bab ii kajian pustaka 2.1 remaja...sampai 0,9 mg fe per hari. remaja putri memerlukan zat besi...

54
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. 2. 2.1 Remaja Pengertian remaja menurut WHO adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun yang memiliki ciri-ciri sedang mengalami transisi biologis (fisik), psikologis (jiwa) maupun sosial ekonomi. Desmita dan Idhami (2006), menyebutkan bahwa rentang remaja bisa dibagi menjadi empat kelompok yaitu: a. Masa pra remaja : usia 10-12 tahun b. Masa remaja awal : usia 12-15 tahun c. Masa remaja pertengahan : usia 15-18 tahun d. Masa remaja akhir : usia 18-21 tahun Pada remaja putri, puncak pertumbuhan terjadi sekitar 12-18 bulan sebelum mengalami menstruasi pertama yaitu sekitar usia 10-14 tahun (Briawan, 2007). Selama masa remaja, kebutuhan zat besi akan meningkat drastis sebagai hasil dari ekspansi total volume darah, peningkatan massa lemak tubuh dan terjadinya menstruasi. Pada wanita, kebutuhan akan zat besi yang tinggi disebabkan oleh kehilangan darah pada saat menstruasi. Secara keseluruhan, kebutuhan zat besi meningkat dari kebutuhan sebelum masa remaja sebesar 0,7 sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman, 2002). Siswa SMP dengan batasan usia sekitar 12-15 tahun, termasuk dalam tahap perkembangan pubertas atau remaja awal sampai remaja pertengahan 15

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.

2.

2.1 Remaja

Pengertian remaja menurut WHO adalah kelompok penduduk yang

berusia antara 10-19 tahun yang memiliki ciri-ciri sedang mengalami transisi

biologis (fisik), psikologis (jiwa) maupun sosial ekonomi. Desmita dan Idhami

(2006), menyebutkan bahwa rentang remaja bisa dibagi menjadi empat kelompok

yaitu:

a. Masa pra remaja : usia 10-12 tahun

b. Masa remaja awal : usia 12-15 tahun

c. Masa remaja pertengahan : usia 15-18 tahun

d. Masa remaja akhir : usia 18-21 tahun

Pada remaja putri, puncak pertumbuhan terjadi sekitar 12-18 bulan

sebelum mengalami menstruasi pertama yaitu sekitar usia 10-14 tahun (Briawan,

2007). Selama masa remaja, kebutuhan zat besi akan meningkat drastis sebagai

hasil dari ekspansi total volume darah, peningkatan massa lemak tubuh dan

terjadinya menstruasi. Pada wanita, kebutuhan akan zat besi yang tinggi

disebabkan oleh kehilangan darah pada saat menstruasi. Secara keseluruhan,

kebutuhan zat besi meningkat dari kebutuhan sebelum masa remaja sebesar 0,7

sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per

hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman, 2002).

Siswa SMP dengan batasan usia sekitar 12-15 tahun, termasuk dalam

tahap perkembangan pubertas atau remaja awal sampai remaja pertengahan

15

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

16

dengan proses perkembangan biopsikososial yang perlu mendapat perhatian dari

orang tua (keluarga), guru (sekolah), dan masyarakat. Berdasarkan data Riskesdas

2010, rata-rata usia menarche (menstruasi pertama kali) di Indonesia adalah usia

12-15 tahun, namum rata-rata usia menarche pada remaja putri di Bali adalah usia

13-14 tahun yang mencapai 40,5%. Selain pertumbuhan fisik yang cepat,

pengeluaran darah melalui menstruasi juga meningkatkan kebutuhan remaja akan

zat besi. Idealnya remaja putri sudah diperkenalkan dengan tablet besi sebelum

mereka memasuki tahap menarche sehingga mereka akan terbiasa secara mandiri

untuk mengonsumsi tablet besi.

Wanita cenderung memiliki simpanan zat besi yang lebih rendah

dibandingkan dengan pria. Hal ini yang mengakibatkan wanita lebih rentan

mengalami anemia defisiensi zat besi. Jika zat besi yang dikonsumsi terlalu sedikit

atau jika bioavailabilitasnya rendah, maka cadangan zat besi dalam tubuh yang

akan digunakan dan hal tersebut dapat menimbulkan defisiensi zat besi (Gleason

dan Sharmanov, 2002).

Sekitar 19% dari total remaja di dunia mengalami permasalahan gizi yang

cukup serius yang akan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja

serta kehidupan saat dewasa nanti. Masa remaja merupakan masa yang penting

dalam daur hidup manusia, karena remaja mengalami perkembangan fisik,

psikologis dan kognitif yang sangat cepat. Peningkatan kebutuhan zat gizi pada

masa remaja berkaitan dengan pertumbuhan yang dialaminya (WHO, 2001).

Remaja putri memiliki risiko yang lebih tinggi mengidap ADB daripada

remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulannya mengalami menstruasi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

17

sehingga membutuhkan lebih banyak zat besi pengganti. Alasan kedua adalah

karena remaja putri seringkali menjaga penampilan (body image), berkeinginan

untuk tetap langsing atau kurus sehingga melakukan diet dan pengurangan

makanan yang ekstrim. Diet yang tidak seimbang akan menyebabkan tubuh

kekurangan zat gizi yang penting termasuk zat besi (Gleason, 2007).

Remaja putri yang duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP)

merupakan kelompok remaja awal yang memiliki rentang usia antara 12-15 tahun.

Pada tahap ini, remaja putri akan mengalami menarche yang merupakan salah satu

cara kehilangan zat besi dari dalam tubuh manusia. Pada tahap ini pula remaja

putri akan lebih memperhatikan body image sebagai alasan agar dapat diterima

oleh kelompok sebayanya yang mengharuskan remaja tidak memenuhi kebutuhan

nutrisi dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Oleh karena itu remaja putri SMP

perlu diberikan promosi kesehatan mengenai anemia sedini mungkin agar angka

kejadian anemia pada remaja putri dapat ditanggulangi.

2.2 Anemia Defisiensi Besi (ADB)

2.2.1 Definisi anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

dibawah normal akibat kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang

diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah tersebut.

Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang paling sering terjadi. Menurut

WHO, ambang batas kadar hemoglobin normal pada wanita usia 11 tahun keatas

adalah 12 gr/dl. WHO mengklasifikasikan anemia berdasarkan kadar hemoglobin

seseorang, yakni :

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

18

Tabel 2.1 Klasifikasi Anemia

Klasifikasi Kadar Hemoglobin

Normal

Ringan

Sedang

Berat

12 gr/dl – 14 gr/dl

11 gr/dl – 11,9 gr/dl

8 gr/dl – 10,9 gr/dl

< 8 gr/dl

Sumber: Trivedi and Palta (2007) & WHO (2011)

2.2.2 Klasifikasi anemia berdasarkan etiopatogenesis (Handayani dan

Haribowo, 2008; Bakta, 2013)

a. Produksi eritrosit menurun

1. Kekurangan bahan untuk eritrosit

a). Besi : anemia defisiensi besi

b). Vitamin B12 dan asam folat : anemia megaloblastik

2. Gangguan utilisasi besi

a). Anemia akibat penyakit kronik : hemoroid, infeksi cacing tambang,

menorrhagia, metrorhagia, hematuria, hemoptoe, dll

b). Anemia sideroblastik

3. Kerusakan jaringan sumsum tulang

b. Kehilangan eritrosit dari tubuh

1. Anemia pasca perdarahan akut

2. Anemia pasca perdarahan kronik

c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)

1. Faktor ekstrakorpuskuler

2. Faktor intrakorpuskuler : gangguan membran, gangguan enzim dan

gangguan hemoglobin

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

19

2.2.3 Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya ADB menurut Depkes

(2001), yaitu :

a. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit.

Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan karena kurangnya asupan

makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup, namun bioavailabilitas

rendah, serta makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorpsi

besi. Infeksi penyakit yang umumnya memperbesar resiko anemia adalah

cacing dan malaria.

b. Sebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita,

aktivitas wanita tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana ibu

dan anak wanita tidak menjadi prioritas.

c. Sebab mendasar yaitu masalah ekonomi, antara lain rendahnya pendidikan,

rendahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang

sulit.

