bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 hasil...

37
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Berdasarkan kajian pustaka akan dijelaskan beberapa landasan teori tantang pengertian hasil belajar, hakikat IPA di SD, pengertian metode inkuiri dan, pengertian media mind map 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Susanto(2013:5) Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi ada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007:39) yang menyatakan bahwa; Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri meruakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut

Upload: vuongphuc

Post on 08-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Berdasarkan kajian pustaka akan dijelaskan beberapa landasan teori tantang

pengertian hasil belajar, hakikat IPA di SD, pengertian metode inkuiri dan,

pengertian media mind map

2.1.1 Hasil Belajar

2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan

dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses

belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang

dicapai siswa.

Menurut Susanto(2013:5)

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi ada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas

lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007:39) yang menyatakan bahwa;

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal

sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar

siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya

guru menetapkan tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar. Belajar itu sendiri meruakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife

menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut

8

kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan

lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Menurut Benyamin S. Blomm dalam Sudjana (2010:12) sebagai berikut;

Ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu (1) kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual (2) afektif yaitu berkenaan dengan sikap

(3) psikomotorik yaitu berkenaan dengan hasil belajar dan kemampuan bertindak.

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dari

proses kegiatan siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

dikelas untuk mencapai kompetensi tertentu. Dengan adanya perubahan perilaku

dapat disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang

diberikan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu di

dasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu akan berubah

dalam tiga aspek yaitu kognitif,afektif, dan psikomotorik. Jadi mencakup nilai

sikap. nilai pengetahuan, dan nilai ketrampilan.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dari sebelumnya akibat

dari proses pembelajaran yang diukur dengan pemberian evaluasi oleh guru

sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan

guru pada saat pembelajaran berlangsung.

2.1.1.2 Pengukuran Hasil Belajar

Permendikbud No 66 Th 2013, Standar Penilaian Pendidikan adalah

kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar

peserta didik.

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup;

penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan

harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat

9

kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian

sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut;

(1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran

(output) pembelajaran;(2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan

sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya

dengan kriteria yang telah ditetapkan; (3) Penilaian berbasis portofolio merupakan

penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan proses belajar peserta

didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di

luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan;

Selain itu adapun penilaian (4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam

proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar

peserta didik; (5)Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara

periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu

Kompetensi Dasar (KD) atau lebih; (6) Ulangan tengah semester merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan

ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan

seluruh KD pada periode tersebut; (7) Ulangan akhir semester merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik diakhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang

merepresentasikan semua KD pada semester tersebut;

Dan ada juga penilaian (8) Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya

disebut UTK merupakann kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan

pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK

meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti

pada tingkat kompetensi tersebut; (9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang

selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK

meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti

10

pada tingkat kompetensi tersebut; (10) Ujian Nasional yang selanjutnya disebut

UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta

didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang

dilaksanakan secara nasional; (11) Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan

pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN,

dilakukan oleh satuan pendidikan.

Penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK

merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria

ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal

yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik

Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta

didik

Dari bukti standar hasil belajar diatas menunjukan bahwa penilaian yang

digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) yang didasarkan pada kriteria

ketuntasan minimal (KKM), jadi sekolah membuat batasan standar hasil belajar

sebagai pertimbangan ketuntasan belajar siswa di SD.

Menurut Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses

belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun

secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Horward

Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu : (a)

Keterampilan dan kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-

cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada

kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni

(a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap,

dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

11

sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah

dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan

reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan

atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan

interpretatif ( Sudjana, 2010:23).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA

adalah perubahan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dari sebelumnya

akibat dari proses pembelajaran yang diukur dengan pemberian evaluasi oleh guru

sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan

guru pada pembelajaran IPA.

2.1.2 IPA di SD

2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa

Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan

dengan alam bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi

ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertianya dapat disebut sebagai

ilmu tentang alam.

Menurut Winaputra (Samatowa, 2010: 3) mengemukakan bahwa IPA

merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan keberadaan

yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa

kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya

pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan

lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan

yang utuh.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

12

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat

sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan

pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui

penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan

proses dan sikap ilmiah.

13

Somatowa (2010:6) Adapun tujuan kurikuler pembelajaran IPA, berbagai

alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPAdimasukkan didalam suatu

kurikulum sekolah yaitu;

(1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada

kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai

tulang punggung pembangunan (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat,maka IPA

merupakan suatu mata pelajaran yang

melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang

dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka

(4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu

dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Menurut Susanto (2013) Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga

dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu

mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada

jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama

ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah

dasar sampai dengan sekolah menengah. Sains atau IPA adalah usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,

serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat

suatu kesimpulan.

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam

yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai

produk,proses, sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (2007)

menambahkan juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi

penambah ini bersifat pengembangan dari proses, sedangkan teknologi dari

aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.

14

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah Ilmu

alam yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian yang ada di

alam, yang berprosedur pada teknologi dan sebagai mata pelajaran yang diberikan

pada siswa yang belajar.

2.1.2.2 Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah Dasar

Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah

dasar. Menurut Samatowa (2010:4) ada berbagai alasan yang menyebabkan satu

mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu

dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu :

(a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa

itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut–sebut sebagai tulang punggung

pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA.

(b) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA

merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis. Contoh IPA diajarkan dengan

mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian “Dapatkah tumbuhan

hidup tanpa daun?”. Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini,

(c) Bila IPA diajarkan melalui percobaan–percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan saja,

(d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak

secara keseluruhan. IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar

artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu

rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, sesuai dengan

kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

15

2.1.3 Metode Inkuiri

2.1.3.1 Pengertian Metode Inkuiri

Menurut Pupuh (2007) pengertian metode secara harafiah adalah berarti

cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau

prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitanya dengan

pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran

pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan

demikian salah satuketerampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam

pembelajaran adalah keterampilan dalam memilih metode pembelajaran.

Pemilihan metode ini terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam

menampilkan pengajaran yang dengan situasi dan kond isi, sehingga pencapaian

tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.

Ngalimun (2012), metode adalah saat cara yang dipengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan .Penentuan metode pada

guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya

pembelajaran yang berlangsung.

Dari kedua pendapat tentang diatas tentang pengertian metode, dapat ditarik

kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara atau prosedur yang berpengaruh pada

saat proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

2.1.3.2 Pengertian Inkuiri

Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian metode inkuri menurut

pendapat dari beberapa ahli;

Schmid, dalam Putra (2013:85) mengemukakan bahwa inkuiri adalah

Suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan infomasi dengan melakukan observasi dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen guna mencari

jawaban maupun memecahkan masalah dengan menggunakan kemammpuan berpikir kritis dan logis. Sedangkan, National

Science Education Standart (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, dan memeriksa buku-buku atau sumber

informasi lain untuk melihat sesuatu yang telah diketahui; merencanakan investigasi; memeriksa kembali sesuatu yang

sudah diketahui menurut bukti eksperimen; mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasikan data, mengajukan

16

jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunisasikan

hasil.

