bab i.doc

Upload: sely-oktaviolita-asri

Post on 05-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB I.doc

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asidi-Alkali.

Dalam makalah ini penyusun menjelaskan mengenai pengertian secara umum. Adapuan tujuan penulisan makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu dalam mata kuliah Laboratorium Lingkungan.

Di sisi lain, penyusun menulis makalah ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai Asidi-alkali. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah Asidi-Alkali untuk ke depannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Laboratorium Lingkungan.

Semarang, September 2012

Penyusun

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangSalah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi - alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.

Titrasi asidi - alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.

Selain dalam air,reaksi asam basa juga dapat berlangsung dalam pelarut non air. Sebenarnya pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan kimia, tetapi untuk pemakaiannya kini digunakan untuk senyawa organik maupun anorganik,sesungguhnya dalam titrasi bebas air ini juga berlangsung reaksi netralisasi.

Walaupun cara ini terhitung baru namun para analis telah merasakan betapa cara ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa yang tidak dapat larut dalam air,dapat larut dalam air, dapat larut dalam pereaksi yang mudah didapat dan dikenal. Sehingga untuk menentukan kadarnya tidak kesulitan dalam mencari pelarut yang lain untuk melarutkannya. Keuntungan lain dengan pemakaian metode ini adalah karena dalam percobaan digunakan pelarut non air seperti asam asetat glacial, pelarut ini memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat.

Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen.

Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah yang berjudul Asidi dan Alkalimetri ini untuk menjelaskan tentang Alkali dan asidimetri yang meli[uti cara pengukuran pH, pengertian asidi-alkali, indikator dan trayek pH, dan cara pengukuran pH.

C. Manfaat

Dengan dibuatnya makalah Asidi-Alkali ini diharapkan dapat membantu dan menunjang pembelajaran Laboratorium Lingkungan, terutama bagi mahasiswa Teknik Lingkungan UNDIP.BAB IIISI

A. Derajat Keasaman

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.

Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen.

pH = -log[H+]

Untuk memahami pengertian dasar keasaman dibawah ini diuraikan secara ringkas tentang ionisasi. Bila suatu atom menerima energi tambahan dari luar, electron atom itu akan meningkat energi kinetiknya. Hal itu akan memindahkan tingkat energi electron ke tingkat yang lebih tinggi. Elektron akan berpindah menuju kulit yang lebih luar yang akhirnya jika energi yang diterima cukup besar dapat memisahkan electron dari atomnya. Dari atom ini akan didapatkan dua partikel yang masing-masing partikel bermuatan positif dan negatif. Partikel atom yang melepas elektronnya itu disebut ion positif. Atom juga bisa menerima elektron sehingga akan kelebihan electron. Partikel seperti ini juga disebut ion tetapi merupakan ion negatif.

Molekul- molekul suatu zat yang dalam larutannya dapat menghantarkan arus listrik disebut elektrolit. Ion-ion negative bergerak menuju ke anode, oleh karena itu ion negative disebut anion. Ion positif bergerak menuju katode, oleh karena itu ion positif disebut kation. Suatu larutan elektrolit, molekulnya terurai menjadi ion-ion. Air murni tergolong elektrolit lemah. Sebagian molekulnya terurai menjadi ion H+ dan OH-.

H2O( H+ + OH-Dari persamaan diatas, 1 ion H+ dan 1 ion OH- berasal dari penguraian 1 molekul H2O. Dengan demikian, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion OH-. Larutan air seperti itu dinamakan dengan larutan Netral. Larutan yang mengandung ion H+ berkonsentrasi lebih besar dari konsentrasi OH- dan disebut larutan Asam, sedangkan larutan yang mengandung konsentrasi ion H+ lebih kecil dari konsentrasi ion OH- disebut larutan Basa. Larutan asam dapat menerima electron bebas, sedangkan basa dapat memberikan electron bebas.

Banyaknya larutan yang terurai menjadi ion dinamakan derajat ionisasi. Besarnya berkisar antara 0 sampai 1. Suatu elektrolit yang derajat ionisasinya besar, mendekati 1 disebut elektrolit kuat, sedangkan yang derajat ionisasinya kecil mendekati 0 dinamakan elektrolit lemah. Ionisasi mempunyai tetapan kesetimbangan (K). Misal untuk air, kesetimbangannya dapat dihitung dengan rumus:

Karena konsentrasi H2O relatif besar, maka persamaan ini dapat ditulis menjadi:

K(H2O) = (H+) . (OH)

Dalam air murni dengan suhu 25C, konsentrasi H+=10-7 mol/liter, sedangkan hasil kali konsentrasi H+ dengan OH-=10-14. Konsentrasi H+=konsentrasi OH- =10-7

B. Dasar Pengukuran Derajat Keasaman

Asam dan basa adalah besaran yang sering digunakan untuk pengolahan sesuatu zat, baik di industri maupun kehidupan sehari-hari. Pada industri kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan, mulai dari pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yamg diharapkan sampai pengendalian limbah industri agar dapat mencegah pencemaran pada lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah pertanian perlu diketahui.

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.Salah satu pengukuran yang sangat penting dalam berbagai cairan proses (industri, farmasi, manufaktur, produksi makanan dan sebagainya) adalah pH, yaitu pengukuran ion hidrogen dalam suatu larutan. Larutan dengan harga pH rendah dinamakan asam sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan basa. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni (netral).

Pengukuran pH

pH larutan dapat diukur dengan beberapa cara. Pengukuran pH di laboratorium pendidikan biasanya dilakukan dengan tiga cara. Pertama ialah pengukuran dengan menggunakan indikator sederhana berupa kertas lakmus. Kertas lakmus biru akan berubah warna menjadi merah apabila digunakan pada suatu zat yang tingkat keasamannya tinggi. Kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru apabila digunakan pada suatu zat yang tingkat keasamannya rendah. Pengukuran pH dengan kertas lakmus memiliki kelemahan, yaitu alat ini hanya bisa mendeteksi asam atau basanya suatu zat. (Robinson 1975)

Selain dengan kertas lakmus, pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat ini digunakan untuk menentukan pH atau tingkat keasaman suatu sistem larutan (Beran 1996). Selain itu, ph meter juga merupakan alat yang digunakan untuk potensiometrik. Analisis jenis ini sangat tergantung pada aktifitas ion yang akan diukur. pH meter memiliki dua buah elektroda, yaitu elektroda gelas dan elektroda kalomel. Elektroda gelas terdiri dari bola yang sangat tipis dengan ketebalan 0,1 mm yang terdapat pada ujung pipa gelas yang kuat dengan daya tahan tinggi. Bola tersebut mengandung HCl (0,1 mol/liter) yang dihubungkan dengan kawat platina melalui elektroda Ag. (Robinson 1975)a. Kalorimetri

Ada dua cara yang dikenal untuk mengukur pH yaitu Kalorimetri dan Elektrometri. Kalorimetri menggunakan suatu zat yang berubah warna, untuk keadaan pH tertentu. Zat tersebut merupakan paduan dari asam basa lemah dan garamnya. Jika garam dari asam lemah berbeda warnanya dari asam yang terionisasi, hasil akhir warna larutan bergantung pada perbandingan dari kosentrasi kedua bentuk tadi. Cairan indikator yang biasa digunakan adalah penoftalin.

Untuk mengamati warna ini diperlukan pengalaman pengamat yang berpengalaman bisa mencapai ketelitian 0,1 pH. Larutan yang gelap dan berwarna tidak dapat diamati dengan baik. Indikator yang tidak stabil dan larutan yang kuat akan mengoksidasi atau mereduksi. Penambahan indikator dapat pula mengubah nilai pH dari sampel. Cara lain adalah dengan menggunakan kertas lakmus yang dikenakan pada cairan sample. Kertas itu akan berubah warna dan dapat dicocokkan dengan warna standar.b. Potensiometri

Kalorimetri yang telah diuraikan diatas tidak dapat mengukur pH secara kontinu disamping beberapa kelemahan lainnya. Untuk mengatasinya digunakan cara elektrometri atau potensiometri. Peralatan ukur pH elektrometri secara garis besar terdiri atas electrode ukur yang sensitive, electrode referensi, electrode kompensasi suhu, dan alat ukur tegangan antara electrode ukur dan referensi.

