tabel 2.1 kajian empirik

35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Tabel 2.1 Kajian Empirik Peneliti Judul/Tahun Variabel yang diteliti Metode Hasil Theria Ninuk Sri Hartini Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat penderita malaria di Kabupaten Purworejo/1993 pendidikan, pengetahuan, persepsi), petugas (pendidikan, lama kerja, pekerjaan sampingan, frekuensi penyuluhan Cross sectional Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat adalah pengetahuan tentang penyakit, persepsi tentang bahaya malaria dan tingkat pendidikan. M. Ilham Riadi Hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang malaria dengan kepatuhan menelan obat pada penderita malaria di Puskesmas Moyong I Jepara/2005 Pengetahuan dan sikap Cross sectional Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan fasilitas pelayanan kesehatan dengan praktik pencengahan dan pengobatan penyakit malaria. M. Arie Wuryanto Beberapa faktor risiko kepatuhan berobat penderita malaria vivax di Kabupaten Banjarnegara/2005 Faktor penderita,faktor obat, faktor petugas Case Control Faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat penderita malaria adalah pengetahuan penderita, kepercayaan terhadap pengobatan, ada tidaknya kesulitan dalam minum obat termasuk dalam membagi dosis harian. Andriyani P dkk Faktor risiko dan pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) masyarakat pada kejadian luar biasa (KLB) malaria di Kabupaten Purbalingga/2010 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku cross sectional Pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) responden menunjukkan tingkat pengetahuan dan perilaku relatif masih rendah bahkan tingkat sikap

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tabel 2.1 Kajian Empirik

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Empirik

Tabel 2.1 Kajian Empirik

Peneliti Judul/Tahun Variabel yang

diteliti Metode Hasil

Theria Ninuk Sri Hartini

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat penderita malaria di Kabupaten Purworejo/1993

pendidikan, pengetahuan, persepsi), petugas (pendidikan, lama kerja, pekerjaan sampingan, frekuensi penyuluhan

Cross sectional

Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat adalah pengetahuan tentang penyakit, persepsi tentang bahaya malaria dan tingkat pendidikan.

M. Ilham Riadi Hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang malaria dengan kepatuhan menelan obat pada penderita malaria di Puskesmas Moyong I Jepara/2005

Pengetahuan dan sikap

Cross sectional

Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan fasilitas pelayanan kesehatan dengan praktik pencengahan dan pengobatan penyakit malaria.

M. Arie Wuryanto

Beberapa faktor risiko kepatuhan berobat penderita malaria vivax di Kabupaten Banjarnegara/2005

Faktor penderita,faktor obat, faktor petugas

Case Control

Faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat penderita malaria adalah pengetahuan penderita, kepercayaan terhadap pengobatan, ada tidaknya kesulitan dalam minum obat termasuk dalam membagi dosis harian.

Andriyani P dkk Faktor risiko dan pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) masyarakat pada kejadian luar biasa (KLB) malaria di Kabupaten Purbalingga/2010

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

cross sectional

Pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) responden menunjukkan tingkat pengetahuan dan perilaku relatif masih rendah bahkan tingkat sikap

Page 2: Tabel 2.1 Kajian Empirik

9

responden masih banyak yang tidak mendukung cara pencegahan dan pencarian pengobatan malaria yang sesuai harapan.

Raini M dkk Keluhan dan kepatuhan penderita malaria terhadap pengobatan malaria artesunat-amodiakuin di kalimantan dan Sulawesi/2004,

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Kualitatif Pengobatan AS+AQ selama 3 hari relatif masih dapat ditoleransi dan kepatuhan subyek minum obat masih cukup baik.

Andriansyah Pengaruh Perilaku dan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Malaria Vivax pada Puskesmas Sebabi Kecamatan Telawang Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah/2015

Perilaku dan pengetahuan

Cross sectional

Secara parsial bahwa perilaku dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat. Secara simultan bahwa perilaku dan pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan minum obat. Bahwa perilaku dan pengetahuan tidak pengaruh secara dominan terhadap kepatuhan minum obat.

