bab ii kajian pustaka 2.1. pendapatan daerah bab ii.pdfpengertian pad menurut uu. no. 28, tahun 2009...

41
22 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah Dalam kaitannya dengan tingkat pemerintah nasional, otonomi pemerintah daerah memanifestasikan diri dalam tiga bidang penting , yakni (F.C. Okoli, 2013): a) Hubungan Otoritas Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan lokal sangat penting. Pola hubungan ini adalah menempati posisi pertama yakni apa yang diperoleh pemerintah daerah. Seandainya yang dinikmati unit lokal berupa hibah dari otoritas atas wilayah tertentu dan berbagai fungsi, maka apa yang diperoleh pemerintah daerah adalah devolusi. Tapi di sisi lain andaikata yang dinikmati unit lokal berupa hibah dari otoritas yang mana hanya cukup untuk pelaksanaan fungsi dan layanan yang ditentukan, maka apa yang diperoleh pemerintah daerah adalah dekonsentrasi. b) Keuangan Keuangan adalah elemen penting lain dari otonomi. Andaikata unit lokal memiliki independensi (kemandirian) dan sumber pendapatan yang memadai untuk inisiasi dan pelaksanaan fungsi dan layanan yang ditentukan, maka pemerintah daerah benar-benar memperoleh otonomi. Di sisi lain seandainya unit lokal tidak mandiri secara finansial, maka tindakan independen tidak mungkin, dan apa yang diperoleh pemerintah daerah adalah otonomi administrasi lokal.

Upload: others

Post on 22-Sep-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pendapatan Daerah

Dalam kaitannya dengan tingkat pemerintah nasional, otonomi pemerintah

daerah memanifestasikan diri dalam tiga bidang penting , yakni (F.C. Okoli, 2013):

a) Hubungan Otoritas

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan lokal sangat penting.

Pola hubungan ini adalah menempati posisi pertama yakni apa yang diperoleh

pemerintah daerah. Seandainya yang dinikmati unit lokal berupa hibah dari

otoritas atas wilayah tertentu dan berbagai fungsi, maka apa yang diperoleh

pemerintah daerah adalah devolusi. Tapi di sisi lain andaikata yang dinikmati unit

lokal berupa hibah dari otoritas yang mana hanya cukup untuk pelaksanaan

fungsi dan layanan yang ditentukan, maka apa yang diperoleh pemerintah daerah

adalah dekonsentrasi.

b) Keuangan

Keuangan adalah elemen penting lain dari otonomi. Andaikata unit lokal

memiliki independensi (kemandirian) dan sumber pendapatan yang memadai

untuk inisiasi dan pelaksanaan fungsi dan layanan yang ditentukan, maka

pemerintah daerah benar-benar memperoleh otonomi. Di sisi lain seandainya unit

lokal tidak mandiri secara finansial, maka tindakan independen tidak mungkin,

dan apa yang diperoleh pemerintah daerah adalah otonomi administrasi lokal.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

23

c) Personil

Setiap pemerintah daerah harus mampu merekrut dan mempertahankan

staf. Wewenang untuk "menyewa" adalah salah satu penentu otonomi organisasi

dan kematangan. Hal yang dapat dan terbaik adalah setiap organisasi yang

tergantung pada organisasi lain untuk personil, digambarkan sebagai perpanjangan

dari organisasi lain, seperti loyalitas karyawan, yakni karyawan pasti akan pergi

ke organisasi yang memiliki perhatian kepada mereka.

Berdasarkan unsur-unsur otonomi yang dikemukakan di atas, agar

berfungsi secara efektif dan efisien sebagai pemerintahan lokal, maka bagi

pemerintah daerah yang diperlukan adalah tidak hanya sekedar otonomi tetapi

benar-benar berotonomi.

Sejalan dengan hal di atas maka menurut Oluwatobi Adeyemi (2013)

tujuan utama pemerintah daerah dibentuk, adalah:

(a) Untuk membuat layanan yang tepat dan kegiatan pembangunan yang

bertanggung jawab dengan keinginan dan inisiatif lokal dengan

mengembangkan atau mendelegasikan kepada badan-badan perwakilan lokal;

(b) Untuk memudahkan pelaksanaan pemerintahan sendiri yang demokratis dekat

dengan tingkat lokal masyarakat kita, dan untuk mendorong inisiatif dan

potensi kepemimpinan;

(c) Untuk memobilisasi sumber daya manusia dan material melalui keterlibatan

anggota masyarakat dalam pembangunan daerah mereka;

(d) Untuk menyediakan saluran dua cara komunikasi antara masyarakat setempat

dan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

24

Dari tujuan di atas, esensi menciptakan pemerintah daerah untuk memberikan

layanan menggunakan sumber daya manusia dan keuangan yang ada untuk

memfasilitasi pembangunan sampai ke tingkatan yang paling rendah.

Pemerintah daerah di Indonesia tercantum dalam UU.No 32 Tahun 2004,

dimana dikemukakan bahwa pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang

diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu,

pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan

daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta

lain-lain pendapatan yang sah.

Untuk perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah sebagaimana

dikemukakan dalam UU. No. 32 Tahun 2004, dimaksudkan sebagai sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan

bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi,

dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2.2. Pendapatan Asli Daerah

Pengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang

bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah bersangkutan

yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Nurcholis, Hanif (2007) PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah

dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-

lain yang sah. Adapun sumber-sumber PAD menurut UU. No.32 Tahun 2004

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

25

yaitu dari: 1) Hasil pajak daerah, 2) Hasil retribusi daerah, 3) Hasil perusahaan

milik daerah, 4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas maka dapat dinyatakan

bahwa PAD adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana

penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah

tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan

keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.

2.3. Teori Perpajakan

Dalam membicarakan teori pajak ada beberapa materi yang dibicarakan,

yakni definisi pajak, prinsip perpajakan di Indonesia, otonomi daerah dan

kebijakan perpajakan di Indonesia, faktor-faktor penentu kepatuhan wajib pajak,

pajak progresif dan penerapannya di Indonesia.

2.3.1 Definisi Pajak

Berbicara pajak daerah tentu tidak bisa meninggalkan apa yang disebut

dengan pajak karena pajak merupakan salah satu komponen dari penerimaan

pemerintah, bahkan hampir 50 persen berasal dari pajak. Sebelum melangkah

lebih jauh maka perlu diketahui apa sebenarnya definisi dari pajak.

Menurut Rochmat Sumitro (1988) : ”Pajak adalah iuran rakyat pada kas

negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat di paksakan) dengan tidak

mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat di tunjukkan dan yang

di gunakan untuk membayar pengeluaran umum”.“Dapat di paksakan”

mempunyai arti, apabila utang pajak tidak di bayar,utang tersebut di tagih dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

26

kekerasan, seperti surat paksa, sita, lelang dan sandera. dengan demikian, ciri-ciri

yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut.

1) Pajak di pungut berdasarkan Undang-Undang

2) Jasa timbal tidak di tunjukkan secara langsung

3) Pajak dipungut oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

4) Dapat di paksakan (bersifat yuridis)

2.3.2 Pajak Dan Keseimbangan Pasar

Pajak atas suatu barang menghasilkan suatu perubahan antara harga yang

harus dibayar pembeli dengan harga yang diterima penjual. Ketika pasar bergerak

menuju keseimbangan baru, pembeli membayar lebih mahal untuk mendapatkan

barang dan penjual menerima lebih sedikit dari penjualan barang tersebut. Dalam

hal ini, baik pembeli maupun penjual sama – sama menanggung beban pajak.

Gambar 1: Keseimbangan Pasar Sebelum pajak dan Sesudah Pajak

Keterangan :

Harga (Rp/Unit) A Kurve Penawaran

setelah pajak (tax)

Pt Et

(Harga setelah tax)

B Kurve Penawaran

E Sebelum pajak (tax)

P

(Harga sebelum tax)

C

0 Qt Q Kuantitas Barang (X/Unit)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

27

Kondisi sebelum penerapan pajak >< Kondisi setelah pajak

Q = jumlah barang sebelum pajak Qt = jumlah barang setelah pajak

P = harga barang sebelum pajak Pt = harga barang setelah pajak

E = keseimpangan pasar sebelum pajak Et = keseimpangan pasar setelah pajak

Surplus Konsumen: ∆ AEP Surplus Konsumen: ∆ AEtPt

Surplus Produsen ; ∆ CEP Surplus Prosusen : ∆ BEtPt

Ketika pemerintah menerapkan pajak atas suatu barang, jumlah keseimbangan

suatu barang tersebut bergeser dari E ke Et:

1) Surplus konsumen “sebelum pajak” memiliki luas ∆ AEP kemudian

“setelah pajak” menurun menjadi luas ∆ AEtPt.

