bab ii asuhan keperawatan pada pasien a....

26
7 BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU A. PENGERTIAN Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah (Price & Wilson, 1994). Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang terutama menyerangf saluran pernafasan khususnya parenkim paru. Penyebab utamanya yaitu Mycobacterium Tuberkulosis. Klasifikasi tuberkulosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis : 1. Tuberkulosis paru 2. Bekas tuberkulosis paru 3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam : a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda- tanda lain positif)

Upload: hakhanh

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

7

BAB II

KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN TUBERKULOSIS PARU

A. PENGERTIAN

Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama

menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium

tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening

atau pembuluh darah (Price & Wilson, 1994).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang terutama

menyerangf saluran pernafasan khususnya parenkim paru. Penyebab

utamanya yaitu Mycobacterium Tuberkulosis.

Klasifikasi tuberkulosis di Indonesia yang banyak dipakai

berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :

1. Tuberkulosis paru

2. Bekas tuberkulosis paru

3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :

a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-

tanda lain positif)

Page 2: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

8

b. TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan

tanda-tanda lain meragukan). (Suyono, et al, 2001)

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Gb. 1: Anatomi Sistem Pernafasan

Page 3: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

9

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah

hidung, faring, laring, trachea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung ; Nares

anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran

itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga

hidung). Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya

akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan

selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga

hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan eshopagus pada ketinggian

tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal).

Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang

memisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari faring sampai

ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.

Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh

ligamen dan membran.

Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea

berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima

dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi). Trachea

tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang rawan

yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran

di sebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan

otot.

Page 4: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

10

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian

kira-kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronchus-bronchus itu

berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronchus kanan

lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari

arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah

arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih

langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum

dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus

lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan

terus menjadi bronchus. Yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya

menjadi bronchiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveoli (kantong udara). Bronchiolus terminalis memiliki

garis tengah kurang lebih 1 mm. bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin

tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat

berubah. Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat bronchibiolus

terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya

adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronchiolus dan

respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli

pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan

sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau

Page 5: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

11

kadang disebut lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm.

terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai sakus

alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori

kohn.

Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan

kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di

dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk

lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius

dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan

inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,

sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang

cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

2. Fisiologi

Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara

ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara

ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah

ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru

karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus

akibat kerja mekanik dan otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang

terdiri dan beberapa aspek yaitu :

Page 6: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

12

a. Transportasi Oksigen

Difusi di dalam paru terjadi karena perbedaan konsentrasi

yang tinggi diaveoli ke kapiler paru. Sebaliknya, karbondioksida

mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler paru dibanding alveoli.

Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem peredaran

darah, dari paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut transportasi dan

pertukaran oksigen dan karbondioksida darah. Pembuluh darah kapiler

jaringan dengan sel – sel jaringan disebut difusi. Respirasi dalam

adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di mitokondria, meliputi

penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida selama

pengambilan energi dari bahan – bahan nutrien.

b. Ventilasi

Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

paru karena terdapat perdarahan tekanan antara intrapulmunal

(tekanan intraalveoli dan tekanan intrapleura) dengan tekanan

intrapulmunal lebih tinggi dari tekanan atmosfer maka udara akan

masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan intrapulmunal

lebih rendah dari tekanan atmosfer maka udara akan bergerak keluar

dari paru ke atmosfer disebut ekspirasi.

c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah

respimi atau respirasi interna menipakkan stadium akhir dari respirasi,

yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk mendapatkan energi, dan

Page 7: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

13

karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan

dikeluarkan oleh paru-paru.

d. Transportasi

Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi

gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya

kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini

adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas.

e. Perfusi

Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler

paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru

dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain

ventilasi dan perfusi dari unit pulmonary harus sesuai pada orang

normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan

perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.