2.2 Kajian Teoritik

1. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk

anopheles betina (Depkes RI, 2008).

Spesies Plasmodium pada manusia adalah plasmodium falciparum,

plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Jenis

Page 3: Tabel 2.1 Kajian Empirik

10

plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah plasmodium

falciparum dan plasmodium vivax, sedangkan plasmodium malariae dapat

ditemukan di beberapa provinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara

Timur dan Papua. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Nusa

Tenggara Timur dan Papua.

a. Siklus Hidup Plasmodium

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya,

yaitu manusia dan nyamuk anopheles betina (lihat gambar 1).

1) Siklus pada manusia.

Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah

manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk

kedalam peredaran darah selama lebih kurang 1/2 jam. Setelah itu

sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.

Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dan 10,000-

30,000 merozoit hati (tergantung spesiesnya).

Siklus ini disebut sikius ekso-eritrositer yang berlangsung

selama lebih kurang 2 minggu. Pada plasmodium vivax dan

plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung

berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk

dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di

dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada

suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif

sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).

Merozoit yang berasal dan skizon hati yang pecah akan masuk

ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel

Page 4: Tabel 2.1 Kajian Empirik

11

darah merah, parasit tersebut berkembang dan stadium tropozoit

sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses

perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit

yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan

menginfeksi sel darah merah Iainnya. Sikius ini disebut sikius

eritrositer.

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang

menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual

(gametosit jantan dan betina).

2) Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina

Apabila nyamuk anopheles betina mengisap darah yang

mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan

betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang

menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.

Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista

dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan

siap ditularkan ke manusia.

b. Masa inkubasi

Masa inkubasi nyamuk malaria adalah rentang waktu sejak

sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan

demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.

Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai

parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.

Page 5: Tabel 2.1 Kajian Empirik

12

Tabel 2.2 Masa Inkubasi Penyakit Malaria

Plasmodium Masa Inkubasi (hari) Plasmodium Falciparum 9 – 14 (12) Plasmodium Vivax 12 – 17 (15) Plasmodium Ovale 16 – 18 (17) Plasmodium Malarie 18 – 40 (28)

Sumber: Depkes RI, 2008

Gambar 2.1. Siklus Hidup Plasmodium

c. Patogenesis

Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah

yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan

merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang

mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor

nekrosis factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang

merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses

skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang

bebeda-beda, plasmodium falciparum memerlukan waktu 36-48 jam,

plasmodium vivax/o vale 48 jam, dan plasmodium malariae 72 jam.

Page 6: Tabel 2.1 Kajian Empirik

13

Demam pada plasmodium falciparum dapat terjadi setiap hari,

plasmodium vivax/ovale selang waktu satu hari, dan plasmodium

malariae demam timbul selang waktu 2 hari.

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi

maupun yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi

semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada

infeksi akut dan kronis. plasmodium vivax dan plasmodium ovale

hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2%

dan seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan plasmodium malariae

menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dan

jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh

plasmodium vivax , plasmodium ovale dan plasmodium malariae

umumnya terjadi pada keadaan kronis (Depkes RI, 2008).

Splenomegali

Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium

dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel

radang ini akan menyebabkan limpa membesar.

Malaria berat akibat Plasmodium falciparum mempunyai

patogenesis yang khusus. Eritrosit yang terinfeksi

plasmodiumfalciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu

tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat

dalam tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan

membentuk knob yang berisi berbagai antigen plasmodium falciparum

Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan

dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dan proses ini terjadilah

Page 7: Tabel 2.1 Kajian Empirik

14

obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan

terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung

oleh proses terbentuknya “rosette” yaitu bergerombolnya sel darah

merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya.

Pada proses sitoaderensi ini diduga juga terjadi proses imunologik

yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF,

interleukin), di mana mediator tersebut mempunyai peranan dalam

gangguan fungsi pada jaringan tertentu (Depkes RI, 2008).

d. Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan

pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik

cepat (RDT - Rapid Diagnostik Test) (Depkes RI, 2008).

