bab i ta bblr
DESCRIPTION
BBLRTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada
setiap wanita. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi
yang sehat sempurna secara jasmaniah dengan berat badan lahir yang
cukup. Tetapi ada kalanya masalah kehamilan dan kelahiran tidak seperti
yang diharapkan, seperti terjadinya kematian janin dalam kandungan serta
lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram
(Depkes, 2000).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir kurang dari 2500
gram (WHO:1994). Berat lahir dipengaruhi oleh dua proses penting, yaitu:
lamanya kehamilan dan pertumbuhan intrauterine. Risiko kematian
neonatal dengan A adalah 6.5 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi
lahir dengan berat badan cukup (Ronoatmodjo, 1996).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang sering
terjadi di Indonesia. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka
kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata
Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Angka kematian bayi terjadi
penurunan menjadi 33 per 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia, BBLR
merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi yaitu 30,3%
(Hermiyanti, 2005).
Prevalensi berat badan lahir rendah diperkirakan 15% dari penduduk
dunia dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang. Ini adalah masalah
kesehatan public multifaset. Berat badan lahir rendah merupakan penentu
utama kematian, morbiditas dan kecacatan neonatus. Bayi berat lahir
rendah menyebabkan besarnya biaya untuk sector kesehatan dan
mebebankan beban yang signifikan terhadap masyarakat secara
keseluruhan. (WHO:2011)
Ukuran ibu dan gaya hidup juga menentukan ukuran bayi saat
lahir. Secara umum dapat kita lihat bahwa tidak ada kejelasan apakah ada
masalah pada faktor terjadinya BBLR dan kaitannya dengan indikator lain
pada masa pertumbuhan janin, dan "Ukuran optimal" untuk bayi tersebut
masih dalam pembahasan. Meskipun gizi ibu dan berat badan lahir
rendah diakui sebagai sangat penting WHO sampai sekarang belum
memiliki strategi yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini.
Pada masa kehamilan banyak terjadi perubahan anatomi tubuh
wanita, terutama pada alat genitalia interna dan eksterna dan pada
payudara. Hal ini nantinya akan berpengaruh kepada pertambahan berat
badan ibu saat hamil. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira di
antara 6,5–16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terutama
dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Wiknjosastro, 2007). Selain itu
kebutuhan akan zat gizi yang meningkat pada masa kehamilan juga sangat
mempengaruhi pertambahan berat badan ibu saat hamil, dimana kebutuhan
zat gizi ini nantinya akan berguna untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangan janin, pemeliharaan kesehatan ibu, serta persediaan
untuk masa laktasi, baik untuk janin maupun ibu. Pada masa kehamilan
pertumbuhan dan perkembangan janin dapat di bagi menjadi beberapa
priode yang meliputi priode embrionik, priode janin dini, priode janin akhir,
priode parturien dan priode neonatal (Hassan dkk, 2005), dimana semua
priode pertumbuhan dan perkembangan ini dipengaruhi oleh kesehatan ibu
saat hamil, sehingga pertambahan berat badan ibu yang kurang pada saat
hamil akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam
kandungan. Diharapkan ibu harus berusaha menaikkan berat badannya
sedikitnya 11 kg (bertahap sesuai dengan usia kehamilan) (Widjaya, 2003
dalam Setianingrum,2005).
Dalam meningkatkan berat badan tubuhnya seorang ibu seharusnya
memperhatikan mutu makanan yang dikonsumsi, sebab defisiensi gizi
selama kehamilan dapat memberikan efek yang merugikan ibu maupun
anaknya (Moor, 1997 dalam Setianingrum, 2005). Dan dari penelitian
sebelumnya Setianingrum (2005) mendapatkan ada hubungan yang
signifikan antara kenaikan berat badan ibu dengan berat bayi lahir dan
tingkat keeratan hubungan kuat, yang dibuktikan dengan p = 0,001 ( p <
0,05 ). Untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi BBLR (bayi berat lahir
rendah) tau di bawah 2500 gram. Masih tingginya kejadian BBLR di
Indonesia dan belum jelasnya faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
tersebut, sehingga penulis sebagai peneliti merasa perlu untuk mengetahui
sejauh mana hubungan antara status gizi ibu saat hamil dengan berat lahir
bayi
Neonatal dengan BBLR berisiko mengalami kematian 6,5 kali lebih
besar daripada bayi lahir dengan berat badan normal (Rosmary, 1997).
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28
minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal dan neonatal).
Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan bayi
lahir yang rendah, yaitu sebesar 40,7% yang dipengaruhi antara lain karena
gizi yang tidak memadai pada saat kehamilan. Sedangkan penyebab lainnya
yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim
(hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 25,1%. Hal
ini diartikan bahwa 65,8% kematian bayi pada masa perinatal dipengaruhi
pada kondisi ibu saat melahirkan (Depkes RI, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah status gizi Ibu hamil pada tahun 2008-2011 di wilayah
X?
2. Seberapa banyak frekuensi kelahiran bayi dengan berat badan rendah
tahun 2008 – 2011 di wilayah X?
3. Mengapa bayi dapat lahir dengan berat badan yang rendah (di bawah
rata – rata)?
4. Apakah status gizi ibu hamil berpengaruh terhadap lahirnya bayi
dengan berat badan yang rendah?
5. Bagaimana strategi menyelesaikan masalah tersebut?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui status gizi ibu hamil di wilayah X tahun 2008 –
2011
b. Mengetahui keterkaitannya dengan frekuensi terjadinya
kelahiran bayi dengan berat lahir yang rendah.
c. Mengetahui beberapa hal yang menyebabkan kelahiran bayi
dengan berat badan yang rendah.
d. Mengetahui apakah adanya hubungan antara status gizi ibu
hamil dengan kelahiran bayi dgn berat rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi angka kematian bayi
b. Menanggulangi masalah status gizi ibu hamil
c. Mengurangi angka kematian bayi akibat berat lahir rendah
d. Menemukan penyebab kejadian kematian bayi
D. Manfaat Hasil Penelitian
a. Manfaat bagi institusi terkait
Mengetahui penyebab banyaknya kasus bayi dengan berat lahir
rendah sehingga nantinya akan tercipta sebuah solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
b. Manfaat bagi institusi lain
Menjadi pedoman bagi institusi (Rumah sakit) tersebut jika
mengalami kejadian yang serupa, dimana permasalahannya
baik mengenai bayi berat lahir rendah yang terkait dengan
status gizi ibu hamil di wilayah tersebut.
c. Manfaat bagi peneliti
d. Manfaat bagi pengembangan ilmu