bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 pembelajaran tematik...

40
17 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif 2.1.1.1 Pengertian Permendikbud No. 57 Tahun 2014 mengartikan pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi (Permendikbud No. 57 Tahun 2014). Pembelajaran tematik integratif menurut Rusman (2012: 254) merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.Sedangkan menurut Sukmadinata (2004: 197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Tema yang dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan danmengembangkan berbagai kompetensi

Upload: vohuong

Post on 06-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif

2.1.1.1 Pengertian

Permendikbud No. 57 Tahun 2014 mengartikan pembelajaran

tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta

didik Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran

yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap,

dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata

pelajaran. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan

suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran,

untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai

informasi (Permendikbud No. 57 Tahun 2014).

Pembelajaran tematik integratif menurut Rusman (2012: 254)

merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan

suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara

individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep

serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan

otentik.Sedangkan menurut Sukmadinata (2004: 197) lebih

memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran

dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu

dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Tema yang

dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti

pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak

keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan

perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu

mempelajari pengetahuan danmengembangkan berbagai kompetensi

18

dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) Pemahaman

terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4)

Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta

didik; (5) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna

belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6)

Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi

dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam

satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; (7)

Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang

disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan

dalam dua atau tiga pertemuan,waktu selebihnya dapat digunakan

untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Menurut Sukandi, dkk. (2001: 3), pembelajaran tematik pada

dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan

memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.

Dengan demikian, pelaksanaan dalam pembelajaran tematik dapat

dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang

disajikan dalam satu pertemuan. Pembelajaran tematik sebagai suatu

konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam

pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep yang

dipelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya

dengan konsep lain yang dipahaminya.

Dari beragam pengertian tentang pembelajaran tematik, penulis

sepaham dengan pendapat Permendikbud No. 57 Tahun 2014 karena

selain menyangkut tema juga memberikan pengalaman bermakna bagi

peserta didik. Sehingga pembelajaran tematik integratif didefinisikan

sebagai salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan

19

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.

2.1.1.2 Kompetensi dasar dan Materi Pokok

Kompetensi Inti Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(SD/MI) menurut Permendikbud No. 57 Tahun 2014 merupakan

tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SD/MI pada

setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap

kelas/usia tertentu. Melalui Kompetensi Inti, sinkronisasi horisontal

berbagai Kompetensi Dasarantarmata pelajaran pada kelas yang

sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai

Kompetensi Dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang

berbeda dapat dijaga pula. Rumusan Kompetensi Inti menggunakan

notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual.

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial.

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan.

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SD/MI dapat

dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1Kompetensi Inti SD/MI Kelas IV, V, dan VI

Kompetensi Inti

Kelas IV

Kompetensi Inti Kelas

V

Kompetensi Inti Kelas

VI

1.Menerima,

menjalankan dan

menghargai

ajaran agama

yang dianutnya.

1.Menerima,

menjalankan dan

menghargai

ajaran agama

yang dianutnya.

1. Menerima,

menjalankan dan

menghargai

ajaran agama

yang dianutnya

2.Menunjukan

perilaku jujur,

disiplin, tanggung

jawab, santun,

peduli, dan

percaya diri

2.Menunjukkan

perilaku jujur,

disiplin, tanggung

jawab, santun,

peduli, dan

percaya diri dalam

2. Menunjukkan

perilaku jujur,

disiplin, tanggung

jawab, santun,

peduli, dan

percaya diri

20

dalam

berinteraksi

dengan keluarga,

teman, guru, dan

tetangga.

berinteraksi

dengan keluarga,

teman, guru dan

tetangganya serta

cinta tanah air.

dalam

berinteraksi

dengan keluarga,

teman, guru dan

tetangganya serta

cinta tanah air.

3.Memahami

pengetahuan

faktual dengan

cara mengamati

dan menanya

berdasarkan rasa

ingin tahu tentang

dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan

dan kegiatannya,

dan benda-benda

yang dijumpainya

di rumah, di

sekolah dan

tempat bermain.

3. Memahami

pengetahuan

faktual dan

konseptual

dengan cara

mengamati,

menanya dan

mencoba

berdasarkan rasa

ingin tahu

tentang dirinya,

makhluk ciptaan

Tuhan dan

kegiatannya, dan

benda-benda

yang

dijumpainya di

rumah, di

sekolah dan

tempat bermain.

3. Memahami

pengetahuan

faktual dan

konseptual

dengan cara

mengamati,

menanya dan

mencoba

berdasarkan rasa

ingin tahu tentang

dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan

dan kegiatannya,

dan benda-benda

yang dijumpainya

di rumah, di

sekolah dan

tempat bermain.

4.Menyajikan

pengetahuan

faktual dalam

bahasa yang jelas,

sistematis dan

logis, dalam karya

yang estetis,

dalam gerakan

yang

mencerminkan

anak sehat, dan

dalam tindakan

yang

mencerminkan

perilaku anak

beriman dan

berakhlak mulia

4. Menyajikan

pengetahuan

faktual dan

konseptual dalam

bahasa yang

jelas, sistematis

dan logis, dalam

karya yang

estetis, dalam

gerakan yang

mencerminkan

anak sehat, dan

dalam tindakan

yang

mencerminkan

perilaku anak

beriman dan

berakhlak mulia

4.Menyajikan

pengetahuan

faktual dan

konseptual dalam

bahasa yang jelas,

sistematis dan

logis, dalam karya

yang estetis,

dalam gerakan

yang

mencerminkan

anak sehat, dan

dalam tindakan

yang

mencerminkan

perilaku anak

beriman dan

berakhlak mulia

21

Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah berisikan kemampuan dan muatan

pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar sebagaimana merupakan

penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas:

a. Kompetensi Dasar sikap spiritual

b. Kompetensi Dasar sikap sosial

c. Kompetensi Dasar pengetahuan

d. Kompetensi Dasar keterampilan

Di bawah ini merupakan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi

Dasar dan Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema

1 Jenis-jenis Pekerjaan kelas 4 yang digunakan dalam penelitia ini.

Secara keseluruhan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan

Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-

jenis Pekerjaan kelas 4 terlampir.

