bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 hasil...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Berdasarkan kajian pustaka akan dijelaskan beberapa landasan teori tantang
pengertian hasil belajar, hakikat IPA di SD, pengertian metode inkuiri dan,
pengertian media mind map
2.1.1 Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan
dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses
belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa.
Menurut Susanto(2013:5)
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi ada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas
lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007:39) yang menyatakan bahwa;
Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya
guru menetapkan tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri meruakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife
menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut
8
kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan
lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Menurut Benyamin S. Blomm dalam Sudjana (2010:12) sebagai berikut;
Ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu (1) kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual (2) afektif yaitu berkenaan dengan sikap
(3) psikomotorik yaitu berkenaan dengan hasil belajar dan kemampuan bertindak.
Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dari
proses kegiatan siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran
dikelas untuk mencapai kompetensi tertentu. Dengan adanya perubahan perilaku
dapat disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang
diberikan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu di
dasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu akan berubah
dalam tiga aspek yaitu kognitif,afektif, dan psikomotorik. Jadi mencakup nilai
sikap. nilai pengetahuan, dan nilai ketrampilan.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dari sebelumnya akibat
dari proses pembelajaran yang diukur dengan pemberian evaluasi oleh guru
sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru pada saat pembelajaran berlangsung.
2.1.1.2 Pengukuran Hasil Belajar
Permendikbud No 66 Th 2013, Standar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup;
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
9
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut;
(1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran
(output) pembelajaran;(2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan
sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya
dengan kriteria yang telah ditetapkan; (3) Penilaian berbasis portofolio merupakan
penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan proses belajar peserta
didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di
luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan;
Selain itu adapun penilaian (4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik; (5)Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara
periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih; (6) Ulangan tengah semester merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan
ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut; (7) Ulangan akhir semester merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik diakhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut;
Dan ada juga penilaian (8) Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya
disebut UTK merupakann kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK
meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti
pada tingkat kompetensi tersebut; (9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang
selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK
meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti
10
pada tingkat kompetensi tersebut; (10) Ujian Nasional yang selanjutnya disebut
UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta
didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang
dilaksanakan secara nasional; (11) Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan
pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN,
dilakukan oleh satuan pendidikan.
Penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal
yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik
Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta
didik
Dari bukti standar hasil belajar diatas menunjukan bahwa penilaian yang
digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) yang didasarkan pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM), jadi sekolah membuat batasan standar hasil belajar
sebagai pertimbangan ketuntasan belajar siswa di SD.
Menurut Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun
secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Horward
Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu : (a)
Keterampilan dan kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-
cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni
(a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap,
dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
11
sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan
reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif ( Sudjana, 2010:23).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA
adalah perubahan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dari sebelumnya
akibat dari proses pembelajaran yang diukur dengan pemberian evaluasi oleh guru
sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru pada pembelajaran IPA.
2.1.2 IPA di SD
2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran IPA
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan
dengan alam bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi
ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertianya dapat disebut sebagai
ilmu tentang alam.
Menurut Winaputra (Samatowa, 2010: 3) mengemukakan bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan keberadaan
yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa
kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya
pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan
lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
12
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan
pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan
proses dan sikap ilmiah.
13
Somatowa (2010:6) Adapun tujuan kurikuler pembelajaran IPA, berbagai
alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPAdimasukkan didalam suatu
kurikulum sekolah yaitu;
(1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada
kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai
tulang punggung pembangunan (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat,maka IPA
merupakan suatu mata pelajaran yang
melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang
dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka
(4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Menurut Susanto (2013) Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga
dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu
mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada
jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama
ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah
dasar sampai dengan sekolah menengah. Sains atau IPA adalah usaha manusia
dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,
serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat
suatu kesimpulan.
Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam
yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai
produk,proses, sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (2007)
menambahkan juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi
penambah ini bersifat pengembangan dari proses, sedangkan teknologi dari
aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.
14
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah Ilmu
alam yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian yang ada di
alam, yang berprosedur pada teknologi dan sebagai mata pelajaran yang diberikan
pada siswa yang belajar.
2.1.2.2 Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah Dasar
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah
dasar. Menurut Samatowa (2010:4) ada berbagai alasan yang menyebabkan satu
mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu
dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu :
(a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa
itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut–sebut sebagai tulang punggung
pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA.
(b) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA
merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis. Contoh IPA diajarkan dengan
mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian “Dapatkah tumbuhan
hidup tanpa daun?”. Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini,
(c) Bila IPA diajarkan melalui percobaan–percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan saja,
(d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak
secara keseluruhan. IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar
artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu
rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, sesuai dengan
kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.
15
2.1.3 Metode Inkuiri
2.1.3.1 Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Pupuh (2007) pengertian metode secara harafiah adalah berarti
cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau
prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitanya dengan
pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran
pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian salah satuketerampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam
pembelajaran adalah keterampilan dalam memilih metode pembelajaran.
Pemilihan metode ini terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam
menampilkan pengajaran yang dengan situasi dan kond isi, sehingga pencapaian
tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.
Ngalimun (2012), metode adalah saat cara yang dipengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan .Penentuan metode pada
guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang berlangsung.
Dari kedua pendapat tentang diatas tentang pengertian metode, dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara atau prosedur yang berpengaruh pada
saat proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
2.1.3.2 Pengertian Inkuiri
Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian metode inkuri menurut
pendapat dari beberapa ahli;
Schmid, dalam Putra (2013:85) mengemukakan bahwa inkuiri adalah
Suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan infomasi dengan melakukan observasi dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen guna mencari
jawaban maupun memecahkan masalah dengan menggunakan kemammpuan berpikir kritis dan logis. Sedangkan, National
Science Education Standart (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, dan memeriksa buku-buku atau sumber
informasi lain untuk melihat sesuatu yang telah diketahui; merencanakan investigasi; memeriksa kembali sesuatu yang
sudah diketahui menurut bukti eksperimen; mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasikan data, mengajukan
16
jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunisasikan
hasil.
Menurut W. Gulo (2008:85), inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan mengajar dengan inkuri adalah sebagai berikut; (1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan social emosional.
