bab i urin i.doc

28
BAB I PENDAHULUAN Urin merupakan cairan sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Pembentukan urin melalui 3 tahap: Penyaringan Penyaringan ini merupakan proses yang pasif, karena penyarigan ini pada dasarnya menginginkan plasma darah tanpa protein. Sedangkan protein dan sel darah keduanya terlalu besar untuk dapat melewati membrane penyaringan, dan bila keduanya ada dalam urin berarti ada masalah dengan filtrat glomerulus. Hal inilah yang menjadi masalah bagi glomerulus. Namun sejauh tekanan darah masih dalam batas normal maka filtrat masih dapat terbentuk. Tapi bila tekanan di arterial menurun, tekanan glomerula idak akan cukup untuk mendorong substan keluar dari darah, maka pembentuk filtrat akan terhenti. Kelainan penurunan volume urin disebut oliguria, jika volume urin di antara 100- 400 ml/ hari. Dan disebut anuria jika volume urin kurang dari 100- 400 ml/

Upload: agung-budhi

Post on 17-Feb-2015

133 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I URIN I.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Urin merupakan cairan sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan

dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk

membuang molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga

homeostasis cairan tubuh.

Pembentukan urin melalui 3 tahap:

Penyaringan

Penyaringan ini merupakan proses yang pasif, karena penyarigan ini pada

dasarnya menginginkan plasma darah tanpa protein. Sedangkan protein dan sel

darah keduanya terlalu besar untuk dapat melewati membrane penyaringan, dan

bila keduanya ada dalam urin berarti ada masalah dengan filtrat glomerulus. Hal

inilah yang menjadi masalah bagi glomerulus. Namun sejauh tekanan darah

masih dalam batas normal maka filtrat masih dapat terbentuk. Tapi bila tekanan

di arterial menurun, tekanan glomerula idak akan cukup untuk mendorong

substan keluar dari darah, maka pembentuk filtrat akan terhenti.

Kelainan penurunan volume urin disebut oliguria, jika volume urin di antara

100- 400 ml/ hari. Dan disebut anuria jika volume urin kurang dari 100- 400 ml/

hari.penurunan volume ini selalu diidentifikasikan bahwa tekanan darah di

glomerula sangat rendah, namun anuria juga dapat disebabkan oleh adanya

tranfusi dan peradangan lokal atau luka yang terjadi pada ginjal.

Reabsorpsi ( penyerapan kembali )

Selain sisa metabolisme dan kelebihan ion yang harus dikeluarkan dari darah,

filtrat juga masih mengandung beberapa substan yang masih berguna untuk

tubuh ( termasuk air, glukosa, asam amino, dan beberapa ion ), yang harus

dikembalikan dalam darah.

Reabsorpsi di tubulus dimulai ketika filtrat tiba di proksimal convolutd tubule.

Sel tubulus inilah yang akan mengambil kembali substrat yang masih dapat

digunakan, mengeluarkannya dari tubulus, dan melepaskan kembali ke dalam

Page 2: BAB I URIN I.doc

kapiler darah. Beberapa reabsorpsi telah selesai, namun beberapa substrat yang

harus diabsorpsi dengan menggunakan membran semi permiabel yang selektif.

Di sini tersedia banyak sekali pembawa untuk subtrat yang berguna bagi tubuh.

Tapi tidak ada satu pun pembawa untuk subtrat yang tidak berguna sehingga

subtrat yang masih bermanfaat dapat dipisahkan dari filtrat. Kadang-kadang ada

beberapa subtrat yang masih berguna bagi tubuh ikut keluar bersama urin.

Keadaan ini bertujuan untuk menjaga pH dan komposisi elektrolit dalam darah.

Selain proximal convoluted tubules, distal convoluted tubule juga berperan

dalam reabsorpsi.

Sekresi (pembuangan )

Sekresi pada dasarnya merupakan kebalikan dari reabsorpsi beberapa substan

seperti ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), keratin dan amoniak keluar dari darah

di kapiler peritubular sampai ke sel tubulus atau dari sel tubulus sendiri ke dalam

filtran untuk pembentukan urin. Proses ini sangat penting untuk membersikan

tubuh dari subtrat yang tidak berguna (seperti obat), selain itu juga untuk

menjaga pH.

Ekskresi Nitrogen dalam urin :

Urea, asam urat dan keratin adalah kandunagn dalam darah yang sudah tidak berguna

lagi. Urea dibentuk oleh hati ketiak asam amino digunakan untuk memproduksi energi,

yang merupakan hasil akhir dari pemecah protein. Asam urat dibentuk ketika terjadi

metabolisme asam nukleat, dan keratin dibentuk dari metabolisme keratin di jaringan

otot. Karena sel tubulus hanya memberikan sedikit membran carrier untuk mereabsorpsi

substan ini maka substan ini akan ada dalam jumlah yang cukup besar dalam urin.

Glukosa dalam Urin :

Page 3: BAB I URIN I.doc

Kadar glukosa pada urin orang sehat tidak pernah melebihi 10 mg per 100 ml atau

antara 0 sampai 250 mg dalam 24 jam. Kadar yang serendah itu umumnya tidak dapat

terperiksa dengan cara-cara pemeriksaan yang biasa.

Kadar glukosa dalam urin yang lebih dari 10 mg per 100 ml disebut glukosuria. Pada

ginjal yang sehat rata-rata tidak didapatkan glukosarian sampai kadar glukosa dalam

darah mencapai 180 mg per 100 ml. Glukosaria baru terjadi jika kadar glukosa darah

lebih tinggi dari 180 mg per 100 ml.

Glukosa yang difiltrasi di glomeruli akan segera direabsorpsi oleh tubuli proximalis dan

kembali ke dalam darah. Pada orang sehat dengan ginjal yang normal hampir seluruh

glukosa yang difiltrasi di glomeruli direabsorpsi kembali pada tubuli proximalis,

sehingga tidak terjadi glukosaria.

Nilai 180 mg per 100 ml disebut nilai ambang ginjal terhadap glikosa. Nilai ini

ditentukan oleh kesempurnaan fungsi filtrasi glomeruli atau glumerular filtration rate

(GFR) dan kesempurnaan fungsi reabsorpsi tubuli atau tubular maximal reabsorption

(Tm).

Pada orang tua lanjut sering terjadi penurunan filtrasi glomeruli yang disebabkan oleh

glomerulosklerosis; keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan nilai ambang ginjal

terhadap glukosa atau glukosaria tidak terjadi walaupun glukosa meningkat lebih tinggi

dari 180 mg per 100 ml. Sebaliknya gangguan reabsorpsi oleh tubuli proximalis karena

kelainan bawaan (penyakit Wilson, pielonefritis), akan menyebabkan penurunan nilai

ambang ginjal dan glukosaria terjadi walaupun kadar glukosa darah masih di bawah

180 mg per100 ml; kadaan ini disebut “renal glycosuria”.

Renal glycosuria dapat terjadi juga karena peningkatan GFR, misalnya pada kehamilan

atau penderita diabetes ringan pada orang muda.

Perlu ditambahkan disini bahwa kadang-kadang infeksi saluran kemih bagian bawah

oleh bacteria tertentu dapat mengurangi atau melenyapkan sama sekali glukosa yang

sudah ada dalam urin.

Metode Fehling :

Page 4: BAB I URIN I.doc

Larutan Fehling I CuSO4 (kristal) 35 gram

Aquadestilata ad 1000 ml

Larutan Fehling II KNa Tartrat 173 gram

NaOH 50-60 gram

Aquadestilata ad 1000 ml

Teknik pemeriksaaan :

Membuat campuran larutan fehling I dan II dengan perbandingan 1 : 1.

campuran harus dibuat baru.

Ditambahkan urin ¼ bagian dari jumlah campuran.

Dikocok dan kemudian di panaskan sampai mendidih.

Bila terdapat glukosa dalam urin, akan terjadi pengendapan cuprohidroksida dan

cupruoksida yang berwarna kuning sampai merah.

Pada pemanasan yang terlalu lama, kreatinin, asam urat dan senyawa salisil akan

turut mereduksi.

