bab ii bahan rujukan 2.1 sistem informasi akuntansi setiap

34
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya yaitu untuk memperoleh laba. Dalam mencapai tujuan tersebut manajemen perusahaan membutuhkan informasi yang dapat dipercaya, lengkap dan tepat waktu untuk membantu pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan. Untuk mendapatkan informasi akuntansi yang tepat, diperlukan suatu alat bantu yaitu Sistem Informasi Akuntansi. 2.1.1 Pengertian Sistem, Informasi, dan Akuntansi Sistem dirancang oleh perusahaan untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak ekstern maupun intern perusahaan. Definisi sistem menurut La Midjan danAzhar Susanto (2001:2) adalah sebagai berikut : “Sistem adalah kumpulan/group dari bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.” Menurut S.P Hariningsih (2006:24) pengertian sistem adalah sebagai berikut: Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).

Upload: tranmien

Post on 12-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

BAB II

BAHAN RUJUKAN

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya

yaitu untuk memperoleh laba. Dalam mencapai tujuan tersebut manajemen perusahaan

membutuhkan informasi yang dapat dipercaya, lengkap dan tepat waktu untuk

membantu pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan. Untuk mendapatkan

informasi akuntansi yang tepat, diperlukan suatu alat bantu yaitu Sistem Informasi

Akuntansi.

2.1.1 Pengertian Sistem, Informasi, dan Akuntansi

Sistem dirancang oleh perusahaan untuk menghasilkan informasi yang berguna

bagi pihak ekstern maupun intern perusahaan. Definisi sistem menurut La Midjan

danAzhar Susanto (2001:2) adalah sebagai berikut :

“Sistem adalah kumpulan/group dari bagian/komponen apapun baik phisik ataupun

non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis

untuk mencapai satu tujuan tertentu.”

Menurut S.P Hariningsih (2006:24) pengertian sistem adalah sebagai berikut:

“Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

(interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama

(common purpose).

Page 2: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Krismiaji (2002:1) berpendapat bahwa pengertian sistem adalah:

“Sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian komponen yang dikoordinasikan

untuk mencapai serangkaian tujuan.”

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan

dari seperangkat unsur atau komponen-komponen yang saling berkaitan dan bekerja

sama secara harmonis untuk mencapai serangkaian tujuan.

Bahasan selanjutnya adalah informasi. Sebuah informasi haruslah informasi

yang berguna terhadap berlangsungnya suatu perusahaan, karena informasi tersebut

akan mempengaruhi suatu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan.

Pengertian informasi menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001:28) yaitu:

“Informasi diartikan sebagai keluaran (output) dari suatu pengolahan data (sistem

informasi) yang telah diorganisir dan berguna bagi orang yang menerima.”

Menurut Krismiaji (2002:15) informasi adalah:

“Informasi adalah data yang telah diorganisasi dan telah memiliki kegunaan dan

manfaat.”

S.P Harinigsih (2006:11) menyebutkan bahwa informasi adalah:

“Informasi merupakan proses lebih lanjut dari data dan memiliki nilai tambah.”

Dari beberapa pernyataan diatas mengenai informasi, dapat disimpulkan bahwa

informasi adalah suatu data yang telah diproses lebih lanjut yang memiliki manfaat atau

kegunaan bagi orang yang menggunakannya.

Page 3: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Terakhir adalah akuntansi. Akuntansi menurut Ahmed Riahi dan Belkaoui

(2000:38) adalah:

“Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi ekonomik

untuk memungkinkan pembuatan pertimbangan dan keputusan berinformasi oleh

pengguna informasi.”

AICPA (American Institute of CertifiedPublic Accountants) yang dikutip oleh Sofyan

Syafri Harahap (2004:4) menyatakan bahwa akuntansi adalah:

“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dam peringkasan transaksi dan

kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk

satuan uang, atau penginterprestasian hasil proses tersebut.”

Definisi akuntansi dalam buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT)

yang dikutip Sofyan Syafri Harahap (2004:4) adalah:

“Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan

informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai

alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.”

Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

akuntansi adalah proses pencatatan, pengidentifikasian, dan penggolongan suatu

transaksi atau informasi keuangan yang bertujuan untuk pengambilan keputusan.

2.1.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi merupakan suatu sistem dari berbagai sistem yang

digunakan oleh manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Sistem ini

Page 4: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh

perusahaan dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam suatu perusahaan.

Pengertian Sistem Informasi Akuntansi menurut Barry E. Cushing yang

dikutip oleh La Midjan dan Azhar Susanto (2001:15) adalah sebagai berikut:

“Sistem Informasi Akuntansi merupakan seperangkat sumber daya manusia dan modal

dalam suatu organisasi yang dibangun untuk menyajikan informasi keuangan yang

diperoleh dari pengumpulan dan pemrosesan data keuangan.”

Menurut Krismiaji (2002:5) mendefinisikan Sistem Informasi Akuntansi adalah:

“Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi

guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan,

dan mengoperasikan bisnis.”

Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (2003:1) sistem informasi

akuntansi adalah:

“Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan

peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi

informasi.”