2) Surplus produsen “sebelum pajak” memiliki luas ∆ CEP kemudian

“setelah pajak” menurun menjadi luas ∆ BEtPt.

3) Atau secara total (surplus konsumen + surplus produsen) “sebelum pajak”

adalah luas ∆ AEC.

4) Dan secara total ( surplus konsumen + surplus produsen) “setelah pajak”

menurun menjadi luas ∆ AEtB.

Hasil pembahasan di atas menunjukkan bahwa dengan penerapan

pajak maka kesejahteraan konsumen dan produsen semakin menurun, yang

ditunjukkan melalui pengurangan surplus konsumen dan surplus produsen. Itu

terjadi karena harga barang ditingkat pasar sebelum pajak adalah P (dengan

keseimbangan pasar dititik E) kemudian naik menjadi harga pasar setelah

pajak adalah Pt (dengan keseimbangan pasar di titik Et). Jadi setelah pajak

harga pasar dari barang meningkat dari P ke Pt dan kuantitas barang ditingkat

pasar turun dari Q menjadi Qt (Gambar 2.1)

Berdasarkan analisis tersebut di atas dikatakan secara teoritis :

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

28

Pajak yang dikenakan pada barang mengurangi kesejahteraan para pembeli dan

para penjual barang, dan penurunan surplus konsumen dan produsen biasanya

lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh pemerintah, penurunan surplus

total jumlah surplus konsumen, surplus produsen, dan pendapatan pemerintah

dari pajak disebut kerugian beban baku akibat pajak.

Pajak menimbulkan kerugian beban baku karena pajak menyebabkan

konsumsi pembeli lebih sedikit dan prosuksi penjual juga lebih sedikit,

dan perubahan pada perilaku ini menyusutkan ukuran pasar di bawah

tingkat yang memaksimumkan surplus total.

2.2.3 Prinsip Pajak Di Indonesia

Ada 3 prinsip pajak yang secara umum telah terpublikasikan, yaitu :

1) Prinsip Pengenaan Pajak Berdasarkan Undang-Undang

Undang-undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa semua pajak harus

ditetapkan dengan undang-undang. Ketentuan ini memerlukan suatu penafsiran

yang jelas karena harus diketahui ketentuan yang bagaimana dimaksud yang harus

ditetapkan dengan undang-undang. Pajak menyangkut masalah yang luas sehingga

perlu diketahui yang mana merupakan ketetapan yang harus dimasukkan dalam

undang undang. Pajak mencakup berbagai masalah jenis pajak, siapa yang akan

dikenakan, berapa beban yang harus dipikul, apa sangsi jika terjadi pelanggaran,

bila harus dibayar dan dilaporkan, cara pembayaran, biaya yang boleh

dikurangkan, pengecualian, dan banyak hal lain. Prinsip pengenaan pajak yang

baik adalah :

a) Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar sesuai

dengan peraturan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

29

b) Pajak–pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan

ekonomi apabila keputusan-keputusan ekonomi tersebut telah pajak harus

seminimal mungkin.

c) Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidak efisienan yang terjadi di sektor

swasta, apabila instrument pajak dapat melakukannya.

d) Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiscal untuk

tujuan stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi.

e) Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak.

f) Administrasi pajak dan biaya pelaksanaanya harus sedikit mungkin.

g) Kepastian.

h) Dapat dilaksanakan, dapat diterima.

2.4. Otonomi Daerah dan Kebijakan Perpajakan di Indonesia

Untuk beberapa daerah yang terbilang siap secara sumber daya alam

maupun sumber daya manusia, otonomi benar – benar menjadi arena pembuktian

bahwasanya mereka sanggup untuk mengelola daerah sendiri dengan mengurangi

campur tangan pusat. Ironisnya hampir di sebagian besar daerah di Indonesia

belum memiliki prasyarat kesiapan tersebut, sehingga akhirnya mereka justru

tenggelam di dalam euforia otonomi itu sendiri. Banyak kebijakan yang bersifat

merugikan dan sangat prematur hanya demi mengejar otonomi versi mereka.

Karenanya peran pusat dirasa masih sangat diperlukan dewasa ini. Hanya saja ada

beberapa elaborasi dan penyesuaian dibeberapa aspek sehingga peran pemerintah

itu nantinya juga tetap berada dikoridor hukum, selaras dengan napas otonomi

daerah. Peran tersebut antara lain berupa penciptaan kondisi yang kondusif bagi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

30

perkembangan pajak dan retribusi dengan tetap memperhatikan landasan hukum

yang sudah disepakati bersama.

Bila dilihat kebijakan perpajakan dari sisi penciptaan khususnya, maka

dapat dikemukakan materi pajak yang direncanakan akan diserahkan kepada

daerah, yakni:

1) Penyerahan beberapa pajak yang masih dipegang oleh Pusat kepada Daerah

dengan tetap mempertimbangkan faktor efisiensi ekonomi, mobilitas obyek

pajak serta fungsi stabilitasi dan distribusi pajak itu sendiri. Adapun pajak-

pajak tersebut antara lain :

1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) dapat dialihkan ke Daerah dimana Daerah diberi

wewenang untuk menetapkan dasar penggenaan pajak dan tarif sampai

batas tertentu meskipun adminstrasinya masih dilakukan oleh Pusat.

2. Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi yang sekarang dibagi hasilkan,

dapat dialihkan dalam bentuk piggy back di mana Daerah seyogyanya

diberikan wewenang untuk mengenakan opsen sampai batas tertentu di

bawah wewenang penuh Pemerintah Kabupaten/Kota.

2) Memberikan batas toleransi maksimum terhadap pembatalan penciptaan pajak

baru oleh Daerah selama kurun waktu tertentu. Misalnya jika selama 1 tahun

Daerah telah mencapai batas toleransi jumlah Perda yang dibatalkan maka

Daerah tersebut tidak dapat mengajukan permohonan Perda penciptaan pajak

baru. Ini juga terkait dengan usulan revisi UU No. 34 tahun 2000 butir yang

memberikan kesempatan Daerah untuk menciptakan jenis pajak baru.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

31

3) Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak

baru/potensial serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan.

Diharapkan biaya pengenaan pajak jangan sampai melebihi dana yang dapat

diserap dari pajak itu sendiri.

2.5. Pajak Progresif Dan Penerapannya Di Indonesia

Pada bagian ini dibahas beberapa materi yang terdiri dari; 1) definisi

pajak progresif, penerapan pajak progresif di berbagai Negara,

2.5.1. Definisi Pajak Progresif

Bilamana masalah kompleksnya penerapan pajak ini dimaknai secara

mendalam, maka masalah pengenaan pajak progresif pun nampak semakin rumit

untuk diterapkan di berbagai Negara. Dalam konteks pajak progresif berikut

dicoba diketengahkan beberapa definisi, sebagai berikut. Definisi sistem pajak

progresif biasanya dimulai dengan ide pajak proporsional, di mana setiap orang

membayar bagian pajak yang sama dari pendapatan pajak. Atas dasar itu, pajak

progresif adalah salah satu di mana pangsa penghasilan yang dibayar pajak,

meningkat dengan penghasilan. Sedangkan pajak regresif adalah salah satu di

mana pangsa penghasilan yang dibayar pajak menurun dengan penghasilan.

(Picketyy, Thomas dan E. Saez, (2007)).

Selanjutnya Pickeyty dkk. mengutarakan bahwa pengenaan pajak ini

dalam kenyataan tentu saja sangat kompleks. Kebanyakan aturan akan memiliki

efek yang berbeda disemua distribusi pendapatan. Secara umum pengenaan sistem

pajak progresif dibatasi jika penghasilan setelah pajak lebih merata dibandingkan

laba sebelum pajak, dan pajak regresif jika penghasilan setelah pajak kurang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

32

merata dibandingkan sebelum pajak penghasilan. Selanjutnya dikatakan juga

bahwa ketimpangan dan progresifitas pajak memiliki banyak sisi dan harus

diekplorasi bersama langkah-langkah yang berbeda tergantung pada masalah

tertentu yang ingin diujikan. Sebagai contoh, seorang analisis dapat melihat

dampak dari pajak pada tingkat kemiskinan atau ukuran ketimpangan seperti

Koefisien Gini.

