pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selain itu pembangunan kesehatan
juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar
1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Menurut Paradigma Sehat (2010) pembangunan kesehatan diharapkan
dapat mewujudkan kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar terwujud
kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang
semula hanya berupa penyembuhan saja, secara berangsur-angsur berkembang
sehingga mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif),
upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
Dalam paradigma sehat tersebut diharapkan akan mengubah cara pandang
terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat baik secara makro
maupun mikro. Secara makro berarti bahwa pembangunan semua sektor harus
memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, minimal memberi sumbangan
dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara mikro berarti bahwa
pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif
2
tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Keempat aspek tersebut
merupakan tanggung jawab dan tugas dari para pelayan kesehatan yang salah
satunya adalah tenaga fisioterapis.
Berbagai perubahan dalam masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya
berbagai macam transisi kesehatan, dimana transisi kesehatan ini terjadi karena
adanya transisi demografi dan transisi epidemiologi. Transisi demografi dapat
dilihat dari adanya peningkatan pendapatan, tingginya tingkat pendidikan di
masyarakat dan meningkatnya usia harapan hidup, sedangkan transisi
epidemiologi merupakan kecenderungan meningkatnya penyakit tidak menular
atau kronik.
Berkaitan dengan transisi demografi di Indonesia, menurut data dari
lembaga kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa angka harapan hidup
penduduk Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2010 angka
harapan hidup usia diatas 60 tahun mencapai 20,7 juta orang dan diprediksi akan
terus bertambah hingga mencapai 71 juta orang pada tahun 2050. Secara global
termasuk Indonesia, peningkatan angka harapan hidup untuk usia di atas 60 tahun
menjadi tren (Nursila, 2012). Meningkatnya jumlah kelompok usia lanjut
membawa konsekuensi meningkatnya penyakit-penyakit degeneratif di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, hipertensi, dan lain sebagainya. "Ibarat kendaraan bermotor, semakin tua
usianya, biaya perawatannya semakin mahal, keluhan-keluhannya juga semakin
beragam. Semua ini harus diantisipasi agar selain usia harapan hidupnya tinggi,
tetapi juga kualitas hidupnya baik," (Purnomo, 2012). Penyakit degeneratif
3
tersebut membutuhkan adanya longterm care, dan salah satunya adalah kebutuhan
untuk fisioterapi.
Menurut sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik,
angka usia harapan hidup di Propinsi DIY mengalami peningkatan yaitu mencapai
usia 74 tahun pada tahun 2010. Perkembangan angka usia harapan hidup di
Propinsi DIY disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 1.1 Angka Usia Harapan Hidup di DIY
Sumber: BPS Provinsi DIY
Selain angka harapan hidup yang semakin meningkat, perubahan perilaku
yang terjadi di masyarakat akan berdampak kepada kesehatan dan tumbuh
kembang anak dan balita. Tumbuh kembang anak dan balita harus mendapatkan
pemantauan dan perhatian ekstra agar kelak bangsa Indonesia mampu bersaing
dengan bangsa lain dalam segala aspek kehidupan. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, No. 04
Tahun 2011, partisipasi anak dalam pembangunan menentukan kualitas hasil dan
4
manfaat pembangunan bagi anak-anak serta berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang anak.
Berkaitan dengan pertumbuhan dan kesehatan anak, di dalam kehidupan
sehari-hari banyak dijumpai berbagai macam karakter, sikap dan tingkah laku
anak-anak yang agak berbeda dari kebanyakan anak-anak yang lain. Hal ini
terkadang kurang diperhatikan dan disadari oleh para orang tua yang tidak
menyadari kemungkinan bahwa anak tersebut mengalami gangguan tumbuh
kembang atau mengalami cedera otak. Terlepas dari faktor penyebab gangguan
tumbuh kembang, jika tidak diperhatikan dan ditangani dengan cepat, maka dapat
merugikan anak di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sosial kelak.
Berdasarkan paparan di atas, peranan anak-anak dan balita di masa depan
sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, sedangkan meningkatnya usia
harapan hidup akan membutuhkan kualitas hidup agar dapat berpartisipasi dalam
pembangunan. Fisioterapi sebagai salah satu disiplin ilmu di bidang kesehatan
dapat berperan dalam bidangnya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
profesional yang bertanggung jawab atas kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat, khususnya dalam masalah kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
penderita, sehingga diupayakan penderita mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
secara mandiri dan mampu produktif tanpa dihalangi oleh permasalahan-
permasalahan kesehatan yang ada.