Dengan demikian dapat disimpulkan, sistem informasi akuntansi adalah

kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang memproses data dan

transaksi dalam suatu organisasi yang guna mendapatkan informasi yang bermanfaat

untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.

Page 5: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

2.1.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Tujuan sistem informasi akuntansi yang dikemukakan oleh La Midjan dan

Azhar Susanto (2001:37) yaitu :

a. Untuk meningkatkan kualitas informasi, yaitu informasi yang tepat guna

(relevance), lengkap dan terpercaya (akurat).

b. Untuk meningkatkan kualitas internal cek atau sistem pengendalian intern, yaitu

sistem pengendalian yang diperlukan untuk mengamankan kekayaan perusahaan.

c. Untuk dapat menekan biaya-biaya tata usaha, ini berarti bahwa biaya tata usaha

untuk sistem informasi akuntansi harus seefisien mungkin dan harus jauh lebih

murah dari manfaat yang akan diperoleh dari penyusunan sistem informasi

akuntansi.

James A Hall (2001:18) dan Muhammad Fakhri Husein (2003:5) memiliki

pendapat yang berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh La Midjan Dan Azhar

Susanto, dalam bukunya masing-masing mereka menyebutkan bahwa terdapat tiga

tujuan utama yang paling umum bagi semua sistem, yaitu:

a. Untuk mendukung fungsi kepengurusan manajemen, kepengurusan merujuk pada

tanggung jawab manajemen untuk mengatur sumber daya perusahaan secara

benar.

b. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen, sistem informasi

umumnya menyediakan beberapa informasi yang diperlukan dalam pembuatan

keputusan.

c. Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan hari demi hari. Sistem informasi

menyediakan informasi bagi para personel untuk melakukan tugasnya masing-

masing.

Page 6: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Dari berbagai pendapat diatas mengenai tujuan sistem informasi akuntansi

dalam suatu perusahaan dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi bertujuan

untuk memperbaiki kualitas pada suatu perusahaan dalam mempertimbangkan suatu

pengambilan keputusan manajemen perusahaan ataupun dalam kegiatan operasi

perusahaan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat dengan biaya,

serta meningkatkan pengendalian intern perusahaan.

2.1.4 Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi

Komponen-komponen akuntansi merupakan suatu bagian yang saling terkait

dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga akan membentuk suatu kesatuan

yang utuh. Sistem informasi akuntansi adalah nyata, maka ia memerlukan sumber daya

fisik dan komponen yang berhubungan.

Azhar susanto (2004:207), Muhammada Fakhri Husein (2003:6), dan

Krismiaji (2002:16) dalam bukunya masing-masing sepakat menyebutkan bahwa

komponen-komponen akuntansi terdiri:

a. Prosesor, alat fisik dimana data ditransformasikan. Prosesor ini terdiri dari

beberapa komponen yaitu hardware, software, dan brainware. Saat ini sebagian

perusahaan mengolah datanya dengan menggunakan komputer, agar dapat

meghasilkan informasi secara cepat dan akurat.

b. Input/output, data yang dikumpulkan dan dimasukan ke dalam sistem disebut

input, sedangkan informasi yang dihasilkan atas data tersebut disebut output.

c. Database, kumpulan data-data yang tersimpan didalam media penyimpanan data .

Data tersebut disimpan untuk digunakan kembali dimasa mendatang.

Page 7: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

d. Prosedur, sistem informasi tidak dapat memproses data untuk menghasilkan

informasi tanpa instruksi dan prosedur rinci. Prosedur merupakan langkah-

langkah tertentu yang dilakukan dalam satu atau lebih fungsi sistem informasi

akuntansi.

e. Pemakai atau sumber daya lain, orang yang berinteraksi dengan sistem dan

menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem disebut pemakai. Sistem

informasi akuntansi memerlukan sumberdaya lain, misalnya pegawai yang

menjalankan fungsi SIA tertentu seperti pencatatan data.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Bank

2.2.1 Pengertian Bank

Bank berasal dari bahasa Italia “banco” yang berarti bangku. Bangku ini

dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiaan operasionalnya kepada para nasabah,

dan sekarang istilah bangku ini lebih dikenal dengan sebutan Bank.

Saat ini, Bank dan lembaga keuangan merupakan salah satu pelaku terpenting

dalam perekonomian sebuah negara. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan

atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Bank secara sederhana dapat

diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana

(tabungan atau simpanan) dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana (kredit)

tersebut kepada masyarakat pula.

Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart yang dikutip oleh Drs. O.P. Simorangkir

(2004:10) mendefinisikan bahwa bank adalah sebagi berikut:

Page 8: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

“Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan lain, dengan

memberikan kredit berupa uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan

jalan memperedarkan alat-alat penukaran uang berupa uang giral.”

Undang-Undang Republik Indonesia no. 10 tahun 1998 yang dikutip oleh Drs. H.

Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Dasar-dasar Perbankan (2002:2) definisi dari

bank adalah:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Menurut Kasmir (2003:2) yang dimaksud dengan bank adalah:

“Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke

masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.”