Menurut Depkes (2003), penyebab ADB pada remaja putri adalah :

1. Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri tinggi, dibanding

makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak terpenuhi.

2. Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan

mempertahankan berat badannya.

3. Remaja putri mengalami menstruasi tiap bulan yang membutuhkan zat besi

tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

20

ADB dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) kandungan zat

besi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi

kebutuhan, 2) meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, dan 3) meningkatnya

pengeluaran zat besi dari tubuh. Penyebab utama ADB yang paling umum

diketahui adalah 1) kurangnya kandungan zat besi dalam makanan yang

dikonsumsi, 2) penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, 3) adanya

zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan 4) adanya parasit dalam tubuh

seperti cacing tambang atau cacing pita, atau kehilangan darah yang banyak

seperti pada kasus kecelakaan dan operasi (Biesalski and Erhardt, 2007).

Kebutuhan zat gizi sangat berhubungan dengan besarnya tubuh, sehingga

kebutuhan zat gizi yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan cepat (growth

spurt). Oleh karena itu kebutuhan zat gizi juga meningkat pada remaja. Selain itu,

peningkatan kebutuhan zat gizi ini juga didasarkan pada aktivitas fisik remaja

yang meningkat. Growth spurt pada perempuan terjadi pada usia 10-12 tahun.

Kebutuhan gizi seimbang pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

kemampuan keluarga untuk membeli makanan, pengetahuan tentang gizi,

pekerjaan, kebiasaan atau gaya hidup (diet, makanan siap saji, obat-obatan, rokok

atau alkohol). Pengaruh status gizi ini erat kaitannya dengan anemia defisiensi

besi (ADB) (Lailiyana, dkk., 2010).

Pada dasarnya kekurangan zat besi disebabkan karena keseimbangan

negatif antara pemasukan dan pengeluaran zat besi ke dalam tubuh. Sebagian

besar penderita defisiensi besi di negara berkembang termasuk Indonesia

disebabkan oleh minimnya makanan yang mengandung zat besi dan rendahnya

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

21

konsumsi makanan yang dapat memberikan kontribusi terhadap penyerapan zat

besi dan metabolisme zat besi seperti vitamin C, asam folat dan vitamin A.

Disamping itu, tingginya frekuensi pengeluaran darah kronis seperti pada

investasi cacing dan malaria juga memberikan dampak yang besar kepada

kejadian anemia. Pada gambar di bawah ini akan dijelaskan mengenai penyebab

langsung dan tidak langsung dari ADB.

Sumber : Florentino, 1984

Gambar 2.1 Penyebab langsung dan tidak langsung ADB

(Sumber : Florentino & Guiriec, 1984)

Faktor tidak langsung Faktor langsung Status gizi

a. Ketersediaan Fe dalam

makanan kurang

b. Praktek pemberian

makanan kurang baik

c. Sosial ekonomi rendah

a. Komposisi makanan

kurang beragam

b. Terdapat zat-zat

penghambat absorbsi Fe

a. Pertumbuhan fisik yang

cepat

b. Kehamilan dan

menyusui

a. Perdarahan akut dan

kronis

b. Sanitasi yang buruk

c. Parasit

a. Pelayanan kesehatan

rendah

Jumlah Fe dalam

makanan tidak

mencukupi

Absorbsi Fe yang

rendah

Kebutuhan Fe

meningkat

Kehilangan darah

Penyakit infeksi

ADB

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

22

Berdasarkan faktor-faktor penyebab ADB pada gambar di atas, maka

faktor-faktor yang terkait dengan kejadian ADB pada remaja putri, adalah sebagai

berikut:

a. Status gizi

Status gizi adalah keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,

penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang

lama. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Pada periode remaja, 50% tinggi

badan dan 20% berat badan saat dewasa telah dicapai. Oleh karena itu kebutuhan

zat gizi mencapai titik tertinggi saat remaja. Adanya kekurangan zat gizi makro

dan mikro akan berdampak pada pertumbuhan dan akan menghambat pematangan

seksual. Wanita dengan status gizi baik akan lebih cepat mengalami pertumbuhan

fisik dan akan lebih cepat mengalami menstruasi. Sebaliknya wanita yang

memiliki status gizi buruk, maka pertumbuhan fisik akan lambat dan akan

terlambat mengalami menstruasi (Kurz and Galloway, 2000; Briawan, 2007).

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara yang sederhana untuk

memantau status gizi. IMT merupakan indeks berat badan seseorang dalam

hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan membagi berat badan

dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam satuan meter kuadrat.

Thompson (2007) dalam Arumsari (2008)mengemukakan bahwaIMT memiliki

korelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin. Hal tersebut juga sejalan dengan

hasil penelitian Permaesih dan Herman (2005) yang menunjukkan bahwa remaja

yang memiliki IMT kurang atau kurus, akan memiliki risiko 1,5 kali untuk

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

23

menjadi anemia.Berdasarkan hasil uji statistik penelitian Gunatmaningsih (2007)

menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p=

0,002). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan status gizi tidak normal

mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia.

b. Menstruasi

Pada masa remaja, seseorang akan mengalami menstruasi. Menstruasi

adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pelepasan

endometrium. Lamanya menstruasi biasanya antara 3-5 hari. Dari hasil penelitian

Adriana (2010) didapatkan hubungan yang bermakna antara perdarahan pada saat

menstruasi (lama haid, banyak darah dan siklus menstruasi) dengan kejadian

anemia pada remaja putri. Remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya,

dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih

banyak dari pada pria. Selain itu, setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg

yang akan diekskresikan khususnya melalui feses (tinja).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa persentase ADB lebih tinggi

(53,8%) pada remaja putri yang memiliki lama haid lebih dari 6 hari dibandingkan

dengan remaja putri dengan lama haid yang normal (31,1%) dan menunjukkan

hubungan yang bermakna.Hasil penelitian Herman (2006) juga mendapatkan

persentaseADB lebih tinggi (65,7%) pada kelompok remaja dengan pola haid

yang tidak normal, sedangkan pada remaja dengan pola haid yang normal (3-6

hari) didapatkan kejadian anemia yaitu sebesar 16%.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

24

c. Riwayat penyakit

Penyebab langsung terjadinya ADB adalah penyakit infeksi, yaitu

cacingan, TBC, dan malaria. ADB dapat diperberat oleh investasi cacing tambang.

Cacing tambang yang menempel pada dinding usus akan menghisap darah. Darah

penderita sebagian akan hilang karena gigitan dan hisapan cacing tambang. Setiap

hari 1 ekor cacing dapat memakan darah 0,03 ml sampai 0,15 ml, sehingga untuk

menyebabkan anemia diperkirakan harus ada 2000 ekor cacing. Disamping cacing

tambang, cacing gelang secara langsung maupun tidak langsung juga dapat

menimbulkan kekurangan zat besi, karena berkurangnya nafsu makan dan

gangguan penyerapan.

Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit infeksi cacing tambang

masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi, karena

diperkirakan cacing dapat menghisap darah 2-100 cc setiap harinya(Masrizal,

2007).Berdasarkan penelitian Lestari& Dwi (2006), remaja putri dengan investasi

cacing memiliki resiko 4,47 kali lebih besar menjadi anemia dibandingkan

responden yang tidak terinvestasi cacing. Pada tahun 2006, penelitian Wijiastuti

pada remaja putri di Tsnawiyah Negeri Cipondoh-Tangerang mendapatkan

hubungan yang bermakna antara investasi cacing dengan kejadian anemia. Hal

yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian oleh Kaur, dkk di pedesaan

Wardha, India tahun 2006, remaja putri dengan investasi cacing memiliki risiko

menderita anemia 4,11 kali dibandingkan dengan remaja putri yang tidak

memiliki investasi cacing.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

25

d. Konsumsi pangan

Sumber zat besi terutama zat besi heme yang biovailabilitasnya tinggi

sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat di negara berkembang termasuk

Indonesia. Ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola

konsumsi makanan masyarakat Indonesia masih didominasi oleh sayuran sebagai

sumber zat besi yang sulit diserap. Sementara itu, bahan pangan hewani sebagai

sumber zat besi yang baik (heme) sangat jarang dikonsumsi terutama oleh

masyarakat pedesaan (Beard, 2008).

