bab ii isi

Download BAB II ISI

If you can't read please download the document

Upload: three-a-mx

Post on 14-Nov-2015

229 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kmb

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Otak1. Tulang dan Otot Kepala Tulang tengkorak kepala adalah satu struktur otot tulang yang terdiri atas tulang-tulang kecil yang pipih yaitu tulang tulang muka dan tulang-tulang kranium.Tulang-tulang muka membentuk kerangka muka dan melindungi organ-organ pancaindra seperti penglihatan, penciuman dan sebagainya, serta merupakan perlekatan otot-otot fasial untuk ekspresi muka.Tulang-tulang kranium melingkupi dan melindungi otak yang rapuh, di samping untuk melekat otot-otot kepala dan leher (Smeltzer & Suzanne, 2001).

Gambar diatas : otot kulit kepala dan otot mimik ( Otot kulit kepala: otot temporal dan otot mimik : otot frontal adalah otot yang sering dikeluhkan terasa tegang) (Arif Muttaqin, 2011).Otot superfisial kepala yang berguna untuk ekspresi muka adalah otot muka dan otot kulit kepala. Otot-otot ekspresi muka adalah istimewa karena salahsatu perlekatannya adalah kulit atau otot yang lain. Bentuknya sangat bervariasi dan kekuatannya berbeda-beda. Di bawah kulit kepala otot yang utama adalah epic ranius. Otot ini terdiri atas otot frontal didaerah dahi (musculus frontalis) dan otot oksipital didaerah belakang kepala (musculus occipitalis), keduanya dihubungkan oleh aponeurosis cranial (bangunan lebar, liat terdiri atas jaringan fibreus) yang disebut galea aponeurotica. Galea melekat erat ke kulit kepala dengan perantaraan jaringan lemak yang padat. Otot kepala yang lain adalah otot temporal (musculus temporalis), berbentuk kipas yang menutupi daerah temporal, sebagian frontal dan parietal tulang tengkorak kepala. Pada gambar diatas, otot ini bersama dengan otot masseter (musculus masseter) merupakan otot pengunyah dan berfungsi mengatupkan rahang (Arif Muttaqin, 2011).

2. Bagian OtakOtak manusia dibagi kedalam lima kelompok utama yaitu : Telensefalon (endbrain) yang terdiri atas : hemisfer serebri yang disusun oleh korteks serebri, sistem limbic, basal ganglia dimana basal ganglia disusun oleh nucleus kaudatum,nucleus lentikularis, klaustrum dan amigdala.

Korteks serebri berperan dalam persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih misal berpikir, mengingat, membuateputusan, kreativitas dan kesadaran diri.Nucleus basal berperan dalam inhibisitonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna.

Diensefalon (interbrain) yang terbagi menjadi epitalamus, thalamus, subtalamus, dan hipotalamus.

Thalamus berperan dalam tasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.Hipotalamus berperan dalam mengatur banyak homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar.

Mesensefalon (midbrain) corpora quadrigemina yang memiliki dua kolikulus yaitu kolikulus superior dan kolikulus inferior dan terdiri dari tegmentum yang terdiri dari nucleus rubra dan substansia nigra. Metensefalon (afterbrain), pons dan medulla oblongata memiliki peran asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan. Serebellum memiliki peran dalam memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih (Sylvia A. Price, 2001).

Hemisfer sendiri menurut pembagian fungsinya masih di bagi kedalam lobus-lobus yang dibatasi oleh gyrus dan sulkus, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :

Gambar: Anatomi OtakSumber: Smeltzer & Bare, 2001

Fungsi dari setiap lobus yaitu :

Lobus SerebralFungsiGangguanFrontal

Temporal

Parietal dominan

Parietal nondominan

Oksipital

Penilaian kepribadian bawaan, Keahlian mental kompleks abstraksi, membuat konsep, memperkirakan masa depan

Memori pendengaranMemori kejadian yang baru terjadiDaerah auditorius primer yang memengaruhi kesadaranBicaraBerhitung (matematika)Topograpi kedua sisi tubuh

Kesadaran sensorikSintesis ingatan yang kompleks

Memori visual penglihatanGangguan penilaianGangguan penampilan diri dan kebersihan diriGangguan AfekGangguan proses pikerGangguan fungsi motorikGangguan memori yang baru terjadiGangguan psikomotorTuli

AfasiaAgrafiaAkalkuliaAgnosiaGangguan sensorik bilateralDisorientasiDistorsi konsep ruangHilang kesadaran sisi tubuh yang berlawananDefisit penglihatan dan buta

Sumber : Sylvia A. Price, 2001

3. Fungsi Bagian-Bagian Otak Fungsi Bagian-Bagian Otak antara lain:Otak besar (Serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, danpertimbangan (Silvia A. Price, 2001).Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut adalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagianbelakang (Silvia A. Price, 2001).Otak tengah (Mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran (Silvia A. Price, 2001).Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalamkoordinasi gerakan ototyang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan (Silvia A. Price, 2001).Sumsum sambung (Medulla Oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, reflex fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleksyang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip (Silvia A. Price, 2001).Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:Durameter merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.Araknoid disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Didalamnya terdapat cairanserebrospinalis semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme (Silvia A. Price, 2001).

4. Sirkulasi OtakSistem sirkulasi otak : Kebutuhan energi oksigen jaringan otak adalah sangat tinggi oleh karena itu aliran darah ke otak absolut harus selalu berjalan mulus. Suplai darah ke otak seperti organ lain pada umumnya disusun oleh arteri-arteri dan vena-vena (Silvia A. Price, 2001).Arteri karotis

Arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kita-kira setinggi tulang rawan karotid. Arteri karotis kiri langsung bercabang dari arkus aorta, tetapi arteri karotis komunis kanan berasal dari arteri brakiosefalika. Arteri karotis eksterna mendarahi wajah, tiroid, lidah dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteria meningea media, mendarahi struktur-struktur dalam didaerah wajah dan mengirimkan satu cabang yang besar ke daerah duramater. Arteri karotis interna sedikit berdilatasi tepat setelah percabangannya yang dinamakan sinus karotikus. Dalam sinus karotikus terdapat ujung-ujung saraf. Khusus yang berespon terhadap perubahan tekanan darah arteria, yang secara reflex mempertahankan suplai darah ke otak dan tubuh. Arteri karotis interna masuk keotak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteria serebri anterior dan media (Silvia A. Price, 2001).Arteri verebrobasilaris

Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri arteri inomata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arterivertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medulla oblongata. Kedua arteri tersebut bersatu membentuk arteri basilaris. Tugasnya mendarahi sebahagian diensefalon, sebahagian lobus oksipitalis, dan temporalis apparatus skoklearis, dan organ-organ vestibular (Silvia A. Price, 2001).Sirkulus Arteriosus Willisi

Meskipun arteri karotis interna dan arteri vertebrobasilaris merupakan dua system arteri terpisah yang mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah anastomosis yang sirkulus arteriosus willisi (Silvia A. Price, 2001).

Gambar 2.3 Penampang Melintang Sirkulasi Otak5. Sel-Sel Penyusun Otak Otak disusun oleh neuron-neuron dan neuroglia. Neuron merupakan sel saraf utama sedangkan neuroglia adalah sel-sel pendukung neuron. Neuron di otak tidak mengalami pertumbuhan lagi setelah dewasa, sementara neuroglia tetap melakukan pembelahan (Arif Muttaqin, 2008).Neuron

Neuron adalah sel-sel sistem saraf khusus peka rangsang yang menerima masukan. Sensorik atau masukan aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik, dan menyalurkan masukan motorik atau masukan eferen ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar, yaitu organ-organ efektor (Arif Muttaqin, 2008). Neuroglia

Neuroglia merupakan penyokong, pelindung dan sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medulla spinalis, sedangkan sel Schwann menjalankan fungsi tersebut pada SST. Neoroglia menyusun 40 % volume otak dan medulla spinalis (Arif Muttaqin, 2008).Ada Empat Sel Neuroglia yaitu :Mikroglia, mempunyai sifat-sifat fagosit; bila jaringan saraf rusak, maka sel-sell ini bertugas untuk mencernakan sisa-sisa jaringan yang rusakEpendima berperan dalam produksi CSF.Astroglia (astrosit),bentuknya seperti bintang mempunyai beberapa peran yaitu:

Sebagai perekat antar neuronSebagai tangga yang menuntun neuron yang sedang tumbuh selama masa janinMenginduksi perubahan anatomis dan fungsional pembuluh-pembuluh darah halus di otakBerperan dalam pembentukan jaringan parut otakMenunjang neuron secara metabolic, dengan menyerab glutamate dan GABAMenyerap kelebihan K+dari CES otak. Menyediakan nutrisi esensial yang diperlukan oleh neuron Membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.