(2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sitematis pada tujuan
pengajaran (3) Mengembangkan sikap percaya terhadap diri sendiri pada
diri siswa tentang sesuatu yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Piaget dalam Putra (2013:87) mendefinisikan
Inkuiri sebagai pembelajaran yang mempersiakan situasi bagi
siswa untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat sesuatu yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin
menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang sesuatu yang ditemukan oleh diri sendiri dengan yang ditemukan orang
lain.
Dalam pengertian inkuiri tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri
merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi melalui observasi atau
eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan kemampuan
berpikir kritis dan logis. Inkuiri adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki
masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan
data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah.
2.1.3.3 Penggunaan Inkuiri
Edi Hendri Mulyana mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri
dipandang sebagai model yang diasumsikan cukup akomodatif bagi
penyelenggaraan pembelajaran sains di sekolah dasar saat ini. Alasannya, inkuiri
itu menjembatani keadaan transisi dari gaya pengajaran sains konvensional yang
masih verbalistis serta minim alat-alat menuju gaya pengajaran sains alternatif
17
yang lebih proporsional bagi hakikat sains dan karakteristik siswa sekolah dasar.
Selain itu pembelajaran inkuiri juga mendukung beberapa karakteristik siswa
yakni;
(a) Secara instinktif, siswa selalu ingin tahu
(b) Dalam percakapan, siswa selalu ingin berbicara dan mengkomunikasikan
idenya
(c) Dalam membangun (kontruksi) pengetahuan, siswa selalu ingin membuat
sesuatu
(d) Siswa selalu mengeksresikan diri
(e) Perkembangan intelektual siswa SD berada pada jenjang operasional konkret,
serta
(f) Perkembangan sosial siswa SD berada pada fase bermain.
Ada pula alasan lainnya terkait penggunaan metode inkuiri dalam
pembelajaran, yakni menurut Sumantri dan Permana dalam Putra (2013: 89-90)
Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut;
(a) Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
yaitu seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, guru dituntut kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar siswa dapat menguasai
pengetahuan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
(b) Belajar tidak hanya dperoleh dari sekolah, tetapi juga lingkungan. Kita harus menanamkan pemahaman pada siswa bahwa belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah,
melainkan juga lingkungan sedini mungkin. Metode inkuiri bisa membantu guru dalam menanamkan pemahaman
tersebut. Metode ini mengajak siswa untuk belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan guru, dalam hal ini siswa mengembangkan kemampuan yang diperoleh dari
lingkungannya untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran.
(c) Melatih siswa untuk memiliki kesadaran sendiri tentang kebutuhan belajarnya, metode ini menekankan pada keaktifan siswa dalam menemukan suatu konsep
pembelajaran dengan kemampuan yang dimilikinya. (d) Penanaman kebiasaan belajar berlangsung seumur hidup.
Dengan metode inkuri, siswa diarahkan untuk selalu mengembangkan pola pikirnya dalam mengembangkan konsep pembelajaran. Siswa juga dituntut selalu mencari
18
pengetahuan yang menunjang pemahamannya terhadap
konsep pembelajaran. Hal ini yang menjadi langkah awal guru dalam penanaman terhadap siswa tentang pengertian bahwa belajar berlangsung seumur hidup.
Alasan penggunaan metode inkuiri adalah dengan menemukan sendiri
tentang konsep yang dipelajari, siswa akan lebih memahami ilmu dan ilmu
tersebut akan lebih memahami ilmu,dan ilmu tersebut akan bertahan lama. Blosser
mengemukakan alasan rasional penggunaan metode inkuiri, yakni siswa akan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sains dan lebih tertarik
terhadap sainsjika dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” sains.
Dengan metode inkuiri ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep
sains dan meningkatkan ketrampilan proses berpikir ilmiah siswa.
Dan peneliti menggunakan inkuiri sebagai metode karena dengan
penggunaan inkuiri siswa dapat belajar lebih aktif dan memahami ilmu yang akan
dipelajarinya, dengan rangkaian berbagai tahapan proses belajar sehingga siswa
lebih mudah untuk memahami konsep-konsep dan meningkatkan ketrampilan
proses berpikir ilmiah. Dengan cara seorang guru memberikan LKS atau lembar
kerja siswa pada siswa, dan dibimbing untuk melalui tahap proses pembelajar ini
akan memudahkan siswa untuk memahami ilmu yang akan dipelajarinya.
2.1.3.4 Ciri utama Inkuiri
Sanjaya (2008: 196), ada beberapa hal yangmenjadi ciri utama metode
pembelajaran inkuiri diantaranya adalah sebagai berikut;
(a) Metode pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswasecara
maksimal untuk mencari dan menemukan, dalam proses pembelajaran siswa
tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran
(b) Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sika percaya diri (self belif), artinya dalam metode
inkuiri, guru bukan menjadi sumber belajar, namun fasilitator dan motivator
19
belajar siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan tehnik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri
(c) Tujuan penggunaan metode pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemammpuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Sehingga, dalam
pembelajaran inkuri, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran,
melainkan juga bisa menggunakan potensi yang dimilikinya.
2.1.3.5 Prinsip-prinsip Pembelajaran Inkuiri
Metode inkuiri harus memenuhi empat kriteria yaitu kejelasan, kesesuaian,
ketepatan, dan kerumitan. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan
masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan,
maka siswa akan terlibat dalam kegiatan inkuiri melalui fase-fase berikut;
(1) Siswa menghadapi masalah yang dianggap olehnya bisa memberikan
tantangan untuk diteliti;
(2) Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari
objek teliti, sekaligus pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi;
(3) Siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variable yang relevan,
berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis dan bereksperimen
untuk menguji hipotesis, sehingga diperoleh hubungan sebab akibat;
(4) Merumuskan penemuan inkuiri hingga diperoleh penjelasan, pernyataan atau
prinsip yang lebih formal;
(5) Melakukan analisis terhadap proses inkuiri sekaligus strategi yang dilakukan
oleh guru maupun siswa. Dalam hal ini, analisis diperlukan untuk membantu
siswa agar terarah dalam mencari hubungan sebab akibat.
Menurut Sanjaya (2009:78) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam penggunaan inkuiri, diantaranya adalah sebagai berikut;
(a) Berorientasi pada pengembangan intelektual, tujuan utama dari metode inkuiri
adalah pengembangan kemampuan berpikir.
(b) Prinsip interaksi, proses pembelajaran merupakan proses interaksi siswa
dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan . Pembelajaran sebagai
20
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagi pengukur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
(c) Prinsip bertanya, peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan
metode inkuiri adalah sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa dalam
menjawab setiap pertanyaan termasuk bagian dari proses berpikir.