Dari beberapa pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dengan tujuan untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat ataupun untuk memperedarkan alat penukaran uang berupa uang

giral.

2.2.2 Asas, Fungsi dan Tujuan Bank

Pasal 2, 3, dan 4 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

menyatakan tentang asas, fungsi dan tujuan dari Bank

Page 9: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

1. Asas Bank

Asas perbankan yang dianut Indonesia tercantum dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa “Perbankan

Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati–hatian”. Yang dimaksud demokrasi ekonomi ialah

demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945.

Sedangkan yang dimaksud prinsip kehati–hatian adalah bahwa pihak bank dan

orang–orang yang terlibat di dalamnya ketika harus membuat kebijaksanaan dan

menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya

masing–masing secara cermat, teliti, dan professional, sehingga memperoleh

kepercayaan dari masyarakat.

2. Fungsi Bank

Pasal 3 Undang–Undang Perbankan menjelaskan bank dalam membuat

kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya, harus selalu mematuhi seluruh

peraturan perundang–undangan yang berlaku secara konsisten, dengan didasari

oleh itikad baik.

3. Tujuan Bank

Pasal 4 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa perbankan Indonesia

bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan rakyat banyak.

Bank sebagai lembaga kepercayaan dituntut untuk selalu memperhatikan

kepentingan masyarakat disamping kepentingan bank itu sendiri dalam

mengembangkan usahanya.

Page 10: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

2.2.3 Jenis-Jenis Bank di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, jenis

bank berdasarkan kegiatan usahanya terdiri dari:

1. Bank Umum

Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, pengertian Bank Umum

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalan lalu

lintas pembayaran.

Tugas Bank Umum meliputi:

A. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito

berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya.

B. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman.

C. Memberikan jasa bank lainnya dalam bentuk transfer, kliring, jual beli valuta

asing, jual beli obligasi dan lain sebaginya.

D. Menerima setoran pembayaran dari instansi atau perusahaan seperti

pembayaran listrik, pembayaran uang kuliah, pembayaran telepon,

pembayaran air, dan lainnya.

E. Melayani pembayaran gaji/pensiun pegawai, juga pembayaran deviden.

F. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

G. Melakukan kegiatan lainnya yang biasa dilakukan oleh bank, yang tidak

bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Page 11: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

2. Bank Perkreditan Rakyat

Sesuai dengan UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Bank Perkreditan

Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.

Tugas Bank Perkreditan Rakyat adalah,

A. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya.

B. Memberikan kredit seperti Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, Kredit

Konsumtif.

C. Menyediakan pembiayaan yang ditetapkan dan penempatan dana berdasarkan

Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

D. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indnesia (SBI),

deposito berjangka, atau tabungan pada bank lain.

2.3 Kredit

2.3.1 Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang berarti kepercayaan,

dengan demikian seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah

memperoleh kepercayaan, dalam arti seorang debitur diberi kepercayaan oleh

kreditur yakni debitur sanggup untuk memenuhi segala tuntutan yang diperjanjikan

Page 12: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

antara kedua belah pihak dalam waktu yang wajar sesuai dengan ketentuan yang

disepakati.

Pengertian kredit menurut Pasal 1 ayat 11 UU No. 10 tahun 1998 Tentang

Pokok-Pokok Perbankan adalah:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Menurut Drs. O.P Simorangkir dalam bukunya Pengantar Lembaga Keuangan

Bank dan Non Bank (2004:100) adalah:

“Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan balas

prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang.”

Pendapat lain mengenai kredit pun datang dari Drs. H. Malayu Hasibuan dalam

bukunya Dasar-dasar Perbankan (2002:87) yaitu:

“Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama

bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.”

Kesimpulan dari pernyataan diatas, kredit adalah pemberian prestasi seperti

uang atau barang, yang selanjutnya dibuat persetujuan atau perjanjian pinjam

meminjam dimana peminjam akan balas prestasi bersama dengan bunganya pada

jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.

2.3.2 Tujuan Kredit

Page 13: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri dari

falsafah yang dianut olah suatu negara. Di Indonesia dimana Pancasila merupakan

dasar dan falsafah negara, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan,

melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat yang

adil dan makmur. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun

1998 tentang Perbankan yang dikutip oleh Drs. O.P Simorangkir (2004:102)

tujuan dari kredit adalah untuk :

1. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan.

2. Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna

menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat

memperluas usahanya.

Kasmir (2003:105) berpendapat bahwa dalam praktiknya tujuan pemberian

kredit suatu bank adalah sebagai berikut:

1. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan maka semakin banyak kucuran dana dalam rangka peningkatan

pembangunan diberbagai sektor.

2. Membantu usaha nasabah, baik yang memerlukan dana, investasi ataupun

modal kerja.

3. Mencari keuntungan, hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang

diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang

dibebankan kepada nasabah.

Page 14: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2002:88) tujuan kredit adalah sebagai

berikut:

1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit.

2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada.

3. Melaksanakan kegiatan operasional bank.

4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat.

