakan rumus Chumlea:
• TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut
dalam cm)
• TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi
lutut dalam cm)
- Panjang Depa
Panjang depa merupakan salah satu prediktor tinggi badan lansia.
Pengukuran panjang depan pada lansia diukur dengan alat mistar
panjang 2 meter. Subjek yang diukur harus memiliki kedua tangan yang
dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral dan
tidak dikepal. Subjek berdiri dengan kaki dan bahu menempel pada
tembok sepanjang pita pengukuran yang ditempel di tembok.
Pembacaan dilakukan dengan skala 0,1 cm mulai dari bagian ujung jari
tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri.
19
- Tinggi Duduk
Tinggi duduk diukur dengan alat ukur antropometer yang terdiri
dari bangku duduk ukuran 44 x 44 x 44 cm bagi lansia pria, dan 40 x 40
x 40 cm bagi lansia wanita, dan mikrotoa untuk membaca hasil
pengukuran. Lansia yang akan diukur harus duduk dengan posisi tubuh
tegak, tangan menggantung lemas di atas paha, kedua kaki tanpa alas
kaki dirapatkan ke dinding bangku, dan mata menatap lurus ke depan.
Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang tertempel di dinding dan
selanjutnya dihitung tinggi dari atas kepala hingga permukaan bangku
dalam satuan cm.
- Berat Badan
Adalah variabel antropometri yang sering digunakan dan hasilnya
cukup akurat. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah
timbangan injak digital (seca). Subjek diukur dalam posisi berdiri
dengan ketentuan subjek memakai pakaian seminimal mungkin, tanpa
isi kantong dan sandal. Pembacaan skala dilakukan pada alat dengan
ketelitian 0,1 kg.
Selanjutnya data tinggi lutut dan berat badan dimasukkan ke
dalam rumus IMT :
Dengan pengelompokan IMT untuk klasifikasi status gizi lansia
Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Lansia
IMT Status Gizi
<20 kg/m2 Gizi kurang (underweight)
20-25 kg/m2 Normal
25-30 kg/m2 Gizi lebih (overweight)
>30 kg/m2 Obesitas
Sumber : WHO,1999
20
Tabel 2. Kategori status gizi lansia berdasarkan Indeks
Massa Tubuh
IMT Status Gizi
<18,5 kg/m2 Gizi kurang
18,5-25 kg/m2 Gizi normal
>25 kg/m2 Gizi lebih
Sumber : Depkes RI,2005
Klinis
Cara pengukuran ini didasarkan pada perubahan-perubahan yang
terjadi pada jaringan epitel atau bagian tubuh lain terutama pada mata,
kulit, dan rambut. Selain itu, pengamatan juga dapat dilakukan pada
bagian tubuh yang dapat diraba dan dilihat atau bagian tubuh lain yang
terletak dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Cara ini relatif
murah dan tidak memerlukan peralatan canggih, namun hasilnya sangat
subjektif dan membutuhkan tenaga terlatih (Fatmah,2010).
Biokimia
Merupakan cara penilaian yang lebih sensitif dan mampu
menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada lansia, seperti
hiperlipidemia, kurang kalori protein, dan anemia defisiensi besi (Fe)
dan asam folat. Plasma dan serum memberikan gambaran hasil
masukan jangka pendek, sedangkan cadangan dalam jaringan
menggambarkan status gizi dalam waktu lama (Fatmah,2010).
Biofisik
Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik dan cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi
tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
- Survei Konsumsi Makanan
Metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
21
Metode yang umum digunakan terbagi 2 :
• Jangka pendek : mengumpulkan informasi data makanan saat ini.
Alat ukur : 24 hours food recall dan lebih dari 2 hari (dietary
record).
• Jangka panjang : mengumpulkan informasi tentang makanan yang
biasa dikonsumsi sebulan atau setahun yang lalu. Alat ukur :
dietary history atau food frequency questionnaire (FFQ).
22
Tabel 3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Survei Konsumsi Makanan
Jenis
pengukuran
Teknik Keunggulan Kelemahan
24 hours food
recall
Wawancara langsung kepada
responden oleh pewawancara.
Menanyakan jenis dan jumlah
seluruh makanan berserat dan
minuman yang dikonsumsi dalam
24 jam terakhir sebelum wawancara
berlangsung.
Keandalan cukup tinggi,
sehingga dapat diterapkan
pada populasi dngan etnik
yang berbeda-beda.
Tidak harus bisa membaca
dan menulis.
Penolakan responden
kemungkinannya kecil.
Memerlukan ketrampilan
pewawancara yang tinggi.
Pewawancara harus
mengenal kebiasaan makan
pendduk setempat guna
memperoleh jawaban
lengkap dan rinci, serta
untuk mengontrol data.
dietary record Pengumpulan data konsumsi
makanan dan minuman selama 3
hari terakhir pada hari kerja dan
akhir pekan untuk memperoleh
informasi rata-rata makanan yang
dikonsumsi dalam satu individu.
Lebih akurat karena
menggunakan metode
penimbangan yang dianggap
sebagai gold standard.