Secara garis besar bahwa paru-paru memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara

atmosfer ke darah vena dan mengeluarkan gas karbondioksida dari

alveoli ke udara atmosfer

b. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi

c. Reservoir darah

d. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas

Page 8: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

14

C. Etiologi dan Predisposisi

1. Etiologi

Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah terinfeksinya

paru oleh mycobacterium yang merupakan kuman berbentuk batang

dengan ukuran sampai empat dan bersifat anaerob. Sifat ini yang

menunjukan kuman-kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi

kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi

penyakit tuberkulosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak ( lipit ) yang

membuat kuman penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui

droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi

(Isserbacher,2000).

2. Predisposisi

Basil Tuberkulosis menginfeksi seseorang melalui pernafasan

atau kadang juga melalui mulut berupa makanan yang berasal dari hewan

– hewan yang sakit, sedangkan daya penularan dari seorang penderita

tuberculosis ditemukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru

penderita. Persebaran kuman – kuman tersebut dalam udara serta

banyaknya kuman yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan

berada di udara sekitar penderita tuberculosis paru.

Faktor resiko terinfeksi meliputi tingginya prevelensi

tuberculosis paru, keadaan social ekonomi serta status gizi serta

lingkungan. Sedangkan factor resiko jatuh sakit meliputi daya tahan tubuh

yang menurun dan tingkat pemaparan yang tinggi. Faktor – factor lain

Page 9: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

15

yang berperan penting dalam penyebaran penyakit ini adalah kepadatan

penduduk, rendahnya hygiene sanitasi, keadaan social ekonomi dan

keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan minimal.

Minimal setiap orang harus mendapatkan ruangan / luas lantai 12 m.

Jika pengobatan seorang penderita TBC aktif tidak rutin / drop

out maka penderita tuberculosis paru akan bertambah parahdimana

mengakibatkan komplikasi dan juga mengakibatkan kematian.

D. Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi.

Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak

diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke

area paru lain dan bagian tubuh lainnya.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil

dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukan eksudat dalam

alveoli dan menyebabkan bronkopnumonia.

Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup

dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.

Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya

disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,

membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi,

membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa

perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif

Page 10: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

16

karena gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena

infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon

memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian

menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang

terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia

lebih lanjut (Smeltzer & Bare, 2001).

E. Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinik pada tuberculosis paru dapat bermacam – macam

antara lain:

1. Demam

Umumnya subfebris, kadang – kadang 40-41”C, keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya

infeksikuman tuberculosis yang masuk.

2. Batuk

Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini diperlukan untuk

membuang produk radang, sifat batuk kering (non produktif)

kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif(menghasilkan

sputum/dahak) keadaan yang lanjut berupa batuk darah haemoptosis

karena terjadi pada dinding bronkus.

3. Sesak nafas

Pada gejala awal atau ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas

akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian paru-paru.

Page 11: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

17

4. Nyeri dada

Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai dapa

pleura sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi gejala ini akan

jarang ditemukan.

5. Malaise

Penyakit tuberculosis paru bersifat radang yang menahun. Gejala

malaise sering ditemukan anoretia, badan makin kurus,berat badan

menurun , sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, gejala

semakin lama semakin berat dan hilangtimbul secara tidak teratur

( Ilmu Penyakit Dalam,1996).

Menurut American Thoracic Society, America Lung Assosiation,

klasifikasi tuberculosis paru didasarkan pada hubungan yang luas

antar parasit dan penderita, jumlah hasil dalam dahak dan kemoterapi

yang adekuat.

Klasifikasi diagnosis tuberculosis adalah:

1. TB paru

a. BTA (Bakteri tahan Asam) mikroskopis langsung atau biakan (-),

kelainan foto thorak menyokong TB paru pada gejala klinis sesuai

TB paru.

b. BTA(Bakteri Tahan Asam) mikroskopis langsung atau biakan (-),

tetapi kelainan roentgen pada klinis sesuai dengan TB paru dan

memberikan perbaikan pada pengobatan awal inti TB paru (intial

Page 12: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

18

therapy) pasien golongan ini memerlukan pengobattan yang

adekuat.