Oligodendroglia merupakan sel glia yang bertanggungjawab menghasilkan myelin dalam SSP

6. Saraf Saraf cranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina (tunggal, foramen). Komponen Saraf Kranial Komponen sensorik somatik : N I, N II, N VIIIKomponen motorik somatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XIIKomponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII, N IX, N XKomponen motorik viseral

Eferen viseral merupakan otonom mencakup N III, N VII, N IX, N X. Komponen eferen viseral yang ikut dengan beberapa saraf kranial ini, dalam sistem saraf otonom tergolong pada divisi parasimpatis kranial.Dengan keterangan :N I ( N. Olfactorius)

Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.N II (N. Optikus)

Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer.N III (N. Oculomotorius)

Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mataN IV (N. Trochlearis)

Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata

N V (N. Trigeminus)

Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.N VI (N. Abducens)

Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen.N VII (N. Facialias)

Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah.N VIII (N. Statoacusticus)

Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbanganN IX (N. Glossopharyngeus)

Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah.N X (N. Vagus)

Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharing yang menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.

N XI (N. Accesorius)

Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus. N XII (N. Hypoglosus)

Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi (Price &Wilson, 2006).Otak bisamultitasking karena semua aktivitas tersebut diatur oleh bagian otak yang berbeda (tiap bagian memiliki fungsi yang berbeda). Secara umum, otak manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak (brain stem). Tiap bagian ini terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, di mana masing-masing bagian kecil tersebut terbagi lagi, dan seterusnya. Ruang antar bagian terisi oleh cairan otak (cerebrospinal fluid), sedangkan bagian luarnya terlindungi oleh tiga lapis selaput otak (meninges) dan tulang tengkorak.

Gambar 2.4 Anatomi Sistem PersyarafanSumber: Arif Muttaqin, 2008Tiap bagian otak tersebut bisa terkena tumor/kanker. Walaupun tumor jinak, tapi karena tumbuhnya di otak, bisa menjadi sangat berbahaya. Tumor tersebut dapat mengganggu fungsi dan merusak struktur susunan saraf pusat, karena terletak di dalam rongga yang terbatas (rongga tengkorak).Seiring dengan berkembangnya tumor tersebut, jaringan otak akan semakin tertekan. Padahal volume rongga tengkorak sangat terbatas dan tidak mungkin bertambah besar.Inilah yang menjadikan sakit kepala / pusing sebagai gejala awal kanker otak (Arif Muttaqin, 2008).

B. Landasan Teoritis SOL (Space Occupying Lession)1. Definisi Space Occupying Lession merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intra kranial. ( Long C, 1996).Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas (Long C, 1996). Tumor intracranial meliputi lesi desak ruang jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Klien dengan tumor intracranial datang dengan berbagai gejala yang membingungkan, oleh karena itu penegakan diagnosis menjadi sukar. Tumor intracranial dapat terjadi pada semua umur tidak jarang menyerang anak- anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa pada usia 50-an dan 60-an. (Arif Muttaqin, 2008) Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (M. Askar, 2010).Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster, 2005 : 1183).

2. EtiologiPenyebab dari SOL ini dapat berupa :Malignansi

Meliputi metastase, glioma, meningioma, adenoma pituitary, dan neuroma akustik merupakan 95% dari seluruh tumor.Pada dewasa 2/3 dari tumor primer terletak supratentorial, tetapi pada anak-anak 2/3 tumor terletak infratentorial.Tumor primer umumnya tidak melakukan metastasis dan sekitar 30% tumor otak merupakan tumor metastasis dan 50% diantaranya adalah tumor multipel.

SOL lain meliputi :Hematoma , yang dapat disebabkan trauma.Abses serebral.Amubiasis serebral dan cystiserkosis.Granuloma dan tuberkuloma ( Suzanne c. Smeltzer, 2001).

Faktor ResikoAdapun risiko penyakit dari tumor otak adalah sebagai berikut:Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.TraumaTrauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui (M. Askar, 2010).

3. Manifestasi KlinikGejala klinis dari tumor otak bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi daripada tumor tersebut. Kebanyakan dari gejala klinis yang tampak berhubungan dengan peningkatan tekanan pada atau daerah sekitar otak. Tidak ada ruang di dalam tempurung otak kecuali untuk jaringan otak dan cairannya. Segala bentuk tumor, jaringan tambahan dan cairan yang berlebih dapat menyebabkan gambaran klinis. Pada umumnya tumor intrakranial mempunyai gejala gejala umum dan local (Arif Muttaqin, 2008).

Gejala-gejala umum: Akibat peninggian tekanan intrakranial. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, mual dan muntah, dan papil edema. Nyeri kepala

Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) denganinterval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderitabatuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk.Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis (Arif Muttaqin, 2008).

Mual dan muntah

Mual sebagai gejala satu-satunya kenaikan TIK pada anakterkadang secara keliru ditafsirkan sebagai psikogenik. Muntah terutama timbul pada waktu pagi. Muntah proyektil(menyemprot) mengindikasikan tumor di rongga tengkorak belakang (Arif Muttaqin, 2008). Papiledema (edema papil)

Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus.Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibatpenekanan terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menekan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocepallus (Arif Muttaqin, 2008).Gejala-Gejala Umum Lainnya adalah:Pembesaran kepala: terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial.Gangguan kesadaran: dapat ringan sampai yang berat.Kejang: sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut.Gangguan mental: lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis (Arif Muttaqin, 2008).

Gejala-Gejala Lokal Tumor Batang Otak (Mesencephalon, Pons, Medulla Oblongata)

Tumor pada batang otak dapat memberikan beragam gambaran klinis. Gejala yang paling sering adalah muntah, biasanya setelah bangun, dan jalan yang tidak terkoordinasi dan janggal (ataxic gait). Kelemahan otot pada satu sisi dari wajah menyebabkan senyuman satu sisi ataupun kelopak mata yang jatuh (drooping eyelid). Nyeri pada saat menelan dan gangguan pada tutur bicara (dysarthria) juga merupakan gambaran klinis yang penting. Sebagai tambahan, fungsi dari saraf saraf mata menyebabkan penurunan penglihatan. Nyeri kepala, biasanya setelah bangun tidur, biasa terjadi. Rasa pusing, penurunan pendengaran, memiringkan kepala, kelemahan otot pada satu sisi (hemiparese) dan perubahan tingkah laku dapat terjadi. Gejala gejala ini dapat timbul secara bertahapTumor Sudut Serebelopontin (Tumor Nervus Akustikus)

Gejala awal adalah telinga berdenging (tinnitus). Pada kasus-kasus tertentu disertai rasa berputar (vertigo). Seiring dengan pertumbuhan tumor, gejala lain dapat muncul seperti ketulian, dan gejala-gejala lain yang hampir sama dengan gejala tumor batang otak.Tumor Lobus Frontalis

Gejala umum terdiri dari paralisis satu sisi (hemoplegia), kejang, memori defek, dan perubahan status mental dan tingkah laku. Apabila tumor terletak pada basis lobus frontalis, kehilangan sensasi penciuman (anosmia), gangguan- gangguan penglihatan, dan pembengkakan pada nervus optikus (papiledema) dapat terjadi. Apabila tumor mengenai bagian kanan dan kiri lobus frontalis, perubahan status mental atau tingkah laku dan jalan yang tidak terkoordinasi (ataxic gait) dapat terjadi.Tumor Lobus Parietal

Kejang, gangguan berbicara, dan ketidakmampuan untuk menulis terjadi bila tumor terletak pada bagian dominan (biasanya hemisphere kiri). Gejala lain yaitu adanya disorientasi pada ruangan atau anggota tubuh.Tumor Lobus Oksipital

Gejala umum adalah kebutaan pada satu sisi hemianopsia) dan kejang .Tumor Lobus Temporal

Biasanya tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi, dapat menyebabkan kejang ataupun gangguan berbicara (dysphasia).Tumor Subkortikal

Hemiplegia merupakan gejala umum. Tumor ini sering menginvasi lobus lain pada hemisphere serebral dan menyebabkan timbulnya gejala-gejala lain sesuai dengan lokasi invasi. Apabila tumor tersebur menginvasi thalamus, kehilangan sensasi sentuh dapat terjadi.