Menurut W. Gulo (2008:85), inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan mengajar dengan inkuri adalah sebagai berikut; (1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan

belajar. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan social emosional.

(2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sitematis pada tujuan

pengajaran (3) Mengembangkan sikap percaya terhadap diri sendiri pada

diri siswa tentang sesuatu yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Piaget dalam Putra (2013:87) mendefinisikan

Inkuiri sebagai pembelajaran yang mempersiakan situasi bagi

siswa untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat sesuatu yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin

menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang sesuatu yang ditemukan oleh diri sendiri dengan yang ditemukan orang

lain.

Dalam pengertian inkuiri tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri

merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi melalui observasi atau

eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan kemampuan

berpikir kritis dan logis. Inkuiri adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki

masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan

data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah.

2.1.3.3 Penggunaan Inkuiri

Edi Hendri Mulyana mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri

dipandang sebagai model yang diasumsikan cukup akomodatif bagi

penyelenggaraan pembelajaran sains di sekolah dasar saat ini. Alasannya, inkuiri

itu menjembatani keadaan transisi dari gaya pengajaran sains konvensional yang

masih verbalistis serta minim alat-alat menuju gaya pengajaran sains alternatif

17

yang lebih proporsional bagi hakikat sains dan karakteristik siswa sekolah dasar.

Selain itu pembelajaran inkuiri juga mendukung beberapa karakteristik siswa

yakni;

(a) Secara instinktif, siswa selalu ingin tahu

(b) Dalam percakapan, siswa selalu ingin berbicara dan mengkomunikasikan

idenya

(c) Dalam membangun (kontruksi) pengetahuan, siswa selalu ingin membuat

sesuatu

(d) Siswa selalu mengeksresikan diri

(e) Perkembangan intelektual siswa SD berada pada jenjang operasional konkret,

serta

(f) Perkembangan sosial siswa SD berada pada fase bermain.

Ada pula alasan lainnya terkait penggunaan metode inkuiri dalam

pembelajaran, yakni menurut Sumantri dan Permana dalam Putra (2013: 89-90)

Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut;

(a) Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat

yaitu seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, guru dituntut kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar siswa dapat menguasai

pengetahuan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan

(b) Belajar tidak hanya dperoleh dari sekolah, tetapi juga lingkungan. Kita harus menanamkan pemahaman pada siswa bahwa belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah,

melainkan juga lingkungan sedini mungkin. Metode inkuiri bisa membantu guru dalam menanamkan pemahaman

tersebut. Metode ini mengajak siswa untuk belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan guru, dalam hal ini siswa mengembangkan kemampuan yang diperoleh dari

lingkungannya untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran.

(c) Melatih siswa untuk memiliki kesadaran sendiri tentang kebutuhan belajarnya, metode ini menekankan pada keaktifan siswa dalam menemukan suatu konsep

pembelajaran dengan kemampuan yang dimilikinya. (d) Penanaman kebiasaan belajar berlangsung seumur hidup.

Dengan metode inkuri, siswa diarahkan untuk selalu mengembangkan pola pikirnya dalam mengembangkan konsep pembelajaran. Siswa juga dituntut selalu mencari

18

pengetahuan yang menunjang pemahamannya terhadap

konsep pembelajaran. Hal ini yang menjadi langkah awal guru dalam penanaman terhadap siswa tentang pengertian bahwa belajar berlangsung seumur hidup.

Alasan penggunaan metode inkuiri adalah dengan menemukan sendiri

tentang konsep yang dipelajari, siswa akan lebih memahami ilmu dan ilmu

tersebut akan lebih memahami ilmu,dan ilmu tersebut akan bertahan lama. Blosser

mengemukakan alasan rasional penggunaan metode inkuiri, yakni siswa akan

mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sains dan lebih tertarik

terhadap sainsjika dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” sains.

Dengan metode inkuiri ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep

sains dan meningkatkan ketrampilan proses berpikir ilmiah siswa.

Dan peneliti menggunakan inkuiri sebagai metode karena dengan

penggunaan inkuiri siswa dapat belajar lebih aktif dan memahami ilmu yang akan

dipelajarinya, dengan rangkaian berbagai tahapan proses belajar sehingga siswa

lebih mudah untuk memahami konsep-konsep dan meningkatkan ketrampilan

proses berpikir ilmiah. Dengan cara seorang guru memberikan LKS atau lembar

kerja siswa pada siswa, dan dibimbing untuk melalui tahap proses pembelajar ini

akan memudahkan siswa untuk memahami ilmu yang akan dipelajarinya.

2.1.3.4 Ciri utama Inkuiri

Sanjaya (2008: 196), ada beberapa hal yangmenjadi ciri utama metode

pembelajaran inkuiri diantaranya adalah sebagai berikut;

(a) Metode pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswasecara

maksimal untuk mencari dan menemukan, dalam proses pembelajaran siswa

tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru

secara verbal, tetapi juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi

pelajaran

(b) Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan

dapat menumbuhkan sika percaya diri (self belif), artinya dalam metode

inkuiri, guru bukan menjadi sumber belajar, namun fasilitator dan motivator

19

belajar siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan tehnik

bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri

(c) Tujuan penggunaan metode pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan

kemammpuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Sehingga, dalam

pembelajaran inkuri, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran,

melainkan juga bisa menggunakan potensi yang dimilikinya.

2.1.3.5 Prinsip-prinsip Pembelajaran Inkuiri

Metode inkuiri harus memenuhi empat kriteria yaitu kejelasan, kesesuaian,

ketepatan, dan kerumitan. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan

masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan,

maka siswa akan terlibat dalam kegiatan inkuiri melalui fase-fase berikut;

(1) Siswa menghadapi masalah yang dianggap olehnya bisa memberikan

tantangan untuk diteliti;

(2) Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari

objek teliti, sekaligus pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi;

(3) Siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variable yang relevan,

berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis dan bereksperimen

untuk menguji hipotesis, sehingga diperoleh hubungan sebab akibat;

(4) Merumuskan penemuan inkuiri hingga diperoleh penjelasan, pernyataan atau

prinsip yang lebih formal;

(5) Melakukan analisis terhadap proses inkuiri sekaligus strategi yang dilakukan

oleh guru maupun siswa. Dalam hal ini, analisis diperlukan untuk membantu

siswa agar terarah dalam mencari hubungan sebab akibat.

