bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian...

14
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pada tingakat satuan pendidikan (KTSP) merupakan suatu kegiatan tugas profesional pendidikan, yang bertolak dari perubahan kondisi pembelajaran saat ini dan merekontruksi suatu model pembelajaran ke masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal itu perlu dipahami terlebih dahulu apa dan bagaimana model dalam konteks praktik pembelajaran. Menurut Mills(1998) Model adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interpretasi atas hasil belajar observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Perumusan model mempunyai tujuan : 1. Memberikan gambaran kerja sistem untuk periode tertentu, dan didalamnya secara implisit terdapat seperangkat aturan untuk melaksanakan perubahan, 2. Memberikan gambaran tentang fenomena tertentu menutut diferensi waktu atau memproduksi seperangkat aturan yang bernilai bagi keteraturan sebuah sistem. Dengan demikian, suatu model dapat ditinjau dari sapek mana kita memfokusakan suatu pemecahan permasalahan. Pengertian modelpembelajaran dalam konteks ini, merupaka landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan terori belajar, yang dirancangkan berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada

Upload: ngothu

Post on 27-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pada tingakat satuan

pendidikan (KTSP) merupakan suatu kegiatan tugas profesional pendidikan,

yang bertolak dari perubahan kondisi pembelajaran saat ini dan

merekontruksi suatu model pembelajaran ke masa yang akan datang.

Berkaitan dengan hal itu perlu dipahami terlebih dahulu apa dan bagaimana

model dalam konteks praktik pembelajaran.

Menurut Mills(1998) Model adalah bentuk reprensentasi akurat,

sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang

mencoba bertindak berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interpretasi

atas hasil belajar observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa

sistem.

Perumusan model mempunyai tujuan :

1. Memberikan gambaran kerja sistem untuk periode tertentu, dan

didalamnya secara implisit terdapat seperangkat aturan untuk

melaksanakan perubahan,

2. Memberikan gambaran tentang fenomena tertentu menutut diferensi

waktu atau memproduksi seperangkat aturan yang bernilai bagi

keteraturan sebuah sistem.

Dengan demikian, suatu model dapat ditinjau dari sapek mana kita

memfokusakan suatu pemecahan permasalahan. Pengertian

modelpembelajaran dalam konteks ini, merupaka landasan praktik

pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan terori belajar,

yang dirancangkan berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada

5

impelementasi KTSP dan implikasinya pada tingkat opersional dalam

pembelajaran.

Pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha penciptan sistem

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses balajar. Dan belajar

adalah proses aktif siswa dalam membangun atau memproduksi pengetahuan

dengan cara menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dan yang akan

dicapai. “UU No 20 tahun 2003 pasal 1 (20),” Pembelajaran adalah proses

intereksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan

yang dirancang oleh guru untuk membantu atau memfasilitasi siswa dalam

mempelajari atau mengalami suatu kemampuan dan atau nilai yang baru

dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan,

dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

2.12. Model Pembelajaran Time Token

2.1.2.1 Pengertian Model Pembalajaran Time Token

Model pembelajaran Time Token (Arrends 1998) merupakan model

pembalajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi

mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan

mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain.

Menurut Tim Widya Iswara Jateng (2004:10) metode ini dapat

digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, menghindari siswa

mendominasi pembicaraan atau siswa yang diam sama sekali.

Menurut Idris 2011 model pembelajaran time token adalah strategi

pembelajaran yang digunakan untuk menghindari sikap siswa yang

mendominasi pembicaraan dan sikp diam sama sekali.

Jadi model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang

lebih mengarah pada semau siswa untuk aktif.

6

Model ini memiliki struktur pengajaran yang cocok digunakan untuk

mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk menghindari siswa

mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Jadi model

pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang lebih

mengarahkan pada keaktifan siswa dengan adanya tanggung jawab pada

kartu bicara time token yang dipegang sehingga siswa dapat menyampaikan

pendapat menurut pemikiranya sendiri.

2.1.2.2. Pentingnya Model Pembelajajaran Time Token

Model pembalajaran time token (Arrends 1998) sangat penting bagi

guru untuk mengatasi kondisi kelas yang siswanya mengalami masalah

terhadap keterampilan sosial yang mencakup tentang pendominasian,

pendiam dan tidak berani mengutarakan pendapat saat diskusi kelompok.

Jadi model pembelajaran time token lebih mengarah untuk meningkatkan

keterampilan sosila siswa. Model ini digunakan untuk melatih dan

mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi

pembicaraan atau diam sama sekali.

2.1.2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Time Token

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar

2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi

3. Guru memberikan setiap kupon berbicara dengan waktu 30 detik, dan

setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan.