Menurut The Economics Time-India (2015) definisi; pajak progresif

adalah mekanisme perpajakan di mana otoritas pajak membebani lebih banyak

pajak saat pendapatan wajib pajak meningkat. Pajak dikumpulkan dari setiap

wajib pajak berpenghasilan lebih tinggi dan pajak dari wajib pajak

berpenghasilan kurang pajaknya lebih rendah. Pemerintah menggunakan

mekanisme pajak progresif dengan ketentuan sebagai berikut. Pajak progresif

didasari keyakinan bahwa orang-orang yang berpenghasilan lebih harus

membayar lebih. Bagi pembayar pajak yang pendapatannya melebihi pendapatan

patokan, maka nilai pajak baru (lebih tinggi dari sebelumnya) dibebankan

kepadanya.

Diamond, Peter A dan E. Saez, (2011) menampilkan kasus untuk pajak

berdasarkan hasil terbaru dalam teori optimalisasi pajak. Anggapan mereka

apakah dengan perpajakan progresif yang optimal, pajak harus dikenakan atas

laba dan pendapatan modal. Pendapat mereka bahwa berdasarkan hasil penelitian

yang mendasar yang relevan untuk kebijakan hanya jika : (a) itu didasarkan pada

mekanisme ekonomi yang secara empiris relevan dan menempati urutan pertama

untuk masalah ini, (b) itu cukup kuat untuk perubahan dalam asumsi pemodelan,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

33

(c) recep kebijakan diimplementasikan (yaitu; diterima secara sosial dan tidak

terlalu rumit). Mereka mengatakan telah mendapatkan tiga rekomendasi kebijakan

dari penelitian dasar yang cukup baik yang memenuhi kriteria ini. Pertama, bagi

yang berpenghasilan sangat tinggi harus dikenakan tarif pajak marginal yang

tinggi dan meningkat sesuai dengan pendapatan. Kedua, keluarga berpenghasilan

rendah harus didorong untuk bekerja dengan subsidi pendapatan, kemudian

secara bertahap – harus dikenakan dengan tarif pajak marginal implisit tinggi.

Ketiga, pendapatan modal harus dikenakan pajak.

Menurut Sommerfeld, (1992) pajak progresif diartikan sebagai pajak yang

dikenakan berdasarkan atas kenaikan tarif pajak yang meningkat atas jumlah dasar

pajak. Istilah "progresif" mengacu pada cara tarif pajak diberlakukan yakni dari

rendah ke tinggi. dengan hasil bahwa tarif pajak rata-rata wajib pajak adalah

kurang dari tarif pajak marjinal (sesuai dengan kemampuan) seseorang dan istilah

ini dapat diterapkan pada pajak individu atau sistem pajak secara keseluruhan baik

dalam tahun, multi-tahun, atau seumur hidup. Pajak progresif yang dikenakan

dalam upaya untuk mengurangi pajak insiden dengan kemampuan orang untuk

membayar yang lebih rendah, dikarenakan pajak tersebut diarahkan kepada

mereka yang memiliki kemampuan membayar lebih tinggi.

Istilah pajak progresif ini sering diterapkan dan mengacu pada pajak

penghasilan pribadi, di mana orang-orang dengan pendapatan kurang membayar

persentase yang lebih rendah dari pendapatan yang dikenakan pajak, ketimbang

mereka dengan pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini juga dapat diterapkan pada

penyesuaian dari basis pajak dengan menggunakan pembebasan pajak, kredit

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

34

pajak, atau pajak selektif yang menciptakan efek distribusi progresif. Sebagai

contoh, kekayaan atau properti pajak, pajak penjualan atas barang mewah, atau

pembebasan pajak penjualan atas kebutuhan dasar. Penetapan pajak semacam ini

dapat diduga memiliki efek progresif karena akan meningkatkan beban pajak

keluarga berpenghasilan lebih tinggi dan mengurangi pada keluarga

berpenghasilan rendah.

Sedangkan menurut Dinas Pendapatan Provinsi Bali (2014) pajak

progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan

semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dengan

kenaikkan persentase untuk setiap jumlah tertentu. Adapun dasar hukum yang

digunakan dalam penerapan pajak progresif ini adalah:

a. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

retribusi Daerah.

b. Keputusan Kadispenda. Nomor 973/1072/Dispenda, tanggal 26

Agustus 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) BBNKB dan Pajak Air Permukaan di

Provinsi Bali.

Kemudian surat edaran Gubernur Bali Nomor 119/1718/Dispenda , tanggal 16

April 2011 tentang Sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor khususnya menyatakan

bahwa pajak kendaraan bermotor ditetapkan secara progresif berdasarkan atas

nama dan/atau alamat yang sama sesuai kartu keluarga dengan besaran tarif

sebagai berikut:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

35

a. Kepemilikan pertama sebesar 1,5 persen.

b. Kepemilikan kedua sebesar 2 persen.

c. Kepemilikan ketiga sebesar 2, persen.

d. Kepemilikan keempat sebesar 3 persen.

e. Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5 persen.

f. Pajak kendaraan bermotor umum / angkutan umum sebesar 1 persen.

g. Pajak kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, lembaga sosial

keagamaan dan kendaraan bermotor pemerintah/pemerintah daerah , TNI,

Polri sebesar 0,5 persen.

Dikecualikan pengenaan pajak secara progresif, yaitu:

a) Kepemilikan kendaraan bermotor plat merah b) Kepemilikan kedaraan

bermotor roda dua.

Sebagai objek pajak progresif yaitu kendaraan bermotor plat hitam / pribadi roda

4, mencakup jenis: sedan, jeep, minibus-bus dan sejenisnya, Pick-up double cabin.

2.5.2. Penerapan Pajak Progresif Di Berbagai Negara

Masalah pajak kendaraan bermotor roda empat adalah sangat kompleks.

Hal ini terungkap bila dikaitkan dengan masalah yang ada di negara yang

berkenaan dengan pengenaan pajak atas kendaraan bermotor roda empat

khususnya. Penerapan perpajakan kendaraan roda empat di Eropa misalnya. Di

Eropa perpajakan diterapkan pada kendaraan bermotor di Code EU1 sangat pelik

karena sistem yang diterapkan di Negara anggota Uni Eropa dapat menjadi

kompleks dalam diri mereka sendiri dan sangat berbeda dari satu negara ke

Negara lain di Eropa. Oleh karena itu tidak selalu masalah pajak yang dikenakan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

36

dihitung secara efisien untuk kendaraan yang paling mencemari atau bagi mereka

yang dapat mempengaruhi lingkungan atau kesehatan. Dalam tulisan ini kami

menyajikan ulasan perhitungan pajak kendaraan di negara-negara Uni Eropa.

ulasan ini menganalisis tiga jenis pajak:

(1) Pajak pembelian (pajak pendaftaran, biaya dan VAT2 );

(2) Properti pajak atas kendaraan (Pajak Tahunan, Pajak Road atau Pajak

Sirkulasi),

(3) Pajak atas penggunaan kendaraan (pajak bahan bakar dan PPN).