Menurut Sanjaya (2009:78) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan

dalam penggunaan inkuiri, diantaranya adalah sebagai berikut;

(a) Berorientasi pada pengembangan intelektual, tujuan utama dari metode inkuiri

adalah pengembangan kemampuan berpikir.

(b) Prinsip interaksi, proses pembelajaran merupakan proses interaksi siswa

dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan . Pembelajaran sebagai

20

proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,

tetapi sebagi pengukur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

(c) Prinsip bertanya, peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan

metode inkuiri adalah sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa dalam

menjawab setiap pertanyaan termasuk bagian dari proses berpikir.

(d) Prinsip belajar untuk berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,

melainkan juga proses berpikir (learning how to think) yakni proses

mengembangkan potensi selutuh otak, baik otak kiri maupun kanan.

Sedangkan, pembelajaran berpikir ialah pemanfaatan dan penggunaan otak

secara maksimal.

(e) Prinsip keterbukaan, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang

menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan

kebenaranya.

Dari kelima prinsip yang sudah dijelaskan, merupakan tahap pembelajaran

yang dilakukan guru dikelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2.1.3.6 Tujuan Pembelajaran Inkuiri

Putra (2013:93) Adapun beberapa tujuan dari metode inkuiri dalam proses

pembelajaran adalah sebagai berikut;

(a) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya

(b) Mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru untuk mendapatkan pelajarannya

(c) Melatih siswa dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya

(d) Memberi pengalaman belajar seumur hidup.

2.1.3.7 Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri

Menurut Herdian, dalam Putra (2013:96-100), metode inkuiri terbagi

menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau

besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis

metode tersebut adalah sebagai berikut;

(a) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquri Approach), metode inkuiri terbimbing

adalah metode inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan

dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan keada suatu diskusi.

21

Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-

tahap pemecahanya. Metode inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang

kurang berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan metode inkuiri

siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru,

sehingga mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode inkuiri,

siswa akan dihadapkan kepada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan,

baik melalui diskusi kelompok maupun individual, agar bisa menyelesaikan

masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya,

selama proses belajar, siswa akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang

diperlukan . Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan.

Kemudian pada tahap-tahap berikutnya bimbingan tersebut dikurangi

sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan

yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multiarah

yang mengiring siswa agar bisa memahami konsep pelajaran. Selain itu,

bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur.

Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok

diskusi siswa, sehingga guru sanggup memberikan petunjuk-petunjuk kepada

siswa.

(b) Inkuiri Bebas (Free Inquiry Approach), metode ini digunakan bagi siswa yang

telah berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Sebab dalam metode

inkuiri bebas ini, siswa seolah-olah bekerja sebagai seorang ilmuwan. Siswa

pun diberi kebebasan dalam menentukan permasalahan yang akan diselidiki,

menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, serta merancang

prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama proses itu,

bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan, bahkan tidak diberikan sama

sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya

kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended, serta

mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena

tergantung caranya dalam mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada

kemungkinan siswa bisa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum

pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki. Sedangkan,

22

belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, waktu

yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relative lama, sehingga melebihi

waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Kedua, karena diberi

kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada

kemungkinan topic yang dipilih oleh siswa diluar konteks yang ada dalam

kurikulum. Ketiga, ada kemungkinan setiap kelompok atau individual

mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang

lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa. Keempat, karena topic

yang diselidiki antara kelompok atauindividual berbeda, ada kemungkinan

kelompok atau individual lainnya kurang memahami topic yang diselidiki

oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan

sebagaimana yang diharapkan.

(c) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry Approach) Metode

ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari kedua metode inkuiri

sebelumnya, yaitu metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri beba.

Meskipun begitu, permasalahan yang akan dijadikan topic untuk diselidiki

tetap diberikan atau memedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya,

dalam metode ini siswa tidak dapat memilih atu menentukan masalah untuk

diselidiki secara sendiri, namun belajar dengan metode ini dalam menerima

masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.

Tetapi, bimbingan yang diberikan lebih sedikit daripada inkuiri terbimbing

dan tidak terstruktur.

Dalam metode inkuiri jenis ini, guru membatasi memberikan bimbingan

agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan bisa

menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak

mampu menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara

tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan

permasalahan yang dihadapi atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok

lain.

Dari ketiga jenis pembelajaran inkuiri yang sudah dijelaskan, akan dipilih

salah satu jenis inkuiri yang akan menjadi metode untuk proses pembelajaran.

23

Salah satu diantaranya adalah inkuiri terbimbing yaitu siswa menyelesaikan

masalah dengan dibimbing oleh guru. Guru memberikan permasalahan dengan

memberikan LKS pada siswa, dengan bimbingan dari guru siswa diminta untuk

mengerjakan dengan beberapa tahap yang ada pada langkah- langkah

pembelajaran inkuiri.

2.1.3.8 Kelebihan dan Kelemahan Inkuiri

Putra (2013:104-108) Beberapa kelebihan dari metode inkuiri dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut;

(1) Metode pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini

karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri

jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan

pengalaman sendiri.

(2) Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah kepuasan

intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat

memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan intelektualnya

yang dating dari dalam dirinya.

(3) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat

langsung dalam proses penemuan.

(4) Belajar melalui inkuiri bisa memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang

diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun lebih mudah diingat.

(5) Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsep-konsep sains dan ide-

ide dengan baik.

(6) Pengajaran menjadi terpusat pada siswa, salah satu prinsip psikologi belajar

menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran, semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut.

Pembelajaran inkuiri tidak hanya digunakan untuk belajar konsep-konsep dan

prinsip-prinsip, tetapi juga belajar pengarahan diri sendiri, tanggung jawab,

komunikasi, dan lain sebagainya.

(7) Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep

diri siswa.

24

(8) Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep

diri. Ini berarti bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat

menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman

penemuannya.

(9) Metode pembelajaran inkuiri bisa mengembangkan bakat.

(10) Metode pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari belajar dengan

hafalan.

(11) Metode pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan

Selain kelebihan metode inkuiri adapun dijelaskan beberapa kelemahan

dalam penggunaan metode inkuiri dalam proses pembelajaran. Diantaranya

sebagai berikut;

(1) Metode pembelajaran inkuiri mengandalkan sesuatu kesiapan berpikir,

sehingga siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa

kebingungan.

(2) Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar,

sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa

dalam menemukan teori-teori tertentu.

(3) Harapan-harapan dalam metode pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa-

siwa dan guru-guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional.

(4) Bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide- ide.

(5) Kurang berhasil bila jumlah siswa terlalu banyak didalam satu kelas.

(6) Sulit menerapkan metode ini karena guru dan siswa sudah terbiasa dengan

metode ceramah dan tanya jawab.