1) Anamnesis

a) Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

(1) Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat

disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau

pegal-pegal.

(2) Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu

ke daerah endemik malaria.

(3) Riwayat tinggal di daerah endemik malaria

(4) Riwayat sakit malaria

(5) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

(6) Riwayat mendapat transfuse darah

Page 8: Tabel 2.1 Kajian Empirik

15

b) Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat

ditemukan keadaan dibawah ini:

(1) Gangguan kesadaran dalam berbagal derajat

(2) Keadaan umum yang Iemah (tidak bisa duduk/berdiri)

(3) Kejang-kejang

(4) Panas sangat tinggi

(5) Mata atau tubuh kuning

(6) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan

(7) Nafas cepat dan atau sesak nafas

(8) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

(9) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

(10) Jumlah air seni kurang (oliguria) sampal tidak ada (anuria)

(11) Telapak tangan sangat pucat

2) Pemeriksaan fisik

a) Demam (pengukuran dengan termometer 37,5o C)

b) Konjungtiva atau telapak tangan pucat

c) Pembesaran limpa (splenomegali)

d) Pembesaran hati (hepatomegali)

e) Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis

sebagai berikut :

(1) Temperatur rektal 40o C

(2) Nadi cepat dan lemah/kecil

(3) Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan

pada anak-anak <50 mmHg.

Page 9: Tabel 2.1 Kajian Empirik

16

(4) Frekuensi nafas> 35 x per menit pada orang dewasa atau >

40 x per menit pada balita, anak di bawah I tahun > 50 x per

menit.

(5) Penurunan derajat kesadaran dengan glasgow coma scale

(GCS) < 11

(6) Manisfestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom).

(7) Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit

berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang).

(8) Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak

tangan pucat, lidah pucat).

(9) Terlihat mata kuning/ikterik

(10) Adanya ronki pada kedua paru

(11) Pembesaran limpa dan atau hepar

(12) Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.

(13) Gejala neurologi (kaku kuduk, reflex patologik).

3) Diagnosis atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas /

lapangan / rumah sakit untuk menentukan:

(1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)

(2) Spesies dan stadium plasmodium

(3) Kepadatan parasit:

(a) Semi kuantitatif

(-) = Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/

lapang pandang besar.

Page 10: Tabel 2.1 Kajian Empirik

17

(+) = Positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB).

(++) = Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100

LPB)

(+++) = Positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB).

(++++) = Positif 4 (ditemukan > 10 parasit 1 LPB).

(b) Kuantitatif

Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada

sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis

(eritrosit).

Contoh: Bila dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit,

sedangkan jumlah lekosit 8.000/ul maka hitung parasit =

8.000/200 x 1500 parasit = 60.000 parasit/ul.

Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Bila

jumlah eritrosit 450.000 maka parasit = 450.000/1000 x

50 = 225.000 parasit/ul.

Untuk penderita tersangka malaria berat perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negative,

perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari

berturut-turut.

- Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3

hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka

diagnosis malaria disingkirkan.

b) Pemeriksaan dengan tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic

Test). Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen

Page 11: Tabel 2.1 Kajian Empirik

18

parasit malaria, dengan menggunakan metoda

imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini sangat

bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian

luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas

laboratorium serta untuk survei tertentu.

Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:

(1) HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh

trofozoit, skizon dan gametosit muda P. falciparum.

(2) Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase

yang diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual

plasmodium falciparum, plasmodiumvivax, plasmodium

ovale dan plasmodiummalariae.

Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2

jenis yaitu:

- Single yang mampu mendiagnosis hanya infeksi

plasmodiumfalciparum.

- Combo yang mampu mendiagnosis infeksi infeksi

plasmodiumfalciparum dan non falciparum.

