pendapatan dan belanja daerah (nasional) · 1 potret apbd ta 2013 secara umum struktur apbd terdiri...

13
1 POTRET APBD TA 2013 Secara umum struktur APBD terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayan Daerah. Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah sedangkan Belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. Gambar 1 Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat diketahui adanya pertumbuhan pendapatan dari tahun ke tahun. Dari TA 2008 hingga TA 2013, Pendapatan dan Belanja mengalami pertumbuhan. Pendapatan tumbuh sebesar 75,3%. Pada TA 2008 nilai Pendapatan sebesar Rp365,1 Trilliun menjadi Rp640,2 Triliiun. Belanja mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 98,2%. Pada TA 2008 nilai Belanja sebesar Rp355,7 Triliun naik menjadi Rp704,9 Triliun pada TA 2013. - 100,000,000.00 200,000,000.00 300,000,000.00 400,000,000.00 500,000,000.00 600,000,000.00 700,000,000.00 800,000,000.00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pendapatan dan Belanja Daerah (Nasional) Total Pendapatan Total Belanja Poly. (Total Pendapatan) Poly. (Total Belanja)

Upload: vuongcong

Post on 21-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

POTRET APBD TA 2013

Secara umum struktur APBD terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan

Pembiayan Daerah. Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah sedangkan Belanja terdiri dari Belanja

Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan

Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

Gambar 1

Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat diketahui adanya pertumbuhan pendapatan

dari tahun ke tahun. Dari TA 2008 hingga TA 2013, Pendapatan dan Belanja mengalami

pertumbuhan. Pendapatan tumbuh sebesar 75,3%. Pada TA 2008 nilai Pendapatan sebesar

Rp365,1 Trilliun menjadi Rp640,2 Triliiun. Belanja mengalami kenaikan yang signifikan yaitu

sebesar 98,2%. Pada TA 2008 nilai Belanja sebesar Rp355,7 Triliun naik menjadi Rp704,9

Triliun pada TA 2013.

-

100,000,000.00

200,000,000.00

300,000,000.00

400,000,000.00

500,000,000.00

600,000,000.00

700,000,000.00

800,000,000.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pendapatan dan Belanja Daerah (Nasional)

Total Pendapatan

Total Belanja

Poly. (Total Pendapatan)

Poly. (Total Belanja)

2

a. Komposisi PAD Provinsi, Kabupten, dan Kota TA 2013

Gambar 2

Gambar 2 diatas menunjukkan kontribusi Pajak Daerah sangat besar terhadap PAD

Provinsi TA 2013 yaitu sebesar 85%. Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah hanya berkontribusi kurang dari 10%.

Berdasarkan gambar 3 di bawah ini, dapat diketahui bahwa Komposisi PAD Kabupaten TA

2013 sedikit berbeda dengan Provinsi. Jika pada Provinsi, Pajak mendominasi PAD maka

pada Kabupaten, Pajak Daerah dan Lain-lain PAD yang sah memberikan kontribusi yang

hampir sama. Masing-masing memiliki nilai yang cukup besar dalam PAD yaitu 40% dan

33%.

Gambar 3

Sedangkan Komposisi PAD Kota yang juga didominasi Pajak Daerah sebesar 66%. 3

Komponen PAD yang lain hanya berkontribusi kurang dari 20%. (Gambar 4).

85%

3% 3%9%

Komposisi PAD Provinsi TA 2013

Pajak daerah

Retribusi daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah

40%

19%

8%

33%

Komposisi PAD Kabupaten TA 2013

Pajak daerah

Retribusi daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah

3

Gambar 4

B. Komposisi Belanja Provinsi, Kabupaten, Kota

Komposisi Belanja pada diagram di bawah ini terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja

Barang dan Jasa, Belanja Modal, Belanja Sosial dan Hibah, Belanja Transfer, dan Belanja

Lainnya.

