bab i_dwi_mai
DESCRIPTION
TESIS MANAJEMEN PENDIDIKANTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu organisasi secara mendasar sangat ditentukan oleh adanya manusia
dan segenap sumber dayanya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu
organisasi dengan menghubungkan segenap tenaga, pikiran, bakat, kreativitas
dan berupaya demi keberlangsungan kehidupan organisasi tersebut. Sumber daya
manusia yang dimiliki organisasi memiliki berbagai karakteristik, termasuk
budaya organisasi, motivasi dan kinerja yang dimilikinya. Ketiga komponen
tersebut sangat berkaitan dan berada dalam diri pegawai yang melaksanakan
tugas sehari-hari.
Dalam rangka mewujudkan budaya organisasi yang cocok diterapkan pada
sebuah organisasi, maka diperlukan adanya dukungan dan partisipasi dari semua
anggota yang ada dalam lingkup organisasi tersebut. Para pegawai membentuk
persepsi karakteristik budaya organisasi yang antara lain meliputi inovasi,
kemantapan, kepedulian, orientasi hasil, perilaku kepala sekolah, orientasi tim
dan karakteristik tersebut terdapat dalam sebuah organisasi atau sekolah.
Kinerja pegawai erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang dalam
suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas,
dan ketepatan waktu. Kinerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan
dan keahlian dalam bekerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh semangat
1
2
kerjanya. Jika kinerja pegawai terhadap organisasi rendah, maka akan terjadi
kemangkiran pegawai yang akan berimplikasi negatif motivasi pegawai.
Faktor-faktor yang terkait dengan motivasi akan menentukan kinerja bagi
pegawai adalah hal yang sangat luas. Pekerjaan tidak hanya sekedar melakukan
pekerjaan saja, tetapi juga terkait dengan aspek budaya organisasi seperti
interaksi dengan rekan sekerja, atasan, mengikuti aturan-aturan, dan lingkungan
kerja tertentu yang sering kali tidak memadai atau kurang memadai.
Budaya organisasi adalah ciri khas masing-masing organisasi. Budaya
organisasi juga dapat membedakan suatu organisasi dengan organisasi yang lain.
Budaya organisasi merupakan suatu pola dan asumsi-asumsi dasar yang
ditemukan, digali dan dikembangkan oleh suatu organisasi tertentu dan
berkembang terus melalui pembelajaran dalam penanggulangan masalah akibat
proses adaptasi dengan lingkungan eksternal dan proses integrasi dengan
lingkungan internal.
Salah satu tujuan orang bekerja sebagai pegawai adalah untuk
mengimplimentasikan kompetensi yang dimilikinya secara maksimal. Tujuan
lainnya yaitu untuk mendapatkan kompensasi karena manusia dikendalikan oleh
keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya seperti keinginan untuk
mendapatkan uang yang lebih banyak, peningkatan karir (promosi), dan
kekuasaan.
Untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam manajemen yang efektif
memerlukan dukungan pegawai yang cakap dan kompeten di bidangnya. Di sisi
3
lain pembinaan para pegawai termasuk yang harus diutamakan sebagai aset
utama. Proses budaya belajar harus menjadi budaya organisasi sehingga
ketrampilan para pegawai dapat dipelihara, bahkan dapat ditingkatkan. Dalam
hal ini, loyalitas pegawai yang kompeten harus diperhatikan. Kemampuan dan
motivasi pegawai sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada jajaran sekolah maupun masyarakat. Oleh karena itu
diperlukan pegawai yang mempunyai kinerja handal yang dapat meningkatkan
mutu sekolah secara baik dan memberi pelayanan yang optimal.
Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai
yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-
anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan kompetitif
yang utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan
bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan
dengan cepat dan tepat.
Motivasi dapat dilihat sebagai bagian yang fundamental dari kegiatan
manajemen, sehingga sesuatunya dapat ditujukan kepada pengarahan potensi dan
sumber daya manusia dengan jalan menimbulkan, menghidupkan dan
menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi, kebersamaan dalam menjalankan
tugas-tugas perseorangan yang tinggi, dalam menjalankan tugas-tugas
perseorangan maupun kelompok dalam organisasi.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi di SMA Negeri Sub Rayon I Kota
Pekanbaru adalah sebagai berikut:
4
1. Pegawai di saat jam kerja tidak melaksanakan aktivitas pekerjaan kantor tapi
sibuk dengan aktivitas pribadi diluar kantor, misalnya menjemput anak
sekolah, urusan pribadi, dan lain-lain. Motivasi pegawai masih rendah karena
segala sesuatunya harus diawasi dan diperintah, terutama pada saat Kepala
Sekolah tidak ditempat.
2. Penguasaan teknologi masih manual, hanya menulis surat masuk dan surat
keluar, menstempel rapor, dan lain-lain. Rendahnya kompetensi pegawai
sehingga pencapaian target pekerjaan sering terlambat.
3. Pegawai banyak menggunakan komputer hanya sebagai alat untuk bermain
game dan jejaring sosial seperti facebook.
4. Ketidakhadiran pegawai masih ada dalam satu bulannya. Terutama sebelum
atau sesudah hari libur nasional.
5. Adanya distribusi pekerjaan yang tidak merata, disatu sisi ada beberapa
pegawai yang selalu melaksanakan pekerjaan sampai over time (lembur) tapi
disisi lain terdapat pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan (sangat santai).
Tabel 1.1Daftar Absensi Pegawai di SMA Negeri Sub Rayon I Kota Pekanbaru
No Bulan Tahun Jumlah Pegawai
Rerata tidak hadir
Hari Kerja
Persentase Ketidakhadiran
1 September 2011 50 3 19 15.72 Oktober 2011 50 5 26 19.23 Nopember 2011 50 2 25 8.04 Desember 2011 50 4 21 19.05 Januari 2012 50 6 19 31.56 Februari 2012 50 1 25 4.0
Sumber : Data bulanan SMAN Sub Rayon I Kota Pekanbaru
5
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diteliti tentang budaya
organisasi dan motivasi dengan kinerja pegawai di SMA Negeri Sub Rayon I
Kota Pekanbaru.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini berangkat dari adanya
kesenjangan antara apa yang seharusnya (das solen) dengan apa yang senyatanya
(das sein) yang terjadi yaitu masih belum tercerminnya pelayanan prima yang
diberikan kepada siswa, orang tua, dan masyarakat. Banyak orang tua, siswa
ataupun warga masyarakat yang berurusan kurang dilayani dengan penuh
keramahan, penuh perhatian, cepat, tepat, mudah dan tidak berbelit-belit.
Selain faktor budaya dan motivasi yang dikemukakan di atas maka faktor
kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap baik buruknya kinerja. Untuk
melakukan penaikan kinerja dituntut peran kepala sekolah melakukan
pembinaan, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi pegawai di sekolah.
Rendahnya kinerja pegawai merupakan konsekwensi dari keseluruhan perilaku
kepemimpinan dan gaya managerial.