Peneliti ini kemudian melakukan perbandingan pajak mobil yang sama di

negara-negara Uni Eropa yang berbeda. Selain itu, beberapa skenario tentang

jarak yang setiap mobil dapat melintasi dalam satu tahun disurvei. akhirnya,

beberapa saran yang disajikan untuk menghitung pajak tersebut pada

kemungkinan cara yang lebih rasional, termasuk aspek lingkungan, untuk studi di

masa depan. Berdasarkan hasil studi ini, pajak tahunan kendaraan diperkenalkan

sebagai berikut; sebagai contoh pajak sirkulasi dan pajak bahan bakar dan pajak

pendaftaran. Belanda, Austria, Denmark, Bulgaria, Yunani, dan Italia memiliki

pajak kendaraan tahunan yang berlebihan (Pajak Sirkulasi dan Pajak Bahan

Bakar) dibandingkan negara-negara lain. Kemudian studi ini juga menyatakan

bahwa, ketika kendaraan mengemudi jarak yang sama, dan emisi CO2 yang tetap,

dan konsumsi bahan bakar tahunan mereka mirip, sekitar 14 negara yang diteliti

berada di atas dari pajak rata-rata tahunan. Menurut perhitungan sebelumnya,

ketika konsumsi kendaraan mengarah ke lebih rendah, penggunaan jalan lebih

banyak dan emisi CO2 yang dihasilkan lebih dari sebuah kendaraan konsumsi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

37

yang tinggi. Padahal, pajak bahan bakar per 1000 g CO2 pengendara lebih

meningkat, namun tingkat kenaikan tidak proporsional. Misalnya, kendaraan

merek Fiat 500 drive 45 persen lebih dari Ford Fiesta, tetapi hanya membayar 3

persen lebih dari pajak bahan bakar rata-rata. Sebagai kesimpulan, peneliti

menyarankan bahwa perhatian serius harus diberikan kepada beberapa faktor

seperti proporsi pajak tahunan dengan penggunaan jalan dan rasio pajak tahunan

per 1000 g CO2 dalam studi masa depan. (Siamak Z. Lázaro V. Cremades, 2012).

2.5.3. Penerapan Pajak Progresif Di Indonesia

Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan bernegara, tidak

hanya berfungsi sebagai sumber pendapatan negara namun juga memiliki fungsi

distribusi pendapatan. Pajak progresif adalah pajak yang sistem pemungutannya

dengan cara menaikkan persentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan

kenaikan objek pajak. Secara teori, pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

ini sendiri masuk dalam mekanisme Traffic Demand Management (TDM) yang

terdiri dari 2 aspek besar yaitu aspek pengenaan fiskal dan non-fiskal. Aspek

pengenaan fiskal dapat berwujud road congestion charge, sistem sticker, high

parking charge serta vehicle licensing tax. Sementara aspek pengenaan non-fiskal

dapat berupa high occupancy vehicle termasuk kebijakan 3-in-1, pembatasan

umur kendaraan, kebijakan pengaturan pelat nomor kendaraan serta manajemen

infrastruktur yang memadai.

Beberapa prinsip dasar yang harus dijalankan di dalam mekanisme

penerapan PKB ini antara lain aturan harus mudah, murah dan dapat dipahami,

adil bagi seluruh kelompok masyarakat, apa dan siapa yang hendak diatur harus

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

38

jelas, tidak mudah mengindar dari kebijakan, diterima dengan baik oleh seluruh

masyarakat serta fleksibel dalam pelaksanaannya. Artinya kebijakan tersebut

harus economically acceptable, technically accpetable serta socially acceptable.

Tanpa itu semua, maka sebagus apapun jenis kebijakan yang sudah disiapkan,

tidak akan implementatif dan berdaya guna secara optimal.

Dalam sistem perpajakan di Indonesia, paling tidak, terdapat 2 (dua) jenis

pajak yang menerapkan sistem pajak progresif, yaitu (i) Pajak Penghasilan; dan

(ii) Pajak Kendaraan Bermotor (Kementrian Keuangan RI, 2014).

(1) Pajak Penghasilan orang pribadi

Pajak ini merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi ketimpangan

distribusi pendapatan antara masyarakat yang berpenghasilan tinggi dan yang

berpenghasilan rendah. Kemiskinan, baik relatif dan mutlak, menimbulkan

beberapa kendala bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu negara.

Kesenjangan sosial di antara anggota masyarakat yang paling miskin dapat

menyebabkan ketidakstabilan politik dan ekonomi bagi bangsa secara

keseluruhan. Sehingga kesulitan yang dialami oleh anggota masyarakat termiskin

pada akhirnya dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Untuk mewujudkan fungsi distribusi pendapatan, tarif pajak penghasilan

pribadi di Indonesia mengenakan tarif pajak progresif dimana masyarakat yang

berpenghasilan tinggi akan dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi. Pengenaan

tarif pajak progresif ini sekaligus merupakan wujud dari teori daya pikul dimana

pajak dibebankan kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan ekonominya.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

39

Tarif pajak penghasilan orang pribadi yang berlaku saat ini di Indonesia adalah

sebagai berikut: (UU.NO36 tahun 2008)

1. Penghasilan sampai dengan Rp 50 juta, 5 persen.

2. Di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 250 juta, 15 persen.

3. Diatas Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta 25 persen.

4. Diatas Rp 500 juta 30 persen.

Tarif pajak penghasilan orang pribadi meningkat seiring dengan meningkatnya

penghasilan. Prinsip yang mendasari pajak progresif adalah bahwa mereka yang

memiliki kemampuan lebih (kaya) harus menanggung beban yang lebih besar dari

total penerimaan pajak negara dari mereka yang kurang mampu. Jadi orang

pribadi berpenghasilan rendah tidak hanya membayar pajak lebih sedikit, tetapi

mereka membayar persentase yang lebih kecil dari pendapatan mereka dalam

bentuk pajak. Dari berbagai jenis pajak, pajak penghasilan progresif inilah yang

paling sejalan dengan tujuan meningkatkan kesetaraan pendapatan.

(2) Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Roda Empat

Kebijakan tarif Pajak Kendaraan Bermotor juga diarahkan untuk

mengurangi tingkat kemacetan di daerah perkotaan dengan memberikan

kewenangan daerah untuk menerapkan tarif pajak progresif untuk kepemilikan

kendaraan kedua dan seterusnya. Mengenai penerapan pajak progresif terhadap

Pajak Kendaraan Bermotor dapat dijelaskan sebagai berikut.

Wajib pajak. Sebagai contoh untuk penerapan pajak progresif atas pajak

kendaraan bermotor di DKI Jakarta, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) dan (3) peraturan

daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

40

pajak kendaraan bermotor (Perda. DKI No. 8 Tahun 2010), wajib pajak pajak

progresif terhadap pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi yang memiliki

kendaraan bermotor.

Objek pajak. Pasal 6 ayat (2) UU. No. 28, Tahun 2009 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah (UU No. 28 Tahun 2009) mengatur bahwa pajak

progresif dikenakan terhadap kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas

nama dan/atau alamat yang sama. Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan

seterusnya dibedakan menjadi kendaraan roda kurang dari 4 (empat) dan

kendaraan roda 4 (empat) atau lebih. Sebagai contoh, orang pribadi yang memiliki

1 (satu) kendaraan bermotor roda 2 (dua), 1 (satu) kendaraan bermotor roda 3

(tiga) dan 1 (satu) kendaraan bermotor roda 4 (empat), masing-masing

diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak dikenakan pajak

progresif.

2.6. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

1) Pengertian Kepatuhan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau

patuh pada ajaran atau aturan. Kemudian menurut yang dikutip oleh Gunadi

(2005), kepatuhan pajak adalah kesediaan wajib pajak untuk memenuhi

kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya

pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan

sanksi baik hukum maupun administrasi.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

41

Kemudian kepatuhan yang dikatakan oleh Norman D. Nowak (2004)

merupakan “suatu iklim” kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban

perpajakan yang tercermin dalam situasi sebagai berikut:

a) Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

c) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

d) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya

Kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan meliputi kepatuhan formal dan

kepatuhan material (http://pascasarjana-stiami.ac.id/2010/12). Kepatuhan formal

dapat diidentifikasi dari kepatuhan dalam penyampaian surat pemberitahuan.

Apabila wajib pajak telah melaporkan surat pemberitahuan maka wajib pajak

telah memenuhi ketentuan formal, namun isinya belum tentu memenuhi ketentuan

material. Wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak

yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar surat pemberitahuan sesuai

ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu akhir. Batas akhir

pelaporan SPT masa adalah tanggal 20 bulan berikutnya, sedangkan untuk

pelaporan SPT Tahunan paling lambat Bulan Maret tahun berikutnya untuk orang

pribadi dan Bulan April tahun berikutnya untuk wajib pajak badan.