Tumor Midline (Craniopharyngioma, Optic Nerve Glioma, Tumors of the Thalamus and Sellar areas)

Timbul gejala gejala peningkatan tekanan intrakranial. Gejala lain adalah nistagmus, perubahan tingkah laku ataupun kesadaran. Sebagai tambahan, gangguan pada fungsi glandular menyebabkan keterlambatan pertumbuhan ataupun pertumbuhan yang terlalu cepat. Dapat terjadi gangguan gangguan keseimbangan air (diabetes insipidus)Tumor Fossa Posterior (Tumors Ventricle IV, Tumor Cerebellar)

Gejala peningkatan tekanan intracranial sering terjadi. Ataxic gait, jalan mengayun dan sempoyongan dapat terjadi. Tremor, dan gangguan koordinasi dan berbicara lainnya adalah gejala yang sering. Iritasi saraf dapat menyebabkan rasa sakit pada belakang kepala.Tumor Infratentorial

Karena letaknya di fosa posterior, maka gejala lokal yang ditemukan ialah Gejala serebelar: berupa ataksia, gangguan koordinasi, nistagmus dan gangguan tonus otot.Gejala batang otak: pada umumnya berat karena pada batang otak terdapat pusatpusat vital serta pusat saraf kranialis.Gejala nervi kranialis: akibat peregangan atau penekanan tumor terutama N.VI, juga N.V, VII, IX dan X

Tumor Supratentorial

Tumor supraselar memberikan gejala utama berupa gangguan penglihatan dan gangguan endokrin/ metabolik.Tumor hemisfer serebri: gejala yang timbul bergantung pada lokalisasi tumor di area/lobus hemisfer, seperti sindroma lobus frontalis atau sindroma lobus temporalis (Wahyu Widagdo, 2008).

Gejala Lokal yang Menyesatkan(False Localizing Features)Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor yang sebenarnya.Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia (frontal ataksia) (M. Askar, 2010).

4. Pemeriksaan Penunjang dan DiagnostikPenyelidikan diagnostik spesifik dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-invasif yang menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang mempergunakan teknik invasif dan yang lebih berbahaya. a. Elektroensefalogram (EEG)Elektroensefalogram (EEG) merekam aktivitas umum elektrik di otak, dengan meletakkan elektroda pada area kulit kepala atau dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan pengkajian fisiologis aktivasi serebral.Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intaserebral dapat dilihat pada ekoensefalogram. Pencitraan radio memperlihatkan area akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Kanker otak, tumor intracranial, Space Occupying Lession (SOL) maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. (Arif Muttaqin, 2008)Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.b. Ekoensefalogram Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.c. Foto rontgen polos Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering digunakan untuk mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL (space occupying lession). (Arif Muttaqin, 2008)d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetik untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto magnetik (nucleus hidrogen) di dalam tubuh seperti magnet-magnet kecil di dalam medan magnet. Setelah pemberian getaran radio frekuensi, foto memancarkan sinyal-sinyal, yang diubah menjadi bayangan. MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan abnormal serebral dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostik lainnya. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada dokter dalam memantau respons lesi terhadap pengobatan.Pemindaian MRI membarikan gambaran grafik dari struktur tulang, cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor kecil, ganas, atau sindrom infrak dini (Arif Muttaqin, 2008).e. Computerized Tomografi (CT Scan)CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita Space Occupying Lession (SOL). Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi lesi yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranii. Gambaran CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL), umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya SOL dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis SOL akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.Penilaian CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL): Tanda proses desak ruang:Pendorongan struktur garis tengah otakPenekanan dan perubahan bentuk ventrikel (Hacke W. dan Kramer H., 1991).

f. Angiografi serebralAngiografi serebral adalah proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x terhadap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikkan ke dalam arteri yang dipilih.Angiografi serebral merupakan pilihan terakhir jika dengan pemeriksaan CT scan dan MRI, diagnosis masih belum bisa ditegakkan (Hacke W. dan Kramer H., 1991).Angiografi memberi gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor. Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukkan kateter melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan langsung pada arteri karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri brakialis dengan zat kontras. (Arif Muttaqin, 2008).g. RadiogramMemberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi selatursika (Hacke W. dan Kramer H., 1991).h. Sidik otak radioaktif Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Space Occupying Lession (SOL) mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif (Hacke W. dan Kramer H., 1991).Biopsi stereotaktik bantuan-komputer (tiga dimensi)Biopsi stereotaktik digunakan untuk mendiagnosis kedudukan lesi yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

5. PENATALAKSANAAN MEDISModalitas pengobatan pada kanker secara umum terbagi dua, yaitu terapi lokal berupa pembedahan dan radiasi, dan terapi sistemik. Jenis terapi sistemik pada kanker adalah kemoterapi dengan sitotoksik, terapi hormonal, terapi biologi.Pembedahan.

Craniotomi

Menurut Brown CV, Weng J (2001), Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak. Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI, Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Sedangkan menurut Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, Craniotomi adalah prosedur untuk menghapus luka di otak melalui lubang di tengkorak (kranium). Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Craniotomi adalah Operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka yang ada di otak.Tujuan Craniotomi adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang paling umum dilakukan untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga dilakukan untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk mengendalikan perdarahan dari pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma serebral), untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal dari pembuluh darah), untuk menguras abses otak, untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak, untuk melakukan biopsi, atau untuk memeriksa otak (Brown CV, Weng J, 2001).Radiotherapi

Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang (Aru W. Sudoyo, 2006).Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit (Aru w. Sudoyo, 2006).Beberapa bentuk terapi radiasi:Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama beberapa minggu. Memberikan dosis total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan sehat di daerah tumor. Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga kali sehari, bukan jumlah yang lebih besar sekali sehari. Efek samping dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual, muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di lokasi radiasi, sakit kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi) (Aru w. Sudoyo, 2006).Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen kimia yang biasanya digunakan untuk terapi kanker. Dasar pengobatan yaitu perbedaan antara sel kanker dan sel normal terhadap reaksi pengobatan sitostatika yang diberikan sendiri-sendiri atau secara kombinasi (Aru w. Sudoyo, 2006).Obat-obat untuk terapi kanker terdiri dari beberapa kelas obat, yaitu golongan antibiotika, hormon, antimetabolit, alkaloid nabati / alkaloid vinka dan agen alkilasi 4 (Aru w. Sudoyo, 2006).Mekanisme kerja masing masing golongan adalah sebagai berikut :Alkilator (Agen Alkilasi) alkilasi DNA.

Cara kerja: melalui pembentukan ion karbonium yang sangat reaktif. Yang termasuk golongan alkilator adalah :1.1. Mekloretamin1.2. Siklofosfamid1.3. Klorambusil1.4. BusulfanII. AntimetabolitCara kerja : menggantikan purin / pirimidin dalam pembentukan menghambat sintesis DNA. Yang termasuk golongan nukleosida antimetabolit adalah :SitarabinMetotreksat (MTX)Merkaptopurin

III. Alkaloid Nabati (Alkaloid Vinka)Cara kerja : berikatan dengan tubulin (komponen protein mikrotubulus), mitosis terhenti yang merupakan bagian penting dari micotic spindle dalam metafase. Yang termasuk golongan alkaloid nabati adalah : Vinkristin Vinblastin

IV. AntibiotikaDaunorubisin dan Doksorubisin (Adriamisin)

Cara kerja : Interkalasi dengan DNA -rantai DNA putusBereaksi dengan sitokrom p450 reduktase - reaksi dengan O2 - menghasilkan radikal bebas -sel hancur

Aktinomisin-D (Daktinomisin)

Cara kerja :Interkalasi antara guanin dan sitosin pada 2 rantai DNA (double stranded DNA)Menghambat sintesis RNA yang dependen terhadap DNA (terutama ribosomal DNA)

BleomisinCara kerja : Membentuk kompleks dengan Fe - berikatan dengan DNA - terbentuk radikal bebas - rantai DNA putus (single and double stranded) dan sintesis DNA terhambat.

Efek samping dari kemoterapi, antara lain: mual dan muntah, sariawan, kehilangan nafsu makan, rambut rontok, dan banyak lainnya. Untuk menangani efek samping dari kemoterapi, diskusikan hal ini dengan dokter Anda.(Aru w. Sudoyo, 2006).

KomplikasiKomplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique (Bullock, 1996).

Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan berbagai tes.Di antaranya adalahSickness Impact Profile,Minesota Multiphasic Personality Inventory(MMPI), danMini mental State Examination(MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi (Bullock, 1996).Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini kita mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal. Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan yang mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.Disfagia merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi. Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan dengan dispepsia karenaspace occupying processdan kemoterapi yang menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih cair/lunak) (Bullock, 1996).Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan pergerakan sendi (Bullock, 1996).WOC (Web Of Caution)Terlampir

C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Data KlinisNama:No. Rekam Medik:Usia:Jenis Kelamin:LILA:Suhu:Nadi:Tekanan Darah:Tanggal:Waktu kedatangan : orang yang dihubungi:Telepon:Catatan kedatangan:Kursi roda:Ambulans:Brankar:Alasan Dirawat di Rumah Sakit:Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala hebat yang progresif, mual muntah , dan kejang (Siti Rochani, 2000).

b. Riwayat Kesehatan1) Riwayat Kesehatan SekarangPasien mengatakan nyeri kepala yang biasanya lama, mual muntah secara progresif, kejang, penurunan nafsu makan, BB menurun, pasien juga mengalami gangguan kesadaran, kebingungan, hilang keseimbangan, inkoordinasi, pucat, gangguan menelan, gangguan pada penglihatan, bau dan rasa, perubahan pada tekanan darah, perubahan frekuensi jantung (bradikardi atau tachicardi). Klien juga mengatakan badannya terasa lemah, letih, dan kaku. Pasien juga mengatakan susah untuk tidur karena nyeri yang dirasakan (Siti Rochani, 2000).Riwayat Kesehatan DahuluPasien pernah memiliki riwayat cidera kepala, pernah terpapar zat-zat kimia tertentu seperti pestisida, nitro-ethil-urea, pernah terkena sinar radiasi yang berlebihan, dan terinfeksi oleh virus yang menyerang sistem syaraf pusat. Selain itu pasien juga memiliki riwayat nyeri kepala yang sudah belangsung lama (Hendro Susilo, 2000).