(d) Prinsip belajar untuk berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,
melainkan juga proses berpikir (learning how to think) yakni proses
mengembangkan potensi selutuh otak, baik otak kiri maupun kanan.
Sedangkan, pembelajaran berpikir ialah pemanfaatan dan penggunaan otak
secara maksimal.
(e) Prinsip keterbukaan, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenaranya.
Dari kelima prinsip yang sudah dijelaskan, merupakan tahap pembelajaran
yang dilakukan guru dikelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2.1.3.6 Tujuan Pembelajaran Inkuiri
Putra (2013:93) Adapun beberapa tujuan dari metode inkuiri dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut;
(a) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya
(b) Mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru untuk mendapatkan pelajarannya
(c) Melatih siswa dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya
(d) Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
2.1.3.7 Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri
Menurut Herdian, dalam Putra (2013:96-100), metode inkuiri terbagi
menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau
besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis
metode tersebut adalah sebagai berikut;
(a) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquri Approach), metode inkuiri terbimbing
adalah metode inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan keada suatu diskusi.
21
Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-
tahap pemecahanya. Metode inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang
kurang berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan metode inkuiri
siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru,
sehingga mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode inkuiri,
siswa akan dihadapkan kepada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan,
baik melalui diskusi kelompok maupun individual, agar bisa menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya,
selama proses belajar, siswa akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang
diperlukan . Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan.
Kemudian pada tahap-tahap berikutnya bimbingan tersebut dikurangi
sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan
yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multiarah
yang mengiring siswa agar bisa memahami konsep pelajaran. Selain itu,
bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur.
Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok
diskusi siswa, sehingga guru sanggup memberikan petunjuk-petunjuk kepada
siswa.
(b) Inkuiri Bebas (Free Inquiry Approach), metode ini digunakan bagi siswa yang
telah berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Sebab dalam metode
inkuiri bebas ini, siswa seolah-olah bekerja sebagai seorang ilmuwan. Siswa
pun diberi kebebasan dalam menentukan permasalahan yang akan diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, serta merancang
prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama proses itu,
bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan, bahkan tidak diberikan sama
sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended, serta
mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena
tergantung caranya dalam mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada
kemungkinan siswa bisa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum
pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki. Sedangkan,
22
belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, waktu
yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relative lama, sehingga melebihi
waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Kedua, karena diberi
kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topic yang dipilih oleh siswa diluar konteks yang ada dalam
kurikulum. Ketiga, ada kemungkinan setiap kelompok atau individual
mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang
lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa. Keempat, karena topic
yang diselidiki antara kelompok atauindividual berbeda, ada kemungkinan
kelompok atau individual lainnya kurang memahami topic yang diselidiki
oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
(c) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry Approach) Metode
ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari kedua metode inkuiri
sebelumnya, yaitu metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri beba.
Meskipun begitu, permasalahan yang akan dijadikan topic untuk diselidiki
tetap diberikan atau memedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya,
dalam metode ini siswa tidak dapat memilih atu menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, namun belajar dengan metode ini dalam menerima
masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.
Tetapi, bimbingan yang diberikan lebih sedikit daripada inkuiri terbimbing
dan tidak terstruktur.
Dalam metode inkuiri jenis ini, guru membatasi memberikan bimbingan
agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan bisa
menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak
mampu menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara
tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
Dari ketiga jenis pembelajaran inkuiri yang sudah dijelaskan, akan dipilih
salah satu jenis inkuiri yang akan menjadi metode untuk proses pembelajaran.
23
Salah satu diantaranya adalah inkuiri terbimbing yaitu siswa menyelesaikan
masalah dengan dibimbing oleh guru. Guru memberikan permasalahan dengan
memberikan LKS pada siswa, dengan bimbingan dari guru siswa diminta untuk
mengerjakan dengan beberapa tahap yang ada pada langkah- langkah
pembelajaran inkuiri.
2.1.3.8 Kelebihan dan Kelemahan Inkuiri
Putra (2013:104-108) Beberapa kelebihan dari metode inkuiri dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut;
(1) Metode pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini
karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan
pengalaman sendiri.
(2) Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah kepuasan
intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat
memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan intelektualnya
yang dating dari dalam dirinya.
(3) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat
langsung dalam proses penemuan.
(4) Belajar melalui inkuiri bisa memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun lebih mudah diingat.
(5) Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsep-konsep sains dan ide-
ide dengan baik.
(6) Pengajaran menjadi terpusat pada siswa, salah satu prinsip psikologi belajar
menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut.
Pembelajaran inkuiri tidak hanya digunakan untuk belajar konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, tetapi juga belajar pengarahan diri sendiri, tanggung jawab,
komunikasi, dan lain sebagainya.
(7) Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep
diri siswa.
24
(8) Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep
diri. Ini berarti bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat
menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman
penemuannya.
(9) Metode pembelajaran inkuiri bisa mengembangkan bakat.
(10) Metode pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari belajar dengan
hafalan.
(11) Metode pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan
Selain kelebihan metode inkuiri adapun dijelaskan beberapa kelemahan
dalam penggunaan metode inkuiri dalam proses pembelajaran. Diantaranya
sebagai berikut;
(1) Metode pembelajaran inkuiri mengandalkan sesuatu kesiapan berpikir,
sehingga siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa
kebingungan.
(2) Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar,
sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa
dalam menemukan teori-teori tertentu.
(3) Harapan-harapan dalam metode pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa-
siwa dan guru-guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional.
(4) Bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide- ide.
(5) Kurang berhasil bila jumlah siswa terlalu banyak didalam satu kelas.
(6) Sulit menerapkan metode ini karena guru dan siswa sudah terbiasa dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
(7) Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih menekankan pada
penguasaan kognitif serta mengabaikan aspek ketrampilan, nilai, dan sikap.
(8) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya bisa dimanfaatkan
secara optimal dan sering terjadi siswa kebingungan.
(9) Memerlukan sarana dan fasilitas
2.1.3.9 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuri
25
Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, menurut Sanjaya
(2008:202), adalah sebagai berikut;
(a) Orientasi, pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah sebagai berikut. Pertama, menjelaskan topik, tujuan, dan
hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Kedua, menerangkan
pokok-pokok kegiatan yang mesti dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini, dijelaskan langkah- langkah inkuiri serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan
kesimpulan. Ketiga, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal
ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
(b) Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa kepada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu . Teka-teki
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah sangat penting
dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu, melalui proses tersebut, siswa
akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpiki.