Oleh karena teknologi baru sangat perlu untuk

memperhatikan kemampuan sensitivity dan specificity dan

alat ini. Dianjurkan untuk menggunakan rapid test dengan

kemampuan minimal sensitivity 95% dan specificity 95%. Hal

yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini

sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam frezzer

pendingin.

Page 12: Tabel 2.1 Kajian Empirik

19

c) Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:

(1) Hemoglobin dan hematokrit

(2) Hitung jumlah leukosit, trombosit

(3) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT &

SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin,

natrium dan kalium, analisis gas darah).

(4) EKG

(5) Fototoraks

(6) Analisis cairan serebrospinalis

(7) Biakan darah dan uji serologi

(8) Urinalisis.

4) Diagnosis banding malaria

Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dan gejala yang ringan

sampal berat.

a) Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan

penyakit infeksi lain sebagal berikut:

b) Demam tifoid

Demam lebih dan 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit

perut (diare, obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif, roseola,

leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, uji Widal positif

bermakna, biakan empedu positif.

c) Demam dengue

d) Demam tinggi terus menerus selama 2 - 7 hari, disertai keluhan

sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji

torniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan pen inggian

Page 13: Tabel 2.1 Kajian Empirik

20

hemoglobin dan hematokrit pada demam berdarah, tes serologi

inhibisi hemaglunasi, IgM atau IgG anti dengue positif.

e) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

f) Batuk, beringu, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi

kesukaran bernafas antara lain: napas cepat / sesak nafas,

tarikan dinding dada ke dalam dan adanya stridor.

g) Leptospirosis ringan

h) Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,

conjuntival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata)

dan nyeri betis yang menyolok. Pemeriksaan serologi

microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes Leptodipstik

positif.

i) Infeksi virus akut lainnya.

5) Pengobatan Malaria

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria

dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh

manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal adalah untuk

mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan

rantai penularan. Semua obat malaria tidak boleh diberikan dalam

keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab

itu penderita harus makan lebih dahulu setiap akan minum obat anti

malaria (Depkes RI, 2008).

Page 14: Tabel 2.1 Kajian Empirik

21

Tabel 2.3 Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut

kelompok umur dengan Artesunat – Amodiaquin

Hari Jenis obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1 bln

2-11 bln

1-4 thn

5-9 thn

10-14 thn

≥ 15 thn

1

Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4

Primaquin - - 3/4 1 ½ 2 2-3

2 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4 Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4

3 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4

Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiaquin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb

Primaquin = 0,75 mg/kgbb

Catatan : Sebaiknya obat diberikan sesuai dengan berat badan,

karena jika tidak sesuai dengan berat badan akan menimbulkan

antara lain: efek samping yang lebih berat karena dosis yang tidak

tepat (berlebih) misalnya muntah, mual, sakit kepala.

Sumber : Depkes RI (2008).

Tabel 2.4 Pengobatan lini kedua malaria falsiparum (Doksisiklin)

Hari Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-11 bln

1-4 thn

5-9 thn

10-14 thn

≥ 15 thn

1

Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1½

3x (2-3)

Doksisiklin - - - 2x1 **)

2x1 ***)

Primaquin - 3/4 1 ½ 2 2-3

2

Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1½

3x (2-3)

Doksisiklin - - - 2x1 **)

2x1 ***)

Catatan : *) Dosis diberikan kg/bb. **) 2 x 50 mg Doksisiklin

***) 2 x 100 mg Doksisiklin

Sumber : Depkes RI (2008).

Page 15: Tabel 2.1 Kajian Empirik

22

Tabel 2.5 Pengobatan lini pertama malaria vivax/ovale menurut

kelompok umur dengan Artesunat – Amodiaquin

Hari Jenis obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1 bln

2-11 bln

1-4 thn

5-9 thn

10-14 thn

≥ 15 thn

1

Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4

Primaquin - - 3/4 1 ½ 2 2-3

2 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4 Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4

3 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4

Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4

4-14 Primaquin Dosis 0,25 mg/bb Sumber : Depkes RI (2008).