Riwayat Kesehatan KeluargaPasien memiliki riwayat tumor pada keluarga, dan penyakit yang mendahului dari Space Occupying Lession ini yaitu sklerosis TB, dan penyakit neurofibromatosis (Hendro Susilo, 2000).

c. 11 Pola Fungsi Gordon1. Pola Persepsi dan Managemen kesehatanPada pasien dengan Space Occupying Lession, terjadi perubahan persepsi dan penanganan kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang dampak dari SOL ini sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap dirinya, stress, perubahan tingkah laku, kepribadian, mudah tersinggung dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan yang lama, untuk itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.Pada pasien ini biasanya akan mengalami nyeri kepala yang progresif, mual-muntah yang merupakan gambaran umum klien. Dengan kondisi seperti di atas klien akan mengatasi nyeri kepalanya dengan membeli obat anti nyeri di warung. Setelah nyeri sembuh klien kemungkinan tidak akan mengonsumsi obat lagi. Klien atau keluarga akan pergi ke pelayanan kesehatan setelah masalah kesehatan dari klien tidak teratasi lagi di rumah.

2. Pola Nutrisi dan MetabolikPada pasien dengan Space Occupying Lession terjadi nafsu makan menurun, adanya mual muntah selama fase akut (muntah bisa saja proyektil) yang disebabkan oleh kompresi pada medulla oblongata, kehilangan sensasi pada lidah, pipi, dan tenggorokan, dan disertai dengan gejala kesulitan menelan (disfagia) yang disebabkan oleh gangguan pada reflek palatum dan faringeal.Pada pasien ini biasanya juga terjadi penurunan berat badan yang signifikan, penurunan lemak sub kutan, penurunan masa otot, karena intake yang tidak adekuat. Dari pemeriksaan konjungtiva tampak anemis, Hb turun, klien bisa mengalami anemia. Sedangkan, intake cairannya juga bisa berkurang disebabkan klien malas untuk minum yang akan menyebabkan demam yang lebih tinggi yaitu hipertermi mencapai 40 0C, turgor kulit tidak elastis, konsentrasi urin pekat. Pada fase demam denyut nadi perifer kuat dan cepat, kulit hangat, pucat dan lembab, terjadi hipovolemia.

3. Pola EliminasiPada pasien ini biasanya terjadi perubahan pola berkemih, dan buang air besar, inkotinensia kandung kemih dan usus mengalami gangguan fungsi.

Dan bising usus negatif yang disebabkan oleh tumor mengenai area di enchepalon yaitu pada bagian hipotalamus.4. Pola Latihan dan AktifitasKelelahan, keletihan, kaku, inkoordinasi, dan kehilangan keseimbangan mengakibatkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal. Pasien juga mengalami gangguan tonus otot sehingga terjadi kelemahan otot/penurunan kekuatan otot, gangguan tingkat kesadaran, letargi, Hemiparise, quadriplegi, ataxia yang menyebabkan gangguan koordinasi.Dan pasien sering mengeluh nyeri kepala pada saat berkativitas yang dipicu oleh peningkatan tekanan darah. Klien juga mengeluh nafas pendek pada istirahat dan aktivitas yang ditandai dengan penurunan ke dalaman pernapasan.5. Pola Kognitif dan PersepsiPasien dengan Space Occupying Lession biasanya mengalami gejala pusing, sakit kepala, kelemahan, tinitus, afasia motorik, amnesia, vertigo, synkop, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pada ekstremitas, serta gangguan pengecapan dan penghidu.Dan tanda dari perubahan pola kognitif dan persepsi adalah perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitif terhadap gerakan.6. Pola Istirahat dan tidurTerdapat perubahan istirahat dan tidur, yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti cemas, sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda-beda dan biasanya lama. Dan pada pasien ini bisa terjadi susah untuk tidur atau malah sebaliknya mudak tertidur, hal ini disebabkan oleh tumor mengenai area dienchepalon (otak tengah) yang mengakibatkan impuls dari aras ke korteks serebri terganggu dan dapat terjadi penurunan aktifitas sehingga pasien mudah untuk tertidur, dan peningkatan aktifitas sehingga pasien susah untuk tidur.7. Pola Konsep diri-Persepsi DiriAdanya perubahan pada fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri: rasa terisolasi, harga diri: harga diri rendah, dan mekanisme koping yang destruktif : kurang percaya diri, perasaan tidak berdaya, dan putus asa, disertai dengan emosi labil dan kesulitan untuk mengungkapkannnya.Selain itu, adanya kecemasan, ketakutan, bersifat passive, sering mengeluh, ekspresi wajah meringis, merasa tak berdaya8. Pola Peran dan HubunganBiasanya pasien mengalami masalah dalam bicara, dan ketidakmampuan dalam berbicara sehingga hubungan teman tetangga dan orang lain merasa terasing, dan tidak dapat melakukan aktifitas sosial. Dan klien merasa dengan orang terdekat sering merasa jauh dan ketidakadekuatan sistem pendukung.Namun demikian, untuk hubungan dengan keluarga dan masyarakat sangat diperlukan klien untuk dukungan psikologis bagi klien sehingga klien bisa cepat sembuh, terutama dukungan keluarga atau orang terdekat.9. Pola Seksualitas/ReproduksiAdanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas sehingga dampak pada hubungan perubahan tingkat kepuasan. Selain itu pada wanita, haid sering terganggu karena Hb Menurun.10. Pola Pertahanan diri (Coping-Toleransi Stres )Lamanya perawatan, perjalanan penyakit yang kronis, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa perasaan marah, cemas, takut, tidak sabaran, dan mudah tersinggung.11. Pola Keyakinan dan NilaiAdanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibada penderita (Arif Muttaqin, 2008 ; Smeltzer & Suzanne, 2001).Pengkajian fisikPemeriksaan Vital SignsYang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan Space Occupying Lession biasanya terjadi perubahan jika terjadi kompresi pada medulla oblongata (TD akan meningkat, dan Pernafasan akan terjadi penurunan frekuensi). Nadi menurun berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pda Vasomotor, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika tumor mengenai area hipotalamus.

Pemeriksaan KulitJika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis.

Pemeriksaan LeherBiasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH20

Pemeriksaan Dada (Thorak)Pada pernafasan terdapat perubahan irama pernafasan, dyspnea, dan potensial obstruksi jalan nafas.

Pada keadaan lanjut yang disebabkan oleh adanya kompresi medulla oblongata didapatkan adanya penurunan pernafasan, dan kegagalan pernafasan (apnea).Pada pasien dengan penurunan kesadaran, pada auskultasi ditemukan suara nafas ronchi (+).Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Tekanan darah biasanya meningkat dan heart rate turun yang disebabkan oleh peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor.

Pemeriksaan AbdomenDiadapatkan bising usus klien biasanya menurun atau bisa negatif yang disebabkan oleh tumor mengenai area dienchepalon yaitu pada bagian hipotalamus.

Pemeriksaan inguinal, genetalia, anusKadang terdapat incontinensia atau retensio urine

Pemeriksaan MuskuloskeletalAdanya kerusakan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelumpuhan, kehilangan sensori, kehilangan keseimbangan, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

Pada klien dengan dengan Space Occupying Lession akan terjadi penurunan gerakan rentang sendi.Pemeriksaan EkstremitasTerjadi penurunan kekuatan otot yang disertai dengan kekakuan baik pada ekstremitas superior maupun ekstremitas inferior (Smeltze & Suzanne, 2001).

Pemeriksaan NeurologiGCS (Tingkat Kesadaran)Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitive untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran (Arif Muttaqin, 2008).