(c) Merumuskan hipotesis, Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap siswa
adalah mengajukan berbagai pertanyaan yng bisa mendorong siswa supaya
dpat merumuskan jawaban sementara atau perkiraan kemungkinan jawaban
dari suatu permasalahan yang dikaji.
(d) Mengumpulkan data, adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
26
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga ketekunan dan
kemamuan menggunakan potensi berpikir.
(e) Menguji hipotesis, adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, namun juga mesti didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
(f) Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa tentang data-
data yang relevan.
Itulah beberapa langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan metode inkuiri adalah siswa
akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang diajarkan,
dan lebih tertarik terhadap materi tersebut jika dilibatkan secara aktif dalam
penyelidikan.
2.1.3.10 Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri
Pada penelitian ini, sintaks metode pembelajaran inkuiri yang akan
digunakan adalah sintaks metode pembelajaran inkuiri menurut Karli dan
Yuliartiningsih (dalam Ferawaty, 2006:7) adalah sebagai berikut:
1) Tahap 1
Penyajian masalah: pada tahap ini siswa diundang ke dalam suatu
permasalahan berupa peristiwa yang menimbulkan teka-teki. Permasalahan
yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan
keheranan. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mengundang siswa untuk mengumpulkan informasi.
2) Tahap 2
Pengumpulan dan verifikasi data: pada tahap ini siswa mengumpulkan
informasi, mengidentifikasi, dan merumuskan hipotesis terhadap peristiwa
27
yang mereka lihat dan alami, yang dibantu dengan pertanyaan pengarah dari
guru.
3) Tahap 3
Melakukan eksperimen/percobaan: pada tahap ini, siswa melakukan
eksperimen/percobaan untuk mengeksplorasi dan menguji hipotesis.
Kemudian siswa menuliskan hasil percobaan dalam LKS yang sud ah
disiapkan oleh guru. Peran guru adalah membimbing dan mengendalikan
kegiatan eksperimen.
4) Tahap 4
Mengorganisasi data dan merumuskan penjelasan: pada tahap ini, guru
mengajak siswa melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang
diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai
konsepsi ilmiah, kemudian setiap kelompok menyampaikan hasil percobaan
yang sudah dilakukan.
5) Tahap 5
Mengadakan analisis: pada tahap ini siswa diminta untuk mencatat
informasi yang diperoleh/ membuat kesimpulan hasil percobaan serta
diberikan kesempatan untuk bertanya tentang informasi- informasi yang
diperlukan berkaitan dengan konsep/teori yang telah mereka dapatkan pada
tahap-tahap sebelumnya.
2.1.4 Media Mind Map
2.1.4.1 Pengertian Media Mind Map
Selain dengan mengunakan metode juga dibahas tentang media
pembelajaran. Dimana media pembelajaran itu akan sangat membantu guru dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. berikut pengertian media yang disampaikan
oleh para ahli. (Indriana,2011) Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media
berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium.
Secara harfiah, media berarti perantara antar sumber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver). Beberapa hal yang termasuk ke dalam med ia adalah
film, televisi, diagram, media cetak (printed materials), media gambar, komputer,
instruktur dan lain sebagainya.Contoh beberapa media tersebut bisa dijadikan
sebagai media pengajaran jika dapat membawa pesan-pesan (message) dalam
28
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, harus ada keterkaitan
antara media dengan pesan dan metode (methods).
Selain itu para pakar juga memberikan batasan terhadap pengertian media
engajaran. Leslie J. Briggs (1979) menyatakan bahwa media pengajaran adala h
alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film,
gambar, rekaman video dan lain sebagainya. Briggs juga berpendapat bahwa
media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya
terjadi proses belajar.
Sedangkan Gagne menyatakan bahwa media merupakan wujud dari
adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat meramgsang
siswa untuk belajar. Miarsomenyatakan bahwa media merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Schram menyatakan bahwa
media merupakan teknologi pembewa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran, sehingga media menjadi perluasan dari guru.
Dilihat dari segi sifatnya, menurut NEA, media adala sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun audiovisual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.
Hal itu sma dengan pengertian media yang diberikan oleh AECT, yang
menyatakan bahwa media meruakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan
untuk proses penyaluran pesan. Brown meyakini bahwa media yang digunakan
dengan baik oleh guru atau siswa dapat mempengaruhi efektivitas program belajar
mengajar.
Dari berbagai pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa media itu
merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam
proses belajar dan mengajar. Dengan adanya media pengajaran, peran guru
menjadi semakin luas. Sedangkan anak didik akan terbantu untuk belajar dengan
lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam
bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efisien.
Media pengajaran merupakan salah satu proses pembelajaran. Dikatakan
demikian karena di dalam media pengajaran terdapat proses penyampaian pesan
dari pendidik kepada anakdidik. Sedangkan pesan yang dikirimkan, biasanya,
29
berupa informasi atau keterangan dari pengirim pesan. Pesan tersebut adakalanya
disampaikan dalam pesan. Pesan tersebut adakalanya disampaikan dalam bentu
sandi-sandi atau lambang- lambang, seperti kata-kata, bunyi, gambar dan lain
sebagainya. Melalui saluran seprti radio, televisi OHP, film pesan diterima oleh
penerima pesan melalui indra untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh penerima pesan. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan
media pengajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan
untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap
sasaran atau tujuan pengajaran.
Dalam Djamarah (2010), Sebelum uraian ini sampai pada penggunaan
media oleh gru dalam proses belajar mengajar, ada baiknya dipahami apa yang
dimaksud media itu sebenarnya. Kata “media” berasal dari bahasa Latin yang
merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harafiah berarti
“perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka
secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dibantudengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan
bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapatdisederhanakan dengan
bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan
melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah
mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Jadi dapat disimpulkan bahwa
media adalahalat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan.
Adapun jenis media yang dapat disebutkan diantaranya:
(1) Media Auditif adalah media yang hanya mengandalakan kemamuan suara
saja,seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok
untuk orang yang tuli atau kelainan pada pendengaran;
30
(2) Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam, seperti filmstrip (film
rangkai), slides (film bingkai), gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula
media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti
film bisu dan film kartun;
(3) Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.