Masalah kinerja juga dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Pegawai yang tidak
mempunyai kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologi
sehingga menjadi pemicu timbulnya frustasi. Gejalanya dapat terlihat dari emosi
pegawai yang tidak stabil, sering melamun, sering absen, semangat rendah, cepat
lelah dan bosan, melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya pekerjaan
6
yang harus dilakukan. Kepuasan kerja terjadi karena adanya kebanggaan pegawai
atas keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang teruraikan dari identifikasi
masalah, maka masalah dibatasi pada antara budaya organisasi dan motivasi
dengan kinerja pegawai di SMA Negeri Sub Rayon I Kota Pekanbaru.
D. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan ungkapan tersebut, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja ?
2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja ?
3. Apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi dan motivasi secara
bersama-sama dengan kinerja ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan
kinerja pegawai.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja
pegawai.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi dan
motivasi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai.
7
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada:
1. Kegunaan secara teoritis
a. Temuan secara ilmiah dan empiris dalam meningkatkan kinerja pegawai
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi peneliti
lain yang melakukan kajian masalah yang serupa. Melalui penelitian ini
juga dapat digunakan untuk mengetahui kadar obyektivitas temuan-
temuan penelitian sejenis dalam dimensi waktu dan tempat yang berbeda.
c. Penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam mengambil kebijakan bidang
pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang
manajemen pendidikan.
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada:
a. Kepala Dinas pendidikan:
Sebagai masukan dalam perencanaan dan kebijakan pendidikan.
b. Kepala sekolah SMA Negeri Sub Rayon I Kota Pekanbaru:
Sebagai masukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
budaya organisasi dan motivasi dengan kinerja pegawai.
c. Pegawai:
Untuk memahami bagaimana pentingnya antara budaya organisasi dan
motivasi dengan kinerja pegawai.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
1. Kinerja
Kinerja atau performance adalah daya guna, prestasi atau hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk
mencapai tujuan organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan (ability),
kemampuan dan lingkungan yang mendukung. Robert Kreitner dan Angelo
Kinicky membahas tentang three major performance at work:
(1) Task performance (performing duties and responsibilities that contribute to the production of goods or service to administrative task, (2) citizenship (actions that contribute to the physicological environment of organization, (3) counterproductivity (action that actively damage the organization).1
Menurut Colquitt Lepine Wesson mendefinisikan bahwa:
Job performance is defined as the value of the set of employee behaviors that contribute, either positively or negatively, to organization goal accomplishment. This definition of job performance includes behaviors that are within the control of employees, but it places a boundary on which behavior are (are not) relevant to job performance.2
1 Robert Kreitner dan Angelo Kinicky, Organizational Behavior Seventh Edition (New York: McGrow Hill, 2007), p.69.
2 Colquitt Lepine Wesson, Organization Behavior Improving Performance and Commitment in the Work Place (New York: the Mc Grow Hill Companies, Inc, 2009), p.37.
8
9
Amstrong berpendapat bahwa: “performance is concerned with the
measurement of results and with its reviewing progress towards achieving
objectives as a basis for action”.3
Robert L. Mathis dan John H. Jackson menyatakan bahwa, “the three
major factors that effect the performance of individual employees are:
(1) individual ability to do the work, (2) effort level expended, and (3)
organizational support”.4
Sinambela dan Lijan mendefinisikan kinerja pegawai adalah sebagai
kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Hal senada
juga dikatakan oleh Stephen Robbins dalam Sinambela bahwa kinerja adalah
hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.5
Menurut Sutemeiser dalam Srimulyo, kinerja dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor kemampuan yang terdiri dari: (a) pengetahuan,
pendidikan, pengalaman, latihan dan minat, (b) ketrampilan, kecakapan dan
kepribadian, sementara faktor kedua yaitu: (a) kondisi sosial, organisasi
formal dan informal, kepemimpinan dan serikat kerja, (b) kebutuhan
individu, fisiologis, sosial dan egoistik, (c) kondisi fisik lingkungan kerja.6
3 Michael Amstrong, Performance Management Key Strategies and Practical Building 3rd Edition (United States: Tomson-Shore, Inc, 2006), p.4.
4 Robert L. Mathis dan John H. Jackson,Human Resources Management,Tenth Edition (Singapore: South-Western, a devision of Thomson Learning, 2004), p.85.
5 Sinambela dan Lijan Poltak, Reformasi Pelayanan Publik: Teori dan Dimensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), p.136.
6 Koko Srimulyo, www.stie-kasih-bangsa ac.id/download.jurnal.php, faktor-faktor kinerja (diakses tanggal 3 Maret 2012).
10
Amstrong mengatakan bahwa:
Performance measurement is an important concept in performance. It is the basis for providing and generating feedback, it identifies where things are going well to provide the foundations for building further success and it indicates where things are not going so well.7
Jefry A. Mello menyatakan bahwa,”employee performance can be
evaluated based on their traits, their behaviors, or the results or the
outcomes they achieve. Traits-based measures focus on the general abilities
and characteristics of the employee.”8
Konsep kinerja pada hakikatnya merupakan suatu cara atau perbuatan
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu.
Perbuatan tersebut mencakup penampilan, kecakapan melalui proses atau
prosedur tertentu yang berfokus pada tujuan yang hendak dicapai, serta
dengan terpenuhinya standar pelaksanaan dan kualitas yang diharapkan.
Kinerja juga dapat didefinisikan sebagai hasil kerja seseorang baik secara
kualitas maupun kuantitas dalam periode waktu tertentu. Apabila dikaitkan
dengan organisasi atau instansi, kinerja yang dihasilkan harus sesuai dengan
wewenang yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan dan tidak
melanggar aturan atau etika.
Pendapat yang hampir senada dikemukakan Higins dalam Husein Umar
bahwa variable kinerja terdiri atas komponen-komponen : mutu pekerjaan,
7 Ibid, p.40. 8 Jefry A. Mello, Strategic Management of Human Resources, Third Edition (Canada: South-
Western, Cengage Learning, 2011), p. 433.
11
kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, kehandalan,
pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab dan pemanfaatan waktu.9
Oleh karena itu, agar kinerja pegawai tetap efektif, maka proses
penilaian perilaku atau penampilan kerja pegawai harus didasarkan pada
standar kinerja dan intelegensi pegawai namun yang tidak kalah penting
adalah kualitas kerja, pelaksanaan tugas dan kerjasama pegawai.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa agar kinerja pegawai tetap efektif, maka proses penilaian
perilaku atau penampilan kerja pegawai mencakup: a) kemampuan
bekerjasama, b) kualitas pekerjaan, c) kemampuan teknis, d) inisiatif, e)
semangat, f) daya tahan/kehandalan, dan g) kuantitas pekerjaan.
