bab ii

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PLASENTA PREVIA A. DEFENISI Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang menggambarkan suatu perdarahan vagina biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, biasanya pada trimester ketiga sekunder, dengan adanya letak plasenta yang tidak normal pada daerah dekat atau menutupi daerah serviks. 1 Plasenta previa didefenisikan sebagai implantasi plasentas pada ostium serviks. 2,3 B. EPIDEMIOLOGI Secara umum, kejadian plasenta previa adalah 1 : 200 sampai 1 : 390 kehamilan diataas usia 20 minggu. Frekuensi bervariasi dengan paritas. Namun, untuk nulipara, kejadian ini 0,2% sedangkan grand multi para, mungkin setinggi 5%. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang paling banyak. Oleh karena itu setiap kejadian perdarahan antepartum, placenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu. 4 Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut 5 :

Upload: ephynow-nonot-enno

Post on 04-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

rw

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PLASENTA PREVIA

A. DEFENISI

Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang menggambarkan suatu perdarahan

vagina biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, biasanya pada trimester ketiga

sekunder, dengan adanya letak plasenta yang tidak normal pada daerah dekat atau

menutupi daerah serviks.1 Plasenta previa didefenisikan sebagai implantasi plasentas

pada ostium serviks.2,3

B. EPIDEMIOLOGI

Secara umum, kejadian plasenta previa adalah 1 : 200 sampai 1 : 390 kehamilan

diataas usia 20 minggu. Frekuensi bervariasi dengan paritas. Namun, untuk nulipara,

kejadian ini 0,2% sedangkan grand multi para, mungkin setinggi 5%. Dari seluruh

kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang paling

banyak. Oleh karena itu setiap kejadian perdarahan antepartum, placenta previa harus

dipikirkan terlebih dahulu. 4

Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut5 :

Multiparitas dan umur lanjut (>35 tahun)

Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan

inflamatorik.

Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret,

dll).

Chorion leave persisten.

Korpus luteum bereaksi lambat, di mana endometrium belum siap menerima hasil

konsepsi

Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis

Page 2: BAB II

C. ETIOLOGI1,2

Penyebab plasenta previa sepenunya belum diketahui, tapi terdapat beberapa faktor

resiko yang dapat mencetuskan terjadinya plasenta previa, yaitu :

a) Peningkatan usia maternal (>35 tahun)

b) Multipara, terutama jika jarak antara kehamilanya pendek

c) Mioma uteri

d) Bekas seksio sesarea

e) Merokok atau penggunaan kokain

f) Abortus sebelumnya atau berulang

g) Plasenta previa sebelumnya

D. KLASIFIKASI3,5

Berdasarkan derajat kelainan terbagi atas3 :

a. Plasenta previa totalis. Dimana os serviks tertutup sepenuhnya oleh plasenta.

b. Plasenta previa partial. Dimana os serviks hanya tertutup sebagian oleh plasenta.

c. Plasenta previa marginal. Dimana tepi plasenta pada margin os internal.

d. Plasenta letak rendah. Dimana plasenta tertanam di segmen bawah rahim sehingga

tepi plasenta ( tidak mencapai os internal).

Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 – 5 cm :

a. Plasenta previs sentralis (totalis), bila pembukaan 4 – 5 cmn teraba plasenta

menutupi seluruh ostium.

b. Plasenta previa lateralis, bila pembukaan 4 – 5 cm sebagian pebukaan ditutupi oleh

plasenta. Plasenta previa lateralis terbagi 2 :

Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian

belakang.

Plasenta previa lateralis anterior, ila sebagian menutupi ostium bagian depan.

Plasenta previa marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang

ditutupi plasenta.

Page 3: BAB II

E. PATOFISIOLOGI3

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada

triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan

berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin

melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak

diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen

bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada

tempat perlekatannya.

Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah

sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena

robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena

Page 4: BAB II

ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan

perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan

pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka

semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa

totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru

berdarah setelah persalinan mulai.

