bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. konsep...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Manuaba, 1998).
Sedangkan pengertian lain masa nifas adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil (Mochtar, 1998).
b. Pembagian Periode Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1). Puerperium dini
Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2). Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
7
3). Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
c. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu:
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan
lemak bertambah.
2) Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferius disebut colostrum,
berwarna kuning-putih susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana
vena-vena berdilatasi sehingga nampak jelas.
4) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron
hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari
pasca persalinan.
8
2. Perawatan Payudara
a. Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara pada waktu nifas adalah perawatan yang
dilakukan terhadap payudara pada masa setelah melahirkan (http ://
www.infobunda.com. diperoleh tanggal 9 Juli 2008).
b. Tujuan Perawatan Payudara
Tujuan perawatan payudara adalah sebagai berikut (Jenny, 2006):
1). Melancarkan sirkulasi aliran darah.
2). Mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut ini (Huliana, 2003):
1). Lakukan perawatan payudara secara teratur .
2). Pelihara kebersihan sehari-hari.
3). Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk
mencukupi produksi ASI.
4). Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya.
5). Ibu harus merasa nyaman dan santai.
6). Hindari rasa cemas dan stress karena akan menghambat reflek
oksitosin.
9
c. Jenis-jenis Perawatan Payudara
Jenis-jenis perawatan payudara antara lain (Huliana, 2003):
1). Perawatan Puting Susu
Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui.
Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada puting susu. Oleh
karena itu, puting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan
baik. Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
merawat puting susu.
a). Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi
dengan minyak selama lima menit agar kotoran di sekitar
puting mudah terangkat.
b). Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan
minyak pada ibu jari dan telunjuk, lalu letakkan keduanya pada
puting susu. Lakukan gerakan memutar ke arah dalam sebanyak
30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan ini untuk
meningkatkan elastisitas otot puting susu.
c). Jika puting susu datar atau masuk ke dalam, Lakukan tahap
berikut :
(1). Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan puting
susu, kemudian tekan dan hentakkan ke arah luar menjauhi
puting susu secara perlahan.
10
(2). Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu,
lalu tekan serta hentakkan ke arah luar menjauhi puting
susu secara perlahan.
Lakukanlah langkah-langkah perawatan di atas 4-5 kali
pada pagi dan sore hari. Sebaiknya perhatikan untuk tidak
memakai bahan-bahan seperti alkohol atau sabun untuk
membersihkan puting susu karena akan menyebabkan kulit
menjadi kering dan lecet (Huliana, 2003).
Untuk mencegah puting susu agar tidak lecet (luka ) adalah
sebagai berikut (Jenny, 2006):
a). Olesi puting susu dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui.
b). BH jangan terlalu keras atau ketat.
c). Posisi menyusui lakukan bervariasi.
d). Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol dan
obat-obatan yang dapat merangsang kulit atau puting susu.
e). Lepaskan hisapan bayi setelah menyusui dengan benar, yaitu
dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari kelingking
ibu ke sudut mulut bayi agar mulut bayi terbuka.
Jika terjadi lecet atau retak-retak, istirahatkan tidak
menyusui selama 24 jam dan diberi salep di puting susu yang
lecet, untuk mengurangi rasa sakit lakukan pengompresan es dan
lakukan pengosongan ASI secara manual.
11
2). Perawatan Payudara
Langkah-langkah perawatan payudara antara lain (Huliana,
2003):
a). Siapkan alat dan bahan berikut ini
(1). Minyak kelapa
(2). Gelas susu
(3). Air panas dan air dingin dalam wadah/baskom kecil
(4). Waslap/sapu tangan dari handuk
(5). Handuk bersih
b). Lakukan langkah-langkah pengurutan
(1). Pengurutan pertama
Terdiri dari empat gerakan, yang dilakukan pada kedua
payudara selama lima menit. Berikut tahap-tahap yang
dilakukan pada pengurutan pertama.
(a). Licinkan kedua tangan dengan minyak.
(b). Tempatkan kedua tangan di antara kedua payudara.
(c). Lakukan pengurutan, dimulai ke arah atas, lalu
telapak tangan kiri ke arah sisi kiri dan telapak
tangan kanan ke arah sisi kanan.
(d). Lakukan pengurutan ke bawah/ke samping.
Selanjutnya pengurutan melintang. Telapak tangan
mengurut ke depan lalu kedua tangan dilepas dari
payudara.
12
(e). Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara.
(2). Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua
atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar
sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama
pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan pada
setiap payudara. Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu
payudara.