(7) Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih menekankan pada

penguasaan kognitif serta mengabaikan aspek ketrampilan, nilai, dan sikap.

(8) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya bisa dimanfaatkan

secara optimal dan sering terjadi siswa kebingungan.

(9) Memerlukan sarana dan fasilitas

2.1.3.9 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuri

25

Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, menurut Sanjaya

(2008:202), adalah sebagai berikut;

(a) Orientasi, pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana

atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap

orientasi ini adalah sebagai berikut. Pertama, menjelaskan topik, tujuan, dan

hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Kedua, menerangkan

pokok-pokok kegiatan yang mesti dilakukan oleh siswa untuk mencapai

tujuan. Pada tahap ini, dijelaskan langkah- langkah inkuiri serta tujuan setiap

langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan

kesimpulan. Ketiga, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal

ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

(b) Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa kepada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu . Teka-teki

dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk

mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah sangat penting

dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu, melalui proses tersebut, siswa

akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpiki.

(c) Merumuskan hipotesis, Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu

permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap siswa

adalah mengajukan berbagai pertanyaan yng bisa mendorong siswa supaya

dpat merumuskan jawaban sementara atau perkiraan kemungkinan jawaban

dari suatu permasalahan yang dikaji.

(d) Mengumpulkan data, adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya

26

memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga ketekunan dan

kemamuan menggunakan potensi berpikir.

(e) Menguji hipotesis, adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir

rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya

berdasarkan argumentasi, namun juga mesti didukung oleh data yang

ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

(f) Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan

yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa tentang data-

data yang relevan.

Itulah beberapa langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.

Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan metode inkuiri adalah siswa

akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang diajarkan,

dan lebih tertarik terhadap materi tersebut jika dilibatkan secara aktif dalam

penyelidikan.

2.1.3.10 Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri

Pada penelitian ini, sintaks metode pembelajaran inkuiri yang akan

digunakan adalah sintaks metode pembelajaran inkuiri menurut Karli dan

Yuliartiningsih (dalam Ferawaty, 2006:7) adalah sebagai berikut:

1) Tahap 1

Penyajian masalah: pada tahap ini siswa diundang ke dalam suatu

permasalahan berupa peristiwa yang menimbulkan teka-teki. Permasalahan

yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan

keheranan. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mengundang siswa untuk mengumpulkan informasi.

2) Tahap 2

Pengumpulan dan verifikasi data: pada tahap ini siswa mengumpulkan

informasi, mengidentifikasi, dan merumuskan hipotesis terhadap peristiwa

27

yang mereka lihat dan alami, yang dibantu dengan pertanyaan pengarah dari

guru.

3) Tahap 3

Melakukan eksperimen/percobaan: pada tahap ini, siswa melakukan

eksperimen/percobaan untuk mengeksplorasi dan menguji hipotesis.

Kemudian siswa menuliskan hasil percobaan dalam LKS yang sud ah

disiapkan oleh guru. Peran guru adalah membimbing dan mengendalikan

kegiatan eksperimen.

4) Tahap 4

Mengorganisasi data dan merumuskan penjelasan: pada tahap ini, guru

mengajak siswa melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang

diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai

konsepsi ilmiah, kemudian setiap kelompok menyampaikan hasil percobaan

yang sudah dilakukan.

5) Tahap 5

Mengadakan analisis: pada tahap ini siswa diminta untuk mencatat

informasi yang diperoleh/ membuat kesimpulan hasil percobaan serta

diberikan kesempatan untuk bertanya tentang informasi- informasi yang

diperlukan berkaitan dengan konsep/teori yang telah mereka dapatkan pada

tahap-tahap sebelumnya.

2.1.4 Media Mind Map

2.1.4.1 Pengertian Media Mind Map

Selain dengan mengunakan metode juga dibahas tentang media

pembelajaran. Dimana media pembelajaran itu akan sangat membantu guru dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas. berikut pengertian media yang disampaikan

oleh para ahli. (Indriana,2011) Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media

berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium.

Secara harfiah, media berarti perantara antar sumber pesan (a source) dengan

penerima pesan (a receiver). Beberapa hal yang termasuk ke dalam med ia adalah

film, televisi, diagram, media cetak (printed materials), media gambar, komputer,

instruktur dan lain sebagainya.Contoh beberapa media tersebut bisa dijadikan

sebagai media pengajaran jika dapat membawa pesan-pesan (message) dalam

28

rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, harus ada keterkaitan

antara media dengan pesan dan metode (methods).

Selain itu para pakar juga memberikan batasan terhadap pengertian media

engajaran. Leslie J. Briggs (1979) menyatakan bahwa media pengajaran adala h

alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film,

gambar, rekaman video dan lain sebagainya. Briggs juga berpendapat bahwa

media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya

terjadi proses belajar.

Sedangkan Gagne menyatakan bahwa media merupakan wujud dari

adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat meramgsang

siswa untuk belajar. Miarsomenyatakan bahwa media merupakan segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Schram menyatakan bahwa

media merupakan teknologi pembewa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran, sehingga media menjadi perluasan dari guru.

Dilihat dari segi sifatnya, menurut NEA, media adala sarana komunikasi

dalam bentuk cetak maupun audiovisual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.

Hal itu sma dengan pengertian media yang diberikan oleh AECT, yang

menyatakan bahwa media meruakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan

untuk proses penyaluran pesan. Brown meyakini bahwa media yang digunakan

dengan baik oleh guru atau siswa dapat mempengaruhi efektivitas program belajar

mengajar.

Dari berbagai pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa media itu

merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam

proses belajar dan mengajar. Dengan adanya media pengajaran, peran guru

menjadi semakin luas. Sedangkan anak didik akan terbantu untuk belajar dengan

lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam

bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efisien.

Media pengajaran merupakan salah satu proses pembelajaran. Dikatakan

demikian karena di dalam media pengajaran terdapat proses penyampaian pesan

dari pendidik kepada anakdidik. Sedangkan pesan yang dikirimkan, biasanya,

29

berupa informasi atau keterangan dari pengirim pesan. Pesan tersebut adakalanya

disampaikan dalam pesan. Pesan tersebut adakalanya disampaikan dalam bentu

sandi-sandi atau lambang- lambang, seperti kata-kata, bunyi, gambar dan lain

sebagainya. Melalui saluran seprti radio, televisi OHP, film pesan diterima oleh

penerima pesan melalui indra untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan

dapat diterima oleh penerima pesan. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan

media pengajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan

untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap

sasaran atau tujuan pengajaran.