F. MANIFESITASI KLINIS2,3,4

a) Perdarahan vagina

Tujuh puluh persen sampai 80% dari pasien dengan plasenta previa biasanya

datang dengan perdarahan vagina tanpa adanya rasa nyeri. Paling umum, episode

pertama adalah sekitar 34 mingu kehamilan. Namun, sekitar sepertiga dari pasien

juga datang dengan perdarahan saat sembelum 30 minggu.

Pada sepertiga pasien lain, muncul perdarahan setelah 36 minggu, dan 10% tanpa

ada perdarahan.

Jumlah episode perdarahan tidak berhubungan dengan derajat plasenta previa atau

prognosis untuk bertahan hidup janin.

Perdarahan bisanya terjadi saat istirahat atau kegiatan (70% perdarahan terjadi

selama istirahat)

Perdarahan dapat terjadi setelah trauma, coitus atau setelah pemeriksaan panggul.

Selama persalinan, perdarahan dapat terjadi akibat robeknya plasenta yang berada

di atau dekat dengan ostium serviks internum.

Warna merah segar

b) His tidak ada

c) Denyut jantung janin ada

d) Teraba plasenta saat pemeriksaan vagina

e) Penurunan kepala tidak masuk pintu panggul

G. DIAGNOSIS3,6

Page 5: BAB II

Diagnosa dapat ditegakan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang :

a) Anamnesa

Anamnesa yang didapat sesuai dengan gejala klinis, yaitu terjadi perdarahan

spontan dan berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri.

b) Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Terlihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar

Palpasi abdomen

Janin belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering disetai

kesalahan letak janin, bagian bawah janin belum turun, apabila letak kepala,

biasanya masih dapat digoyang atau teraung. Bila pemeriksa sudah cukup

pengalaman dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama

pada ibu yang kurus

Inspekulo

Dengan pemeriksaan inspekulo yang hati – hati dapat diketahui asal

perdarahan, apakah dari dalam uterus, vagina, varises yang pecah atau lain –

lain.

Pemeriksaan dalam

Untuk pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja operasi (PDMO/

Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi) karena dengan pemeriksaan dalam, akan

menyebabkan perdarahan pervaginam yang lebih deras

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radio-isotop

Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography)

Membuat foto dengan sinar rontgent lemah untuk mencoba melokalisir

plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.

Sitografi

Page 6: BAB II

Mula – mula kandung kemih dikosongkan dulu, lalu dimasukan 40 cc

larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan kea rah pintu atas panggul,

lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih lebih dari 1cm,

maka terdapat kemungkinan plasenta previa

Plasentografi indirek

Membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam posisi

berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi

berpengalaman dengan cara menghitung jarak antar kepala – simfisi dan

kepala promontorium.

Arteriografi

Dengan memasukan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena

plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka plasenta akan banyak

menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto dan lokasinya.

Amniografi

Dengan memasukan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu dibuat

foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong (diluar janin) dalam

rongga rahim.

Radio-isotop plasentografi

Dengan menyntikan zt radio aktif, biasanya RIZA (radioiodinate serum

albumin) secara intravena, lalu diikuti dengn detector GMC.

USG abdomen.

Page 7: BAB II

Keterangan :

H. DIAGNOSIS BANDING1,3,6

a) Solutio plasenta

Solution plasenta merupakan suatu keadaan dimana terlepasnya sebagian atau

seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada

lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.

Berikut merupakan perbandingan plasenta previa dengan solution plasenta. :

P = PlasentaCx = ServiksF = FetusAF = Cairan amnion

B = Kandung kemih

Page 8: BAB II

Manifestasi Solutio plasenta Plasenta previa

Perdarahan a) Merah tua/ coklat

kehitaman

b) Terus – menerus

c) Disertai nyeri

a) Merah segar

b) Berulang

c) Tidak nyeri

Uterus a) Tegang , bagian janin

tak teraba

b) Nyeri tekan

a) Tak tegang

b) Tak nyeri tekan

Syok/anemia a) Lebih sering

b) Tidak sesuai dengan

jumlah darah yang

keluar

a) Jarang

b) Sesuai dengan jumlah

darah yang keluar

Fetus a) 40% fetus sudah mati

b) Tidak disertai

kelainan letak

a) Biasanya fetus hidup

b) Disertai kelainan letak

Pemeriksaan dalam a) Ketuban menonjol

walaupun tidak his

c) Teraba plasenta atau

perabaan fornik ada

bantalan antara baian

janin dengan jari

pemeriksas

b) Vasa previa

Vasa previa merupakan keadaan di mana pembulh darah janin berada di dalam

selaput ketuban dan melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke

dalam insersinya di tali pusat. Perdarahan pada vasa previa terjadi bila selaput

ketuban yang melewati pembukaan serviks robek atau pecah dan vascular janin

itupun ikut terputus.

Perbandingan dengan plasenta previa yaitu, pada vasa previa biasanya terajdi

perdarahan akibat robeknya selaput ketuban, di mana ada pembuluh darah abnormal

yang ada pada selaput ketuban, perdarahan yang terjadi berhubungan erat dengan

perubahan cepat pola dan kecepatan denyut jantung janin (dapat terjadi takikaradi

Page 9: BAB II

dan diikuti dengan bradikardia). Sedangkan pada plasenta previa, perdarahan terjadi

tidak berhubungan dengan pecahnya ketuban dan tidak berhubungan dengan denyut

jantung janin.

I. TERAPI2,5,6

Penanganan tergantung pada usia kehamilan, jumlah perdarahan vagina, status

hemodinamik ibu, dan kondisi janin.

a) Manajemen kehamilan

Pendekatan ini dibenarkan jika janin premature (kurang dari 37 minggu) dan bias

mendapat keuntungan dari pembangunan intrauterine lanjut. Manajemen kehamilan

dilaksanakan sebagai berikut :

Rawat inap sampai perdarahan reda. Pasien dapat dipulangkan setelah

perdarahan berkurang dan keadaan janin sehat.

Pemantauan harian janin

Pemberian steroid untuk kematangan paru janin jika usia kehailan kurang dari

34 minggu..

Tokolisis dapat dengan aman diberikan pada pasien dengan plasenta previa

sebelum 34 minggu. Agen pilihan yaitu magnesium sulfat karena terkait dengan

perubahan hemodinamik.

b) Rujukan.

Keputusan untuk dirujuk dibuat berdasarkan usia kehamilan, jumlah perdarahan

vagina dan stsus hemodinamik ibu. Indikasi untuk operasi Caesar antara lain :

Elektif :

Ketika usia kehamilan adalah 37 minggu

Ketika kematangan paru janin ditunjukan oleh amniosentesis

Cito :

Ketika jumlah perdarahan menghadirkan ancaman ke ibu tanpa memandang

usia kehamilan atau ukuran janin.

Denyut jantung bayi melemah atau tidak terdengar.

c) Partus Pervaginam

Page 10: BAB II

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak

sudah meninggal atau prematur.

Cara persalinan pervaginam terbagi 3 :

1) Pemecahan Ketuban

Pemecahan selaput ketuban merupakan cara pilihan untuk melangsungkan

persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan menekan plasenta

dan bagian plasenta yang berdarah, dan bagian plasenta yangberdarah dapat

bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta

dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan. Apabila pemecahan

selaput ketuban tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka dapat dilakukan

pemasangan cunam willet dan versi Braxton-Hicks.

2) Versi Braxton Hick

Cara ini bertujuan untuk melahirkan salah satu kaki janin kemudian menarik

kaki tersebut dengan beban secukupnya, agar paha dan bokong janin dapat

menekan plasenta. Cara ini sangat sukar, dan hanya dapat dulakukan bila telah

ada pembukaan lebih dari 4 cm. baru setelah pembukaan lengkap janin dapat

dilahirkan. Cara ini dilakukan pada janin yang sudah meninggal.