Tabel 2.2 Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran

pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-jenis Pekerjaan

kelas 4.

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Materi Pelajaran

PPKn 3.2 Memahami hak dan

kewajiban sebagai

warga dalam dalam

kehidupan sehari-hari

di rumah, sekolah, dan

masyarakat.

Hak dan kewajiban

sebagai warga dalam

kehidupan seharihari

di rumah, sekolah dan

masyarakat

Bahasa

Indonesia

3.3 Menggali informasi

dari teks wawancara

tentang jenis-jenis

usaha dan pekerjaan

serta kegiatan ekonomi

dan koperasi dengan

bantuan guru dan

teman dalam bahasa

Indonesia lisan dan

Teks wawancara

tentang jenis-jenis

usaha dan pekerjaan

serta kegiatan

ekonomi dan koperasi

22

tulis dengan memilih

dan memilah kosakata

baku.

3.4 Menggali informasi

dari teks cerita

petualangan tentang

lingkungan dan sumber

daya alam dengan

bantuan guru dan

teman dalambahasa

Indonesia lisan dan

tulisdengan memilih

dan memilah kosakata

baku.

Teks cerita

petualangan tentang

lingkungan dan

sumber daya alam.

Matematika 3.12 Mengenal sudut siku-

siku melalui

pengamatan dan

membandingkannya

dengan sudut yang

berbeda.

Sudut siku-siku

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

3.5 Memahami manusia

dalam dinamika

interaksi dengan

lingkungan alam,

sosial, budaya, dan

ekonomi.

Manusia dalam

dinamika interaksi

dengan lingkungan

alam, sosial, budaya,

dan ekonomi

2.1.1.3 Komponen Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Ibrahim & Sukmadinata dalam Mawardi (2014 : 26)

merincikan komponen pembelajaran mencakup tujuan, bahan ajar,

metode, media dan evaluasi. Dalam merancang sistem pembelajaran

komponen-komponen pembelajaran harus saling berinteraksi sehingga

membentuk suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen

pembelajaran yang saling berinteraksi dapat di gambarkan sebagai

berikut.

23

Sumber Mawardi (2014: 26)

Gambar 2.1 Komponen-komponen pembelajaran

Komponen-komponen pembelajaran tematik integratif

merupakan komponen pembelajaran yang merancang pembelajaran

tematik, komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Tujuan pembelajaran tematik

Menurut Sukayati (dalam Prastowo, 2013: 140) tujuan

pembelajaran tematik adalah :

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara

lebih bermakna.

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan

memanfaatkan informasi.

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan

nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial sepertikerjasama,

toleransi, serta menghargai pendapat orang lain.

5. Meningkatkan gairah dalam belajar.

6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan

kebutuhanpara siswa.

24

Sedangkan menurut Kemendikbud (2014: 16) tujuan

pembelajaran tematik adalah :

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik

tertentu;

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam

dan berkesan;

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan

mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman

pribadi peserta didik;

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi

dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis

sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;

7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang

disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan

diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau

pengayaan; dan

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh

kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti

sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan pendapat Sukayati tentang tujuan pembelajaran

tematik pada dasarnya sama dengan pendapat Kemendikbud.

Namun pendapat Kemendikbud lebih lengkap, sehingga dari kedua

pendapat penulis sepaham dengan pendapat menurut Kemendikbud

karena lengkap dan rinci.

2. Bahan ajar tematik

Menurut Depdiknas (2008 : 6), mengartikan bahan ajar

sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

25

gurudalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar

dalam pembelajaran tematik berupa buku guru dan buku siswa.

Dalam panduan penyusunan bahan ajar Depdiknas (2008 : 8)

disebutkan bahwa sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara

lain: 1) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru). 2) Kompetensi

yang akan dicapai. 3) Content atau isi materi pembelajaran. 4)

Informasi pendukung. 5) Latihan-latihan. 6) Petunjuk kerja, dapat

berupa Lembar Kerja (LK). 7) Evaluasi. Dan 8) Respon atau

balikan terhadap hasil evaluasi.

3. Metode pembelajaran tematik

Menurut sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mengartikan metode

pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh

guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

4. Media pembelajaran tematik

Menurut R. Ibrahim dan Sukmadinata (1996), media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat

mendorong proses belajar mengajar. Nana Sudjana dan Ahmad

Rivai (2010: 1) menyebutkan media pembelajaran yang digunakan

dalam proses belajar mengajar salah satunya yaitulingkungan

belajar. Dalam Permendikbud No. 57 tahun 2014 menjelaskan

lingkungan merupakan sumber belajar yang penting dalam

pembelajaran tematik terpadu dan membantu ketercapaian

kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan, sikap, dan

pengetahuan. Selain lingkungan media pembelajaran dapat berupa

media elektronik seperti video, film, radio, internet dan lain-lain.

26

5. Penilaian pembelajaran tematik

Permendikbud No. 57 Tahun 2014 menjelaskan penilaian

merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Tujuan

penilaian adalah (1) Memberikan umpan balik mengenai

kemajuan belajar peserta didik dalam kaitannya dengan

kompetensi kompetensinya selama proses belajar-mengajar, dan

(2) Memberikan informasi kepada para guru dan orang tua

mengenai capaian kompetensi peserta didik

Menurut Barton & Smit (2000), penilaian pembelajaran

dalam pembelajaran terpadu menggunakan penilaian autentik.

Karena pembelajaran tematik pada dasarnya adalah

pembelajaran terpadu maka evaluasinya juga menggunakan

penilaian autentik. Cara penilaian ini bersifat kualitatif yang

menilai kinerja yang dapat berupa pajangan, hasil diskusi,

hasil tugas kelompok, tugas mandiri, tugas terstruktur, dan

tugas proyek. Selain itu, menggunakan informasi dari

portofolio, checklis, analisis reflektif, deskriptif, pengkajian,

pengamatan, pendapat teman, orang tua, dan sebagainya.

Prosedur penilaian dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan,

penyajian laporan, dan tindak lanjut. Penilaian dalam

pembelajaran tematik terpadu dilengkapi dengan berbagai format

(observasi, penilaian diri, portofolio, projek, unjuk kerja, dan

sebagainya).

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Penilaian

kompetensi sikap. Dilakukan melalui melalui observasi, jurnal,

penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation).