Pada TA 2013, Komposisi Belanja Provinsi (Gambar 5) cukup merata antara 6 jenis

Belanja tersebut. Jika kebanyakan daerah Belanja Pegawai mendominasi komposisi

belanja, secara kumulatif pada TA 2013 ini, Belanja Barang dan Jasa mendapat porsi yang

lebih besar yaitu sebesar 24%. Porsi Belanja Modal berada pada urutan kedua sebesar

20%, Belanja Pegawai dan Belanja Bantuan Sosial dan Hibah pada urutan ketiga sebesar

18%. Belanja Transfer dan Belanja Lainnya pada urutan terakhir sebesar 10%.

Gambar 5

Cukup berbeda dengan komposisi Belanja Provinsi, komposisi Belanja Kabupaten

(Gambar 6) di dominasi Belanja Pegawai sebesar 49%. Belanja Modal dan Belanja Barang

66%14%

3%

17%

Komposisi PAD Kota TA 2013

Pajak daerah

Retribusi daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah

18%

24%

20%

18%

10%

10%

Komposisi Belanja Provinsi TA 2013

Belanja Pegawai

Belanja Barang & Jasa

Belanja Modal

Belanja Bansos dan Hibah

Transfer

Belanja Lainnya

4

dan Jasa menempati urutan ketiga masing-masing sebesar 25% dan 18%. Belanja Bantuan

Sosial dan Hibah, Belanja Transfer dan Belanja Lainnya hanya mendapatkan porsi kurang

dari 5%.

Gambar 6

Komposisi Belanja Kota (Gambar 7) mirip dengan Komposisi Belanja Kabupaten.

Belanja Pegawai masih mendominasi sebesar 49%. Belanja Modal dan Belanja Barang dan

Jasa mendapatkan porsi yang hampir sama, masing-masing sebesar 26% dan 21%. Belanja

Bantuan Sosial dan Hibah, Belanja Transfer dan Belanja Lainnya hanya mendapatkan porsi

kurang dari 5%.

Gambar 7

49%

18%

25%

3% 1%

4%

Komposisi Belanja Kabupaten TA 2013

Belanja Pegawai

Belanja Barang & Jasa

Belanja Modal

Belanja Bansos dan Hibah

Transfer

Belanja Lainnya

49%

21%

26%

3%

0%

1% Komposisi Belanja Kota TA 2013

Belanja Pegawai

Belanja Barang & Jasa

Belanja Modal

Belanja Bansos dan Hibah

Transfer

Belanja Lainnya

5

C. Komposisi Penerimaan Pembiayaan Provinsi, Kabupaten, Kota

Penerimaan Pembiayaan terdiri dari SiLPA TA sebelumnya, Pencairan dana

cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman

Daerah dan Obligasi Daerah dan Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman.

Pada TA 2013, komposisi Penerimaan Pembiayaan Provinsi, Kabupaten dan Kota

memiliki kemiripan.

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa 93% Penerimaan Pembiayaan Provinsi

diambil dari SiLPA TA sebelumnya, sedangkan 4 komponen yang lain hanya memiliki porsi

kurang dari 5%.

Gambar 9 dibawah menunjukkan hal yang sama. 91% Penerimaan Pembiayaan

Kabupaten didominasi oleh penggunaan SiLPA TA sebelumnya. 4 Komponen yang lainnya

hanya berkontribusi kurang dari 5%.

Demikian juga dengan Komposisi Penerimaan Pembiayaan Kota (Gambar 10).

Penerimaan Pembiayaan Kota di ambil dari SiLPA TA sebelumnya sebesar 93%. 7%

Komposisi Penerimaan Pembiayaan yang lain terdiri dari 4 Komponen yang lain.