Metode Benedict :

Metode Benedict mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada pada metode fehling. Di

sini hanya ada satu pereksi yang cukup stabil dalam penyimpanan yaitu campuran

CuSO5, Na-sitrat, dan Na-karbonat (Na-sitrat, dan Na-karbonat mengganti KNa Tartrat

dan NaOH pada pereaksi fehling)

Pereaksi benedict sedikit lebih peka disbanding pereaksi fehling untuk glukosa dalam

urin (tidak untuk larutan murni glukosa). Hal ini disebabkan terjadinya presipitat

keratinin dan asam urat dengan ion cupro pada pereaksi benedict, yang larut pada reaksi

yang lebih alkalis dengan pereaksi fehling. Metoda benedict mempunyai kepekaan

sekitar 50mg per 100 ml.

Pembuatan pereaksi benedict :

Page 5: BAB I URIN I.doc

17,3 gram CuSO4.5H2O dilarutkan pada kira-kira 100 ml aquadestilata dengan

dipanaskan. Ditempat lain dilarutkan juga 173 gram Na-sitrat dan 100 gram Na2CO3

anhidrid dalam kira-kira 800 ml aquadestilata dengan bantuan pemanasan.

Bila kedua larutan dingin, larutan kedua dituang perlahan-lahan sambil diaduk kedalam

larutan pertama dan kemudian ditambah aquadestilata sampai dengan 100 ml. campuran

larutan ini stabil pada suhu ruangan.

Teknik pemeriksaan :

Tuangkan ke dalam tabung reaksi 5 ml pereaksi benedict

Tambahkan 8 tetes urin.

Panaskan sampai mendidih (100oC) pada nyala api selama 2 menit lalu letakkan

tabung dalam air mendidih selama 3 menit.

Lihat perubahan yang terjadi segera setelah pemanasan.

Jumlah / volume urin:

Pada orang dewasa normal, volume urin yang dihasilkan tiap harinya berkisar antara

600 ml – 2500 ml. volume urin ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain : banyaknya

air yang diminum, suhu lingkungan, umur, berat badan, jenis kelamin, suhu badan,

iklim, diet, keadaan fisik, dan mental. Kopi, teh dan minuman beralkohol mempunyai

efek di uretik.

Keadaan dimana saat volume urin 24 jam lebih dari 2000 ml disebut poliuria. Bila

volume urin selama 24 jam berkisar antara 300-750 ml disebut oliguria. Sedangkan saat

volume urin selama 24 jam kurang dari 300 ml atau tidak keluar sama sekali disebut

anuria.

Warna urin :

Page 6: BAB I URIN I.doc

Warna urin tergantung dari konsentrasi dan sifat bahan yang larut dalam urin. Warna

normal urin adalah kuning muda sampai kuning tua, terutama oleh karena urochrom.

Warna urin dapat berubah oleh karena non-patologis (obat-obatan atau makanan) dan

patalogis (penyakit yang diderita).

Non-patalogis :

Merah : wortel, mercurochrome, protonsil, phenolphthalein, selenium.

Kuning : karoten, santonin, atebrine, riboflavin, pyridium.

Hijau : acriflavin.

Coklat : argyrols

Biru-hijau : methylen biru, tembaga sulfat

Patalogis :

Kuning coklat : bilirubin

Merah coklat : urobilin, porphyrin

Merah dengan kabut coklat : darah dengan pigmen-pigmen darah.

Coklat hitam : melanin

Hitam : homogenetisic acid

Putih (seperti susu) : pus, bakteri (gonococcus), lemak, chyle (limfe)

Buih urin :

Normal : buih berwarna putihpleh karena protein

Abnormal : buih berwarna kuning, yang disebabkan bilirubin dan phenylazo-

diaminopyridin.

Kekurangan urin :

Normal : Urin yang baru adalah jernih.

Kekurangan dapat terjadi oleh karena ;

Kristal fosfat amorf : warna putih, hilang bila diberi asam

Kristal urat amorf : Pada urin asam warna kuning coklat, hilang pada

pemanasan

Darah : merah sampai coklat

Page 7: BAB I URIN I.doc

Nanah : seperti susu, jernih setelah disaring

Kuman : keruh merata, bila disaring tetap keruh

Bau Urin :

Normal : urin baru, bau tidak keras

Urin lama : bau amoniak oleh karena pemecah ureum

Bila urin baru, tetapi berbau amoniak / busuk maka hal ini oleh karena : cystitis dan

retensi urin

Bau manis : pada diabetes mellitus, oleh karena aceton pada coma diabeticum.

Derajat keasaman (pH) Urin :

Urine umumnya bersifat asam, dengna pH sekitar 6.ketika asupan protein tinggi,urin

menjadi bersifat asam karena terjadi kelebihan fosfat dan sulfat yang merupakan hasil

katabolisme protein. Keasaman juga meninggkat pada kondisi acidosis dan demam.

Urin manjadi basah karena perubahan urea menjadi amonia hal ini juga bisa terjadi pada

kondisi alkalosis.

Urobilinogen :

Merupakan bahan yang tidak berwarna

Timbul bila conjugated bilirubin direduksi oleh enzim-enzim bakteri usus

Selanjutnya pada bagian akhir usus besar, urobilinogen ini diexidir menjadi

urobilin yang memberi warna pada feses yaitu coklat keemasan

Sebagian kecil urobilinogen yang diserap melalui entero hepatic circulation akan

lepas dan diekskresi melalaui ginjal. Normal = urin memberi tes urobilin (+)

lemah atau negatif.

Bilirubin normal terdapat dalam urin, tetapi kadarnya sangat rendah sehingga

pada tes yang dipergunakan tak dapat ditunjukkan adanya bilirubin

Di klinik pemeriksaan urobilin urin cukup penting terutama untuk membuat

diferensial diagnosa dari macam-macam penyakit hepar, misalnya :

Page 8: BAB I URIN I.doc

o Pada hemolytic icterus dan Parenchymateus icterus, kadar urobilin

dalam urin meningkat

o Pada Tetal obstructive icterus urobilin dalam urin (-)

o Pada partial obstructive icterus urobilin-urin (+) lemah.

Diekskresi dalam urine sampai 4 mg / hari

Terdapat pada Hemolyitic anemia dan Parenchymal liver disease.

Proteinuria dapat terjadi oleh karena :

GFR yang meningkat

Kelainan basal membran glomerulus

Kelainan tubulus

Perubahan protein sehingga mudah difiltrasi, missal : Multiple myeloma, dll.

Pembagian proteinuria berdasarkan penyebabnya :

Fungsional proteinuria, terdapat pada :

o Otot-otot yang kerja keras

o Ekspose dengna udara yang sangat dingin

o Orthostatic / postural proteinuria, terjadi setelah lama berdiri dan dapat

menghilang setelah istirahat / tidur.

o Kehamilan, oleh karena terdapat renal congesti

Organik proteinuria

o Pre renal proteinuria

Dekompensasi cordis dengan passive congestion dari ginjal

Febris dengan toxaemia yang berat

Ascites / tumor intra abdominal

Keracunan obat-obat : Hg, Pb, Bi, Salisilat, dll

o Renal proteinuria

Keradangan : nefritis

Page 9: BAB I URIN I.doc

Proses degenerasi dari ginjal : nefrosis

TBC, carcinoma, infrak dari ginjal

dll

False proteinuria dapat terjadi pada :

Urin tidak dapat diputar

Cystitis

Pyelitis

Sekret dari vagina

Protein Bence Jones

Adalah : suatau protease yang mengendap pada temperatur 40-60oC

Terutama terjadi pada Multiple Myeloma

Kadang-kadang terjadi pada :

o Tumor tulang

o Leukemia

o Nefritis kronis dengan hipertensi

o Hyperparathyroidi

o Empyema

Penyakit Proteinuria

Penyakit degenerasi tubuler >>7 g / 24 jam

Infeksi berat 2-5 g / 24 jam

Vascular disease 0,5-4 g / 24 jam

Malignant hipertensi 10-15 g / 24 jam

Sesudah pemberian Human albumin 20 g / 24 jam (I.V.)

Page 10: BAB I URIN I.doc

Percobaan Heller :

Larutan protein ditambah HNO3 pekat. Pada perbatasan terdapat cicin tak berwarna dari

protein yang mengendap. Jika larutan protein terlampau pekat harus diencerkan dahulu.

Percobaan Heller adalah sangat sensitif dan banyak dipakai dalam menentukan protein

dalam urine. Jika terlihat cicin coklat disebabkan bereaksi dengan asam urat, maka hal

ini bukan penentuan protein.