4. Bila selesai berbicara kupon (kartu bicara) yang dipegang siswa

diserahkan pada guru. Setiap berbicara kupon.

5. Sehingga semua siswa memiliki hak bicara yang sama, dan sampai

semua siswa berbicara atau berpendapat.

6. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama dari hasil diskusi

7. Guru menutup pelajaran.

7

Menurut Tim widya Iswara Jateng model ini dapat digunakan untuk

mengajarkan ketermpilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi

pembicaraan atau siswa yang diam sama sekali. Langkah-langkah strategi

pembelajaran time token :

1. Mengkondisikan kelas dalam suasana diskusi .

2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu 30 detik .

3. Tiap siswa diberi nilai sesuai waktu dan keadaan. Bila setelah

berbicara kupon yang dipegang siswa deserahkan.

4. Setiap berbicara 1 kupon. Siswa yang habis kuponya tidak boleh

berbicara lagi, yang masih pegang kupon harus berbicara sampai

kupon habis.

5. Penutup

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran dimulai dengan melakukan persiapan dan dilanjutkan kegiatan

pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan pendahuluan,kegiatan inti, kegiatan

akhir. Sehingga dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran dalam

menggunakan model pembelajaran time token yaitu: Penerapan model

pembelajaran time token menurut Idris (2011)

Langkah-langkah keterlaksanaan pembelajaran

Tabel 2.1

Keterlaksanaan pembelajaran

No Tahap

pelaksanaan

Kegiatan

1 Kegiatan

persiapan

a. Guru menentukan SK, KD, INDIKATOR

dan materi.

b. Guru mempersiapkan peralatan yang akan

dicapai dalam pembelajaran.

c. Guru mrembuat rencana pembelajaran

8

2 Kegiatan

pelaksanaan

1. Kegiatan pendahuluan

Guru menyapa, mengabsen siswa,

dan mengkondisikan kelas untuk

menunjang proses belajar

mengajar.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Memotovasi siswa

Guru menyampaikan strategi

pembelajaran Time Token.

Guru Memberikan apresepsi

Guru membagikan kupon (kartu

bicara).

2. Kegiatan inti

Menjelaskan materi pelajaran

Globalisasi

Guru memberikan pertanyaan

kepada siswa

Siswa dibagi dalam beberapa

kelompok, kemudian

Siswa berdiskusi.

Siswa menjawab pertanyaan

dengan menaruh kupon ketengah

kelompok terlebih dahulu

Guru memnita siswa menangapi

jawaban dari temannya

Kegiatan tanya jawab dilaukakn

secara terus menerus sampai kupon

(kartu bicara) habis.

Guru bersama siswa

menyimpulakn pelajaran yang

sudah dipelajari

3. Kegiatan akhir Guru memberikan evalusi pada siswa

Guru menutup pelajaran.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Time Token

9

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Arends (1998) dan Tim

Widya Iswara Jateng bahwa model time token kelebihan dan kekurangan

antara lain:

Kelebihan:

1. Semua siswa aktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan

berpartisipasi dalam diskusi

2. Dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam

berpendapat bagi siswa yang pemalu dan sukar berbicara.

3. Semua siswa mendapat waktu bicara yang sama sehingga tidak

akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya

diskusi.

4. Semua siswa mendapat kesempatan untuk menggali dan

mengemukakan ide-idenya sehingga pada kondisi seperti apapun

ikut terlibat memahami materi pembelajaran.

Kelemahan:

1. Siswa yang memiliki banyak pendapat akan sulit mengutarakan

pendapatnya karna waktu yang diberi terbatas.

2. Adanya keharusan mengemukakan idenya penampilan idenya kurang

maksimal atau hanya mengemukakan pendapat kelompoknya sehingga

kurang menguasai materi.

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian belajar

Learning is any realitively parmament chang in behavior that is a of

past experince. (belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen

sebagai hasil dari pengalaman). Belajar dalam idealisme berarti kegiatan

pisiko-pisik sosio menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Namun,

10

realistis yang dipahamioleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian.

Belajar dianggap properti sekolah.

Joko Susilo (2009: 23) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini,

belajar adalah merupakan suatu proses, satu kegiatan dan bukan suatu hasil

atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada

itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan

perubahan kelakuan. Menurut Oemar Hamalik (2002:154), belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.

Hilgard dan Bower (dalam Purwanto 1993: 84), mengatakan bahwa belajar

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi

tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana

perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungannnya berupa respon bawaan, kematangan atau keadaan sesaat

seseorang. Beberapa pendapat di atas tersebut menegaskan bahwa belajar

merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman

berulang-ulang.

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

sesungguhnya mengandung tiga unsur, yaitu:

1. Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku.

2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses

pengalaman.