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantuan pemberian asuhan keperawatan (Widagdo Wahyu, 2008).Pemeriksaan Tingkat Kesadaran dengan menggunakan GCS:EYE (RESPON MEMBUKA MATA) :(4) : Spontan(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).(2) :Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)(1) : Tidak ada responVERBAL (RESPON VERBAL) :(5) : Orientasi baik(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)(2) : Suara tanpa arti (mengerang)(1) : Tidak ada responMOTOR (RESPON MOTORIK) :(6) : Mengikuti perintah(5) :Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)(4) : With draws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).(1) : Tidak ada respon (Widagdo Wahyu, 2008).

Nilai GCS :Compos mentis : E 4 M 6 V 5 15Apatis : E 4 M 6 V 4 14Somnolen : E 4 M 5 V 3 12Soporos : E 2 M5 V 2 9Coma : E 2 M 2 V 1 5Coma dalam : E 1 M 1 V 1 3

(Widagdo Wahyu, 2008).b. Fungsi SerebriStatus mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara, dan observasi ekspresi wajah klien, aktivitas klien, aktivitas motorik pada klien tumor intracranial tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan (Arif Muttaqin, 2008).Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu kesukaran mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata (Arif Muttaqin, 2008).Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis : didapatkan bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi (Arif Muttaqin, 2008).

c. Pemeriksaan Saraf CranialNervus I (N. Olfactorius)

Pada klien Space Occupying Lession yang tidak mengompresi saraf ini tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.Nervus II (N. Optikus)

Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual.Nervus III, IV, VI (N. Okulomotorius, Trochlearis, Abdusen)

Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf IV memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformeNervus V (N. Trigeminus)

Pada keadaan tumor intracranial yang tdak mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.Nervus VII (N. Fasialis)

Persepsi penngecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.Nervus VIII (N. Auditorius)

Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.Nervus IX dan X (N. Glossopharingeus dan Vagus)

Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulutNervus XI (N. Accesorius)

Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoid dan trapeziusNervus XII (N. Hipoglosus)

Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecapan normal (Widagdo Wahyu, 2008).

d. Pemeriksaan Sistem motorikLesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan (keseimbangan dan koordinasi). Gangguan ini bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling sering dijumpai kurang menyolok tapi memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebelum yaitu hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan ciri khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis (Widagdo Wahyu, 2008).

Penilaian status motorik dilakukan dengan melihat :1. Fungsi motoris dengan menilai : Besar dan bentuk otot, tonus otot dan kekuatan otot ekstremitas (skala 0 5)0 = tidak ada gerakan1 = kontraksi otot minimal terasa tanpa menimbulkan gerak2 = otot dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan3 = gerakan otot dapat melawan gaya berat tapi tidak bisa thd tahanan pemeriksa4 = gerakan otot dg tahanan ringan pemeriksa dan dapat melawan gaya berat5 = gerakan otot dg tahanan maksimal pemeriksa (Hendri Budi, 2010)

e. Pemeriksaan Sistem SensoriMungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada pasien dengan Space Occupying Lession. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Lokasi nyeri kepala cukup bernilai oleh karena sepertiga dari nyeri kepala ini terjadi pada tempat tumor sedangkan dua pertiga lainnya terjadi didekat atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada tumor fosa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh maka nilai lokasinya kecil dan pada umumnya menunjukkan pergeseran ekstensif kadungan intracranial yang meningkatkan intracranial. Tumor pada lobus parietal korteks sensori perietalis mengakibatkan hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua-titik, grafestasia, kesan posisi, dan stereognosis (Arif Muttaqin, 2008).

f. Pemeriksaan Tanda MeningealBila ada peradangan selaput otak atau di rongga sub arachnoid terdapat benda asing seperti darah, maka dapat merangsang selaput otakTanda Rangsang Meningeal pada pasien Space Occupying Lession: Kaku kuduk(+)(Arif Muttaqin, 2008).Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal yaitu:Kaku kuduk

Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan dengan cara :Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring

Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.

Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.

Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada.

Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat, kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.

Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami waktu menekukkan kepala.Tanda laseque

Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :Pasien berbaring lurus,

Lakukan ekstensi pada kedua tungkai.

Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di fleksikan pada sendi panggul.

Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus.

Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit atau tahanan.

Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita mencapai 70 oTanda Kerniq

Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :Pasien berbaring lurus di tempat tidur.

Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut 90o,

Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.

Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135 o, antara tungkai bawah dan tungkai atas.

Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut 135oTanda Brudzinsky I

Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :a. Pasien berbaring di tempat tidur. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.

Tanda Brudzinsky II

Pemeriksaan dilakukan seagai berikut :Pasien berbaring di tempat tidur.

Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan lurus.

Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi perhatikan apakah ada kelumpuhan pada tungkai.

Pemeriksaan Refleks1) Pemeriksaan Reflek PatologisBabinsky

Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari, timbul dorso fleksi ibu jari dan pemekaran jari-jari lainnya.ChadockTanda babinsky akan timbul dengan menggores punggung kaki dari arah lateral ke depanOpenheimMengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah dari lutut menyusur kebawah (+ = babinsky)GordonOtot gastroknemius ditekan (+ sama dengan Babinski)ScahaeferTanda babinski timbul dengan memijit tendon AchilesRosollimoMengetok bagian basis telapak jari kaki (+) fleksi jari-jari kakiMendel Rechterew

Mengetok bagian dorsal basis jari kaki. (+) fleksi jari kakiHoffman Trommer

Positif timbul gerakan mencengkram pada petikan kuku jari telunjuk atau jari tengah (Hendri Budi, 2010)Reflek fisiologis

Terdapat perubahan pada reflek tendon : hiporefleksia atau hiperefleksia (Arif Muttaqin, 2008).Cara menilai reflex fisiologis :Evaluasi respon klien dengan menggunakan skala 0-40 = tidak ada respon1 = Berkurang2 = Normal3 = Hiperreflek4 = HiperreflekMinta klien untuk rileks, menarik nafas panjang sebelum memulai pemeriksaanRefleks Biceps

Minta klien duduk dengan rileks dan meletakkan kedua lengan

di atas pahaDukung lengan bagian bawah klien dengan tangan non dominanLetakkan ibu jari lengan non dominan di atas tendon bicepPukulkan refleks Hammer ibu jari pemeriksaObservasi kontraksi otot bicep (fleksi siku)

Refleks triceps

Dukung siku klien dengan tangan non dominan

Pukulkan reflex hammer pada prosesus olecranonObservasi kontraksi otot tricep (ekstensi siku)

Reflek Patella

Minta klien duduk dengan kaki fleksiPalpasi lokasi patellaKetuk refluks patella dengan reflek hammerObservasi ekstensi tungkai bawah dan kontraksi otot quadrisep

Refleks brachioradialis

Minta klien duduk dan meletakkan tangan di atas paha dengan posisi pronasiPukulkan reflex hammer di atas tendon (kira-kira 2-3 inci dari pergelangan tangan)Observasi fleksi dan supinasi telapak tangan (Hendri Budi, 2010).

Pemeriksaan PenunjangElektroensefalogram (EEG)

Kanker otak, tumor intracranial, Space Occupying Lesion (SOL) maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. (Arif Muttaqin, 2008)Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang (Aru w. Sudoyo, 2006).Ekoensefalogram

Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral (Aru w. Sudoyo, 2006).Foto rontgen polos

Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering digunakan untuk mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL (space occupying lesion). (Arif Muttaqin, 2008).Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemindaian MRI membarikan gambaran grafik dari struktur tulang, cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor kecil, ganas, atau sindrom infrak dini. (Arif Muttaqin, 2008)Computerized Tomografi (CT Scan)

CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita Space Occupying Lesion (SOL). Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi lesi yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL), umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya SOL dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis SOL akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.Penilaian CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL): Tanda proses desak ruang:Pendorongan struktur garis tengah otakPenekanan dan perubahan bentuk ventrikel (Aru w. Sudoyo, 2006).Angiografi serebral

Angiografi serebral merupakan pilihan terakhir jika dengan pemeriksaan CT scan dan MRI, diagnosis masih belum bisa ditegakkan. (Hacke W. dan Kramer H., 1991).Angiografi memberi gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor.Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukkan kateter melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan langsung pada arteri karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri brakialis dengan zat kontras. (Arif Muttaqin, 2008)Radiogram

Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi selatursika (Arif Muttaqin, 2008)Sidik otak radioaktif

Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Space Occupying Lesion (SOL) mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif (Arif Muttaqin, 2008)Biopsi stereotaktik bantuan-komputer (tiga dimensi)

Biopsi stereotaktik digunakan untuk mendiagnosis kedudukan lesi yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

Diagnosa Keperawatan, Nursing Outcomes (NOCs), dan Nursing Interventions (NICs)Risiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

Definisi: Risiko penurunan sirkulasi jaringan cerebralFaktor resiko/faktor yang berhubungan :Tumor otakTrauma kepalaHiperkolesterolemiaHipertensiNeoplasma otakPenyalahgunaan zat kimia

(Sumber : John Wiley & Sons, 2011)NOCs (Nursing Outcomes) : Kemampuan kognitif yang membaik