Gambar 8

93%

3%0% 4% 0% Komposisi Penerimaan Pembiayaan Provinsi TA 2013

SiLPA TA sebelumnya

Pencairan dana cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

6

Gambar 9

Gambar 10

91%

3%0% 4% 2%Komposisi Penerimaan Pembiayaan Kabupaten TA 2013

SiLPA TA sebelumnya

Pencairan dana cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

93%

1%0%

4%

2%

Komposisi Penerimaan Pembiayaan Kota TA 2013

SiLPA TA sebelumnya

Pencairan dana cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

7

D. Komposisi Pengeluaran Pembiayaan Provinsi, Kabupaten, Kota

Komposisi Pengeluaran Pembiayaan terdiri Penyertaan Modal (Investasi) Daerah,

Pembentukan Dana Cadangan, Pembayaran Pokok Utang, Pemberian Pinjaman Daerah,

Pembayaran Kegiatan Lanjutan dan Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga.

Komposisi Pengeluaran Pembiayaan antara Provinsi, Kabupaten dan Kota cukup

berbeda. Pada Provinsi (Gambar 11), Pengeluaran pembiayaan didominasi Penyertaan

Modal (Investasi) Daerah, yaitu sebesar 81%. Pengeluaran sebesar 12% untuk

Pembentukan Dana Cadangan. Sisa 7% Pengeluaran Pembiayaan dialokasikan untuk 4

Komponen yang lain

Gambar 11

Jika pada Provinsi Pembiayaan didominasi oleh Penyertaan Modal (Investasi) Daerah, maka

pada Kabupten (Gambar 12), Komposisi Pengeluaran Pembiayaan didominasi oleh 2

Komponen yaitu Penyertaan Modal (Investasi) Daerah dan Pembayaran Pokok Utang,

dengan nilai masing-masing 48% dan 34%.

12%

81%

2% 1% 0%

4%Komposisi Pengeluaran Pembiayaan Provinsi TA 2013

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah

Pembayaran Pokok Utang

Pemberian Pinjaman Daerah

Pembayaran Kegiatan Lanjutan

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

8

Gambar 12

Komposisi Pengeluaran Pembiayaan Kota TA 2013 (Gambar 13) hampir mirip

dengan Komposisi Pengeluaran Pembiayaan Kabupaten. Perbedaan nya adalah Porsi

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah sedikit lebih besar dan Pembayaran Pokok Utang

lebih sedikit, yaitu masing-masing sebesar 58% dan 28%.

Gambar 13

5%

48%34%

3%4%

6%

Komposisi Pengeluaran PembiayaanKabupaten TA 2013

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah

Pembayaran Pokok Utang

Pemberian Pinjaman Daerah

Pembayaran Kegiatan Lanjutan

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

9%

58%

28%

3% 0% 2%

Komposisi Pengeluaran Pembiayaan Kota TA 2013

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah

Pembayaran Pokok Utang

Pemberian Pinjaman Daerah

Pembayaran Kegiatan Lanjutan

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

9

E. Tren Pendapatan Provinsi, Kabupaten, Kota TA 2008-2013

Komponen Pendapatan terdiri dari 3 yaitu PAD, Transfer dan Pendapatan Lain-lain.

Tren Pendapatan Provinsi, Kabupaten dan Kota TA 2008-2013 memiliki kecenderungan

peningkatan. Berdasarkan Gambar 14 hingga Gambar 16 dapat diketahui bahwa kontribusi

Transfer masih mendominasi Pendapatan Daerah. Selama 6 Tahun terakhir tren itu belum

mengalami perubahan.

Seperti telah disebutkan diatas, Tren Pendapatan Provinsi pada Gambar 14

menunjukkan komponen terbesar dari ketiganya adalah Transfer. Pada TA 2013, Nilai

Transfer mencapai Rp100,2 Triliun, nilai PAD mencapai Rp92,4 Triliun dan nilai Pendapatan

Lain-lain mencapai Rp5,3 Triliun. Dibandingkan TA 2008, Pada TA 2013 Kenaikan PAD dan

Pendapatan Lain-lain sudah melebihi 100%. Pada TA 2008 nilai PAD sebesar Rp44,5 Triliun

sedangkan pada TA 2013 mencapai Rp100,2 Triliun. Untuk Pendapatan Lain-lain, pada TA

2008 sebesar Rp1,02 Triliun sedangkan pada TA 2013 mencapai TA Rp5,3 Triliun.