Tabel 2.6 Pengobatan lini kedua malaria vivax/ovale menurut

kelompok umur dengan Artesunat – Amodiaquin

Hari Jenis Obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1 bln

2-11 bln

1-4 thn

5-9 thn

10-14 thn

≥ 15 thn

H1-7 Kina *) *) 3x1/2 3x1 3x1½ 3 x 3

H1-14

Primaquin - - 1/4 1/2 3/4 1

Sumber : Depkes RI (2008).

Tabel 2.7 Pengobatan malaria mix (P. Falciparum + P. Vivax)

dengan Artesunat – Amodiaquin

Hari Jenis obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1 bln

2-11 bln

1-4 thn

5-9 thn

10-14 thn

≥ 15 thn

1 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4

Primaquin - - 3/4 1 ½ 2 2-3

2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4 Primaquin ¼ ½ ¼ ½ 3/4 1

3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4

Primaquin - - 1/4 ½ 3/4 1 4-14 Primaquin - - 1/4 ½ 3/4 1

Amodiaquin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb

Page 16: Tabel 2.1 Kajian Empirik

23

Primaquin = 0,75 mg/kgbb

Sumber : Depkes RI (2008).

2. Kepatuhan dan Kepatuhan Minum Obat (Compliance)

a. Kepatuhan

Kepatuhan (ketaatan) didefinisikan sebagai tingkat penderita

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau dengan kata lain kepatuhan adalah perilaku positif

penderita dalam mencapai tujuan terapi (Suparyanto, 2010).

Menurut Cramer (1991), kepatuhan dapat dibedakan menjadi

(Psychologymania.com, 2012):

1) Kepatuhan penuh (Total Compliance)

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur

sesuai batas waktu yang ditentukan melainkan juga patuh

memakai obat secara teratur sesuai petunjuk.

2) Sama sekali tidak patuh (Non Compliance)

Penderita sama sekali tidak menggunakan obat atau penderita

putus berobat.

b. Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan minum obat (Compliance) adalah keadaan yang

menunjukan perilaku penderita mematuhi dan tidak mematuhi minum

obat (dinna windiasari.com, 2009).

Menurut Sacket (1985) kepatuhan berobat adalah tingkat perilaku

penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti

diet, kebiasaan hidup sehat, ketepatan berobat. Trostle menyatakan

bahwa kepatuhan adalah tingkat penderita dalam hal pengobatan, diet

Page 17: Tabel 2.1 Kajian Empirik

24

atau melaksanakan gaya hidup yang sesuai dengan kesehatan. D‟

Onofrio, CN (1980), berpendapat bahwa kepatuhan berobat diartikan

sebagai suatu sikap dan perilaku yang menuruti setiap anjuran serta

mengikuti setiap petunjuk pengobatan yang diberikan dengan penuh

kesadaran. Kepatuhan menyatakan secara tidak langsung sikap

penurut dan kerjasama dari penderita demi kebaikan diri sendiri

(Muryanto, M.Arie 2005).

c. Mengukur Kepatuhan

Beberapa ahli mengemukakan cara mengukur kepatuhan berobat,

antara lain pengukuran kepatuhan berobat dinyatakan oleh Sacket dkk

(1985) dan Sarafino (1990). Sacket dkk (1985), menyatakan bahwa

kepatuhan berobat dapat diketahui melalui cara yaitu : keputusan

dokter yang didasarkan pada hasil pemeriksaan, pengamatan

terhadap jadwal pengobatan, penghitungan jumlah tablet (pil) pada

akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah atau urin,

wawancara pada penderita dan pengisian formulir khusus (Muryanto,

M.Arie 2005).

d. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

Menurut Carpenito L.j.(2000) berpendapat bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang

dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi

mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan

tidak patuh.

Page 18: Tabel 2.1 Kajian Empirik

25

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya

(Suparmanto 2010) :

1) Pemahaman tentang instruksi.

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham

tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun

1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di

wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang

instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini

disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam

memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis

dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh

penderita.

2) Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan,

sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang

aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu

(Feuer Stein et.al., 1986).