3) Cunam Willet-Gauss

Cunam Willet dipasang pada kulit kepala janin kemudian diterik terus –

menerus dengan jalan mengikat cunam itu dengan seuts tali dibebani 500 gr

untuk menambah tekanan pada plasenta. Apabila pemasangannya berlangsung

lama atau bebannya ditambah lagi maka dapat menyebabkan kerusakan kulit

kepala janin. Tindakan ini dilakukan pada janin yang sudah meniggal.

J. KOMPLIKASI2

a) Komplikasi maternal

Page 11: BAB II

Syok maternal dapat terjadi akibat kehilangan darah akut.

Perdarahan postpartum berat (PPH) dapat terjadi setelah melahirkan karena

implantasi plasenta di segmen bawah rahim, yang mengakibatkan penurunan

kekuatan otot rahim. Dengan demikian kontraksi otot menjadi kurang efektif

untuk mengontrol perdarahan. Perdarahan postpartum dapat terjadi akibat :

Kerusakan ginjal (sindrom Sheehan) dan panhipopituetarism.

Kerusakan ginjal (Nekrosis tubular akut), akibat hipotensi yang

berkepanjangan.

Disseminated intravascular coagulation (DIC) akibat kehilangan darah yang

berlebihan dan kemungkinan kematian.

Plasenta akreta (pertumbuhan plasenta ke miometrium) atau variasi lain akibat

tidak adanya desidua basalis. Plasenta akreta harus selalu dipertimbangkan

dengan adanya plasenta previa

Insiden plasenta akreta pada plasenta previa adalah 4%. Insiden plasenta

akreta meningkat menjadi 16% sampai 25% setelah operasi Caesar

sebelumnya.

Kehadiran plasenta akreta mungkin memerlukan histerektomi sesar untuk

mengontrol kehilangan darah. Ada 3 jenis plasenta previa :

Plasenta akreta

Plasenta melekat langsung ke miometrium

Plasenta inkreta

Plasenta menyerang miometrium

Plasenta percreta

Plasenta menembus sepenuhnya melalui miometrium

Page 12: BAB II

b) Komplikasi janin

Kelahiran pramatur mungkin dapat menjadi penyebab sekunder untuk perdarahan

maternal, dan bayi pun dapat mengalami komplikasi prematuritas.

K. PROGNOSIS5

Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu akibat plasenta rendah

sekali atau tidak ada sama sekali. Sejak di perkenalkan penanganan pasif pada tahun

1945, kematian perinatal berangsur – angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian,

hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan

utama.

Page 13: BAB II

2. ANENSEFALI

A. DEFENISI DAN EPIDEMIOLOGI7

Anensefali merupakan kelainan kongenital dimana tidak terbentuk sempurna bagian

otak, tengkorak dan kulit kepala dengan asal usul pada bulan pertama kehamilan.

Kelainan utama adalah kegalalan neurilasi cranial, proses embriologik yang memisahkan

prekusor dari otak depan dari cairan ketuban. Anensefali merupakan kelainan tabung

saraf yang terjadi pada perkembangan awal janin yang menyebabkan kerusakan pada

jaringan pembentuk otak dan korda spinalis. Anensefali merupakan bagian dari spektrum

defek tabung saraf. Cacat ini terjadi jika tabung saraf gagal menutup sehingga

menyebabkan hilangnya janin, lahir mati, atau kematian janin.

Data statistic dau US Census Bureau didapatkan insidensi sebanyak 3.506 kasus

anensefalus di Indonesia selama tahun 2004 dan tafsiran jumlah penduduk sebanyak

238.452.952 jiwa. Di Amerika Serikat memiliki insidensi lebih tinggi dibandingkan

Indonesia dengan jumlah 4.318 kasus dari tafsiran jumlah penduduk 293.655.405 jiwa.

B. ETIOLOGI7

Penyebab pasti terjadinya anensefalus belum diketahui. Diduga multifaktorial. Faktor

resiko terjadinya anensefalus yaitu :

a) Riwayat anensefalus pada kehamilan sebelumnya.

b) Diabetes mellitus

c) Kadar asam folat, Zn, dan tembaga yang kurang

d) Maternal hipertermia.

C. PATOFISIOLOGI

Dalam embrio manusia normal, lempeng saraf muncul sekitar 18 hari setelah

pembuahan. Selama minggu keempat pemebentukan tabung saraf, lempeng saraf

mengalami invaginasi sepanjang garis tengah embrio intuk membentuk alur saraf.

Tabung saraf dibentuk sebagai penutupan alur saraf berlangsung ke ujung di kedua arah,

dengan penyelesaian antara hari 24 untuk akhir pembentukan tengkorak dan 26 hari

Page 14: BAB II

untuk pembentukan caudal. Gangguan dari proses penutupan tabung saraf menimbulkan

defek tabung saraf (NTD). Anensefali hasil dari kegagalan penutupan tabung saraf pada

akhir perkembangan tengkorak saat perkembangan embrio. Pada anensefali tidak adanya

otak dan calvaria mungkin sebagian atau lengkap.

Kebanyakan pada kasus anensefalus mengikuti pola pewarisan multifaktorial,

dengan interaksi beberapa gen serta faktor lingkungan. Gen-gen tertentu yang paling

penting dalam NTD belum diidentifikasi, meskipun gen yang terlibat dalam metabolisme

folat diyakini penting. Satu gen tersebut yaitu Methyleneterahydrofolate Reductase

(MTHFR), telah terbukti berhubungan dengan rsiko NTD. Pada tahun 2007, suatu gen

kedua, membrane terkait protein signaling kompleks yang disebut VANGLI1, juga

terebukti berhubungan dengan resiko cacat tabung saraf.

Berbagai faktor lingkungan tampaknya berpengaruh dalam penutupan tabung

saraf. Yang paling menonjol, asam folat memiliki efek pencegahan yang paling kuat.

Antimetabolit folat, ibu dengan diabetes, obesitas ibu, mikotoksin dalam makanan yang

terkontaminasi arsen dan maternal hipertermia diidentifikasikan sebagai stressor yang

meningkatkan resiko NTD, termasuk anensefali.

Page 15: BAB II

D. MANIFESITASI KLINIS

Gejala klinis dibagi 2, yaitu :

a) Ibu :

Polihidramnion

Pada anensefalus polihidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak

dan selaput sumsum tulang belakang. Selain itu, anak anensefali tidak menelan dan

pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna dan hingga anak ini

kencing berlebihan.

b) Bayi

Tidak memiliki tulang tengkorak

Tidak memiliki otak (hemisfer serebri dan serebelum)

Kelainan pada gambaran wajah

Page 16: BAB II

Kelainan jantung.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG8,9,10

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis anensefali yaitu :

a) Amniosintesis

AFP atau Alfa-fetoprotein adalah protein serum utama dari janin, beredar dalam

sirkulasi janin dan keluar melalui urin kedalam cairan amnion. Kadar AFP akan

menignkat pada anensefali dan NTD. Bila kadar AFP menigkat dalam cairan amnion

dilakukan juga pemeriksaan acetylcholinesterase dalam cairan amnion. Bila

acetycholiesterase meningkat menandakan adanya paparan terhadap jaringan neural

atau ada defek terbuka yang lain pada janin.

b) Kadar estriol dalam air kemih ibu

Estriol ibu sebagian berasal dari plasenta dan sebagian dari kelenjar adrenal janin.

Estriol berkorelasi bik dengan laju pertumbuhan janin. Kehmilan dengan anensefali

memiliki kadar estriol yang rendah karena terjadi aplasia hipofisis yang menyebabkan

hipofungsi kelenjar adrenal janin.

c) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Kondisi anensefali dapat dideteksi selama masa prenatal dengan menggunakan USG.

Pada trimester kedua gambaran USG pada janin anensefali adalah sebagai berikut

Gambar diatas menunjukan anensefali yang dideteksi pada trimester kedua, dimana

tidak terbentuknya cranium.

Page 17: BAB II

Gambar diatas menunjukan anensefali yang dikethui dan lebih jelas pada trimester

ketiga.

F. TERAPI11

Karena prognosis anensefali dianggap sangat buruk, maka langkah – langkah untuk

mempertahankan umur bayi tidak dilakukan.dokter dan tim medis hendaknya

memeberikan lingkungan yangmendukung bayi yang dilahirkan dengan anensefalus

Selma bayi masih dapat bertahan hidup agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Setelah ditegakkannya diagnois prenatal pada kasus anensefaus ini, pilihan untuk

terminasi kehamilan harus disampaikan pada pasangan suami dan istri. Bagi pasangan

yang memilih untuk melanjutkan kehamilan, kemungkinan persalinan premature,

polihidramnion, persalinan tak maju, dan onset persalinan yang tertunda hingga melewati

waktunya juga harus dibahas

Page 18: BAB II

G. PENCEGAHAN11

Beberapa hal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya cacat bawaaan :

a) Wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat kelainan cacat bawaan hendaknya

lebih waspada karena kelainan ini dapat diturunkan secara genetik.

b) Usahakan tidak hamil jika usia ibu mencapai 40 tahun.

c) Lakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang rutin dan usahakan

melakukan USG minimal tiap trimester kehamilan.

d) Jalani pola hidup sehat

e) Penuhi kebutuhan asam folat, dengan mengkonsumsi sumber makanan yang tinggi

kandungan asam folatnya.

Kebutuhan asam folat pada ibu hamil :

Secara umum kebutuhan asam folat tergantung dari umur dan keadaan fisiologisnya.

Kebutuhan asam folat menurut National Research Council untuk dewasa normal

sebanyak 400 gr. Sedangkan kebutuhan minimum perhari adalah sekitar 50 gr, tetapi

bagi wanita dianjurkan untuk mengkonsumsi sebanyak 400 gr/hari. Julah ini mampu

mencegah resiko NTD sebanyak 50-70%. Kebutuhan ini akan meningkat disaat hamil

da menyusui, dimana kebutuhan minimum meningkat sebanyak 100g/hr, tetapi

dianjurkan berturut-turut sebanyak 600 – 800gr/hari atau lebih 50% lebih banyak

dibandingkan wanita tidak hamil. Bagi ibu hamil yang pernah mengalami NTD,

dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat 4 mg perhari selama 3 – 4 bulan sebelum

hamil kembali. Kebutuhan asam folat sebenarnya dapat mencukupi dengan

meningkatkan konsumsi makanan sumber asam folat. Namun sebanyak 80% asam

folat akan hilang pada proses pemasakan. Bagi wanita hamil dan menyusui perlu

meningkatkan konsumsi folat melaui makanan yang difortifikasi maupun dengan

suplementasi asam folat.

f) Hindari asupan vitamin A dosisi tinggi, karena vitamin A termasuk salah satu vitamin

yang tak larut dalam air. Jadi apabila vitamin A berlebihan pada tubuh dapat terjadi

urogenital anomaly, mikrosefali, dan juga terdapat gangguan kelenjar adrenal.

g) Jangan mengkonsumsi sembarang obat, baik yang belum ataupun sudah diketahui

memberi efek buruk pada janin.

Page 19: BAB II

h) Pilih makanan dan cara pengolahan makanan yang sehat (jangan makanan yang

setngah masak).

i) Jika diketahui terdapat infeksi pada ibu maka obatilah segera, terutama jika terinfeksi

TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalo dan Herpes). Yang paling baik dengan

dilakukan tes TORCH.