Apabila komponen Transfer dilihat lebih jauh, dapat diketahui terjadi kenaikan yang

sangat signifikan pada DAK, yaitu lebih dari 157%. Pada TA 2008, DAK hanya sebesar

Rp0,7 Triliun sedangkan pada TA 2013 DAK sudah mencapai Rp1,8 Triliiun.

Gambar 14

Seperti hal nya Provinsi, Tren Pendapatan Kabupaten (Gambar 15) juga didominasi

Transfer. Dari TA 2008 hingga TA 2013, nilai Transfer terus mengalami kenaikan. Pada TA

2008 nilai Transfer sebesar Rp199,9 Triliun menjadi Rp325,5 Triliun pada TA 2013. PAD

juga terus mengalami kenaikan dari TA 2008 hingga TA 2013. Bahkan PAD mengalami

kenaikan 100% pada TA 2013 jika dibandingkan dengan TA 2008, yaitu sebesar Rp14,2

Triliun pada TA 2008 menjadi Rp28,6 Triliun pada TA 2013.

0

20000000

40000000

60000000

80000000

10000000

12000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tren Pendapatan Provinsi

PAD

Transfer

Lain-lain

10

Gambar 15

Tren Pendapatan Kota (Gambar 16) memiliki kemiripan dengan Tren Pendapatan

Kabupaten, yaitu sama-sama didominasi Transfer. Nilai Transfer juga terus mengalami

kenaikan dari TA 2008 hingga TA 2013. Pada TA 2008, nilai Transfer sebesar Rp40,6 Triliun

menjadi Rp67,2 Triliun pada TA 2013. Nilai PAD juga secara konstan mengalami kenaikan

dari TA 2008-2013. Pada TA 2008 PAD Kota sebesar Rp5,9 Triliiun dan pada TA 2013

menjadi Rp18,2 Triliiun.

Gambar 16

0

50000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tren Pendapatan Kabupaten

Lain-lain

Transfer

PAD

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

70000000

80000000

90000000

10000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tren Pendapatan Kota

Lain-lain

Transfer

PAD

11

F. Tren Belanja Provinsi, Kabupaten, Kota TA 2008-2013

Berdasarkan gambar 17 dibawah ini, dapat dilihat pada TA 2013 seluruh belanja

mengalami kenaikan. Selain Belanja Transfer dan Belanja Bantuan Sosial dan Hibah, dari

TA 2008 hingga TA 2013 seluruh belanja mengalami kenaikan yang tidak signifikan.

Sebagai contoh, Pada TA 2008 nilai Belanja Pegawai sebesar Rp22,4 Triliun menjadi

Rp24,5 Triliun pada TA 2009 kemudian menjadi Rp27,2 Triliun pada TA 2010. Demikian

juga untuk Belanja Modal, pada TA 2008 bernilai Rp18,9 menjadi Rp24,2 Triliun pada TA

2009 kemudian menjadi Rp25,1 Triliun pada TA 2010.

Belanja Transfer dan Belanja Bantuan Sosial dan Hibah merupakan belanja yang

sempat mengalami penurunan. Namun, untuk Belanja Bantuan Sosial dan Hibah yang

sempat mengalami pernurunan dari TA 2009 ke TA 2010 yaitu dari Rp13,1 Triliun menjadi

Rp8,1 Triliun, kembali mengalami kenaikan yang signifikan. Pada TA 2010, nilai Belanja

Bansos dan Hibah yang hanya sebesar Rp8,1 Triliun mengalami kenaikan hingga Rp39,03

Triliun pada TA 2013. Transfer yang sempat mengalami penurunan pada dari TA 2011 ke

TA 2012 yaitu dari sebesar Rp19,1 Triliiun menjadi Rp18,5 kemudian mengalami kenaikan

secara teratur hingga pada TA 2013 menjadi Rp20,4 Triliun.