Menurut Almatsier (2002), diperkirakan hanya 5-15% zat besi dari

makanan diabsorbsi oleh seseorang yang berada dalam status besi yang baik dan

jika dalam keadaan defisiensi besi, maka absrobsi dapat mencapai 50%. Besi

heme yang terdapat dalam sumber makanan hewani dapat diserap dua kali lipat

dari pada besi non heme yang terdapat pada makanan nabati.

Hasil survei menunjukkan bahwa remaja gemar mengonsumsi minuman

ringan (soft drink), teh dan kopi. Kebiasaan mengonsumsi teh dan kopi pada

masyarakat di Indonesia mempengaruhi penyerapan zat besi. Mengonsumsi teh

atau kopi satu jam setelah makan akan menurunkan absorbsi besi hingga 40%

untuk kopi dan 85% untuk teh (Chairiah, 2012).

Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok dalam

memilih pangan dan konsumsinya sebagai reaksi terhadap fisiologis, psikologis,

psikososial dan budaya. Kebiasaan makan ada yang baik dan ada yang buruk.

Kebiasaan makan yang baik adalah kebiasaan makan yang dapat mendorong

terpenuhinya kecukupan zat gizi, sedangkan kebiasaan makan yang buruk adalah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

26

kebiasaan makan yang dapat menghambat terpenuhinya kecukupan zat gizi.

Kebiasaan makan terbentuk dalam diri seseorang sebagai akibat dari proses yang

diperoleh dari lingkungan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Bahan makanan penunjang kebutuhan zat besi adalah daging, ayam, ikan, bahan

makanan dari laut dan vitamin C. Sedangkan zat-zat yang menghambat adalah

teh, kopi dan susu. Diperkirakan zat besi yang dapat diabsorpsi oleh tubuh dari

makanan antara 1-40% (Gleason, 2007).

2.2.4 Tanda-tanda anemia

Gejala anemia biasanya Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lunglai (5L), sering

mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. Gejala lebih lanjut adalah kelopak

mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Penderita anemia selain

ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas pendek, muka pucat juga ditandai

dengan susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa lelah yang berlebihan

(UNICEF, 2002).

2.2.5 Dampak ADB

Penelitian immunologi menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dalam

tubuh dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi. Dimana seseorang

yang menderita defisiensi besi lebih mudah terserang penyakit infeksi, karena

defisiensi besi erat hubungannya dengan kerusakan kemampuan fungsional dari

mekanisme kekebalan tubuh yang sangat diperlukan untuk mencegah masuknya

kuman penyakit ke dalam tubuh.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

27

ADB pada remaja juga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

menurunnya tingkat kecerdasan. Remaja yang menderita ADB akan mengalami

gangguan pertumbuhan, penurunan daya konsentrasi belajar serta kurang

bersemangat dalam beraktivitas karena mudah merasa lelah. Selain itu, defisiensi

besi juga mempengaruhi pemusatan perhatian (konsentrasi), kecerdasan dan

prestasi belajar di sekolah (Masrizal, 2007). Performa aktivitas akan menurun

sehubungan dengan terjadinya penurunan kadar hemoglobin dalam tubuh. Ketika

jumlah hemoglobin berkurang secara ekstrim, maka dapat mengubah aktivitas

kerja sebagai akibat dari menurunnya tansportasi oksigen dalam tubuh.

Akibat jangka panjang dari ADB pada remaja putri adalah apabila remaja

tersebut memasuki masa kehamilannya, maka ia tidak akan mampu memenuhi

kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan juga bagi janin yang dikandungnya.

Keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kelahiran prematur, bayi dengan

berat badan lahir rendah dan perdarahan dalam proses persalinan sering dikaitkan

dengan adanya anemia dalam kehamilan (Lynch, 2000).

Remaja putri yang duduk di bangku sekolah menengah pertama

merupakan kelompok yang sangat potensial untuk menderita ADB. Hal ini

disebabkan oleh remaja putri pada tahap ini akan mengalami menstruasi pertama

mereka yang merupakan salah satu penyebab hilangnya zat besi dari dalam tubuh.

Selain hal tersebut, aktivitas fisik yang tinggi, kebutuhan akan zat besi yang

meningkat dan pola nutrisi yang kurang baik pada remaja putri juga akan sangat

mempengaruhi status anemia pada kelompok ini. Remaja putri diharapkan

mendapatkan pemahaman yang baik mengenai anemia sedini mungkin melalui

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

28

pemberian promosi kesehatan untuk dapat meningkatkan kemandirian remaja

untuk mencegah terjadinya anemia karena dampak anemia pada remaja putri akan

dirasakan saat ini dan juga di masa yang akan datang ketika remaja tersebut

memasuki masa kehamilan.

2.2.6 Metode penentuan anemia

Hemoglobin (Hb) telah digunakan secara luas sebagai parameter status

anemia seseorang. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen yang

terdapat dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan

jumlah hemoglobin per 100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas

pembawa oksigen dalam darah. Kandungan hemoglobin yang rendah akan

mengindikasikan bahwa orang tersebut menderita anemia (Supariasa, dkk., 2013).

Pengukuran kadar hemoglobin dapat diukur dengan berbagai macam

metode, diantaranya :

a. Metode Sahli

Metode ini memiliki kesalahan yang paling besar dibandingkan dengan

metode yang lain, namum paling mudah dilakukan. Pada metode ini, hemoglobin

akan diubah menjadi hematin asam. Kemudian warna yang akan terjadi

dibandingkan secara visual dengan standar yang terdapat dalam alat tersebut.

Metode sahli ini bukanlah metode yang teliti. Sahli tidak dianjurkan karena

memiliki kesalahan yang tinggi (Gandasoebrata, 2001).

b. Metode Cyanmethemoglobin

Metode ini dijadikan sebagai Gold Standart yang dianjurkan oleh

International Committee for Standarization in Hematology (ICSH). Dalam metode

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

29

ini hemoglobin akan dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin

yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) yang akan membentuk

sianmethemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna akan dibaca dengan

menggunakan fotometer dan akan dibandingkan dengan standar. Karena yang

membandingkan adalah alat elektronik, maka hasilnya akan lebih objektif

(Briawan, 2007).

Penentuan kadar hemoglobin dengan metode ini memerlukan

spektrofotometer dengan harga yang relatif mahal. Maka metode ini belum dapat

digunakan secara luas di Indonesia. Metode ini baik digunakan untuk mengukur

kadar hemoglobin di dalam laboratorium, namun akan mengalami kesulitan jika

digunakan untuk pengukuran di lapangan.

c. Metode Hemoque

Metode hemoque merupakan pengembangan metode penentuan kadar

hemoglobin secara spektrofotometer dan telah mendapatkan rekomendasi dari

badan dunia seperti UNICEF dan WHO. Tingkat akurasi alat ini mencapai 99,9%.

Hemoque berukuran sebesar buku agenda dan bersifat fortable (dapat dengan

mudah dibawa dan dipindahkan), dioperasikan dengan tenaga baterai. Alat ini

terdiri atas dua komponen yaitu fotometer untuk membaca hasil pemeriksaan dan

microcuvette sebagai pipet (Ray, 2004).

2.2.7 Metode penanggulangan anemia defisiensi besi (ADB)

Secara umum terdapat empat pendekatan dasar pencegahan anemia

defisiensi besi. Keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

30

a. Peningkatan asupan zat besi melalui makanan

Hal ini sangat terkait dengan kuantitas dan kualitas makanan yang

dikonsumsi oleh seseorang. Hal ini sangat terkait dengan kondisi sosial ekonomi

masyarakat dimana daya beli masyarakat yang rendah akan memperburuk kondisi

kesehatan khususnya kekurangan zat besi.

b. Suplementasi tablet besi

Pemberian tablet besi digunakan untuk memperbaiki status zat besi

seseorang secara cepat. Sesuai dengan rekomendasi WHO, bahwa tablet besi yang

diberikan mengandung 60 mg besi elemental dan 400 µg asam folat. Ikatan

Dokter Anak Indonesia (2011) merekomendasikan suplementasi besi pada remaja

usia 12 – 18 tahun diberikan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut setiap tahunnya

dengan dosis 60 mg besi elemental ditambah dengan 400 µg asam folat sebanyak

2 (dua) kali per minggu. Menurut Sandra, dkk. (2011), pemberian suplementasi

besi 2 kali per minggu selama 11 minggu dapat meningkatkan kadar hemoglobin

dalam darah sebanyak 2,28 gr/dl, menurut Tee, dkk. (1999), pemberian

suplementasi mingguan selama 12 minggu dapat meningkatkan kadar hemoglobin

dalam darah sebanyak 1,82 gr/dl sedangkan menurut hasil penelitian Respicio,

dkk. (2000), pemberian suplementasi besi pada remaja putri yang anemia dapat

meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah sebanyak 1,11 gr/dl dibandingkan

jika suplementasi besi diberikan pada remaja putri yang tidak anemia, kenaikan

kadar hemoglobin hanya sebesar 0,4 gr/dl.

Absorbsi besi yang terbaik adalah pada saat lambung kosong, diantara dua

waktu makan, namun preparat besi dapat menimbulkan efek samping pada saluran

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

31

cerna. Untuk mengatasi hal tersebut pemberian besi dapat dilakukan pada saat

makan atau segera setelah makan meskipun akan mengurangi absorbsi obat

sekitar 40-50%. Peningkatan rata-rata hemoglobin dalam sehari adalah sekitar

0,25-0,4 mg/dl selama 7-10 hari pertama. Kadar hemoglobin kemudian akan

meningkat 0,1 mg/dl/hari dalam 3-4 minggu (Kanani and Poojara, 2000; Gunadi,

dkk., 2009).

Kebutuhan akan zat besi akan meningkat selama masa pertumbuhan. Jika

tidak terdapat cukup zat besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah

hemoglobin dalam sel darah merah (eritrosit) juga menurun. Zat besi merupakan

komponen yang sangat penting dari hemoglobin. Hemoglobin merupakan alat

transportasi bagi oksigen. Pada proses pematangan sel eritrosit, sumsum tulang

belakang memerlukan banyak prekursor yang salah satunya adalah zat besi (Fe).

Oleh sebab itulah pada penderita anemia sangat diperlukan asupan zat besi yang

cukup yang diperlukan untuk proses pematangan sel eritrosit.

c. Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan penyakit infeksi banyak membantu dalam mengurangi

defisiensi besi. Dengan pengobatan yang tepat dapat mengurangi lama dan

beratnya infeksi sehingga tidak memperparah kondisi kekurangan zat besi (Nantel

dan Tontisirin, 2006).

d. Fortifikasi makanan dengan zat besi

Fortifikasi zat atau penambahan zat besi ke dalam makanan yang

dikonsumsi secara umum oleh masyarakat merupakan tulang punggung pada

beberapa negara. Hal ini sangat efektif untuk membantu mengatasi kekurangan zat

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

32

besi yang banyak terjadi di masyarakat (Winichaggon, 2002; Gleason dan

Sharmanov, 2002).

2.2.8 Strategi penanggulangan anemia defisiensi besi (ADB)

Strategi yang dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan anemia

defisiensi besi pada remaja yaitu:

a. Pemberian informasi

Pengetahuan yang kurang mengenai anemia merupakan determinan yang

paling berpengaruh terhadap tingginya angka anemia pada remaja. Oleh sebab

itulah sangat perlu dilakukan pemberian informasi yang lebih intensif kepada

remaja mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan anemia, antara lain:

definisi, penyebab, dampak, cara pencegahan dan termasuk di dalamnya yaitu

informasi mengenai gizi (pemilihan asupan makanan yang adekuat).

Dengan pemberian informasi mengenai anemia kepada remaja, akan

merubah persepsi remaja terhadap anemia. Dari perubahan persepsi tersebut

diharapkan perubahan perilaku remaja akan terbentuk, sehingga remaja dapat

secara mandiri untuk melakukan pencegaham dan penanggulangan anemia pada

dirinya dan orang-orang disekitarnya.

b. Dukungan sosial

Pemberian informasi tidaklah cukup hanya menyasar remaja, namun orang

tua dan guru juga memberikan andil yang besar terhadap perubahan perilaku

remaja. Orang tua dan guru merupakan kontrol sosial yang dapat mengawasi

perilaku remaja dalam hal pencegahan anemia. Pemberian informasi kepada orang

tua lebih ditekankan kepada informasi gizi sehingga orang tua dapat menyiapkan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

33

asupan makanan yang adekuat untuk menunjang terpenuhinya asupan besi bagi

remaja.

Pengetahuan orang tua khususnya ibu akan mempengaruhi pemilihan

makanan yang dikonsumsi. Tingkat pengetahuan ibu banyak berpengaruh

terhadap pembentukan kebiasaan makan anak karena ibulah yang mempersiapkan

makanan mulai dari mengatur menu, memasak, menyiapkan makanan dan

mendistribusikannya kepada anggota keluarga, sehingga pengetahuan ibu sangat

berpengaruh terhadap kualitas hidangan yang disajikan. Hal ini perlu dilakukan

karena dalam beberapa penelitian menerangkan bahwa semakin baik pengetahuan

ibu mengenai gizi, maka semakin positif sikap ibu terhadap kualitas gizi makanan,

sehingga berdampak pada membaiknya asupan gizi keluarga (Gunatmaningsih,

2007).

Dukungan sosial juga diperlukan melalui dukungan teman sebaya (peer

group), karena dengan adanya dukungan teman sebaya maka lebih mudah untuk

mempengaruhi remaja lainnya untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

anemia.

c. Dukungan professional kesehatan

Dukungan professional kesehatan juga sangat diperlukan untuk

memberikan contoh dan penjelasan yang benar mengenai anemia sehingga mitos-

mitos yang berkembang di masyarakat contohnya mengenai tablet besi yang

menyebabkan kegemukan pada remaja dapat diluruskan. Dukungan professional

kesehatan juga dapat dituangkan dalam suatu program penanggulangan anemia

pada remaja yang mengikutsertakan remaja secara langsung dalam pelaksanaan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

34

program tersebut. Misalnya dengan menggerakkan osis, memilih duta anemia

dikalangan sekolah, melakukan screening anemia dan pemberian suplementasi

besi yang diadakan setiap tahun.

d. Perilaku sehat

Modifikasi perilaku remaja sangat penting dilakukan, karena tidak dapat

dipungkiri zaman telah merubah perilaku remaja khususnya dalam hal pemenuhan

gizi. Remaja khususnya remaja putri lebih banyak mengonsumsi makanan nabati

yang bersifat non heme dimana penyerapan besi yang berasal dari sumber

makanan yang bersifat non heme sangat rendah dibandingkan dengan makanan

yang bersifat heme. Selain itu, kebiasaan melakukan diet agar memiliki tubuh

yang langsing juga mempengaruhi asupan gizi bagi remaja. Body image yang

terbentuk dikalangan remaja memaksa remaja untuk tidak mengonsumsi makanan

dalam kuantitas dan kualitas yang layak. Bahkan remaja hanya cukup

mengonsumsi kudapan atau makanan ringan saja untuk dapat “mengganjal perut”

sehari-hari. Kebiasaan remaja untuk minum kopi, teh dan susu yang bersamaan

dengan waktu makan juga memperkecil asupan besi dari makanan yang

dikonsumsi.

Perubahan perilaku sehat dapat dilakukan dengan cara menganjurkan

remaja untuk banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan

makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi contohnya vitamin C serta

mengurangi konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi

contohnya teh, kopi dan susu (Rosario, dkk., 2007; Wahyuningsih, dkk., 2009;

Griffiths, 2010).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

35

2.3 Promosi Kesehatan

2.3.1 Pengertian promosi kesehatan

Secara konseptual, definisi promosi kesehatan dapat kita pahami dari

beberapa rangkaian sesuai perkembangan dari promosi kesehatan itu sendiri.

Adapun beberapa definisi promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

Menurut WHO (1984) dalam Notoatmodjo (2012), merevitalisasi

pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau pendidikan

kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku, maka promosi kesehatan

tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang

memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.

Menurut Lawrence Green (1984) dalam Mubarak (2012), promosi

kesehatan didefinisikan sebagai segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan

dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang

dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif

bagi kesehatan.