Tidak tergantung pada
memori responden.
Pola makan harian bisa
berubah atau dipengaruhi
oleh proses pencatatan.
Tidak buta huruf.
Kemungkinan terjadi
penolakan cukup tinggi.
food frequency
questionnaire
(FFQ).
Menanyakan responden tentang
frekuensi konsumsi makanan telah
terdaftar dalam formulir untuk
waktu-waktu tertentu (biasanya
pada bulan lalu), dan biasanya diisi
sendiri oleh responden.
Rancangan FFQ yang menyeluruh
digunakan untuk mengestimasi
sejumlah besar nutrien dalam 50-
150 jenis makanan.
Memerlukan waktu yang
singkat untuk mengecek
jawaban responden dalam
kuesioner.
Relatif murah.
Tidak mempengaruhi
kebiasaan makan responden.
Penolakan oleh responden
biasanya kecil.
Cocok bagi survei untuk
jumlah populasi besar.
Memerlukan memori atas
pola makan di masa lalu
dan asupan saat ini
mungkin mempengaruhi
pelaporan di masa lampau.
Mungkin kurang teliti dan
seringkali perhitungan
kompleks dibtuhkan untuk
estimasi frekuensi.
Dietary History Terdri dari 3 komponen alat ukur
yaitu :
1. 24 hours recall
2.FFQ
3. 3 hari dietary record
Membutuhkan ketrampilan
pewawancara yang tinggi,
waktu yang lama, dan
kemungkinan penolakan
oleh responden yang cukup
tinggi.
Sumber : Fatmah, 2010
23
- Statistik Vital
Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi (Fatmah,2010).
- Faktor Ekologi
Merupakan hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis
dan lingkungan budaya. Adat dapat diperoleh dari sumber
sebagai berikut : observasi, catatan lokal dari balai desa
ataupun dari survei khusus menggunakan kuesioner.
(Fatmah,2010).
II.1.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia
Usia
Seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan
lemak menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral
meningkat karena ketiganya berfungsi sebagai antioksidan untuk
melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.
Beberapa perubahan pada komposisi tubuh manusia terjadi seiring
peningkatan usia. Studi tentang perubahan antropometri pada lansia di
Kanada menunjukkan perubahan tinggi badan lansia di panti werdha
sebesar 2 cm terutama pada lansia di atas usia 90 tahun dan lansia
dengan demensia (Fatmah,2010).
Jenis Kelamin
Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan
kalori, protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan tingkat
aktivitas fisik.
Suatu longitudinal studi terhadap pria dan wanita lansia yang
dilakukan di Swedia menunjukkan penurunan berat badan pada usia 70-
81 tahun, dengan rata-rata penurunan 7 kg pada pria dan 6 kg pada
wanita selama 10 tahun. Penurunan berat badan ini disebabkan oleh
adanya penurunan lemak tubuh. Data cross sectional juga menunjukkan
adanya perubahan tinggi badan. Tinggi badan pada usia 60-64 tahun
24
jika dibandingkan dengan tinggi badan pada usia 20-24 tahun lebih
rendah 5-6 cm pada pria, dan 3 cm pada wanita. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya kelurusan tulang (Fatmah,2010).
Sosioekonomi
Pencapaian tinggi badan merupakan hasil kombinasi antara faktor-
faktor-faktor lingkungan dan genetik. Peningkatan standar kehidupan
ekonomi dapat memperbaiki pertumbuhan tinggi badan manusia
melalui gizi dan berkurangnya penyakit. Tinggi badan yang rendah atau
pendek dihubungkan dengan rendahnya tingkat pendidikan.
Kemiskinan mempengaruhi pola asupan makanan yang mengandung
zat gizi, sehingga individu yang berasal dari keluarga kurang mampu
cenderung kurang mengkonsumsi makanan bergizi antara lain Ca dan P
yang penting bagi pertumbuhan tulang (Fatmah,2010).
Status perkawinan merupakan salah satu karakteristik sosial yang
mendapat perhatian para demografer. Perubahan lingkungan sosial
seperti perubahan kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan
pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dari kehidupan
sosial dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu
makan yang berdampak pada penurunan status gizi lansia
(Herry,2008).
Menurut Berg (1987), kualitas dan kuantitas konsumsi makanan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Pengetahuan makanan yang
sehat sering kurang dipahami oleh golongan tingkat pendidikannya
rendah, mereka lebih mengutamakan rasa dan harga daripada nilai sehat
makanan. Pendidikan yang telah ditempuh lansia akan mempengaruhi
wawasan, pola pikir, dan pola perilaku dalam kehidupannya
(Herry,2008).
Menurut Powers (1980) terdapat kecenderungan bahwa dengan
meningkatnya pendapatan nasional maka akan meningkat pula
prevalensi kegemukan. Kemajuan di bidang sosial ekonomi akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pola konsumsi ke arah pangan
yang berkalori dengan harga yang lebih mahal (Herry,2008).
25
Gaya Hidup
Gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang
mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial
berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan
tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-
minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam
mengelola stres yang dialami (Puspita.2009).