1.1. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal menghasilkan faktor-faktor yang
dipertimbangkan untuk pengambilan keputusan dan perumusan strategi yang
5
menguntungkan bagi perusahaan. Faktor lingkungan eksternal yang dianalisis
meliputi gambaran umum industri, pemain utama dalam industri, pasar sasaran
utama, kekuatan kompetitif serta hambatan dalam industri. Hasil dari identifikasi
faktor eksternal ini didapatkan dari pengumpulan data sekunder yang
dikumpulkan dari beberapa sumber dan data primer yang meliputi pengamatan
dan wawancara langsung dengan tenaga fisioterapis serta masyarakat sebagai
penguat informasi dari data sekunder tersebut.
1.1.1. Gambaran Umum Industri
Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi
fisik non-farmakologis dengan tujuan utama kuratif dan rehabilitatif gangguan
kesehatan. Aplikasi fisioterapi dewasa ini terus menerus mengalami
perkembangan baik dari sisi prosedur pelaksanaan maupun alat-alat pendukung
yang digunakan. Industri yang terkait dalam perencanaan bisnis ini adalah industri
jasa (pelayanan) dan industri kesehatan, sehingga sedikit banyak harus memahami
dan mengetahui kondisi serta perkembangan dari industri jasa dan industri
kesehatan di Propinsi DIY. Saat ini industri jasa masih memainkan peranan yang
penting terhadap perekonomian di Propinsi DIY, seperti terlihat dalam tabel
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berikut ini. Secara nominal PDRB
Propinsi DIY mengalami kenaikan sebesar Rp. 18,86 trilyun rupiah selama kurun
waktu lima tahun yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
6
Tabel 1.1 Nilai PDRB DIY Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2007-2011
Lapangan Usaha Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 4.941.800 5.993.781 6.366.771 6.644.695 7.370.795
Pertambangan & Penggalian 258.761 280.106 293.983 304.660 361.793
Industri Pengolahan 4.475.680 5.062.275 5.528.856 6.396.639 7.434.020
Listrik, Gas & Air Bersih 423.370 488.334 560.316 607.072 675.912
Konstruksi 3.470.711 4.075.606 4.431.411 4.833.423 5.580.599
Perdagangan, Hotel & Restoran 6.326.700 7.321.299 8.165.613 9.008.181 10.246.578
Pengangkutan & Komunikasi 3.318.453 3.739.697 3.809.094 4.119.970 4.572.928
Keu, Real Estate & Jasa Perusahaan 3.188.428 3.724.285 4.090.675 4.11 9.970 5.158.229
Jasa-jasa 6.512.834 7.416.303 8.160.329 4.552.667 10.381.238
PDRB 32.916.736 38.101.684 41.407.049 45.625.589 51.782.092
Sumber: BPS Provinsi DIY, 2012
Sedangkan untuk analisis industri kesehatan, yang disoroti adalah besarnya
jumlah tenaga fisioterapis yang dapat melayani masyarakat. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 disebutkan bahwa tenaga
fisioterapis, okupasi terapis dan terapi wicara termasuk dalam tenaga keterapian
fisik. Untuk Propinsi DIY, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, jumlah tenaga
fisioterapis terbanyak berada di Kota Yogyakarta dengan jumlah tenaga
fisioterapis sebanyak 39 orang yang melayani masyarakat berdasarkan rujukan
dari dokter maupun kehendak pasien sendiri. Jika melalui rujukan dokter sifatnya
adalah rehabilitatif, sedangkan yang dilakukan tanpa rujukan atau atas kehendak
sendiri biasanya bersifat preventif. Adapun gambaran jumlah tenaga keterapian
fisik di Propinsi DIY sesuai dengan wilayah kerjanya dapat digambarkan sebagai
berikut.
7
Gambar 1.2 Distribusi Keterapian Fisik Per Kabupaten/Kota di Propinsi DIY
Sumber: Profil SDMK Propinsi DIY Tahun 2011
Dari Gambar 1.2 diatas, distribusi tenaga fisioterapis untuk Provinsi DIY
sangat tidak merata, paling banyak terdapat di Kota Yogyakarta yaitu sebanyak 39
orang dan paling sedikit terdapat di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 2 orang.
Dengan jumlah tenaga fisioterapis terbanyak berada di Kota Yogyakarta, maka hal
ini merupakan peluang dan potensi untuk mendirikan tempat praktek fisioterapi.
1.1.2. Pemain Utama Dalam Industri
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan, pemain
utama untuk industri kesehatan di Propinsi DIY termasuk di dalamnya untuk
pelayanan fisioterapi adalah Rumah Sakit Dr. Sardjito yang merupakan rumah
sakit negeri milik pemerintah dan merupakan rumah sakit terbesar di Propinsi
DIY yang beralamat di Jalan Kesehatan No. 1 Sekip Yogyakarta 55284 Telepon
(0274) 587 333. Saat ini beberapa rumah sakit di Yogyakarta sudah mempunyai
praktek fisioterapi seperti disajikan dalam tabel di bawah ini.
8
Tabel 1.2 Daftar Rumah Sakit di Kota Yogyakarta yang Memiliki Praktek Fisioterapi
NO NAMA ALAMAT 1. RS Dr. Sardjito Jl. Kesehatan No. 1 Sekip Yogyakarta 2. RSUD Kota Yogyakarta Jl. Wirosaban No. 1 Yogyakarta 3. RS Bethesda Jl. Jend. Sudirman No. 70 Yogyakarta 4. RS Bethesda Lempuyangwangi Jl. Hayam Wuruk No. 6 Yogyakarta 6. RS Panti Rapih Jl. Cik Ditiro No. 30 Yogyakarta 7. RS PKU Muhammadiyah Jl. KHA Dahlan No. 20 Yogyakarta 8. RS DKT/ RS Dr. Soetarto Jl. Jawadi 19 Yogyakarta 9. RS Happy Land Medical Center Jl. Ipda Tut Harsono (timoho) 53 Yogyakarta
10. RSI Hidayatullah Jl. Veteran 184 Yogyakarta 11. RS Ludiro Husada Tama Jl. Wiratama 4 Yogyakarta 12. RSK Anak Empat Lima (45) Jl. Patangpuluhan 35 Yogyakarta 13. RSK Bedah Soedirman Jl. Sidobali UH II/402 Yogyakarta 14. RSK Puri Nirmala Jl. Jayaningprangan 13 Yogyakarta 15. RS Permata Bunda Jl. Ngeksigondo 56 Yogyakarta 16. RS Bakti Ibu Jl. Golo 32 Yogyakarta
Sumber: Hasil survei berdasarkan data dari Situs Resmi Pemerintah Kota Yogyakarta (2013) http://www.jogjakota.go.id/ Diakses 3 Mei 2013
1.1.3. Pasar Sasaran Utama
Potensi pasar bagi pengguna jasa layanan kesehatan di Propinsi DIY
cukup besar, pada dasarnya penduduk dalam semua kelompok usia dapat
menggunakan jasa layanan kesehatan termasuk layanan fisioterapi. Mereka
berpotensi menggunakan jasa layanan kesehatan meskipun yang mereka gunakan
berbeda untuk setiap kelompok umur. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu tenaga fisioterapis di Rumah Sakit Condong Catur Yogyakarta, masyarakat
yang paling banyak menggunakan layanan fisioterapi adalah penduduk kelompok
bayi dan balita sampai dengan anak-anak usia 0-5 tahun serta penduduk usia
lanjut yang berusia lebih dari 56 tahun.
9
1.1.4. Kekuatan Kompetitif
Kekuatan kompetitif merupakan faktor mendasar dan paling penting dalam
menentukan formulasi strategi bagi perusahaan. Setiap industri baik industri jasa
maupun industri manufaktur memiliki struktur yang mendasar yaitu berupa
karakteristik ekonomi yang dapat menimbulkan suatu karakteristik kompetitif.
Analisis kekuatan yang digunakan adalah model dari Michael E. Porter yaitu Five
Forces. Model dari Porter (2008) menyatakan bahwa ada lima faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri atau bisnis, yaitu:
A. Persaingan Antar Pelaku Industri
Persaingan tempat praktek fisioterapi di Kota Yogyakarta telah diramaikan
oleh beberapa rumah sakit baik negeri maupun swasta serta praktek fisioterapi
yang dimiliki oleh lembaga maupun perorangan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu tenaga fisioterapis, saat ini yang menjadi pesaing utama adalah
Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, sedangkan berdasarkan hasil pengamatan
terhadap beberapa pesaing yang berlokasi cukup dekat dengan rencana pendirian
bisnis ini adalah tempat praktek fisioterapi dokter anak Prof. Dr. Sunartini
Hapsara, Sp.A(K), Ph.D, serta tempat praktek fisioterapi Children House. Berikut
ini merupakan gambaran singkat terhadap pesaing.
a. Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta
Rumah Sakit Dr. Sardjito merupakan rumah sakit terbesar di Propinsi DIY,
dimana rumah sakit ini selalu mengembangkan diri untuk menjadi rumah
sakit bertaraf internasional agar mampu menangani permasalahan kesehatan
10
dengan lebih baik. Pelayanan fisioterapi di rumah sakit ini termasuk dalam
Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), yang akan membantu dalam rehabilitasi
medis dan sosial medik yang meliputi terapi okupasi, terapi wicara, ortotik
dan prostetik, sosial medik dan psikologi.
b. Praktek Fisioterapi Prof. Dr. Sunartini Hapsara, Sp.A(K), Ph.D.
Tempat praktek fisioterapi ini menyatu dengan tempat praktek dokter anak
yang cukup terkenal yaitu Prof. Dr. Sunartini Hapsara, Sp.A(K), Ph.D. yang
beralamat di Jalan Pangeran Romo No. 4 Tinalan Yogyakarta. Tempat
praktek ini melayani fisioterapi dan terapi wicara untuk anak-anak
berkebutuhan khusus. Pasien yang datang terbanyak karena adanya rujukan
dari dokter anak tersebut.
c. Praktek Fisioterapi Children House
Tempat praktek fisioterapi Children House merupakan binaan dari Prof. Dr.
Sunartini Hapsara, Sp.A(K), Ph.D. Children House melayani fisioterapi
untuk anak-anak dari golongan tidak mampu yang beralamat di Bakung,
Bangunharjo, Sewon Bantul.
B. Ancaman Masuknya Pesaing Baru
Entry barrier bisnis praktek fisioterapi cukup tinggi, hal ini disebabkan
praktek mandiri fisioterapi memerlukan modal yang cukup besar dan
membutuhkan karyawan yang memiliki keahlian khusus sebagai fisioterapis.
Sebagai sebuah bisnis di bidang jasa, keahlian karyawan sangat penting untuk
mendukung keberhasilan bisnis ini. Munculnya pendatang baru dalam suatu
11
industri berkeinginan untuk merebut pangsa pasar yang sudah ada. Ancaman
adanya pendatang baru akan bergantung kepada hambatan dan reaksi pesaing
yang dapat diatasi oleh pesaing.
Berdasarkan dari hasil wawancara, beberapa hambatan yang mungkin
muncul untuk klinik fisioterapi antara lain faktor kenyamanan tempat,
kelengkapan alat yang digunakan untuk melayani konsumen dan kendala dalam
mendapatkan atau mendatangkan konsumen.
C. Kemampuan Tawar Menawar dari Pembeli
Tawar menawar dari konsumen pada bisnis praktek fisioterapi adalah
rendah. Konsumen pada umumnya memahami kebutuhan akan fisioterapi, namun
dari segi penyedia jasa masih terbatas sehingga konsumen jarang melakukan
tawar menawar. Pada kondisi konsumen terdesak membutuhkan layanan
fisioterapi, konsumen akan berupaya menegosiasikan waktu tindakan, sehingga
dapat segera ditangani. Harga yang diberlakukan sudah ditetapkan sehingga tidak
ada tawar menawar. Setiap tempat praktek fisioterapi menetapkan harga yang
berbeda-beda, sehingga konsumen bebas membandingkan harga. Bagi konsumen
yang sensitif terhadap harga, akan memilih layanan dari jasa praktek fisioterapi
yang menawarkan harga yang lebih murah. Namun demikian konsumen
cenderung tidak sensitif terhadap harga, dan cenderung mengkorelasikan harga
yang dibayar dengan kualitas.