Dalam Djamarah (2010), Sebelum uraian ini sampai pada penggunaan

media oleh gru dalam proses belajar mengajar, ada baiknya dipahami apa yang

dimaksud media itu sebenarnya. Kata “media” berasal dari bahasa Latin yang

merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harafiah berarti

“perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur

informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka

secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang

memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang

cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang

disampaikan dibantudengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan

bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapatdisederhanakan dengan

bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan

melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat

dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah

mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Jadi dapat disimpulkan bahwa

media adalahalat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna

mencapai tujuan.

Adapun jenis media yang dapat disebutkan diantaranya:

(1) Media Auditif adalah media yang hanya mengandalakan kemamuan suara

saja,seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok

untuk orang yang tuli atau kelainan pada pendengaran;

30

(2) Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.

Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam, seperti filmstrip (film

rangkai), slides (film bingkai), gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula

media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti

film bisu dan film kartun;

(3) Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena

meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.

Dari beberapa pengertian media yang sudah dijelakan diatas, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa media adalah suatu alat penyalur atau penyampaian

pesan untuk membantu proses pembelajaran dikelas dengan baik.

2.1.4.2 Pengertian Mind Map

Pada pembahasan tentang media pembelajaran, bahwa media pembelajran

itu adalah merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan

pendidik dalam proses belajar dan mengajar. Dalam penelitian ini, penulis

memilih untuk menggunakan media mind map sebagai media pembelajaran yang

merupakan salah satu dari jenis media visual, yaitu media bergambar dengan peta

pemikiran, dengan harapan bahwa media mind map dapat membantu guru dalam

proses kegiatan belajar dan mengajar sehingga anak didik akan terbantu untuk

belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah

diajarkan dalam bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan

efisien. Sebelum membahas desain pelaksanaan media pembelajaran mind map,

terlebih dulu dengan mengetahui pengertian mind map.

Menurut Buzan (2006:4-5) mind map adalah mencatat kreatif, efektif dan

secara harafiah yang akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.

Mind map dikatakan sebagai cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil

informasi ke luar dari otak- mind map adalah cara mencatat kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-

pikiran kita. Mind map juga meruakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak

awal. Hal ini berarti mengingat informasi akan lebih mdah dan

31

lebih dapatdiandalkan dari pada menggunakan teknik pencatat

tradisional. Dalam media mind map ini mempunyai kesamaan. Pada dasarnya desain mind map menggunakan warna, memiliki struktur alami yang memancar dari pusat,menggunakan garis

lengkung, simbol, kata, gambar yang sesuai satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara

kerja otak. Dengan menggunakan media mind map ini, semua daftar informasi yang

panjang bisa dialihkan menjadi diagram-diagram warna-warni, sangat teratur, dan

mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam

melakukan berbagai macam hal.

Mind map dapat membantu kita untuk, merencanakan, berkomunikasi,

menjadi lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan

perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih

baik, belajar lebih cepat dan efisien. Sehingga jika mind map ini diterapkan pada

proses pembelajaran sebagai media akan lebih membantu siswa dalam menangkap

informasi yang diberika oleh guru, pada saat kegiatan belajar dan mengajar.

Contoh praktis cara penggunaan mind map akan membantu merencana dan

mengatur hidup demi keberhasilan maksimal, memunculkan ide- ide baru dengan

sangat mudah, sehingga dapat mengenal otak dengan lebih baik dan menemukan

cara memudahkan otak belajar dan mengingat informasi. Bila kita memahami cara

membantu otak bekerja dan bisamengerahkan seluruh potensi menta l dan fisik.

Ada kemungkinan yang bisa didapatkan diantaranya mind map adalah

sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk

perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak seseorang yang

menajubkan. dengan maksud bahwa mind map ini merupakan potongan informasi

baru yang dimasukkan ke perpustakaan atau otak, secara otomatis “dikaitkan” ke

semua informasi yang sudah ada. Semakin banyak kaitan ingatan yang melekat

pada setiap potong informasi dalam kepala, akan semakin mudah “mengait

keluar”apapun informasi yang dibutuhkan. jadi dapat diambil kesimpulan bahwa

dengan menggunakan media mind map, semakin banyak informasi yang kita tahu

dan belajar, maka akan semakin mudah belajar dan mengetahui lebih banyak.

32

2.1.4.3 Prinsip Mind Map

Lazaer (2000) dalam Sadewo, jika mind map menggunakan prinsip

pemaksimalan otak kiri dan otak kanan secara bersamaan, dalam kerangka pikir

sebagai sebuah media, mind map tentu memiliki prinsip-prinsip tertentu. Prinsip

dasar mind map adalah penggunaan atau penggabungan kerja otak kanan dan

otak kiri – dimana masing-masing kedua belahan otak ini memiliki kelebihan

dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Dalam mencoba untuk mengandaikan

agar mempermudah memahami prinsip mind map, DePorter; Khoo (2000;

2008) mengungkapkan bahwa prinsip yang digunakan dalam mind map

sejalan dengan tujuh prinsip super memori.

Prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Visualisasi, adalah salah satu dari dua prinsip memori yang paling kuat. Otak kita berpikir dalam bentuk gambar.

Sehingga lebih mudah mengingat dalam bentuk gambar dibandingkan dengan kata-kata. Jika semakin rinci dan hidup gambar itu dalam otak maka semakin kuat pula daya

ingat siswa. Jadi rahasianya adalah mengubah materi pelajaran ke dalam gambar-gambar, supaya otak siswa

dapat menyerap konsep dengan sangat cepat. (2) Asosiasi, mempunyai arti hubungan, maksudnya siswa

membentuk hubungan antara satu topik dengan topik

lain. Sehingga hal ini akan menciptakan indeks berurutan dalam otak untuk pemanggilan kembali dengan cepat.

(3) Membuat sesuatu menjadi lebih berbeda. Analogi untuk prinsip ini adalah ketika kita melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya atau melakukan sesuatu hal yang

sangat disenangi atau menyakitkan, pasti kita akan senantiasa teringat terus. Dalam pembelajaran pun

seharusnya seperti itu, oleh karena melalui mind map ini siswa dituntut untuk membuat catatan yang beda dari yang lain sehingga materi pelajarannya dapat diingat terus.

(4) Imajinasi, dalam pembelajaran dapat dipraktikan dengan cara membayangkan materi yang akan disampaikan

sehingga melalui pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan, siswa dapat mengingatnya kembali. Dan biasanya kita pun suka mengingat sesuatu yang kita buat

berdasarkan imajinasi sendiri. (5) Warna, Berdasarkan penelitian, warna dapat

meningkatkan memori kita lebih dari 50%. Oleh karena itu, jika dalam pembelajaran hal ini diterapkan akan sangat membantu siswa, selain memori yang

33

meningkat, pembelajaran pun akan lebih menyenangkan

dan dapat membuat catatan menjadi lebih menarik. (6) Irama atau musik, dalam pembelajaran sangat dibutuhkan,

irama akan meningkatkan kemampuan daya ingat siswa

karena irama dapat mengaktifkan otak sebelah kanan, yang selalu dominan dipakai pada saat belajar.

