bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1...

22
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi berbagai pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. Khalimah, 2010). Sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (KTSP Standar Isi 2006). Ilmu pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Sehingga dengan adanya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar, siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP Standar Isi 2006). 2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah “Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.

Upload: dokiet

Post on 18-May-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi berbagai

pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang

relevan, (Agus. S. Khalimah, 2010). Sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (KTSP Standar Isi 2006).

Ilmu pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Sehingga dengan adanya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

di Sekolah Dasar, siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan

bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan

hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP

Standar Isi 2006).

2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah

“Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi

dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala

alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.

6

Tidak lain halnya seperti yang terkandung dalam BNSP (2006:484) bahwa

mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

4. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.1.1.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, perlu ada materi yang

dibahas dalam pembelajaran. Namun materi itu dibatasi oleh ruang lingkup yang

tertera dalam Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 yang meliputi aspek-

aspek sebagai berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi benda cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

5. Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang merupakan penerapan

konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan

masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk

merancang dan membuat.

7

2.1.1.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Ruang lingkup yang dipelajari dalam IPA dalam rangka untuk mencapai

Standar untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran dapat ditetapkan

melalui SK dan KD. BNSP telah melakukan penyusunan Standar Isi yang

kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) nomor 22 tahun 2006 yang mencakup komponen :

1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang

mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai,

diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari

suatu materi yang diajarkan.

2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang

cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri

Mrisi 2 Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, maka akan dilakukan

penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi berbantuan media animasi

pada mata pelajaran IPA. Adapun perincian Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar yang digunakan sebagai materi dalam pelaksanaan proposal penelitian kelas

5 semester 2 sebagai berikut ini (KTSP 2006).

Tabel 2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas 5 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Memahami hubungan

antara gaya, gerak, dan

energi, serta fungsinya

5.1.Mendeskripsikan hubungan antara gaya,

gerak dan energi melalui percobaan (

gaya gesek, gaya gravitasi,gaya magnet)

5.2.Menjelaskan pesawat sederhana yang

dapat membuat pekerjaan lebih mudah

dan lebih cepat.

(Permendiknas No.22 Tahun 2006)

8

2.1.2. Metode Demonstrasi

2.1.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi

Kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan apabila guru dapat

menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Salah satu

metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru adalah metode demonstrasi.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi adalah

metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu

benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran“. Pendapat lain menyatakan bahwa

metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana guru menunjukkan,

memperlihatkan suatu proses. Roestiyah N. K (2001:83). Sedangkan menurut

Udin S. Winata Putra, dkk (2004:424), “metode demonstrasi adalah cara

penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara

melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu”. Sementara menurut

Mulyani dalam Sumantri, dalam Roetiyah, (2001:82) menyetakan bahwa metode

demonstrasi adalah cara pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan

kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang

dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruanyang

dipertunjukkan oleh guru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode

demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan

memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan

penjelasan lisan. Agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan

secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu

siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data

yang benar. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru

dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Contoh penerapan metode demonstrasi

dalam materi gerhana bulan dan matahari. Siswa akan lebih mudah memahami

adanya gerhana bulan dan matahari jika proses terjadinya diperlihatkan secara

langsung menggunakan alat peraga.

9

2.1.2.2. Langkah-Langkah Penerapan Metode Demonstrasi

Menurut Havid Zulkarnain (2009:26), menguraikan langkah-langkah

metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :

1. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang

diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.

2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di

laksanakan.

3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan

b. Tahap Pelaksanaan

1. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa

2. Mengingat pokok materi yang akan didemonstrasikan agar mencapai sasaran

3. Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi

dengan baik

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif

5. Membimbing siswa melakukan demonstrasi

6. Hindari ketegangan

7. Evaluasi; dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab

pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut baik di sekolah maupun di rumah.

c. Tahap Akhir

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perludiakhiri

dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan

demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk

meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain

memberikan tugas, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama

tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

10

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa langkah-langkah

pembelajaran dengan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa

2. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan

3. Melakukan uji coba demonstrasi

4. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan

5. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan siswa, misalnya siswa

ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan

demonstrasi.

b. Kegiatan Inti

1. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk

berpikir

2. Menciptakan suasana yang menyejukkan dan menghindari suasana yang

menegangkan

3. Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan

memerhatikan reaksi seluruh siswa

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih

lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

5. Membimbing siswa melakukan demonstrasi

c. Kegiatan Penutup

Proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas

tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses

pencapaian tujuan pembelajaran serta pemberian evaluasi.