Aktivitas Fisik
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka aktivitas fisik yang
dilakukannya semakin menurun. Pada lansia yang aktivitas fisiknya
menurun, asupan energi harus dikurangi untuk mencapai keseimbangan
energi dan mencegah terjadinya obesitas, karena salah satu faktor yang
menentukan berat badan seseorang adalah keseimbangan antara
masukan energi dengan keluaran energi. Selain memberi keuntungan
pada kontrol berat badan, aktivitas fisik juga memberikan keuntungan
lain, di antaranya yaitu efek positif terhadap metabolisme energi,
memberikan latihan pada jantung, dan menurunkan risiko diabetes
mellitus karena kativitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin.
Penurunan aktivitas fisik pada lansia dapat meningkatkan risiko
penyakit degeneratif (Fatmah,2010).
Menurut Almatsier (2003), untuk menaksir kebutuhan energi,
aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya aktivitas :
ringan, sedang, berat.
26
Tabel 4. Angka kecukupan energi untuk tingkat
aktivitas fisik untuk laki-laki dan perempuan
Kelompok aktivitas Jenis kegiatan Faktor aktivitas
Ringan 75% waktu digunakan
untuk duduk. 25% waktu
untuk berdiri dan bergerak
1.56 (laki-laki)
1.55 (perempuan)
Sedang 40% waktu digunakan
untuk duduk atau berdiri.
60% waktu digunakan
untuk aktivitas pekerjaan
tertentu
1.76 (laki-laki)
1.75 (perempuan)
Berat 25% waktu digunakan
untuk duduk atau berdiri.
75% waktu digunakan
untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.
2,10 (laki-laki)
2.00 (perempuan)
Sumber : Almatsier,2003
Perubahan Fisiologi Tubuh Akibat Penuaan
Kemunduran fungsi organ tubuh merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari lansia seperti perubahan hormon, penurunan fungsi
sistem tubuh, perubahan komposisi tubuh (Fatmah,2010).
Penyakit
Jika seorang lansia memiliki penyakit degeneratif, maka asupan
gizinya sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan
ketersediaan dan kebutuhan zat gizi dalam tubuh lansia. Sebagai
contoh, lansia yang mnderita penyakit jantung koroner sebaiknya
meningkatkan konsumsi serat untuk menurunkan plasma kolesterol
(Fatmah,2010).
Pengobatan
Obat-obatan yang dikonsumsi untuk menyembuhkan penyakit
dapat menimbulkan efek samping dan menghasilkan interaksi negatif
dengan zat-zat gizi dalam tubuh. Beberapa obat, misalnya obat untuk
pasien kanker, dapat menurunkan nafsu makan, bahkan dapat
menyebabkan mual, muntah dan berbagai rasa tidak enak lainnya
(Fatmah,2010).
27
Asupan Zat Gizi
Asupan gizi dari makanan mempengaruhi proses menjadi tua
karena seluruh aktivitas sel (metabolisme tubuh) memerlukan nutrien
yang cukup selain faktor penyakit dan lingkungan. Berkurangnya BMR
yang disebabkan karena kehilangan berat badan akan menyebabkan
penurunan aktivitas fisik tubuh,menurunnya kebutuhan energi serta
berkurangnya asupan makanan (Fatmah.2010).
28
II.2. Kerangka Teori
Bagan 1. Kerangka Teori
29
II.3. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian
Bagan 2. Kerangka Konsep
II.4. Penelitian Terkait
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tempat &
Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1.
Hubungan
Karakteristik
Individu, Gaya
Hidup, dan
Faktor Gizi
terhadap Status
IMT
Herry
Di 3 Posbindu
Kelurahan
Rangkapan Jaya
Lama Kecamatan
Pancoran
Mas,Depok
tahun 2008
Metode
pendekatan
kuantitatif
dengan
menggunakan
desain cross-
sectional
Karakteristik, gaya
hidup, faktor gizi
lansia
Status IMT lansia
terdapat hubungan
antara merokok dengan
status gizi.
2. Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan Status
Gizi Lansia
Tatiek
Sukesi
Di Sasana Tresna
Werdha Karya
Bhakti Ria
Pembangunan
Jakarta tahun
2002
Metode analitik
dengan
menggunakan
desain cross-
sectional
Karakte- ristik
individu, status
kesehatan, aktivitas
fisik, konsumsi
energy, nafsu makan
Status gizi lansia
Terdapat hubungan
antara jenis kelamin,
status perkawinan,
status pekerjaan, lama
tinggal di panti, keluhan
dan status kesehatan.
1. Status perkawinan lansia wanita
2. Pekerjaan lansia wanita 3. Pendidikan lansia
wanita 4. Pendapatan lansia
wanita
STATUS GIZI LANSIA WANITA
Variabel Independen
Variabel dependen
30
II.5. Hipotesis Penelitian
H1 : Ada hubungan antara status perkawinan dengan status gizi lansia
wanita.
H2: Ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi lansia wanita.
H3: Ada hubungan antara pekerjaan dengan status gizi lansia wanita.
H4: Ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi lansia wanita.