(7) Holism, berarti “seluruhnya”, pada saat siswa belajar maka materi yang disampaikan jangan sampai terpisah-pisah, melainkan harus seluruhnya, hal ini untuk

memudahkan dalam memahami konsep. Oleh karena itu, mind map sangat cocok untuk diterapkan. Sebab mind

map itu bersifat holistik, dapat melihat gambaran secara keseluruhan.

Dari berbagai prinsip di atas, mind map ini identik dengan daya ingat.

Atau bahasa lainnya adalah sesungguhnya mind map adalah sebuah media dalam

“memanggil” informasi yang dibutuhkan, yang mana informasi itu telah tercatat

dan terekam dalam memori. Karena itu, prinsip agar informasi yang diperlukan

tersebut dapat terpanggil, satu yang perlu dilakukan adalah melakukan visualisasi.

Visualisasi adalah teknik menggali informasi yang biasanya terseleksi dan tidak

nampak dalam kondisi yang tidak dibutuhkan. Prinsip kedua dalam “memanggil”

informasi adalah dengan menggunakan asosiasi dengan menggunakan konsep-

konsep tertentu.

Otak sesungguhnya berfungsi sebagai peta petunjuk, jika otak mendapat

petunjuk yang benar dari sebuah konsep, otak akan menyusur ke memori untuk

menggali informasi yang memiliki keterkaitan dengan konsep yang diberikan

sebagai petunjuk tadi. Disamping dua hal di atas, prinsip melatih memaksimalkan

fungsi otak adalah melakukan hal yang tidak biasanya atau melakukan sesuatu

yang berbeda. Contoh yang paling sederhana dari hal ini adalah ketika orang

terbiasa sore hari berolahraga secara teratur dan rutin, tapi kemudian mengubah

kebiasaannya menjadi membaca tiap sore pada jam yang harusnya digunakan

untuk berolahraga. Secara perlahan, otak akan memanggil informasi baru yaitu

membaca dan semakin lama, otak akan beradaptasi dengan kebiasaan baru

tersebut. Salah satu prinsip yang efektif dalam melatih menerapkan mind map

adalah melatih imajinasi. Imajinasi sesungguhnya adalah kegiatan

menggabungkan beberapa kejadian, konsep, peristiwa, yang berbeda dalam satu

34

kegiatan atau hal yang sama.

Imajinasi dengan demikian adalah kegiatan mengaktifkan dua belahan

otak sekaligus pada saat yang sama, dimana otak kanan mengingat emosi pada

sebuah kejadian atau peristiwa misalnya, sedangkan otak kiri mencoba menyusun

secara terstruktur kejadian-kejadian tersebut. Prinsip lain yang dapat digunakan

untuk memanggil informasi yang tersimpan dalam memori adalah dengan

menghidupkan musik dalam irama tertentu. Musik yang bernuansa sedih, akan

diasosiasikan dengan peristiwa sedih yang dialami; sedangkan musik yang irama

dan syairnya gembira, dapat memicu informasi (kenangan) yang indah yang

pernah terjadi. Selain itu, beat (hentakan) dalam musik, ikut berpengaruh dalam

membangkitkan informasi berjenis seperti apa.

2.1.4.4 Fungsi Mind Map

Buzan (2006:5), mind map diandaikan seprti peta jalan, Karena fungsi

andaiannya adalah sebagai peta jalan, maka sesungguhnya fungsi dasar mind map

adalah sebagai berikut;

(1) Memberi pandangan menyeluruh pokok bahasan area yang luas.

(2) Mengumpulkan sejumlah data pada satu tempat.

(3) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan

terobosan kreatif baru.

(4) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.

Mind map juga meruakan peta rute yang hebat bagi ingatan, yang

memungkinkan dapat menyusun fakta dan oikiran sedemikian rupa sehingga cara

kerja alami otak dilibatkan secara awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih

mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan

tradisional.

2.1.4.5 Aturan Mind Map

Keberhasilan dalam menerapkan media sangat ditentukan oleh kesetiaan

mengikuti aturan-aturan main yang teah dibuat dan pernah berhasil diberlakukan

sebelumnya. Buzan (2006) sebagai penggagas mind map ini, telah menyusun

sejumlah aturan yang harus diikuti agar mind map yang dibuat dapat memberikan

35

manfaat yang optimal. Berikut adalah ringkasan dari aturan mind map yaitu;

(1) Kertas polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3

dengan orientasi horizontal (Landscape) Central Topic diletakkan ditengah-

tengah kertas dan sedapat mungkin berupa image dengan minimal 3 warna.

(2) Garis, harus lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat

garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus)

dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di

atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.

(3) Kata, menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis.

Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf

yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.

(4) Image , gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan

ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau

memungkinkan gunakan image yang 3 dimensi agar lebih menarik lagi.

(5) Warna, gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna. Warna berbeda

untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.

(6) Struktur, menggunakan struktur radian dengan central topic terletak ditengah-

tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah.

BOIs umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum

jam dimulai dari arah jam 1.

Mind map merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa

menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya menggabungkan kerja

otak bagian kiri dan kanan. “berdasarkan enelitian diluar negeri, rata-rata anak

meningkat 70-90% dari seluruh materi saat anak selesai membuat sendiri mind

map nya” (Caroline Edward, 2009).

Dengan penerapan mind ma dalam kegiatan pembelajaran siswa tidek lagi

hanya mentransformasi informasi yang didapatnya ke dalam catatan linear berupa

barisan huruf-huruf yang tersusun rapi dalam bari-baris halaman buku, tetapi

siswa juga dapat membuat catatan yangmenarik, bebas bekreasi dalam menyusun

sebuah catatan yaitu dengan bantuan berbagai simbol, gambar-gambar, kata kunci,

dan berbagai warna yang dapat membuat siswa tertarik untuk membacanya,

36

catatan ini dibuat cepat dan mengakibatkan kualitas visual yang baik sehingga

mudah diingat ( Rusel Lisnawati, 2006)

Melalui mind map itulah siswa akan lebih memahami materi yang diberikan

oleh guru dan kedua bagian otak siswa diantaranya otak kiri dan otak kanan dapat

digunakan secara seimbang. Otak kanan data menyimpan memori dalam jangka

waktu yang panjang, oleh karena itu pembelajaran di kelas hendaknya gru

melibatkan kedua belah otak siswa, dimana otak kanan contohnya lebih banyak

menyimpan gambar yang menyenangkan bagi siswa , warna, irama dan imajinasi,

sedangkan otak kiri contohnya kata, angka, analisa, logika, dan hitungan yang

mempercepat rasa jenuh atau bosan siswa dalam pembelajaran di kelas.