Page 11: BAB I URIN I.doc

BAB II

TUJUAN PERCOBAAN

A. Pemeriksaan fisik

Tujuan : mengamati sifat fisik urin

B. Pemeriksaan kimiawi

1. Derajat keasaman ( pH )

2. Uji Benedict semikuantitatif

Tujuan : menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif

3. Reaksi Heller

Tujuan : mengetahui kandungan protein di dalam urin

4. Uji Koagulasi

Tujuan : mengetahui kandungan protein di dalam urin

5. Uji Gehardt

Tujuan : mengetahui adanya asam asetoasetat dalam urin

6. Uji Rothera

Tujuan : membuktikan adanya badan keton di dalam urin

7. Percobaan kreathinin urin

Tujuan : menentukan kreathinin urin sebatas kualitatif

8. Pemeriksaan urobilinogen

Page 12: BAB I URIN I.doc

BAB III

BAHAN DAN CARA

A. Pemeriksaan Fisik

Reagen dan bahan :

Urin

Prosedur :

1. jumlah ( volume )

tentukan jumlah / volume urin yang diproduksi selama 24 jam dengan

mengalikan jumlah satu kali buang air kecil dengan berapa kali buang air

kecil tiap hari.

2. warna

dilakukan pemeriksaan warna urin untuk menentukan normal atau tidak (

non patologis ).

3. buih

masukkan beberapa ml urin dalam tabung reaksi kemudian kocok, amati

apa yang terjadi.

4. kekeruhan

amati urin yang ditampung apakah keruh atau tidak. Tentukan penyebab

kekeruhan.

5. bau

segera setelah diambil, tentukan bau urin. Jangan dibiarkan lama karena

akan mempengaruhi hasil.

Page 13: BAB I URIN I.doc

B. Pemeriksaan Kimiawi

1. Derajat keasaman

Reagen dan bahan :

urin

kertas lakmus atau indicator universal

Prosedur :

Tentukan pH urin menggunakan kertas lakmus atau indicator universal

2. Uji benedict semikuantitatif

Reagen dan bahan :

Urin normal

Larutan glukosa 0,3%

Larutan glukosa 1%

Larutan glukosa 5%

Pereaksi benedict

Prosedur :

Pipetkan ke dalam tabung reaksi :

Larutan Blanko Standar 1 Standar 2 Uji 1

Pereaksi

benedict

2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml

Urin 4 tetes - - -

Larutan

glukosa 0,3%

- 4 tetes - -

Page 14: BAB I URIN I.doc

Larutan

glukosa 1%

- - 4 tetes -

Larutan

glukosa 5%

- - - 4 tetes

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan di atas api kecil

selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna kuning,

hijau, atau merah menandakan reaksi positif, sedangkan perubahan warna larutan saja

tidak berarti positif.

3. Reaksi Heller

Reagen dan bahan :

- Asam nitrat pekat

- Urin

Prosedur :

Masukkan 5 ml asam nitrat pekat

Miringkan tabung reaksi dan tambahkan berlahan- lahan 5

ml urin ke dalam tabung reaksi

Amati yang terjadi, hasil positif ditandai oleh

terbentuknya cincin putih di atas lapisan HNO3 pekat

Lakukan hal yang sama menggunakan sampel yang

disediakan

4. Uji koagulasi

Reagen dan bahan :

- Urin jernih

- Asam asetat 2%

Prosedur :

Page 15: BAB I URIN I.doc

Masukkan 5 ml urin jernih, bila perlu disaring terlebih

dahulu

Didihkan, endapan yang terbentuk adlah protein atau

fosfat

Tambahkan asam asetat 2% sebanyak 5 tetes

Amati yang terjadi. Bila endapan tetap ada menandakan

ada protein

Lakukan hal yang sama menggunakan sampel yang

disediakan

5. Uji Gerhardt

Reagen dan bahan :

- Urin segar

- FeCI3

Prosedur :

Masukkan 5 ml urin segar ke dalam tabung reaksi

Tambahkan FeCI3 10%, saring

Tambahkan beberapa tetes FeCI3 pada filtrate

Reaksi akan positif bila timbul warna merah

6. Uji Rothera

Reagen dan bahan :