(3). Pengurutan ketiga
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan
yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari
arah tepi ke arah puting susu, lakukan gerakan ini sekitar
30 kali.
c). Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan
alat dan bahan berupa dua buah wadah/baskom kecil yang
masing-masing di isi dengan air hangat dan air dingin serta
dua buah waslap/sapu tangan dari bahan handuk.
Selanjutnya kompres kedua payudara dengan waslap hangat
selama dua menit . Lalu ganti dengan kompres waslap
dingin selama satu menit. Kompres bergantian selama tiga
kali berturut-turut dan diakhiri dengan kompres air hangat.
13
d). Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah
pembendungan ASI. Berikut ini tahap-tahap yang harus
dilakukan:
(1). Sediakan gelas untuk menampung air (jika air susu akan
disimpan, gunakan yang steril).
(2). Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan
telunjuk kira-kira 2,5-3 cm dari puting susu.
(3). Letakkan jari-jari tersebut sedemikian rupa sehingga
penampungan air susu berada di bawahnya.
(4). Tekan payudara ke arah dada dan perhatikan agar jari-
jari jangan direnggangkan. Angkat payudara yang agak
besar dahulu, lalu tekankan ke arah dada.
(5). Gerakkan ibu jari dan telunjuk ke arah puting susu
untuk menekan dan mengosongkan tempat
penampungan susu pada payudara tanpa rasa sakit.
(6). Ulangi gerakan itu untuk mengosongkan daerah
penampungan air susu. Gunakan kedua tangan pada
masing-masing payudara.
Catatan :
(1). Hindari gerakan yang dapat mememarkan puting susu.
(2). Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar
karena dapat merusak jaringan payudara.
14
(3). Hindari penggesekan pada payudara karena dapat
menimbulkan rasa panas pada kulit payudara.
Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra
atau BH yang menyangga payudara dengan sempurna.
Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, proses
menyusui dapat berjalan dengan lancar.
d. Waktu Perawatan
Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini
mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali
sehari. (Huliana, 2003).
3. Bendungan ASI (Engorgement)
a. Pengertian Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tak dikosongkan dengan
sempurna atau kelainan pada puting susu. (Mochtar, 1998).
b. Penyebab Bendungan ASI
1. Pengosongan mammae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu
yang berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai
menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka terdapat sisa
ASI di dalam payudara.
15
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila ibu tidak meyusukan bayinya sesering
mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Tekhnik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan
puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat
bayi menyusu. Akhirnya ibu tidak mau menyusui bayinya.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,
bayi tidak mau menyusu.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan
merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
(www.fadlie.web.id, 2009)
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro,
2005):
1). Payudara keras dan panas pada perabaan.
2). Suhu badan tidak naik
3). Puting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan
bayi untuk menyusu.
16
4). Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang.
Sedangkan tanda dan gejala yang lain (Soetjiningsih, 1997):
1). Payudara sangat sukar disusu oleh bayi
2). Kalang payudara lebih menonjol
3). Puting susu lebih mendatar
4). Kulit pada payudara nampak lebih mengkilat
5). Ibu merasa demam
6). Payudara terasa nyeri
d. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus
yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin)
waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan
lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air
susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini
timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum
menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu
(Wiknjosastro, 2005).
17
e. Pencegahan
Bendungan ASI dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut
(www.khaidirmuhaj.blogspot.com, 2009):
1). Jangan membersihkan puting susu dengan sabun atau zat pembersih
lain, bersihkan hanya dengan air.
2). Teknik menyusui harus benar.
3). Puting dan areola harus kering setelah menyusui.
4). Jangan memakai lapisan plastik pada payudara.
Menurut sumber lain bendungan ASI dapat dicegah dengan cara
(Soetjiningsih, 1997):
1). Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
2). Susukan bayi tanpa jadwal.
3). Keluarkan ASI dengna tangan atau pompa, apabila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi.
4). Melakukan perawatan payudara pasca natal secara teratur.
f. Penanganan
Penanganan bendungan ASI yaitu (Moochtar, 1998):
1). Berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika).
2). Kosongkan payudara (bukan ditekan) dengan pompa atau dengan
tangan.
3). Sebelum menyusukan dilakukan pengurutan dulu atau dipompa,
sehingga sumbatan hilang.
18
4). Kalau perlu berikan stil bestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari
selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi air susu.
Dapat dilakukan juga dilakukan penanganan yang lain diantaranya
(www.khaidirmuhaj.blogspot.com, 2009):
1). Teknik menyusui yang benar
2). Puting susu harus kering
3). Pemberian lanunen dan vitamin E
4). Menyusui payudara yang tidak lecet, bila lecet hebat maka
menyusui ditunda 24-48 jam, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa.