2. TB paru tersangka

Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan

Bakteri Tahan Asam (BTA) didapat (paling lambat 3 bulan).Pasien

dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil

pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan

roentgen dan klinis sesuai TB paru.Pengobatan dengan anti TBC

sudah dapat dimulai.

3. Bekas TB paru

Ada riwayat TB paru pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa

pengobatan atau gambaran roentgen normal/abnormal tetapi stabil

pada foto serial dan sputum GBTA (+) kelompok ini tidak pernah

diobati. (Corwin,2001)

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang harus dilakukan pasien dengan masalah tuberkulosi

paru antara lain:

1. Pengobatan

Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah

mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya komplikasi.

Jenis dan dosis OAT :

a. Isoniazid (H)

Page 13: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

19

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif

terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang

sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa

neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus,

pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai

ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan,

nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat

diteruskan sesuai dosis.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman

(persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi

demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna

merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus

diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi

cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme

obat dan tidak berbahaya.

Page 14: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

20

c. Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam

sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah

hiperurikemia, hepatitis, atralgia.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah

nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan

dengan keseimbangan dan pendengaran.

e. Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan

penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta

warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.

2. Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat

jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki

kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa

tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.

3. Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,

mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat,

minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa

sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian

Page 15: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

21

imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

oleh basil tuberkulosis virulen.

G. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada penderita TB paru antara lain:

1. Pendarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

2. Penyebaran infeksi ke organ lain

Misalnya : otak, jantung persendian, ginjal aslinya.

H. Pengkajian Fokus

Pengkajian tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena

diantaranya yaitu:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala: Kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas

pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari,

menggigil atau berkeringat.

Tanda: Takikardi,takipnea/dipsnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri

dan sesak (tahap lanjut).

2. Integritas ego:

Gejala: Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan

penyakit, masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus

asa, menurunnya produktivitas.

Tanda: Menyangkal (khususnya pada tahap dini),ansietas,

Page 16: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

22

ketakutan, gelisah, iritabel, perhatian menurun, perubahan

mental (tahap lanjut).

3. Makanan dan cairan:

Gejala: Kehilangan napsu makan, penurunan berat badan.

Tanda: Turgor kulit buruk, kering, bersisik, kehilangan massa otot,

kehilangan lemak subkutan

4. Nyeri dan Kenyamanan:

Gejala: Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang,

nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam,

mungkin menyebar ke bahu, leher atau abdomen.

Tanda: Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,

gelisah.

5. Pernapasan:

Gejala: Batuk (produktif atau tidak produktif), napas pendek,

riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi

Tanda: Peningkatan frekuensi pernapasa, peningkatan kerja napas,

penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher,

retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat,

pengembangan dada tidak simetris, perkusi pekak dan

penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi

hiperresonan di atas area yang telibat, bunyi napas

menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral,bunyi

napas tubuler atau pektoral di atas lesi, crackles di atas

Page 17: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

23

apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek

(crackels posttussive), karakteristik sputum hijau purulen,

mukoid kuning atau bercak darah, deviasi trakeal.

6. Keamanan:

Gejala: Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan

infeksi sekunder.

Tanda: Demam ringan atau demam akut.

7. Interaksi Sosial:

Gejala: Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,

perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas

fisik untuk melaksanakan peran

8. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala: Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status

kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB,

tidak berpartisipasi dalam terapi

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis paru yaitu:

a. Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis pada

tahap akhir penyakit.

b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk

usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.

c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area

indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72jam setelah injeksi

Page 18: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

24

intra dermal antigen) menunjukan infeksi masa lalu dan adanya

antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif.

d. Elisa/Wostern Blot: dapat menyatakan adanya HIV.

e. Foto thorax: dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru

atas, simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan.

f. Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk mycobacterium

tuberkulosis.

g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana TB,

adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.

h. Elektrolit: dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi.

i. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa

pada paru.

j. Pemeriksaan fungsi paru: Penurunan kapasitas vital, peningkatan

tiang mati, peninmgkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan

penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi

parenkrim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural

(TB paru kronis luas). (Doengoes,2000)