5. Memperlancar lalu lintas pembayaran.

6. Menambah modal kerja perusahaan.

7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Dari beberapa pernyataan diatas mengenai tujuan kredit dapat disimpulkan

bahwa terlihat adanya kepentingan yang seimbang antara,

A. Kepentingan masyarakat (rakyat),

B. Kepentingan pemerintah, dan

C. Kepentingan pemilik modal (pengusaha).

2.3.3 Fungsi Kredit

Fungsi pokok kredit dewasa ini pada dasarnya untuk melayani kebutuhan

masyarakat dalam rangka mendorong dan memperlancar perdagangan, produksi,

jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk

menaikan taraf hidup manusia.

Kasmir S.E (2003:97) dan O.P. Simorangkir (2004:102) dalam bukunya

masing-masing sepakat menyebutkan bahwa fungsi kredit perbankan dalam

kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :

1. Kredit pada hakekatnya meningkatkan daya guna uang

Page 15: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Dengan diberikannya kredit, uang akan menjadi lebih berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Uang yang disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya

sehingga, daerah yang kekurangan uang pun dapat memperoleh kredit.

3. Kredit dapat meningkatkan dayaguna dan peredaran barang

Dengan kredit, para pengusaha dapat memroses bahan baku menjadi barang

jadi, sehingga daya guna barang menjadi meningkat. Kredit pun dapat

memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Kredit dapat membantu dalam hal,

A. Pengendali inflasi

B. Peningkatan ekspor, dan

C. Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha

Bantuan kredit yang diberikan oleh bank dapat mengatasi kekurangan

kemampuan para pengusaha di bidang permodalan, sehingga para pengusaha

akan dapat meningkatkan usahanya.

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut

akan memerlukan tenaga kerja sehingga, dapat mengurangi penganguran dan

dapat meningkatkan pendapatannya.

Page 16: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional

Bank besar diluar negeri dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik

langsung ataupun tidak. Bantuan ini dapat mempererat hubungan ekonomi

antarnegara dan meningkatkan hubungan internasional.

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan

(2002:88) memiliki pendapat yang berbeda. Beliau menyebutkan bahwa fungsi kredit

adalah sebagai berikut:

1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan

perekonomian.

2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.

3. Memperlancar arus barang dan arus uang.

4. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lainnya).

5. Meningkatkan produktivitas dana yang ada.

6. Meningkatkan daya guna (utility) barang.

7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.

8. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat.

9. Memperbesar modal kerja perusahaan.

10. Mengubah cara berfikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.

2.3.4 Unsur-Unsur Kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

menurut Drs. O.P. Simongkir (2004:101) antara lain adalah:

Page 17: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit kepada penerima kredit

bahwa prestasi yang diberikan akan benar-benar diterimanya kembali dalam

jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu masa yang akan memisahkan antara pemberian prestasi dan

kontraprestasi pada masa yang akan datang.

3. Resiko, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari

jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dengan pengembalian

kredit yang akan diterima kemudian hari.

Pendapat yang berbeda datang dari Kasmir (2003:103) dan Hendro

Prabowo (2006:150) dalam bukunya masing-masing mereka menyebutkan bahwa

terdapat lima unsur-unsur dalam pemberian fasilitas kredit yaitu:

1. Kepercayaan, keyakinan dari pemberi kredit kepada penerima kredit untuk

mengembalikan pinjamannya sesuai perjanjian.

2. Kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana

masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajibannya.

3. Waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah

disepakati.

4. Resiko, dalam pemberian kredit tentu mengandung kemungkinan kerugian

(resiko) artinya, pinjaman yang diberikan kemungkinan tidak akan kembali

(tidak tertagih).

5. Balas jasa (imbalan), bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau

pendapatan atas pemberian suatu kredit.

Page 18: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

2.3.5 Prinsip- Prinsip Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit, pihak kreditor harus mempertimbangkan berbagai

hal, terutama mengenai calon peminjam agar kredit yang diberikan tidak mengalami

kredit macet. Oleh karena itu, pemberian kredit harus sesuai dengan prinsip-prinsip

yang telah yang telah ditentukan.

Kasmir (2003:105) dan Syamsu Iskandar (2008:121) menyebutkan bahwa

kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank kepada nasabahnya harus

berdasarkan pada asas 5C dan asas 7P. Namun, Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan

(2002:107) berpendapat bahwa terdapat tiga macam analisis dalam

mempertimbangkan permohonan pemberian kredit kepada nasabah yaitu asas 5C,

asas 7P, dan asas 3R. Berikut penjelasannya:

1. Asas 5C

A. Character (Watak/Kepribadian)

Character atau watak calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan

penting dalam memutuskan pemberian kredit. Bank harus yakin calon

peminjam termasuk orang yang bertingkah laku baik, dalam arti selalu

memegang teguh janjinya, selalu berusaha dan bersedia melunasi

hutangnya pada waktu yang telah ditentukan.

B. Capacity (Kemampuan)

Kemampuan calon debitor menyangkut arus kas, dimana arus kas tersebut

mampu untuk membayar kreditnya. Kemampuan ini sangat penting

mengingat kemampuan inilah yang menentukan besar kecilnya

pendapatan/penghasilan calon peminjam dimasa datang.