3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.

Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat dipastikan

memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut berupa terjadinya

perubahan dan peningkatan terhadap beberapa aspek atau kawasan (domain)

belajar sebagaimana dijelaskan Latuheru (2002:35), yaitu Aspek kognitif,

afektif dan psikomotor. Interpretasi terhadap tiga aspek Sasaran belajar

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

11

a. Aspek Kognitif, yaitu meningkatnya intelektual siswa terhadap informasi

dan pengetahuan terutama menyangkut penguasaan materi pelajaran.

b. Aspek Afektif, yaitu terwujudnya karakter dan kepribadian siswa lebih

baik dari sisi sikap, perasaan, dan emosional.

c. Aspek psikomotor, yaitu meningkatnya kecakapan-kecakapan belajar

siswa terhadap satu atau beberapa keterampilan dasar materi pelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan

pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecakapan siswa terhadap tiga

kecakapan utama, yaitu kecakapan kognitif, kecakapan afektif dan kecakapan

psikomotor. Hal ini ditegaskan pula oleh Sudjana (2009:49) yang menyatakan

bahwa ketiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotor) tersebut tidak dapat

berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan satu kesatuan, dan harus dipandang

sebagai sasaran hasil belajar. Sedangkan Tirtaraharja dan La Sulo (2005:25)

menegaskan pengembangan dan peningkatan ketiganya harus mendapatkan

porsi yang seimbang, pengutamaan aspek kognitif dengan mengabaikan aspek

afektif hanya akan mencipitakan orang-orang pintar yang tidak berwatak.

b. Pengertian hasil belajar.

Hasil belajar menurut pandangan Hamalik Oemar (2009) Hasil Belajar

adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku

seseorang tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau

siswa setelah siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas

belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar merupakan kecakapan

aktual (Aktual ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensi (potencial

ability) yaitu kemempuan dasar yang berupa diposisi yang dimiliki individu

untuk mencapai prestasi.

Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasilbelajar

merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar.

Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajara dalah kemampuan aktual

12

yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan

mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah

dicapai. Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku

yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

(Winkel dalam Ismiyahni 2000) dalam ranah kognitif, hasil belajar tersusun

dalam enam tingkatan enam tingkatan tersebut ialah: (1) pengetahuan atau

ingatan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) sintesis, (5) analisis dan (6)

evaluasi.

Adapun ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1)

peniruan (menirukan gerak), (2) penggunaan (menggunakan konsep untuk

melakukan gerak),(3) ketepatan (melakukan gerak dengan benar),(4)

perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar),(5)

naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

Sedangkan ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1)

pengenalan (ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu),(2) merespon(aktif

berpartisipasi), (3) penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai

tertentu), (4) pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai nilai yang

dipercaya) dan (5) pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari

pola hidup).

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar. Perubahan tingkah

laku tersebut adalah perubahan yang relatif menetap, dimana perubahan itu

terjadi pada ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap),dan ketrampilan.

2.1.3.2. Aspek Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1998) terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor internal siswa

13

Adalah kemampuan yang dimiliki,motivasi dan perhatian,usaha, kebiasaan

motivasi dan kecerdasan:

1. Aspek fisiologis

Meliputi kondisi fisik yang normal (panca indra dan angota tubuh)

dengan keadaan yang baik seperti ini akan memudahkan siswa dalam

menerima informasi yang diberiakan.

2. Aspek psikologis

Meliputi segala hal yang berkaitan dengfan kondisi mental seseorang (

kecerdasan, silap, motivasi, minat) kondisi mental yang dapat

menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap

dan stabil.

b. Faktor eksternal siswa

Faktor eksternal dalam proses pendidikan dan pengajaran dapat

dibedakan menjadi tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan

sekilah dan lingkungan masyarakat. Dari ketiga lingkungan tersebut yang

paling besar pengarunya adalah terhadap proses hasil belajar siswa dalam

proses belajar mengajar adalah lingkungan sekilah seperti guru, sarana,

belajar, kurikulum, teman2 dikelas disilin dan peraturan sekolah.

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.4.1. Pengertian PKN

Menurut Merphin Panjaitan (2001) pendidikan kewarganegaraan

adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda

menjadi warganegara yang demokratis dan partisifasi melalui suatu pendidikan

yang diagonal. Zamroni (2001) Pendidiakn kewarganegaraan adalah pendidikan

demokratis yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir

kritis dan bertindak demokratis.

14

2.1.4.2 Hakikat dan Tujuan PKN

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan

terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi wagra negara denngan

menunmbhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanan hak dan

kewajiban dalam bernegara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan

bangsa dan neggara.