Page 19: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

25

I. Pathway Keperawatan

Mycobacterium luberkulosis

Airbone/inhalasi/droplet

Saluran pernafasan

Saluran pernafasan atas Saluran pernafasan bawah

Bakteri yang besar bertahan di bronkus

Peradangan bronkus

Penumpukan sekret

Efektif

Tidak efektif

Terhisap orang sehat

Sekret sulit dikeluarkan

Obstruksi

Sesak nafas

Gangguan pola nafas tidak efektif

Paru – paru

alveolus

Terjadi perdarahan Penyebaran bakteri secara hematogen dan limfogen

Alveolus megalami konsolidasi eksudasi

Sesak nafas

Pertukaran O2 dan CO2 tidak lancar

Gangguan pertukaran gas

Demam Sistem imun

melakukan inflamasi

Peningkatan suhu tubuh

Fagosit menekan bakteri

Penekanan eksudat dalam alveoli

Sekresi kental

Produksi sputum yang berlebihan

anoreksia

Penurunan Berat badan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Respon batuk yang menetap

Keletihan

Intoleransi aktivitas

Sekret keluar saat btuk

Batuk terus menerus

Resiko penyebaran

infeksi

Page 20: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

26

Diagnosa Keperawatan

1 Berikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,

kelemahan upaya batuk buruk

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kekurangan upaya batuk

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek

paru. Kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kevtal dan tebal

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia.

5. Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat

oksigenasi untuk aktivitas

7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan pencegahan

berhubungan dengan jalan interpretasi inibrasi, keterbatasan kognitif

8. Risiko tinggi infeksi terhadap penyebaran berhubungan dengan pertahan

primer adekuat, kerusakan jaringan penakanan proses inflamasi, malnutrisi

(Doengoes,2000)

Page 21: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

27

J. Fokus Intervensi dan Rasional

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan Kreteria Hasil

Intervensi Rasional

1.

2.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, kelemahan upaya batuk buruk Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kekurangan upaya batuk

bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali aktif

pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret tanpa bantuan dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman dan pernafasan normal

a. Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kelemahan dan penggunaan otot bantu

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis

c. Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan

e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m / hari kecuali kontra indikasi

a. . Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot aksesoris, catat setiap perubahan

a. Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot akseseri pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

b. Pengeluaran sulit

bila sekret sangat tebal sputum berdarah kental / darah cerah (misal efek infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi).

c. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan

d. Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

e. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membantu untuk mudah dikeluarkan

a . Kecepatan biasanya meningkat, dispnea terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan dan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.

Page 22: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

28

3.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek paru, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal

tidak ada tanda-tanda dispnea

melaporkan tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam rentang normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.

b . Kaji kualitas sputum, warna, bau dan konsistensi

c. Baringkan klien

untuk mengoptimalkan pernafasan (semi fowler)

a. Kaji dispnea,

takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.

b. Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku

c.Tunjukkan/dorong bernafas dengan bibir selama endikasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim

d.Tingkatkan tirah

baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien sesuai keperluan

e. Kolaborasi medis

dengan pemeriksaan ACP dan pemberian oksigen

b. Adanya sputum yang tebal, kental, berdarah dan purulen diduga terjadi sebagai masalah sekunder

c. Posisi duduk

memungkinkan ekspansi paru maksimal upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret

a . TB paru

menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis effure pleural untuk fibrosis luas

b. Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu O2 organ vital dan jaringan.

c. Membuat tahanan

melawan udara luar untuk mencegah kolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurunkan nafas pendek.

d. Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.

e. Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu

Page 23: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

29

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, anoreksia, ketidak cukupan nutrisi

kebutuhan nutrisi terpenuhi (tidak terjadi perubahan nutrisi)

pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan melakukan perilaku atau perubahan pola hidup.

a. Catat status nutrisi

pasien dari penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangannya berat badan, riwayat mual atau muntah, diare

b. Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai

c. Selidiki anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat, awasi frekuensi, volume konsistensi feces.