Singgih D. Gunarso ( 1990 ) mengemukakan bahwa semakin

tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur – umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika

berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan factor

umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang

akan mengalami puncaknya pada umur – umur tertentu dan akan

menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring

Page 19: Tabel 2.1 Kajian Empirik

26

dengan usia semakin lanjut.Hal ini menunjang dengan adanya

tingkat pendidikan yang rendah.

3) Kesakitan dan pengobatan.

Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena

tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang

jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama,

pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping,

perilaku yang tidak pantas (Dikson dkk,1989,1990, ley,1992).

4) Keyakinan, sikap dan kepribadian.

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang

gagal, Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami

depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki

kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan social yang

lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego

yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap

lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk

meramalkan ketidak patuhan (Tylor, 1991). Sebagai contoh, di

Amerika Serikat para wanita kaum kulit putih dan orang-orang tua

cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1990).

5) Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga dapat menjadi faktor yang dapat

berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan

individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka

terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan

mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana

Page 20: Tabel 2.1 Kajian Empirik

27

seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial,

secara negatif berhubungan dengan kepatuhan (Baekeland dan

Lundawall)

6) Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk

memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya

penderita TBC sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya

ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai

semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu

tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami

ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak terjadi

ketidakpatuhan (Power park C.E., 2002).

7) Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan factor

penting dalam kepatuhan contoh yang sederhana, jika tidak ada

transportasi dan biaya dapat mengurangi kepatuhan penderita.

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang

disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan

godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi

kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial

nampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memeliki status

sosial lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat

(Meichenbaun, 1997).

Page 21: Tabel 2.1 Kajian Empirik

28

8) Perilaku sehat.

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif

untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,

melindungi diri dari ancaman penyakit (Depkes RI, 2002:3). Ahli

kesehatan Becker (Soekidjo Notoatmojo, 2013;118)

mengklasifikasikan perilaku-perilaku kesehatan sebagai berikut: 1).

Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan

dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan

dan meningkatkan kesehatannya; 2). Perilaku sakit (illness

behavior), perilaku sakit ini mencakup seseorang terhadap sakit dan

penyakit dan pengobatan penyakit dan sebagainya; 3) Perilaku

peran sakit (the sick role behavior) dari segi sosiologi, orang sakit

mempunyai peran yang mencakup semua hak-hak orang sakit

(right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obliguation).

Definisi perilaku sehat menurut Sarafino adalah “Segala

aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan, atau

meningkatkan kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya

saat itu dan atau apakah perilaku yang dilakukannya mencapai hal

tersebut”. Sehingga menurut Sarafino apa yang dimaksud dengan

perilaku sehat bukan hanya bertujuan mencegah penyakit datang

tetapi juga tindakan yang kita lakukan saat menyadari kita akan

sakit atau sedang sakit. (Kompas, 2014).

Perilaku sehat menurut Soekidjo Notoatmojo (1997) adalah

suatu respon seseorang/organisme terhadap stimulus yang

Page 22: Tabel 2.1 Kajian Empirik

29

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, serta lingkungan.

Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:

(1) Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila

respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati

orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan persepsi dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan. entuk “unobservabel

behavior atau “covert behavior” apabila respons tersebut terjadi

dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang

disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).

(2) Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut

dalam bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain)

yang disebut praktek (practice) yang diamati orang lain dari luar

atau “observabel behavior”. Perilaku terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespon maka teori Skinner ini disebut teori „SO-R”

(Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan batasan dari

Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa perilaku

adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan,

nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini mencakup :

(1) Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang di

sebut Pengetahuan

Page 23: Tabel 2.1 Kajian Empirik

30

(2) Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap

(afeksi)

(3) Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut

tindakan (practice)

Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo(1997: 118)

perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Menurut Soekidjo Notoatmojo(1997: 120-121) perilaku

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

(a) Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi

dalam diri manusia dan yang tidak secara langsung

dapat terlihat orang lain. (tanpa tindakan: berfikir,

berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang

memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup

sehat tetapi ia belum melakukannya secara kongkrit.