12
D. Kemampuan Tawar Menawar dari Pemasok
Tempat praktek fisioterapi membutuhkan beberapa pemasok agar kegiatan
operasional perusahaan dapat berjalan lancar. Pemasok dalam bisnis ini meliputi
apotek, penyedia alat-alat kesehatan, toko dan supermarket.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga fisioterapis, kemampuan
tawar menawar dari pemasok pada bisnis layanan fisioterapi ini cukup rendah
karena disebabkan banyak sekali pemasok yang dapat dipilih untuk menyediakan
barang-barang kebutuhan operasional dari bisnis ini.
E. Ancaman Jasa Pengganti
Ancaman jasa pengganti untuk bisnis ini dikatakan hampir tidak ada atau
sangat kecil, karena layanan yang ditawarkan merupakan kebutuhan dan
merupakan gaya hidup kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara,
ancaman jasa pengganti layanan fisioterapi yang mungkin dapat muncul adalah
jika masyarakat memilih untuk mendatangi tukang pijat tradisional untuk
mengobati sakitnya atau bagi orang tua yang mempunyai bayi dan anak balita
akan mendatangi dukun pijat bayi untuk memijat anaknya.
1.1.5. Hambatan Dalam Industri
Hambatan dalam pelaksanaan praktek fisioterapi dapat berasal dari
konsumen (pasien) dan tenaga fisioterapis. Hambatan yang berasal dari konsumen
yaitu ketika konsumen dapat memilih, menilai dan membandingkan tempat
13
pelayanan atau praktek fisioterapi yang sesuai dengan keinginannya, sehingga
mengakibatkan konsumen berpindah ke tempat praktek fisioterapi yang lain.
Hambatan lain yang berasal dari tenaga fisioterapi yaitu jumlah tenaga
fisioterapi yang masih belum ideal jika dibandingkan dengan kebutuhan
fisioterapi di masyarakat. Menurut ketua umum Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI)
Pusat, presentase fisioterapis di Indonesia masih belum sebanding dengan
kebutuhan, saat ini baru ada 5.600 fisioterapis di tanah air atau satu berbanding 40
ribu warga. “idealnya satu terapis berbanding 15 ribu warga” (Sumarno, 2013). Di
Indonesia tidak semua kota memiliki universitas atau sekolah pendidikan sarjana
fisioterapi, sehingga diperkirakan dapat terjadi kekurangan tenaga fisioterapis
yang memenuhi syarat, padahal kebutuhan akan layanan fisioterapi cenderung
mengalami kenaikan. Daftar alamat institusi pendidikan fisioterapi yang ada di
Indonesia dapat dilihat dalam lampiran 1.
1.2. Analisis Lingkungan Internal
Dalam melakukan analisis lingkungan internal perusahaan dibutuhkan
pengumpulan informasi mengenai status kepemilikan, status hukum perusahaan,
rencana pendirian perusahaan, lokasi perusahaan serta peralatan atau fasilitas yang
akan menunjang bisnis praktek fisioterapi.
1.2.1. Status Kepemilikan
Rencana tempat praktek fisioterapi ini akan diberi nama “Rumah
Fisioterapi Kotagede (RFK)” dan rencananya akan di miliki oleh satu orang
sebagai pemilik modal tunggal.