Dari beberapa pengertian media yang sudah dijelakan diatas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa media adalah suatu alat penyalur atau penyampaian
pesan untuk membantu proses pembelajaran dikelas dengan baik.
2.1.4.2 Pengertian Mind Map
Pada pembahasan tentang media pembelajaran, bahwa media pembelajran
itu adalah merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan
pendidik dalam proses belajar dan mengajar. Dalam penelitian ini, penulis
memilih untuk menggunakan media mind map sebagai media pembelajaran yang
merupakan salah satu dari jenis media visual, yaitu media bergambar dengan peta
pemikiran, dengan harapan bahwa media mind map dapat membantu guru dalam
proses kegiatan belajar dan mengajar sehingga anak didik akan terbantu untuk
belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah
diajarkan dalam bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan
efisien. Sebelum membahas desain pelaksanaan media pembelajaran mind map,
terlebih dulu dengan mengetahui pengertian mind map.
Menurut Buzan (2006:4-5) mind map adalah mencatat kreatif, efektif dan
secara harafiah yang akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.
Mind map dikatakan sebagai cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi ke luar dari otak- mind map adalah cara mencatat kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-
pikiran kita. Mind map juga meruakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak
awal. Hal ini berarti mengingat informasi akan lebih mdah dan
31
lebih dapatdiandalkan dari pada menggunakan teknik pencatat
tradisional. Dalam media mind map ini mempunyai kesamaan. Pada dasarnya desain mind map menggunakan warna, memiliki struktur alami yang memancar dari pusat,menggunakan garis
lengkung, simbol, kata, gambar yang sesuai satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara
kerja otak. Dengan menggunakan media mind map ini, semua daftar informasi yang
panjang bisa dialihkan menjadi diagram-diagram warna-warni, sangat teratur, dan
mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam
melakukan berbagai macam hal.
Mind map dapat membantu kita untuk, merencanakan, berkomunikasi,
menjadi lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan
perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih
baik, belajar lebih cepat dan efisien. Sehingga jika mind map ini diterapkan pada
proses pembelajaran sebagai media akan lebih membantu siswa dalam menangkap
informasi yang diberika oleh guru, pada saat kegiatan belajar dan mengajar.
Contoh praktis cara penggunaan mind map akan membantu merencana dan
mengatur hidup demi keberhasilan maksimal, memunculkan ide- ide baru dengan
sangat mudah, sehingga dapat mengenal otak dengan lebih baik dan menemukan
cara memudahkan otak belajar dan mengingat informasi. Bila kita memahami cara
membantu otak bekerja dan bisamengerahkan seluruh potensi menta l dan fisik.
Ada kemungkinan yang bisa didapatkan diantaranya mind map adalah
sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk
perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak seseorang yang
menajubkan. dengan maksud bahwa mind map ini merupakan potongan informasi
baru yang dimasukkan ke perpustakaan atau otak, secara otomatis “dikaitkan” ke
semua informasi yang sudah ada. Semakin banyak kaitan ingatan yang melekat
pada setiap potong informasi dalam kepala, akan semakin mudah “mengait
keluar”apapun informasi yang dibutuhkan. jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan menggunakan media mind map, semakin banyak informasi yang kita tahu
dan belajar, maka akan semakin mudah belajar dan mengetahui lebih banyak.
32
2.1.4.3 Prinsip Mind Map
Lazaer (2000) dalam Sadewo, jika mind map menggunakan prinsip
pemaksimalan otak kiri dan otak kanan secara bersamaan, dalam kerangka pikir
sebagai sebuah media, mind map tentu memiliki prinsip-prinsip tertentu. Prinsip
dasar mind map adalah penggunaan atau penggabungan kerja otak kanan dan
otak kiri – dimana masing-masing kedua belahan otak ini memiliki kelebihan
dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Dalam mencoba untuk mengandaikan
agar mempermudah memahami prinsip mind map, DePorter; Khoo (2000;
2008) mengungkapkan bahwa prinsip yang digunakan dalam mind map
sejalan dengan tujuh prinsip super memori.
Prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Visualisasi, adalah salah satu dari dua prinsip memori yang paling kuat. Otak kita berpikir dalam bentuk gambar.
Sehingga lebih mudah mengingat dalam bentuk gambar dibandingkan dengan kata-kata. Jika semakin rinci dan hidup gambar itu dalam otak maka semakin kuat pula daya
ingat siswa. Jadi rahasianya adalah mengubah materi pelajaran ke dalam gambar-gambar, supaya otak siswa
dapat menyerap konsep dengan sangat cepat. (2) Asosiasi, mempunyai arti hubungan, maksudnya siswa
membentuk hubungan antara satu topik dengan topik
lain. Sehingga hal ini akan menciptakan indeks berurutan dalam otak untuk pemanggilan kembali dengan cepat.
(3) Membuat sesuatu menjadi lebih berbeda. Analogi untuk prinsip ini adalah ketika kita melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya atau melakukan sesuatu hal yang
sangat disenangi atau menyakitkan, pasti kita akan senantiasa teringat terus. Dalam pembelajaran pun
seharusnya seperti itu, oleh karena melalui mind map ini siswa dituntut untuk membuat catatan yang beda dari yang lain sehingga materi pelajarannya dapat diingat terus.
(4) Imajinasi, dalam pembelajaran dapat dipraktikan dengan cara membayangkan materi yang akan disampaikan
sehingga melalui pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan, siswa dapat mengingatnya kembali. Dan biasanya kita pun suka mengingat sesuatu yang kita buat
berdasarkan imajinasi sendiri. (5) Warna, Berdasarkan penelitian, warna dapat
meningkatkan memori kita lebih dari 50%. Oleh karena itu, jika dalam pembelajaran hal ini diterapkan akan sangat membantu siswa, selain memori yang
33
meningkat, pembelajaran pun akan lebih menyenangkan
dan dapat membuat catatan menjadi lebih menarik. (6) Irama atau musik, dalam pembelajaran sangat dibutuhkan,
irama akan meningkatkan kemampuan daya ingat siswa
karena irama dapat mengaktifkan otak sebelah kanan, yang selalu dominan dipakai pada saat belajar.
(7) Holism, berarti “seluruhnya”, pada saat siswa belajar maka materi yang disampaikan jangan sampai terpisah-pisah, melainkan harus seluruhnya, hal ini untuk
memudahkan dalam memahami konsep. Oleh karena itu, mind map sangat cocok untuk diterapkan. Sebab mind
map itu bersifat holistik, dapat melihat gambaran secara keseluruhan.
