bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. model...

21
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara pembaca. 2.1.1. Model Pembelajaran Mills (Suprijono, 2011:45) berpendapat bahwa “ model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2011:46). Menurut Andreas (Suprijono, 2011:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan – tujuan pembelajar, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat membantu siswa mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide (Suprijono, 2011:46). Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis. 2.1.2. Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).

Upload: buithu

Post on 01-Sep-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar

didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara

pembaca.

2.1.1. Model Pembelajaran

Mills (Suprijono, 2011:45) berpendapat bahwa “ model adalah bentuk

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model”. Model merupakan

interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa

sistem.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2011:46). Menurut Andreas (Suprijono,

2011:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan – tujuan pembelajar, tahap-tahap pembelajaran,

lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat

membantu siswa mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir, dan

mengekspresikan ide (Suprijono, 2011:46). Model pembelajaran adalah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang

aktivitas belajar mengajar secara sistematis.

2.1.2. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,

1996: 14).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

8

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan

belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang

bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan

dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-

lain.

2.1.3 Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola

(memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang

memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati,

menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan

penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)

Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah

pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara

mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga siswa

akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan

sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.

Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan

keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada

pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk

menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui

proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu

menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa. Dimiyati (2002:

138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :

a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat

tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu

pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

9

b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada

siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau

mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.

c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan

membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

Dari pembahasan tentang pengertian pendekatan keterampilan proses

(PKP) dapat diartikan bahwa pendekatan keterampilan proses dalam

penerapannya secara langsung memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata

bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan keterampilan

proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya

menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.

2.1.3.1 Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan

kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan

kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992) . Pendekatan

keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar

paling sesuai dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka

menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semakin cepat dewasa ini. Dalam pembelajaran matematika pun, pendekatan

keterampilan proses ini sangat cocok digunakan. Struktur matematika yang

berpola deduktif kadang-kadang memerlukan proses kreatif yang induktif. Untuk

sampai pada suatu kesimpulan, kadang-kadang dapat digunakan pengamatan,

pengukuran, intuisi, imajinasi, penerkaan, observasi, induksi bahkan mungkin

dengan mencoba-coba. Pemikiran yang demikian bukanlah kontradiksi, karena

banyak objek matematika yang dikembangkan secara intuitif atau induktif.

Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan

intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun

menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman

siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus

mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya tentulah

sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

10

dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan

anak dalam belajar matematika menggunakan pendekatan keterampilan proses

adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham

terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan

mengerti permasalahannya.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterampilan

proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah :

1. Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,

2. Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,

3. Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis,

4. Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,

5. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,

6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode

ilmiah.

Pendekatan keterampilan proses ini berbeda dengan pendekatan

tradisional, karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional, guru

hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-

konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya,

hasil belajar yang diperoleh siswa pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan

saja, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam

pembelajaran matematika, siswa juga dituntut untuk mengalihgunakan informasi

yang diperolehnya pada bidang lain dan bahkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika

dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, diagram, dan lain-lain. Dengan

demikian, penerapan pendekatan tradisional di dalam pembelajaran matematika

tidakkah cocok.

Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan

yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam

kegiatan belajar mengajar yaitu:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

11

1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak

mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.

2. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami

konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh

kongkrit.

3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen

penemuannya bersifat relative

4. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari

pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

2.1.3.2 Unsur-unsur Pendekatan Keterampilan Proses

Adapun unsur-unsur pendekatan proses keterampilan proses yang

mendasar dimaksud adalah :

a. Mengamati/observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu

keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu

pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan

keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).

Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera

seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan

dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat

dilakukan siswa melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba,

mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi. Jadi kegiatan mengamati

merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar

dari siswa, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada

dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu

sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati,

karena setiap hari mungkin siswa melihat beraneka ragam tanaman, hewan,

benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa

mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari

kecil hingga menjadi besar.

b. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai

obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

12

golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999

:142). Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasikan menurut Djamarah

adalah "siswa dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan,

mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 :

89). Melalui keterampilan mengklasifikasi siswa diharapkan mampu

membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka

sehingga apa yang mereka lihat sehari-hari dapat menambah pengetahuan dasar

mereka.

c. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh

fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau

secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat

berkembanga dengan baik pada diri siswa apabila mereka melakukan aktivitas

seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang,

memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan,

gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000). Dari pernyataan di atas, dapat

dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara

saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin

lebih baik dari pada berbicara.

d. Mengukur Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar siswa dapat

mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan

"membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah

ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144). Adapun kegiatan yang dapat

mengembangkan keterampilan mengukur siswa menurut Conny (1992 :21).

Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya

mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas

kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya. Kegiatan pengukuran

yang dilakukan siswa berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka,

karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan

pengukuran yang dikerjakan.

e. Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal

yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

13

kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu

pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144). Menurut (Djamarah, 2000) untuk

mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh siswa

melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola.

Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya

memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan

waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan

kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu. Pada prinsipnya memprediksi,

observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal

tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui

panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat

diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan

observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".

f. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan

keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip

yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145). Kegiatan yang menampakkan

keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui

bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Siswa dapat

menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan

menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai

pengembangan keterampilan siswa yang dimulai dari kegiatan observasi

lapangan tentang apa yang ada di alam ini.

2.1.3.3 Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses

Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses Menurut Dimiyati,

mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar

hasil belajar yang optimal.

3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini.

(Dimiyati, 2002: 137) Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

14

mengaktifkan murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa

aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud

dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang

mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.

2.1.3.4 Langkah-langkah Melaksanakan Keterampilan Proses

Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses menurut

Djamarah (2002 :92) dalam pembelajaran guru harus melakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Pendahuluan atau pemanasan

Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan siswa pada pokok

permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.

Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:

1. Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami siswa yang ada

hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.

2. Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan

mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda

lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.

3. Pelaksanaan proses belajar mengajar atau bagian inti Dalam kegiatan proses

pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya

selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan

proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan,

mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta

mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri

siswa.

b) Kegiatan Inti

kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar

mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :

1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar,

modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

15

2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau

mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan

terhadap bahan pelajaran tersebut.

3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan

peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.

4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin

terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.

5. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh

dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.

6. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan

dengan masalah yang belum terselesaikan.

7. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah

mengarang dan lain-lain.

c) Penutup

Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang

pendidik untuk

1. Mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan hasil yang

telah diperolehnya

2. Mengadakan tes akhir

3. Memberikan tugas-tugas lain .

2.1.4 Metode Eksperimen

2.1.4.1 Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu tipe metode yang menggunakan

pendekatan keterampilan proses menurut Sahroni (1986: 3), menyatakan bahwa

metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melibatkan diri di

dalam proses untuk menemukan sendiri suatu fakta atau suatu bukti yang ingin

diketahi. Di dalam metode eksperimen, siswa harus meneliti sendiri, mengamati,

menganalisis, memahami prosedur kerja, dan menarik kesimpulan sendiri.

Modejiono (1997: 77), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah

metode yang beriringan dengan logika induktif (penarikan kesimpulan

berdasarkan sejumlah bukti, fakta atau data), dari keadaan yang diamati melalui

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

16

eksperimen. Atau kata lainnya adalah metode eksperimen merupakan kegiatan

guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan

hasil percobaan itu.

Rusyan (1993: 96), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara

penyajian pelajaran, melalui percobaan-percobaan untuk membuktikan sendiri

sesuatu pernyatan atau hipotesis tertentu. metode pemberian kesempatan kepada

anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau

percobaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan

demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau

mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses

yang dialaminya itu.

Dalam Soemantri (2001:136) metode eksperimen adalah merupakan cara

belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan

sendiri proses dan hasil percobaan itu.

Tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau

persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.

2. Agar siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang

diperoleh.

3. Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan

percobaan.

4. Melatih siswa menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan

dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

Adapun alasan penggunaan metode eksperimen menurut Soemantri

(2001:136) adalah sebagai berikut :

a. Metode eksperimen diberikan untuk memberi kesempatan kepada siswa agar

dapat mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,

menganalis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu

obyek, keadaan atau proses sesuatu.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

17

b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah.

2.1.4.2 Kelebihan Metode Eksperimen

Metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan

kekurangan metode eksperimen menurut Soemantri (2001:136-137) :

a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

b. Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi , atau data yang

diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.

c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir

ilmiah.

d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis,

dan menghilangkan verbalisme.

e. Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama.

2.1.4.3 Kekurangan Metode Eksperimen

a. Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.

b. Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan

waktu yang lama.

c. Menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa apabila kurang berpengalaman

dalam penelitian.

d. Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada

kesalahan menyimpulkan.

2.1.4.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Eksperimen

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003),

meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang

didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi

ini menampilkan masalah yang berkaitan dengan materi IPA yang akan

diajarkan.

2. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa

diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

18

3. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil

pengamatan.

4. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebeneran dan dugaan awal yang telah

dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan

merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat

dilaporkan hasilnya.

5. Aplikasikan konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang dipelajari.

6. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan

pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk

memahami konsep. Pemahaman dapat diketahui apabila siswa mampu

mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.

Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan,

menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep yang terkait

dengan pokok bahasan.

2.1.5. Hasil Belajar

2.1.5.1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Belajar adalah ”suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan

atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-

angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau

dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang

menjalani proses belajar itu”. (Shalahuddin, 1990:29).

Belajar adalah : ”suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. W.S. (Winkel, 1991:36)

Belajar adalah : ”sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan.

Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan

itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

19

membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri.

Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar”.

(Nasution, 1982 : 68).

Dari berbagai pendapat tentang belajar, semua dapat digunakan dalam

pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh

perubahan siswa dalam hal perilaku siswa. Terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan

menjadi dua golongan,yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2003: 54).

2.1.5.2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga

mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara

langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa

jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.

Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah "scholastic achievement"

atau "academic achievement" adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai

melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka

atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Briggs dalam Alim Sumarno:2010).

Hasil belajar (Gagne dan Driscoll dalam Alim Sumarno:2010) yaitu kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat

diamati melalui penampilan siswa (learner 's performance).

Hasil belajar menurut pandangan Hamalik (2010) hasil belajar adalah “bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut”. Hasil

belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut

mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka waktu

tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar itu merupakan kecakapan aktual (actual

Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potencial ability) yaitu

kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu untuk mencapai

prestasi.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Sehingga, hasil belajar mempunyai peranan penting

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

20

dalam proses pembelajaran (Sudjana, 2010). Proses penilaian terhadap hasil

belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam

upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya

dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan

siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengukur tingkat

pencapaian kompetensi siswa dan keberhasilan siswa dalam belajar. Seseorang

yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam

belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu

hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik dalam maupun luar diri siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

Hasil belajar adalah hasil akhir atau tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan

seseorang yang dicapai setelah mengalami proses belajar yang dapat dibuktikan

melalui hasil tes.

2.1.6 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.6.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (dalam Indah, 2008) IPA dapat

dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai

gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat,

lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain.

IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami

berbagai gejala alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan

sikap dan pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.

Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa

serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam

untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP).

Menurut Sri Harsono (dalam Indah, 2008), prinsip-prinsip Piaget dalam

pengajaran IPA diterapakan dalam program-program yang menekankan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

21

pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan

pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru

sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa

dapat memperolah berbagai pengalaman belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPA merupakan

suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga dapat

mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

2.1.6.2 Latar Belakang Mata Pelajaran IPA

Latar belakang yang tersurat dalam Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/MI

dibagi menjadi empat (4) paragraf. Masing-masing paragraf mengandung pesan

penting yang harus dipahami oleh setiap praktisi pendidikan dan pembelajaran

IPA SD/MI. Berikut adalah teks Latar Belakang yang tersurat dalam Standar Isi

Mata Pelajaran IPA SD/MI.

1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,

serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi

dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

2) IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan

pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)

yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

22

suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah

secara bijaksana.

3) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap

ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah.

4) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa

dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru.

2.1.6.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA SD/MI betujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut (Kemendiknas, 2007:13-14):

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat;

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan;

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam;

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

23

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.6.4 Ruang Lingkup Pelajaran IPA

Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci

menjadi empat (4) kelompok yaitu (Kemendiknas, 2007: 14):

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas;

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana;

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara

spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat kelas tetapi dengan

tingkat kedalaman yang berbeda; semakin tinggi tingkat kelas semakin dalam

bahasannya.

2.1.6.5 Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA SD

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tersurat dalam standar isi

merupakan batas minimal yang harus dicapai siswa dalam proses belajarnya.

Artinya pesan yang tersurat dalam SK dan KD tersebut tidak dapat ditawar lagi

oleh guru dalam hal penyajiannya di kelas maupun di luar kelas. Hal tersebut

mempunyai implikasi terhadap kompetensi guru. Jika guru merasa kurang

kompeten dalam SK dan atau/ KD tertentu maka wajib mempelajarinya. Hal

tersebut perlu dilakukan agar dapat memfasilitasi belajar siswa secara maksimal,

jangan sampai dilewati untuk tidak dibelajarkan.

Setiap SK dan KD perlu dimaknai dulu secara tepat, sebelum dijabarkan

menjadi indikator dan tujuan pembelajaran, agar pesan edukatif dari SK dan KD

tersebut dapat tercapai.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

24

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Surya Eka Setiawan (2010/2011) dalam penelitian “Pendekatan

Ketrampilan Proses Dalam Pengajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mojotengah Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung”. Menyimpulkan bahwa silkus 1 belum menggunakan pendekatan

ketrampilan proses dalam materi “pesawat sederhana” mendapat nilai rata-rata

66.80 dari 18 siswa yang mengalami ketuntansan dalam belajar dan ada 7 siswa

belum mengalami ketuntasan. Setelah melaksanakan dalam mengajar

menggunakan pendekatan ketrampilan proses dalam materi “pesawat sederhana”

rata-rata menjadi 82.76 dari 25 siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar.