- Urin

- Kristal ammonium sulfat

- Na nitroprusid 5%

- Ammonium hidroksida pekat

Prosedur :

Masukkan urin sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi

Page 16: BAB I URIN I.doc

Tambahkan kristal ammonium sulfat sampai jenuh

Tambahkan Na nitroprusid 5% 2-3 tetes

Tambahan ammonium hidroksida pekat 1-2 tetes

Campur, diamkan 30 menit. Hasil positif ditandai oleh

warna ungu

Lakukan hal yang sama menggunakan sampel yang

disediakan

7. Percobaan kreatinin urin

Reagen dan bahan :

- Urin

- Asam pikrat

- NaOH 10%

Prosedur:

Masukkan 5 ml urin dalam tabung

Tambahkan 1 ml asam pikrat dan 1 ml NaOH 10%

Amati warna yang timbul

8. Pemeriksaan urobilinogen

Reagen dan bahan:

- Urin

- Larutan para dimetil aminobenzaldehid

Prosedur:

5 ml urin yang masih baru ditambahkan 10- 12 tetes larutan para dimetil

aminobenzaldehid. Campur dan tunggu selama 5 menit. Amati

perubahan warna.

Page 17: BAB I URIN I.doc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan fisik

Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan

Volume 75 ml 75 ml x 8 = 600 ml

Warna Kuning kecoklatan

Buih Ada sedikit

Kekeruhan Tidak keruh / jernih

Bau pesing

Pembahasan :

B. Pemeriksaan kimiawi

1. Derajat keasaman

Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan

Derajat keasaman

( pH )

6 Asam

Pembahasan :

Urin normal cenderung bersifat asam ( pH < 7 ). Namun urin dapat menjadi

lebih asam apabila asupan protein bertambah.

Pada percobaan kami, urin praktikan bersifat asam. pH 6. Hal ini masih

dikatakan normal.

Page 18: BAB I URIN I.doc

2. Uji benedict semikuantitatif

Tabung Warna

1.

2.

3.

4.

Biru jernih → hijau kebiruan ( + )

Biru jernih → hijau ( + )

Biru jernih → jingga ( +++ )

Biru jernih → merah ( ++++ )

Keterangan :

Tabung 1 : Blanko

Pereaksi benedict 2,5 ml + urin

Tabung 2 : Standar 1

Pereaksi benedict 2,5 ml + 4 tetes larutan glukosa 0,3%

Tabung 3 : Standar 2

Pereaksi benedict 2,5 ml + 4 tetes larutan glukosa 1%

Tabung 4 : Uji 1

Pereaksi benedict 2,5 ml + 4 tetes larutan glukosa 5 %

Pembahasan :

Page 19: BAB I URIN I.doc

Hasil beberapa percobaan

Urin praktikan Urin sampel

3. Reaksi Heller Cincin coklat ( - ) Cincin putih ( + )

4. Uji koagulasi Tidak ada endapan Ada endapan

5. Uji gerhardt Warna urin coklat ( - ) -

6. Uji rothera Cincin warna coklat ( - ) -

7. Percobaan kreatinin

serum

Merah → mengendap -

Pembahasan :

8. Pemeriksaan urobilinogen

Jenis pemeriksaan Hasil Keterangan

Uji fehling ( + ) Warna biru → hijau

Kekuningan tanpa endapan → ada

sedikit glukosa

Percobaan rebus

Reaksi Heller :

- Tabung 1

- Tabung 2

( - )

( + )

Cincin coklat →tidak ada protein

Cincin putih → ada protein

Uji koagulasi :

- Tabung 1

- Tabung 2

( - )

( + )

Tidak ada endapan→ tidak ada

protein

Endapan → ada protein

Page 20: BAB I URIN I.doc

Uji Gerhardt :

- Tabung 1 Warna urin coklat

( - )

Tidak ada asam asetoasetat

Uji badan keton / rothera :

- Tabung 1 Cincin warna

orange ( - )

Tidak ada badan keton

Uji kreatinin serum : Merah →

mengendap

Pemeriksaan urobilinogen Kuning coklat Lapisan atas : kuning coklat

Lapisan bawah : kuning jernih