11

Tabel 3

Sintaks Pembelajaran Metode Demonstrasi

No Fase-fase Perlakuan guru

1 Orientasi - Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui

pengetahuan yang relevan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa

- Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan

pembelajaran

- Memberi penjelasan atau arahan mengenai

kegiatan yang akan dilakukan

- Menginformasikan materi atau konsep yang

akan digunakan dan kegiatan yang akan

dilakukan selama pembelajaran

- Menginformasikan kerangka pelajaran

- Memotivasi siswa

2 Demonstrasi - Penyajian materi

- Pemberian contoh konsep

- Pemodelan/peragaan keterampilan

- Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit

atau kurang dimengerti oleh siswa

3 Latihan

Terbimbing

Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk

berlatih konsep dan keterampilan serta

menerapkan pengetahuan atau keterampilan

tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan

terbimbing ini dapat digunakan guru untuk

mengakses kemampuan siswa dalam melakukan

tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil

melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta

memberikan umpan balik. Guru memonitor dan

memberikan bimbingan jika perlu.

4 Demonstrasi

Mandiri

Siswa melakukan kegiatan demonstrasi secara

mandiri di depan kelas

12

2.1.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

2.1.2.3.1. Kelebihan Metode Demonstrasi

Menurut Elizar (1996:45), keunggulan dari metode demonstrasi adalah

kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan

langsung dari pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung,

siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila

melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada

guru. Sedangkan menurut M. Basyirudidin Usman (2002:46) menyatakan bahwa

keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat

sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan

pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan ketrampilan

dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu

kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang

dilakukan. Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:56) menyatakan

keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan

jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan

berbagai jenis penjelasan, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat

diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek

sebenarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat penulis ambil kesimpulan

bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan

perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa

memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa

terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-

pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat

dilaksanakannya demonstrasi. Apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan

secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat

diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.

13

2.1.2.3.2. Kelemahan Metode Demonstrasi

1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang

diperuntukkan.

2. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

3. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai

apa yang didemonstrasikan.

2.1.3. Media Pembelajaran

2.1.3.1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat proses belajar mengajar yang pada

dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru

bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan

pesan pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak.

Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik

oleh anak, maka dalam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana

penyalur pesan yang disebut media pendidikan/pembelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (1980) mengemukakan bahwa: “media

pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pembelajaran di sekolah”. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

(2008) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,

dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat

mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Sementara menurut

Briggs (1970) media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa

supaya terjadi proses pembelajaran yang menarik.

Berdasarkan beberapa definisi media pembelajaran menurut para ahli

diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu

yang diperlukan untuk mengefektifkan, merangsang, kemauan peserta didik

dalam mewujudkan komunikasi yang menarik antara guru dan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

14

2.1.3.2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan

pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri

keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan

tugasnya dalam menyampaikan pesan–pesan atau materi pembelajaran kepada

siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran

sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang

rumit dan komplek.

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah

memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran

akan lebih efektif dan efisien. Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi

beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:

1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan/terstandar

2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

6. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses

belajar

7. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

Berdasarkan pendapat Kemp dan Dayton (1985) jelas bahwa media

mempunyai fungsi dan manfaat yang berpengaruh pada hasil belajar yang

diantaranya, 1) media dapat diseragamkan atau dapat terstandar, 2) proses

pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, siswa akan merasa pembelajaran

lebih menyenangkan 3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif antara guru

dan siswa 4) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang signifikan.

2.1.3.3. Media Pembelajaran Animasi

Animasi merupakan salah satu bentuk visual bergerak yang dapat

dimanfaatkan untuk menjelaskan materi pelajaran yang sulit. Dengan

diintergrasikan ke media lain seperti video, presentasi, atau sebagai bahan ajar

tersendiri animasi cocok untuk menjelaskan materi-materi pelajaran yang secara

15

langsung sulit dihadirkan di kelas atau disampaikan dalam bentuk buku. Hal ini

sejalan dengan pendapat Utami (2007), animasi adalah rangkaian gambar yang

membentuk sebuah gerakan yang menarik. Prinsip dari animasi adalah bagi

pergerakan mewujudkan ilusi dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan

gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat

disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak

sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media pembelajaran

yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan

memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat.

