ventilasi tambang

Upload: miftah-farid

Post on 18-Oct-2015

283 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

if you need this

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM GEOFIKA TAMBANG 207

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti, perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara segar perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab harus dikeluarkan oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut diatas, maka kebutuhan udara segar di tambang bawah tanah kadang-kadang lebih besar dari pada 200 cfm/orang atau bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat ini sudah banyak yang menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 20 ton udara segar per ton mineral tertambang.

1.2 Tujuan PraktikumSetelah mengikuti praktikum Ventilasi ini, diharapkan praktikan dapat :a. Memahami teori aliran udara pada system ventilasi tambang bawah tanah.b. Melakukan pengukuran kecepatan udara.c. Melakukan pengukuran faktor kehilangan jumlah udara.d. Menghitung kuantitas udara yang dihasilkan oleh fan.

BAB IIDASAR TEORI

2.1. Perubahan Energi Didalam Aliran FluidaVentilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak (steady), artinya tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi waktu. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi, yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan energi.Hukum konservasi energi menyatakan bahwa energi total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Gambar 2.1Sistem Aliran FluidaPerhatikan gambar 2.1, dimana;Energi total 1 = energi total 2 + kehilangan energi .. (1)Atau;Energi masuk sistem = energi keluar sistemJadi didapat persamaan yang disebut persamaan Bernouli :(P1/w) + (V12/2g) + ( Z1) = (P2/w) + (V22/2g) + ( Z2) + Hl .. (2)

Dimana :(P/w) = energi statik /head statik(V2/2g)= energi kecepatan /head kecepatanZ= energi potensial /head potensialHl= energi kehilangan /head kehilanganSetiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi spesifik dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida, maka suku-suku tersebut dapat dinyatakan sebagai presure head atau head saja.Sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi :Ht1 = Ht2 + Hl (3)Dan Persamaan (2) menjadi :Hs1 + Hv1 + Hz1 = Hs2 + Hv2 + Hz3 + Hl (4)Dimana ;Hs= head statikHv= head kecepatanHz= head potensialEnergi potensial dapat dihitung dengan cara memasukkan besaran perbedaan tinggi, yakni;P = w1 H1 = w2 H2Dimana :P= tekanan, dalam Pa atau lbs/sq.ft.W1= bobor isi udara, dalam kg/m3 atau lbs/cuft.H= head, dalam m atau ft.Dengan bobot isi air = 62,4 lb/ft3, pengaruh berda tinggi untuk kolom 1 inci air pada kondisi udara standar adalah :H1 = (w2 H2/ w1) = ((62,4 lb/ft3)(1 in)/ (0,0750 lb/ft3)) = 532 in = 69,3 ft udaraJadi untuk udara diatas permukaan air laut, suatu kenaikan elevasi sebesar 69,3 ft akan menaikkan head potensial Hz sebesar 1 in dan sebagai kompensasinya head statik akan turun juga sebesar 1 in. Dalam praktek, konversi sebesar 70 ft udara ekuivalen dengan 1 in air.Jika head potensial (Hz) diperhitungkan dalam persamaan (4) maka head statik dinyatakan dalam tekanan gauge. Oleh karena itu head statik diukur dari datum tertentu.Gambar 3.2 menunjukkan perhitungan energi aliran udara untuk susunan saluran udara yang diletakkan secara mendatar dan tegak. Untuk posisi mendatar :HT1 = Hs1 + Hv1 + Hz1HT2 = Hs2 + Hv2 + Hz2HT1 = HT2 + HLDengan menggunakan tekanan absolut :(4 + 408) + 1 + 0 = ( 1 + 408 ) + 1 + 0 + 3413 =413Dengan tekanan gage :4 + 1 + 0 = 1 + 1 + 0 + 35 =5

Gambar 2.2Susunan Saluran Udara Mendatar dan Tegak Untuk posisi tegak :HT1 = HT2 + HL Dengan tekanan absolut :(4 + 408) + 1 + 0 = (1 + 407 ) + 1 + 1 + 3 413 = 413 Dengan tekanan gage :4 + 1 + 0 1 + 1 + 1 + 35 6Perhitungan dengan tekanan gage salah karena tidak mempertimbangkan perubahan datum yang terjadi karena perubahan elevasi.Pada prakteknya penggunaan tekanan absolut dalam perhitungan ventilasi membuat rumit. Oleh karena itu diterapkan konvensi penggunaan tekanan gage sebagai basis perhitungan dengan cara menghilangkan Hz dalam semua perhitungan.Dengan demikian persamaan energi yang disederhanakan menjadi :Ht1 = Ht2 + HLHs1 + Hv1 = Hs2 + Hv2 + HL .. (5)Persamaan ini berlaku selama pengukuran dan perhitungan head statik didasarkan pada tekanan gage. Namun persamaan tersebut tidak berlaku untuk ventilasi alam dimana Hz tidak bisa diabaikan.