Promosi kesehatan juga berarti sebagai upaya yang bersifat promotif

(peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif

(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi

kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI (2003) adalah upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

36

Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah

timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan, serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila

masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan

masyarakat.

Di sisi lain promosi kesehatan juga dapat diartikan sebagai upaya

pemberdayaan masyarakat. Memberdayakan adalah upaya untuk membangun

daya atau mengembangkan kemandirian yang dilakukan dengan menimbulkan

kesadaran, kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung

kemandirian. Dengan demikian, promosi kesehatan merupakan upaya

mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku berisiko tinggi dan

menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling tidak berisiko rendah.

Agar promosi kesehatan dapat efektif, maka program harus dirancang berdasarkan

realitas kehidupan sehari-hari masyarakat sasaran setempat (Kholid, 2012).

2.3.2 Prinsip-prinsip promosi kesehatan

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau

pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi

juga disertai dengan upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Beberapa

prinsip dalam promosi kesehatan yang sangat perlu dipahami adalah sebagai

berikut:

a. Promosi kesehatan (health promotion) adalah proses pemberdayaan

masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

37

(the process of enabling people to control over and improve their health),

lebih luas dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan.

b. Promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku di bidang

kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain

yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

c. Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)

sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif(pengobatan) dan

rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang

komprehensif.

d. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif

yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu

dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support).

e. Promosi kesehatan dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau

tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja

(where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything)

dan di sarana kesehatan (where we get health services).

f. Promosi kesehatan menekankan pada peran kemitraan yang dilandasi oleh

kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat

(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan

masyarakat termasuk swasta dan lembaga swadaya masyarakat, juga secara

lintas program dan lintas sektor (Hartono, 2011; Kholid, 2012).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

38

2.3.3 Pendekatan promosi kesehatan

Ewles, dkk. (1994) dalam Suryani dan Machfud (2007) mengemukakan

bahwa terdapat lima pendekatan bagi promosi kesehatan, yaitu:

a. Pendekatan medik

Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan

yang didefinisikan secara medik.

b. Pendekatan perubahan perilaku

Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu

atau masyarakat sehingga mereka dapat bergaya hidup sehat.

c. Pendekatan edukasional

Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan

pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan diharapkan keputusan

dapat diambil berdasarkan informasi yang diterima.

d. Pendekatan berpusat pada klien

Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat

membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan,

sehingga mereka dapat mengambil keputusan dan pilihan mereka sendiri.

e. Pendekatan perubahan sosietal

Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada

lingkungan fisik, sosial dan ekonomi, agar dapat memberikan dukungan sehingga

individu atau masyarakat dapat bergaya hidup sehat (Suryani dan Machfoedz,

2007).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

39

2.3.4 Ruang lingkup promosi kesehatan

Cakupan promosi kesehatan, baik sebagai ilmu maupun seni memiliki arti

yang sangat luas. Cakupan tersebut dapat dilihat dari dua dimensi yakni: a)

dimensi aspek pelayanan kesehatan dan b) dimensi tatanan (setting) atau tempat

pelaksanaan promosi kesehatan.

a. Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan

1) Promosi kesehatan pada aspek preventif dan promotif

Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang

sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang mendapatkan perhatian dalam

upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas

adalah sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina

kesehatannya, maka jumlah ini akan terus menurun. Oleh sebab itu pendidikan

kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat

Hartono (2011).

2) Promosi kesehatan pada aspek penyembuhan dan pemulihan (kuratif –

rehabilitatif)

Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup tiga upaya atau kegiatan,

yakni:

a) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang

berisiko tinggi (high risk). Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini

adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

40

b) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit.

Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu

menyembuhkan penyakitnya atau mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.

c) Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang

baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera

pulih kembali. Dengan kata lain menolong par penderita yang baru sembuh dari

penyakitnya agar tidak menjadi cacat atau mengurangi kecacatan seminimal

mungkin (rehabilitasi).

b. Ruang lingkup berdasarkan tatanan pelaksanaan

Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau

pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab

itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-

masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku

masyarakat. Orang tua merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada

tatanan ini. Karena orang tua terutama ibu, merupakan peletak dasar perilaku dan

terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

41

2) Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikian kesehatan bagi

keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-

muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat

anak-anak (murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh

sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan kesehatan.

Promosi kesehatan di sekolah adalah upaya meningkatkan kemauan dan

kemampuan murid, guru, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah untuk mandiri

dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, serta menciptakan dan

memelihara lingkungan sehat. Adapun strategi untuk mengembangkan promosi

kesehatan di sekolah adalah pengembangan kebijakan sekolah sehat,

penggalangan kemitraan, pemberdayaan warga sekolah dan masyarakat sekitar

serta melakukan pengkajian dan penelitian (Hartono, 2011).

3) Promosi kesehatan di tempat kerja

Tempat kerja merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk

keluarga. Lingkungan kerja yang sehat akan mendukung kesehatan pekerja.

Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan

menurunkan derajat kesehatan pekerjanya.

4) Promosi di tempat-tempat umum

Tempat umum mencakup pasar, terminal, bandar udara, tempat

perbelanjaan, tempat olah raga, taman kota dan sebagainya. Para pengelola

tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

42

melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas kesehatan disamping

memberikan himbauan kebersihan dan kesehatan bagi pengguna tempat umum.

5) Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan mencakup rumah sakit, puskesmas,

poliklinik, rumah bersalin dan sebagainya. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan

merupakan sasaran utama promosi kesehatan. Mereka bertanggung jawab atas

terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya (Notoatmodjo,

2012).

2.3.5 Sasaran promosi kesehatan

a. Sasaran primer (primary target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya

pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka

sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah

kesehatan umum, ibu untuk masalah kesehatan ibu dan anak (KIA), anak sekolah

untuk kesehatan remaja dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap

sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat

(empowerment).

b. Sasaran sekunder (secondary target)

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya disebut

sebagai sasaran sekunder. Hal ini dikarenakan dengan memberikan pendidikan

kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan

memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Disamping

itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

43

kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan

contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi

kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini sejalan dengan strategi

dukungan sosial (social support).

c. Sasaran tertier (tertiary target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik tingkat pusat,

maupun daerah adalah sasaran tertier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-

kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan berdampak

terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan juga kepada

masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan

kepada sasaran tertier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)

(Notoatmodjo, 2012).

2.3.6 Strategi promosi kesehatan berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa

Charter)

Konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada pada tahun

1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) dan salah satunya

merumuskan strategi promosi kesehatan yang dikelompokkan mejadi 5 (lima)

butir yakni:

a. Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)

Kegiatan ini ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu

kebijakan, sehingga dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan-kebijakan

pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti bahwa setiap kebijakan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

44

pembangunan di bidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya

bagi masyarakat.

b. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)

Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang

mendukung. Kegiatan ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat

serta pengelola tempat-tempat umum (public places).

c. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)

Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan

(provider), baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah

masyarakat sendiri (konsumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan

kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi

pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (konsumer). Melibatkan

masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri.

d. Keterampilan individu (personal skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari

kelompok, keluarga dan individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat terwujud

apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga dan kesehatan

individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan keterampilan setiap anggota

masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

(personal skill) sangat penting untuk dilakukan. Hal ini berarti bahwa masing-

masing individu di dalam masyarakat seyogianya mempunyai pengetahuan dan

kemampuan yang baik terhadap cara-cara memelihara kesehatannya, mengenal

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

45

penyakit-penyakit dan penyebabnya, mampu mencegah penyakit, mampu

meningkatkan kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak

bilamana mereka sakit.

e. Gerakan masyarakat (community action)

Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-

unsur yang ada di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Dengan kata lain

bahwa meningkatkan kegiatan-kegiatan masyarakat dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat

(community action) (Notoatmodjo, 2012).

Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini berupa pelaksanaan

promosi kesehatan yang berada pada lingkup upaya promotif yang dilakukan pada

tatanan sekolah sebagai upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan siswa,

guru dan orang tua untuk mandiri dalam mencegah penyakit dan memelihara

kesehatan. Promosi kesehatan yang dilakukan memiliki dua sasaran yaitu remaja

putri sebagai sasaran primer dan orang tua serta guru sebagai sasaran sekunder

yang diikutsertakan dalam rangka untuk menciptakan dukungan sosial (social

support) bagi remaja untuk berperilaku sehat.