Sebagai media ilmu pengetahuan animasi memiliki kemampuan untuk

dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan

hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat

digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat

oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat

tergambarkan, seperti animasi sistem kerja katrol, sistem kerja tuas dan lain

sebagainya.

Sebagai media pembelajaran, media animasi juga mempunyai kelebihan

dan kelemahan dalam penggunaan sebagai media pembelajaran. Berikut kelebihan

dan kelemahan media animasi dalam proses pembelajaran.

2.1.3.3.1. Kelebihan dan Kelemahan Media Animasi

a. Kelebihan

1. Media animasi mempermudah guru menyampaikan dan menerima materi,

fikiran dan pesan serta dapat menghindarkan salah pengertian.

2. Media animasi mendorong keinginan seseorang untuk mengetahui lebih lanjut

informasi yang sedang dipelajarinya.

3. Media animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta

merangsang pemikiran peserta didik yang lebih berkesan

4. Media animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun

demonstrasi.

16

b. Kelemahan

Media animasi merupakan media yang cocok digunakan dalam

pembelajaran, karena dengan menggunakan media animasi siswa dapat

mengetahui atau lebih mudah memahami tentang materi yang disampaikan oleh

guru. Hanya saja pendidik harus juga berfikir kreatif untuk menggunakan animasi

sesuai dengan materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat memahami isi

materi yang terkandung dalam animasi yang ditampilkan oleh guru. Menurut

Artawan (2010), kelemahan dari media animasi diantaranya :

1. Memerlukan kreatifitas dan ketrampilan yang cukup memadai untuk

mendesain animasi yang dapat secara efektif digunakan sebagai media

pembelajaran

2. Memerlukan software khusus untuk membukanya

3. Guru sebagai komunikator dan fasilitator harus memiliki kemampuan

memahami siswanya, bukan memanjakannya dengan berbagai animasi

pembelajaran yang cukup jelas tanpa adanya usaha belajar dari mereka atau

penyajian informasi yang terlalu banyak dalam satu frame cenderung akan

sulit dicerna siswa.

4. Menggunakan media animasi memang mempunyai beberapa kelemahan yang

timbul, namun kelemahan itu tentunya dapat diatasi. Cara mengatasiya

tentunya pendidik atau guru harus kreatif dan menguasai sofware yang

dibutuhkan. Selain dari pedidik yang berperan yang harus dipehuhi adalah

fasilitas yang mendukung.

2.1.4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan

siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu,

berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil

belajar setelah dilakukan evaluasi. Pengertian hasil belajar itu sendiri menurut

Nana Sudjana (2010:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa

menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar ini akan menghasilkan

kemampuan yang menurut Horwart Kinggsley dalam buku Nana Sudjana,

17

(2010:22) dibedakan menjadi tiga macam kemampuan (hasil belajar) yaitu: (1)

Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-

cita.

Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono, (2011:7) hasil

pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang

sama juga dikemukakan oleh Gagne dalam Agus Suprijono, (2011:5-6) bahwa

hasil belajar itu berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi

kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Sedangkan Anni (2004:4) berpendapat

bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah

siswa mengalami aktivitas pembelajaran. Perolehan aspek–aspek perubahan

perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu

apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku

yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang ditunjukkan dengan

bertambahnya kemampuan baru yang dimiliki siswa seperti kecakapan, informasi,

pengertian, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

keterampilan motorik, dan sikap melalui pengalaman belajar yang diperoleh dari

aktivitas belajar dan proses pelaksanaannya dapat diukur dengan menggunakan

teknik tes yang diberikan oleh guru.

Cakupan evaluasi terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks KTSP

yang diberlakukan. Hal ini merupakan penjabaran dari Standar Isi dan Standar

Kompetensi Kelulusan. Didalamnya memuat kompetensi secara utuh yang

merefleksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai karakteristik

masing-masing mata pelajaran. Muatan dari Standar Isi adalah SK dan KD. Satu

SK terdiri dari beberapa KD dan setiap KD dijabarkan ke dalam indikator-

indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru

dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah. Indikator yang

dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai

pencapaian KD yang bersangkutan. Teknik penilaian yang digunakan harus

disesuaikan dengan karakteristik indikator, SK dan KD yang diajarkan oleh guru.