2.2. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambanga. Head LossAliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk mendapatkan aliran yang tunak (steady), digunakan untuk menimbulkan perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran (HL).Head loss dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu : friction loss (Hf) dan shock loss (Hx). Dengan demikian head loss adalah:HL = Hf + Hx (6)Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear melalui saluran dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock loss adalah kehilangan head yang dihasilkan dari perubahan aliran atau luas penampang dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik keluaran dari sistem, belokan atau percabangan, dan halangan-halangan yang terdapat pada saluran.b. Mine HeadUntuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan untuk mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran yang diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi aliran.Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin dan satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut mine head, yaitu perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.1) Mine statik head (mine Hs)Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk mengatasi seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah termasuk semua kehilangan dalam head loss yang terjadi antara titik masuk dan keluaran sistem dan diberikan dalam bentuk persamaan:Mine Hs = HL = (Hf + Hx)2) Mine velocity head (mine Hv)Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran sistem. Velocity head akan berubah dengan adanya luas penampang dan jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari bobot iisi udara dan kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan suatu head loss komulatif, namun untuk suatu sistem merupakan kehilangan, karena energi kinetik dari udara dilepaskan ke atmosfer.3) Mine total head (mine HT)Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam sistem ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine statik (Hs) dan velocity head (Hv), yaitu :Mine HT = mine Hs + mine Hv

2.3. Gradien Tekanan (Gradien Hidrolik)Penampilan berbagai komponen head dari persamaan umum energi secara grafis dapat menjelaskan gradien tekanan. Gambar 3.3 menunjukkan gradien tekanan untuk suatu sistem aliran udara sederhana. Tampak dari gambar tersebut bahwa ada 3 gradien yang jelas, yaitu : elevasi, statik + elevasi (termasuk tekanan atmosfer) dan head total. Dalam ventilasi tambang, hanya gradien tekanan statik dan total yang di plot. Efek elevasi dapat diabaikan dan datum yang digunakan paralel dengan garis tekanan barometrik.Pengaliran udara melalui sistem tekan (boeling) dilakukan dengan meletakkan sumber penekan udara di lubang masuk dan menaikkan tekanan udara tambang hingga diatas tekanan atmosfer (lihat gambar 3.4). Pada gambar 3.4 tampak bahwa perubahan tekanan ditunjukkan oleh head kecepatan (Hv), head gesek (Hf), subskrip a, b, c, menggambarkan posisi saluran, sedangkan subskrip d, e, dan f masing-masing mewakili kondisi shock losses akibat pengembangan, penyempitan, dan pengeluaran. Perlu diperhatikan bahwa pada sistem ini semua head positif kecuali pada bagian masuk.

Gambar 2.3Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana

Gambar 2.4Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi TekanUntuk menggambarkan sistem gradien tekanan perlu memperhatikan beberapa hal berikut : Head tekanan total selalu nol pada bagian masuk sistem, tetapi positif dan sama dengan head kecepatan di bagian keluar. Head keamanan statik selalu negatif dan sama dengan head kecepatan pada bagian masuk tetapi nol pada bagian keluar. Head total pada setiap titik digambarkan dahulu, dan head statik berikutnya yang sama dengan pengurangan head total terhadap head kecepatan.Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar disebut sistem ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan sama dengan sistem tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik mula (lihat gambar 3.5).Pada sistem booster, sumber pembuat tekanan (fan) diletakkan antara bagian masuk dan bagian keluar. Umumnya fan akan menerima udara di bawah tekanan atmosfer dan mengeluarkan di atas tekanan atmosfer (lihat gambar 3.6).