2.1.4.6 Langkah-langkah membuat Mind Map

Selain adanya aturan membuat mind map adapula langkah-langkah

membuat mind map dengan sederhana dengan menyiapkan alat dan bahan

diantaranya:

a. Kertas kosong tak bergaris.

b Pena dan pensil warna atau spidol, usahakan setiap siswa masing-masing

membawa pena dan pensil.

Adapun tujuh langkah dalam membuat mind map (Buzan, 2006:15-16)

adalah;

1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang anjang sisinya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena mulai daritengah memberi kebebasan pada otak untuk menyebar ke

segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami

2 Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan

lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.

3 Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, dan menyenangkan.

4 Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke

cabang tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Kenapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga atau empat hal sekaligus. Bila kita

37

menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah

mengerti dan mengingat. 5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis

lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan

otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

6 Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya dan flesksibilitas kepada mind map.

7 Gunakan gambar untuk setiap cabangnya. Mengapa? Karena seperti halnya gambar sentral akan memberikan

makna seribu kata.

Buzan memaparkan secara umum langkah- langkah yang perlu dilakukan

dalam menerapkan media mind map. Dalam konteks penelitian ini

pertanyaannya adalah bagaimana langkah- langkah media mind map dapat

teraplikasi pada materi pelajaran IPA yang diilih penulis sebagai mata pelajaran

untuk menerapka media mind map ini? Pertama untuk mengawali pembelajaran

IPA dengan menggunakan media mind map, dilakukan dengan cara

menyediakan satu lembar kertas kosong atau bisa juga kertas karton putih

kosong. Kedua, konsep yang dipilih dalam hal ini materi yang akan diajarkan

ditulis ditengah-tengah kertas tersebut. Ketiga terkait dengan materi IPA yang

akan diajarkan pada anak yaitu tentang pokok bahasan sifat-sifat cahaya , siswa

diminta untuk menyusun jalannya peta sendiri.

Siswa dapat mengasosiasikan dengan penerapan kehidupan sehari-hari

tentang sifat-sifat cahaya seperti, merambat lurus, menembus benda bening,

dipantulkan dan dibiaskan. Selama dalam pembuatan asosiasi, diingatkan pada

siswa bahwa untuk membuat garis bukanlah garis lurus tetapi juga garis

melengkung, siswa mungkin saja dapat menggabungkan dua konsep yang

berlainan untik dapat bertemu pada satu titik temu yang sama. Ini dapat terjadi

jika garis yang digunakan adalah melengkung dan bukan garis lurus. Disamping

itu, ketika sebuah konsep diasosiasikan dengan konsep baru, maka konsep baru

yang merupakan cabang dari konsep utama diberikan gambar, sebab cabang itu

sendiri memiliki banyak informasi yang dapat diungkapkan dengan membuat

ranting-ranting.

38

2.1.4.7 Sintaks Pembelajaran Metode Inkuiri Berbantuan Mind Map

Pada penelitian ini, sintaks metode pembelajaran inkuiri berbantuan mind

map yang akan digunakan adalah sintaks metode pembelajaran inkuiri menurut

Walker, 2007 dan Wenning, 2007

Tahapan Pembelajaran

Aktivitas

Guru

Siswa

Introduction

(pembukaan)

Memperkenalkan dan

mengarahkan siswa

terhadap topik yang akan

dipelajari.

Menemukan

pengetahuan awal yang

dimiliki oleh siswa

terhadap topik.

Menemukan kesalahan

konsep yang dimiliki

oleh siswa.

Memperhatikan apa yang

disampaikan oleh guru.

Menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru.

Questioning (permasalahan)

Menuntun siswa

merumuskan

permasalahan dan

hipotesis.

Merumuskan

permasalahan dan

hipotesis.

Planning (perencanaan)

Menuntun siswa untuk

merencanakan

eksperimen dengan

beberapa pertanyaan.

Apa bahan dan alat yang

kalian butuhkan?

Apa prosedur yang akan

kalian lakukan untuk

mengumpulkan data?

Bagaimana kalian

melakukan observasi dan

merekam data?

Membuat prosedur

eksperimen.

Menentukan alat dan

bahan yang akan

digunakan.

Menentukan teknik

observasi yang akan

dilakukan.

Menentukan teknik

merekam data

Implementing

(pengimplementasian)

Menuntun siswa dalam

menggunakan alat dan

bahan.

Menuntun siswa dalam

Menggunakan alat dan

bahan.

Melakukan prosedur

eksperimen.

39

melakukan prosedur

eksperimen.

Menuntun siswa dalam

mengobservasi dan

merekam data.

Melakukan kegiatan

observasi dan merekam

data yang diperoleh.

Concluding

(penyimpulan) Menjelaskan materi

pada siswa dengan

menggunakan media

mind map.

Menuntun siswa untuk

merumuskan suatu

kesimpulan berdasarkan

bukti-bukti yang di dapat

dan hipotesis yang telah

dirumuskan.

Merumuskan suatu

kesimpulan berdasarkan

bukti-bukti yang di dapat

dan hipotesis yang telah

dirumuskan.

Reporting

(pelaporan) Menuntun siswa dalam

melaporkan hasil

eksperimen yang telah

dilakukan melalui

kegiatan diskusi.

Melaporkan hasil yang

telah diperoleh dalam

bentuk makalah, dan

dipresentasikan kepada

teman-temannya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dapat diketahui beberapa kajian yang relevan dari hasil penelitian tentang

metode inkuiri dan media mind map.

Ainiyah, Nur. 2010. Penerapan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran IPS

untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Pecalukan 1 Kecamatan

Prigen Kabupaten Pasuruan. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Malang. Nilai IPS termasuk dalam kategori rendah dengan

nilai rata-rata nilai ulangan pada semester I, yaitu 61. Dari siswa yang berjumlah

34 anak, hanya ada 9 siswa (26%) yang mencapai KKM, sedangkan 25 siswa

(74%) masih belum mencapai KKM. Hal ini karena guru lebih sering menerapkan

metode pembelajaran yang kurang melibatkan keaktifan siswa dan pengalaman

langsung pada diri siswa. Permasalahan tersebut diatasi dengan penerapan metode

inkuiri dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pecalukan 1 Kecamatan