Jadi dapat disintesiskan bahwa kinerja adalah perilaku atau penampilan
pegawai dalam melaksanakan tugasnya di tempat kerja yang didasarkan pada
standar kinerja dengan indikator: a) bekerjasama, b) kualitas pekerjaan, c)
inisiatif, d) semangat, dan e) kuantitas pekerjaan.
2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi sering diartikan sebagai karakter yang unik, suasana
atau etos kerja yang dianut oleh sebuah organisasi. Menurut Kreitner,
budaya organisasi adalah, “the collection of shared belief, value, rituals,
9 Ibid, p.6
12
stries, myths, and specialized language that foster a feeling of community
among organization member”.10
Gary Dessler mendefinisikan budaya organisasi :
Organizational culture as the characteristic values, traditions, and behaviors as company’s employees share. A value is a basic belief about what is right or wrong, or about what you should or shouldn’t do. Values are important because they guide and channel behavior.11
Dari kutipan tersebut, dapat dijelaskan bahwa budaya adalah sejumlah
pemahaman penting seperti norma, nilai, dan keyakinan yang dimiliki
bersama oleh anggota organisasi yang menacu pada satu sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu
dari organisasi yang lain.
Newstorm mengatakan bahwa, “organization culture is somewhat
intangible, for we can not see or touch it, but it is present and pervasive, like
the air in the room, it surrounds and affects everything in organization”.12
Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi
mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota
yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya.
Gomez-Mejia, menyatakan budaya organisasi merupakan, “system of
shared values, assumption, beliefs, and norms that unite the members of an
10 Robert Kreitner, Management (USA: Houghton Miffin Company, 2000), p.276.11 Gary Dessler, Human Resource Management (New Jersey: Pearson Education, Inc., 2011), p.535.12 John W. Newstrom, Organization, Human Behavior at Work (New York: McGraw Hill, 2007), p.87.
13
organization”.13 Gomez menekankan tiga aspek dalam budaya organisasi
yakni “(a) visible culture, (b) espoused value, (c) core value”.14
Ivanchevich mendefinisikan bahwa, “organization culture is what
employees perceive and how this perception creates a pattern of beliefs,
value, and expectations.15
R. Goffee and Jones dalam Mathis Robert mengemukakan bahwa:
The organization culture helps highlight a number of facets of organizational culture. First, culture is social knowledge among members of the organization. Employees learn about most important aspects of culture through other employees. This transfer of knowledge might be through explicit communication, simple observation, or other, less obvious methods. In addition, culture is shared knowledge, which means that members of the organization understand and have a degree of consensus regarding what the culture is. Second, culture tells employees what the rules, norms and values are within the organization. Third, organizational culture shapes and reinforces certain employee attitudes and behaviors by creating a system of control over employees.16
Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa organisasi menolong
sejumlah segi dengan budaya organisatoris. Pertama, budaya adalah
pengetahuan sosial antara anggota dari organisasi. Pegawai mempelajari
aspek paling penting masalah budaya melalui pegawai lain. Sebagai
tambahan, budaya berbagi pengetahuan, yang berarti anggota organisasi
tersebut mengerti dan mempunyai sebuah konsensus yang berhubungan
13 Luis R. Gomez-Mejia, David B. Balkin I. Cardy, Management, People, Performance, Change (New York:McGraw-Hill Company Inc, 2008), p.141.
14 Ibid, p.14115 John M. Ivancevich, Robert Konopaske, & Michael T. Matteson, Organizational Behavior and
Management (New York: McGrow-Hill Companies Inc, 2008), p.3716 Ibid, p.547.
14
dengan apa budaya tersebut. Kedua, budaya mengatakan pegawai tentang
apa ketentuan, norma dan nilai dalam sebuah organisasi. Ketiga, budaya
organisasi membentuk dan menguatkan sikap pegawai tertentu dan perilaku
dengan menciptakan satu sistem kontrol bagi pegawai.
Robbins menyatakan bahwa, ”there seeks to be wide agreement that
organizational culture refers to a system of shared meaning held by
members that distinguishes the organization from other organization.”17
C.A. O’Reillu dan J.A. Chatman dalam buku Culture as Social Control
yang dipetik oleh Robbins, budaya menjalankan sejumlah fungsi dalam
organisasi, yaitu: (1) budaya mempunyai suatu peran, menetapkan tapal
batas, artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu
organisasi dan yang lain; (2) budaya membawa satu rasa identitas bagi
anggota-anggota organisasi; (3) budaya mempermudah timbulnya komitmen
pada sesuatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri pribadi seseorang;
(4) budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial, artinya budaya
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus
dikatakan dan dilakukan oleh pegawai; (5) budaya berfungsi sebagai
mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk
sikap dan perilaku para pegawai. 18
17 Stephen P. Robbins & Timothy A Judge, Organizational Behavior (London: Pearson Prentice Hall, 2009), p.58518 Stephen P. Robbins, Op.cit, p. 253.
15
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah nilai-nilai, norma, etika dan
kebiasaan yang dianut dan menjadi suatu kebiasaan yang dijalankan oleh
anggota organisasi. Budaya satu organisasi berbeda dengan organisasi
lainnya, yang dapat menunjukkan ciri dan kekhasan masing-masing
organisasi. Walaupun dua organisasi bergerak dalam bidang yang sama, tapi
budaya yang dianut dan dijalankan oleh anggota organisasi akan berbeda
dengan organisasi lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disintesiskan bahwa budaya
organisasi adalah nilai-nilai keyakinan dan kebiasaan yang telah disepakati
bersama dan digunakan oleh anggota organisasi untuk mencapai tujuan
dengan indikator : (1) makna bersama yang dianut, (2) nilai dominan dalam
organisasi, (3) peran atasan, (4) komunikasi dalam organisasi, dan (5) sikap
dan kebiasaan pegawai.
3. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti, ” to
move”. Dale dkk mengungkapkan, “the idea of movement is reflected in such
common sense ideas about motivation as something that gets up going, keeps
us working, and help us complete tasks”.19
19 Dale H. Schunk, et al, Motivation in Education (New Jersey: Pearson Merill Prentice Hall, 2008), p.4
16
William B. Werther.Jr dan Keith Davis mengatakan bahwa, “motivation
can be defined as a person’s drive to take an action because that person
wants to do so. People act because they feel that they have to. However, if
they motivated, they make a positive choice to do something because it may
satisfy some of their needs.”20
Keinginan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan juga dimaknai oleh Newstrom sebagai motivasi
yang didefinisikannya sebagai, “the set of internal and external forces that
cause an employee to choose a course of action and engage in certain
behaviors.21
Colquitt mendefinisikan motivasi sebagai keinginan untuk melakukan
sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak serta inisiatif menyelesaikan
pekerjaan. Lebih dalam Colquitt mengungkapkan bahwa, “motivation is
defined as a set of energetic forces that originates both within and outside an
employee, initiates work-related effort, and determine its direction, intensity,
and persistence”.22
Motivasi adalah rangkaian pemberian dorongan kepada seseorang
untuk melakukan tindakan guna pencapaian yang diinginkan.
