bab i pendahuluan -...

27
| 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki milenium ketiga konstelasi politik internasional ternyata tidak hanya di dominasi oleh aktor-aktor formal saja (negara), namun juga organisasi internasional. Keberadaanya bukan hanya sebagai aktor komplementer, namun telah memiliki posisi tawar yang penting. Salah satu organisasi internasional dalam hal ini adalah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yang keberadaanya bukan hanya sebagai sebagai forum negara-negara dunia, namun saat ini telah berperan sebagai pembuat kebijakan internasional yang sangat penting. Perkembangan dunia yang semakin kompleks membuat peran PBB tidak hanya berfokus pada upaya mewujudkan perdamaian saja, namun juga berupaya mendukung penyelesaian berbagai problematika sosial-kemanusiaan yang terjadi di berbagai negara. Salah satu organisasi PBB yang memiliki peranan penting dalam menangani masalah ini adalah UNDP (United Nations Development Programme). UNDP merupakan organisasi program pembangunan yang merupakan bagian dari struktur Dewan Umum PBB (United Nations General Assembly), yang didirikan pada 1965. Sebagian besar anggaran operasional dan anggaran bantuan UNDP disubsidi oleh negara-negara maju yaitu Amerika Serikat sebesar 243 juta US Dollar,

Upload: hoangdang

Post on 09-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

| 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki milenium ketiga konstelasi politik internasional ternyata tidak

hanya di dominasi oleh aktor-aktor formal saja (negara), namun juga organisasi

internasional. Keberadaanya bukan hanya sebagai aktor komplementer, namun telah

memiliki posisi tawar yang penting. Salah satu organisasi internasional dalam hal ini

adalah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yang keberadaanya bukan hanya sebagai

sebagai forum negara-negara dunia, namun saat ini telah berperan sebagai pembuat

kebijakan internasional yang sangat penting.

Perkembangan dunia yang semakin kompleks membuat peran PBB tidak

hanya berfokus pada upaya mewujudkan perdamaian saja, namun juga berupaya

mendukung penyelesaian berbagai problematika sosial-kemanusiaan yang terjadi di

berbagai negara. Salah satu organisasi PBB yang memiliki peranan penting dalam

menangani masalah ini adalah UNDP (United Nations Development Programme).

UNDP merupakan organisasi program pembangunan yang merupakan bagian

dari struktur Dewan Umum PBB (United Nations General Assembly), yang didirikan

pada 1965. Sebagian besar anggaran operasional dan anggaran bantuan UNDP

disubsidi oleh negara-negara maju yaitu Amerika Serikat sebesar 243 juta US Dollar,

| 2

Inggris sebesar 233 juta US Dollar dan Uni Eropa sebesar 921 juta US Dollar, serta

negara-negara lainnya antara lain Jepang, Belanda, Norwegia dan Swedia.1

Pada tahun 1971, UNDP digabungkan dengan Lembaga bantuan Teknik PBB

(The United Nations Special Fund Technical Expanded Program). Hingga pada tahun

2010— merujuk pada jangkauan akhir karya penelitian ini, UNDP telah memiliki

anggota sebesar 166 negara dunia atau sekitar 92 persen dari jumlah total negara di

dunia. Dalam mekanismenya, UNDP pada umumnya menjalankan kerjasama dengan

pemerintah negara setempat, sekaligus dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

setempat. Sejak dibentuk pada tahun 1965 hingga pada tahun 2007, UNDP memiliki

lima fungsi pokok yaitu : 2

a. Mewujudkan demokrasi dalam suatu negara.

b. Penanggulangan kemiskinan.

c. Membantu suatu negara untuk bangkit dalam keterpurukan.

d. Perluasan energi untuk keseimbangan lingkungan.

e. Penanggulangan HIV/AIDS.