Dari berbagai prinsip di atas, mind map ini identik dengan daya ingat.
Atau bahasa lainnya adalah sesungguhnya mind map adalah sebuah media dalam
“memanggil” informasi yang dibutuhkan, yang mana informasi itu telah tercatat
dan terekam dalam memori. Karena itu, prinsip agar informasi yang diperlukan
tersebut dapat terpanggil, satu yang perlu dilakukan adalah melakukan visualisasi.
Visualisasi adalah teknik menggali informasi yang biasanya terseleksi dan tidak
nampak dalam kondisi yang tidak dibutuhkan. Prinsip kedua dalam “memanggil”
informasi adalah dengan menggunakan asosiasi dengan menggunakan konsep-
konsep tertentu.
Otak sesungguhnya berfungsi sebagai peta petunjuk, jika otak mendapat
petunjuk yang benar dari sebuah konsep, otak akan menyusur ke memori untuk
menggali informasi yang memiliki keterkaitan dengan konsep yang diberikan
sebagai petunjuk tadi. Disamping dua hal di atas, prinsip melatih memaksimalkan
fungsi otak adalah melakukan hal yang tidak biasanya atau melakukan sesuatu
yang berbeda. Contoh yang paling sederhana dari hal ini adalah ketika orang
terbiasa sore hari berolahraga secara teratur dan rutin, tapi kemudian mengubah
kebiasaannya menjadi membaca tiap sore pada jam yang harusnya digunakan
untuk berolahraga. Secara perlahan, otak akan memanggil informasi baru yaitu
membaca dan semakin lama, otak akan beradaptasi dengan kebiasaan baru
tersebut. Salah satu prinsip yang efektif dalam melatih menerapkan mind map
adalah melatih imajinasi. Imajinasi sesungguhnya adalah kegiatan
menggabungkan beberapa kejadian, konsep, peristiwa, yang berbeda dalam satu
34
kegiatan atau hal yang sama.
Imajinasi dengan demikian adalah kegiatan mengaktifkan dua belahan
otak sekaligus pada saat yang sama, dimana otak kanan mengingat emosi pada
sebuah kejadian atau peristiwa misalnya, sedangkan otak kiri mencoba menyusun
secara terstruktur kejadian-kejadian tersebut. Prinsip lain yang dapat digunakan
untuk memanggil informasi yang tersimpan dalam memori adalah dengan
menghidupkan musik dalam irama tertentu. Musik yang bernuansa sedih, akan
diasosiasikan dengan peristiwa sedih yang dialami; sedangkan musik yang irama
dan syairnya gembira, dapat memicu informasi (kenangan) yang indah yang
pernah terjadi. Selain itu, beat (hentakan) dalam musik, ikut berpengaruh dalam
membangkitkan informasi berjenis seperti apa.
2.1.4.4 Fungsi Mind Map
Buzan (2006:5), mind map diandaikan seprti peta jalan, Karena fungsi
andaiannya adalah sebagai peta jalan, maka sesungguhnya fungsi dasar mind map
adalah sebagai berikut;
(1) Memberi pandangan menyeluruh pokok bahasan area yang luas.
(2) Mengumpulkan sejumlah data pada satu tempat.
(3) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan
terobosan kreatif baru.
(4) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.
Mind map juga meruakan peta rute yang hebat bagi ingatan, yang
memungkinkan dapat menyusun fakta dan oikiran sedemikian rupa sehingga cara
kerja alami otak dilibatkan secara awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih
mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan
tradisional.
2.1.4.5 Aturan Mind Map
Keberhasilan dalam menerapkan media sangat ditentukan oleh kesetiaan
mengikuti aturan-aturan main yang teah dibuat dan pernah berhasil diberlakukan
sebelumnya. Buzan (2006) sebagai penggagas mind map ini, telah menyusun
sejumlah aturan yang harus diikuti agar mind map yang dibuat dapat memberikan
35
manfaat yang optimal. Berikut adalah ringkasan dari aturan mind map yaitu;
(1) Kertas polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3
dengan orientasi horizontal (Landscape) Central Topic diletakkan ditengah-
tengah kertas dan sedapat mungkin berupa image dengan minimal 3 warna.
(2) Garis, harus lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat
garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus)
dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di
atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
(3) Kata, menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis.
Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf
yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.
(4) Image , gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan
ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau
memungkinkan gunakan image yang 3 dimensi agar lebih menarik lagi.
(5) Warna, gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna. Warna berbeda
untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.
(6) Struktur, menggunakan struktur radian dengan central topic terletak ditengah-
tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah.
BOIs umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum
jam dimulai dari arah jam 1.
Mind map merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya menggabungkan kerja
otak bagian kiri dan kanan. “berdasarkan enelitian diluar negeri, rata-rata anak
meningkat 70-90% dari seluruh materi saat anak selesai membuat sendiri mind
map nya” (Caroline Edward, 2009).
Dengan penerapan mind ma dalam kegiatan pembelajaran siswa tidek lagi
hanya mentransformasi informasi yang didapatnya ke dalam catatan linear berupa
barisan huruf-huruf yang tersusun rapi dalam bari-baris halaman buku, tetapi
siswa juga dapat membuat catatan yangmenarik, bebas bekreasi dalam menyusun
sebuah catatan yaitu dengan bantuan berbagai simbol, gambar-gambar, kata kunci,
dan berbagai warna yang dapat membuat siswa tertarik untuk membacanya,
36
catatan ini dibuat cepat dan mengakibatkan kualitas visual yang baik sehingga
mudah diingat ( Rusel Lisnawati, 2006)
Melalui mind map itulah siswa akan lebih memahami materi yang diberikan
oleh guru dan kedua bagian otak siswa diantaranya otak kiri dan otak kanan dapat
digunakan secara seimbang. Otak kanan data menyimpan memori dalam jangka
waktu yang panjang, oleh karena itu pembelajaran di kelas hendaknya gru
melibatkan kedua belah otak siswa, dimana otak kanan contohnya lebih banyak
menyimpan gambar yang menyenangkan bagi siswa , warna, irama dan imajinasi,
sedangkan otak kiri contohnya kata, angka, analisa, logika, dan hitungan yang
mempercepat rasa jenuh atau bosan siswa dalam pembelajaran di kelas.