Kepatuhan formal dan material ini lebih jelasnya diidentifikasi kembali

dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000. Menurut Keputusan

Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000. kepatuhan wajib pajak dapat

diidentifikasi dari: a.Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

42

pajak dalam 2 tahun terakhir, b.Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua

jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda

pembayaran pajak, c.Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak

pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir; dalam 2 tahun

terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak

pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk

masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5 persen, d. Wajib pajak

yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik

dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian

sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

Dengan dasar beberapa pengertian kepathan wajib pajak di atas dapat

kembali dinyatakan bahwa seorang wajib pajak dapat dikatakan patuh apabila

telah menyelesaikan kewajiban perpajakannya. Dan dapat dikatakan telah

menyelesaikan kewajiban perpajakannya, apabila telah selesai melaporkan SPT

dan prosedurnya benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yangberlaku. Prosedur yang harus dijalankan seoarang wajib pajak

meliputimembuat NPWP, menghitung pajak yang terutang, membuat SSP dan

membayar pajak di Bank Persepsi (bank yang ditunjuk) atau kantor pos, kemudian

melaporkan SPT.

2) Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

Sumarni Lombantoruan, dkk, (2013) Johanes Paulus Koromath, Siti Aisah

Bauw menyatakan bahwa yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak antara lain; variabel pengetahuan perpajakan dan pelayanan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

43

fiskus berpengaruh positif, namun variabel sanksi denda tidak berpengaruh positif

terhadap kepatuhan Wajib Pajak (WP) dalam membayar pajak.

Rahmat Alfian (2011) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak

orang pribadi pada kantor pelayanan pajak Pratama Surabaya krembangan masih

rendah. Kondisi tersebut terlihat dari rasio wajib pajak yang membayar pajak yang

fluktuatif.

Berdasarkan penelitian Margareth Ros Pratama (2012) menyatakan bahwa

tingkat pendidikan dan pelayanan kantor pelayanan pajak tidak berpengaruh

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi sedangkan pemahaman

peraturan perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib . Karena

pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib

hendaknya kantor pelayanan pajak memberikan sosialisasi peraturan peraturan

pajak kepada wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan penelitian Debby Farihun Najib (2013) menunjukkan bahwa

pemahaman self assessment dan informasi pelayanan perpajakan tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam

membayar pajak penghasilan.

2.7. Teori Perilaku Konsumen

1) Pengertian Perilaku Konsumtif

Para ahli medefinisikan perilaku konsumen, sebagai berikut ;

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

44

(a) Gerald Zaldman dan Melanie Wallendorf (1979) menjelaskan bahwa :

“Consumer behavior are acts, process and sosial relationship exhibited by

individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and

consequent experience with products, services and other resources”.

(Perilaku konsumen adalah tindakan - tindakan, proses, dan hubungan sosial

yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan,

menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari

pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber - sumber lainya).

(b) David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984) mengemukakan bahwa :

“Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity

individuals engage in when evaluating, acquaring, using or disposing of good

and services”.

(Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan

keputusan dan aktivitas fisik individu ketika terlibat dalam mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan atau membuang barang dan jasa)

Perilaku konsumen merupakan sebuah studi tentang proses pengambilan

keputusan pada individu, kelompok atau organisasi maupun masyarakat luas

untuk menggunakan atau tidak terhadap suatu produk (barang, jasa dan ide). (Rini

Dwiastuti, dkk, 2012).

2) Beberapa faktor yang mempengaruhi prilaku konsumtif

Perilaku konsumen dalam membeli barang dipengaruhi oleh berbagai

faktor, dan dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor eksternal yang meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok

referensi, keluarga, serta demografi. Faktor internal antara lain meliputi motivasi,

harga diri, gaya hidup serta konsep diri. Pada umumnya keluarga yang

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

45

berpenghasilan rendah, proporsi yang besar dari pendapatanya akan digunakan

sebagai kebutuhan makan, dan kebutuhan pokok lainya: diantaranya pakaian,

perumahan, pendidikan dan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan lain yang bisa

mensejahterakan keluarga itu sendiri. Hal ini sejalan dengan dengan pendapatnya

Ernest Engel di dalam buku Makro Ekonomi yang mengemukakan hukum”

hubungan antara pendapatan dan konsumsi”, bahwa makin besar pendapatan

maka makin besar bagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi, terutama

makanan dan sebaliknya (Samuelson, 1995).

Dalam hal ini prilaku konsumsi dipandang dalam sosiologi bukan sebagai

sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia tetapi

berkait pada aspek-aspek sosial budaya. Dimana prilaku konsumsi berhubungan

dengan masalah selera, identitas atau gaya hidup yang dapat berubah, sebab

difokuskan pada kualitas simbolik dari barang dan tergantung pada persepsi

tentang selera dari orang lain. Prilaku konsumsi yaitu dengan mengkonsumsi

suatu produk bukan dalam rangka kegunaan (utility), tetapi lebih berat pada

pertimbangan nilai (value) yang melekat pada produk itu. Suatu produk bukan lagi

dilihat pada fungsi substansialnya, tetapi lebih ditekankan pada makna yang

melekat pada produk tersebut. Produk disini telah telah berubah menjadi suatu

yang telah memiliki makna simbolik. Dalam mengkonsumsi suatu produk, orang

lebih mementingkan “image” yang melekat pada produk itu dari pada

kegunaanya. Produk itu lebih dan dilihat dari hubunganya dengan citra,

kemewahan dan kenikmatan baru, sehingga semakin langka dan terbatas suatu

produk, semakin tinggi pula makna simbolik yang melekat benda itu. Jika saja

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

46

tingkat pendapatan (income) yang diperoleh memang memadai untuk memenuhi

godaan untuk membeli produk simbolis yang ditawarkan, tentu saja tidak ada

persoalan. Akan tetapi jika pendapatan (income) sangat terbatas sedangkan nafsu

untuk membeli dalam rangka mengisi prilaku konsumsi yang tidak mampu untuk

diredam tetntunya akan menjadi suatu persoalan bagi masing-masing individu.

Watternberg (2005) berpendapat bahwa konsep diri juga merupakan suatu

aspek penting pada konsumen terutama konsumen remaja karena pada masa ini

mulai mengembangkan identitas diri dan penilaian diri ini diketahui yakni minat

dalam diri sendiri dan minat tersebut diekspresikan melalui perilaku membeli.

Jayasree Krishnan (2011) dalam studi yang dilakukan dengan menekankan

pentingnya gaya hidup dan pengaruhnya pada perilaku pembelian konsumen.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan

antara konsumen, gaya hidup umum dan pola konsumsi mereka. Ukuran AIO

digunakan untuk mengidentifikasi dimensi gaya hidup konsumen. Penelitian ini

menegaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup konsumen

dan merek produk yang digunakan oleh mereka. Dengan mempelajari temuan itu

disimpulkan bahwa konsumen sering memilih produk, jasadan kegiatan lainnya

lebih karena mereka berhubungan dengan tertentugaya hidup. Produk ini

bangunan blok gaya hidup, pemasaranOleh karena itu harus, memiliki ide yang

lengkap ini gaya hidup berubah begitu untuk segmen mereka dan memposisikan

produk mereka berhasil.

Menurut Handi Irawan (2011) perilaku konsumen Indonesia dikategorikan

menjadi sepuluh, yaitu:

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

47

(1) Berpikir jangka pendek, ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya

berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu

cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.

(2) Tidak terencana. Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu

membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).

(3) Suka berkumpul bersama. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka

berkumpul (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs jejaring sosial

seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di

Indonesia.

(4) Gagap teknologi. Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai

teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur

yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.

(5) Berorientasi pada kontek. Konsumen kita cenderung menilai dan memilih

sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu, konteks-konteks yang meliputi

suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.

(6) Suka buatan Luar Negeri. Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai

produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang

kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia

(7) Beragama (religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama.

Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran

agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh

seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk

yang mengusung simbol-simbol agama.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

48

(8) Gengsi. Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin

cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi

ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis

ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang

menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga

mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga

menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk

cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan

jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.

(9) Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi

dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya

ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku

yang lain.