Elektrode ukur untuk pH telah dikembangkan hingga bermacam-macam. Untuk pengukuran pH di indutri digunakan electrode ukur yang dikenal dengan electrode gelas. Elektrode gelas sensitive hanya pada ion hydrogen saja. Pada gambar 2.3. elektrode ukur terdiri atas tabung gelas yang didalamnya berisi larutan netral dengan pH tetap. Larutan ini disebut larutan Buffer. Disebelah luar dari tabung gelas adalah larutan proses yang harus diukur. Dinding gelas dari tabung gelas mempunyai tahanan yang tinggi sekali.

Dalam tabung gelas electrode ukur juga terdapat perak dan perak klorida yang berada dalam larutan buffer. Jika aktifitas ion hydrogen dari larutan proses lebih besar dari pada larutan yang ada di dalam tabung gelas, perbedaan tegangan menjadi positif. Jika konsentrasi ion dalam larutan proses lebih kecil akan didapat perbedaan potensial yang negative.

C. Teori Asam Basa

Teori Asam Basa ada 3, yaitu :

1. Svante August Arrhenius

Asam adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+)

Contoh : HCl (aq)

H+ + Cl-

HNO3 (aq)

H+ + NO3-Basa adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-)

Contoh: NaOH (aq)

Na+ + OH-

KOH (aq)

K+ + OH-2. Johanes Bronsted dan Thomas Lowry (Bronsted Lowry)

Asam adalah zat yang bertindak sebagai pendonor proton (memberikan proton) pada basa. Basa adalah zat yang bertindak sebagai akseptor proton (menerima proton) dari asam.

Asam

Basa Konjugasi + H+Basa + H+

Asam KonjugasiContoh :

HCl+H2O

H3O+

+Cl-

Asam 1

Basa 2

Asam 2

Basa 1

Pasangan asam basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi

3. Gilbert Lewis

Asam adalah suatu zat yang bertindak sebagai penerima (akseptor) pasangan elektron. Basa adalah suatu zat yang bertindak sebagai pemberi (pendonor) pasangan elektron.D. Asidi (Asam)

Asam (sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (yang digunakan dalam baterai atau aki mobil) Asam umumnya berasa masam, walaupun demikian mencicipi rasa asam terutama asam pekat dapat berbahaya dan tidak dianjurakan.

Secara umum Asam memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Rasa : Masam ketika dilarutkan dalam air.

2. Sentuhan : Asam terasa menyengat bila disentuh, terutama asam yang kuat.

3. Kereaktifan : Asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.

Asam juga merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat,asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen. Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.

Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.

E. Alkali (Basa)Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion -OH.

Secara umum Basa memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Rasa : Tidak masam bila dilarutkan dengan air.

2. Sentuhan : Tidak terasa menyengat bila disentuh.

3. Kereaktifan : Kebanyakan tidak bereaksi terhadap logam.

Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Produk rumah tangga apa yang mengandung basa? Beberapa produk rumah tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal putih yang mudah larut dalam air.

Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat menyengat, sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.

F. Titrasi

Dalam analisis titrimetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standard) yang kadar (konsentrasi)-nya telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung sesara kuantitatif.Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan - larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume volume suatu asam dan suatu basa yang paling tepat saling menetralkan.Analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa) yang terdiri dari asidimetri dan alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain juga dipakai akhiran ometri menggantikan imetri. Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu, proses atau seni mengukir I dan O dalam hubungannya dengan metri sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau of), akhiran I berasal darai bahasa latin dan o berasal dari bahasa yunanai. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan basa (yang diukur ju,lah asam atau basa atau garam). Tentu saja ini membingunkan, namun usaha untuk menetapkan atri mana yang harus dipakai tidak berhasil. Maka asidimetri alkalimetri sebaiknya diartikan umum saja, yakni titrasi yang menyangkut asam atau basa (Hardjadi, 1993).

Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Secara tersirat diutarakan bahwa titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam basa, diantaranya :

1.asam kuat-basa kuat

2.asam kuat-basa lemah

3.asam lemah-basa kuat

4.asam kuat-garam dari asam lemah

5.basa kuat-garam dari asam lemah

Kesempurnaan dari reaksi di atas dilihat dari besarnya K (Harjadi, 1990).

Secara jelas Asidimetri dapat diartikan sebagai analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa.Sedangkan alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam.

Titirasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH titik ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Selama titarsi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara drastis bila volume titrannya mencapai titik ekivalen (Khopkar, 2003).

Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik ekivalen. Sedangkan volume dimana warna indikator nampak oleh pengamat merupakan titik akhir. Titik ekivalen dan titik akhir tidaklah sama. Tetapi pada prakteknya titik akhir tercapai setelah titik ekivalen. Perbedaan antara titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif, determinan, dan nilainya dapat dihitung (Khopkar, 2003).

Titrasi asam basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu, terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian, umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik dapat ditentukan dengan cara titrasi asam basa dalam pelarut nirair (Rivai, 1995).

Dalam memilih suatu asam untuk digunakan dalam suatu larutan standar hendaknya diperhatikan faktor-faktor berikut :

1.Asam itu haruslah kuat, artinya sangat terdisosiasi.

2.Asam itu tak boleh atsiri (mudah menguap).

3.Larutan asam itu harus stabil.

4.Garam (dari) asam itu haruslah dapat larut.

5.Asam itu tak-boleh merupakan pengoksid yang cukup kuat sehingga merusak senyawaan organik yang digunakan sebagai indikator.

Asam klorida dan asam sulfat digunakan paling banyak untuk larutan standar, meskipun tak satupun memenuhi semua persyaratan di atas. Garam klorida (dari) ion perak, timbel, dan merkurium(I) tidak larut, seperti juga sulfat dari logam alkali tanah dan timbel (Day dan Underwood, 1998).

Untuk penentuan basa digunakan larutan baku asam kuat (misalnya HCl), sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan baku basa kuat (misalnya NaOH). Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan (misalnya potensiometri, spektrofotometer, konduktometer) (Rivai, 1995).

G. Indikator Asam Basa

Indikator merupakan suatu senyawa organik yang kompleks dan digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi. Dalam metode asidimetri dan alkalimetri digunakan indikator fenolftalein dan metil jingga. Fenolftalein memiliki range PH 8,3 - 10. Penggunaan fenolftalein dalam metode asidimetri karena dalam metode asidimetri, karena dalam metode asidimetri yang akan ditentukan adalah kadar basa. Sedangkan metil jingga memiliki trayek PH 3,1 - 4,4. Penggunaan pada metode alkalimetri disebabkan karena pada metode ini yang ingin ditentukan adalah kadar asam. Macam-macam indikator yang sering digunakan dalam metode asidi - alkalimetri adalah sebagai berikut :

Perubahan warna suatu indikator tergantung konsentrasi ion hydrogen (H+) yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksi atau ketetapan netralisasi. Indikator PH asam basa adalah suatu indikator atau zat yang dapat berubah warna apabila PH lingkungan berubah. Misalnya bromtimol biru (BTB), dilarutkan asam menjadi warna kuning, tetapi dalam larutan basa menjadi biru. Titrasi Langsung Asam Basa Dalam Larutan Air 1. Titrasi asam kuat/masa kuat

(Perubahan pH selama titrasi 25 mL HCl 1 M dengan NaOH 1 M)

Merupakan kurva titrasi yang diperolaeh dari titrasi asam kuat (HCl) dengan basa kuat NaOH. Pada awal titrasi perubahan nilai pH berlangsung lambat sampai menjelang titik ekivalen. Pada saat titik ekivalen, nilai pH meningkat secara drastis. Untuk mengamati titik akhir titrasi dapat digunakan indikator atau menggunakan metode elektrokimia.