14
1.2.2. Status Hukum Perusahaan
Status hukum usaha ini adalah swasta perseorangan. Sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maka pendirian
klinik fisioterapi harus mengajukan perizinan ke Dinas Kesehatan sesuai dengan
domisili tempat praktek fisioterapi. Permohonan ijin kepada Dinas Kesehatan
setempat dilampiri persyaratan yang telah ditentukan dan mengisi formulir yang
telah disediakan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
a. Pembuatan akta pendirian klinik
b. Daftar alat perlengkapan penunjang pelayanan fisioterapi
c. Data ketenagaan yang bekerja di klinik fisioterapi
d. Fotokopi Izin Gangguan (HO)
e. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
f. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemohon/pemilik
g. Fotokopi Surat Ijin Fisioterapi dan Surat Ijin Praktek Fisioterapi bagi tenaga
fisioterapis
h. Fotokopi ijazah fisioterapi
i. Hasil pemeriksaan kualitas air dari laboratorium Dinas Kesehatan
j. Salinan/fotokopi denah bangunan dan denah lokasi
k. Struktur organisasi
l. Surat permohonan pendirian klinik
m. Surat rekomendasi dari ikatan profesi (Ikatan Fisioterapi Indonesia)
n. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter
15
o. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak
1.2.3. Rencana Pendirian Perusahaan
Rancangan pendirian klinik fisioterapi diharapkan dapat membantu
pengambilan keputusan rencana bisnis yang cepat, tepat dan efisien. Oleh karena
itu penyusunan sebuah rencana bisnis adalah salah satu tahap penting dalam setiap
pendirian bisnis baru. Dalam mendirikan suatu usaha diperlukan rencana yang
baik agar dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dan memiliki
gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan.
Perancangan rencana pendirian praktek fisioterapi ini akan memudahkan dan
membantu masyarakat yang memerlukan penanganan oleh ahli fisioterapi.
1.2.4. Lokasi Perusahaan
Rencana lokasi usaha ini bertempat di wilayah Selatan Kota Yogyakarta,
tepatnya di daerah Kotagede Yogyakarta. Secara administratif lokasi tersebut
berada di wilayah Kecamatan Kotagede, Kelurahan Purbayan, Kota Yogyakarta,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Keunggulan yang diharapkan dari
pemilihan lokasi praktek fisioterapi ini adalah:
a. Dekat dengan pemukiman dan perumahan penduduk.
b. Dekat dengan ruas jalan utama dan jalan lingkar timur dan lingkar selatan
Yogyakarta.
16
1.2.5. Peralatan atau Fasilitas Penunjang
Rencana fasilitas yang dimiliki oleh usaha ini ada dua yaitu rencana
fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan praktek fisioterapi dan rencana
fasilitas non kesehatan. Rencana fasilitas non kesehatan terdiri dari ruang tunggu,
ruang kantor dan ruang tindakan yang luas dan nyaman, kamar mandi serta areal
parkir kendaraan. Pendirian praktek fisioterapi tentunya tidak lepas dari
kebutuhan fisik sebagai sarana untuk melaksanakan segala kegiatan untuk
terlaksananya pelayanan kepada pasien, kebutuhan tersebut antara lain:
a. Tempat praktek
Tempat praktek merupakan sebuah lokasi berbentuk rumah yang
representatif untuk dapat menyelenggarakan sebuah klinik fisioterapi.
Tempat praktek yang akan dipilih harus strategis, diantaranya terletak di
pinggir jalan beraspal yang dekat dengan pemukiman penduduk, dan
tentunya harus memenuhi syarat-syarat, antara lain :
1. Memiliki minimal dua ruang tindakan yang representatif.
2. Memiliki satu ruang khusus untuk karyawan.
3. Memiliki ruang tunggu untuk pasien dan keluarga pasien yang nyaman.
4. Memiliki kamar kecil dengan sumber air bersih dan pembuangan air
kotor yang sempurna.
5. Memiliki dapur sederhana.
6. Memiliki tempat parkir motor dan mobil yang tidak mengganggu
fasilitas umum.
17
b. Infrastuktur
Infrastruktur disini merupakan sarana pendukung yaitu sarana non medis
dan non alat yang dibutuhkan untuk mendukung penyelenggaraan
beroperasinya suatu tempat praktek fisioterapi. Sarana pendukung yang
dibutuhkan tercantum dalam Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3 Sarana Pendukung Untuk Praktek Fisioterapi
No Nama Barang 1 Air Conditioner (AC) 2 Meja dan Kursi Tamu 3 Lemari 4 Dispenser Air 5 Lampu Emergency 6 Televisi 7 Telepon 8 Papan Nama 9 Komputer
10 Mainan anak 11 Alat Tulis Kertas (ATK)
Sumber: hasil survei di RS. Condong Catur Yogyakarta
c. Peralatan
Peralatan adalah semua peralatan medis atau merupakan sarana medis yang
menjadi pendukung untuk kelancaran kegiatan operasional dari layanan dan
tindakan fisioterapi bagi konsumen. Daftar sarana medis yang digunakan
untuk praktek fisioterapi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
18
Tabel 1.4 Sarana Medis Untuk Praktek Fisioterapi
No Nama Barang 1 Matras Besar 2 Standing Infra Red 3 Guling Bobath 4 Bantal 5 Reflex Hammer 6 Short Wave Diathermy 7 Stetoskop 8 Tensimeter 9 Termometer 10 Timbangan Bayi 11 Timer 12 Ultrasound 13 Tripod 14 Walker 15 Tens
Sumber: hasil survei di RS. Condong Catur Yogyakarta
1.3. Siklus Bisnis
Siklus bisnis dari praktek fisioterapi diperkirakan selalu mengalami
peningkatan untuk setiap periode waktu tertentu. Hal ini terjadi seiring dengan
meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan khususnya
kebutuhan akan layanan fisioterapi.