Page 19: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

C. Capital (Modal)

Modal ini menyangkut besar dan struktur modal yang telah dimiliki olah

seorang calon peminjam. Jumlah modal yang dimiliki ini akan menentukan

besar kecilnya kredit serta jangka waktu pambayaran kembali kredit.

D. Condition of Economic (Kondisi Ekonomi)

Kondisi dan situasi ekonomi perlu pula diperhatikan dalam pertimbangan

pemberian kredit terutama dalam hubungannya dengan keadaan calon

peminjam. Bank harus mengetahui keadaan ekonomi pada saat itu, apakah

pemberian kredit akan berpengaruh dengan usaha calon debitur dan

bagaimana prospek usahanya dimasa yang akan datang.

E. Collateral (Jaminan/Agunan)

Collateral adalah jaminan harta benda calon penerima kredit sebagai

tanggungan jika terjadi ketidakmampuan untuk menyelesaikan kredit

sesuai perjanjian. Jaminan ini merupakan syarat utama yang menentukan

apakah disetujui atau ditolaknya permohonan kredit. Jaminan ini

merupakan syarat utama yang menentukan apakah disetujui atau

ditolaknya permohonan kredit nasabah.

2. Asas 7P

A. Personality (Kepribadian)

Kepribadian ini dapat diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang

keturunan, pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. Alasannya adalah

karena kepribadian yang baik akan berusaha untuk membayar

pinjamannya.

Page 20: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

B. Party (Golongan)

Party adalah menggolongkan peminjam ke dalam kelompok tertentu

berdasarkan modal, karakter, dan loyalitasnya. Dimana setiap klasifikasi

nasabah mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

C. Purpose (Tujuan)

Purpose adalah tujuan penggunaan kredit yang diajukan oleh calon

penerima kredit, apakah untuk kegiatan konsumtif atau modal kerja.

Apabila kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif maka kredit tidak

dapat diberikan, tetapi jika kredit digunakan untuk kegiatan modal kerja

maka kredit akan dapat diberikan.

D. Prospect (Prospek)

Pihak bank akan menganalisis apakah prospek perusahaan dimasa yang

akan datang dapat berjalan lebih baik atau malah merugi. Jika prospeknya

terlihat baik maka kredit dapat diberikan.

E. Payment (Pembayaran)

Asas payment ini dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian

kredit agar pengembalian kredit berjalan lancar. Hal ini dapat diketahui

apabila analisi kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan

pendapatan calon debitur.

F. Profitability (Keuntungan)

Menganalisis kemampuan nasabah mendapatkan laba setelah diberikan

kredit. Keuntungan ini pun ditujukan bagi pihak bank, apakah pemberian

kredit dapat menambah keuntungan bagi bank atau tidak.

Page 21: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

G. Protection (Perlindungan)

Protection dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak

diduga sebelumnya, misalkan kredit tidak dikembalikan atau pembayaran

kredit macet. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang, atau

asuransi.

3. Asas 3P

A. Return (Hasil Yang Dicapai)

Return adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan

debitur setelah dibantu dengan kredit oleh bank. Apabila hasil yang

diperoleh cukup untuk membayar kreditnya maka kredit akan diberikan.

B. Repayment (Pembayaran Kembali)

Dalam hal ini bank harus menilai kemampuan dari calon penerima kredit

untuk membayar kembali pinjamannya pada saat kredit harus diangsur atau

dilunasi.

C. Risk Bearing Ability (Kemampuan Untuk Menanggung Resiko)

Dalam hal ini bank harus mengetahui dan menilai resiko kegagalan

andaikan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

2.3.6 Prosedur Penyaluran Kredit

Prosedur pemberian kredit dari masing-masing bank beragam jenisnya,

namun secara umum tahapan-tahapan yang dilakukan tidak jauh berbeda. Prosedur

pemberian kredit pada bank dimulai pada saat masuknya permohonan kredit nasabah,

kemudian diproses dan disetujui, sampai kepada pengawasan dari bank atas kredit

yang diberikan kepada nasabah. Prosedur pemberian kredit menurut Syamsu

Iskandar (2008:117) yaitu:

Page 22: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

1. Permohonan Kredit

Permohonan kredit adalah permohonan dari nasabah untuk memperoleh kredit

sesuai dengan kebutuhannya. Kemudian nasabah menulis nama, alamat,

agunan, dan jumlah kredit yang diinginkan pada formulir permohonan kredit.

Permohonan kredit tersebut disampaikan kepada kepala cabang/unit. Setelah

mendapat catatan dari Kepala Cabang/Unit, diteruskan kepada Kepala bagian

Kredit, dan oleh Bagian Kredit diadministrasikan/registrasi dan selanjutnya

diproses. Sebelum di proses lebih lanjut permohonan kredit nasabah dicek oleh

Bank Indonesia, untuk mengetahui apakah nasabah telah mendapatkan kredit

dari bank lain.