Gambar 2.5Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust

Gambar 2.6Gradien Tekanan Pada Sistem Booster

2.4. Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran : laminer, entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk menentukan keadaan aliran adalah bilangan Reynold (NRe). Bilangan Reynold untuk aliran laminer adalah 2000 dan untuk turbulent di atas 4000.NRe = ( D V )/( ) = ( D V ) / () (7)Dimana:= rapat massa fluida (lb.det2/ft4 atau kg/m3)= viskositas kinematik (ft2/detik atau m3/detik) = viskositas absolut (= ; lb detik/ft2 atau a.detik)D= diameter saluran fluida (ft atau m)V= kecepatan aliran fluida (ft/detik)Untuk udara pada temperatur normal = 1.6 x 10-4 ft2/detik atau 14.8 x 10-6 m2/detik.Maka:NRe = 6.250 DVatau,NRe = 67.280 DV untuk SIDengan menganggap bahwa batas bawah aliran turbulent dinyatakan dengan NRe = 4.000, maka kecepatan kritis dari suatu dimensi saluran fluida dapat ditentukan dengan :Vc = (60 NRe)/ 6.250 D = (60)(4000)/ (6.250 D) = 38,4 / D (fpm)Atau kira-kira Vc 40 / DAliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang bawah tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang dipakai di tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu menghasilkan aliran turbulent.Distribusi kecepatan dan bilangan Reynold didalam suatu saluran bulat ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut.

Gambar 2.7Distribusi Kecepatan Aliran Di Dalam Lubang Bulat

Kecepatan maksimum terjadi pada pusat lubang, tetapi bilangan Reynoldnya berbeda-beda. Yang paling penting untuk ventilasi adalah kecepatan rata-rata, karena itu pengukuran kecepatan pada garis sumbu saja tidak cukup. Karena bilangan Reynold di dalam suatu sistem ventilasi tambang biasanya lebih besar dari pada 10.000, kecepatan rata-rata seringnya dapat dinyatakan sebagai berikut :V = 0.8 Vmax.

1

BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1Peralatan dan Perlengkapan Yang DigunakanPeralatan dan perlengkapan yang dipakai dalam praktikum Ventilasi ini adalah :1. Rangkaian ventilasi beserta fan2. Psikometer3. Anemometer4. Stop Watch5. Alat tulis

3.2Kegiatan Pengukuran3.2.1Lokasi PengukuranPelaksanaan praktikum ventilasi guna pengambilan data di Laboratorium Ventilasi Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta pada tanggal 31 Mei 2013.

3.2.2Persiapan Alat dan Lokasi Pengukurana. Mengambil perlengkapan dan peralatan untuk pengukuran udara di lokasi yang ditentukan.b. Melakukan pengukuran kecepatan udara dengan anemometer dan stopwatchc.Melakukan pengukuran Ht, Hv, dan Hs

3.2.3Pengukuran (Pengoperasian Alat)a. Cek dan pastikan rangkaian ventilasi bawah tanah siap diopersikan.b. Nyalakan fan dengan menekan tombol ON dan atur kecepatannyac.Ada 3 rangkaian yang digunakan pada simulasi :- rangkaian 1 : seri dengan 1 lubang keluaran udara - rangkaian 2 : ada percabangan - rangkaian 3 : seri tetapi ada 2 lubang keluaran udaraBAB IVPENGOLAHAN DATA

4.1Hasil Pengambilan DataTampak atas

Gambar 4.1Rangkaian Ventilasi A

Tampak atas

Gambar 4.2Rangkaian Ventilasi B

Tampak Samping

Gambar 4.3Splitting dan Junction pada lintasan G-H Rangkaian Ventilasi B

Tabel 4.1Tabel Hasil Pengambilan Data Jaringan ANo.SectionW (ft)H (ft) (ft)L (ft)Shock Lossv (ft/min)Ht (in)Hv (in)Catatan

SumberLe (ft)

1AB1.323.28--Kondisi satu jalur, DE' & GH' ditutup

2BC1.323.28--

3CD0.490.494.92Contraction, gradual1

4DE0.490.494.1--

5EF0.490.494.1--2381.280.550.31

6FG0.490.494.1Bend, right, round1

7GH0.490.494.1Bend, obtuse, sharp15

8HI0.660.663.61(Bend, obtuse, sharp) + (Discharge) + (Expansion, abrupt)15 + 65 + 20

4.2. Perhitungan Data Jaringan Ventilasi AKonversi1 m/s= 196.8 ft/min1 m= 3.28 ft1 cm= 0.0328 ft1 cm= 0.39 in

1. Perhitungan Debit UdaraV = 12.1 m/s = 2381.28 ft/minA = W x H = 0.49 ft x 0.49 ft = 0.24 ftQ = v x A = 2381.28 ft / min x 0.24 ft = 571.507 ft/min