Tujuan PKN adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara

berdasarkan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan

jati diri dan moral bangsa dalam perkehidupan bangsa. Standarrisasi PKN

adalah pengembangan:

1. Nilai-nilai cinta tanah air

2. Kesadaran bangsa dan bernegara

3. Keyakinan terhadap pancasila sebagai ideologi negara

4. Nilai-nilai demokrasi, hak asasi maunusia dan lingkungan hudup.

5. Kerelaan berkoraban untuk masyarakat, bangsa, dan negara serta

6. Kemampuan awal bela negara.

Kompetensi PKN pada kelas IV semester II adalah penelitian

pokok bahasan globalisasi yaitu memberikan contoh sederhana pengaruh

globalisasi dilingkuknganya.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk mendukung perlunya penelitian ini penulis berusaha mencari

penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti lain yang mendahului

penelitian sebelumnya.

Menurut penelitian yang dilakukan Wagiman (2007/2008) dengan judul

pengaruh pembelajaran koperatif model circ dan time token kedisiplinan siswa

15

menyelesaikan tugas belajar kimia terhadap hasil belajar pada siswa kelas X

SMS 2 surakarta tahun ajaran 2007/2008. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif model circ dan time token meningkatkan

kedisiplinan siswa dalam menyelesaikan tugas belajar kimia terhadap hasil

belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang diuraikan diatas, penggunan model time token

dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara bertahap. Hal ini menunjukan

bahwa ada perubahan pada hasil belajar siswa dan penyajian materi pelajaran

oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran time token akan tetapi

apakah pengguanaan model Time Token dengan sekali pelajaran dapat

memberikan perubahan yang signifikan karena dalam penlitan yang sebelumnya

dilakukan secara bertahap sampai benar-benar menunjukan peningkatan. Dengan

ini peneliti akan melakukan penelitian dan menguji apakan tedapat pengaruh

yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Time

Token.

2.3 Kerangka Berfikir

Penerapan model Pembelajaran time token dalam prose belajar

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena time token sangat

besar pengaruhnya dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena

itu wajar jika guru meningkatkan pemanfaatan model pembelajaran time token

dalam proses belajar.

Melalui pembelajaran dengan model time token ini diharapkan semua

siswa aktif dalam kelas. Selain itu juga mampu bekerja sama dengan siswa

lainnya untuk memenuhi materi mupun bekerja sama dengan siswa lainnya untuk

memahami materi maupun saat bekerja kelomok.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah dengan penerapan model

pembelajaran yang interaktif dan maksimal, dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Oleh karena itu pemikiran peneliti bahwa pembelajaran yang

16

menggunakan model time token siswa akan lebih mudah memahami konsep,

materi yang disampaikan guru sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara

maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran

dilakukan seperti biasa atau konvesional dan kelas eksperimen pembelajaran

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran time token. Untuk pretest

diambil dari kelas uji coba dan hasil pretest kelas (kelas kontrol dan kelas

eksperimen) di uji beda rata-rata tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Kemudian dilakukan pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran Time Token pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara

konvensional pada kelas kontrol, hasil belajar dari kedua kelompok di lakukan

uji beda rata-rata apakah penggunaan model pembelajaran Time Token

berpengaruh yang signifikan terhadap rata-rata hasil belajar siswa. Apabila

dilihat dalam bagan akan terlihat pada bagan berikut:

Model

pembelajara

n time token

Pos test Kelas

eksperimen

Pre test

Terdapat pengaruh

yang signifikan

dengan penerapan

model pembelajaran

time token dimana

hasil belajar kelas

eksperimen lebih

tinggi dari kelas

kontrol. Pembelajaran

biasa yang

dilakukan

guru kelas

(konvesional)

Pos test Kelas

kontrol

Pre test

17

Gambar 1: bagan kerangka berpikir penelitian

Kelas eksperimen yang menggunakan Model pembelajaran Time

Token akan mendapatkan nilai yang lebih baik dari pada kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvesional.

2.4 Hipotesisi Penelitian

Dari uraian kerangka berpikir, peneliti mengemukakan hipotesis

penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh signifikan terhadap hasil belajar

siswa dengan penerapan model pembelajaran time token.

Hipotesis Statistika

H0 : = :“Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sama dengan rata-rata

hasil belajar kelas kontrol. artinya tidak ada pengaruh penerapan

model pembelajaran time token terhadap hasi

belajar siswa kelas Kelas IV pada mata pelajaran PKN SDN

mangunsari 03 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012.”

H1 : > :“Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari rata-

rata hasil belajar kelas kontrol. artinya terdapat pengaruh

penerapan model pembelajaran time token terhadap hasil belajar

siswa kelas Kelas IV pada mata pelajaran PKN SDN Mangunsari

03 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012.