2. Investigasi Kredit

Setelah diadakan pengecekan data nasabah, langkah selanjutnya adalah

investigasi kredit. Investigasi kredit adalah mengunjungi secara langsung

ketempat usaha calon debitur yang maksudnya untuk mengumpulkan data atau

informasi peminjam mengenai kegiatan usahanya, apakah sesuai dengan jenis

kredit yang diajukan oleh nasabah atau tidak. Investigasi kredit ini berfungsi

untuk,

A. Mengetahui kebenaran data yang disampaikan oleh nasabah

B. Memperoleh data yang lengkap mengenai nasabah berikut kegiatan usaha

dan data ekonominya, dan

C. Sebagai data antar bank sebagai bahan pembanding.

3. Analisis Kredit

Proses selanjutnya adalah analisis kredit. Analisis Kredit adalah penilaian

terhadap nasabah dan usahanya untuk diperoleh alternatif sebagai bahan

Page 23: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

pertimbangan dalam pengambilan keputusan, apakah nasabah tersebut pantas

diberikan kredit atau tidak. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kondisi dan

potensi perusahaan nasabah apakah usaha nasabah tersebut layak atau tidak

diberikan kredit.

4. Kesimpulan dan Keputusan Kredit

Berdasarkan hasil analisis, maka Kepala Bagian Kredit membuat kesimpulan

dan mengusulkan kepada Kepala cabang/Unit agar permohonan kredit nasabah

disetujui atau ditolak. Bagi kredit yang ditolak maka hendaknya dikirim surat

penolakan dengan alasannya.

5. Pencairan Kredit

Apabila hasil keputusan Kepala Cabang/unit atas permohonan kredit disetujui,

maka dibuat surat penegasan kepada nasabah mengenai persetujuan pemberian

fasilitas kredit kepada nasabah dan pembuatan surat lainnya, seperti:

A. Pembuatan akta pengikat jaminan pokok.

B. Pembuatan akta pengikat jaminan tambahan.

C. Pembuatan akta perjanjian kredit.

D. Penutupan asuransi barang jaminan pokok ataupun jaminan tambahan.

E. Melengkapi berkas-berkas administrasi kredit.

F. Pencairan kredit dengan penarikan dari rekening pinjamannya.

6. Pengelolaan/Administrasi Kredit

Pengelolaan kredit adalah rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam

proses pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan sebagai alat dalam

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar

penetapan hutang debitur, alat dan sistem dokumentasi, dasar pelayanan kepada

Page 24: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

pihak luar bank, dan penyelanggaraan kegiatan khususnya dalam bidang

perkreditan.

7. Pengawasan Kredit

Tahap terakhir dari penyaluran kredit adalah pengawasan kredit. Pengawasan

kredit yaitu salah satu fungsi manajemen dalam usahanya untuk menjaga dan

mengamankan kekayaan bank dalam bentuk perkreditan, guna menghindari

terjadinya penyimpangan-penyimpangan dengan cara mengendalikan atau

mengawasi ketentuan-ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan perkreditan

yang telah ditetapkan. Pengawasan ini bertujuan untuk menghindari

penyelewengan baik oknum intern ataupun oknum ekstern bank.

2.3.7 Jenis-jenis Fasilitas Kredit

Dengan beragamnya produk perbankan dewasa ini, maka timbul produk-

produk kredit yang baru. Jenis dan kredit ini perlu diketahui agar pemberian kredit

dapat memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Pemberian kredit yang tepat kepada objek kredit (kegiatan usahanya)

2. Memberikan keuntungan bagi bank, pengusaha juga masyarakat, dan

3. Membantu kemudahan dalam perencanaan dan pengawasan kredit.

Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2003:101) adalah:

A. Jenis Kredit Berdasarkan Kegunaannya

a. Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan

perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau keperluan

rehabilitasi.

Page 25: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

b. Kredit Modal Kerja, yaitu Kreit yang digunakan untuk keperluan

meningkaykan produksi dalan operasionalnya.

B. Jenis Kredit Berdasarkan Tujuan Kredit

a. Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha

atau produksi atau investasi.

b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara

pribadi.

c. Kredit Perdagangan, yaitu Kredit yang digunakan untuk perdagangan,

biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya

diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan.

C. Jenis Kredit Berdasarkan Jangka Waktu

a. Kredit Jangka Pendek : Kredit yang berjangka waktu maksimal satu tahun.

Biasanya kredit jangka pendek ini cocok untuk membiayai modal kerja.

b. Kredit jangka Menengah : Kredit yang berjangka waktu satu tahun sampai

dengan tiga tahun. Kredit jangka menengah ini biasanya untuk membiayai

kredit modal kerja permanen, atau kredit investasi yang relatif tidak terlalu

besar jumlahnya. Misal, untuk pembelian mesin-mesin ringan.

c. Kredit Jangka Panjang : Kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

Kredit ini cocok untuk membiayai kredit investasi, seperti pembelian

mesin-mesin berat, pembangunan gedung, pabrik, dsb.

D. Jenis Kredit Berdasarkan Segi Jaminannya

a. Kredit Tanpa Jaminan (Unsecured Loan), kredit yang benar-benar atas

dasar kepercayaan saja, sehingga tidak ada “pengaman” sama sekali.

Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan, negara kita melarang kredit

Page 26: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

seperti ini, maka bank-bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa

jaminan. Kredit ini biasanya diantara sesama pengusaha atau diantara

teman atau keluarga.

b. Kredit Dengan Jaminan (Secure Loan), kredit yang diberikan dengan suatu

jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak

berwujud atau jaminan orang. Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan akan

dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

E. Jenis Kredit Berdasarkan Sektor Usaha

a. Kredit Pertanian, yaitu kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau

pertanian rakyat. Usaha sektor pertanian dapat berupa jangka pendek atau

jangka panjang.

b. Kredit Peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan

ayam dan jangka panjang peternakan kambing atau sapi.

c. Kredit Industri, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai industri

kecil, menengah, atau besar.

d. Kredit Pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayanya biasanya

dalam jangka panjang, sepertinya tambang emas, minyak atau timah.

e. Kredit Pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para

mahasiswa.

f. Kredit Profesi, diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter, atau

pengacara.

g. Kredit Perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembanguan atau

pembelian perumahan.

Page 27: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

h. Dan sektor-sektor lainnya.

Jenis-jenis kredit lainnya menurut Syamsu Iskandar (2008:89) yaitu,

A. Jenis Kredit Berdasarkan Asal Dana

a. Kredit dengan Dana Dalam Negeri, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan

oleh bank yang dananya berasal dari dalam negeri.

b. Kredit dengan Dana Luar Negeri, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan

oleh bank yang dananya berasal dari luar negeri.

B. Jenis Kredit Dilihat Dari Segi Kebijaksanaan Fasilitas Kredit

a. Kredit Umum, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk

semua golongan masyarakat atau perusahaan.

b. Kredit Prioritas, yaitu fasilitas kredit yang diberikan kepada golongan

tertentu. Misalkan: KUK, PIR.

C. Jenis Kredit Berdasarkan Sifat Kredit

a. Kredit Berulang, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank yang

dapat diperpanjang jangka waktunya sepanjang masih dibutuhkan,

misalnya KMK(kredit modal kerja)-UMUM.

b. Kredit Aflopend, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank yang

pelunasannya sesuai dengan angsuran yang disepakati bersama, misalkan

Kredit Investasi.

c. Kredit Transaksional, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank

sesuai kebutuhan pembiayaannya dan bila nasabah masih memerlukannya

maka harus mengajukan permohonan kredit yang baru, misalkan KMK-

Ekspor.

Page 28: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

D. Jenis Kredit Dilihat Dari Segi Non Cash Fasilitas Kredit

a. Tender Bond, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk

persyaratan pengajuan tender.

b. Performance Bond, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk

jaminan pelaksanaan pekerjaan.

c. Advance Payment Bond, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan bank

selama masa pemeliharaan.

Jenis Kredit lainnya menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2002:88) yaitu,

A. Jenis Kredit Bedasarkan Sektor Perekonomian

a. Kredit Aksep, yaitu kredit yang diberikan bank yang pada hakikatnya

hanya merupakan pinjaman uang biasa sebanyak plafond kredit

(L3/BMPK)-nya.

b. Kredit Penjual, yaitu kredit yang diberikan penjual kepada pembeli, artinya

barang telah diterima pembayaran kemudian. Misalnya, Usance L/C.

c. Kredit Pembeli, yaitu pembayaran telah dilakukan kepada penjual, tetapi

barangnya diterima belakangan atau pembelian dengan uang muka,

misalnya red clause L/C.

B. Kredit Berdasarkan Agunan

a. Kredit Agunan Orang adalah kredit yang diberikan dengan jaminan

seseorang terhadap debitur bersangkutan.

b. Kredit Agunan Efek adalah kredit yang diberikan dengan agunan efek-efek

dan surat-surat berharga.

Page 29: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

c. Kredit Agunan Barang adalah kredit yang diberikan dengan agunan barang

tetap, bergerak, dan logam mulia. Kredit agunan barang ini harus

memperhatikan Hukum Perdata Pasal 1132 sampai Pasal 1139.

d. Kredit Agunan Dokumen adalah kredit yang diberikan dengan agunan

dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C).

C. Kredit Berdasarkan Golongan Ekonomi

a. Golongan Ekonomi Lemah, yaitu kredit yang disalurkan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, seperti KUK, KUT, dan lainya. Golongan

ekonomi lemah adalah pengusaha yang kekayaan maksimumnya sebesar

Rp.600juta, tidak termasuk tanah dan bangunannya.

b. Golongan Ekonomi Menengah dan Konglomerat, yaitu kredit yang

diberikan kepada pengusaha menengah dan besar.

D. Kredit Berdasarkan Penarikan dan Pelunasan

a. Kredit Rekening Koran (Kredit Perdagangan) adalah kredit yang dapat

ditarik dan dilunasi setiap saat, besarnya sesuai dengan kebutuhan. Kredit

rekening koran dapat ditarik setelah plafond kredit disetujui.

b. Kredit Berjangka adalah kredit yang penarikannya sekaligus sebesar

plafondnya. Pelunasan dilakukan setelah jangka waktunya habis.