Definisi: kemampuan untuk melaksanakan proses mental secara kompleksIndikator:Berkomunikasi dengan jelas sesuai umur Perhatian baikKonsentrasi baikOrientasi baikMenunjukkan ingatan segeraMenunjukkan ingatan lama ( masa lalu)Mempertimbangkan alternative ketika membuat keputusanMembuat keputusan dengan tepat

Status neurological (status mental)

Indikator:Fungsi neurological kesadaran dalam keadaan normalTekanan intracranial dalam batas normalKomunikasi normalUkuran pupil normalTanda- tanda vital dalam batas normalPola tidur-istirahat baik

Status neurological kesadaran

Indikator:Membuka mata terhadap stimuli eksternalOrientasi kognitifKomunikasi tepat sesuai situasiMengikuti perintah dengan baik (Sue Moorhead,dkk, 2008)

Nursing Interventions (NICs):Monitoring tekanan intracranial

Aktivitas:Membantu pemasangan alat monitoring TIKMonitor TIK pasien dan respon neurologis unutk aktivitas perawatanMonitor intake dan outputMonitor suhu dan hitung darah lengkapPosisikan pasien dengan sudut elevasi kepala 300 sampai 450 dan leher dalam posisi netralKurangi stimulus lingkunganBeri asuhan keperawatan untuk mengurangi peningkatan TIKLaporkan kepada dokter jika terjadi peningkatan TIK dan tidak adanya respon terhadap pengobatan

Monitoring neurologis

Aktivitas:Monitor ukuran pupil,bentuk,kesimetrisan, dan reaktivitasMonitor tingkat kesadaranMonitor tingkat orientasiMonitor GCSMonitor memori baru saja terjadi, rentang perhatian,memori masa lalu, mood,tingkah lakuMonitor tanda-tanda vital temperature, tekanan darah, nadi dan pernapasanMonitor status respirasi ABG level, pulse oximetry, kedalaman, pola,kecepatan dan usaha Monitor ICP dan CPPMonitor reflek korneaMonitor respon BabinskyMonitor respon pengobatanHindari aktivitas yang meningkatkan tekanan intracranial

Monitor Tanda-tanda vital

Aktivitas:Monitor tekanan darah,nadi,suhu dan pernapasan,jika diindikasikanCatat adanya fluktuasi tekanan darahMonitor tekanan darah pada saat pasien tidur, duduk dan berdri, sebelum dan sesudah Perubahan posisi jika diindikasikanMonitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika memungkinkanMonitor adanya tanda dan gejala hipotermi dan hipertermiMonitor kualitas nadiJika perlu, periksa nadi apical dan radial secara simultan dan catat perbedaannyaMonitor kuat- lemahnya tekanan nadiMonitor irama dan frekuensi jantungMonitor bunyi jantungMonitor frekuensi dan irama nafasMonitor pulse oximetryMonitor adanya abnormalitas pola napas (seperti CheynesStokes, Kussmaul, Biot).Monitor warna, suhu, dan kelembaban kulitMonitor adanya sianosis sentral dan periferMonitor adanya Trias Chusing (kedalaman tekanan nadi, bradikardi, peningkatan tekanan darah sistolik)Identifikasi penyebab terjadinya perubahan tanda-tanda vital (Gloria M. Bulecheck, dkk, 2008).

Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi: Asupan nutrisi tidak mencukupi unutk memenuhi kebutuhan metabolic Karakteristik terdefinisi:Konjunctiva dan membrane mukosa pucatTidak mampu mengunyah makananTonus otot burukLemah otot untuk menelan dan mengunyahKurangnya minat terhadap makananPerubahan sensasi rasaPenurunan lemak subkutan, dan massa ototKeengganan untuk makanMelaporkan intake makanan yang kurang dari kebutuhan kecukupan giyi harian

(Sumber : John Wiley & Sons, 2011) Faktor yang Berhubungan:Faktor biologisKetidakmampuan mengabsorbsi makananKetidakmampuan mencerna makananKetidakmampuan memasukkan makanan

Nursing Outcomes (NOCs): Nafsu makan membaik

Indikator:Keinginan untuk makanRasa senang terhadap makananAsupan makananAsupan cairanRangsangan untuk makan

Status nutrisi

Indikator:Asupan nutrisiAsupan makananAsupan cairanTonus otot

Status nutrisi yang adekuat: asupan makanan dan cairan

Indikator:Asupan makanan secara oralAsupan makanan lewat pipa (NGT)Asupan cairan secara oralAsupan cairan secara IVAsupan nutrisi secara parenteral (Sue Moorhead,dkk, 2008)

Nursing Interventions (NICs): Manajemen nutrisi

Aktivitas:Menanyakan apakah pasien mempunyai alergi terhadap makananMemastikan pilihan makanan pasienMenetukan kolaborasi dengan ahli diet yang tepat, jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkanAnjurkan asupan kalori yang tepat sesuai dengan tipe tubuh dan gaya hidupAnjurkan peningkatan asupan protein, iron, dan vitamin C secara tepatMonitor kandungan dan kalori dari asupan nutrisiPantau berat badan pasien

Monitor Nutrisi

Aktifitas:Spesifikasikan interval berat badan pasienMonitor kehilangan dan penambahan berat badanMonitor lingkungan tempat makanMonitor turgor kulit secara tepatMonitor mual dan muntahMonitor albumin, total protein,Hb,dan HtMonitor limfosit dan elektrolitMonitor energy, malaise, kelelahan,dan kelemahanMonitor pucat,kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtivaMonitor asupan nutrisi dan kalori (Gloria M. Bulecheck, dkk, 2008)

Nyeri Kronik

Definisi: Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau perlahan dari intesitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri lebih dari 6 bulan.Karakteristik Terdefinisi:AnoreksiaPerubahan pola tidurDepresiMuka topeng (seperti : kontak mata kurang, gerakan berpindah-pindah, meringis)Fatigue/ kelelahanFocus menyempit (kerusakan focus berfikir, penurunan interaksi dengan orang lainTingkah laku berhati-hatiGerakan untuk melindungiMudah marahMengurangi interaksi dengan orang lainGelisahTingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis)Fokus pada diri sendiriMelaporkan nyeri secara verbal

Faktor yang berhubungan: Ketidakmampuan fisik secara kronikKetidakmampuan psikososial kronik

(Sumber : John Wiley & Sons, 2011)Nursing Outcomes (NOCs):Kontrol Nyeri membaikIndikator:

Serangan nyeri berkurang/ hilangMenggambarkan factor penyebabRekomendasi penggunaan analgesic

Tingkatan NyeriIndikator :

Nyeri berkurang/ hilangEkspesi wajah terhadap nyeriKegelisahan (-)Mudah marah (-)Diaphoresis/ berkeringat banyak (-)Nausea (-)Pernafasan dalam batas normal (N: 16-24 x/i)Nadi dalam batas normal (N : 60-90x/i)

Kepuasan pasien ; Manajemen nyeriIndikator :

Kontrol nyeriAdanya control terhadap level nyeri secara teraturAdanya monitor terhadap efek samping pengobatanMelakukan tindakan untuk mengurangi nyeriMemberikan informasi tentang pembatasan aktivitas (Sue Moorhead,dkk, 2008)

Nursing Interventions (NICs):Manajemen NyeriAktivitas :

Melakukan penilaian terhadap nyeri seperti : lokasi, karakteristik, lama/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor yang meningkatkan nyeri.Kaji ketidaknyamanan secara non verbal, seperti ketidakmampuan pasien untuk berkomunikasi dengan efektifPastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesicGunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeriMenggali pengetahuan dan kepercayaan pasien terhadap nyeriPertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeriTentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup sehari-hari ( seperti : tidur,nafsu makan, aktivitas, kesadaran, perasaan, hubungan sosial, penampilan kerja,dan melakukan tanggung jawab sehari-hari)Menggali factor yang meningkatkan nyeriEvaluasi pengalaman pasien atau keluarga terhadap nyeri kronik atau yang mengakibatkan cacatEvaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah dilakukanBantu pasien dan keluarga mencari dan menyediakan dukunganGunakan metode penilaian yang berkembang untuk memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi factor actual dan potensial dalam mempercepat penyembuhanTentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana keperawatanMenyediakan informasi tentang nyeri,contoh : penyebab nyeri, bagaimana kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedurMengontrol factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (suhu ruangan, pencahayaan, keributan)Mengurangi faktor yang dapat meningkatkan nyeri (ketakutan, kelelahan, sifat membosankan, kurang pengetahuan)Mempertimbangkan kesediaan pasien dalam berpartisipasi, kemampuannya dalam berpartisipasi, pilihan yang digunakan, dukungan lain dalam metoda dan kontraindikasi dalam pemilihan strategi mengurangi nyeriPertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih metode mengurangi nyeriAjarkan pasien mengenai prinsip manajemen nyeriMengajarkan pasien menggunakan teknik nonfarmakologi (seperti : biofeddback, hipnosis, relaksasi, terapi music, distraksi, terapi bermain, acupressure, aplikasi hangat/dingin, dan pijatan) sebelum,sesudah,dan jika memungkinkan selama puncak nyeri sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan sepanjang nyeri itu masih terukurDorong pasien untuk menggunakan pengobatan nyeri yang adekuatKolaborasikan dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan metoda dalam mengatasi nyeri secara non farmakologi.Menggunakan Patient- Controlled Analgesia (PCA)Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum menjadi menyakitkanMonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri yang diberikan dalam interval yang ditetapkan