(10) Kurang peduli lingkungan. Salah satu karakter konsumen Indonesia yang

unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika

melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan

semakin meningkat, terutama mereka yang *tinggal di perkotaan begitu pula

dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu

lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium

sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah

lingkungan terhadap mereka.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

49

2.7. Keaslian Penelitian

Penelitian yang terkait dengan penerapan pajak progresif di berbagai

negara telah banyak dilakukan, dan beberapa hasil penelitian yang dimaksud

diberikan sebagai berikut:

Pajak progresif menurut Andrew Hanson (2012) dibenarkan secara

ekonomi dan moral untuk beberapa lasan sebegaia berikut:

(1) Efisiensi yakni dengan pertimbangan berapa jumlah optimal barang dan

jasa public, yang harus disediakan pemerintah? Jika pemerintah membuat

aturan yang mengatakan setiap orang harus membayar bagian yang sama

dari pendapatan mereka, maka pendapatan mereka akan dibatasi pada

tingkat terendah yang mampu membayar pekerja produktif.

(2) Kebahagian maksudnya para pendukung pajak progresif sering

mengatakan “ orang kaya mampu untuk membayar lebih “. Apa yang

benar-benar berarti bagi mereka adalah, bahwa $ 100 ini lebih berarti bagi

orang yang menghasilkan $ 5000 setahun, daripada yang dilakukan mreka

untuk orang menghasilkan $ 500.000 per tahun. Tindakaan ini berarti pula

memungkinkan orang miskin untuk menjaga bagian yang lebih besar dari

pendapat mereka yang secara alami menghasilkan nilai bahagia yang lebih

daripada membuat orang membayar pajak yang sama.

(3) Keadilan maksudnya sebagian besar orang yang berpendapatan layak,

maka akan ada kasus yang baik yakni mereka seharusnya dapat menabung

lebih banyak. Namun orang yang pendapatannya tidak layak secara moral,

hasil pendapatan mereka hampir semua digunakan orang ini terutama

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

50

karena faktor di luar kendali mereka. Sebagai contoh, semiskin orang

Amerika lebih kaya secara absolut dari orang India terkaya. Ini bukan

karena; orang Amerika memiliki akses ke satu set lembaga yang luar biasa

dan orang Amerika memiliki spesialisasi dan perdagangan skala besar

dalam sebatas Negaranya.

Pajak progresif yang diterapkan di Negara maju dan Negara berkembang

mempunyai hubungan yang menarik dilihat dalam konteks pembangunan

ekonominya. Livingston, M.A., (2006) dalam analisisnya mengatakan;

dibeberapa kalangan yang ada, ide siklus hidup pajak menjadi popular di mana

progresivitas menjadi perhatian pada tahap awal pembangunan nasional dan agak

kurang mendesak ketika sebuah Negara telah mencapai tahapan yang lebih

matang. Jika sekarang benar-benar Negara China dan India memasuki masa

progresivitas yang lebih besar, sementara Negara-negara Barat, Jepang dan lain-

lain mungkin sekarang bergerak kearah system pajak progresif yang mendatar

atau bahkan kurang progresif. Satu masalah terkait dengan analisis ini adalah

bahwa mereka mengabaikan keberadaan pertukaran antar Negara dan perbedaan

tersebut mengakibatkan kecenderungan memunculkan konvergensi dalam

kebijakan pajak. Oleh karenanya, dipertanyakan apakah China dan India mampu

mempertahankan system pajak progresif ketika dan jika mereka melihat Negara

maju kehilangan minat dalam kosnesp itu, atau mereka akan menyesuaikan

dengan norma global yang baru.

Moyes, dkk,. (1988) menyatakan bahwa pajak progresif ini diperkirakan

akan mampu mengurangi ketimpangan pendapatan. Hal ini terutama berlaku jika

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

51

pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah progresif seperti

pembayaran transfer dan jaring pengaman sosial. Namun, efek yang timbul

mungkin diredam jika harga yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan

terjadinya penggelapan pajak. Ketika ketimpangan pendapatan rendah,

permintaan total atau agregat akan relatif tinggi, karena banyak orang yang

menginginkan barang dan jasa atau konsumen biasa akan mampu membelinya.

Tingginya kadar ketimpangan pendapatan dapat memiliki efek negatif pada

pertumbuhan ekonomi jangka panjang, lapangan kerja, dan konflik kelas. Pajak

progresif sering disarankan sebagai cara untuk mengurangi penyakit sosial yang

terkait dengan ketimpangan pendapatan yang tinggi. Perbedaan antara indeks Gini

(alat pengukur ketimpangan distribusi pendapatan) untuk distribusi laba sebelum

pajak dan indeks Gini setelah pajak merupakan indikator untuk efek pajak

tersebut.

Ekonom Becker Gery S,. dkk., (1970) menyatakan, bahwa sementara tarif

pajak progresif menaikkan pajak atas penghasilan yang tinggi memiliki tujuan dan

efek yang sesuai untuk mengurangi beban bagi yang berpenghasilan rendah,

meningkatkan kesetaraan pendapatannya. Becker Gery S selanjutnya mengkaitkan

masalah pajak ini dengan masalag tingkat pendidikan, di mana disebutkan bahwa

tingkat pendidikan yang semakin tinggi sering tergantung pada biaya dan

pendapatan keluarga, yang bagi masyarakat miskin, mengurangi kesempatan

mereka untuk tingkat pendidikan. Meningkatkan pendapatan bagi kesetaraan

ekonomi miskin mengurangi ketimpangan pencapaian pendidikan. Dan kebijakan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

52

pajak dapat menyertakan fitur progresif yang memberikan insentif pajak untuk

pendidikan, seperti kredit pajak dan pembebasan pajak untuk beasiswa dan hibah.

Sebuah efek yang berpotensi merugikan perencanaan dari pajak progresif

adalah bahwa dapat dilakukan dengan mengurangi insentif untuk pencapaian

pendidikan. Dengan berkurangnya pendapatan pekerja berpendidikan tinggi

setelah pajak, pajak progresif dapat mengurangi insentif bagi warga negara untuk

mencapai pendidikan yang lebih tinggi, sehingga menurunkan tingkat keseluruhan

modal manusia dalam suatu perekonomian. Namun, efek ini dapat dikurangi

dengan subsidi pendidikan yang didanai oleh pajak progresif. Secara teoritis,

dukungan publik untuk belanja pemerintah pada peningkatan pendidikan yang

lebih tinggi ketika diberlakukan perpajakan yang progresif, terutama ketika

distribusi pendapatan tidak merata.

Kunert dan Kuhfeld (2007) mengulas pajak progresif ini dari sisi

transportasi. Mereka menyatakan bahwa kebijakan transportasi yang diadopsi oleh

negara-negara atau yurisdiksi lokal, pajak kendaraan bisa menjadi bukan pajak

ganda yakni beban pajak dikenakan pada saat pembayaran pembelian dan

pendaftaran (misalnya, pajak omset, pajak pendaftaran, biaya pendaftaran). Atau,

bisa dibebankan secara berkala untuk kendaraan sebagai pajak atas kepemilikan

atau penguasaan (misalnya, pajak kendaraan, pajak asuransi). Selain akuisisi dan

pajak kepemilikan, pajak bahan bakar, dan pajak pertambahan nilai juga

dikenakan di berbagai Negara-negara Eropa dan Asia. Pajak atau biaya ini

mungkin merupakan beban yang signifikan pada akuisisi dan kepemilikan

kendaraan baru oleh pengendara. Sebuah pajak kendaraan juga bisa ditafsirkan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

53

sebagai instrumen kebijakan yang dirancang untuk mengurangi emisi dan

kemacetan, pengurangan penggunaan kendaraan pribadi; apalagi itu bisa

menggantikan kendaraan pribadi dengan jasa angkutan umum.

Chan Ngee Choon (2013) dalam Published the Straits Times menyatakan

sistem pajak progresif adalah salah satu di mana orang kaya membayar persentase

yang lebih tinggi dari pendapatan di pajak dari seseorang yang kurang mampu.

Mereka di bawah ambang batas pendapatan mungkin tidak membayar pajak.

Dengan dasar konsep itu dia menyatakan pada anggaran 2013 melihat peluang

untuk pengenalan pajak kekayaan pada mobil mewah dan rumah. Sistem pajak

semakin progresif, tetapi pemerintah juga harus meningkatkan pengeluaran sosial

dan transfer untuk mengurangi kesenjangan pendapatan. Sebagai perekonomian

terbuka, Singapura memiliki keseimbangan antara menjaga daya saing pajak

internasional dan mencapai kesetaraan dalam negeri dalam kebijakan fiskal.