2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat dan titrasi basa lemah dengan asam kuat. Jika sejumlah kecil volume asam kuat atau basa kuat ditambahkan pada basa lemah atau asam lemah maka nilai pH akan meningkat secara drastis di sekitar 1 unit pH, di bawah atau di atas nilai pKa. Seringkali pelarut organik yang dapat campur dengan air, seperti etanol ditambahkan untuk melarutkan analit sebelum dilakukan titrasi.

(Kurva titrasi 25 mL larutan aspirin 1M (pKa 3,5) yang dititrasi dengan NaOH 1M)

Merupakan alur pH ketika NaOH 0,1M dtambahkan pada 25 mL larutan asam lemah aspirin 1M. Dalam kasus aspirin, indikator yang digunakan dibatasi hanya indikator yang terletak pada titik infleksi pada kurva titrasi. Dengan demikian, PP nerupakan indikator yang sesuai, sementara metil orange.

Sementara itu, pada titrasi basa lemah kinin dengan asam klorida, metil orange merupakan inindikator yang sesuai karena terletak pada titik infleksi pada kurva titrasi, sedangkan PP tidak sesuai.

(Kurva titrasi 25 mL larutan kinin 1M (pKa 8,05) yang ditirasi dengan HCl 1M)

Semua metode titrimetri tergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah reagen per satuan volume larutan dengan ketetapan yang tinggi. Metode volumetri diklasifikasikan menjadi titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri.

Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol.Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi asam basanya. Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya. Begitu pula sebaliknya, pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam basa, cara umum yang sering digunakan adalah dengan di lingkungan yang sebelumnya telah diberi larutan indikator, dengan larutan uji. Di tetesi hingga terjadi perubahan warna dari larutan indikator. Apabila terjadi perubahan warna yang disebut titik akhir maka penetapan larutan uji dihentikan.

Kemudian nilai konsentrasi larutan yang diuji, dihitung berdasarkan cara yang telah ditetapkan untuk metode titrasi. Pada metode ini, mata manusia memegang peranan penting dalam pengamatan terjadinya perubahan warna. Juga dalam pengendalian proses yang berlangsung dan penentuan nilai konsentrasi larutan, perhitungannya dilakukan secara manual. Dengan memggunakan cara ini terdapat beberapa kelemahan , antara lain :

Kesalahan pada poralaksi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk perhitungan atau penentuan nilai konsentrasi larutan, karena individu yang lainnya relatif berbeda, dalam pengamatan dan perhitungannya tergantung pada ketelitian masing masing individu.

Yang menyebabkan indikator asam-basa berubah warnanya bila pH lingkungannya berubah adalah :

1. Indikator asam basa ialah asam organik lemah atau basa organik lemah, jadi dalam larutan mengalami kesetimbangan pengionan,

2. Molekul-molekul indikator tersebut mempunyai warna yang berbeda dengan warna ion-ionnya,

3. Letak trayek pH pada pH tinggi, atau rendah, atau ditengah tergantung dari besar kecilnya Ka atau Kb indikator yang bersangkutan,

4. Terjadinya trayek merupakan akibat kesetimbangan dan karena kemampuan mata untuk membedakan campuran warna-warna.BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Asidi-alkali merupakan besaran yang sering digunakan sebagai salah satu parameter uji dalam pengolahan suatu zat, baik di industry, pertanian, maupun kehidupan sehari-hari. Untuk menentukan kadar aside-alkali dilakukan dengan metode asidimetri (penentuan kadar asam) dan alkalimetri (penentuan kadar basa) dengan indikator yang disesuaikan dengan range pH larutan uji. pH suatu larutan tersebut dapat diketahui dengan dua metode, yaitu kalorimetri dan potensiometri. DAFTAR PUSTAKAChristian, G.D. 1994. Analytical Chemistry, 5th edition. New York: John Wiley & Sons

Day, R. A. dan Underwood, A. l., 1998, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.

Hardjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia, Jakarta.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.Liong, S., 2007, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UNHAS, Makassar.

Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta.6