(b) Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati

secara langsung (melakukan tindakan), misalnya:

seseorang yang tahu bahwa menjaga kebersihan amat

penting bagi kesehatannya ia sendiri melaksanakan

dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang

lain untuk berbuat serupa.

Hal yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat :

1) Tidak salah jika dikatakan bahwa hal yang paling

penting dalam perubahan perilaku adalah proses

pembelajaran. Secara teori kita tahu bahwa perilaku

Page 24: Tabel 2.1 Kajian Empirik

31

sehat harus dipelajari lewat proses belajar dan perilaku

itu berubah karena ada konsekuensinya.

2) Kebanyakan dalam kehidupan kita sehari-hari

konsekuensi yang ingin didapatkan adalah

penghargaan (reward). Seseorang ingin melakukan

suatu perubahan karena ada “imbalan” atau

penghargaan yang ingin dia dapatkan. Kita melakukan

diet sehat dan olahraga karena ingin sehat. Kita

berobat ke dokter saat sakit agar menjadi sembuh.

3) Salah satu pembelajaran perilaku sehat juga

berlangsung lewat observasi. Kita sering melihat

banyak orang mendapatkan keberhasilan dalam

menjalankan diet sehat dan olahraga. Kita menjadi

termotivasi melakukan hal tersebut dan ingin mencari

tahu bagaimana hal-hal tersebut dilakukan.

4) Individu akan lebih cenderung meniru perilaku orang

yang setara dengan dirinya baik secara umur, usia dan

ras. Selain itu juga orang yang dianggap lebih tinggi

status sosial atau derajatnya dari individu cenderung

lebih mudah diikuti.

5) Artis dan selebriti sering menjadi ikon suatu gaya

hidup, perilaku atau menjadi bintang iklan. Hal ini

dikarenakan artis mempunyai banyak fans yang

sekiranya akan mengikuti gaya hidup dan perilaku dari

idolanya tersebut.

Page 25: Tabel 2.1 Kajian Empirik

32

9) Dukungan profesi keperawatan (kesehatan)

Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita. Dukungan mereka

terutama berguna pada saat penderita menghadapi kenyataan

bahwa perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang penting.

Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku penderita dengan

cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu

dari penderita, dan secara terus menerus memberikan yang positif

bagi penderita yang telah mampu beradabtasi dengan program

pengobatanya (Meichhenbaum, 1997).

Menurut (Niven, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah (http://worldhealth-blogspot.com, 2012):

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan

klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan

tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

2) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.

Page 26: Tabel 2.1 Kajian Empirik

33

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan

teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti

pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan

konsumsi alkohol.

4) Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

klien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).

5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien

setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis.

6) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebahagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang

disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

Page 27: Tabel 2.1 Kajian Empirik

34

proses berurutan yakni : kesadaran (Awareness), merasa tertarik

(Interest), menimbang-nimbang (Evaluation), subjek sudah mulai

mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki

oleh stimulus (Trial), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

(Adoption). (Notoatmodjo,1996).

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni:

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

dalam Notoatmodjo, 2003. (Repository.usu.ac.id.2014).

Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan

menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap

objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan

dalam Hidayat, 2007. (Repository.usu.ac.id.2014).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti,

media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan

dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang

berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut dalam Istiari,

(2000). (Repository.usu.ac.id.2014).

a) Cara Mendapatkan Pengetahuan

Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk

Page 28: Tabel 2.1 Kajian Empirik

35

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua, yakni:

(1) Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini

dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi:

(a) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka

akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai

didapatkan hasil mencapai kebenaran.

(b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas

atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan,

otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan.

(c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

Apabila dengan cara yang digunakan tersebut

orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang

dapat pula menggunakan cara tersebut.

(d) Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan

Page 29: Tabel 2.1 Kajian Empirik

36

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.