1 “United Nations Development Program : History and Budget”, http://www.undp.org.,

diakses pada tanggal 5 November 2011. 2 Ibid.

| 3

Keberadaan UNDP sebagai organisasi internasional semakin penting dengan

berperan sebagai publisator dua laporan, yang mampu ditujukan sebagai tolok-ukur

bagi kemajuan suatu negara. Kedua laporan ini yaitu :3

a. Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report).

b. Indeks Pembangunan Manusia (Human Index Development).

Kompleksitas berbagai permasalahan yang terjadi di negara-negara dunia,

termasuk Indonesia, mendorong UNDP untuk merumuskan kebijakan sebagai

langkah terobosan strategis, yang dinamakan dengan “Millenium Development

Goals” atau MDGs.4 Program ini merupakan strategi yang direncanakan untuk

diimplementasikan di negara-negara dunia dari tahun 2000-2015.

MDGs berisi tentang delapan butir ketentuan yang diratifikasi pada bulan

September 2000 di Sekretariat PBB di New York Amerika Serikat. Tujuan-tujuan

dari MDGs antara lain yaitu :5

1. Realisasi program pengentasan kelaparan (eradicate extreme poverty and

hunger).

2. Realisasi pendidikan sesuai dengan standar internasional (achieve universal

primary educations).

3 Ibid. 4 Ibid. 5 “Millenium Development Goals”, http://www.developmentgoals.org., diakses pada tanggal 5

November 2011.

| 4

3. Realisasi persamaan gender dan kekuasaan perempuan (promote gender

equality and empower women).

4. Realisasi pengurangan tingkat kematian anak (reduce child mortality). yang

setidaknya mengurangi dua pertiga angka kematian anak di bawah usia lima

tahun.

5. Realisasi program meningkatkan kesejahteraan ibu (improve maternal health).

6. Realisasi program perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit-

penyakit lainnya (combat HIV-AIDS and other diseases).

7. Realisasi program pelesatrian lingkungan (ensure environmental

sustainability).

8. Realisasi program kerjasama internasional (development a global partnership

development).

Hingga pada tahun 2007, UNDP dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang

bernama Kemal Dervis, seorang berkebangsaan Turki yang menjabat sejak 5 Mei

2005. Sebelumnya Dervis menjabat sebagai Menteri Keuangan Turki dan pejabat

senior di Bank Dunia (World Bank). Dalam kinerjanya, UNDP juga membentuk

beberapa duta yang masing-masing sebagai berikut :6

a. Duta Internasional (Global Ambassador), yang didominasi oleh tokoh-tokoh

olahrawagan dan artis dunia, antara lain yaitu Nadine Gordimer, Missako

6 “UNDP : Godwill Ambassador”, http://www.undp.org., diakses pada tanggal 6 November

2011.

| 5

Kono, Ronaldo, Zinedine Zidane, Crown Prince Haakon Magnus of Norway,

Didier Drogba, Maria Sharapova, Angelina Jolie dan Lang-Lang.

b. Duta Regional (Regional Ambassador) yaitu Muna Wassef, Husein Fahmy,

Adel Emmam dan Khaled Abdol Naga.

c. Honorary Human Development Ambassador yaitu Pangeran Basma Bin Talal

dari Yordania.

d. Honorary Advisor on Sport and Debelopment yaitu Syndiely Wade.

e. Youth Emmiseries yaitu Dikembe Mutombo, Baaba Maal dan Maria de

Lurdes Mutola.