40

Prigen Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan

metode inkuiri dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pecalukan 1

Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan dapat berjalan dengan lancar dengan

melalui beberapa tahapan, yaitu perumusan masalah, perumusan hipotesis,

mendeskripsikan definisi istilah, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data,

dan pengujian hipotesis. (2) aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II yang ditunjukkan dengan bertambah banyaknya siswa yang

aktif dalam pembelajaran pada setiap aspek yang dinilai, yaitu: mengajukan

pertanyaan meningkat sebesar 13%, mengemukakan pendapat meningkat sebesar

16%, menjawab pertanyaan meningkat sebesar 13%, bekerja sama dalam

kelompok meningkat sebesar 11%, dan melakukan diskusi kelompok meningkat

sebesar 5%, (3) hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus

II yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang menjawab benar sehingga nilai

hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas pada observasi

awal 61, meningkat menjadi 70,2 pada pertemuan pertama siklus I, meningkat

menjadi 80,8 pada pertemuan kedua siklus I, dan meningkat menjadi 86 pada

siklus II. Ketuntasan klasikal pada pertemuan pertama siklus I yaitu 29%

meningkat menjadi 59% pada pertemuan kedua siklus I, dan meningkat menjadi

94% pada siklus II. Besarnya peningkatan ketuntasan klasikal dari pertemuan

pertama ke pertemuan kedua siklus I adalah 30%, dan dari pertemuan kedua

siklus I ke siklus II adalah 35%.

Hasil penelitian Susilowati (2010), dengan judul Penggunaan Metode

Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS Pada Pokok Bahasan Permasalahan Sosial Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Lembang Tahun Ajaran

2009/2010 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terlihat dari meningkatnya hasil

belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa sebelum tindakan: 52,14; pre test: 52,28;

pada siklus I: 55,86; siklus II: 76,85 dan siklus III: 93,65. dilihat dari hasil ketiga

siklus menunjukan bahwa penelitian telah berhasil dilaksanakan.

41

Hasil penelitian dari Wahyuni, Neneng Dewi (2013) Penerapan Metode

Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Di

Sekolah Dasar : Penelitian Tindakan Kelas Pada Struktur TumbuhanKelas IV SD

Negeri 1 Bunder Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian dilaksanakan dengan dua siklus,

masing-masing siklus terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

observasi dan refleksi. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada materi

struktur tumbuhan, dari hasil penelitian pada tes awal rata-rata siswa dibawah

nilai KKM yaitu 60, dengan rata-rata nilai sebesar 53, sedangkan pada

pelaksanaan siklus I, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 67 diatas nilai KKM,

dan pada pelaksanaan siklus II, rata-rata nilai siswa meningkat lagi menjadi 77

lebih baik dari siklus I.

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Hardiyanto, David (2012)

Penerapan Mind Mapping Sebagai Media Dalam Meningkatkan Kemampuan

Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sengare Kabupaten Pekalongan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar siswa

diperoleh melalui tes penilaian posttest, dengan lembar observasi aktivitas siswa

sebagai pendukung. Analisis data hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I

dapat diketahui bahwa nilai rata-rata 53,57 dengan ketuntasan belajar klasikal

mencapai 25%. Setelah tindakan siklus II nilai rata-rata 72,31 dengan ketuntasan

belajar klasikal 76,92%, sedangkan nilai rata-rata pada siklus III 89,64 dengan

ketuntasan belajar klasikal mencapai 96,43%. Hasil analisis aktivitas siswa pada

tindakan siklus I diperoleh hasil 60% dengan kriteria cukup. Aktivitas siswa pada

siklus II mencapai 73,33% dengan kriteria baik, sedangkan pada siklus III

mencapai 87% dengan kriteria amat baik.

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Suyoto (2010) Keefektifan Model

Inkuiri pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi hasil belajar siswa aspek

(kognitif, afektif dan sosial) pada mata pelajaran IPA Sekolah Dasar antara model

pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional. Hasil ini

didasarkan pada prosedur Tests of Between-Subjects Effects dengan melihat

42

probabilitas F hitung yang secara umum lebih kecil 0,05; (2) terdapat perbedaan

keefektifan pada rencana dan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pe nilaian

kepala sekolah dan guru IPA antara kelompok konvensional dengan kelompok

inkuiri. Hasil ini didasarkan pada nilai kategori efektif (17.5 - 22.75) dan sangat

efektif (22.75 – 28); dan (3) terdapat perbedaan keefektifan pada proses kegiatan

pembelajaran pada aspek afektif dan aspek sosial berdasarkan penilaian siswa

dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Model pembelajaran inkuiri

lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada Sekolah Dasar.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori yang telah diuraikan di

atas, masalah hasil belajar IPA siswa yang rendah karena masih ada guru dalam

pembelajarannya konvensional ilmu atau hanya dengan berceramah saja sehingga

guru siswa terlihat pasif, tidak menggunakan metode dan media pembelajaran

yang sesuai dengan bahan ajar, sehingga hasilnya kurang memuaskan.

Untuk meningkatkan hasil belajar IPA, guru harus aktif dan kreatif dalam

pembelajaran diantaranya harus menggunakan metode dengan berbantuan media

pembelajaran yang tepat karena anak usia SD masih memiliki taraf berpikir

konkrit. Dalam pembelajaran IPA metode pembelajaran sangat diperlukan siswa

dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Karena metode

pembelajaran berperan penting dalam terciptanya proses belajar mengajar yang

menyenangkan serta menantang bagi siswa. Siswa akan sulit dalam menerima

pembelajaran jika tidak ditunjang dengan penggunaan metode dan media

pembelajaran yang tepat.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka akan digunakan metode

inkuiri dengan berbantuan media mind map diupayakan agar dapat meningkatkan

hasil belajar dan keaktifan siswa. Keunggulan dari metode inkuiri ini adalah siswa

melakukan eksperimen sendiri secara luas, agar mereka paham apa yang terjadi,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban sendiri. Metode inkuiri

membantu siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.

43

Dengan metode inkuiri tersebut masalah-masalah dapat terselesaikan karena

anak dari berpikir abstrak menuju konkrit. Ketika belum menggunakan metode

inkuiri siswa masih berpikir abstrak yang mengakibatkan hasil belajar IPA rendah

dan setelah menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa.

Selain itu dengan adanya media mind map juga diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan adanya media mind map dapat

membantu keseimbangan berfikir siswa antara otak kanan dan otak kiri. Media

mind map juga merupakan sarana penyalur belajar untuk siswa lebih aktif dan

berkreatif.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti untuk melakukan

penelitian di dapat hipotesis tindakan sebagai berikut;

1. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah dengan penerapan metode

pembelajaran metode inkuiri berbantuan media mind map dapat meningkatkan

hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 di SD N 12 Salatiga semester II tahun

pelajaran 2013/2014.

2. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian bahwa proses pembelajaran

dengan penerapan pembelajaran metode inkuiri berbatuan media mind map

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 di SD N 12 Salatiga

semester II tahun pelajaran 2013/2014.