2. Perhitungan Julang Kecepatan (Hv)Hv = w x ( v / 1098) = 0.075 lb/cuft x (2381,28 ft/min / 1098) = 0.35 in

3. Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT)Hl = Hf + Hx = [( K P (L+Le) Q]5.2 AHs = HlHT = Hs + Hv

Tabel 4.2Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT) Jaringan Ventilasi A

Tabel 4.3Tabel Hasil Pengambilan Data Jaringan BNo.SectionW (ft)H (ft) (ft)L (ft)Shock Lossv (ft/min)Ht (in)Hv (in)Catatan

SumberLe (ft)

1AB1.323.28--Kondisi satu jalur, DE' & GH' terbuka

2BC1.323.28--

3CD0.490.494.92Contraction, gradual1

4DE0.490.494.1Bend, obtuse, Sharp15

5EF0.490.494.1--2125.440.430.23

6FG0.490.494.1Bend, right, round1

7GH0.490.494.1Splitting, straight, branch30

8HI0.660.663.61(Juction, straight branch) + (Discharge) + (Expansion, abrupt)60 + 65 + 20

4.3. Perhitungan Data Jaringan Ventilasi BKonversi1 m/s= 196.8 ft/min1 m= 3.28 ft1 cm= 0.0328 ft1 cm= 0.39 in

1. Perhitungan Debit UdaraV = 10.8 m/s = 2125.44 ft/minA = W x H = 0.49 ft x 0.49 ft = 0.24 ftQ = v x A = 2125.44 ft / min x 0.24 ft = 510.106 ft/min

2. Perhitungan Julang Kecepatan (Hv)Hv = w x ( v / 1098) = 0.075 lb/cuft x (2125.44 ft/min / 1098) = 0.28 in

4. Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT)Hl = Hf + Hx = [( K P (L+Le) Q]5.2 AHs = HlHT = Hs + Hv

Tabel 4.4Perhitungan Julang Statik (Hs) dan Julang Total (HT) Jaringan Ventilasi B

BAB VHASIL ANALISA

5.1. Perhitungan Head LossHead loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan (Hv), gesekan (Hf) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran (Hx).Jadi dalam suatu sistem ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan sebagai berikut :Hs = HL= (Hf + Hx)Hv = Hv pada keluaranDan Ht = Hs + Hva. Velocity headWalaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat dianggap suatu kehilangan. Velocity head merupakan fungsi dari kecepatan aliran udara, yakni:Hv = (V2)/(2g) (8)Dimana:Hv= velocity headV= kecepatam aliran (fps)G= percepatan gravitasi (ft/dt2)Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :Hv = ((w V2)/(5,2)(64,4)(60)2) = w ((V)/ (1.098))2Atau :Hv = ((V)/(4.000))2Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar 400 fpm ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi. Untuk mempermudah perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan dapat menggunakan nomogram.b. Friction LossBesarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui lubang bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari total kehilangan (head loss). Friction loss merupakan fungsi dari kecepatan aliran udara, kekasaran muka lubang bukaan, konfigurasi yang ada di dalam lubang bukaan, karakteristik lubang bukaan dan dimensi lubang bukaan.Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran berbentuk lingkaran adalah:HL = f (L/D)(V2/2g) (9)Dimana:L= panjang saluranD= diameter saluran (ft)V= kecepatan (fpm)F= koefisien gesekanUntuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam bentuk saluran, diperoleh dengan menyatakan head loss dalam bentuk radius hidrolik (hydroulic radius) RH, yaitu perbandingan antara luas penampang A terhadap perimeter atau keliling P dari saluran. Untuk saluran berbentuk lingkaran, RH adalah:RH = A/P = (1/4. D2)/.D = D/4Dengan demikian maka diperoleh persamaan :HL = f (L/4 RH)(V2/2g)Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai rumus Atkinson) didapat sebagai berikut :Hf = (f/5,2)(l/4RH)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/RH)(V2) = (KPLV2) / (5,2 A) = (KSV2)/ (5,2 A)karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi;Hf = (KPLQ2) / (5,2 A3)Dimana :Hf= friction loss (inch water)V= kecepatan aliranK= faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)A= luas penampang saluran (ft2)S= rubbing surface (ft2) = PLP= keliling saluran (ft)L= panjang saluran (ft)Q= debit udara (cfm)Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang berhubungan dengan koefisien gesek dalam aliran umum fluida. Untuk bobot isi udara standard:K (800)(10)-10 fSebenarnya di dalam aliran turbulen nilai f berubah sesuai dengan NRe. Tetapi pada ventilasi tambang K dianggap konstan dan besarnya untuk berbagai kondisi lubang bukaan tambang bawah tanah bukan batubara dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1Faktor Gesek K untuk Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanak Bukan Batubara

c. Shock LossShock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah aliran dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan merupakan tambahan terhadap friction losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10 % - 30 % dari head loss total di dalam ventilasi tambang, tetapi tetap harus diperhatikan.Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada dasarnya berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan atau berbanding lurus dengan velocity head. Perhitungan shock loss dapat dilakukan secara langsung sebagai berikut :Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari velocity head, yakni Hx = X HvDimana;Hx = shock lossX = faktor shock loss