Anggaran 2013 sehingga bertujuan untuk pertumbuhan yang berkualitas dan

masyarakat yang inklusif. Sebagai kesenjangan pendapatan telah naik tipis,

kebijakan fiskal merupakan salah satu alat untuk mempersempit kesenjangan

tersebut. Mempersempit kesenjangan pendapatan dilakukan pada kedua ujungnya:

menargetkan rendah untuk pekerja berpenghasilan menengah dengan

mendistribusikan pendapatan, dan menurunkan pendapatan sekali pakai di akhir

yang lebih tinggi dengan mengenakan pajak pendapatan dan kekayaan yang lebih

tinggi. Anggaran 2013 tidak memperkenalkan sesuatu sebagai kontroversial, tentu

saja. Tapi itu tidak membuat baik penggunaan pajak kekayaan untuk

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

54

meningkatkan beban pajak pada rumah mewah dan mobil. Secara keseluruhan,

anggaran 2013 Singapura menetapkan progresivitas pajak yang lebih besar.

Suits, Daniel B. (2014) pajak progresif adalah pajak yang meningkat tarif

pajak sebagai pajak jumlah dasar meningkat. Istilah "progresif" mengacu pada

cara tarif pajak berlangsung dari rendah ke tinggi, dengan hasil bahwa tarif pajak

rata-rata wajib pajak adalah kurang dari tarif pajak marjinal seseorang. Istilah ini

dapat diterapkan pada pajak individu atau sistem pajak secara keseluruhan; tahun,

multi-tahun, atau seumur hidup. Pajak progresif yang dikenakan dalam upaya

untuk mengurangi insiden pajak orang dengan kemampuan membayar yang lebih

rendah, karena pajak tersebut menggeser kejadian semakin kepada mereka dengan

kemampuan membayar yang lebih tinggi. Kebalikan dari pajak progresif adalah

pajak regresif, di mana tarif pajak relatif atau beban berkurang sebagai

kemampuan individu untuk membayar kenaikan. Dikatakan pula oleh penyaji,

Pajak progresif sering disarankan sebagai cara untuk mengurangi penyakit sosial

yang terkait dengan ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi, sebagai struktur

pajak mengurangi ketimpangan, namun ekonom tidak setuju pada efek jangka

panjang ekonomi dan kebijakan pajak. Pajak progresif juga telah dikaitkan secara

positif dengan kebahagiaan, yang subjektif kesejahteraan bangsa dan kepuasan

warga dengan barang publik, seperti pendidikan dan transportasi.

Mohanad Ismael (2011) perpajakan adalah alat tidak dapat dihindari dalam

perekonomian kontemporer digunakan untuk pengeluaran publik yang pada

gilirannya bertujuan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial utama. Secara

khusus, pajak penghasilan individu telah menjadi sumber terbesar bagi pemerintah

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

55

AS sejak pertengahan abad terakhir dengan rata-rata 8 persen dari PDB Amerika

dan mewakili sekitar 45 persen dari Federal Pajak Penghasilan tahun 2008.

Dikemukakan juga oleh penulis, sebagian besar negara OECD menerapkan pajak

penghasilan dengan fitur progresif di mana tarif pajak meningkat karena jumlah

dasar pengenaan pajaknya semakin tinggi. Oleh karena itu, peneliti berpikir

bahwa mempertimbangkan kebijakan pajak progresif merupakan strategi yang

cocok untuk menjaga kesenjangan yang wajar antara agen kaya dan miskin.

Bahl, Murray (1990) meneliti kepatuhan para pembayar pajak di Jamaika.

Penelitian dilakukan terhadap 1.345 perusahaan (dengan total karyawan berjumlah

69.724 orang) dengan objek penelitian berupa pemotongan Pajak Penghasilan

oleh perusahaan untuk tahun 1984. Penelitian dilakukan secara acak (random)

terhadap 10.000 wajib pajak orang pribadi (individual taxpayers). Pajak

penghasilan di Jamaika memberi kontribusi penerimaan negara sebesar 28,9

persen dan 90 persen dari jumlah tersebut diperoleh melalui pemotongan oleh

pemberi kerja . Tarif pajak di Jamaika berjenjang dan progresif, yaitu 30, 40, 45,

50, dan 57,5 persen. Pemerintah Jamaika memberlakukan aturan bahwa

perusahaan yang tidak melaporkan dengan benar perhitungan dan pemotongan

pajak atas penghasilan karyawannya, akan diperiksa oleh Dinas Pajak Jamaika.

Bahl dan Murray juga menemukan bahwa hanya 8 persen wajib pajak yang

menghitung dan membayar pajak penghasilan dengan benar, dan 26 persen

melakukan lebih bayar, sedang sisanya sebesar 66 persen kurang bayar. Bahl dan

Murray menyimpulkan bahwa wajib pajak akan lebih patuh (lebih menentang)

terhadap sistem pajak bila tarif pajaknya semakin rendah (tinggi). Namun untuk

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

56

meningkatkan kepatuhan wajib pajak, diperlukan perubahan komprehensif yang

meliputi perubahan tarif pajak , dasar pengenaan pajak, dan perbaikan

administrasi perpajakan (tax administrative reform).

Jackson, McKee (1992) menemukan bahwa 52 pembayar pajak di

Amerika Serikat merasa bahwa perlakuan IRS terhadap mereka tidak konsisten

pada kondisi yang relatif sama. Dia menggunakan penelitian laboratorium dengan

sampel yang terdiri atas 25 percobaan yang masing-masing terdiri atas 15 orang

mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengantar Ekonomi. Penelitian

dilakukan dengan memberikan pendapatan kepada masing-masing sampel dan

mereka diminta untuk melaporkan pendapatannya tersebut. Peneliti juga

menggunakan tarif pajak, kemungkinan peserta untuk diperiksa, dan bila ketahuan

curang maka mereka akan didenda. Dia menunjukkan bahwa sanksi untuk

diperiksa berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan seorang Wajib Pajak.

Namun ada hal yang menarik dari hasil penelitian tersebut yaitu apabila wajib

pajak menerima imbal balik dari Pemerintah berupa barang publik, tingkat

kepatuhan justru menurun meskipun dalam jumlah yang kecil.

Di Jepang, reformasi perpajakan dilakukan dengan menetapkan tarif

tunggal pajak menjadi 20 persen pada tahun 1989 (Harta, 1992). Selain itu, tarif

pajak penghasilan diturunkan dari tingkat tertinggi sebesar 88 persen menjadi 65

persen. Penerimaan pajak langsung tersebut secara total sedikit menurun, tetapi

penerimaan pajak tidak langsung justru meningkat Akuntabilitas tajam. Dia juga

menyimpulkan bahwa semakin tinggi tarif pajak, orang cenderung mengecilkan

penghasilan yang dilaporkan kepada otoritas pajak. Berdasarkan data dan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

57

informasi mengenai kepatuhan wajib pajak dan hasil evaluasinya, diperoleh hasil-

hasil sebagai berikut: wajib pajak yang memiliki penghasilan yang semakin besar

cenderung lebih patuh, penerapan tarif yang lebih rendah mendorong kepatuhan

wajib pajak ketimbang penerapan tarif pajak yang tinggi, penerapan sanksi

perpajakan mendorong kepatuhan wajib pajak, persepsi wajib pajak mengenai

penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas oleh Pemerintah

mendorong kepatuhan wajib pajak, perlakuan perpajakan yang adil

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Penelitian dari Muliari Ni Ketut dkk., (2009) meneliti tentang pengaruh

persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan

wajib pajak orang pribadi di kantor palayanan pajak pratama, Denpasar Timur.

Hasil penelitiannya menyatakan kesadaran wajib pajak merupakan sebuah itikad

baik seseorang untuk memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan hati

nurani yang tulus iklas. Semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka pemahaman

dan pelaksanaan kewajiban perpajakan mereka akan semakin membaik, sehingga

dapat meningkatkan kepatuhan mereka dalam membayar pajak.