d. Dorong dan berikan periode istirahat sering

e. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

f. Dorong makan

sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein.

g. Kolaborasi, rujuk

ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

pengenceran sekret.

a. Berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

b. Membantu dalam

mengidentifikasi kebutuhan pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.

c. Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan atau penggunaan nutrien.

d. Membantu

menghemat energi khususnya bila kebutuhan meningkat saat demam.

e. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

f. Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau kebutuhan energi dari makan makanan banyak dari menurunkan iritasi gaster.

g. Bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet

Page 24: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

30

5

6

Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk aktivitas

Agar pola tidur terpenuhi Agar aktivitas kembali efektif.

Pasien dapat istirahat tidur tanpa terbangun pasien mampu melakukan ADLnya secara mandiri dan tidak kelelahan setelah beraktivitas

a. Diskusikan perbedaan individual dalam kebutuhan tidur berdasarkan hal usia, tingkat aktivitas, gaya hidup tingkat stress.

b. Tingkatkat

relaksasi, berikan lingkungan yang gelap dan terang, berikan kesempatan untuk memilih penggunaan bantal, linen dan selimut, berikan ritual waktu tidur yang menyenangkan bila perlu pastikan ventilasi ruangan baik, tutup pintu ruangan bila klien menginginkan.

a. Secara bertahap

tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi

b. Memberikan

dukungan emosional dan semangat

c. Setelah aktivitas

kaji respon abnormal untuk meningkatkan aktivitas.

a. Rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam tiap malam nyatanya tidak mempunyai fungsi dasar ilmiah individu yang dapat rileks dan istirahat dengan mudah memerlukan sedikit tidur untuk merasa segar kembali dengan bertambahnya usia, waktu tidur. Total secara umum menurun, khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap meningkat.

b. Tidur akan sulit

dicapai sampai tercapai relaksasi, lingkungan rumah sakit dapat mengganggu relaksasi.

a. Mempertahankan

pernafasan lambat, sedang dan latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.

b. Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas

c. Intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung sirkulasi dan status pernafasan setelah beraktivitas.

Page 25: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

31

7.

8.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan salah satu interprestasi informasi, keterbatasan kognitif, tidak lengkap informasi yang ada Risiko tinggi infeksi terhadap penyebaran atau aktivitas ulang berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan jaringan, penekanan proses inflamasi, mal nutrisi

Pengetahuan pasien bertambah tentang penyakit TB Paru Tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran

Pasien menyatakan mengerti tentang penyakit TB Paru Pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran infeksi, melakukan perubahan pola hidup.

c. Kaji kemampuan pasien untuk belajar

d. Berikan instruksi

dan informasi tertulis pada pasien untuk rujukan

a. Jelaskan dosis obat,

frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama, dikaji potensial interaksi dengan obat atau subtansi lain

b. Dorong untuk tidak merokok

c. Kaji bagaimana

yang ditularkan kepada orang lain

a. Kaji patologi

penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa

b. Identifikasi orang

lain yang beresiko, missal: anggota keluarga, sahabat karib/ teman

c. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, missal :

c. Belajar tergantung pada emosi dari kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu

d. Informasi tertulis menentukan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi pengulangan menguatkan belajar

a. Meningkatkan

kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien

b. Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien

c. Pengetahuan dapat menurunkan resiko penularan atau reaktivitas ulang juga komperkasi sehubungan dengan reaktivitas

a. Membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang atau komplikasi serta membantu pasien atau orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain

b. Orang-orang yang terpejan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/ terjadinya infeksi

c. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan

Page 26: BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianakar... · b. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari

32

masker atau isolasi pernafasan

d. Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat, dorong untuk mengulangi demonstrasi

e. Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

f. Dorong memilih mencerna makanan seimbang, berikan makan sering, makanan kecil pada jumlah, makanan besar yang tepat

membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular

d. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran

e. Periode singkat

berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan

f. Adanya anoreksia (mal nutrisi sebelumnya, merendahkan tahapan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan, makanan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua