bab ii

Upload: fajar-nugroho

Post on 13-Jul-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Good Governance Dan Clean Good Governance. Sesunguhnya antara good Governance tidak dapat di pisahkan dari peleyanan publik adalah karena pelayanan publik adalah turunan dari Good Governance. Dari sinilah berkembangnya konsep pelayanan publik. Pertama kali konsep Good Governance di tawarkan oleh negara maju, karena keberhasilanya dalam menciptakan tranparacy dan pelalyanan publik yang efesien.[2] Ini terbukti ketika terjadinya kekhwatiran oleh negara maju yang membantu negara berkembang ketika ada bantuan, banyak dana bantuan tersebut yang di Korup karena sistemnya yang tidak berjalan dan lemahnya pengawasan Konsekuensinya adalah terjadi penyunatan dana oleh negara berkembang terhadapa bantuan negara maju, bahkan tidak tepat sasaran. Maka negara maju seperti AS mencoba menawarkan obatnya berupa konsep Good Governance.

Tata kepemerintahan yang baik (good Governance) merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini di pergunakan secara regule di dalam ilmu politik dan administrasi publik (administarasi negara). Konsep ini lahir sejalan dengan konsep-konsep dan terminologi demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hakasasi manusia dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pada akhir dasa-warsa yang lalu, konsep good governance ini lebih dekat di pergunakan dalam reformasi publik. Di dalam disiplin atu profesi manajemen publik konsep ini di pandang sebagai suatu aspek dalam paradigma baru ilmu administrasi publik. Paradigma baru ini menekan pada peran manajer publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, mendorong dan meningkatkan otonomi manajerial terutama sekali mengurangi campur tangan kontrol yang di lakukan oleh pemerintah pusat, Tranparansi, akuntabilitas publik dan di ciptakan pengelolahan manajerial yangbersih dan bebes dari korupsi. Dari definisi diatas terlihat ada beberapa unsur yang membangun good governance. Yaitu pelayanan publik (Birokrasi) yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan (Supremasi hukum) dan pemerintahan yang bertanggung jawab (Transparan dan akuntabel). Sebelum mulai menganalisa saya akan memfokuskan pembahasan dalam konteks lokal. Karena sejak bergulirnya era otonomi daerah yang menandai era baru hubungan pusat-daerah maka menjadi penting jika konsep good governance juga diimplementasikan di setiap daerah otonom, local good governance. Lagipula bila kemudian implementasi otonomi daerah dijalankan secara benar, maka sebetulnya ini amat memfasilitasi proses ke arah good governance itu. Alasan lain kenapa fokus kita arahkan bersama karena tentu saja saya berharap bahwa wacana ini tak hanya sekedar bicara

tanpa juntrungan, tapi hasil dari wacana ini menjadi sebuah masukan untuk konteks tugas dan keberadaan kita masing-masing. Serta diharapkan mampu lebih empiris.[3] Keinginan pemerintah untuk melaksanakan Tata Pemerintahan yang baik (Good Governance) telah sering terucap di kalangan pemimpin di berbagai forum hingga saat ini. Harapan dan keinginan mewujudkan Good Governance juga merupakan tekad yang pernah diucapkan oleh Presiden Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat beliau dilantik sebagai Pemimpin Bangsa Indonesia pertama yang secara lansung dipilih oleh rakyat. Harapan dan keinginan ini juga diinstruksikan kepada para menteri untuk bersama-sama memberantas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan mewujudkan pemerintahan yang bersih (Clean Governance). 2. 2 Prinsip Good Governance Dan Clean Governance

Salah satu produk dari organisasi publik adalah memberikan pelayanan publik kepada pengguna. Pelayanan publik dalam negara demokrasi dengan meminjam pendapat Lenvine (1990 : 188) harus memenuhi tiga indikator:

1). Responsiveness atauresponsivitasadalah: daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan,

2). Responsibility atau responsibilitas adalah; suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian layanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuanketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan,

3). Accountability atau akuntabilitas adalah: suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.

Sementara itu sesuai dengan Keputusan Menteri Pemberdayaan Pegawai (Kepmenpan) 81/1995, disebutkan bahwa kinerja organisasi publik dalam memberikan pelayanan harus mengandung beberapa indikator seperti:

1).Kesederhanaan, yaitu prosedur atau tata cara pelayanan umum harus didesain sedemikian rupa. Sehingga penyelenggaraan pelayanan umum menjadi mudah, lancar, cepat, tidak berbelitbelit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2). Kejelasan dan kepastian tentang tata cara, rincian biaya layanan dan cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian layanan, dan unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum. 3). Keamanan, yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas pada pelanggan dari adanya bahaya, resiko dan keragu-raguan. Proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.

4). Keterbukaan,yaitu bahwa pelanggan dapat mengetahui seluruh informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan jelas. termasuk informasi tata cara, persyaratan, waktu penyelesaian, biaya dan lain-lain.

5). Efisiensi,yaitu persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dan produki layanan publik yang diberikan. Disamping itu, juga perlu dicegah adanya pengulangan di dalam pemenuhan kelengkapan persyaratan, yaitu mempersyaratkan kelengkapan syarat dari satuan kerja atau instansi pemerintah lain yang terkait.

6). Ekonomis,yaitu agar pengenaan biaya pelayanan ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan kemampuan pelanggan untuk membayar.

7). Keadilan yang merata, yaitu cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.

8). Ketepatan waktu, yaitu agar pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.