Pajak penghasilan individu di Italia adalah progresif dengan kata lain,

semakin tinggi pendapatan semakin tinggi tingkat hutang pajak. Pada tahun 2014

tarif pajak bagi seorang individu adalah antara 23 - 43 persen, Selain pajak

langsung (IRPEF), ada juga pajak daerah dari 1,2 -2,03 persen dan pajak kota 0,1

- 0.8 persen. Tingkat standar pajak perusahaan Italia (Ires) pada tahun 2014 adalah

27,5 persen. Selain itu, pajak daerah (IRAP) dikenakan pada tingkat umum 3,9

persen, sehingga tarif pajak yang berlaku 31,4 persen. Demikian pula di Italia

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

58

seorang individu bertanggung jawab atas pajak atas penghasilan sebagai karyawan

dan penghasilan sebagai orang wiraswasta. Pajak akan dibayarkan atas

penghasilan yang diperoleh di Italia dan luar negeri oleh seorang individu yang

memenuhi uji dari "penduduk tetap" Italia. Seorang warga asing yang

dipekerjakan di Italia membayar pajak hanya atas penghasilan yang diperoleh di

Italia.Salah satu dari dua tes harus dilalui untuk dianggap sebagai warga Italia:

kehidupan berpusat di Italia, atau yang terdaftar dalam. Daftar Penduduk sebagai

hidup lebih dari 183 hari setahun di Italia. Hal ini penting untuk menunjukkan

dalam hal penghasilan kena pajak dari luar Italia, bahwa "kredit pajak" diberikan

untuk pajak dipotong di luar Italia. Dalam kasus pendapatan dari gaji, majikan

wajib untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar setiap bulan. Seseorang

wiraswasta harus prabayar pajak penghasilan yang akan diperhitungkan pada

pengajuan pengembalian tahunan. Uang muka ditentukan berdasarkan

pengembalian yang dibuat untuk tahun sebelumnya. (Italy Income Taxes and Tax

Laws ,2015). Total jumlah kena pajak umumnya dikenakan tarif pajak progresif.

Sistem pajak Italia menyediakan enam kategori berikut pendapatan: Pendapatan

kerja, Pendapatan usaha, Pendapatan wirausaha, Pendapatan real estate,

Pendapatan investasi, Capital gain. Penghasilan kena pajak yang kotor ditentukan

oleh jumlah penghasilan kena pajak dari kategori di atas dikenakan pajak biasa.

(Luca Barbera, WWTS – Corporate, 2014/2015).

Menurut Oliver Wendell Holmes, pajak adalah harga yang kita bayar

untuk masyarakat beradab, maka progresivitas pajak sangat menentukan

bagaimana harga yang bervariasi antara individu. Struktur pajak progresif adalah

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

59

satu di mana seorang individu atau kewajiban pajak keluarga sebagai bagian dari

pendapatan meningkat dengan pendapatan. Jika, misalnya, pajak untuk keluarga

dengan penghasilan $ 20.000 adalah 20 persen dari pendapatan dan pajak untuk

keluarga dengan penghasilan sebesar $ 200.000 adalah 30 persen dari pendapatan,

maka struktur pajak atas rentang pendapatan bersifat progresif. Salah satu struktur

pajak yang lebih progresif daripada yang lain jika tarif pajak rerata naik cepat

dengan pendapatan. ( http://www.worldwide-tax.com/italy/italy_tax.asp, 2015).

Dinilai oleh tarif pajak penghasilan atas saja, progresivitas pajak di

Amerika Serikat menurun tajam pada tahun delapan puluhan. Pada tahun 1980

tarif pajak tertinggi mencapai 70 persen. Pemulihan Ekonomi Pajak Act of 1981

mengurangi tingkat yang sampai 50 persen, dan Reformasi Pajak tahun 1986 jauh

berkurang ke 33 persen. Meskipun tingkat tertinggi sejak saat itu telah menyikut

kembali ke sekitar 34 persen, masih kurang dari setengah apa itu pada tahun 1980.

negara-negara maju lainnya telah ditiru Amerika Serikat dalam mengurangi

Hasil penelitian dari Yadnyana dkk, (2011) mengungkap pengaruh

peraturan pajak serta sikap wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak koperasi di

Kota Denpasar. Dikatakan dalam hasil penelitian mereka bahwa kepatuhan pajak

adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi dari komponen yang

disebut kognitif, efektif dan konatif yang berinteraksi dalam memahami,

merasakan dan berprilaku terhadap makna dan fungsi pajak. Kepatuhan pajak

merupakan salah satu penunjang yang dapat meningkatkan PAD.

Dedi, Kepala Cabang Pelayanan Dispenda Provinsi Jawa Barat wilayah

Kabupaten Bandung II, menyatakan di daerahnya sekitar 76.000 an kendaraan

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

60

bermotor roda dua dan rodan empat belum membayar pajak . Dan jumlah

kendaraan yang termasuk kendaraan tidak melakukan daftar ulang mencapai 70%

itu merupakan kendaraan roda dua, dan sisanya kendaraan adalah roda empat.

Dedi menambahkan tingkat ketaatan warga dalam membayar pajak kendaraan

tergolong tinggi karena data warga yang membayar pajak kendaraan dan yang

melakukan balik nama kendaraan masih lebih besar. Setiap bulannya, rerata

pertumbuhan kendaraan di Kabupaten Bandung mencapai 3.500 unit sepeda

motor dan 500 – 1000 unit kendaraan roda empat. Kontribusi pajak dari lima jenis

pajak yang dikelola samsat,baik PKB, BBNKB I dan BBNKB II, PBBKB air

permukaan mencapai Rp 320 milyar selama 2013.

Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan

dan akuntabillitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor diteliti oleh Budiarta dkk (2013), Dalam hasil penelitiannya

dikemukakan kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan

akuntabilitas pelayanan public berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada kantor bersama samsat di

Kota Singaraja. Dikatakan pula bahwa kesadaran dalam diri wajib pajak

khususnya mengenai pajak kendaraan bermotor merupakan partisipasi dari

masyarakat untuk menunjang pembangunan daerah, sehingga kondisi tersebut ke

depan perlu ditingkatkan. Demikian pula dikemukakan perlunya secara rutin

memberikan penyuluhan tentang pentingnya manfaat pajak, agar ada peningkatan

pengetahuan wajib pajak mengenai manfaat pajak.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

61

Jati, dkk (2012) dalam penelitiannya menghasilkan temuan variabel

kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan

berpenngaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor di kantor bersama samsat, Kota Denpasar. Dalam upaya

peningkatan penerimaan pajak diharapkan pihak dinas pendapatan selalu

berupaya meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kantor samsat serta

meningkatkan ketegasan sanksi perpajakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sanksi perpajakan yang akan diterima wajib pajak adalah faktor yang

dapat mempengaruhi peningkatan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Audit pajak dan sanksi/denda yang ditetapkan oleh otoritas pajak merupakan

motivator utama dari kepatuhan wajib pajak . hal tersebut diungkap oleh Wite dkk

(1985). Disamping itu dinyatakan pula bahwa audit dan sanksi merupakan

kebijakan yang efektif untuk mencegah ketidakpatuhan. Untuk mencegah ketidak

patuhan serta mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpjakan maka

harus diberlakukan sanksi tegas dalam rangka memajukan keadilan dan efektifitas

system pajak.

Hasil penelitian beberapa peneliti di atas lebih banyak berbicara tentang

keterkaitan teori ekonomi di dalam memberikan penjelasan tentang hubungan

negatif antara pajak dan pertumbuhan ekonomi. Pajak penghasilan membuat

disinsentif untuk mendapatkan penghasilan kena pajak. Individu dan perusahaan

memiliki insentif untuk terlibat dalam kegiatan yang meminimalkan beban pajak

mereka. Saat kegiatan mereka rendah kemudian dikenakan pajak yang lebih

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Daerah BAB II.pdfPengertian PAD menurut UU. No. 28, Tahun 2009 yaitu pendapatan yang bersumber dari keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

62

tinggi, individu dan perusahaan akan mengganti kegiatannya ke usaha yang

kurang produktif, yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Penelitian yang dilakukan saat ini lebih banyak melihat dari pengaruh

pajak progresif terhadap perilaku konsumtif wajib pajak, basis pajak, kepatuhan

wajib pajak, dan perkiraan pendapatan daerah. Dengan demikian ada bagian yang

tidak sama dengan peneliti terdahulu, yakni yang mengupas tentang pengaruh

pajak progresif terhadap kinerja pemerintah daerah terutama Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Bali.