(2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh

pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan

ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

(Notoatmodjo, 2005).

b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

(1) Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup

umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi

kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2001).

Singgih D. Gunarso (1990) mengemukakan bahwa

makin tua umur seseorang maka proses–proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak

secepat ketika berusia belasan tahun.

Abu Ahmadi (1997) juga mengemukakan bahwa

memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya

Page 30: Tabel 2.1 Kajian Empirik

37

dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan

bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang

diperoleh, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang

usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu

pengetahuan akan berkurang.

(2) Pendidikan

Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992, yang

dikutip Nursalam, 2001). Pendidikan adalah salah satu

usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

(Notoatmodjo, 1993). Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, menurut IB Marta (1997), makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Pendidikan diklasifikasikan pendidikan tinggi/

akademi/ PT, pendidikan menengah (SLTP/SLTA) dan

pendidikan dasar (SD).

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang

lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat

pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip

Page 31: Tabel 2.1 Kajian Empirik

38

Nursalam, 2001). Ketidaktahuan dapat disebabkan karena

pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat

pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima

pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan

(Effendi, 1998).

(3) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is

the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pemngalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu

(Notoatmodjo, 2002).

Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang

berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai

kaitan dengan pengetahuan. seseorang yang mempunyai

pengalaman banyak akan menambah pengetahuan

(Cherin,2009)

c) Tingkat Pengetahuan

Pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari

Page 32: Tabel 2.1 Kajian Empirik

39

oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya pertimbangan dan

sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas 6 tingkat

yaitu :

(1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah

mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang khusus

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh karena itu, “Tahu“ merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur

bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

(2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara

benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan

materi tersebut dengan benar.

(3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau

kondisi nyata.

(4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen,

tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih

ada kaitannya satu sama lain.

Page 33: Tabel 2.1 Kajian Empirik

40

(5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang ada

(Notoatmodjo, 2005).

d) Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. Pengukuran

tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status

pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi (Notoatmodjo, 2005).

7) Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih

Page 34: Tabel 2.1 Kajian Empirik

41

dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup

tinggi tingkat kedewasaannya.

8) Dukungan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2

orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah,

hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain,

mempertahankan satu kebudayaan (Effendy, 2006).

2.3 Pengaruh Antar Variabel yang di teliti

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau

memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat

membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar peneliti mempunyai dasar

yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan caba-coba (trial and error)

landasan teoritis (Sugiyono, 2008).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk

anopheles betina (Depkes RI, 2008).

Ada 4 spesies Plsmodium yang dapat menyebab penyakit malaria pada

manusia yaitu : plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium

malariae, plasmodium ovale.

Kepatuhan penderita dalam minum obat sangat penting, sebab apabila

penderita tidak patuh dalam minum obat akan mengakibatkan malaria sulit

diatasi, penderita bisa kambuh (rekurensi/rekrudensi) dan menimbulkan

resistensi Plasmodium terhadap obat malaria.

Page 35: Tabel 2.1 Kajian Empirik

42

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala

sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi

mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak

patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya:

(Suparyanto, 2010) pemahaman tentang instruksi, tingkat pendidikan,

kesakitan dan pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, dukungan

keluarga, tingkat ekonomi, dukungan sosial, perilaku sehat, dukungan

profesi keperawatan (kesehatan) dan (Niven, 2008) pendidikan

akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan model terapi,

meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien, pengetahuan,

usia, dukungan keluarga.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka untuk lebih jelasnya

kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2. Kerangka teori

- Pendidikan Akomodasi

- Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

- Perubahan model terapi - Meningkatkan interaksi

profesional kesehatan dengan klien

- Pengetahuan

- Pemahaman tentang instruksi.

- Tingkat pendidikan. - Kesakitan dan

pengobatan. - Keyakinan, sikap dan

kepribadian. - Dukungan Keluarga

- Tingkat ekonomi

Kepatuhan minum obat