Gambar 17

Berdasarkan Gambar 18 dibawah ini, ada dua jenis belanja yang konsisten

mengalami kenaikan nilai dari TA 2008 hingga TA 2013, yaitu Belanja Pegawai dan Belanja

Barang dan Jasa. Sebagai contoh, Pada TA 2008 nilai Belanja Pegawai adalah sebesar

Rp101,3 Triliun naik menjadi Rp114,5 Triliun pada TA 2009 kemudian menjadi Rp138,5

Triliun pada TA 2010. Pada TA 2008 nilai Belanja Barang dan Jasa adalah sebesar Rp37,7

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tren Belanja Provinsi

Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa Belanja Modal

Belanja Bansos dan Hibah Transfer Belanja Lainnya

12

Triliun naik menjadi Rp40,7 Triliun pada TA 2009 kemudian menjadi Rp42,1 Triliun pada TA

2010.

Belanja Modal, Belanja Transfer dan Belanja Lainnya merupakan jenis belanja yang

sempat mengalami penurunan namun kemudian naik kembali. Belanja Modal sempat

mengalami penurunan dari TA 2009 ke TA 2010, yaitu dari Rp64,01 Triliun menjadi Rp56,5

Triliun. Kemudian mulai dari TA 2010 hingga TA 2013, nilai Belanja Modal secara konsisten

naik. Pada TA 2010, nilai Belanja Modal sebesar Rp56, Triliun naik hingga menjadi Rp102

Triliun pada TA 2013. Belanja Transfer mengalami penurunan dari TA 2010 hingga TA 2012,

yakni sebesar 1,3 Triliun. Kemudian dari TA 2012 ke TA 2013 mengalami kenaikan sebesar

Rp1,2 Triliun. Belanja Lainnya sempat mengalami penurunan dari TA 2008 ke TA 2009

sebesar Rp0,16 Triliun. Kemudian dari TA 2009 secara konsisten naik hingga TA 2013

mencapai nilai Rp16,3 Triliun.

Jenis Belanja Bantuan Sosial dan Hibah merupakan jenis belanja yang mengalami

penurunan secara konstan dari TA 2009 hingga TA 2013, yakni sebesar Rp5,9 Triliun.

Gambar 18

Tren Belanja Kota (Gambar 19) memiliki kemiripan dengan Tren Belanja

Kabupaten. 2 jenis belanja yang konsisten mengalami kenaikan dari TA 2008 hingga TA

2013 adalah Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa. Dari TA 2008 hingga Ta 2013,

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tren Belanja Kabupaten

Transfer Belanja Bansos dan Hibah

Belanja Modal Belanja Barang & Jasa

Belanja Pegawai Tahun

13

nilai Belanja Pegawai mengalami kenaikan sebesar Rp26,6 Triliun. Nilai Belanja Barang dan

Jasa juga secara konsisten naik sebesar Rp11,6 Triliun dari TA 2008-TA 2013.

Belanja Modal dan Belanja Lainnya sempat mengalami penurunan kemudian naik

kembali. Belanja Modal sempat mengalami penurunan dari TA 2009 ke TA 2010 sebesar

Rp1,5 Triliun. Kemudian dari TA 2010 hingga TA 2013, Belanja Modal secara konsisten naik

sebesar Rp14,8 Triliun. Belanja Lainnya sempat mengalami penurunan dari TA 2010 ke TA

2011 sebesar Rp0,07 Triliun. Kemudian dari TA 2011 hingga TA 2013, Belanja Lainnya

mengalami kenaikan sebesar Rp0,46 Triliun.

Belanja Bantuan Sosial dan Hibah dan Belanja Transfer memiliki kesamaan yaitu

dari TA 2011 hingga TA 2013 mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi

pada Belanja Transfer dari TA 2011 ke TA 2012, yaitu sebesar Rp0,067 Triliun atau 61%.

Gambar 19

0

20000000

40000000

60000000

80000000

10000000

12000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tren Belanja Kota

Transfer Belanja Bansos dan Hibah Belanja Modal

Belanja Barang & Jasa Belanja Pegawai Tahun