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaiandiri, dan

penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala

penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, sedangkan pada

27

jurnal berupa catatan pendidik. Penilaian Kompetensi

Pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan perbuatan

misalnya berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan

secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

tugas. Penilaian Kompetensi Keterampilan dilakukan melalui

penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik

mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik berupa

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi

rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon

berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku

sesuai dengan tuntutan kompetensi. Projek adalah tugas-tugas

belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,

pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam

waktu tertentu. Penilaian portofolio adalah penilaian yang

dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya

peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-

integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,

dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

2.1.1.4 Macam-macam Model Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Forganty dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono

(2011: 94-96) macam-macam model pembelajaran tematik dipaparkan

pada Lampiran 2.

Berdasarkan beragam model pembelajaran tematik yang telah

dipaparkan, menurut Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 96)

model pembelajaran tematik jaring laba-laba (webbed) yang paling

mungkin diterapkan dalam pembelajaran di SD.Oleh karena

28

itu,Penulis memilih model pembelajaran tematik berbentuk jaring

laba-laba (webbed) sebagai model pembelajaran tematik yang akan

dikembangkan dan diterapkan. Di bawah ini merupakan deskrisi,

kelebihan dan klemahan model jaring laba-laba (webbed).

Tabel 2.3 Model pembelajaran tematik bentuk jaring laba-laba

Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan

Berbentuk

jaring laba-

laba (webbed)

Pengajaran

tematis,

menggunakan

suatu tema

sebagai dasar

pembelajaran

dalam berbagai

disiplin mata

pelajaran.

Dapat

memotivasi

murid-murid,

membantu

murid-murid

untuk melihat

keterhubungan

antara gagasan.

Tema yang

digunakan harus

dipilih baik-baik

secara selektif

agar menjadi

berarti, juga

relevan dengan

kontent.

2.1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik menekankan pada keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran

tematik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut

Suryosubroto (2009: 136-137) ada beberapa kelebihan dan

kekurangan dalam pembelajaran tematik yaitu :

a. Kelebihan pembelajaran tematik

1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan

kebutuhansiswa.

2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan

tingkatperkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan

danbermakna.

4. Menumbuhkan keterampilan sosial seperti bekerja

sama,toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan

oranglain.

29

b. Kekurangan pembelajaran tematik

1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.

2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum

dengankonsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara

tepat.

2.1.2 Lingkungan sebagai Tema atau Setting Pembelajaran

Tema menurut Montgomery dalam Wachyu Sundayana (2014: 14)

adalah suatu konsep yang harus merujuk pada obyek yang nyata.

Menurut Wachyu Sundayana sendiri menjelaskan tema harus luas

sehingga memungkinkan untuk dipilah ke dalam anak tema atau topik.

Sedangkan Cameron (2001) menjelaskan tema harus dikembangkan

mulai dari yang dekat dengan lingkungan peserta didik dan beranjak ke

lingkungan yang lebih luas. Berdasarkan pendapat beberapa Ahli dapat

disimpulkan tema harus merujuk kepada objek yang nyata, harus luas,

dan dekat dengan lingkungan peserta didik. sehingga dapat dikatakan

bahwa lingkungan sekitar peserta didik dapat menjadi tema yang cocok

untuk dijadikan setting pembelajaran. Hal tersebut didukung dengan

adanya teori belajar Piaget yang menegaskan bahwa peserta didik pada

jenjang Sekolah Dasar dari sisi perkembangan kognisi berada pada tahap

operasional konkret. Pada tahap tersebut peserta didik mudah

mempelajari sesuatu melalui kegiatan dan pengalaman yang nyata dan

konkret. Kegiatan yang dilakukan melalui benda-benda dan lingkungan

sekitar peserta didik.

Menurut Hosnan (2014: 377) proses pembelajaran yang

menggunakan lingkungan sebagai media belajar dapat memberikan

pengalaman bermaknakepada peserta didik.sehingga lingkungan sekitar

peserta didik memang tepat dijadikan setting pembelajaran yang

memungkinkan terjadinya pemerolehan pengalaman bermakna oleh

peserta didik. Hal ini sangat cocok dengan penerapan pembelajaran

tematik yang dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta

30

didik melalui tema. Dengan begitu pembelajaran tematik akan lebih

bermakna apabila menggunakan lingkungan sebagai tema atau setting

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan lingkungan sebagai

tema atau setting pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang

menggunakan lingkungan sebagi tema untuk dirancang atau disetting

sebagai pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang lebih

bermakna kepada peserta didik.

Lingkungan sebagai tema harus sesuai dengan pengertian tema

yang telah disimpulkan di atas yaitu tema harus objek yang nyata, luas,

dan dekat dengan lingkungan peserta didik. Dengan begitu lingkungan

harus di buat atau disetting agar lebih nyata, dan luas. Sesuai dengan

pendapat Wachyu Sunjayana (2014: 14) agar tema lebih luas dan nyata

maka tema dapat dipilah dan dikembangkan ke dalam anak tema.

Pada pembelajaran tematik Kurikulum 2013 tema dan sub tema

sudah ditetapkan dari Pemerintah, sehingga untuk merancang

pembelajaran dengan lingkungan sebagai tema maka tema dan sub tema

dipilah dan dikembangkan agar lebih nyata dan luas. Dengan

mengembangkan sub tema menjadi anak tema atau sub-sub tema maka

setting pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 akan lebih nyata,

luas, dekat dengan lingkungan peserta didik dan memberikan

pengalaman bermakna kepada peserta didik.

2.1.3 Model Desain Pembelajaran

Menurut Slameto (2013: 89) model adalah pola yang dapat

membantu berpikir, konseptualisasi, suatu proses yang merujuk prinsip-

prinsip, dan prosedur yang dapat menjadikan pedoman bertindak. Model

dapat berwujud langkah-langkah yang harus diambil, adapula bagan,

garis, kotak-kotak, lingkaran, tanda panah dan sebagainya. Menurut

Mawardi (2014: 29) model merupakan konkretisasi teori yang berisi

konstruk, tujuan serta langkah-langkah. Sedangkan definisi model

menurut Agus Suprijono (2010: 54-55) adalah kerangka konseptual yang

31

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pengertian tentang model menurut ahli, model

menurut Agus Suprijono merujuk pada prosedur dan tujuan saja.

dilengkapi dengan pengertian model menurut Slameto yang merujuk

kepada prinsip, prosedur dan tujuan dan model menurut Mawardi yang

merujuk pada konstruk, prosedur atau langkah-langkah. Sehingga penulis

berpendapat model merupakan konkretisasi teori yang berisi, prinsip-

prinsip, konstruk, tujuan dan langkah-langkah model.

Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005:136)

merupakan pengembangan pembelajaran secara sistematik yang

digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin

kualitas pembelajaran. Sedangkan Soetarno Joyoatmodjo (2001: 66)

mengartikan desain pembelajaran sebagai upaya pengembangan secara

sitematis komponen-komponen pembelajaran dengan menggunakan teori

belajar tertentu. Berdasarkan pendapat dua ahli yang telah dipaparkan

masing-masing menjelaskan inti yang sama dari pengertian desain

pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah

upaya pengembangan secara sistematis dengan menggunakan teori

belajar dan pembelajaran tertentu untuk menjamin kualitas pendidikan.

Berdasarkan pengertian model dan desain pembelajaran yang telah

disimpulkan pengertian model desain pembelajaran adalah kerangka

konseptual dari konkretisasi teori pengembangan secara sistematis

dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran tertentu untuk

menjamin kualitas pendidikan yang berisi prinsip-prinsip, konstruk,

tujuan dan langkah-langkah. Berkaitan dengan desain pembelajaran

Tematik Integratif di Sekolah Dasar guru dijadikan perancang atau

desainer pembelajaran untuk membuat perencanaan atau konsep

pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah. Menurut Kemendikbud

(2014: 17) desain pembelajaran Tematik Integratif harus mencakup

tahapan, antara lain :

32

1. Memilih/Menetapkan Tema

2. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan Membuat

Indikator.

3. Membuat Hubungan Pemetaan antara Kompetensi Dasar dan

Indikator dengan Tema.

4. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar

5. Menyusun Silabus Tematik Terpadu

6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik

Terpadu

Sedangkan menurut Trianto (2011: 283-313) dalam

mengembangan dan mendesain pembelajaran tematik dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemetaan KI, KD, dan indikator

2. Pemetaan Jaringan Tema

3. Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik.

4. Menyusun RPP Pembelajaran Tematilk

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Hosnan (2014: 366) dalam

mendesain pembelajaran Tematik Integratif perlu melakukan kegiatan:

1. Pemetaan Kompetensi Dasar

2. Pengembangan Jaringan Tema

3. Pengembangan Silabus

4. Penyusunan RPP

Berdasarkan langkah dalam mengembangan dan mendesain

pembelajaran Tematik Integratif yang telah dipaparkan para ahli, langkah

yang dikemukakan oleh Kemendikbud lebih jelas dan rinci, sedangkan

menurut Trianto dan Hosnan langkah yang dikemukakan singkat namun

jelas. Sesuai dengan kebutuhan peneliti dari ketiga langkah yang cocok

untuk mengembangkan model desain pembelajaran Tematik Integratif

adalah langkah Kemendikbud. Langkah desain pelaksanaan

Kemendikbud lebih memungkinkan untuk dikembangkan, dengan begitu

guru bebas mendesain pembelajaran sesuai yang diinginkan.

33

Prinsip model pembelajaran yang baik menurut Rachmadi

Widdiharto (2004: 3) harus memiliki 1) rasional teoritik yang logis yang

disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3) prosedur yang

sistematis, 4) lingkungan belajar peserta didik. Sejalan dengan pendapat

Rangke L Tobing (dalam Wanwan Setiawan, 2009: 27) yang berpendapat

karakteristik model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1)

prosedur yang ilmiah, 2) spesifikasi hasil belajar yang hendak dicapai, 3)

spesifikasi lingkungan belajar, dan 4) kriteria penampilan yang

diinginkan. Sedangkan Joyce dan Weil menjelaskan model pembelajaran

yang baik harus memiliki aspek 1) sintaks atau prosedur, 2) sistem sosial

atau peran guru dan siswa, 3) prinsip reaksi, 4) sistem pendukung, dan 5)

dampak langsung dan pengiring (Joyce dan Weil, 2000: 13).

Berdasarkan pendapat tentang karakteristik atau prinsip model

desain pembelajaran yang baik, pendapat Rachmadi dan rangke saling

melengkapi satu sama lain dan pendapat Joyce dan Weil lebih

menekankan pada aspek yang ada. Sehingga sehingga dapat disimpulkan

prinsip model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1) rasional

teoritik yang logis, 2) tujuan, 3) prosedur, 4) sesuai dengan

lingkungan,dan 5) spesifikasi hasil belajar yang diinginkan.

2.1.4 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

Model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan

adalah suatu konkretisasi teori yang dibangun berdasarkan desain

pembelajaran Kemendikbud (2014: 17), lingkungan sebagai tema atau

setting pembelajaran, dan pembelajaran tematik integratif yang berisi

konstruk, tujuan dan langkah-langkah.

Konstruk desain pembelajaran tematik integratif berbasis

lingkungan adalah rancangan sistematis konsep pembelajaran dengan

menggunakan lingkungan sebagai tema untuk memberikan pengalaman

bermakna bagi peserta didik. Tujuannya yaitu memberikan pedoman

34

kepada guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran

tematik integratif berbasis lingkungan.

Di bawah ini merupakan langkah pengembangan pembelajaran

tematik integratif yang telah dipadukan dengan pembelajaran berbasis

lingkungan.

1. Memilih tema

Pengembangan dimulai dengan memilih tema tertentu.Tema

ditetapkan dengan diskusi sesama guru, setelah tema terpilih,

dikembangkan sub tema dan sub-sub tema dengan memperhatikan

kaitannya dengan mata pelajaran. Pengembangan tema menjadi sub

tema dan sub-sub tema serta membuat pola keterkaitan akan

membentuk jaringan tema. Pembuatan jaringan tema merupakan

implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model webbed.

Pembuatan jaringan tema melalui beberapa tahapan antara

lain:

a. Menentukan tema terlebih dahulu.

Penentuan tema mengikuti prinsip penentuan tema, antara

lain:

1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa

2. Memperhatikan dari termudah menuju ke sulit

3. Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks

4. Mulai yang konkret menuju ke yang abstrak.

5. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses

berpikir pada diri peserta didik.

6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan

perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan

peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan

kemampuannya. Ruang lingkup tema yang ditetapkan

sebaiknya tidak terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak

tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih

konkret, sub tema dapat lagi dijabarkan ke anak-anak tema

35

atau sub-sub tema sehingga akan lebih spesifik, terfokus dan

lebih konkret. Anak-anak tema atau sub-sub tema tersebut

selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi

pembelajaran yang terfokus pada sub-sub tema.

b. Menentukan sub-sub tema

Berdasarkan tema yang telah ditentukan, selanjutnya yaitu

menentukan sub-sub tema. Tema dan sub tema yang telah

ditentukan dikerucutkan menjadi sub-sub tema dengan melihat

kebutuhan peserta didik. Sub-sub tema yang dibuat harus lebih

spesifik dan lebih konkret dari sub tema yang dipilih. Sebagai

contoh Peneliti mengambil Tema 4 kelas 4 Sekolah

Dasar“Berbagai Pekerjaan” (dari Pemerintah) dapat

dikembangkan menjadi anak tema/ Sub tema 1: Jenis-jenis

pekerjaan (dari Pemerintah), dan dikembangkan sendiri menjadi

anak-anak tema: (1) Tukang Ronde, (2) Tentara, (3) Pedagang

susu, (4) karyawan pabrik, (5) Guru, (6) pengusaha.Bila

digambarkan akan tampak seperti dibawah ini.

Gambar 2.2 jaringan sub-sub tema

2. Melakukan AnalisisSKL, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar

(KD) serta membuat Indikator

Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat indikator)

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Membaca semua Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi

Inti, sertaKompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran.

Berbagai Pekerjaan

Jenis-jenis pekerjaan

Tukang

Ronde

Tentara Karyawan

Pabrik

Pedagang

Susu

Guru Pengusaha

36

b. Menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi

Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada

dari berbagai muatan pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS,

PPKn, Matematika, SBdP, dan Penjasorkes.

c. Masing-masing Kompetensi Dasar setiap muatan pelajaran

dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria

pembuatan indikator.

3. Pemetaan keterhubungan Tema ke dalam KI, KD dan Indikator

Setelah melakukan pemetaan KI, KD dan indikator,

selanjutnya adalah pemetaan keterhubungan tema dengan KI, KD

dan Indikator dilakukan dengan kegiatan menganalisis

keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD, dan Indikator dari

semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Analisis

keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD dan Indikator dapat

menggunakan bantuan tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4 Pemetaan Keterhubungan KI, KD, dan Indikator ke

dalam Sub-sub tema

Mata

Pelajaran KI KD Indikator

Sub Tema

Sub-Sub

Tema 1

Sub-sub

Tema 2 Dst.

4. Membuat jaringan Kompetensi Dasar

Membuat jaringan Kompetensi dasar dapat dilakukan dengan

memetakan Kompetensi Dasar dengan Indikator. Di bawah ini

merupakan contoh gambar pemetaan jaringan Kompetensi Dasar.

37

Gambar 2.3 pemetaan jaringan Kompetensi Dasar

5. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 silabus tematik telah disiapkan oleh

pemerintah, guru tinggal menggunakan sebagai dasar penyusunan

RPP. Walupun silabus telah ditetapkan oleh Pemerintah, dalam

pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri dari tujuh

langkah utama yang harus dilaksanakan antara lain:

1) Mengkaji Kompetansi Inti dan Kompetensi Dasar

2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

4) Merumuskan Indikator

5) Menentukan Jenis Penilaian

6) Menentukan Alokasi Waktu

7) Menentukan Sumber Belajar

Tema

Matematika

KD (diisi KD yang

diambildari pemerintah

Indikator (dibuat oleh

guru yang akan

mengajar)

Bahasa Indonesia

KD (diisi KD yang

diambildari pemerintah

Indikator (dibuat oleh guru

yang akan mengajar)

PPKn

KD (diisi KD yang

diambildari pemerintah

Indikator (dibuat oleh guru

yang akan mengajar)

Ilmu Pengetahuan Sosial

KD (diisi KD yang

diambildari pemerintah

Indikator (dibuat oleh

guru yang akan

mengajar)

38

6. Penyusunan RPP Pembelajaran Tematilk

Langkah mengembangkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yaitu

sebagai berikut:

1. Mengkaji Silabus Tematik

2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Kegiatan mengidentifikasi materi pembelajaran dilakukan

dengan mengkaji buku guru dan buku siswa untuk SD. Dalam

mengkaji buku siswa SD guru memiliki wewenang untuk

mengembangkan Buku Panduan Guru. Buku guru yang

dikembangkan harus berisi hal-hal berikut ini:

1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kompetensi Inti

(KI).

2) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 1 dan 2 serta KD 3 dan 4.

3) Ruang lingkup pembelajaran untuk satu subtema yang terdiri

dari 6sub-sub tema dalam 1 minggu.

4) Pemetaan indikator pembelajaran untuk setiap pembelajaran

5) Setiap pembelajaran berisi tentang uraian kegiatan

pembelajaran yang mencakup:

a) Nama kegiatan;

b) Tujuan pembelajaran;

c) Media dan alat pembelajaran;

d) Langkah-langkah kegiatan; dan

e) Penilaian.

6) Setiap akhir pembelajaran, guru hendaknya melakukan

kegiatan refleksi untuk melakukan kegiatan remedial dan

pengayaan.

Sedangkan mengkaji Buku Siswa, guru juga memiliki

wewenang dalam mengembangkan Buku Siswa. Buku siswa

disusun mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi. Buku

siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas, dan

39

urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan

yang harus dilakukan siswa. Buku siswa mengarahkanhal yang

harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi

tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal.

Buku siswa berbasis lingkungan merupakan buku panduan

sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa

terlibat aktif dalam pembelajaran dikarenakan materi yang ada

di dalamnya mengandung unsur lingkungan disekitar peserta

didik.Buku siswa dilengkapi dengan penjelasan lebih rinci

tentang isi sebagaimana dituangkan dalam Buku Guru. Kegiatan

pembelajaran yang ada di buku siswa berbasis lingkungan lebih

menuangkancontohkegiatanyang sering ditemui siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Karena Peneliti mengambil contoh Sub-

sub tema Tukang Ronde maka materi yang ada di buku siswa

mengacu seputar Tukang Ronde. Guru juga dapat

mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan

memanfaatkan alternatif-alternatif kegiatan yang ditawarkan di

dalam Buku Guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran

sendiri.

3. Menentukan Tujuan

Tujuan pembelajaran yang baik harus memenuhi unsur A,

B, C, dan D antara lain:

1) Audience yaitu peserta didik untuk siapa tujuan itu

dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan.

2) Behavior yaitu atau kemampuan yang harus

didemonstarsikan

3) Condition yaitu seperti apa perilaku atau kemampuan yang

akan diamati.

4) Degree yaitu keterampilan yang harus dicapai dan diukur.

4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

40

Hal-hal yang diperhatikan dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran adalah :.

a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan

kepada pada pendidik, khususnya guru, agar dapat

melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan

manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat

melakukan kegiatan seperti dalam silabus.

c. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan

skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik

aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan:

pendahuluan, inti, dan penutup.Pada langkah pembelajaran

tematik integratif berbasis lingkungan langkah skenario

sesuai dengan langkah pembelajaran tematik yang telah

disetting Peneliti dari langkah Prabowo. Di bawah ini

merupakan rincian langkah pembelajaran tematik integratif

berbasis lingkungan:

Tabel 2.5 langkah pembelajaran tematik integratif berbasis

lingkungan

Langkah

Pembelajaran

Tematik

Langkah Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan Guru

1. Tahap

Perenca-

naan

a. Menentukan tema,

subtema dan sub-sub

tema

b. Menentukan mata

pelajaran yang akan

dipelajari

c. Menentukan

Kompetensi Dasar

d. Menentukan

Indikator dan Hasil

Belajar

e. Menentukan materi

yang akan dipelajari

f. Menentukan manfaat

41

dari mempelajari

materidengan

kehidupan sehari-hari

g. Menentukan sarana

dan prasarana yang

terlibat atau

digunakan

2. Langkah

yang

ditem-

puh guru

a. Menyampaikan

konsep pendukung

yang harus dikuasai

siswa.

b. Menyampaikan

konsep-konsep

pokok yang akan

dikuasai oleh siswa.

c. Menyampaikan

keterampilan proses

yang akan

dikembangkan

d. Menyampaikan

manfaat mempelajari

materi dengan

kehidupan sehari-hari

e. Menyampaikan

hubungan/kaitan

lingkungan dengan

materi pembelajaran

f. Menyampaikan

pertanyaan kunci

3. Tahap

Pelaksa-

naan

1. Pendahuluan a. mengantarkan

peserta didik kepada

suatu permasalahan

atau tugas yang akan

dilakukan untuk

mempelajari suatu

materi

2. Inti b. Pengolahan kelas,

dimana kelas dibagi

dalam beberapa

kelompok.

c. Kegiatan proses

d. Kegiatan pencatat

data

e. Diskusi dan

presentasi

42

3. Penutup f. Menyimpulkan

4. Evaluasi a. Evaluasi proses

b. Evaluasi hasil

c. Evaluasi

psikomotorik

5. Penjabaran Jenis Penilaian.

Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan

tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,

proyek dan/ atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian

diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik

didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio

merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

Di bawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

merancang penilaian.

a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi

pada KD-KD yang berasal dari KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4.

b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa

yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses

pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang

terhadap kelompoknya.

c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang

berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator

ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD

yang telah dimiliki dan yangbelum, serta untuk mengetahui

kesulitan peserta didik.

d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.

Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran

43

berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang

pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program

pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi

ketuntasan.

e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman

belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,

jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi

lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses

misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil

melakukan observasi lapangan.

6. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mataelajaran per

minggu dengan mempertibangkan jumlah KD, keluasan,

kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

KD.Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan

perkiraan rerata untuk menguasasi KD yang dibutuhkan oleh

peserta didik yang beragam.Oleh karena itu, alokasi tersebut

dirinci dan disesuaikan lagi dalam RPP.

7. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/ atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media

cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam,

sosial, dan budaya

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan

(Suprijono, 2013: 5). Menurut Hamalik (2001: 33) hasil belajar

dalam kelas harus dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar

44

sekolah. Dengan kata lain murid dapat mentransferkan hasil belajar ke

dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat.

Nasution (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak

hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan

dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sudjana

(dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat

pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes

tulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di

Sekolah Dasar (SD).

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara

mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di

sekolah dan di tempat bermain.

b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur,

percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru dan tetangganya.

1. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

patuh terhadap peraturan.

2. Santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa

maupun perilaku.

3. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan

terhadap suatu perbedaan.

4. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

5. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan

keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.

45

6. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk

sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual

dalambahasa yang jelas sistematis dan logis dalam karya

estetis, dalamgerakan yang mencerminkan perilaku anak sehat dan

dalam tindakanyang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia.

Penulis menyimpulkan hasil belajar pada ranah psikomotor

yangdiamati yaitu memposisikan diri sesuai dengan kelompok

yangditentukan, menempatkan urutan gambar sesuai dengan

urutan yanglogis dan sistematis, membentuk kerja sama yang

baik dalammelakukan diskusi kelompok, mendorong teman

melakukan interaksidalam kegiatan diskusi kelompok dan

menggunakan bahasa yang baikdan benar dalam komunikasi antara

siswa dan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan

bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan akibat dari proses

pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan

psikomotor berupa data kuantitatif maupun kualitatif

2.1.5.2 Pengukuran Hasil Belajar Pembelajaran Tematik Integratif

Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan

penilaian autentik dimana penilaian autentik merupakan proses

evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap

peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran

(Kemendikbud, 2014: 34). Penilaian autentik terdiri dari berbagai

teknik penilaian yaitu: (1)pengukuran langsung keterampilan peserta

didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan

seperti kesuksesan di tempat kerja. (2) penilaian atas tugas-tugas yang

memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. (3)

analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta

46

didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

Pada penelitian ini hanya menggunakan teknik penilaian yang ke tiga

yaitu analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon

peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang ada.