2.1.4.6 Langkah-langkah membuat Mind Map
Selain adanya aturan membuat mind map adapula langkah-langkah
membuat mind map dengan sederhana dengan menyiapkan alat dan bahan
diantaranya:
a. Kertas kosong tak bergaris.
b Pena dan pensil warna atau spidol, usahakan setiap siswa masing-masing
membawa pena dan pensil.
Adapun tujuh langkah dalam membuat mind map (Buzan, 2006:15-16)
adalah;
1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang anjang sisinya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena mulai daritengah memberi kebebasan pada otak untuk menyebar ke
segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami
2 Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan
lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
3 Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, dan menyenangkan.
4 Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke
cabang tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Kenapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga atau empat hal sekaligus. Bila kita
37
menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah
mengerti dan mengingat. 5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis
lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan
otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.
6 Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya dan flesksibilitas kepada mind map.
7 Gunakan gambar untuk setiap cabangnya. Mengapa? Karena seperti halnya gambar sentral akan memberikan
makna seribu kata.
Buzan memaparkan secara umum langkah- langkah yang perlu dilakukan
dalam menerapkan media mind map. Dalam konteks penelitian ini
pertanyaannya adalah bagaimana langkah- langkah media mind map dapat
teraplikasi pada materi pelajaran IPA yang diilih penulis sebagai mata pelajaran
untuk menerapka media mind map ini? Pertama untuk mengawali pembelajaran
IPA dengan menggunakan media mind map, dilakukan dengan cara
menyediakan satu lembar kertas kosong atau bisa juga kertas karton putih
kosong. Kedua, konsep yang dipilih dalam hal ini materi yang akan diajarkan
ditulis ditengah-tengah kertas tersebut. Ketiga terkait dengan materi IPA yang
akan diajarkan pada anak yaitu tentang pokok bahasan sifat-sifat cahaya , siswa
diminta untuk menyusun jalannya peta sendiri.
Siswa dapat mengasosiasikan dengan penerapan kehidupan sehari-hari
tentang sifat-sifat cahaya seperti, merambat lurus, menembus benda bening,
dipantulkan dan dibiaskan. Selama dalam pembuatan asosiasi, diingatkan pada
siswa bahwa untuk membuat garis bukanlah garis lurus tetapi juga garis
melengkung, siswa mungkin saja dapat menggabungkan dua konsep yang
berlainan untik dapat bertemu pada satu titik temu yang sama. Ini dapat terjadi
jika garis yang digunakan adalah melengkung dan bukan garis lurus. Disamping
itu, ketika sebuah konsep diasosiasikan dengan konsep baru, maka konsep baru
yang merupakan cabang dari konsep utama diberikan gambar, sebab cabang itu
sendiri memiliki banyak informasi yang dapat diungkapkan dengan membuat
ranting-ranting.
38
2.1.4.7 Sintaks Pembelajaran Metode Inkuiri Berbantuan Mind Map
Pada penelitian ini, sintaks metode pembelajaran inkuiri berbantuan mind
map yang akan digunakan adalah sintaks metode pembelajaran inkuiri menurut
Walker, 2007 dan Wenning, 2007
Tahapan Pembelajaran
Aktivitas
Guru
Siswa
Introduction
(pembukaan)
Memperkenalkan dan
mengarahkan siswa
terhadap topik yang akan
dipelajari.
Menemukan
pengetahuan awal yang
dimiliki oleh siswa
terhadap topik.
Menemukan kesalahan
konsep yang dimiliki
oleh siswa.
Memperhatikan apa yang
disampaikan oleh guru.
Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru.
Questioning (permasalahan)
Menuntun siswa
merumuskan
permasalahan dan
hipotesis.
Merumuskan
permasalahan dan
hipotesis.
Planning (perencanaan)
Menuntun siswa untuk
merencanakan
eksperimen dengan
beberapa pertanyaan.
Apa bahan dan alat yang
kalian butuhkan?
Apa prosedur yang akan
kalian lakukan untuk
mengumpulkan data?
Bagaimana kalian
melakukan observasi dan
merekam data?
Membuat prosedur
eksperimen.
Menentukan alat dan
bahan yang akan
digunakan.
Menentukan teknik
observasi yang akan
dilakukan.
Menentukan teknik
merekam data
Implementing
(pengimplementasian)
Menuntun siswa dalam
menggunakan alat dan
bahan.
Menuntun siswa dalam
Menggunakan alat dan
bahan.
Melakukan prosedur
eksperimen.
39
melakukan prosedur
eksperimen.
Menuntun siswa dalam
mengobservasi dan
merekam data.
Melakukan kegiatan
observasi dan merekam
data yang diperoleh.
Concluding
(penyimpulan) Menjelaskan materi
pada siswa dengan
menggunakan media
mind map.
Menuntun siswa untuk
merumuskan suatu
kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti yang di dapat
dan hipotesis yang telah
dirumuskan.
Merumuskan suatu
kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti yang di dapat
dan hipotesis yang telah
dirumuskan.
Reporting
(pelaporan) Menuntun siswa dalam
melaporkan hasil
eksperimen yang telah
dilakukan melalui
kegiatan diskusi.
Melaporkan hasil yang
telah diperoleh dalam
bentuk makalah, dan
dipresentasikan kepada
teman-temannya.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dapat diketahui beberapa kajian yang relevan dari hasil penelitian tentang
metode inkuiri dan media mind map.
Ainiyah, Nur. 2010. Penerapan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran IPS
untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Pecalukan 1 Kecamatan
Prigen Kabupaten Pasuruan. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Malang. Nilai IPS termasuk dalam kategori rendah dengan
nilai rata-rata nilai ulangan pada semester I, yaitu 61. Dari siswa yang berjumlah
34 anak, hanya ada 9 siswa (26%) yang mencapai KKM, sedangkan 25 siswa
(74%) masih belum mencapai KKM. Hal ini karena guru lebih sering menerapkan
metode pembelajaran yang kurang melibatkan keaktifan siswa dan pengalaman
langsung pada diri siswa. Permasalahan tersebut diatasi dengan penerapan metode
inkuiri dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pecalukan 1 Kecamatan
40
Prigen Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan
metode inkuiri dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pecalukan 1
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan dapat berjalan dengan lancar dengan
melalui beberapa tahapan, yaitu perumusan masalah, perumusan hipotesis,
mendeskripsikan definisi istilah, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data,
dan pengujian hipotesis. (2) aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II yang ditunjukkan dengan bertambah banyaknya siswa yang
aktif dalam pembelajaran pada setiap aspek yang dinilai, yaitu: mengajukan
pertanyaan meningkat sebesar 13%, mengemukakan pendapat meningkat sebesar
16%, menjawab pertanyaan meningkat sebesar 13%, bekerja sama dalam
kelompok meningkat sebesar 11%, dan melakukan diskusi kelompok meningkat
sebesar 5%, (3) hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus
II yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang menjawab benar sehingga nilai
hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas pada observasi
awal 61, meningkat menjadi 70,2 pada pertemuan pertama siklus I, meningkat
menjadi 80,8 pada pertemuan kedua siklus I, dan meningkat menjadi 86 pada
siklus II. Ketuntasan klasikal pada pertemuan pertama siklus I yaitu 29%
meningkat menjadi 59% pada pertemuan kedua siklus I, dan meningkat menjadi
94% pada siklus II. Besarnya peningkatan ketuntasan klasikal dari pertemuan
pertama ke pertemuan kedua siklus I adalah 30%, dan dari pertemuan kedua
siklus I ke siklus II adalah 35%.