Adapun Atkinson dalam William menyatakan bahwa:
20 William B. Werther.Jr dan Keith Davis, Human Resources and Personnel Management, Fifth Edition (Singapore: McGraw-Hill Companies, 2003), p. 501.
21 Ibid, p.101.22 Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine dan Michaael J. Wesson, Organizational Behavior: Essentials
for Improving Performance and Commitment in the Workplace (Burr Ridge, Illinois, U.S.A.: Irwin Professional Pub, 2009), p.178
17
The strength of motivation on perform some act is a function of : a) the strength of the motive which is the position of a motives, representing a level of urgency for fullfillment, b) expectancy which is the probability that the act will obtain the goal, and c) the value of the incentive which is the reward hoped for obtaining goal.23
Dapat dijelaskan kekuatan dari motivasi untuk melakukan beberapa
kegiatan adalah suatu fungsi dari: a) kekuatan yang menjadi alasan bergerak
adalah suatu keadaan dimana di dalam diri setiap orang, tingkatan alasan
atau motif yang menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk
memenuhi suatu kepentingan, b) harapan adalah dimana kemungkinan atau
keyakinan perbuatan akan mencapai tujuan, c) nilai dari insentif dimana
ganjaran-ganjarannya demi tercapai tujuan.
Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa motivasi adalah
dorongan untuk melakukan suatu pekerjaan demi tercapainya tujuan tertentu
dengan beberapa aspek, yakni: a) keinginan untuk berprestasi, bangga
terhadap pekerjaan, b) tanggungjawab dalam melakukan pekerjaan, dan c)
lingkungan kerja yang menyenangkan dan rasa memiliki.
Dalam memahami motivasi tentu saja tidak terlepas dari pembahasan
faktor–faktor yang mempengaruhinya seperti yang dikemukakan oleh
Herzberg dalam Timpe, teori ini menyebutkan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja seseorang dalam organisasi yaitu faktor yang
membuat orang tidak puas dan faktor yang membuat orang puas atau faktor
yang membuat orang sehat. Faktor intristik diartikan sebagai kondisi situasi
23 Ibid, p.83.
18
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja antara lain : 1) prestasi kerja, 2)
pengalaman, 3) pengakuan, 4) tanggungjawab, 5) wewenang, 6) promosi. 24
Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar dari
seseorang. Dalam memotivasi bawahannya, Robert C.Beck menyatakan
bahwa:
The former set creates extrinsic motivation, motivation that is controlled by some contingency that depends on task performance. The latter set creates intrinsic motivation, motivation that is felt when task performance serves as its own reward. Extrinsic and intrinsic motivation together represent an employee’s total motivation level.25
Dapat dijelaskan bahwa motivasi sebagai keinginan atau kebutuhan
yang melatar belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja yang
berhadapan dengan dua hal yang mempengaruhi orang dalam pekerjaan
yaitu kemauan dan kemampuan. Kemauan dapat diatasi dengan pemberian
motivasi, sedangkan kemampuan dapat diatasi dengan mengadakan diklat.26
Dari penjelasan tersebut dapat disintesiskan motivasi adalah dorongan
yang muncul dari dalam diri untuk melakukan suatu pekerjaan demi
tercapainya tujuan tertentu dengan indikator, yakni: 1) kesungguhan kerja, 2)
bangga terhadap pekerjaan, 3) tanggungjawab dalam melakukan pekerjaan,
dan 4) rasa memiliki.
24 Timpe, A. Dale , Kinerja; Seri Ilmu dan Seri Manajemen Bisnis, Alih Bahasa Sofyan Cikmat (Jakata: PT. Elex Media Komputindo, 2000), p.318.25 Ibid, p.489.26 Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), pp.222-223.
19
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan McClelland dalam Robert P. Vecchio
mengidentifikasi bahwa :
The result of the reasearch identifies that increases it requirement gets achievement will also increase economy requirement. Training programs have been designed to heighten achievement motivation by having participants focus on goal setting in high achievement manner. The participants are likely to have greater subsequent success in their careers, as measured by rates of promotion, salary progress, and business expansion. 27
Penelitian McClelland tentang motivasi terhadap prestasi kerja
mengidentifikasi bahwa meningkatnya kebutuhan berprestasi juga akan
meningkatkan kebutuhan ekonomi. Motivasi terhadap prestasi kerja juga akan
menghasilkan program pelatihan yang diikuti oleh partisipan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setelah partisipan termotivasi dengan pencapaian promosi
sehingga memperoleh peningkatan gaji.
Penelitian kualitatif yang dilakukan Edgar Schein and Ralph Killman dalam
Robert P. Vecchio tentang budaya organisasi terhadap kinerja pegawai
menunjukkan bahwa :
The employees most frequently list include: treat everyone with respect; listen to other members’ views even if the leader doesn’t agree with them; provide recognition to those who suggest new ideas and ways of doing things; and speak with pride about the organization and department. Such lists of desired norms can serve as a useful starting point for altering an organization’s culture. The commitment to changing cultural features must
27 Robert P. Vecchio, Organizational Behavior: Core Concepts, 6th Edition (USA: Thomson South Western, 2006), p.74.
20
of necessity be obtained from top-level administrators if the desired change is to occur and be maintained. 28
Penelitian Edgar Schein dan Ralph Killman tentang budaya organisasi
terhadap kinerja pegawai yang menggunakan metode survey menunjukkan
bahwa semua pegawai harus dihargai; mau mendengar masukan atau pandangan
bawahan, meskipun tidak sepenuhnya setuju; menghargai pemikiran-pemikiran
baru dan langkah-langkahnya; serta membahas secara terbuka tentang organisasi-
organisasi dari masing-masing departemen. Norma-norma yang sudah ditetapkan
menjadi pijakan awal untuk mengembangkan budaya organisasi. Harus ada
komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan budaya organisasi dan harus
dimulai dari pimpinan jika ingin melakukan perubahan.
Penelitian yang dilakukan Foster tentang motivasi mengatakan bahwa :
It is evident that high levels of motivation are desirable from the point of view of leaders, managers and individual employees. It is also important that organizations spend time and effort trying to increase the motivation, performance and productivity of their staff in the current climate of fierce competition and perpetual change in most organizations. When motivation levels are high in organizations, we usually find that people do their best, enjoy their jobs, work diligently and are committed to their employers. Where motivation levels are low, we invariably find employees who are indecisive, unhappy and underperforming.29 Penelitian yang dilakukan Foster menyatakan bahwa tingginya motivasi
tidak terlepas dari peran pimpinan, manajer dan individu pegawai. Berbagai
upaya dilakukan organisasi untuk mendapatkan kinerja dan produktifitas yang
28 Ibid, pp.343-345.29 Forster, Nicholas Stephen, Maximum Performance: A Practical Guide to Leading and Managing
People at Work (Dubai, United Arab Emirates: Zayed University, 2009), pp.611
21
tinggi. Indikasinya terlihat dari tingginya semangat dan komitmen pegawai
dalam melaksanakan pekerjaan.
Penelitian tentang hubungan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja juga dilakukan oleh Chen yang mengatakan
bahwa :
The effect of leadership behaviours on organizational commitment is tobe differed by organizational culture and the organizational commitment mediates the relationship between transformational leadership behavior and job performance is supportive and bureaucratic culture is found. Therefore, by training supervisors to exert transformational leadership, employee’s commitment, job satisfaction and performance may be enhanced. 30
Penelitian yang dilakukan Chen menunjukkan bahwa budaya organisasi dan
gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap komitmen
organisasi, kepuasan kerja dan kinerja pegawai. Hasil peneliitan menunjukkan
bahwa suatu organisasi harus memiliki kultur yang kuat dalam arti dianut secara
luas, teguh dan konsisten oleh para anggotanya. Budaya organisasi dan
dukungan yang tinggi dari pimpinan akan mampu memberikan motivasi yang
tinggi pada pegawai untuk bekerja lebih baik dan mencapai kinerja yang tinggi.
C. Kerangka Teoritik
1. Budaya Organisasi dan Kinerja
Adanya keterkaitan hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja
organisasi yang dapat dijelaskan dalam model diagnosis budaya organisasi 30 Li Yueh Chen, Examining The Effect of Organization Culture and Leadership Behaviors on
Organization Commitment, Job Satisfaction, and Job Performance at Small and Middle-Size Firma of Taiwan (Journal of American Academy of Business, Sep, 2004, 5,1/2),p. 432-438
22
Tiernay bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam
budaya organisasi makin baik kinerja organisasi tersebut.31
Pegawai yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan
menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan
keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka
dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual.
Hubungan ini dipertegas oleh Robbins bahwa, “culture serves as a
sense-making and control mechanism that guides and shapes the attitude and
behavior of employees”.32
Maksudnya adalah suatu budaya organisasi berfungsi sebagai
mekanisme pencipta makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku para karyawan. Jadi, suatu budaya menginformasikan kepada
para karyawan bagaimana segala sesuatu dilakukan dan apa yang penting.
Budaya organisasi menurut McShane dan Von Glinow, “organizational
culture is the basic pattern of shared values and assumptions governing the
way employees within an organization think about and act on problems and
opportunities.”33 Dapat dijelaskan budaya organisasi yang kuat memiliki
potensi meningkatkan kinerja, dan sebaliknya bila budaya organisasinya
lemah mengakibatkan kinerja menurun. Budaya organisasi memiliki tiga
31 Moeljono Djokosantoso, Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi (Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003), p.32.32 Ibid, p.56.33 Jurnal Pendidikan Penabur - Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja (diakses tanggal 2
Maret 2012).
23
fungsi penting yaitu sebagai sistem pengawasan, perekat hubungan sosial, dan
saling memahami.
Berdasarkan uraian di atas diduga terdapat hubungan positif antara
budaya organisasi dengan kinerja.
2. Motivasi dan Kinerja
Motivasi memberikan pengaruh pada kinerja. Robbin dalam Pasalong
pada dasarnya dapat diungkapkan bahwa kinerja adalah hasil dari pengaruh
antara motivasi, kemampuan dan peluang. Dengan kata lain, kinerja adalah
fungsi dari motivasi kerja kali kemampuan kali peluang.34
Menurut Mc.Shane dan Von Glinow bahwa:
Motivation refers to the forces within a person that affect the direction, intensity, and persistence of voluntary behavior. Motivation has four factors that affect to the performance. These are:motivation, ability, role perception, and situational factors of individual behavior and result.35
Wexley dan Yukl mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja pegawai antara lain adalah disiplin dan motivasi. Disiplin diperlukan
untuk menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin, pegawai akan
berusaha untuk melakukan pekerjaan semaksimal mungkin dan kinerja yang
dihasilkan menjadi lebih bagus. 36
Berdasarkan uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara
motivasi dengan kinerja pegawai.
3. Budaya Organisasi dan Motivasi dengan Kinerja 34 Harbani Pasalong, Kepemimpinan Birokrasi (Bandung: Alfabeth, 2008),p.141.35 Ibid, p.134.36 Wexley, Kenneth, N dan Yukl, Gary, terjemahan Muh Shobaruddin, Perilaku Organisasi dan dan
Psikologi Personalia (Jakarrta: Rineka Cipta, 2000), p.97.
24
Budaya organisasi berfungsi sebagai pembentuk rasa dan mekanisme
pengendalian yang memberikan panduan dan bentuk perilaku dan sikap
pegawai. Menurut Robin, suatu sistem makna bersama yang dianut anggota-
anggota untuk membedakan organisasi tersebut tampil beda dengan organisasi
lain, maka itu mewakili suatu persepsi bersama yang dianut anggota
organisasi tersebut.37
Menurut Garet R. Jones dalam Darsono, menyatakan bahwa budaya
organisasi suatu bentuk acuan interaksi para anggota organisasi dan bentuk
acuan dan aturan-aturan sebagai dasar para anggota untuk berpikir dan
berperilaku.38
Faktor–faktor yang mempengaruhi motivasi seperti yang
dikemukakan Herzberg dalam Timpe menyebutkan bahwa
ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang
dalam organisasi yaitu faktor yang membuat orang tidak puas
(dissatisfiers) dan faktor yang membuat orang puas atau faktor
yang membuat orang sehat (hygiene ekstristik). Faktor intristik
(hygiene motivators) diartikan sebagai kondisi situasi yang dapat
mempengaruhi kinerja antara lain : 1). Prestasi kerja, 2).
Pengalaman, 3). Pengakuan, 4). Tanggungjawab, 5).
Wewenang, 6). Promosi.39
37 Ibid, p.256.38 Darsono P, Budaya Organisasi, Cetakan ke 1 (Jakarta: Diadit Media, 2006) p.17039 Ibid, p.318
25
Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motivasi
mempunyai hubungan yang kuat terhadap kinerja pegawai.
Menurut Near Jr. , komponen-komponen kinerja yang bisa diukur antara
lain: a) kualitas kerja, b) kuantitas kerja, c) kerjasama, d) pengetahuan tentang
pekerjaan, e) keterandalan, f) kehadiran dan ketepatan waktu , g) pengetahuan
tentang kebijaksanaan dan tujuan lembaga, i) prakarsa dan pertimbangan, j)
pengawasan dan kemampuan teknis.40
Dari analisis teori tentang budaya organisasi dan motivasi terdapat
pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi. Budaya organisasi yang sangat
kondusif yang memberikan rasa nyaman bagi pegawai dapat meningkatkan
motivasi kerja pegawai. Karena dengan suasana kerja yang nyaman dan
menyenangkan akan lebih fokus dalam melakukan pekerjaan dan kreatifitas
pegawai, serta kinerja mereka juga akan semakin meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara
budaya organisasi dan motivasi dengan kinerja pegawai.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir secara teoritik tersebut, maka hipotesis yang
diajukan dalam usulan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja.
40 James E. Near, Jr., Panduan Evaluasi Kinerja Karyawan, Edisi Bahasa Indonesia, Cetakan Pertama (Jakarta : Prestasi Pustaka,2004)
26
2. Diduga terdapat hubungan positif antara motivasi dengan kinerja.
3. Diduga terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dan motivasi
secara bersama-sama dengan kinerja.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
27
Sesuai dengan perumusan masalah dan hipotesis penelitian yang telah
dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara budaya organisasi dan motivasi dengan kinerja di SMA Negeri Sub
Rayon I Kota Pekanbaru sehingga akan memperoleh informasi dan kondisi
lapangan yang sesungguhnya dari implementasi ini.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Sub Rayon I Kota Pekanbaru
selama kurang lebih 1 (satu) bulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April
2012 sedangkan pengumpulan data penelitian dilakukan pada minggu pertama
dan minggu kedua bulan April 2012.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survai (kuantitatif) dengan pendekatan
korelasional, yang berusaha mencari hubungan antara tiga variabel, yaitu: budaya
organisasi (X1) dan motivasi (X2) sebagai variabel bebas (independent variable)
dengan kinerja pegawai (Y) sebagai variabel terikat (dependent variable).
Untuk melihat hubungan diatas dapat dilihat pada gambar konstelasi
masalah berikut ini :
BudayaOrganisasi
X1Kinerja
YMotivasi
X2
27
28
Gambar 1 : Konstelasi Masalah
2. Populasi dan Sampling
1. Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan,
sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi.41
Menurut Supranto dalam Hermawan, di dalam statistik dikenal dua
cara pengumpulan data, yaitu cara sensus dan cara sampling. Sensus adalah
cara pengumpulan data di mana seluruh elemen populasi diteliti satu per
satu. Ada dua alasan dilakukannya sensus: (1) suatu penelitian sensus akan
layak dilakukan jika populasinya relatif sedikit dan (2) suatu penelitian
sensus hanya diperlukan jika unit elemen populasi sangat bervariasi42
Berdasarkan alasan yang dikemukakan oleh Hermawan tersebut, maka
populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai SMAN Sub Rayon I Kota
Pekanbaru yang berjumlah 50 orang. Populasi tersebut dapat dilihat pada
tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1Jumlah responden SMA Negeri Sub Rayon I Kota Pekanbaru
41 Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008), p77.42 www.pengumpulan.data.com. (Diakses tanggal 7 Maret 2012).
29
No Data SMA Negeri Sub Rayon I Kota Pekanbaru
Jumlah Pegawai
1 SMA Negeri 1 Pekanbaru 9 pegawai2 SMA Negeri 6 Pekanbaru 7 pegawai3 SMA Negeri 8 Pekanbaru 8 pegawai4 SMA Negeri 9 Pekanbaru 9 pegawai5 SMA Negeri 10 Pekanbaru 7 pegawai6 SMA Negeri 11 Pekanbaru 7 pegawai7 SMA Negeri 14 Pekanbaru 3 pegawai
Jumlah total 50 pegawai
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau
menggunakan rumus Slovin dalam Husein Umar dengan presisi 0.05 dengan
rumus sebagai berikut:
n ≥N
1+Ne2
Dimana :n = ukuran sampelN = ukuran populasie = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
mau ditolerir, misalnya 5 %.43
n≥50
1+50 x (0 . 05)2=50
1+0 , 125=50
1 ,125=44 , 4
Jumlah seluruh sampel yang akan dijadikan responden penelitian ini
adalah 44 orang pegawai di SMA Negeri Sub Rayon I Kota Pekanbaru. Hasil
yang diperoleh dari sampel ini diharapkan mewakili populasi.
43 Husein Umar, Desain Penelitian Manajemen Stratejik,( Jakarta : Rajawali Pers, 2010), p.69
30
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dikumpulkan dengan memakai instrumen. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dikembangkan
dan dibuat sendiri oleh penulis dengan melalui beberapa tahapan.
Beberapa tahapan yang dimaksud adalah: 1) pengkajian teori yang berkaitan
dengan variabel yang diteliti sehingga dapat ditentukan konstruk dari variabel
tersebut, 2) penentuan indikator dari masing-masing variabel, 3) penyusunan
kisi-kisi instrumen, 4) penyusunan butir-butir pertanyaan kemudian dilanjutkan
dengan penetapan skala pengukurannya, 5) pelaksanaan uji coba instrumen
penelitian, 6) penentuan instrumen baku yang dipakai untuk mengumpulkan data
penelitian setelah dilakukan uji validitas dan perhitungan reliabilitas dari masing-
masing pertanyaan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran
kuesioner dengan bentuk pernyataan tertutup, dimana kemungkinan jawabannya
sudah disediakan terlebih dahulu dan responden hanya akan memilih salah satu
jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Alternatif jawaban yang
disediakan dalam angket berdasarkan skala Likert dengan 5 alternatif jawaban
dengan kategori : sangat sering (skor 5), sering (skor 4), jarang (skor 3), pernah
(skor 2), tidak pernah (skor 1). Angket ini dibuat berdasarkan kisi-kisi dari
31
variabel kinerja, budaya organisasi dan motivasi pegawai di SMA Negeri Sub
Rayon I Kota Pekanbaru.
Untuk mengetahui penjelasan tentang variabel-variabel dan indikator-
indikator variabel penelitian, berikut ini diberikan definisi konseptual dan
operasional.
1. Kinerja
a. Definisi Konseptual
Kinerja adalah perilaku atau penampilan pegawai dalam
melaksanakan tugasnya di tempat kerja yang didasarkan pada standar
kinerja dengan indikator : 1) kualitas kerja, 2) pelaksanaan tugas, dan 3)
kerjasama pegawai.
b. Definisi Operasional
Kinerja adalah penilaian kepala sekolah terhadap perilaku pegawai
dalam melaksanakan tugasnya di tempat kerja yang didasarkan pada
standar kinerja dengan indikator yaitu: 1) bekerjasama, 2) kualitas
pekerjaan, 3) inisiatif, 4) semangat, 5) daya tahan/kehandalan, dan 6)
kuantitas pekerjaan.
c. Instrumen yang Digunakan
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja pegawai yaitu butir
instrumen yang berasal dari instrumen yang diuji cobakan. Kisi-kisi dari
instrumen variabel kinerja pegawai dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
32
Variabel Kinerja Pegawai
No Indikator No.butir Uji Coba1 Bekerjasama 1,2,3,4,5,62 Kualitas pekerjaan 7,8,9,10, 11,123 Inisiatif 13,14, 15, 16,17,184 Semangat 19,20, 21, 22,235 Daya tahan/kehandalan 24, 25,26,27,286 Kuantitas pekerjaan 28,29,30,31,32,33,34
Jumlah 34
2. Budaya Organisasi
a. Definisi Konseptual
Budaya organisasi adalah nilai-nilai keyakinan dan kebiasaan yang telah
disepakati bersama dan digunakan oleh anggota organisasi untuk mencapai
tujuan dengan indikator : (1) makna bersama yang dianut, (2) nilai dominan
dalam organisasi, (3) peran atasan, (4) komunikasi dalam organisasi, dan (5)
sikap dan kebiasaan pegawai.
b. Definisi Operasional
Budaya organisasi adalah penilaian pegawai terhadap nilai-nilai
keyakinan bersama dan digunakan oleh anggota organisasi untuk mencapai
tujuan dengan indikator yaitu: (1) makna bersama yang dianut, (2) nilai
dominan dalam organisasi, (3) peran atasan, (4) komunikasi dalam organisasi,
dan (5) sikap dan kebiasaan pegawai.
c. Instrumen yang Digunakan
Kisi-kisi final instrumen variabel budaya organisasi dapat dilihat pada
tabel 3.3 berikut ini:
33
Tabel 3.3Variabel Budaya Organisasi
No Indikator No.butir Uji Coba1 Makna bersama yang dianut 1,2,3,4,5,6,7,82 Nilai dominan dalam organisasi 9,10,11, 12,13,143 Peran atasan 15,16, 17,18,19,204 Komunikasi dalam organisasi 21, 22,23,24,25, 26,275 Sikap dan kebiasaan pegawai 28,29,30,31,32,33,34,35
Jumlah 35
d. Motivasi
a. Definisi Konseptual
Motivasi adalah dorongan yang muncul dari dalam diri untuk melakukan
suatu pekerjaan demi tercapainya tujuan tertentu dengan indikator:
1) kesungguhan kerja, 2) bangga terhadap pekerjaan, 3) tanggungjawab dalam
melakukan pekerjaan, dan 4) rasa memiliki.
b. Definisi Operasional
Motivasi adalah dorongan yang muncul dari dalam diri pegawai untuk
melakukan pekerjaan tujuan tertentu melakukan suatu pekerjaan demi
tercapainya tujuan tertentu dengan indikator: 1) kesungguhan kerja, 2)
bangga terhadap pekerjaan, 3) tanggungjawab dalam melakukan pekerjaan,
dan 4) rasa memiliki.
c. Instrumen yang Digunakan
Kisi-kisi dari instrumen variabel motivasi kerja dapat dilihat pada tabel
3.4 berikut ini:
34
Tabel 3.4Instrumen Variabel Motivasi Kerja
No Indikator No.butir Uji Coba1 Kesungguhan kerja 1,2,3,4,5,6.7,8,9, 102 Bangga terhadap pekerjaan 11,12, 13, 14,15, 16,173 Tanggungjawab dalam melakukan pekerjaan 18,19,20, 21,22,23,24, 25,26,274 Rasa memiliki 28,29,30,31,32 Jumlah 32
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Uji
validitas dilakukan untuk menguji kevalidan dari instrumen penelitian yang
dilakukan dengan menkorelasikan skor butir dengan skor total dengan
menggunakan rumus Product Moment dari Pearson44 yaitu sebagai berikut:
r xy=N∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )
√ N∑ X2−(∑ X )2 (N ∑Y 2−∑Y )2
Keterangan:rxy = Koefisien korelasi X dan Y∑X = Jumlah skor X (butir)∑Y = Jumlah skor Y (total)N = Jumlah kasus
r pq=rrp : SD1 SD p
√{(SDt2+SD p
2−2) (rtp : SDt−SDp )}Keterangan:
r pq= Koefisien korelasi Part Whole
44 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung : Alfabeta, 2001), p.78
35
r pq=Koefisien korelasi Product Moment
SDt= Standar deviasi total
SDt= Standar deviasi sub total45
Untuk menentukan valid tidaknya suatu item pertanyaan, dilakukan
dengan membandingkan harga korelasi antara skor butir dengan skor total
yang sudah dikorelasi dengan persamaan Part Whole di atas dengan harga r-
tabel. Suatu item pertanyaan dikatakan valid apabila didapatkan besarnya
korelasi antara skor butir dengan skor total yang sudah dikoreksi dengan
permaan Part Whole yang lebih besar atau sama dengan r-tabel.
2. Perhitungan Reliabilitas
Dalam penelitian ini perhitungan reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha. Hal tersebut karena skor dalam angket
merupakan rentangan antara beberapa nilai yaitu 1 sampai 5. Adapun rumus
Alpha adalah berikut:
r11=[ KK−1 ][1−∑ σ b
2
σ12 ]
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrument
K = Banyaknya butir pertanyaan
∑ σb2
= Jumlah varians total46
45 Ibid, p.80.46 Ibid, p.83.
36
σ t2
= Varians total
G. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah tehnik analisis
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Dalam hal analisis statistik
deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi,
histogram data, modus, median, nilai rata-rata dan simpangan baku.
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas Galat Taksiran
Uji normalitas galat taksiran dimaksudkan untuk menentukan normal-
tidaknya distribusi data penelitian. Uji normalitas yang digunakan adalah
uji Liliefors. Galat Taksiran dinyatakan normal apa bila harga Fhitung lebih
kecil dari Ltabel dan diuji dengan taraf signifikansi a = 0,05.
b. Uji Linieritas Data dan Keberartian Regresi
Uji ini dimaksudkan untuk melihat apakah persamaan regresi yang
diperoleh "berarti" apabila digunakan sebagai kesimpulan antar variabel
yang dianalisis. Uji linieritas dengan menggunakan tabel ANAVA. Regresi
linier apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada taraf signifikansi
a = 0,05.
2. Uji Hipotesis
37
Untuk melakukan uji hipotesis perlu ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Uji Korelasi Sederhana
Uji korelasi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pertama
dan hipotesis kedua, dengan rumus Product Moment. Hal ini dilakukan
untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat.
b. Uji Korelasi jamak
Uji korelasi jamak digunakan untuk menguji hipotesis ketiga dan hal
ini dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi yang berarti apabila kedua
variabel bebas secara bersama-sama dikorelasikan dengan variabel terikat.
c. Perhitungan Koefisien Korelasi
Perhitungan ini digunakan untuk menganalisis seberapa besar
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat yang dinyatakan dalam
prosentase.
d. Uji Korelasi Parsial
Uji korelasi parsial dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Apabila salah satu variabel bebas lainnya
dikontrol atau dianggap tetap. Uji keberartian korelasi parsial digunakan
untuk melihat keberartian hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat apabila salah satu variabel bebas lainnya dikontrol.