4. Konsep Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian
Menurut Azrul Azwar dalam (Effendy, 1998) pendidikan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu atau mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Menurut Wood dalam (Effendy, 1998) pendidikan kesehatan
adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan
terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya
dengan kesehatan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan adalah
kegiatan menyebarkan pesan atau pengetahuan sehingga masyarakat
19
menjadi lebih tahu dan mengerti serta mau dan bisa melakukan anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan.
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu (Effendy, 1998):
1). Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.
2). Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
3). Menurut WHO adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan
atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
c. Proses Pendidikan Kesehatan
Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni
(Effendy, 1998):
1). Masukan (input)
Persoalan masuk menyangkut subjek atau sasaran belajar itu
sendiri dengan berbagai latar belakangnya.
2). Proses
Persediaan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya
perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses
20
ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain
subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang
digunakan, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari.
3). Keluaran (output)
Keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari
kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar.
Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan pada bagan di
bawah ini.
Metode
Input (subjek belajar)
Fasilitas Belajar
Proses Belajar
Output (hasil belajar)
Alat-alat bantu
Bahan belajar
Skema 2.1 : Proses Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Sumber : (Effendy,1998).
d. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan mencakup individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Effendy, 1998):
21
1). Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan
kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik,
puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan
masyarakat binaan.
2). Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan yang tergolong dalam keluarga risiko tinggi,
diantaranya adalah :
a). Anggota keluarga yang menderita penyakit menular.
b). Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan
pendidikan yang rendah.
c). Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan
yang buruk.
d). Keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk.
e). Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang
banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga.
3). Kelompok
Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam pendidikan
kesehatan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu
nifas.
4). Masyarakat
a). Masyarakat binaan puskesmas
22
b). Masyarakat nelayan
c). Masyarakat pedesaan
d). Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan
seperti puskesmas, posyandu yang diberikan pendidikan
kesehatan secara massal.
e). Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti
wabah DHF, muntah berak dan sebagainya.
e. Materi
Pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang
disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya (Effendy, 1998).
Materi yang disampaikan sebaiknya :
1). Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat
dalam bahasa kesehariannya.
2). Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti
oleh sasaran.
3). Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat
peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik
perhatian sasaran.
4). Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan
sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi.
23
f. Metode pendidikan kesehatan.
Metode yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya
metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang
memberikan pendidikan terhadap sasaran, sehingga diharapkan
tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan
lebih jelas dan mudah dipahami.
Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan
masyarakat dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu :
1). Metode Didaktik
Pada metode dedaktik yang aktif adalah orang yang
melakukan pendidikan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif
dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan
pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun.
Proses pendidikan yang terjadi bersifat satu arah (one way method),
yang termasuk dalam metode ini adalah :
a). Secara langsung : ceramah.
b). Secara tidak langsung : poster, media cetak (majalah, buletin,
surat kabar), media elektronik (radio, televisi).
2). Metode Sokratik
Pada metode ini sasaran diberikan kesempatan
mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses
belajar mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah
antara yang menyampaikan pesan di satu pihak dengan yang
24
menerima pesan di lain pihak/two way metod (Effendy, 1998).
Yang termasuk dalam metode ini adalah :
a). Langsung: diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi,
bermain peran (role playing), sosiodrama, simposium, seminar,
studi kasus, dan sebagainya.
b). Tidak langsung: pendidikan kesehatan melalui telepon, satelit
komunikasi (Effendy, 1998).
Sedangkan menurut sumber lain metode pendidikan kesehatan
dikelompokkan menjadi 3, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
1). Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau
membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu
perubahan-perubahan perilaku atau inovasi.
2). Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus di ingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal
dari sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain
dengan kelompok yang lebih kecil. Efektivitas suatu metode
akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
3). Metode Pendidikan Massa
Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini
25
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,
jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang
akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat ditangkap oleh massa tersebut.
g. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan
1). Pengertian
Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan
oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran.
Alat bantu ini sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan/pengajaran.
2). Manfaat
a). Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b). Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c). Membantu dan mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.
d). Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima pada orang lain.
e). Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh
para pendidik/pelaku pendidikan.
f). Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
g). Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami, dan akhirnya medapat pengertian yang lebih baik.