18

Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa

teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan pembelajaran mengikuti

pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Benyamin S. Bloom dalam

Agus Suprijono (2011:6-7) yang secara garis besar mengungkapkan tiga tujuan

pembelajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan

merupakan hasil belajar kemudian membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang

tempat utama terutama dalam tujuan pengajaran di SD. Menurut Mawardi

(2010:4) aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, diantaranya yaitu : (a)

Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini siswa dituntut untuk dapat mengenali

atau mengetahui adanya suatu konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau

dapat menggunakannya. (b) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini

menuntut siswa untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui

apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus

menghubungkannya dengan hal-hal lain. (c) Penerapan (application), jenjang

kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara

ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi yang baru

dan konkrit. (d) Analisis (analysis), tingkat kemampuan yang menuntut siswa

untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur

atau komponen pembentuknya. (e) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut

seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara

menggabungkan berbagai faktor dan hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan,

rencana atau mekanisme. (f) Evaluasi (evaluation), jenjang yang menuntut siswa

untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan

suatu kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi adalah menciptakan kondisi

sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau

ukuran untuk mengevaluasi sesuatu.

Menurut Mawardi (2010:5) ranah afektif diartikan sebagai internalisasi

sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu

19

menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap

sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan

menetukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu : (a)

Menerima (receiving), maksudnya siswa diharapkan peka terhadap eksistensi

fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran

kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. (b) Menjawab (responding),

maksudnya adalah siswa diharapkan tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi

juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk

menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. (c) Menilai (valuing),

siswa diharapkan dapat menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu

dengan cukup konsisten. (d) Organisasi (organitation), tingkat ini berhubungan

dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan masalah, membentuk

suatu sistem nilai.

Ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan tubuh mulai dari yang

sederhana sampai yang kompleks. Perubahan gerakan tubuh ini merupakan

kemampuan-kemampuan motorik yang menggiatkan dan mengkoordinasikan

gerakan, terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual,

kemampuan fisik, gerakan terampil, dan gerakan indah dan kreatif.

Tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa

mengikuti proses pembelajaran. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas

pengukuran. Menurut Endang Poerwanti (2008) dalam Mawardi (2010:1),

pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk

memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga

hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Untuk menetapkan angka dalam

pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia

pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

besarnya skor yang diperoleh dari hasil pengukuran akan memudahkan

pelaksanaan proses penilaian terhadap tingkat ketercapaian hasil belajar siswa.

Penilaian menurut Akhmad Sudrajat (2008) adalah penerapan berbagai

cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

20

sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian

kemampuan) siswa. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat

penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal

pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara

kuantitatif berupa nilai. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil

belajar seorang siswa. Jadi penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

perubahan yang terjadi melalui kegiatan belajar mengajar.

Jenis penilaian selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan penilaian. Ada

bermacam jenis penilaian menurut Mawardi (2010:11) yang secara garis besar

setidaknya dapat dibagi menjadi lima jenis, diantaranya yaitu : (a) Penilaian

Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan,

tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan

tertentu. Informasi dari penilaian formatif dapat dipakai sebagai umpan balik

pengajar mengenai proses pembelajaran. (b) Penilaian Sumatif, yaitu penilaian

yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (caturwulan, semester atau

Tahun Pelajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai siswa selama satu

program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis

dalam raport dan penentuan kenaikan kelas. (c) Penilaian Diagnostik, yakni

penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang

diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan

belajar dan pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai meliputi kemampuan

belajar, aspek-aspek yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami siswa

serta berbagai kondisi khusus siswa. (d) Penilaian Penempatan, yaitu penilaian

yang ditujukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada

kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi

bakat, minat, kesanggupan, kondisi fisik, kemampuan dasar, keterampilan dan

aspek khusus yang berhubungan dengan aspek pembelajaran. (e) Penilaian

Seleksi, yaitu penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang

paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan

kapanpun saat diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beranekaragam disesuaikan

21

dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk posisi

tertentu, karena itu analisis dari penilaian ini biasanya menggunakan kriteria yang

bersifat relatif atau berdasarkan norma kelompok.

Objek yang dinilai dalam penilaian hasil belajar adalah hasil belajar siswa

itu sendiri. Untuk menilai sesuatu diperlukan alat penilaian yakni alat yang

digunakan untuk mempermudah proses penilaian. Alat penilaian yang digunakan

untuk mengukur hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu, teknik tes dan teknik

non tes. Penilaian dengan teknik tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan

atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Suharsimi Arikunto, 2009: 32).

Menurut Mawardi (2010:19) teknik penilaian tes dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut: (1) Tes Essay, merupakan bentuk tes berupa soal-soal yang

masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguraian sebagai

jawabannya. (2) Tes Objektif, merupakan tes yang terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih dari

beberapa alternatif jawaban dengan cara menuliskannya, atau mengisi jawaban

pendek tanpa menguraikan. (3) Tes Menjodohkan (Matching Test), merupakan

bentuk tes menjodohkan yang mencakup dua kolom yang sejajar, dimana setiap

kata, jumlah atau simbol-simbol di satu kolom dengan kata, kalimat di kolom

yang lain. (4) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), merupakan tes yang menuntut

siswa untuk memilih satu alternatif jawaban yang paling tepat diantara beberapa

alternatif jawaban yang tersedia.

Teknik penilain non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah

afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada

aspek kognitif. Menurut Mawardi (2010: 25) teknik non tes meliputi: (1)

Pengamatan (Observation), merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan

melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. (2)

Wawancara (interview), merupakan suatu teknik penilaian dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada objek yang diteliti, jadi wawancara dilakukan

dengan tanya jawab secara sepihak (3) Angket, merupakan suatu teknik yang

22

dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang berupa data deskriptif. Teknik

ini biasanya berupa angket minat dan sikap (4) Daftar cocok (check list),

merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam

bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang

dihasilkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, tergantung format

yang dipergunakan. (5) Skala bertingkat (rating scale), merupakan sebuah daftar

yang hampir sama dengan daftar cek, akan tetapi aspek yang dicek ditempatkan

pada bentuk skala bertingkat. Skala menunjukkan suatu nilai yang berbentuk

angka. Angka-angka yang digunakan disusun secara bertingkat dari yang kecil ke

besar. (6) Portofolio, merupakan teknik penilaian dimana siswa menjabarkan

tugas atau karyanya dengan cara memberikan gambaran menyeluruh tentang apa

yang telah dipelajari dan dicapai siswa.

Penilaian hasil belajar tersebut sangat penting, selain sebagai catatan

keberhasilan siswa juga sebagai dokumen yang menggambarkan kemampuan

siswa sehingga saat mencari pekerjaan maupun melanjutkan pendidikan, siswa

akan menjadi jauh lebih berkembang dan mampu bersaing. Dari uraian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah besarnya

angka atau skor yang diperoleh dari skor tes (tes formatif) dan non tes (observasi

keaktifan siswa menyimak materi dan keaktifan siswa ketika belajar bersama baik

dalam diskusi maupun presentasi).

2.1.5. Hubungan Metode Demonstrasi berbantuan Media Animasi dengan

Hasil Belajar

Hubungan adalah keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lain. Begitu

juga hubungan antara metode demonstrasi berbantuan media animasi dengan hasil

belajar siswa pada penelitian. Disini dapat dilihat bahwa metode Demonstrasi

adalah metode yang mana siswa berinteraksi langsung dengan obyek atau benda

yang di demonstrasikan, apalagi ditambah dengan media animasi yang berfungsi

sebagai alat pendukung untuk menarik perhatian siswa. Biasanya materi

disampaikan melalui buku paket dan hanya dijelaskan secara lisan atau

konvensional. Namun disini materi-materi yang terdapat pada buku dan sumber

23

lainnya dirangkum sesederhana mungkin sesuai dengan karakteristik sd kelas 5

serta kombinasi simulasi benda-benda yang didemontrasikan sesuai dengan

kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat memungkinkan akan mudah menambah

pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan dan berpengaruh positif pada

hasil belajar siswa. Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan

dengan berbagai cara, salah satunya melakukan evaluasi, dan lembar pengamatan

keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru

menggunakan soal evaluasi tes obyektif pilihan ganda dan lembar pengamatan

kinerja siswa.

2.2. Kajian Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan Mulyo, S.Pd, program PJJ FKIP

UKSWdengan judul “Upaya peningkatan hasil belajar IPA menggunakan metode

demonstrasi diSD Negeri Karang Anom 02 Kec. Kandeman Kab. Batang

semester I Tahun pelajaran2010/2011”, hipotesis tindakan dalam penelitian

tersebut yang menyatakan bahwapembelajaran dengan penggunaan metode

demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajarIPA siswa kelas II SD Negeri

Karang Anom 02 semester I tahun pelajaran 2010/2011ternyata didukung oleh

kebenaran empirik yang berupa hasil tindakan kelas dalam duasiklus.Hasil

penelitian siklus I dan siklus II dengan penggunaan metode demonstrasidalam

pembelajaran lebih maksimal, maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Terbukti

dalam penelitian di SD Negeri Karang Anom 02 pada kelas II nilai rata-rata hasil

belajarsiswa apabila penyampaian materi tanpa menggunakan metode

demonstrasi adalah 27,78% dan nilai rata-rata belajar siswa dengan menggunakan

metode demonstrasi pada siklus I adalah 55, 56% tuntas, tidak tuntas 44,44%

dengan jumlah nilai 1088, rata-rata60,44%. Pada siklus II 80% tuntas, tidak

tuntas 20% dengan jumlah nilai 1455, rata-rata80,83.

Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009), Program PJJ

FKIP-PGSD UKSW dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran IPA tentang Periskop Melalui Metode Demonstrasi di SD

Negeri Ngablak 02 Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009”, menyimpulkan

bahwa metode demonstrasi berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD

24

Negeri Ngablak 02. Hasil belajar siswa pada saat belum dilakukan tindakan

adalah 75% siswa memperoleh nilai di bawah KKM 65 dan 25% memperoleh

nilai memenuhi KKM. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, hasil belajar

siswa meningkat menjadi 60% memperoleh nilai memenuhi KKM.Sedangkan

pada siklus perbaikan yaitu siklus II, hasil belajar siswa meningkat lagi menjadi

90% siswa memperoleh nilai memenuhi KKM 75.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi sangat

efektif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA. Hal itu disebabkan

oleh aktifitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan

pendapat, menemukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percobaan-

percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesama teman dalam berkelompok

dan sebagainya.

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh

kerangka pikir bahwa kondisi awal pembelajaran IPA kelas 5 SD N Mrisi 2 Kec.

Tanggungharjo Kab. Grobogan Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014, lebih

banyak berpusat kepada guru. Guru lebih banyak berceramah dan menggunakan

media yang kurang menunjukkan suasana belajar aktif dan dibuat aktif. Kondisi

seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan mengalami kesulitan dalam

memahami materi belajar IPA. Akibatnya hasil belajar IPA siswa tidak maksimal.

Ini terbukti dengan nilai yang didapat saat observasi dengan guru kelas 5 SD

Negeri Mrisi 2 pada mata pelajaran IPA, siswa yang menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 75. Dengan kondisi awal

seperti ini kemudian peneliti akan melaksanakan suatu tindakan untuk

mengatasinya. Peneliti akan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media

animasi dalam proses pembelajaran IPA.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka dengan optimalisasi metode

demonstrasi berbantuan media animasi yang akan dipilih nantinya, diharapkan

dapat memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga

memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara komprehensif (menyeluruh).

25

Dari hasil kajian teori dan kajian hasil peneitian yang relevan, berdasarkan

uraian diatas, dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 1

Kerangka Berpikir

Pembelajaran

konvensional

a. Berpusat pada guru

b. Guru menjelaskan

materi

c. Siswa

mendengarkan

penjelasan guru

d. Siswa merasa bosan

e. Minat siswa kurang

Hasil belajar

siswa rendah Kondisi

awal

Peranan pembelajaran

Demonstrasi berbantuan

Media Animasi

a. Student centered

b. Siswa berinteraksi

langsung dengan

obyek materi

c. Animasi mendukung

minat belajar siswa

Pemantapan penerapan

Metode Demonstrasi

berbantuan Media

Animasi

a. Membuat siswa

tidak bosan karena

berinteraksi

langsung dengan

obyek materi

b. Animasi

mendukung minat

belajar siswa.

Hasil belajar

meningkat

Hasil belajar

meningkat

26

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah penerapan metode demonstrasi berbantuan media

animasi diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri

Mrisi 2 Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

Pelajaran 2013/2014.