Jasa fisioterapi ini akan tetap diperlukan meskipun terjadi beberapa
perubahan indikator ekonomi antara lain pengaruh inflasi dan pendapatan riil
masyarakat. Efek inflasi bagi usaha ini adalah adanya kenaikan harga layanan
fisioterapi yang didorong oleh kenaikan biaya operasional. Sedangkan efek dari
pendapatan riil masyarakat berhubungan dengan daya beli konsumen. Jika harga-
harga naik sementara pendapatan riil tidak berubah maka daya beli dapat
19
mengalami penurunan. Pengaruh inflasi dan pendapatan riil masyarakat secara
garis besar tidak berpengaruh secara signifikan karena usaha ini masih dapat
tumbuh berkembang dan akan tetap dibutuhkan masyarakat karena menyangkut
masalah kesehatan.
1.4. Rumusan Masalah
Seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat dalam bidang
kesehatan, maka kebutuhan jasa fisioterapi menjadi sangat penting. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, pengguna potensial fisioterapi yang terdiri dari
orang tua, anak-anak dan balita diperkirakan banyak membutuhkan penanganan
kasus fisioterapi yang merupakan rujukan dari dokter maupun atas inisiatif
sendiri. Dengan demikian permintaan akan jasa fisioterapi akan sangat tinggi.
Untuk kedepan hal ini akan menjadi suatu kebutuhan utama dan berikut solusinya.
Saat ini praktek fisioterapi khususnya di Kota Yogyakarta masih banyak
dilakukan di rumah sakit pemerintah maupun beberapa rumah sakit swasta,
sementara praktek mandiri fisioterapi belum menjangkau hingga ke pelosok
daerah, sehingga masih terbuka peluang yang sangat besar untuk mendirikan
tempat praktek fisioterapi di daerah atau di pinggiran Kota Yogyakarta.
1.5 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang dihadapi, tujuan penelitian ini adalah:
a. Menyusun perencanaan bisnis untuk mendirikan klinik fisioterapi yang
representatif di wilayah Kotagede dan sekitarnya.
20
b. Membuat acuan pelaksanaan kegiatan yang lebih komprehensif dan terukur.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan rencana bisnis pendirian Rumah
Fisioterapi Kotagede ini adalah:
a. Memberikan arah dan tujuan bagi rencana pendirian Rumah Fisioterapi
Kotagede.
b. Menjadi landasan dasar dan kerangka acuan pelaksanaan operasional di
lapangan.
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis ini, sistematika penulisan disusun berdasarkan bab demi
bab yang akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN : membahas latar belakang, lingkungan eksternal dan
internal perusahaan, siklus bisnis, rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat
penulisan rencana bisnis ini.
BAB II : LANDASAN TEORI: membahas dan menganalisis beberapa teori dan
hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB III : METODE PENELITIAN : membahas tentang sumber data, metode
pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : STRATEGI DAN RENCANA : membahas mengenai tujuan dan
sasaran perusahaan secara umum yang dipandang melalui fungsi-fungsi yang
21
terdapat dalam perusahaan yaitu rencana pemasaran, rencana operasional, rencana
sumber daya manusia dan rencana keuangan.
BAB V : RENCANA AKSI : membahas mengenai rencana kegiatan pelaksanaan
perencanaan bisnis yang berkaitan dengan fungsi-fungsi yang terkait dengan
perusahaan.