2.4 Perilaku

2.4.1 Pengertian perilaku

Perilaku jika dilihat dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan

atau aktivitas organisme atau mahluk hidup. Aktivitas tersebut ada yang dapat

diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia, perilaku

diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

46

Kwick (1974) dalam Kholid (2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan

atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Perilaku manusia pada dasarnya terdiri atas komponen pengetahuan (kognitif),

sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Setiap perbuatan seseorang dalam

merespons sesuatu pastilah terkonseptualisasikan dari ketiga ranah ini. Perbuatan

seseorang atau respon seseorang didasari oleh seberapa jauh pengetahuannya

terhadap rangsangan tersebut, bagaimana perasaan dan penerimaannya, dan

seberapa besar keterampilannya dalam melaksanakan atau melakukan perbuatan

yang diharapkan (Mubarak, 2012).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) mendefinisikan perilaku

sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui sebuah proses, sehingga

terbentuklah sebuah teori yang disebut dengan teori Stimulus Organisme Respons

“S-O-R”. Selanjutnya Skinner menjelaskan terdapat dua jenis respon yaitu:

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut dengan elicting

stimuli, karena menimbulkan reaksi-reaksi yang relatif tetap.

b. Operant respons atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer,

karena berfungsi untuk memperkuat respon.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

47

2.4.2 Strategi perubahan perilaku

Dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku

yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha

konkret dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku

tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Menggunakan kekuatan (enforcement)

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau

masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan.

Cara ini dapat ditempuh menggunakan cara-cara kekuatan baik fisik maupun

psikis, misalnya dengan cara mengintimidasi atau ancaman-ancaman agar

masyarakat atau orang mematuhinya. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang

cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena

perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

b. Menggunakan kekuatan peraturan atau hukum (regulation)

Perubahan perilaku masyarakat melalui peraturan, perundangan atau

peraturan-peraturan tertulis ini sering juga disebut “law enforcement” atau

“regulation”. Artinya masyarakat diharapkan berperilaku, diatur melalui peraturan

atau undang-undang secara tertulis.

c. Pendidikan (education)

Perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi

kesehatan ini diawali dengan cara pemberian informasi-informasi kesehatan.

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,

cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

48

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan

pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya

akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu

lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh

kesadaran mereka sendiri dan bukan karena paksaan (Notoatmodjo, 2010).

2.4.3 Domain perilaku

Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Faktor internal

Adalah karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan,

misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Faktor eksternal

Adalah lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik

dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan

yang mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).

2.4.4 Faktor internal perilaku

a. Pengenalan (kognisi)

Kognisi adalah gejala kejiwaan untuk mengenal objek atau stimulus di luar

subjek. Pengenalan objek oleh manusia pada prinsipnya melalui dua cara, yakni

melalui indra dan melalui akal.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

49

b. Emosi (gejala-gejala perasaan)

Emosi adalah keadaan atau peristiwa kejiwaan yang dirasakan. Emosi

sangat bersifat subjektif.

c. Konasi (gejala-gejala kehendak)

Konasi adalah suatu tenaga atau kekuatan yang mendorong seseorang

untuk bertindak, bergerak, atau berbuat sesuatu sebagai reaksi atau respon

terhadap stimulus yang berupa lingkungan baik fisik maupun non fisik

(Notoatmodjo, 2012).

2.4.5 Determinan perubahan perilaku

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku

dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green. Green mencoba

menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Selanjutnya menurut

Notoatmodjo (2012), perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga

faktor, yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

50

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

2.4.6 Cara dan proses perubahan perilaku manusia

Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha

mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah mengubah perilaku,

yaitu:

a. Individu tersebut menyadari

Menyadari merupakan proses identifikasi tentang apa dan bagian mana

yang ingin diubah dan mengapa perubahan tersebut diinginkan.

b. Individu tersebut mau mengganti

Setelah orang menyadari untuk mengubah perilakunya, maka proses

selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses

melawan bentuk keyakinan, pemikiran dan perasaan yang diyakini salah.

c. Individu tersebut mau mengintrospeksi

Introspeksi merupakan proses penilaian mengenai apa yang sudah diraih

dan apalagi yang perlu dilakukan.

d. Kesungguhan

Dalam merubah perilaku diperlukan kesungguhan dari berbagai komponen

masyarakat untuk ikut andil dalam mengubah perilaku.

e. Diawali dari lingkungan keluarga

Peran orang tua sangat membantu untuk menjelaskan serta memberikan

contoh mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

51

f. Melalui pemberian penyuluhan

Penyuluhan yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan

dan budaya (Mubarak, 2012).

2.4.7 Dasar-dasar perubahan perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Kholid (2012), pengetahuan adalah

merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan

psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan

cara tertentu. Bentuk reaksi tersebut dapat positif dan dapat pula negatif meliputi

rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari dan sebagainya. Sekalipun

diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak

menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan sering kali

jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap,

akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan

perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

52

Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses

belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh

perilaku terdahulu. Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling

berkaitan, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Alur perubahan

perilaku dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini.

2.4.8 Pengukuran perilaku kesehatan

Domain atau ranah utama perilaku manusia adalah kognitif, afektif (emosi)

dan konasi, yang dalam bentuk operasionalnya adalah ranah pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude) dan tindakan atau praktek (practice).

a. Pengetahuan

Adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan

sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab, cara penularan,

cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan,

keluarga dan sebagainya.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam

tingkatan, yakni:

Gambar 2.2. Alur Perubahan Perilaku

Sumber: Kholid (2012)

Pengetahuan

Perubahan Perilaku

Perilaku

Sikap

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

53

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutksn contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

54

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2012).

b. Sikap

Adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap

hal yang terkait dengan kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang terkait dengan

faktor risiko kesehatan. Misalnya: bagaimana pendapat atau penilaian responden

terhadap penyakit demam berdarah, anak dengan gizi buruk, tentang lingkungan,

tentang gizi makanan dan seterusnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap memiliki tiga komponen pokok, yakni:

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek; Kehidupan

emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; Kecenderungan untuk bertindak

(tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri bari berbagai tingkatan

yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

55

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari merespon. Karena dengan memberikan

respon, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi dari menghargai.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c. Praktek (tindakan)

Adalah hal apa yang dilakukan oleh responden terkait dengan kesehatan

(pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan, cara memperoleh pengobatan

yang tepat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support)

dari pihak lain. Praktik atau tindakan memiliki beberapa tingkatan, antara lain:

1) Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

56

2) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktik tingkat kedua.

3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari

tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012).

2.4.9 Metode pengukuran perilaku kesehatan

a. Pengukuran pengetahuan

Dalam penelitian kuantitatif, pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur

menggunakan metode wawancara dan angket.

1) Wawancara

Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan

instrument (alat pengukur atau pengumpul data) kuesioner. Wawancara tertutup

adalah suatu wawancara dimana jawaban responden atas pertanyaan yang

diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban

mana yang mereka anggap paling benar atau paling tepat. Sedangkan wawancara

terbuka adalah dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka,

sedangkan responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau

pengetahuan responden sendiri.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

57

2) Angket

Seperti halnya wawancara, angket juga dalam bentuk tertutup atau

terbuka. Instrument atau alat ukurnya sama dengan wawancara yaitu kuesioner.

Metode pengukuran melalui angket ini sering disebut “self administered” atau

metode mengisi sendiri.

b. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dalam penelitian kuantitatif juga dapat menggunakan

dua cara seperti pengukuran pengetahuan, yakni:

1) Wawancara

Metode wawancara untuk pengukuran sikap sama dengan wawancara

untuk mengukur pengetahuan. Bedanya hanya pada substansi pertanyaan yang

diajukan. Apabila pada pengukuran pengetahuan pertanyaan-pertanyaan menggali

jawaban mengetahui apa yang diketahui oleh responden. Tetapi pada pengukuran

sikap, pertanyaan-pertanyaan lebih menggali pendapat atau penilaian responden

terhadap suatu objek.

2) Angket

Demikian juga pengukuran sikap menggunakan metode angket, juga

menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek kesehatan, melalui

pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tertulis.

c. Pengukuran praktek (tindakan)

Mengukur perilaku terbuka, praktek atau tindakan, relatif lebih mudah bila

dibandingkan dengan mengukur perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Sebab

praktek atau tindakan mudah diamati secara konkret dan langsung maupun

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

58

melalui pihak ketiga. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktek

dapat dilakukan melalui dua metode, yakni:

1) Langsung

Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti peneliti langsung

mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti. Untuk memudahkan

pengamatan, maka hal-hal yang akan diamati dituangkan dalam lembar tilik atau

check list.

2) Tidak langsung

Pengukuran perilaku secara tidak langsung berarti peneliti tidak secara

langsung mengamati perilaku orang yang diteliti (responden). Oleh sebab itu

metode pengukuran secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai

cara, yakni:

a) Metode mengingat kembali atau recall

Metode “recall” ini dilakukan dengan cara responden atau subjek

penelitian diminta untuk mengingat kembali (recall) terhadap perilaku atau

tindakan beberapa waktu yang lalu. Lamanya waktu yang diminta untuk diingat

oleh responden berbeda-beda. Untuk perilaku makan atau asupan nutrisi, oleh

para ahli gizi telah ditetapkan 24 jam, maka disebut “24 hours recall”. Penetapan

24 jam untuk metode pengukuran perilaku makan atau asupan nutrisi ini

didasarkan penelitian para ahli gizi. Bahwa kecermatan mengingat jumlah dan

jenis makanan yang dimakan atau dikonsumsi adalah 24 jam.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

59

b) Melalui orang ketiga atau orang lain yang “dekat” dengan subjek atau

responden

Pengukuran perilaku terhadap seseorang atau responden dilakukan oleh

orang terdekat dengan responden yang diteliti. Misalnya untuk mengamati

perilaku kepatuhan minum obat seorang penderita penyakit tertentu dapat melalui

anggota keluarga pasien yang paling dekat.

c) Melalui “indikator” (hasil perilaku) responden

Pengukuran perilaku ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku orang

yang diamati. Misalnya peneliti akan mengamati atau mengukur perilaku

kebersihan diri pada murid sekolah. Maka yang diamati adalah hasil dari perilaku

kebersihan diri tersebut, antara lain: kebersihan kuku, telinga, kulit, gigi dan

seterusnya (Notoatmodjo, 2010).

2.5 Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor

Menurut Blum, terdapat empat faktor yang mempengaruhi kesehatan,

antara lain: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara

keempat faktor tersebut, faktor lingkungan memiliki andil yang paling besar

terhadap status kesehatan seseorang, kemudian berturut-turut disusul oleh

perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (Notoatmodjo, 2010).

Selanjutnya Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku individu

dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni faktor predisposisi (predisposing factor),

faktor pendukung (enabling factor) dan faktor penguat atau pendorong

(reinforcing factor). Oleh karena itu promosi kesehatan sebagai suatu intervensi

terhadap perilaku seseorang harus diarahkan pada tiga faktor tersebut.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

60

Pada prinsipnya, promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau

perbaikan perilaku di bidang kesehatan yang disertai dengan upaya

mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap

perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan

promosi kesehatan yang optimal, perlu disusun suatu pendekatan pelaksanaan

promosi kesehatan yang menggabungkan seluruh aspek yang mempengaruhi

perubahan perilaku. Promosi kesehatan berbasis PER factor dapat diartikan

sebagai pelaksanaan promosi kesehatan secara berkesinambungan dan

menyeluruh. Promosi kesehatan ini memadukan beberapa faktor yang menunjang

terjadinya perubahan perilaku, diantaranya :

2.5.1 Faktor predisposisi (predisposing factor)

Tujuan pendidikan kesehatan antara lain adalah agar terjadinya perubahan

perilaku ke arah yang lebih baik, yaitu perilaku yang sesuai dengan norma-norma

kesehatan. Menurut Ewles, dkk. (1994) dalam Suryani & Machfoedz (2007), salah

satu pendekatan yang digunakan dalam promosi kesehatan adalah pendekatan

edukasional. Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan

memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan

diharapkan keputusan dapat diambil berdasarkan informasi yang diterima.

Terdapat 3 (tiga) strategi untuk memperoleh perubahan perilaku, yaitu : 1)

menggunakan kekuatan (enforcement), 2) menggunakan kekuatan peraturan atau

hukum (regulation), dan 3) pendidikan (education). Perubahan perilaku kesehatan

melalui cara pendidikan diawali dengan cara pemberian informasi-informasi

kesehatan. Dengan memberikan informasi, akan meningkatkan pengetahuan

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

61

seseorang. Selanjutnya dengan pengetahuan yang dimiliki, akan menimbulkan

kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam proses pemberian informasi, perlu diperhatikan mengenai media

yang digunakan. Salah satu faktor internal perilaku adalah pengenalan (kognisi).

Kognisi adalah gejala kejiwaan untuk mengenal objek atau stimulus di luar

subjek. Pengenalan objek ini dapat melalui dua cara yakni melalui indra dan

melalui akal. Dalam pemilihan media promosi kesehatan harus memperhatikan

penggunaan panca indra sasaran promosi kesehatan. Hal ini dikarenakan semakin

banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak pula

pengetahuan yang akan diperoleh. Penggunaan media harus didasari pengetahuan

tentang sasaran pendidikan diantaranya karakteristik sasaran, bahasa, adat istiadat,

minat dan perhatian (Ircham dan Suryani, 2007).

Komunikator sebagai sumber komunikasi juga perlu diperhatikan,

penelitian menunjukkan bahwa efektivitas komunikator dalam menyampaikan

pesan akan tergantung pada beberapa hal yang telah diteliti secara ekstensif,

diantaranya adalah kredibilitas (credibility), daya tarik (attractiveness), dan

kekuatan (power) komunikator itu sendiri (Azwar, 2013).

Penting juga untuk dilakukan pengulangan dalam penyampaian informasi

yang dilakukan secara periodik. Pengulangan diperlukan karena keberhasilan

proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh memori atau ingatan dari peserta didik.

Beberapa ahli berpendapat bahwa memori adalah kemampuan untuk memasukkan

(learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

62

hal yang telah lampau. Decay theory memandang bahwa kekuatan sebuah

rekaman akan bertambah lemah sejalan dengan waktu jika tidak dilatih lebih jauh

atau tidak diaktivasi untuk masa yang lama. Dengan demikian, jika informasi

yang telah tersimpan dalam jangka waktu yang lama tidak diulang-ulang, maka

akan terjadi kelupaan. Disinilah diperlukan pengulangan-pengulangan agar apa

yang telah dipelajari tidak terlupakan. Semakin sering diulang, maka semakin

terhindar dari lupa akan apa yang sudah dipelajari. Salah satu strategi untuk

mengaktifkan kembali memori adalah rehearsal. Rehearsal adalah strategi

memori dengan cara mengulang-ulang informasi sesering mungkin sehingga dapat

disimpan dalam memori (Khodijah, 2014). Salah satu metode belajar yang

dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan adalah

dengan cara mengulangi. Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena

dengan adanya pengulangan (review), bahan yang telah dikuasai akan tetap

tertanam dalam otak seseorang (Slameto, 2013).

Pengulangan sangat perlu dilakukan untuk mecegah terjadinya kelupaan.

Akan tetapi pengulangan pesan yang terlalu sering justru dapat mendatangkan

penolakan dari individu yang dijadikan target. Banyaknya pengulangan yang

optimal adalah 3 (tiga) kali, sedangkan kalau lebih dari tiga kali individu akan

mengalami kebosanan dan dapat menolak pesan yang disampaikan (Watson, dkk.,

1984 dalam Azwar, 2013).

Perubahan perilaku dengan cara pemberian informasi (education) ini akan

memakan waktu yang relatif lama, namun perubahan yang dicapai akan bersifat

langgeng karena didasari oleh kesadaran dan bukan karena paksaan

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

63

(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang kurang mengenai anemia merupakan

determinan yang paling berpengaruh terhadap tingginya angka anemia pada

remaja. Oleh sebab itulah sangat perlu dilakukan pemberian informasi yang lebih

intensif kepada remaja mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan anemia,

antara lain mengenai definisi, penyebab, dampak, cara pencegahan dan termasuk

di dalamnya yaitu informasi mengenai gizi (pemilihan asupan makanan yang

adekuat).

Dengan pemberian informasi mengenai anemia kepada remaja, akan

mengubah persepsi remaja terhadap anemia. Dari perubahan persepsi tersebut

diharapkan perubahan perilaku remaja akan terbentuk, sehingga remaja dapat

secara mandiri untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan anemia pada

dirinya dan orang-orang disekitarnya.

2.5.2 Faktor pendukung (enabling factor)

Perubahan perilaku juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu

lingkungan. Faktor lingkungan sering kali merupakan faktor yang dominan yang

mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012). Penyediaan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan sangat diperlukan sebagai pendorong terjadinya

perubahan perilaku. Salah satu pendekatan dalam promosi kesehatan adalah

pendekatan perubahan sosial. Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan

perubahan-perubahan pada lingkungan fisik diantaranya dengan penyediaan

sarana dan prasarana yang menunjang sehingga masyarakat mampu berperilaku

sesuai dengan apa yang diharapkan (Suryani dan Machfoedz, 2007).

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

64

Salah satu program penanggulangan ADB adalah dengan suplementasi

tablet besi. Pemberian tablet besi dapat memperbaiki status zat besi seseorang

secara cepat. Sesuai dengan rekomendasi WHO, bahwa dosis tablet besi yang

diberikan untuk remaja putri mengandung 60 mg besi dan 400 µg asam folat.

Penyediaan tablet besi di sekolah diharapkan mampu mendorong remaja putri

untuk berperilaku sehat dengan mengonsumsi tablet besi sesuai dengan anjuran.

Disamping penyediaan tablet besi, ketersediaan kartu kendali juga harus

mendapatkan perhatian. Kartu kendali ditujukan untuk memantau atau

memonitoring kemandirian remaja dalam mengakses dan mengonsumsi tablet besi

yang telah disediakan. Hasil penelitian Griffiths (2010), menunjukkan bahwa

penggunaan kartu kendali sangat efektif untuk dijadikan sebagai media

monitoring dalam pengkonsumsian tablet besi.

2.5.3 Faktor pendorong (reinforcing factor)

Reinforcing factor terwujud dalam sikap dan perilaku pihak lain yang

berperan sebagai referensi. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan

efektif apabila unsur-unsur yang ada di masyarakat dapat bergerak bersama-sama

(community action). Pemberian informasi tidaklah cukup hanya menyasar remaja,

namun orang tua dan guru juga memberikan andil yang besar terhadap perubahan

perilaku remaja. Orang tua dan guru merupakan kontrol sosial yang dapat

mengawasi perilaku remaja.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Oleh sebab itu, untuk

mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai pada masing-masing

keluarga. Dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

65

tua terutama ibu merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan. Karena ibu

merupakan peletak dasar perilaku, terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak

mereka. Pemberian informasi kepada orang tua khususnya ibu lebih ditekankan

kepada informasi gizi, sehingga akan mempengaruhi pemilihan makanan yang

dikonsumsi. Dalam beberapa penelitian menerangkan bahwa semakin baik

pengetahuan ibu mengenai gizi, maka semakin positif sikap ibu terhadap kualitas

gizi makanan, sehingga berdampak pada membaiknya asupan gizi keluarga.

Selain keluarga, sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan

kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi

oleh para siswa. Oleh sebab itu pemberian informasi kesehatan bagi para guru

sangat diperlukan. Lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial akan sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa. Kunci pendidikan

kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan

melalui pelatihan-pelatihan kesehatan.

Promosi kesehatan di sekolah adalah upaya meningkatkan kemauan dan

kemampuan murid, guru, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah untuk mandiri

dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, serta menciptakan dan

memelihara lingkungan sehat. Pemberdayaan warga sekolah yaitu murid, guru

dan orang tua adalah salah satu strategi pengembangan promosi kesehatan di

sekolah (Hartono, 2011). Pemberdayaan warga sekolah ini juga merupakan

bentuk dukungan sosial (social support) untuk mencapai hasil yang optimal dalam

pelaksanaan promosi kesehatan.

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.

Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu

satu dengan yang lain. Interaksi sosial meliputi hubungan antara individu dengan

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

66

lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis disekelilingnya. Diantara

berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, peran orang lain yang

dianggap penting dan peran lembaga pendidikan adalah faktor yang dominan.

Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang

status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, guru, dan lain-lain. Pada umumnya

individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan

sikap orang yang dianggapnya penting. Pada masa remaja, orang tua biasanya

menjadi figur yang paling berarti bagi anak. Interaksi antara anak dan orang tua

merupakan determinan utama sikap anak. Lembaga pendidikan sebagai suatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap. Ini dikarenakan lembaga

pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu

(Azwar, 2013).

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

67

Pelaksanaan promosi kesehatan secara konvensional lebih menitikberatkan

pada pemberian penyuluhan kesehatan yang berpusat kepada klien tanpa

melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar klien. Selain itu, sangat jarang

dilakukan pengulangan secara periodik serta tidak pernah dilakukan monitoring

dan evaluasi. Sehingga keberhasilan promosi kesehatan yang telah dilaksanakan

sulit diukur. Berikut akan dijabarkan perbedaan antara promosi kesehatan berbasis

PER factor dengan promosi kesehatan secara konvensional.

Keturunan

Lingkungan Status Kesehatan Pelayanan

Kesehatan

Perilaku

Predisposing factor

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Persepsi

4. Kepercayaan

5. Trasidi

Enabling factor

1. Ketersediaan

sarana dan

prasarana

2. Fasilitas

kesehatan

Reinforcing factor

1. Sikap dan

perilaku tokoh

panutan

2. Kebijakan dan

peraturan

Edukasi

Pemberdayaan

masyarakat

Trainning

Promosi Kesehatan

Gambar 2.3 Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Promosi

Kesehatan (Blum dan Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2010)

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja...sampai 0,9 mg Fe per hari. Remaja putri memerlukan zat besi sebesar 2,2 mg per hari dan kebutuhan ini akan meningkat pada saat menstruasi (Wiseman,

68

Tabel 2.2

Perbedaan Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor dan Konvensional

Promosi Kesehatan Berbasis PER

Factor

Promosi Kesehatan Konvensional

1. Tidak hanya berpusat pada klien

(remaja) tetapi menjangkau

masyarakat di sekitar klien (guru

dan orang tua)

2. Penggunaan media pembelajaran

yang mengaktifkan lebih banyak

indra (audio visual)

3. Pemberian informasi kesehatan

dilakukan berulang kali (secara

periodik yaitu 3 kali dalam 3 bulan)

4. Memfasilitasi penyediaan sarana

dan prasarana berupa tablet besi di

sekolah

5. Melaksanakan monitoring dan

evaluasi

1. Berpusat pada klien (remaja)

2. Tanpa media pembelajaran

3. Tidak dilakukan pengulangan

secara periodik terhadap

pemberian informasi kesehatan

4. Disediakan sarana dan prasarana

berupa tablet besi di sekolah

5. Tidak dilakukan monitoring dan

evaluasi

Pemilihan media pembelajaran berupa media audio visual dengan

mempertimbangkan kelebihan media tersebut dalam pembelajaran. Adapun

kelebihan media audio visual jika dibandingkan dengan media lain adalah media

audio visual dapat menggambarkan suatu proses yang menimbulkan kesan ruang

dan waktu serta penggambaran yang bersifat 3 dimensional, suara dan warna yang

dihasilkan dapat menimbulkan kesan realita. Jika dibandingkan dengan media

audio, media audio hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang

memiliki kemampuan yang baik dalam berpikir abstrak karena media ini tidak

didukung dengan penggambaran yang bersifat nyata. Oleh sebab itu media audio

visual sangat baik jika digunakan sebagai media promosi kesehatan agar audience

tidak memiliki penerimaan yang abstrak tentang materi promosi kesehatan yang

diberikan (Trianto,2009; Munadi, 2013; Djamarah dan Zain, 2013; Sanjaya,

2013).