38
H. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini dengan menggunakan notasi
sebagai berikut:
a. Hipotesis Statistik 1
H0 : ρy1 ≤ 0
H1 : ρy1 > 0
b. Hipotesis statistik 2
H0 : ρy2 ≤ 0
H1 : ρy2 > 0
c. Hipotesis statistik 3
H0 : ρy.12 ≤ 0
H1 : ρy.12 > 0
Keterangan:Ho : Hipotesis nolH1 : Hipotesis alternatifρy1 : Koefisien korelasi antara budaya organisasi dengan kinerja pegawaiρy2 : Koefisien korelasi antara motivasi dan kinerja pegawaiρy.12 : Koefisien korelasi budaya organisasi dan motivasi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Michael, Performance Management Key Strategies and Practical Building 3rd Edition, Tomson-Shore, Inc.: United States, 2006.
Chen, Li Yueh, Examining The Effect of Organization Culture and Leadership Behaviors on Organization Commitment, Job Satisfaction, and Job Performance at Small and Middle-Size Firma of Taiwan, Journal of American Academy of Business, Sep, 2004, 5,1/2.
39
Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine dan Michaael J. Wesson, Organizational Behavior:Essentials for Improving Performance and Commitment in the Workplace, Irwin Professional Pub: Burr Ridge, Illinois, U.S.A, 2009.
Dale, Timpe, A. , Kinerja; Seri Ilmu dan Seri Manajemen Bisnis, Alih Bahasa Sofyan Cikmat, PT. Elex Media Komputindo: Jakata, 2000.
Darsono P. Budaya Organisasi, Cetakan ke ,1 Diadit Media : Jakarta, 2005.
Dessler, Gary, Human Resource Management, Pearson Education, Inc.: New Jersey: 2011.
Djokosantoso Moeljono, Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi, Elex Media Komputindo: Jakarta, 2003.
Forster, Nicholas Stephen, Maximum Performance: A Practical Guide to Leading and Managing People at Work, Zayed University, Dubai, United Arab Emirates: 2009.
Gomez-Mejia, Luis R., David B. Balkin I. Cardy, Management, People, Performance, Change , McGraw-Hill Company Inc: New York, 2008.
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,Bumi Aksara- Jakarta, 2006.
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/ 3 Maret 2012
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/ 8 Maret 2012.
Ivancevich, John M, Robert Konopaske, & Michael T. Matteson, Organizational Behavior and Management, McGrow-Hill Companies Inc: New York, 2008.
Jurnal Pendidikan Penabur - Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja, 2 Maret 2012.
Keith Davis William B. Werther.Jr dan, Human Resources and Personnel Management, Fifth Edition, McGraw-Hill Companies: Singapore, 2003.
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicky, Organizational Behavior Seventh Edition, McGrow Hill: New York, 2007.
Kreitner, Robert Management, Houghton Miffin Company: USA, 2000.
40
Lepine Wesson, Colquitt, Organization Behavior Improving Performance and Commitment in the Work Place, the Mc Grow Hill Companies, Inc.: New York 2009.
L. Mathis, Robert dan John H. Jackson,Human Resources Management,Tenth Edition, South-Western, a devision of Thomson Learning: Singapore, 2004.
Mello, Jefry A. Strategic Management of Human Resources, Third Edition, South-Western, Cengage Learning: Canada 2011.
Near, Jr. James E. Panduan Evaluasi Kinerja Karyawan, Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan ke 1, Prestasi Pustaka: Jakarta,2004.
Pasalong, Harbani, Kepemimpinan Birokrasi, Alfabeth: Bandung, 2008. Stephen P. Robbins & Timothy A Judge, Organizational Behavior, Pearson Prentice
Hall: London,2009.
Simmamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke 3. Cetakan Pertama: Yogyakarta, STIE YKPN, 2004.
Sinambela dan Lijan Poltak, Reformasi Pelayanan Publik: Teori dan Dimensi, Bumi Aksara: Jakarta, 2006.
Srimulyo, Koko, www.stie-kasih-bangsa ac.id/download.jurnal.php, faktor-faktor kinerja, 3 Maret 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta: Bandung, 2001.
Timpe, A. Dale , Kinerja; Seri Ilmu dan Seri Manajemen Bisnis, Alih Bahasa Sofyan Cikmat, PT. Elex Media Komputindo: Jakata.2000.
Udan Biantoro, Pengaruh Praktek Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Budaya,Organisasi dan Kinerja Perusahaan. (Disertasi Universitas Airlangga: Surabaya, 2002.
Umar, Husein. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2008.
_____, Desain Penelitian Manajemen Stratejik, Rajawali Pers: Jakarta, 2010.
Usman, Husaini, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta, 2006.
41
Vecchio, Robert P., Organizational Behavior: Core Concepts, 6th Edition, Thomson South Western: USA, 2006.
W. Newstrom, John, Organization, Human Behavior at Work, McGraw Hill: New York, 2007.
Wexley, Kenneth, N dan Yukl, Gary, terjemahan Muh Shobaruddin, Perilaku Organisasi dan Psikologi dan Psikologi Personalia, Rineka Cipta: Jakarrta, 2000.
McClelland’s research in Robert P. Vecchio about motivation to work performance. The result of the reasearch identifies that increases it requirement gets achievement will also increase economy requirement. Training programs have been designed to heighten achievement motivation by having participants focus on goal setting in high achievement manner. The participants are likely to have greater subsequent success in their careers, as measured by rates of promotion, salary progress, and business expansion.
42
penelitian yang dilakukan McClelland dalam Robert P. Vecchio tentang motivasi terhadap prestasi kerja. Penelitian tersebut mengidentifikasi bahwa meningkatnya kebutuhan berprestasi juga akan meningkatkan kebutuhan ekonomi. Motivasi terhadap prestasi kerja juga akan menghasilkan program pelatihan yang diikuti oleh partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah partisipan termotivasi dengan pencapaian promosi sehingga memperoleh peningkatan gaji.
kualitatif's research that did by Edgar Schein and Ralph Killman in Robert P. Vecchio about organization culture to the employee’s performance. That research is done in survey's method. The result of this research showed that the employees most frequently list include: treat everyone with respect; listen to other members’ views even if the leader doesn’t agree with them; provide recognition to those who suggest new ideas and ways of doing things; and speak with pride about the organization and department. Such lists of desired norms canserve as a useful starting point for altering an organization’s culture. The commitment to changing cultural features must of necessity be obtained from top-level administrators if the desired change is to occur and be maintained.
Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Edgar Schein dan Ralph Killman dalam Robert P. Vecchio tentang budaya organisasi terhadap kinerja pegawai. Penelitian tersebut dilakukan dalam metode survey.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pegawai harus dihargai; mau mendengar masukan atau pandangan bawahan, meskipun tidak sepenuhnya setuju; menghargai pemikiran-pemikiran baru dan langkah-langkahnya; serta membahas secara terbuka tentang organisasi-organisasi dari masing-masing departemen. norma-norma yang sudah ditetapkan menjadi pijakan awal untuk mengembangkan budaya organisasi. Harus ada komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan budaya organisasi dan harus dimulai dari pimpinan jika ingin melakukan perubahan.