Jemino (2010/2011) dalam penelitian “Usaha Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Mengenai Keliling Dan Luas Jajar Genjang Dan Segitiga Siswa

Kelas IV Semester II Tahun 2010/2011 SDN Penjengkolan Padureso Kebumen

Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses”. Menyimpulkan pembelajaran

menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil

Matematika dengan pencapaian ketuntasan yang selalu meningkatkan dari pra

siklus ke siklus 1 terjadi peningkatan dengan persentase ketuntasan 22,2 % yaitu

dari 55,6 % menjadi 77,8 % dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan 5,5

% yaitu dari 77, 8 % menjadi 83, 3 %.

Wagino (2010/2011) dalam penelitian “Peningkatan Penguasaan Operasi

Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Dengan Metode Kerja

Kelompok Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pagerasi UPK Cilongok Semester

II Tahun Pelajaran 2010/2011”. Ditunjukan dengan dari 35 siswa yang mencapai

KKM 60 hanya 21 siswa (60%) dan 14 lainnya (40%) masih dibawah KKM.

Sedangkan presentase pencapaian batas minimal ketuntasan 85 %. Jadi dapat

disimpulkan dari penelitian ini pembelajaran matematika dengan metode Kerja

Kelompok dapat meningkatkan pengguasaan pengoperasian bilangan bulat yang

berdampak pada peningkatan hasil ulangan siswa kelas IV SD 1 Pageraji

semester 2 tentang operasi bilangan bulat.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

25

2.3 Kerangka Berpikir

Untuk memperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana

pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk

membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai

faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar, serta sarana dan

prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

Pembelajaran yang menggunakan metode akan mengurangi kondisi yang

monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa. Salah satu metode yang dapat

digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan metode

keterampilan proses, karena IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang

segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala

yang terdapat di alam.

Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses diharapkan dapat

meningkatkan minat serta gairah belajar pada siswa. Sehingga dalam kegiatan

belajar tidak hanya monoton di dalam kelas saja, karena dengan keterampilan

proses siswa benar-benar dapat memiliki keterampilan mendasar yaitu mengamati

dengan kegiatan mengamati dapat dilakukan siswa melalui kegiatan belajar,

melihat, mendengar, meraba, mencicipi dan mengumpulkan dan atau informasi,

mengklasifikasikan melalui keterampilan mengklasifikasi siswa diharapkan

mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka,

mengkomunikasikan melalui kegiatan mengkomunikasi pada siswa dengan:

berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang,

memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan,

gambar dan penampilan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan.

Melalui metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran siswa harus

merasa senang dan aktif melakukan kegiatan untuk mencari tahu. Metode

eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau

kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

26

ini, siswa diharapkan sepenuhnya terlibat dalam percobaan awal, pengamatan,

hipotesis awal, verifikasi, aplikasikan konsep, evaluasi. Sehingga siswa akan

mudah memahami konsep jika disajikan dalam bentuk konkret. Dengan demikian

pemahaman terhadap materi pelajaran dapat secara optimal, sehingga hasil belajar

siswa pun menjadi optimal.

Berikut bagan kerangka berfikir Efektivitas Pembelajaran Menggunakan

Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Eksperimen pada Pelajaran IPA

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Sraten 02

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang:

Gambar 2.1 Bagan kerangka berfikir

Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses

Klasifikasi

Mengamati

Mengomunikasikan

Mengukur

Menyimpulkan

Memprediksi

Hasil Belajar

Melalui Metode

Eksperimen

1. Percobaan awal

2. Pengamatan

3. Hipotesis awal

4. Verifikasi

5. Aplikasikan konsep

6. Evaluasi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/887/3/T1_292008139_BAB II.… · berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

27

2.4. Hipotesis Penelitian

Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui

metode eksperimen efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD

Sraten 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Efektivitasnya diukur dari:

1. µ1 > µ2 , nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan pendekatan

keterampilan proses melalui metode eksperimen > nilai rata-rata

pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan keterampilan proses

melalui metode eksperimen

2. Ho : μ1 = μ2 (tidak ada perbedaan nilai rata-rata pembelajaran

sesudah menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode

eksperimen dengan nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan

pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen)

Ha : μ1 ≠ μ2 (ada perbedaan nilai rata-rata pembelajaran sesudah

menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode

eksperimen dengan nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan

pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen)