bab i pendahuluan -...

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peperangan merupakan sebuah aksi fisik maupun nonfisik antara dua atau lebih kubu untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang dimaknai sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah kepada superioritas teknologi dan industri. Secara umum perang berarti pertentangan. Peperangan biasanya melibatkan kelompok sosial. Kelompok sosial sendiri adalah kumpulan individu yang saling memiliki hubungan dan interaksi, sehingga menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling memiliki. Pada abad 20, telah terjadi perang yang memakan korban hingga jutaan manusia. Peristiwa itu dinamakan Perang Dunia II yang terjadi sekitar tahun 1938-1945. Saat itu di Eropa terjadi pembantaian besar-besaran yang dilakukan tentara Nazi Jerman terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste. Banyak orang Yahudi yang dideportasi dari tempat asalnya ke kamp-kamp konsentrasi Nazi. Sesuatu hal tentang perang pun juga ada yang dituangkan ke dalam karya sastra. Sastra berbicara tentang kehidupan sehingga dalam karya sastra terdapat makna tertentu tentang kehidupan yang isinya perlu dicerna segera secara mendalam oleh pembaca (Pradopo, 1995: 27). Sebuah realita yang digambarkan di dalam karya sastra dapat berupa kritikan atau tanggapan atas suatu persoalan

Upload: vankhanh

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peperangan merupakan sebuah aksi fisik maupun nonfisik antara dua

atau lebih kubu untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.

Perang dimaknai sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih

mengarah kepada superioritas teknologi dan industri. Secara umum perang berarti

pertentangan. Peperangan biasanya melibatkan kelompok sosial. Kelompok sosial

sendiri adalah kumpulan individu yang saling memiliki hubungan dan interaksi,

sehingga menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling memiliki. Pada abad 20,

telah terjadi perang yang memakan korban hingga jutaan manusia. Peristiwa itu

dinamakan Perang Dunia II yang terjadi sekitar tahun 1938-1945. Saat itu di

Eropa terjadi pembantaian besar-besaran yang dilakukan tentara Nazi Jerman

terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste. Banyak orang

Yahudi yang dideportasi dari tempat asalnya ke kamp-kamp konsentrasi Nazi.

Sesuatu hal tentang perang pun juga ada yang dituangkan ke dalam

karya sastra. Sastra berbicara tentang kehidupan sehingga dalam karya sastra

terdapat makna tertentu tentang kehidupan yang isinya perlu dicerna segera secara

mendalam oleh pembaca (Pradopo, 1995: 27). Sebuah realita yang digambarkan

di dalam karya sastra dapat berupa kritikan atau tanggapan atas suatu persoalan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

2  

yang ada di dalam masyarakat. Kritikan atau tanggapan yang terdapat dalam karya

sastra dapat mengubah kondisi sosial dengan nilai-nilai yang terpancar di dalam

karya sastra tersebut. Di dalam nilai-nilai tersebut terdapat pandangan atau

ideologi pengarangnya. Pengarang memiliki peran penting di dalam menciptakan

karya sastra. Itulah sebabnya karya sastra dapat juga dianggap sebagai biografi

pengarang. Artinya bahwa latar belakang sosial budaya, pandangan politik, dan

gagasan-gagasannya tidak akan pernah lepas dari apa yang dia sampaikan dalam

karya sastranya (Damono, 1984: 15).

Manusia terlahir ke dalam ras yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Dalam konteks ini, ras dipahami sebagai penggolongan manusia

berdasarkan kelompok, golongan, dan keturunan secara biologis. Perbedaan ras

tersebut berpotensi menjadi konflik sosial apabila diikuti oleh paham rasisme,

yaitu keyakinan suatu kelompok tentang superioritas ras tertentu dan inferioritas

ras yang lain. Rasisme menjadi sebuah alasan bagi suatu kelompok untuk

menganggap ras mereka sebagai kelompok yang beradab, sedangkan ras lain tidak

beradab. Masalah rasisme berkaitan erat dengan orientalisme dan kolonialisme.

Karena, salah satu akar kolonialisasi adalah motivasi keunggulan ras bangsa

Eropa atau Barat sebagai ras kulit putih.

Di negara manapun pasti ada yang dinamakan kelompok mayoritas

dan kelompok minoritas. Biasanya kelompok mayoritas lebih mendominasi di

segala aspek kehidupan, seperti di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Dominasi akan mulai terasa manakala terjadi gesekan sosial. Hal ini biasanya

dilakukan oleh kelompok mayoritas. Salah satu faktor dari mayoritas adalah

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

3  

karena jumlah anggota grup yang banyak. Seiring dengan bertambah banyaknya

anggota, maka pengaruh sosial kelompok tersebut semakin besar. Kebanyakan

kaum minoritas sering mengalami kesulitan atau hambatan saat berhadapan

dengan kaum mayoritas. Hubungan antara kaum mayoritas-minoritas sering

menimbulkan konflik sosial yang ditandai oleh sikap subyektif berupa prasangka

dan tingkah laku yang tidak bersahabat. Secara umum, kelompok yang dominan

cenderung mempertahankan posisinya yang ada sekarang dan menahan proses

perubahan sosial yang mungkin akan mengacaukan status tersebut. Ketakutan

akan kehilangan kekuasaan mendorong mereka untuk melakukan penindasan.

Mayoritas dan minoritas dapat berdampak negatif bagi masyarakat,

baik bagi kelompok minoritas ataupun mayoritas itu sendiri. Hal ini disebabkan

adanya perilaku diskriminatif yang muncul karena menganggap kelompok lain

sebagai “bukan kelompok sendiri” yang merupakan lawan bagi mereka. Biasanya

hal ini dilakukan oleh kelompok mayoritas yang menganggap asing kelompok

minoritas. Adanya perilaku diskriminatif ini menimbulkan konflik sosial dimana

salah satu pihak kelompok merasa dirugikan dan ditindas.

Rasisme merupakan suatu bentuk sikap yang mendiskriminasikan

sekelompok manusia berdasarkan ciri-ciri rasnya. Pendapat ini dapat juga

diartikan bahwa nilai dan derajat manusia ditentukan berdasarkan ras, sebab

rasisme memungkinkan adanya pembagian manusia berdasarkan jenis rasnya

(Kimmel, 2005: 43). Rasisme adalah suatu pemikiran yang memuat tentang

diskriminasi, dominasi, dan penyerangan satu sama lain yang muncul karena

adanya prasangka sosial ( dalam bahasa Prancis disebut le prejugé). Prasangka di

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

4  

sini maksudnya adalah anggapan yang didasarkan atas perbedaan biologis. Karena

adanya perbedaan biologis ini maka timbullah rasisme. Sebenarnya rasisme sudah

ada sejak manusia dan perbedaan-perbedaan yang dimiliki itu ada. Belum ada

bukti kuat yang mendukung pernyataan ini. Hanya saja disebutkan bahwa pada

abad ke-16 sudah terjadi praktik rasisme di Spanyol, yaitu berupa rasisme

kolonial. Bangsa Spanyol akan membunuh semua orang di Spanyol yang tidak

berbicara bahasa Spanyol. Kemudian, pada tahun 1865 terjadi perbudakan besar-

besaran di Amerika. Pada tahun 1945, Hitler melakukan pembunuhan besar-

besaran terhadap orang Yahudi. Hal ini dianggap sebagai tindakan rasisme yang

paling menyedihkan dan memprihatinkan. Pendapat lain mengatakan bahwa

rasisme pada umumnya dikenal sebagai suatu sistem atau doktrin yang

menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia

menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih

superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Beberapa ahli

menggunakan istilah rasisme untuk merujuk pada kelompok etnis tertentu

(ethosentrisme), ketakutan terhadap orang asing (xenofobia), penolakan terhadap

hubungan antar ras dan generalisasi terhadap suatu kelompok ras tertentu

(Kimmel, 2005: 50).

Berbagai sumber membagi rasisme menjadi bentuk yang berbeda-

beda. Setidaknya ada 3 unsur penting yang berhubungan langsung dengan rasisme

dan sekaligus menjadi bentuk rasisme, yaitu warna kulit, homoseksualitas, dan

agama. Bentuk pertama rasisme adalah hal yang paling sering ditemukan di

seluruh dunia karena hal yang dibandingkan pertama kali ketika bertemu orang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

5  

lain adalah warna kulit. Dalam perkembangan berikutnya, muncul bentuk rasisme

yang lain bersamaan dengan munculnya kepercayaan yang berbeda terhadap Yang

Maha Kuasa, yaitu rasisme yang didasarkan pada agama dan rasisme terhadap

kaum homoseksual, bersamaan dengan munculnya fenomena homoseksual

Satu unsur yang tidak dapat lepas dari rasisme adalah dominasi.

Tindakan ini menyangkut identitas sosial yang di dalamnya sarat akan

diskriminasi. Foucault (1997) pernah mengatakan bahwa tanda ketika manusia

memiliki kekuasaan adalah ketika mereka memiliki dominasi. Menurutnya, tidak

pernah ada sebuah komunitas yang tidak memiliki tingkat hierarkis, kekuasaan,

dominasi antar seks, umur dan kelas sosial.

Mengkaji sastra berarti mengkaji sebuah produk budaya yang telah

berabad-abad sejak manusia ada menjadi bagian darinya. Ketika berhadapan

dengan produk budaya ini sebetulnya manusia tidak hanya berhadapan dengan

sebuah artefak yang mati. Karya sastra bukan sebuah produk tanpa makna yang

seakan-akan hanya diberi jiwa atau makna oleh yang menganalisis. Sastra adalah

produk yang hidup yang menjelaskan banyak hal. Produk ini memiliki nilai yang

sama dengan produk-produk budaya lain yang dalam penelitian diteliti oleh ahli-

ahli dari bidang ilmu yang berbeda. Dinamika penelitian sastra juga sama

progresifnya dengan penelitian dalam bidang lain (Udasmoro, 2012: 1).

Novel merupakan sebuah karya sastra yang naratif, biasanya

berbentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti

“sebuah kisah atau sepotong berita”. Novel biasanya lebih kompleks daripada

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

6  

cerpen. Umumnya, sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan

mereka dalam kehidupan sehari-hari. Di sini akan dibahas mengenai sebuah novel

karya Elie Wiesel berjudul La Nuit. Sebuah novel yang menceritakan pengalaman

dari pengarang saat dia berada di kamp tentara Jerman pada Perang Dunia II. Pada

saat itu Jerman terkenal dengan Nazi-nya. Sekitar tahun 1919, ketika Adolf Hitler

berumur 30 tahun, dia bergabung dengan partai kecil berhaluan kanan di Munich,

dan segera setelah itu partai ini mengubah nama menjadi Partai Buruh Nasionalis

Jerman (Nationalsozialismus disingkat Nazi) berhaluan nasionalis-sosialis yang

terkenal dengan semboyan ein volk, ein rich, und ein führer (satu bangsa, satu

pemerintah, dan satu pemimpin). Dalam tempo dua tahun dia menjadi pemimpin

tanpa saingan yang dalam bahasa Jerman disebut Der Führer. Di bawah

kepemimpinan Hitler, partai Nazi dengan kecepatan luar biasa menjadi suatu

kekuatan dan di bulan November 1923 percobaan pemberontakannya gagal.

Peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan The Munich Beer Hall Putsch. Hitler

ditangkap, dituduh pengkhianat, dan terbukti bersalah. Akhirnya, dia dikeluarkan

dari penjara setelah mendekam di sana kurang dari setahun (Baratha, 2003: 6).

Di tahun 1928 partai Nazi masih merupakan partai kecil. Depresi

besar-besaran membuat rakyat tidak puas dengan partai-partai politik yang besar

dan sudah mapan. Dalam keadaan seperti ini partai Nazi menjadi semakin kuat,

dan di bulan Januari 1933, saat umur Hitler 44 tahun, dia menjadi kanselir Jerman.

Dengan jabatan itu, Hitler dengan cepat dan cekatan membentuk kediktatoran

dengan menggunakan aparat pemerintah melabrak semua golongan oposisi.

Proses ini bukanlah lewat erosi kebebasan sipil dan hak-hak pertahanan diri

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

7  

terhadap tuduhan-tuduhan kriminal, tetapi digarap dengan cepat dan seringkali

partai Nazi tidak ambil pusing dengan prosedur pengajuan di pengadilan sama

sekali. Banyak lawan politik dibunuh langsung di tempat. Meski begitu, sebelum

pecah Perang Dunia II, Hitler meraih dukungan sebagian besar penduduk Jerman

karena dia berhasil menekan jumlah pengangguran dan melakukan perbaikan-

perbaikan ekonomi (Baratha, 2003: 7).

Hitler kemudian merancang jalan menuju penaklukan-penaklukan

yang ujung-ujungnya membawa dunia ke kancah Perang Dunia II. Dia merebut

daerah pertamanya tanpa lewat peperangan sama sekali. Inggris dan Prancis

terkepung oleh berbagai macam kesulitan ekonomi, karena itu begitu

menginginkan perdamaian sehingga mereka tidak ambil pusing saat Hitler

mengkhianati Persetujuan Versailles dengan cara membangun Angkatan

Bersenjata Jerman. Begitu pula mereka tidak ambil peduli saat Hitler menduduki

dan memperkokoh benteng di Rhineland (1936), dan demikian juga ketika Hitler

menaklukkan Austria (Maret 1938). Persetujuan Internasional yang dikenal

dengan sebutan “Pakta Munich” yang oleh Inggris dan Prancis diharapkan sebagai

hasil pembelian “Perdamaian sepanjang masa” dibiarkan terinjak-injak dan

mereka bengong ketika Hitler merampas sebagian Cekoslovakia beberapa bulan

kemudian karena Cekoslovakia sama sekali tidak berdaya. Pada tiap tahap, Hitler

dengan cerdik menggabung argumen membenarkan tindakannya dengan ancaman

bahwa dia akan perang apabila hasratnya dianggap sepi, dan pada tiap tahap

negara-negara demokrasi merasa gentar dan mundur (Baratha, 2003: 8).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

8  

Pasukan Jerman menaklukkan Yunani dan Yugoslavia di bulan April

1941. Kemudian, di bulan Juni tahun itu pula Hitler merobek-robek “Perjanjian

tidak saling menyerang” dengan Uni Soviet dan membuka penyerbuan. Angkatan

Bersenjata Jerman dapat menduduki bagian yang amat luas di wilayah Rusia

tetapi tak mampu melumpuhkannya secara total sebelum musim dingin. Meski

bertempur lawan Inggris dan Rusia, tidak tanggung-tanggung Hitler

memaklumkan perang dengan Amerika Serikat pada bulan Desember 1941 dan

beberapa hari kemudian Jepang menaklukkan Amerika Serikat dengan

menghancurkan pangkalan Angkatan Lautnya di Pearl Harbour (Baratha, 2003:

9).

Pada tahun 1942 Jerman sudah menguasai sebagian besar wilayah

Eropa yang tidak pernah sanggup dilakukan oleh siapapun dalam sejarah. Selama

berkuasa, Hitler terlibat dalam tindakan pembunuhan massal yang tidak ada tolok

tandingannya dalam sejarah. Dia seorang rasialis yang fanatik, khususnya

terhadap orang Yahudi yang dilakukannya dengan penuh kebencian. Secara

terbuka dia mengumumkan untuk membunuh setiap orang Yahudi di dunia. Di

masa pemerintahannya, Nazi membangun kamp-kamp pengasingan yang besar,

dilengkapi dengan kamar gas. Di tiap daerah yang menjadi wilayah kekuasaannya,

orang-orang tidak bersalah, lelaki dan perempuan serta anak-anak digiring dan

dijebloskan ke dalam gerbong ternak untuk selanjutnya dicabut nyawanya di

kamar-kamar gas. Dalam jangka waktu beberapa tahun saja sekitar 6.000.000

orang Yahudi mati (Baratha, 2003: 10).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

9  

Orang-orang Yahudi dianggap ras yang mengancam atau musuh-

musuh negara, karena Yahudi terkenal dengan kepandaian, kemampuan,

ketangkasan, dan kecerdikannya, Itulah keunggulan orang Yahudi. Pembunuhan

ini dilakukan secara spontan, atau dalam keadaan panas dan sengitnya

peperangan. Hitler membangun kamp maut itu dengan organisasi yang rapi dan

cermat seakan-akan dia merancang sebuah perusahaan bisnis besar. Data-data

tersusun, jumlah ditetapkan, dan mayat-mayat secara sistematis dilepas anggota-

anggota badannya yang berharga seperti gigi emas dan cincin kawin. Begitu

telitinya rencana pembunuhan Hitler bahkan hingga akhir perang akan selesai,

tatkala Jerman kekurangan bahan-bahan untuk penggunaan baik sipil maupun

militer, gerbong ternak masih terus menggelinding menuju kamp-kamp

pembunuhan dalam rangka misi teror non-militer (Baratha, 2003: 12).

Novel La Nuit ditulis oleh Elie Wiesel, seorang pengarang besar yang

meraih Nobel Perdamaian pada tahun 1986 saat berusia lima puluh delapan tahun.

Dia adalah seorang keturunan Rumania kelahiran Sighet, Hongaria. Dia pun juga

seorang Yahudi, salah satu saksi mata sekaligus saksi hidup kekejaman Nazi di

kamp konsentrasi Buchenwald. Dia adalah salah satu orang Yahudi yang selamat.

Elie Wiesel menyadari betul kehadiran dirinya merupakan satu dari sekian orang

yang masih beruntung menghirup hawa dunia, dan bisa menjalani kehidupan yang

normal, setelah nyaris dua tahun diteror Nazi secara fisik. Kendati demikian,

berbeda dengan orang lain yang mengubur dalam-dalam kenangan mengerikan

dalam hidupnya, berpura-pura normal seolah hal buruk itu tidak pernah terjadi,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

10  

Wiesel memutuskan untuk membongkarnya, mengungkapkannya pada dunia,

mengomunikasikannya melalui buku-bukunya. Kemudian lahirlah La Nuit.

Elie Wiesel sendiri adalah seorang Yahudi ortodok. Yahudi yang

begitu menjunjung tinggi kesucian bangsanya, hingga tidak menginginkan

kedekatan dengan aliran lain. Tipe Yahudi ini tidak mau menyesuaikan diri

dengan perkembangan zaman, sehingga termasuk Yahudi yang ketinggalan

zaman. Sebagai contoh adalah ketika hari Sabbath, orang Yahudi Ortodok pergi

ke sinagogue harus dengan berjalan kaki, walaupun di rumahnya memiliki

kendaraan bermotor. Hal itu dilakukan tanpa memandang harta dan kekayaan.

Yahudi ini mengakui garis ke-yahudi-an melalui darah wanita tanpa putus, artinya

garis Yahudi hanya dilahirkan dari wanita Yahudi. Nama aslinya adalah Eliezer

Wiesel, tetapi lebih dikenal dengan panggilan Elie. Dia menulis novel La Nuit ini

sekitar tahun 1955. Dia lahir pada tanggal 30 September 1928 yang merupakan

seorang novelis, filsuf, humanitarian, aktivis politik, dan korban Holocaust politik.

Wiesel dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1986. Komite

Nobel Norwegia menyebutnya sebagai “utusan kepada umat manusia”. Dalam

novel La Nuit, Elie Wiesel menjelaskan tentang kejadian yang pernah dialaminya

selama bertahun-tahun ketika dia dan orang Yahudi lainnya disiksa secara fisik

dan mental. Novel La Nuit ditulis pada tahun 1958 yang menceritakan tentang

penindasan massal terhadap kaum Yahudi yang dilakukan oleh tentara Nazi pada

Perang Dunia II tahun 1939. Kondisi masyarakat Yahudi sedang mengalami

transisi dari kaum yang sejahtera menjadi kaum yang ditindas oleh Nazi. Adanya

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

11  

transisi itulah yang menyebabkan adanya perubahan prilaku dan budaya yang

digambarkan dalam novel ini.

Pembunuhan orang Yahudi oleh Nazi Jerman bukan sekedar kasus

pemusnahan suatu bangsa. Saat itu adalah saat pertama kalinya dalam sejarah

umat manusia, pembunuhan besar-besaran atas jutaan manusia yang dilakukan

secara sistematik dan terencana. Enam juta orang Yahudi, satu setengah juta di

antaranya adalah anak-anak, terbunuh di kamp Nazi Jerman, hanya karena mereka

adalah orang Yahudi (Baratha, 2003: 144).

Tidak seorangpun menyangsikan besarnya rasa kemanusiaan yang

dimiliki oleh Elie Wiesel. La Nuit, sebuah karya sastra yang ditulis sebagai

sebentuk memory dari seorang manusia yang ditakdirkan lepas dari cengkeraman

maut. Tidak sekadar merekam kepedihan, tetapi juga menyampaikan betapa

berharganya kemanusiaan, yang lebih bernilai dari sepotong nyawa manusia itu

sendiri. Wiesel adalah saksi hidup kemanusiaan yang pernah bergulat nyawa dan

bahkan bermain-main dengan malaikat maut. Spiritualitas La Nuit begitu dalam,

intens, memberi hikmah-hikmah luar biasa, yang hanya mungkin terlahir dari

mereka yang pernah merasakan tekanan hidup mati sesungguhnya.

Elie Wiesel pada dekade 90-an adalah sosok yang tetap gigih

mengingatkan dunia akan tragedi kemanusiaan Holocaust. Selama tiga puluh

tahun berkarir sebagai aktivis hak asasi manusia, mendeklarasikan diri sebagai

sahabat sejati manusia dan kemanusiaan, Wiesel mendapatkan The Congressional

Medal of Honor dari pemerintah Amerika Serikat pada 1985. Reputasi Wiesel

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

12  

meluas, tidak hanya sekadar penulis empat puluh buku dengan mutu sastra yang

hebat, dia juga termasuk salah satu deretan anggota penasihat terpercaya presiden

AS. Terkait dengan perkembangan dunia saat ini, Wiesel menyentuh isu-isu

kemanusiaan seperti pelanggaran hak asasi di Tibet oleh otoritas China, tragedi

pembersihan etnis di Bosnia Herzegovina, bahkan nasib orang-orang perahu asal

Vietnam.

Hal menarik di sini sekaligus membedakan La Nuit dengan karya

sastra yang lainnya adalah bahwa karya sastra ini merupakan sebuah kesaksian,

sebuah pengalaman nyata yang diangkat menjadi sebuah narasi dengan tokoh

bernama Eliezer. Ada dominasi sosial yang begitu kompleks dalam novel La Nuit

ini. Tidak semua rakyat Jerman adalah anggota Nazi. Bahkan ada rakyat Jerman

yang juga tidak suka dengan keberadaan Nazi. Dari sisi Yahudi, Jerman hanyalah

musuh bagi mereka, walau di beberapa tempat sebelum menuju kamp konsentrasi

Nazi masih ada warga Jerman yang berbaik hati kepada para orang Yahudi

dengan memberinya makanan ala kadarnya. Begitu juga dengan antar sesama

Yahudi sendiri, mereka sudah tidak mengenal istilah kerabat lagi ketika berada

dalam kamp konsentrasi Nazi. Hal ini dialami oleh si tokoh utama ketika dia

berada di kamp konsentrasi dan sedang merawat ayahnya yang terkena penyakit

disentri. Banyak orang Yahudi yang menyindirnya. Elie tetap tidak mengindahkan

kata-kata mereka. Selain istilah kerabat, orang Yahudi juga tidak mengenal lagi

adanya rasa kebersamaan antar mereka sendiri. Mereka sering dipermainkan

tentara Nazi. Sebagai contoh adalah ketika tentara Nazi melemparkan makanan

dengan jumlah sedikit ke dalam satu gerbong kereta yang penuh dengan tawanan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

13  

Yahudi. Untuk mendapatkan makanan tersebut, orang Yahudi terpaksa berkelahi

antar sesama mereka. Bahkan hingga ada yang meninggal. Tidak jarang tentara

Nazi tertawa melihat kelakuan para Yahudi tersebut. Siksaan demi siksaan

didapatkan para tawanan Yahudi. Walaupun begitu, La Nuit adalah karya sastra

yang tidak sulit untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Ditemukannya beragam permasalahan dalam novel La Nuit karya Elie

Wiesel ini mejadikannya cukup kompleks. Permasalahan sosial, seperti

permasalahan ras yang saling mendominasi menjadi permasalahan utama di sini.

Dominasi sosial antara satu kelompok kepada kelompok lain, dalam hal ini Nazi

kepada Yahudi, menjadi topik utama untuk diperbincangkan. Dominasi yang

muncul pun juga ada dalam tubuh Yahudi sendiri. Selain itu, juga ditambah

dengan adanya konflik etnis beserta sebab dan akibatnya. Maka, dari latar

belakang tersebut dapat ditemukan beberapa masalah, yaitu:

(1) Bagaimanakah sistem dominasi sosial yang digambarkan oleh

pengarang dalam novel La Nuit ini?

(2) Mengapa pengarang menggambarkan konflik etnis yang terjadi

dalam novel La Nuit ini?

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

14  

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini menjelaskan tentang sistem dominasi sosial yang terjadi

antara tentara Nazi dengan bangsa Yahudi, di mana Nazi sebagai pihak yang

dominan dan Yahudi sebagai pihak yang tersubordinasi. Selain itu, dalam

penelitian ini juga akan dibahas mengenai konflik etnis dalam novel La Nuit di

mana dalam novel terdapat konflik beragam etnis yang begitu terasa. Tidak hanya

berlainan etnis, tetapi juga sesama etnis pun bisa saling tikam.

1.4 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang mirip atau sejenis dengan penelitian

yang akan dibahas di sini. Yang pertama, Mohammad Rizky Sasono (1996)

dengan skripsinya yang berjudul Strukturalisme Gilles Deleuze pada Novel La

Nuit karya Elie Wiesel. Skripsi ini membahas metode struktural yang berkembang

di Prancis yaitu metode struktural versi Gilles Deleuze. Adapun pada teori

Deleuze terdapat tujuh kriteria dan ketujuh kriteria tersebut saling berhubungan.

Ketujuh kriteria yang diteliti oleh Mohammad Rizky Sasono adalah harkat

simbolik, lokal atau posisi dan seri, singularitas dan differensial, differensian-

differensiasi, bilik kosong, dari subyek ke praktik. Dia juga menjelaskan unsur-

unsur yang terdapat dalam novel La Nuit seperti unsur hubungan ayah-anak, unsur

penderitaan, unsur ketuhanan, unsur kematian, serta unsur kemanusiaan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

15  

Kemudian, yang kedua adalah Muhammad Ali Fikri (2009) dengan

skripsi berjudul Kekerasan Terhadap Bangsa Yahudi dalam Roman La Nuit

Karya Elie Wiesel (Tinjauan Strukturalisme Genetik), menggunakan pendekatan

Strukturalisme Genetik versi Lucien Goldmann untuk menganalisis roman La

Nuit. Di sini penulis mencoba mengetahui aspek kekerasan yang ditampilkan

dalam La Nuit, kemudian mengelompokkan jenis kekerasan secara mendetil dan

mengetahui pandangan dunia penulis terhadap kekerasan yang ada dalam roman.

Ketiga, penelitian skripsi yang dilakukan oleh I Komang Andika

Permana (2012) dengan judul Pendekatan Psikologis Tokoh dalam Novel La Nuit

Karya Elie Wiesel: Pendekatan Psikologi Sastra. Skripsi ini menggunakan teori

strukturalisme dan psikologi sastra versi Sigmund Freud. Penelitian ini membahas

unsur-unsur intrinsik dalam novel sekaligus aspek psikologis yang dialami oleh

kaum Yahudi akibat kekejaman Nazi.

Keempat, penelitian skripsi dengan judul Gerakan Holocaust Rezim

Nazi Terhadap Bangsa Yahudi Eropa 1935-1945: Ditinjau dari Perspektif

Parlindoengan Loebis yang ditulis oleh Harry Rizki Utami (2013). Skripsi ini

menggunakan teori ras unggul menurut Count Arthur Gobineau dan Chamberlain,

teori yang berbicara mengenai Holocaust; teori konflik menurut Ralf Dahrendorf,

teori ini mendukung kekuasaan yang dimiliki Hitler guna mencapai semua

keinginannya dalam menguasai dunia ;dan teori agresi menurut Sigmund Freud

dan Konrad Lorenz. Teori ini merujuk pada agresi jahat yang diaplikasikan dalam

bentuk destruktif untuk menganalisa segala tindak kekerasan yang dilakukan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

16  

rezim Nazi kepada daerah yang ingin dikuasainya. Secara keseluruhan, penelitian

ini membahas peristiwa Holocaust yang terjadi di Eropa saat Perang Dunia II.

Kelima, skripsi dengan judul Reproduksi Kekerasan Pasca Holocaust

pada Roman L’Aube Karya Elie Wiesel yang ditulis oleh Kenyo Kharisma (2011).

Penelitian ini menggunakan teori kekerasan spiral yang dikemukakan oleh Dom

Helder Camara dan teori sosiologi sastra. Dengan teori tersebut, peneliti

menggambarkan bagaimana dampak-dampak kekerasan dan hubungan sastra

dengan cerminan ideology masyarakat Yahudi pasca Holocaust. Roman L’Aube

merupakan lanjutan dari La Nuit yang menceritakan tentang perebutan tanah suci

Palestina oleh Yahudi yang saat itu dikuasai Inggris. Mereka melakukan

kekerasan pada para tentara Inggris. Secara tidak sadar mereka melakukan

tindakan yang mirip dengan yang dilakukan Nazi dulu terhadap mereka.

Kemudian, yang keenam adalah penelitian skripsi yang ditulis oleh

Budi Mulia (1995) dengan judul L’Aube Karya Elie Wiesel: Sebuah Analisis

Struktural. Penelitian ini membahas penokohan, tema, sudut pandang, alur, dan

alat cerita. Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan

detail sebuah cerita. Tema member koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita.

Tema adalah makna yang dapat merangkum semua elemen dalam cerita dengan

cara yang paling sederhana. Latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah

peristiwa dalam cerita. Latar dapat berwujud waktu (hari, bulan, tahun) atau

periode sejarah. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tokoh dalam karya

sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita. Dengan

berpedoman pada definisi di atas, dapat dilihat bahwa tokoh dalam cerita memiliki

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

17  

varian fungsi peran seperti peran utama, penting, agak penting, hingga hanya

sekedar penggembira saja. Perbedaan peran inilah yang menjadikan tokoh

mendapat predikat sebagai tokoh utama (sentral), tokoh protagonist, antagonis,

peran pembantu utama (tokoh andalan), tokoh tidak penting (figuran), dan tokoh

penggembira atau lataran. Dengan analisis tersebut, peneliti menghubungkan

korelasi, korelasi struktur teks yang ada dalam L’Aube dengan keadaan saat ini.

Ketujuh, penelitian skripsi yang dilakukan oleh Febita Nur Tisani

(2009) dengan judul Pergeseran Terjemahan Nomina Novel L’Aube pada Novel

Terjemahan Fajar. Penelitian ini berkisar pada pergeseran penerjemahan nomina

dalam novel L’Aube. Objek penelitian ini adalah nomina karena hasil

terjemahannya mempunyai bentuk dan makna bervariasi. Tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan dan menganalisis bentuk-bentuk pergeseran sekaligus

penyebab yang terjadi dalam teks tersebut.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, khususnya kajian dominasi

sosial terhadap novel La Nuit karya Elie Wiesel memang belum pernah dilakukan.

Maka dari itu peneliti mencoba meneliti novel La Nuit dengan menggunakan teori

dominasi sosial yang dikemukakan oleh Jim Sidanius.

1.5 Landasan Teori

Dalam menganalisis novel La Nuit digunakan teori dominasi sosial

yang dikemukakan oleh Jim Sidanius dalam Social Dominance Theory and The

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

18  

Dynamics of Intergroup Relations (2006). Teori ini memaparkan bagaimana

hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat, terlebih kelompok masyarakat

yang berbeda. Kelompok masyarakat yang terlibat dalam penelitian ini adalah

masyarakat Yahudi, polisi Hongaria dan tentara Nazi. Dikatakan bahwa populasi

manusia cenderung mengatur hierarki sosial berdasarkan kelompok di mana

paling tidak suatu kelompok menikmati status sosial dan pengaruh lebih tinggi

daripada kelompok lain. Anggota kelompok sosial yang berkuasa cenderung

menikmati bagian yang tidak sesuai dari nilai sosial positif, atau material yang

diinginkan, dan sumber daya yang melambangkan sesuatu seperti kekuatan

politik, kekayaan, perlindungan oleh pasukan, makanan yang disukai dalam

jumlah banyak dan akses ke mana saja yang baik, perawatan kesehatan, waktu

luang, dan pendidikan.

Teori dominasi sosial yang dikemukakan Jim Sidanius ini

memfokuskan pada faktor-faktor struktural dan individual secara bersamaan yang

mengontribusikannya dalam berbagai bentuk penindasan yang berdasarkan

kelompok. Teori ini melihat semua bentuk yang dikenal dari penindasan yang

berdasarkan kelompok, seperti rasisme, etnosentrisme (pandangan yang

berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri sekaligus meremehkan

kebudayaan masyarakat lain), klasisme, seksisme, sebagai bentuk spesial dari

kecenderungan kebiasaan manusia yang membentuk dan mempertahankan

hierarki yang berdasarkan kelompok.

Teori Dominasi Sosial dikembangkan dalam usaha untuk memahami

bagaimana hierarki sosial yang berdasarkan kelompok dibentuk dan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

19  

dipertahankan. Teori Dominasi Sosial mengasumsikan bahwa kita harus mengerti

proses produksi dan mempertahankan prasangka dan diskriminasi pada berbagai

tingakatan analisis, termasuk ideologi budaya dan kebijakan, kebiasaan

institusional, hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya baik di

dalam maupun di luar kelompok mereka (Sidanius, 2006: 272).

Merujuk pada proses pembentukan populasi manusia, Teori Dominasi

Sosial lebih umum daripada teori yang hanya memfokuskan pada kapitalisme,

kerajaan, gender, kepentingan kelompok, identitas sosial, atau perbedaan

individual. Teori Dominasi Sosial sama ambisiusnya dengan hal tadi karena

beberapa hal tadi mencoba menyatukan wawasan dari sejumlah perspektif awal,

dengan banyak pengaruh: (a) ideologi teori budaya, (b) teori konflik kelompok

yang realistis, (c) teori elitism neoclassical, (d) teori identitas sosial, (e) marxisme,

(f) analisis antropologi feminis keluarga dan tenaga kerja, dan (g) tenaga kerja

evolusioner.

Teori dominasi sosial diciptakan untuk membuat kita mengerti lebih

lanjut dari realita keberadaan manusia saat ini, termasuk realita patriarki secara

menyeluruh, etnosentrisme, dan dominasi (Sidanius, 2004: 847). Merujuk pada

teori dominasi sosial, diskriminasi kelompok cenderung sistematik karena

ideologi sosialnya menolong untuk mengatur gerakan-gerakan institusi dan

individual. Itulah kenapa manusia menyebar pengetahuan dan kepercayaan yang

melegitimasi diskriminasi, dan kebanyakan dari mereka berperilaku seakan-akan

mereka mendukung ideologi ini. Sebagai contoh dapat dilihat pada sosok tokoh

Adolf Hitler yang merupakan pemimpin tertinggi Nazi. Dia menyebarkan ideologi

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

20  

fasisme yang sangat terkenal di Eropa. Ideologi itu didukung pula dengan

kemenangan partai fasis pada pemilihan di negara Jerman, sehingga semakin

mempermudah penyebaran ideologi tersebut. Sebuah ideologi yang memaparkan

tentang keharusan untuk membunuh semua ras Yahudi karena mereka dianggap

bekerja sama dengan sekutu dan menjadi musuh negara. Dengan adanya ideologi

tersebut, seluruh tentara Nazi pasti akan menyetujui dan menurutinya. Walaupun

ada pro dan kontra, hal tersebut tidak bisa dilakukan karena begitu besarnya

kekuatan pengaruh yang dimiliki Hitler di Jerman saat itu.

1.5.1 Konsep Dominasi Sosial

Teori Dominasi Sosial berpendapat bahwa masyarakat memproduksi

kelebihan ekonomi yang stabil yang berisi tiga sistem kualitatif yang berbeda

berdasarkan hierarki kelompok: (1) sistem umur, di mana orang dewasa memiliki

kekuatan yang tidak seimbang terhadap anak-anak. Dapat dilihat pula dalam novel

yang akan diteliti, La Nuit. Di sana terlihat bahwa tentara Nazi yang tentu saja

orang dewasa menindas anak-anak dari bangsa Yahudi, termasuk si pengarang

sendiri yang saat itu masih berusia sekitar lima belas tahun; (2) sistem gender, di

mana laki-laki memiliki kekuatan yang lebih dalam sosial, politik, dan militer

dibandingkan perempuan. Dapat dilihat pula contohnya dalam novel di mana

posisi wanita selalu dianiaya oleh laki-laki. Ketika itu Nazi selalu main pukul

terhadap siapapun orang Yahudi tanpa memandang jenis kelamin; dan (3) sistem

keputusan sendiri atau kesewenang-wenangan, di mana kelompok ini dibangun

berdasarkan kesewenang-wenangan, itulah kenapa tidak dihubungkan dengan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

21  

siklus hidup manusia, sekaligus memiliki akses sosial yang berbeda dalam hal

positif maupun negatif. Kelompok yang sewenang-wenang digambarkan oleh

perbedaan sosial yang memiliki kekuatan seperti kewarganegaraan, ras, suku,

kelas, kepemilikan tanah, keturunan, agama, ataupun klan (Sidanius, 2006: 273).

Sebuah ras memusnahkan ras lainnya adalah menu utama dari sebuah novel yang

akan dianalisis di sini. Nazi telah memusnahkan Yahudi tanpa alasan jelas.

Walaupun beberapa fungsi dan strukturnya memiliki kemiripan antara

umur, gender, dan kelompok berkeputusan sendiri yang berdasarkan hierarki

sosial, teori dominasi sosial berpendapat bahwa tiap sistem sangat berbeda dan

oleh sebab itu satu sistem tidak dapat dianggap hanya sebagai kasus khusus dari

yang lainnya. Sistem umur dan gender memiliki keluwesan sebagaimana

ditegaskan siapa yang berperan sebagai “anak” melawan “dewasa” dan siapa yang

berperan sebagai “laki-laki” melawan “perempuan”. Kesewenang-wenangan

adalah satu-satunya tipe sistem di mana penghancuran penuh ditemukan. Itulah

kenapa, banyak kasus di mana satu kelompok klan atau ras atau etnis

menghancurkan kelompok yang lain. Seperti tercantum dalam kalimat yang

diungkapkan Sidanius:

Arbitrary-sets are the only type of system in which total annihilation is found. That is, there are cases in which one clan or race or ethnic group has exterminated another (Sidanius, 2006: 274).

Ada sebuah kasus yang diketahui di mana orang dewasa membunuh

semua anak-anak, atau para laki-laki membunuh semua perempuan, dalam suatu

masyarakat. Akhirnya, sistem umur difokuskan pada kendali anak-anak oleh

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

22  

orang dewasa, dan sistem gender difokuskan pada kendali perempuan oleh laki-

laki, teori dominasi sosial berpendapat bahwa hierarki kesewenang-wenangan

utamanya terfokus pada kendali laki-laki tersubordinasi yang dilakukan oleh

gabungan dari laki-laki berpengaruh atau yang dominan. Kenyataannya, inilah

alasan utama bahwa hierarki kesewenang-wenangan diasosiasikan dengan tingkat

kekerasan yang luar biasa.

Antar laki-laki yang terfokus pada konflik kesewenang-wenangan ini

dapat dilihat dalam bentuk diskriminasi kelompok sehari-hari. Pada tingkat

stereotip sosial, Eagly dan Kite (1987) menemukan bahwa stereotip

kewarganegaraan biasanya berbeda dengan stereotip laki-laki di suatu negara;

stereotip tentang perempuan, menurut kewarganegaraan mereka, mencerminkan

pembesaran peran wanita dalam sebuah negara. Pada tingkat diskriminasi

individu, asumsi yang menyatakan ketidakadilan dari sistem kesewenang-

wenangan utamanya memusatkan laki-laki pada kenyataan yang tersirat bahwa

kebanyakan studi mengenai diskriminasi ras hanya menggunakan laki-laki sebagai

targetnya (Sidanius, 2006: 274-275).

Menurut teori dominasi sosial, kelompok yang berdasarkan hierarki

sosial diproduksi oleh efek jaringan diskriminasi antara beberapa tingkat: institusi,

individual, dan proses kolaborasi antar kelompok. Diskriminasi antar tingkat ini

dikoordinasikan pada kebaikan hati kelompok berkuasa/dominan terhadap

kelompok tersubordinasi dengan legitimising myths, atau secara sosial, dibagikan

melalui persetujuan ideologi sosial. Teori dominasi sosial mengasumsikan bahwa

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

23  

keputusan dan kelakuan individu, formasi dari praktik sosial yang baru, dan

operasi dari institusi yang dibentuk oleh dongeng yang logis (legitimising myths).

1.5.2 Fungsi Dominasi Sosial

Teori dominasi sosial membedakan dua ciri fungsional dalam

legitimising myths. Pertama, hierarchy-enhancing legitimising myths (HE-LMs)

yang menangani moral dan pembenaran intelektual untuk kelompok yang

teropresi. (Sidanius, 2006: 275). Kedua, ideologi yang menentang dominasi

dinamakan hierarchy-attenuating legitimising myths (HA-LMs). Hierarki yang

pertama, contohnya, beragam bentuk rasisme (warna kulit, agama, jenis ras),

seksisme (diskriminasi ataupun kebencian terhadap suatu jenis kelamin tertentu;

seperti misoginis yang benci kepada perempuan dan misandria yang benci kepada

laki-laki), heteroseksisme (ideologi yang menolak berbagai perilaku, identitas,

hubungan, dan komunitas non-heteroseksual), stereotip (penilaian terhadap

seseorang hanya berdasarkan kelompok dimana orang tersebut berada), dugaan

“takdir”, hanya kepercayaan di dunia, nasionalisme, konfusianisme, doktrin karma

yang berjasa, klasisme, hak mutlak dari para raja, daftar muatan yang mutlak, dan

perlengkapan kemiskinan. Contoh dari hierarki kedua adalah doktrin politik

seperti demokrasi sosial, sosialisme, dan komunisme. Doktrin politik adalah

contoh dari doktrin yang digunakan Hitler dalam mempropagandakan

diskriminasi terhadap ras Yahudi, dimana Yahudi dianggap sebagai musuh negara

karena dianggap bekerjasama dengan tentara sekutu. Tindakan tersebut dilakukan

Hitler ketika partai fasis yang dipimpinnya mulai berkuasa di Jerman. Kemudian,

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

24  

doktrin agama seperti pilihan preferensi atau istimewa untuk si miskin dan tema

egalitarian dalam surat wasiat baru, dan doktrin humanis seperti hak universal

laki-laki, feminisme, dan hak asasi manusia. Kedua hierarki tersebut, hierarchy-

enhancing dan hierarchy-attenuating myths, berkaitan dengan kosmologi, pola

perilaku, dan hubungan kebudayaan (Sidanius, 2006: 276).

Seperti halnya dongeng yang logis (legitimising myths), banyak

institusi yang diklasifikasikan sebagai hierarchy-enhancing ataupun hierarchy

attenuating. Institusi hierarchy-enhancing yang kuat termasuk institusi keuangan

dengan keuntungan penuh, perusahaan lintas negara, organisasi keamanan internal

( contohnya: FBI, KGB), dan sistem keadilan kriminal. Sistem keadilan kriminal

dilihat sebagai mekanisme penting dan kendali dari kelompok dominan.

Dibandingkan dengan kelompok dominan, kelompok tersubordinasi lebih

terwakili dalam penjara, ruang penyiksaan, dan ruang eksekusi di antara banyak

perbedaan masyarakat, bahkan setelah laporan perbedaan angka kriminalitas antar

kelompok (Sidanius, 2006: 276).

Untuk mengurangi konsekuensi dari hierarchy-enhancing, tapi juga

menyeimbangkan dampaknya walaupun jarang, adalah tugas dari institusi

hierarchy-attenuating. Institusi ini mencoba untuk membuka akses pada sumber

daya yang dibatasi oleh kelompok dominan, seperti layanan publik. Institusi ini di

dalamnya juga terdapat hak asasi manusia, hak warga sipil, dan kelompok

kebebasan warga; organisasi kesejahteraan, dan organisasi keagamaan yang

didedikasikan untuk perlindungan bagi si miskin yang teropresi dan mudah

diserang. Institusi seperti ini sering kekurangan dana, pasukan, hak didahulukan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

25  

(precedent) yang resmi, atau dasar kekuatan yang lain yang kokoh (Sidanius,

2006: 277).

Diskriminasi yang dilakukan oleh institusi hierarchy-enhancing ini

berakibat fatal bagi kelompok hierarki. Pertama, institusi dapat menggerakkan dan

mengalokasikan sumber daya dalam jumlah besar dengan kuat dibanding yang

dapat dilakukan oleh perorangan. Kedua, institusi besar, seperti pemerintahan

nasional dan perusahaan multinasional memiliki “jangkauan” yang lebih luas

dalam pengaruh sistematiknya terhadap perusahaan lokal. Ketiga, karena banyak

institusi mengabadikan diri mereka, diskriminasi yang mereka gunakan biasanya

lintas generasi dan ketika perorangan atau kelompok mencoba untuk melawan

praktek diskriminasi, institusi biasanya mempertahankan praktek diskriminasi

mereka sebagai bagian dari pertahanan institusi itu sendiri. Keempat, banyak

institusi membangun norma-norma internal mereka dimana norma itu mengatur

orang-orang yang bekerja di dalamnya dan perbedaan perorangan. Kelima, orang-

orang dalam institusi, termasuk militer dan perusahaan, seringkali dibebaskan dari

kesalahan yang menyangkut tempat mereka bekerja karena perusahaan tersebut

memiliki status resmi yang spesial.

Selain Dominasi Sosial yang diungkapkannya, Sidanius juga

mengungkapkan hal lain mengenai konflik etnis. Dia mengungkapkan dengan

contoh kasus di Amerika, bagaimana orang kulit putih selalu berkonflik dengan

orang kulit hitam dan latin (Sidanius, 2006: 279). Warga kulit putih lebih

diistimewakan daripada kulit hitam, hal inilah yang memicu terjadinya konflik

apabila terjadi gesekan antara mereka. Warga Afrika-Amerika lebih banyak

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

26  

terkurung di penjara, sekitar enam kali lebih banyak dibandingkan warga Eropa-

Amerika. Untuk warga Afrika-Amerika yang berjenis kelamin laki-laki memiliki

sepertiga kesempatan dalam hidupnya untuk terkurung di penjara ( Sidanius,

2006: 276-277). Hal semacam ini dipicu oleh adanya diskriminasi dalam

kehidupan sosial, seperti sekolah, organisasi kelompok beragama, perusahaan

pembiayaan yang lebih mengutamakan kelompok kulit putih. Sedangkan, hal-hal

yang tidak menyenangkan lebih ditujukan kepada kelompok kulit hitam seperti

pekerjaan berbahaya, penjara, dan kematian yang tidak wajar (Sidanius, 2004:

847).

Selama 15 tahun belakangan ini, teori dominasi sosial telah lebih

menginspirasi pemikiran tentang hubungan antar kelompok, perbedaan kelompok

sekaligus penyebabnya, fungsi-fungsi stereotip dan dongeng legitimasi yang lain,

gender dan ketidaksamaan gender, dan konsekuensi psikologis dari memiliki

maupun kekurangan tenaga atau kekuasaan. Dalam membandingkan teori

dominasi sosial dengan teori-teori yang lain, dapat ditemukan bahwa teori

dominasi sosial bukanlah mencoba untuk menolak wawasan dari model-model

penting diskriminasi dan hubungan antar kelompok yang lain, seperti teori

identitas sosial, teori kuasa kepribadian, teori konflik nyata kelompok, dan

beberapa teori rasisme modern. Pendekatan-pendekatan tersebut berisi terlalu

banyak wawasan berharga untuk sebuah penolakan besar-besaran. Teori dominasi

sosial mencoba untuk menggabungkan ciri-ciri yang paling benar dari model-

model lain ini ke dalam pemahaman yang lebih luas dan bertingkat dari

penindasan sosial berdasarkan kelompok.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

27  

Kesimpulannya, teori dominasi sosial ini melakukan beberapa hal.

Pertama, teori ini membangkitkan pembelajaran tentang kekuasaan dan tidak

hanya gengsi atau status sebagai aspek utama dari psikologi sosial dan hubungan

antar kelompok. Kedua, pendekatan dari teori ini menyoroti kepentingan sosial

yang disebarkan dan kumpulan perilaku sosial, seperti wacana sosial, ideologi

budaya, dan diskriminasi institusi daripada penyesuaian dan kesadaran pribadi.

Ketiga, teori dominasi sosial telah membedakan antara pola hubungan yang

umum dengan sesuatu yang berbeda antar budaya. Keempat, terinspirasi oleh

pembelajaran etnis dan feminis, penelitian dominasi sosial telah mempelajari

situasi nyata dari orang-orang yang berada dalam posisi terdominasi maupun

dominan, bukanlah hanya karena mengasumsikan penelitian laboratorium pada

orang-orang yang dapat sepenuhnya mewakili kondisi tersebut.

1.6 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: (1) menentukan karya yang dijadikan objek material penelitian

yaitu novel berjudul La Nuit karya Elie Wiesel; (2) menetapkan masalah pokok

penelitian, masalah dominasi sosial dan konflik etnis yang terdapat di dalam novel

La Nuit karya Elie Wiesel; (3) melakukan kategori data yang dapat mendukung

penelitian, yaitu data-data yang menunjukkan adanya dominasi sosial dan konflik

etnis; (4) memilah dan mengelompokkan data yang akan digunakan untuk

analisis, yaitu: (4a) dominasi sosial terhadap kelompok lain, dalam hal ini adalah

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

28  

Nazi terhadap Yahudi, Hongaria terhadap Yahudi, (4b) dominasi sosial antar

sesama kelompok, dalam hal ini adalah Yahudi dengan Yahudi sendiri; (5)

melakukan analisis terhadap novel dengan langkah-langkah analisis sebagai

berikut: (5a) mendeskripsikan permasalahan dominasi sosial yang digambarkan

pengarang dalam novel La Nuit karya Elie Wiesel, (5b) mendeskripsikan konflik

etnis dalam novel La Nuit karya Elie Wiesel; (6) menarik kesimpulan berdasarkan

data yang diperoleh dari analisis data yang mengacu teori tertentu yang dapat

menjawab semua persoalan yang termuat dalam rumusan masalah, yakni

permasalahan dominasi sosial dan konflik etnis dalam novel La Nuit karya Elie

Wiesel; (7) menyusun laporan penelitian.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

29  

1.6.1 Bagan Metode Pengumpulan dan Analisis Data

(1) Menentukan karya yang dijadikan objek material 

penelitian yaitu novel berjudul La Nuit karya Elie Wiesel 

(2) Menetapkan masalah pokok penelitian, masalah 

dominasi sosial dan konflik etnis yang terdapat di dalam 

novel  La Nuit karya Elie Wiesel. 

(3) Melakukan kategori data yang dapat mendukung 

penelitian, yaitu data‐data yang menunjukkan adanya 

dominasi sosial dan konflik etnis. 

(4) memilah dan mengelompokkan data yang akan digunakan 

untuk analisis, yaitu:  

(a) dominasi sosial terhadap kelompok lain, dalam hal ini 

adalah Nazi terhadap Yahudi, Hongaria terhadap Yahudi, 

 (b) dominasi sosial antar sesama kelompok, dalam hal ini 

adalah Yahudi dengan Yahudi sendiri 

(6) menarik kesimpulan berdasarkan data yang 

diperoleh dari analisis data yang mengacu teori tertentu 

yang dapat menjawab semua persoalan yang termuat 

dalam rumusan masalah, yakni permasalahan dominasi 

sosial dan konflik etnis dalam novel La Nuit karya Elie Wiesel 

(7) menyusun laporan penelitian.

 

(5) melakukan analisis terhadap novel dengan langkah‐

langkah analisis sebagai berikut: 

 (a) mendeskripsikan permasalahan dominasi sosial yang 

digambarkan pengarang dalam novel La Nuit  karya Elie Wiesel,  

(b) mendeskripsikan konflik etnis dalam novel La Nuit karya Elie Wiesel. 

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

30  

1.7 Pengadaan Data

Dilakukan tiga tahap pengadaan data dalam penelitian ini, yaitu

pengumpulan data, analisis data, dan penyajian data. Pengumpulan data dilakukan

dengan melakukan studi pustaka, yaitu mengumpulkan bahan-bahan acuan dari

pembacaan berbagai literature yang mendukung objek material yang diteliti, novel La

Nuit. Langkah-langkah pengumpulan datanya sebagai berikut: membaca objek

material novel La Nuit secara intensif dan kritis, kemudian mengidentifikasi data

mengenai konsep dominasi sosial yang menyangkut hubungan antara pihak dominan

dengan pihak terdominasi, konflik etnis yang terjadi antara pihak penjajah dengan

terjajah, kemudian menginventarisasi data yang telah berhasil dikumpulkan dalam

bentuk kartu data.

Analisis data yang digunakan adalah analisis konten dengan menyeleksi

kategori yang termasuk dalam dominasi dan konflik etnis antara pihak dominan dan

pihak terdominasi kemudian dijelaskan konsep yang ada dalam teori dominasi sosial.

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini disajikan dalam lima bab, yaitu bab I berisi

“Pendahuluan” yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

tinjauan pustaka, landasan teori, metode pengumpulan dan analisis data, dan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68922/potongan/S2-2014... · terhadap bangsa Yahudi yang sering disebut dengan L’Holocauste

31  

sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan dari novel La Nuit meliputi sistem-

sistem dominasi social yang dipakai. Bab III juga merupakan pembahasan novel

yang berhubungan dengan konflik etnis, meliputi penyebab, bentuk-bentuk, serta

jalan keluarnya. Bab IV berisi kesimpulan yang merangkum hasil penelitian ini.

Kemudian, bab V yang adalah lampiran yang meliputi synopsis dan data-data dari

penelitian.