26
h). Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
3). Macam-macam alat bantu pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2003: 62-67) pada garis besar hanya ada tiga
macam alat bantu pendidikan (alat peraga) yaitu :
a). Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya
proses pendidikan.
b). Alat-alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses
penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring
hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
c). Alat bantu lihat dengar, seperti televisi, radio cassette. Alat-alat
bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids
(AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan
menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya,
yaitu:
a). Alat peraga yang complicated (rumit) seperti film-film strip slide
dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
b). Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan
bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu,
karton, kaleng bekas, bekas koran dan sebagainya.
27
4). Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan
a). Yang perlu diketahui tentang sasaran, antara lain :
(1). Individu atau kelompok.
(2). Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur,
pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
(3). Bahasa yang mereka gunakan.
(4). Adat istiadat serta kebiasaan.
(5). Minat dan perhatian.
(6). Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan
yang akan diterima.
b). Tempat memasang (menggunakan) alat-alat bantu/peraga :
(1). Di dalam keluarga, antara lain di dalam kesempatan
kunjungan rumah, waktu menolong persalinan dan
merawat bayi, atau menolong orang sakit, dan
sebagainya.
(2). Di masyarakat misalnya pada waktu perayaan hari-hari
besar, arisan-arisan, pengajian dan sebagainya serta
juga dipasang di tempat-tempat umum yang strategis.
(3). Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah
sakit, kantor-kantor, sekolah-sekolah dan sebagainya.
c). Alat-alat bantu/peraga tersebut sedapat mungkin dapat
dipergunakan oleh:
(1). Petugas-petugas puskesmas/kesehatan.
28
(2). Kader kesehatan.
(3). Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat
lainnya.
(4). Pamong desa.
h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pendidikan Kesehatan
Menurut Effendy (1998: 247) banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu pendidikan kesehatan masyarakat, apakah itu dari
penyuluh, sasaran atau dalam proses pendidikan itu sendiri.
1). Faktor pendidik
a). Kurang persiapan.
b). Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan.
c). Penampilan kurang meyakinkan sasaran.
d). Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh
sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah
asing.
e). Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar.
f). Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.
2). Faktor Sasaran
a). Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit
mencerna pesan yang disampaikan.
b). Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah.
29
c). Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam
sehingga sulit untuk mengubah.
d). Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak
mungkin terjadi perubahan perilaku.
3). Faktor Proses dalam Pendidikan
a). Waktu pendidikan tidak sesuai dengan waktu yang
diinginkan sasaran.
b). Tempat pendidikan dilakukan dekat dengan tempat
keramaian.
c). Jumlah sasaran yang mendengarkan pendidikan terlalu
banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam
memberikan pendidikan.
d). Alat peraga dalam memberikan pendidikan kurang dapat
mempermudah pemahaman sasaran.
e). Metode yang digunakan kurang tepat.
f). Bahasa yang dipergunakan kurang dimengerti oleh
sasaran.
i. Penyuluhan Terstruktur
Menurut Azrul Azwar (Efendy, 1998) yaitu kegiatan
pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan,
menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu
dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
berhubungan dengan kesehatan. Menurut kamus bahasa Indonesia,
30
struktur berarti tatanan/susunan, terstruktur berarti
tertata/tersusun/terencana (Depdiknas, 2005). Jadi penyuluhan
terstruktur yaitu kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan
direncanakan/disusun secara matang sehingga dapat mencapai tujuan
yang optimal.
j. Pengukuran Hasil Penyuluhan Kesehatan
Menurut teori Bloom 1908 (Notoatmodjo, 2003) hasil
pendidikan kesehatan dapat diukur melalui pengetahuan (knowledge).
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Overt behavior).
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
31
2). Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3). Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4). Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5). Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6). Evaluasi (Evaluatioan)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
32
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
B. KERANGKA TEORI
Kerangka teori penelitian ini adalah (Effendy, 1998):
Metode
Ibu nifas yang mengalami
engorgement
Fasilitas Belajar
Proses Belajar
Pengetahuan ibu tentang
engorgement
Alat-alat bantu
Bahan belajar
Skema 2.2 Kerangka Teori Pengaruh Pemberian Penyuluhan
Terstruktur tentang Engorgement pada Masa Nifas terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Engorgement.
33
C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pre test: Pengetahuan
tentang engorgement
Intervensi: Penyuluhan
terstruktur tentang engorgement pada
masa nifas
Post test: Pengetahuan
tentang engorgement
Skema 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Penyuluhan
Terstruktur tentang Engorgement pada Masa Nifas terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Engorgement.
D. HIPOTESIS
Ada pengaruh pemberian penyuluhan terstruktur tentang
engorgement pada masa nifas terhadap pengetahuan ibu tentang
engorgement.