Formula untuk menentukan faktor shock loss ter lihat pada tabel 5.2.Tabel 5.2Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss (ft)SumberLe

FeetMeter

Bend, acute, roundBend, acute, sharpBend, right, roundBend, right, sharpBend, obtuse, roundBend, obtuse, sharpDoorwayOvercastInletDischargeContraction, gradualContraction, abruptExpansion, gradualExpansion, abruptSplitting, straight branchSplitting, straight branch (90o)Junction, straight branchJunction, deflected branch (90o)Mine car or skip (20 % of airway area)Mine car or skip (40 % of airway area)31501701157065206511012030200603010050014512015202062013161060201030150

d. Kombinasi Friction dan Shock LossHead loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka ;HL = Hf + Hx = (KP (L + Le)Q2)/ 5,2 A3dimana ;HL = head loss (inci air)Le = panjang ekuivalen (ft)K = faktor gesekan untuk density udara standarQ = debit udara (cfm)A = luas penampang saluran (ft2)L = panjang saluran (ft)

Sehingga dari data yang didapat dapat dianalisa bahwa rangkaian tersebut :Rangkaian ARangkaian B

BAB VIPENUTUP

6.1KesimpulanPada tambang batu bara bawah tanah, diasumsikan bisa terjadi berbagai jenis bencana/ kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan pada industri lain. Sebagai contoh misalnya; di Jepang pernah terjadi beberapa kali kecelakaan tambang batu bara bawah tanah. Diantaranya yang paling mengerikan adalah ledakan gas dan debu batu bara. Sudah barang tentu, penyebabnya adalah keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Oleh karena itu, perencanaan ventilasi merupakan masalah khas tambang batu bara bawah tanah yang perlu ditentukan dengan perencanaan yang sungguh-sungguhDalam rangka penentuan rencana pembuatan ventilasi tambang, sebaiknya dipertimbangkan persyaratan-persyaratan seperti di bawah ini: Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan untuk pengembangan pit kedepan, dapat dilakukan secara ekonomis, dan konstruksinya dibuat dengan memiliki kelonggaran (kelebihan) udara ventilasi secukupnya, untuk mengantisipasi pertambahan atau perkembangan pit di kemudian hari, serta peningkatan gas yang mungkin timbul akibat dari penambangan batubara. Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi pada jenis ventilasi utama adalah sistem diagonal . Sedangkan pembuatan vertical shaft, khusus dilakukan terhadap kondisi penambangan bagian dalam. Selain itu, pada tempat yang sulit dilakukan penggalian vertical shaft (misalnya tambang batu bara dasar laut), diharapkan memiliki inclined shaft khusus dengan penampang berbentuk lingkaran. Selain itu konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar tahanan ventilasi utama menjadi sekecil mungkin, dan memungkinkan mengambil ventilasi cabang sebanyak mungkin dari terowongan ini. Setelah dilakukan pengecekan pada 2 jalur ventilasi didapat kesimpulan sebagai berikut :Rangkaian A memiliki:a. Berdasarkanm pengamatan menggunakan Pilot Tube Ht : 0.55 in Hv : 0.31 in Hs :0.24 in v : 2379 ft/minb. Berdasarkan Perhitungan Matematis Ht : 1.4 in Hv : 0.35 in v : 2381,82 ft/min

Rangkaian B memiliki:a Berdasarkanm pengamatan menggunakan Pilot Tube Ht : 0.43 in Hv : 0.24 in Hs :0.19 in v : 2105 ft/minb. Berdasarkan Perhitungan Matematis Ht : 1.77 in Hv : 0.28 in v : 2125,44 ft/min

6.2Sarana. Penjelasan materi dan perhitungan agar lebih detail lagib. Alat yang ada agar dapat dipelihara dengan baik agar dapat bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, dkk.2013. Buku Panduan Praktikum Ventilasi Tambang. Yogyakarta : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

LAMPIRAN