Penilaian autentik memiliki beberapa jenis penilaian untuk

mengukur hasil belajar dalam ranah afektif, kognitif dan

psikomotorik, namun pada penelitian ini hanya menggunakan

penilaian sikap dengan observasi, penilaian pengetahuan dengan tes

tulis dan tes lisan serta penilaian ketrampilan dengan penilaian kinerja.

Berikut ini adalah penjelasana dari teknik ketiga ranah tersebut.

1. Penilaian Sikap

Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian yang terpisah

dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang

pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan

keterampilan, sehingga bersifat otentik (mengacu kepada

pemahaman bahwa pengembangan dan penilaian KI 1 dan KI 2

dititipkan melalui kegiatan yang didesain untuk mencapai KI 3 dan

KI 4). Penilaian sikap yang digunakan adalah observasi. Observasi

merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format

observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati,

terkait dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Hal ini dilakukan saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas..

2. Penilaian Pengetahuan

Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara:

a. Tes tulis

Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari

ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan

pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran

47

tetap bisa dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau

mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai

jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan

benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.

Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban

singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta

didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan

sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis

berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif,

sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan,

dan pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik

berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda

dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai

yang sama.

b. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon

pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan

keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun

paragraf yang diucapkan.

3. Penilaian Keterampilan

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara penilaian

Kinerja. Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta

siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya

yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan

mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.

48

2.1.6 Model Pengembangan Desain pembelajaran tematik integratif

Berbasis Lingkungan

Dalam penelitian pengembangan dikenal salah satu model

pengembangan yaitu model ADDIE. Model pengembangan ADDIE

merupakan model desain pembelajaran yang berlandasan pada

pendekatan sistem yang efektif dan efisien serta prosesnya yang

bersifat interaktif yakni hasil evaluasi setiap fase dapat membawa

pengembangan pembelajaran ke fase selanjutnya. Hasil akhir dari

suatu fase merupakan produk awal bagi fase berikutnya. Model ini

terdiri atas 5 fase atau tahap utama yaitu 1) Analyze (Analisis), 2)

Design (Desain), 3) Develop (Pengembangan), 4) Implement

(Implementasi), 5) Evaluate (Evaluasi) (Reyzal Ibrahim, 2011).

Gambar 2.4 Tahap-tahap Model Pengembangan ADDIE

Tahapan-tahapan model ADDIE menurut Chaeruman (2008)

adalah sebagai berikut :

a. Tahap analisis: suatu proses mendefinisikan apa yang akan

dipelajari oleh peserta belajar. Maka untuk mengetahui atau

menentukan apa yang harus dipelajari, kita harus melakukan

beberapa kegiatan, diantaranya adalah melakukan needs

assessment(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah

(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh

49

karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa

karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi

kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci

didasarkan atas kebutuhan.

b. Tahap desain: tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat

rancangan. ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar

rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih

dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini?

Pertama kita merumuskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya

menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan

pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan

strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk

mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan

kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan

yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-

sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan,

lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya.

c. Tahap pengembangan: pengembangan adalah proses mewujudkan

blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan. Jika dalam

desain diperlukan suatu perangkat lunak berupa multimedia

pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan,

atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu

dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar

lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya

harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam

tahap pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan

bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih

tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk

memperbaiki sistem pembelajaran yang dikembangkan.

50

d. Tahap implementasi: langkah nyata untuk menerapkan sistem

pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini

semua yang telah dikembangkan diset sedemikian rupa sesuai

dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.

Misalnya, jika memerlukan perangkat lunak tertentu maka

perangkat lunak tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan

lingkungan harus tertentu, maka lingkungan dibuat tertentu dan

juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau

desain awal.

e. Tahap evaluasi: evaluasi adalah proses untuk melihat apakah

sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan

harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi

pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap

empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena

tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap

rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi

formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap

rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan,

mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau

mungkin perlu evaluasi kelompok kecil.

Berdasarkan pemaparan tentang ADDIE Model, model untuk

mengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis

lingkungan dapat menggunakan ADDIE model karena lebih praktis dan

sesuai dengan langkah pengembangan model yang digunakan.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang mendukung berhasilnya

pembelajaran tematik integratif yaitu:

1. Penelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul

“Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah

Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil

51

tersebut menyatakan bahwa model layak digunakan dalam

pembelajaran. Pada penelitian asep hanya mengembangkan langkah-

langkah dan belum menyesuaikan dengan lingkungan peserta didik.

pada penelitian ini juga mengerucutkan pembelajaran menjadi konkret

namun kurang memperhatikan lingkungan sekitar peserta didik.

sehingga hal tersebut menjadikan pengembangan model desain

pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan menjadi suatu

kebaruan.

2. Penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan

Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan

Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi menunjukan

model cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat dari kenaikan

skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil tersebut

menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid dan layak

digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian dan pengembangan

model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan

selain mengembangkan model desain yang sesuai lingkungan peserta

didik juga mengembangkan materi yang menjadikan anak perpikir kritis

dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga pengembangan model desain

pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memberikan

tambahan pengetahuan dalam pengembangan model desain

pembelajaran tematik integratif yang lain.

3. Penelitian Jamaluddin (2015) dengan judul “Pengembangan Model

Pembelajaran Tematik Terpadu Kontekstual bagi Anak Usia Dini di

Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Hasil menunjukan tingkat

keefektifan mencapai presentase ≥90% dan guru memberikan respon

yang positif. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran

tematik layak digunakan dalam pembelajaran.Pada penelitian ini hanya

mengembangkan langkah-langkah desain pembelajaran dan melihat

respon guru dan siswa dengan menggunakan angket dan lembar

observasi tanpa mengetahui apakah kompetensi hasil belajar

52

menggunkan model pembelajaran yang dikembangkan lebih tinggi dari

kelas pembanding atau dari Pemerintah. Sehingga hal tersebut yang

membedakan penelitian ini dengan pengembangan model desain

pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan. Pada penelitian

dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif

berbasis lingkungan dilakukan Uji T untuk mengetahui apakah

kompetensi hasil belajar menggunkan model yang dikembangkan lebih

tinggi daripada Pemerintah.

4. Penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul “Pengembangan Model

Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan Internal di Madrasah

Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan cocok terhadap model

yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik. Sehingga hasil

tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak

digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini juga hanya

mengembangkan langkah-langkah dan menggunakan angket respon

siswa serta lembar observasi guru tanpa melihat apakah model yang

dikembangkan lebih unggul dari yang sebelumnya. Sehingga

pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis

lingkungan memberikan sumbangan dalam mengembangkan langkah-

langkah juga memberikan pengetahuan dalam melihat apakah model

yang dikembangkan lebih unggul atau tidak. Sehingga penelitian dan

pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis

lingkungan menjadi suatu kebaruan.

2.3 Kerangka Berpikir

Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tangung

jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk

membina para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Keberhasilan kegiatan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh

bagaimana seorang guru dapat merencanakan atau mendesain program

pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,

53

menjabarkan program yang disusun menjadi tujuan pembelajaran,

menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, dan

mengevaluasi hasil kegiatan instruksional diklat tersebut. Hal tersebut tidak

terlepas dari model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Pada

penelitian ini akan dibuat pengembangan model desain pembelajaran

tematik integratif berbasis lingkungan yang akan diterapkan di kelas 4

Sekolah Dasar.

Model desain pembelajaran tematik integratif bebasis lingkungan ini

selain mengembangkan materi berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik

juga menambahkan sub-sub tema sebagai pengganti pembelajaran 1 sampai

6 dengan maksud menjadikan pembelajaran lebih terfokus, spesifik dan

lebih konkret. Sub-sub tema yang ditambahkan sama sekali tidak merubah

tema maupun subtema yang telah ditetapkan pemerintah namun peneliti

merubah pembelajaran 1 samapi 6 yang belum spesifik dan masih abstrak

menjadi lebih spesifik dan konkret. Model desain pembelajaran tematik

integratif berbasis lingkungan selain mengetahui cara pengembangan model

juga untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak dalam penerapan

model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan

model desain pembelajaran tematik integratif dari Permendikbud.

Penelitian ini dilatar belakangi dari permasalahan yang telah

dipaparkan di Bab I. Jika diringkas pokok latar belakang dari penelitian ini

adalah guru tidak bebas dalam merancang PBM, ketidak sesuaian materi

pelajaran yang terdapat di buku siswa dengan kondisi lingkungan belajar

siswa dan kurang kebermaknaannya tema dan sub tema yang menyebabkan

kegagalan dalam implementasi Kurikulum 2013. Kemudian disusunlah

model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan

memperhatikan komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber permbelajaran, dan

evaluasi. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai yaitu selain memberikan

kompetensi kepada peserta didik juga memberikan pengalaman langsung

kepada siswa untuk digunaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran

54

yang didesain yaitu disesuaikan dengan lingkungan peserta didik atau

berbasis lingkungan. Dengan spesifikasi pembelajaran yang didesain antara

lain materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa, belajar menjadi lebih

aktif, adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar

pembelajaran lebih konkret dan spesifik, dan mengguankan pengalaman

siswa dalam belajar. Dari pembelajaran yang didesain jika

diimplementasikan akan berdampak pada kompetensi hasil belajar peserta

didik.

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang sudah diuraikan

kemudian ide untuk mengembangkan model desain pembelajaran muncul,

berikut adalah bagan yg menggambarkan kerangka berfikir penelitian ini :

Gambar 2.5 Kerangka berpikir Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan

1. Guru tidak bebas dalam

merancang PBM

2. Ketidak sesuaian materi

pelajaran yang terdapat di

buku siswa dengan kondisi

lingkungan belajar siswa

3. Kurang kebermaknaan tema

dan sub tema.

Komponen pembelajaran

1. Tujuan pembelajaran

2. Materi Pembelajaran

3. Strategi Pembelajaran

4. Sumber Permbelajaran

5. Evaluasi

Tujuan Pembelajaran

Memberikan

kompetensi dan

pengalaman langsung

kepada siswa untuk

digunaan dalam

kehidupan sehari-hari

Pembelajaran berbasis lingkungan

1. Materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa

2. Belajar aktif

3. Adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar

pembelajaran lebih konkret dan spesifik

4. Mengguankan pengalaman siswa dalam belajar

Kompetensi

hasil belajar

siswa

55

2.4 Model Hipotetik

Dalam mencapai tujuan tertentu maka harus melewati suatu prosedur

atau langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah Desain pembelajaran

Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah memilih tema.

Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub tema yang

dipadukan dengan lingkungan sekitar sehingga sub-sub tema yang

dikembangkan sesuai dengan lingkungan peserta didik. Pada tahap

mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk berupa jaringan sub-sub

tema. Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat

Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan

membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara KD

dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator. Langkah

keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain mengembangkan

jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang akhirnya

menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima yaitu

menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir menyusun

RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP terdapat tahap

untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan pengembangan

materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku Guru dan Buku

Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru dan Buku siswa.

Tujuan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif berbasis

lingkungan adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan

mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang

digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran sehingga berdampak pada

kompetensi Hasil Belajar.

Berdasarkan diskripsi di atas model desain pembelajaran Tematik

Integratif berbasis lingkungan diwujudkan dalam gambar 2.6 berikut.

56

Gambar 2.6 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan

Kompetensi Hasil Belajar

Mengembangkan

sub-sub tema

Melakukan analisis

SKL, KI, KD dan

membuat indikator

Membuat hubungan

pemetaan antara KD

dan indikator dengan

tema

Membuat jaringan KD

Menyusun silabus

Menyusun RPP

Jaringan sub-sub tema

Tabel analisis SKL,

KI, KD dan membuat

indikator

Tabel keterhubungan

KD dan indikator

dengan sub-sub tema

Jaringan KD dan indikator

Silabus

RPP

Menyusun Buku Guru

Menyusun Buku Siswa

Buku Guru

Buku Siswa

pedoman bagi guru dalam merancang dan

mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan

Memilih Tema Lingkungan