Pemberian AnalgesikAktivitas :

Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas dan hebatnya nyeri sebelum mengobati pasienCek order medis mengenai obat,dosis dan frekuensi analgesic yang diberikanCek riwayat alergi obatEvaluasi kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam pemilihan analgesic rute, dan dosis yang melibatkan pasien, bila diperlukan.Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat analgesic narkotik dengan dosis pertama, atau catat jika ada tanda yang tidak biasa munculBerikan perawatan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain untuk menimbulkan relaksasi untuk memfasilitasi respon pasien terhadap analgesikBerikan pengobatan analgesic untuk pencegahan puncak dan selama kerja analgesia khususnya untuk nyeri yang hebat.Evaluasi keefektifan analgesik pada interval yang sering dan teratur setelah masing-masing pemberian, tapi khususnya setelah dosis awal, observasi juga tanda dan gejala dari efek negative (depresi pernapasan,mual,muntah, mulut kering dan konstipasi) (Gloria M. Bulecheck, dkk, 2008)

4. Resiko cedera Definisi : Suatu kondisi individu yang beresiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan. Faktor resiko/ Faktor yang berhubungan :Eksternal :

Biologis (tingkat imunisasi di komunitas,mikroorganisme)Kimia (misalnya : racun,polutan,obat-obatan,agen farmasi, alcohol, nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna)Orang (agen noskomial, pola penumpukan, pola-pola kognitif, afektif, afektif, dan psikomotor)Jenis trasnsportasiNutrisi (vitamin, jenis makanan)Fisik (desain, struktur, dan penataan komunitas, bangunan, dan perlengkapan).

Internal

Profil darah yang abnormal (leukositosis atau leucopenia, perubahan factor penggumpalan darah, trombositopenia, menurunnya kadar hemoglobin)Disfungsi biokimiaUsia perkembangan (psikologis, psikososial)Disfungsi efektorPenyakit imun/autoimunDisfungsi integratifMalnutrisiFisik (kulit terkelupas, perubahan mobilitas)Psikologis (orientasi afektif)Disfungsi sensoriHipoksia jaringan

(Sumber : John Wiley & Sons, 2011)Nursing Outcomes (NOCs): Status Neurologis dalam batas normal Indikator :

Fungsi neurological :kesadaran baikFungsi neurological : sensori cranial/fungsi motorFungsi neurological : otonomTekanan intrakaranial dalam batas normalKomunikasi baikUkuran pupil normalReaktivitas pupilPola pergerakan mata normalPola nafas efektifTanda-tanda vital dalam batas normalPola tidur-istirahat

Deteksi Resiko

Indikator :Mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan resikoIdentifikasi resiko kesehatan potensialMencari validasi resiko yang dirasakanMemperoleh pengetahuan riwayat keluargaPenggunaan sumber untuk tetap menginformasikan tentang resiko potensialPenggunaan pelayanan keperawatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

Perilaku keamanan : pencegahan jatuh

Indikator :Koreksi menggunakan alat bantuPerlengkapan bantuan pribadiPenempatan penghalang untun mencegah jatuhPenggunaan restrain bila dibutuhkanKegelisahan dan ketidaktenangan yang terkontrolPenggunaan keputusan mengoreksi penglihatanPenggunaan prosedur keamananKompensasi keterbatasan fisik (Sue Moorhead,dkk, 2008)

Nursing Interventions (NICs) :Manajemen lingkungan

Aktivitas :Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasienIdentifikasi kebutuhan keamanan pasienPindahkan benda-benda berbahaya dari sekitar pasienPindahkan benda-benda beresiko dari lingkungan pasienSediakan ruang rawat sendiriSediakan tempat tidur yang nyaman dan bersihPosisikan tempat tidur agar mudah terjangkauKurangi stimulus lungkunganSesuaikan temperature lingkungan menurut kebutuhan pasienAtur pencahayaan untuk efek terapiBatasi pengunjung

Manajemen Lingkungan : Keamanan

Aktivitas :Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien berdasarkan level fisik dan fungsi kognitif sesuai riwayat kebiasaan sebelumnyaIdentifikasi benda-benda beresiko di lingkunganPindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan pasienModifikaasi lingkungan untuk meminimalisir bahaya dan resikoSiapkan pasien dengan nomor telp emergensiKolaborasikan dengan petugas lain untuk meningkatkan keamanan lingkungan

Pencegahan Jatuh

Aktivitas :Identifikasi deficit kognitif atau fisik pasien yang berpotensi untuk jatuhIdentifikasi karakteristik lingkungan yang meningkatkan potensi jatuh (seperti lantai licin)Monitor gaya, keseimbangan berjalan dan kelemahan daya ambulansiBerikan peralatan penunjang (seperti alat bantu jalan) untuk mengokohkan jalanPertahankan penggunaan alat bantu jalanTempatkan benda-benda disekitar pasien agar mudah dijangkauAjarkan pasien bagaimana berpindah untuk meminimalisir traumaGunakan pinggiran tempat tidur yang panjang dan tinggi untuk mencegah jatuh dari tempat tidurTempatkan tempat tidur mekanis pada posisi terendahBerikan pasien untuk dependen alat bantu (seperti: bel) ketika pemberi pelayanan kesehatan tidak adaPindahkan furniture seperti meja yang mampu membahayakan pasienHindari barang-barang berserakan di lantaiBerikan penerangan yang cukup untuk meningkatkan penglihatanTempatkan area penyimpanan pada daerah yang terjangkauKolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengurangi efek samping obat yang bias mengakibatkan jatuh Ajarkan keluarga tentang factor resiko yang berkontribusi pada jatuh dan bagaimana mengurangi resiko jatuhKaji keluarga dalam mengidentifikasi bahaya di rumah dan bagaimana memodifikasikannnya (Gloria M. Bulecheck, dkk, 2008)

5. Pola nafas tidak efektif Definisi: Inspirasi dan ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang AdekuatKarakterisitik Terdefinisi:Perubahan gerakan dadaNafas cuping hidungTakipneaPernafasan pursed- lipBradipneaPenurunan tekanan ekspirasiPenurunan tekanan inspirasiPenurunan ventilasi permenitPenggunaan otot nafas tambahan untuk bernafasDispneaNafas pendekEkspirasi memanjangPenurunan kapasitas paru

Faktor yang berhubungan:AnsietasKelelahanHiperventilasiNyeriDisfungsi neuromuskulerKerusakan kognitifKerusakan persepsiKelelahan otot-otot respirasi

(Sumber : John Wiley & Sons, 2011)Nursing Outcomes (NOCs):Kepatenan jalan nafas

Indikator: Demam tidak ada Cemas tidak adaSesak nafas tidak ada Frekuensi nafas dan irama nafas dalam rentang yang diharapkan/normalTidak ada suara nafas tambahan

Status pernafasan

Indikator: Pengembangan dada simetrisPenggunaan otot aksesori tambahan tidak adaIrama nafas dalam rentang normalPenarikan dinding dada tidak adaKeluaran sputum adekuatPengeluaran udaraAuskultasi suara naafas dalam batas normalSuara nafas tambahan tidak adaDispnea (-), ortopnea (-),

Tanda-tanda vita dalam batas normal

Indikator:BP dalam batas normal: 100-120/70-80 mmHgHR dalam batas normal : 60-100x/menitTemperature dalam batas normal : 36-370 CRR dalam batas normal: 20-24x/menit (Sue Moorhead,dkk, 2008)

Nursing Interventions (NICs)Manajemen jalan nafas

Aktivitas: Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust (dagu diangkat dan rahang ditinggikan), sesuai dengan kebutuhanPosisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasiLakukan fisioterapi dada sesuai dengan kebutuhanBersihkan secret dengan menganjurkan batuk atau dengan menggunakan penghisapanDukung untuk bernafas pelan dalam dan berbalikBantu dengan spirometri insentif, sesuai dengan kebutuhan.Auskultasi bunyi nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahanLakukan penghisapan endotrakeal endotrakeal atau nasotrakeal sesuai dengan kebutuhanBerikan bronkodilator sesuai dengan kebutuhanBerikan pengobatan aerosol sesuai dengan kebutuhanBerikan udara yang dilembabkan atau oksigen sesuai dengan kebutuhanAtur pemasukan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairanAtur posisi untuk mengurangi dispneaPantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan

Bantuan ventilasi

Aktivitas:Jaga kepatenan jalan nafasBerikan posisi yang mengurangi dispneaPosisikan untuk memfasilitasi ventilasi dan perfusiBantu perubahan dengan seringPosisikan untuk meminimalkan usaha bernafas seperti meninggikan kepala tempat tidurPantau akibat perubahan posisi pada oksigenasi: SaO2Dorong pasien untuk nafas dalam dan lambatBantu dengan spirometri perangsangPantau kelemahan otot pernafasanMulai dan jaga oksigen tambahanBerikan medikasi-medikasi nyeri yang cocok untuk mencegah hipoventilasiAmbulasi 3-4 kali sehariBerikan program kekuatan otot pernafasan dan latihan daya tahanMulai usaha bernafas pelihara kepatenan jalan nafas

Pemberian posisi (positioning)

Aktivitas:Posisikan pasien untuk mengurangi dispneaPosisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasiKaji tiap kali perubahan posisiMonitor efek dari perubahan posisi dalam pemakaian oksigenAnjurkan untuk nafas dalam dengan pelanAjarkan pasien cara nafas bibirInisiasikan program pernafasan untuk menguatkan otot pernafasanInisikan pengisapan jika dibutuhkan

Terapi oksigen

Aktifitas:Bersihkan sekresi mulut, hidung dan trakeaBatasi merokokJaga kepatenan jalan nafasSediakan peralatan oksigen, sistem humidifikasiPantau aliran oksigenPantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasienSecara teratur pantau jumlah oksigen yang diberikan pada pasien sesuai dengan indikasiPantau kemampuan pasien mentoleransi pemindahan oksigen sambil makanPantau tanda keracunan oksigen dan tanda hipoventilasi yang dipengaruhi oleh oksigenPantau kecemasan pasien terkait dengan terapi oksigenPantau kerusakan kulit akibat penekanan alat oksigen, bersihkan oral, hidung, dan trakea dari secretPelihara kepatenan jalan nafasAtur peralatan oksigen dan atur juga sistem pemasangan dan pelembapanAnjurkan beri oksigen tambahanMonitor aliran oksigen dalam literMonitor posisi pemasangan alat oksigenCek oksigen secara teratur untuk meyakinkan bahwa konsentrasi yang dianjurkan sudah mengalir (Sue Moorhead,dkk, 2008)

6. Gangguan persepsi sensori (spesifik penglihatan,pendengaran, pengecapan, pergerakan, perabaan, penciuman) Definisi: Perubahan jumlah atau pola stimulus zang dating disertai dengan pengurangan, penambahan, perubahan, atau kerusakan respon terhadap stimulus. Karakteristik terdefinisi:Kurangnya konsentrasi Inkoordinasi motorikDistorsi auditorius, visual, dan penghiduPerubahan respon terhadap stimulusGelisah, disorientasi waktu, tempat dan orangPerubahan pola perilakuPerubahan ketajaman sensoriPerubahan pola komunikasiHalusinasiPerubahan proses pikir, respon emosional berlebihanMudah marahPerubahan kemampuan dalam memecahkan masalah

Faktor yang berhubungan:Perubahan integrasi sensoriPerubahan pengiriman sensoriKetidakseimbangan biochemicalKetidakseimbangan elektrolitKelebihan stimulus lingkunganKurangnya stimulus lingkunganStress physicologis

(Sumber : John Wiley & Sons, 2011)Nursing Outcomes (NOCs):Gangguan persepsi sensori: pendengaran

Nursing Outcomes (NOCs):Komunikasi mau menerimaKonsentrasi baikFungsi sensori pendengaran

Indikator:Ketajaman pendengaran (kiri)Ketajaman pendengaran (kanan)Konduksi udara terhadap suara (kiri)Konduksi udara terhadap suara (kanan)Konduksi tulang terhadap suara (kiri)Konduksi tulang terhadap suara (kanan)Ratio konduksi udara dan tulangMendengar bisikan pada jarak 6 inchi dari telinga kiri (test suara)Mendengar bisikan pada jarak 6 inchi dari telinga kanan (test suara)Mengetahui sumber suara

Gangguan persepsi sensori: pengecapan

Nursing Outcomes (NOCs):Nafsu makan (+)Status nutrisi asupan makanan dan cairanFungsi sensori pengecap dan penciuman

Indikator:Membedakan bauMengenal rasa manisMengenal rasa asinMengenal rasa pahitMengenal rasa asam

Gangguan persepsi sensori: Kinestetik

Nursing Outcomes (NOCs):KeseimbanganPerubahan posisi tubuhGerakan koordinasi

Indikator:Perbedaan posisi kepalaPerbedaan pergerakan kepalaPerbedaan pergerakan ekstremitas atasPerbedaan pergerakan ekstremitas bawahAdanya keseimbangan

Gangguan persepsi sensori: Penciuman

Nursing Outcomes (NOCs):Nafsu makanStatus nutrisi Asupan makanan dan cairanFungsi sensori pengecap dan penciuman

Indikator:Penyimpangan terhadap bauPenyimpangan terhadap rasa

Gangguan persepsi sensori: peraba

Nursing Outcomes (NOCs):Fungsi sensori kulit

Indikator:Perbedaan tajam dan tumpulPerbedaan getarPerbedaan kehangatanPerbedaan dinginPerbedaan rasa gatal

Gangguan persepsi: Penglihatan

Nursing Outcomes (NOCs):Fungsi sensori penglihatan

Indikator:Ketajaman pusat penglihatan (kiri)Ketajaman pusat penglihatan (kanan)Ketajaman penglihatan perifer (kiri)Ketajaman penglihatan perifer (kanan)Pusat lapang pandang penglihatan (kiri)Pusat lapang pandang penglihatan (kanan)Lapang pandang perifer (kiri)Lapang pandang perifer (kanan) (Sue Moorhead,dkk, 2008)

Nursing Interventions (NICs):Terapi Latihan (Keseimbangan)

Aktivitas:Tetapkan kemapuan pasien unutk berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkanKolaborasi dengan Physical, terapi kerja,dan terapi rekreasi dalam mengembangkan dan melaksanakan program latihan dengan tepatEvaluasi fungsi sensori (penglihatan,pendengaran,dan penglihatan dan penciuman)Berikan kesempatan untuk mendiskusikan faktor yang mempengaruhi ketakutan terhadap jatuhAnjurkan program latihan dengan intensitas ringan dengan memberikan kesempatan untuk berbagi perasaanInstruksikan pasien dalam keseimbangan latihan seperti berdiri dengan satu kaki, peregangan, dan perlawanan dengan tepatSediakan informasi tentang terapi alternative seperti Zoga dan Tai ChiSediakan alat bantu (seperti tongkat, alat bantu berjalan, bantal, untuk membantu pasien melakukan latihan).Bantu pasien untuk berpartisipasi pada latihan peregangan ketika berbaring, duduk atau berdiri.Bantu pasien untuk latihan berdiri dengan mata tertutup dalam jangka waktu pendek secara teratur.Monitor respon pasien terhadap keseimbangan latihan (Gloria M. Bulecheck, dkk, 2008)

Kerusakan mobilitas fisik

Definisi : Keterbatasan kebebasan, pergerakan fisik terhadap satu atau seluruh ektremitas.Karakteristik Terdefinisi:Gerakan yang tidak terkoordinasiGerakan yang lambatPenurunan gerakan sendiPenurunan kemampuan untuk melakukan gerakan motorik kasar dan halus dengan baikKesulitan bernafasGerakan anggota gerak yang kakuKetidakstabilan posturTerjadi penurunan kekuatan otot (hemiparise) pada anggota gerakMeningkatnya perhatian terhadap aktivitas lainnyaFocus pada ketidakmampuan sebelum aktifitas

Faktor yang berhubungan :Intoleransi aktivitasPerubahan metabolisme selularKecemasanKerusakan kognitifPenurunan daya tahan tubuhPenurunan moodPenurunan control ototPenurunan massa ototPenurunan kekuatan ototKeteralambatan perkembanganKetidaknyamananKekakuanKurangnya dukungan lingkungan (fisik atau social)Keterbatasan daya kardiovaskulerHilangnya integritas struktur tulangMalnutrisiPengobatanPenurunan musculoskeletalPenurunan NeuromuskularNyeriPembatasan pergerakanPenurunan persepsi sensori

(Sumber : John Wiley & Sons, 2011)

Nursing Outcomes (NOCs): Keseimbangan

Indikator :Mempertahankan keseimbangan ketika berdiriMempertahankan keseimbangan ketika duduk tanpa penyangg