2.4 Pengendalian Internal (Internal Control)

2.4.1 Pengertian Pengendalian Internal

Page 30: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Salah satu tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah membantu manajemen

dalam mengendalikan sebuah organisasi bisnis. Yang dimaskud dengan pengendalian

adalah suatu proses yang mempengaruhi atau mengarahkan aktivitas sebuah objek,

organisasi, atau sebuah sistem.

Krismiaji (2005:215) berpendapat bahwa pengendalian internal adalah sebagai

berikut:

“Pengendalian internal (internal control) adalah rencana organisasi dan metode yang

digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat

dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan

manajemen.”

Menurut Laporan COSO (Commite of Sponsoring Organizations) yang dikutip oleh

Sunarto (2003:137) pengendalian internal adalah:

“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,

manajemen, personel satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapat keyakinan

memadai tentang pencapaian tujuan suatu perusahaan.”

Definisi lain mengenai pengendalian internal datang dari S.P Hariningsih (2006:129)

menurutnya pengendalian internal adalah:

“Pengendalian internal yaitu struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang

dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan

manajemen.”

Page 31: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

pengendalian intenal adalah proses yang dilakukan oleh suatu organisasi yang dirancang

untuk menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, yang dapat mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen, demi tercapainya tujuan perusahaan.

2.4.2 Tujuan Pengendalian Internal

Manajemen menerapkan pengendalian internal guna untuk memberikan

keyakinan yang menadai untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan pengendalian

internal menurut Sunarto (2003:138) yaitu sebagai berikut:

1. Keandalan dalam pelaporan keuangan artinya, pengendalian ditujuakan untuk

mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai dengan

standar akuntansi berlaku umum.

2. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

3. Efektivitas dan efisiensi operasi.

Tujuan pengendalian internal menurut Krismiaji (2005:215) adalah untuk

mencegah timbulnya kerugian bagi sebuah organisasi, yang timbul karena sebab-sebab

berikut:

1. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan boros.

2. Keputusan manajemen yang tidak baik.

3. Kehilangan atau kerusakan catatan secara tidak disengaja.

4. Kesalahan yang tidak disengaja dalam pencatatan dan pemrosesan data.

5. Tidak ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan oleh para karyawan.

6. Perubahan secara tidak sah terhadap sistem informasi akuntansi atau komponen-

komponannya.

Page 32: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

Pendapat lain pun datang dari S.P Hariningsih (2006:130) menurutnya tujuan

dari pengendalian internal adalah:

1. Menjaga kekayaan organisasi.

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

3. Mendorong efisiensi.

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dari beberapa pernyataan diatas mengenai tujuan pengendalian internal, maka

dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal bertujuan untuk mendorong efektivitas

dan efisiensi pada perusahaan dengan mematuhi kebijakan-kebijakan manajemen

perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan adanya keandalan dalam data

akuntansi atau pelaporan keuangan perusahaan.

2.4.3 Komponen-Komponen Pengendalian Internal

Komponen-komponen struktur pengendalian internal akan saling berkaitan satu

dengan yang lainnya. Menurut Sunarto (2003:142) dan Krismiaji (2005:222) terdapat

lima komponen dalam struktur pengendalian internal yaitu:

1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian mempengaruhi suasana dalam suatu organisasi,

mempengaruhi kesadaran tentang pengendalian kepada orang-orangnya.

Lingkungan pengendalian dalam suatu perusahaan terdiri dari berbagai faktor

yaitu:

A. Nilai-nilai integritas dan Etika

B. Komitmen terhadap kompetensi

C. Filosofi manajemen dan gaya operasi

Page 33: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

D. Struktur organisasi

E. Perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh dewan direksi dan komitenya

F. Cara pembagian otoritas dan tanggung jawab

G. Kebijakan sumber daya manusia dan prosedur

2. Perhitungan Resiko

Organisasi harus menyadari dan waspada terhadap berbagai resiko yang

dihadapinya. Tahap paling kristis dalam menaksir resiko adalah mengidentifikasi

perubahan kondisi eksternal dan internal dan megidentifikasi tindakan yang

diperlukan.

3. Aktivitas pengendalian

Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian dan

melaksanakannya, untuk membantu menjamin bahwa manajemen dapat

menetapkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghadapi ancaman-

ancaman yang muncul, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi mengacu pada sistem akuntansi organisasi yang diciptakan untuk

mengidentifikasi, merangkai, menganalisis, mengelompokan, mencatat, dan

mengendalikan kegiatan organisasi. Sedangkan, komunikasi terkait dengan

memberikan pemahaman yang jelas mengenai semua kebijakan dan prosedur

yang terkait dengan pengendalian.

5. Pemonitoran

Pemonitoran adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian

internal. Seluruh proses bisnis harus dipantau dan dilakukan modifikasi

Page 34: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap

seperlunya. Dengan cara ini, sistem akan bereaksi secara dinamis, yaitu berubah

jika kondisinya menghendaki perubahan.