Hasil penelitian Susilowati (2010), dengan judul Penggunaan Metode
Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS Pada Pokok Bahasan Permasalahan Sosial Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Lembang Tahun Ajaran
2009/2010 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terlihat dari meningkatnya hasil
belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa sebelum tindakan: 52,14; pre test: 52,28;
pada siklus I: 55,86; siklus II: 76,85 dan siklus III: 93,65. dilihat dari hasil ketiga
siklus menunjukan bahwa penelitian telah berhasil dilaksanakan.
41
Hasil penelitian dari Wahyuni, Neneng Dewi (2013) Penerapan Metode
Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Di
Sekolah Dasar : Penelitian Tindakan Kelas Pada Struktur TumbuhanKelas IV SD
Negeri 1 Bunder Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian dilaksanakan dengan dua siklus,
masing-masing siklus terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
observasi dan refleksi. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada materi
struktur tumbuhan, dari hasil penelitian pada tes awal rata-rata siswa dibawah
nilai KKM yaitu 60, dengan rata-rata nilai sebesar 53, sedangkan pada
pelaksanaan siklus I, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 67 diatas nilai KKM,
dan pada pelaksanaan siklus II, rata-rata nilai siswa meningkat lagi menjadi 77
lebih baik dari siklus I.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Hardiyanto, David (2012)
Penerapan Mind Mapping Sebagai Media Dalam Meningkatkan Kemampuan
Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sengare Kabupaten Pekalongan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar siswa
diperoleh melalui tes penilaian posttest, dengan lembar observasi aktivitas siswa
sebagai pendukung. Analisis data hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata 53,57 dengan ketuntasan belajar klasikal
mencapai 25%. Setelah tindakan siklus II nilai rata-rata 72,31 dengan ketuntasan
belajar klasikal 76,92%, sedangkan nilai rata-rata pada siklus III 89,64 dengan
ketuntasan belajar klasikal mencapai 96,43%. Hasil analisis aktivitas siswa pada
tindakan siklus I diperoleh hasil 60% dengan kriteria cukup. Aktivitas siswa pada
siklus II mencapai 73,33% dengan kriteria baik, sedangkan pada siklus III
mencapai 87% dengan kriteria amat baik.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Suyoto (2010) Keefektifan Model
Inkuiri pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi hasil belajar siswa aspek
(kognitif, afektif dan sosial) pada mata pelajaran IPA Sekolah Dasar antara model
pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional. Hasil ini
didasarkan pada prosedur Tests of Between-Subjects Effects dengan melihat
42
probabilitas F hitung yang secara umum lebih kecil 0,05; (2) terdapat perbedaan
keefektifan pada rencana dan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pe nilaian
kepala sekolah dan guru IPA antara kelompok konvensional dengan kelompok
inkuiri. Hasil ini didasarkan pada nilai kategori efektif (17.5 - 22.75) dan sangat
efektif (22.75 – 28); dan (3) terdapat perbedaan keefektifan pada proses kegiatan
pembelajaran pada aspek afektif dan aspek sosial berdasarkan penilaian siswa
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Model pembelajaran inkuiri
lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada Sekolah Dasar.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori yang telah diuraikan di
atas, masalah hasil belajar IPA siswa yang rendah karena masih ada guru dalam
pembelajarannya konvensional ilmu atau hanya dengan berceramah saja sehingga
guru siswa terlihat pasif, tidak menggunakan metode dan media pembelajaran
yang sesuai dengan bahan ajar, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA, guru harus aktif dan kreatif dalam
pembelajaran diantaranya harus menggunakan metode dengan berbantuan media
pembelajaran yang tepat karena anak usia SD masih memiliki taraf berpikir
konkrit. Dalam pembelajaran IPA metode pembelajaran sangat diperlukan siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Karena metode
pembelajaran berperan penting dalam terciptanya proses belajar mengajar yang
menyenangkan serta menantang bagi siswa. Siswa akan sulit dalam menerima
pembelajaran jika tidak ditunjang dengan penggunaan metode dan media
pembelajaran yang tepat.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka akan digunakan metode
inkuiri dengan berbantuan media mind map diupayakan agar dapat meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan siswa. Keunggulan dari metode inkuiri ini adalah siswa
melakukan eksperimen sendiri secara luas, agar mereka paham apa yang terjadi,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban sendiri. Metode inkuiri
membantu siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
43
Dengan metode inkuiri tersebut masalah-masalah dapat terselesaikan karena
anak dari berpikir abstrak menuju konkrit. Ketika belum menggunakan metode
inkuiri siswa masih berpikir abstrak yang mengakibatkan hasil belajar IPA rendah
dan setelah menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa.
Selain itu dengan adanya media mind map juga diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan adanya media mind map dapat
membantu keseimbangan berfikir siswa antara otak kanan dan otak kiri. Media
mind map juga merupakan sarana penyalur belajar untuk siswa lebih aktif dan
berkreatif.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti untuk melakukan
penelitian di dapat hipotesis tindakan sebagai berikut;
1. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah dengan penerapan metode
pembelajaran metode inkuiri berbantuan media mind map dapat meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 di SD N 12 Salatiga semester II tahun
pelajaran 2013/2014.
2. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian bahwa proses pembelajaran
dengan penerapan pembelajaran metode inkuiri berbatuan media mind map
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 di SD N 12 Salatiga
semester II tahun pelajaran 2013/2014.