Keberadaan duta-duta UNDP tersebut jelas memiliki maksud dan tujuan yang

tertentu karena pada prinsipnya tokoh-tokoh di atas merupakan figur yang berada di

luar spektrum politik internasional. Pembentukan duta internasional oleh UNDP

seperti yang telah diuraikan di atas terdapat indikasi bahwa kebijakan ini memiliki

tujuan atau kepentingan tertentu, bukan sekedar eforia politik semata karena seperti

diketahui bersama pembentukan duta non-struktural merupakan hal yang ‘baru’ yang

belum teruji efektifitas dan akuntabilitasnya. Menurut Jessiah Chruchlow yang

membidangi kajian organisasi internasional dari Universitas Princenton menyatakan

bahwa :

“...perkembangan dunia mengharuskan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) bersama-sama dengan anak organisasinya untuk menjalankan model adaptatif normatif. Apa yang terjadi saat ini berhasil membangun beberapa

| 6

stigma negatif tentang kinerja PBB selama ini. Untuk itu, berbagai kebijakan sebagaimana pembentukan duta-duta diharapkan menjadi solusi sekaligus penyeimbangan penanganan masalah tersebut.”7

Dengan demikian maka dapat difahami bahwa langkah UNDP dalam

mengedepankan fungsi duta internasional sebagai strategi dalam pencapaian MDGs

merupakan bagian dalam menangani tantangan terkini. Masalah-masalah yang

berkaitan dengan dinamika politik internasional menyebabkan peran PBB dipandang

tidak lagi netral atau setidaknya tidak lagi dapat mengakomodasi kepentingan negara-

negara dunia akibat berbagai persoalan, sebagaimana campur-tangan dari aktor-aktor

luar negeri seperti Amerika Serikat dan Sekutunya. Inilah yang menjadikan posisi

duta-duta internasional menjadi begitu penting.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian karya penulisan tesis ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menjawab rumusan masalah dan membuktikan hipotesa tentang

dinamika pelibatan duta-duta internasional untuk mendukung pencapaian

MDGs oleh UNDP.

2. Untuk mengetahui tentang tentang berbagai problematika yang dihadapi oleh

UNDP dalam mendukung pencapain MDGs dalam konteks internasional.

7 Jessiah Chruchlow, “More Effective To Build Adaptation of International Organization”

dalam Richard Win Jones, International Organization Regime, Pinter Press and Publising London, 2004, hal.28.

| 7

3. Untuk mengetahui tentang sejauh mana efektifitas pelibatan duta-duta

internasional di luar struktural UNDP dalam mendukung pencapain MDGs

dalam konteks internasional.

4. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh dalam memperoleh gelar pasca

sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan spesialisasi prodi

Hubngan Internasional pada Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

C. Tinjauan Pustaka (Literature Review)

Kajian tentang peran organisasi internasional di negara-negara dunia ketiga

sebenarnya telah banyak dibahas oleh para akademisi dan praktisi dunia, namun yang

perkembangannya dari tahun ke tahun cenderung statis. Disamping itu, banyak pihak

yang meragukan netralitas dan efektifitas dari peran dan upaya-upaya organisasi

internasional dalam menyelesaikan berbagai problematika yang terjadi di negara

dunia ketiga.

Salah satu tulisan mengenai peran UNDP dikemukakan oleh Geofanny

Stockhorst seorang pakar politik internasional dari Brusell-Belgia yang menyatakan

bahwa perkembangan modernisasi dan dinamika kekinian (current condition)

| 8

menyebabkan UNDP memerlukan gagasan baru dan energi baru. Nantinya ini

ditujukan untuk menyesuaian dengan berbagai permasalahan yang ada.8

Kemudian Stockhorst juga menyatakan bahwa strategi penguatan kultur

organisasi untuk membentuk rezim organisasi yang kuat menjadi penting untuk terus

diupayakan oleh UNDP. Artinya berhasil atau tidak dari program-program yang

dijalankan berasal dari kemampuan manejemen organisasi internasional itu sendiri.

Preposisi lainnya dikemukakan oleh Dianne M. Young dalam tulisannya

”Another Rule of International Organization Regime” yang menyatakan bahwa :

”...UNDP saat ini menjadi organisasi yang memiliki peranan vital

dibandingan dengan organisasi-organisasi PBB lainnya. Saat ini frekuensi perang terbuka semakin menurun dan di saat yang sama masalah-masalah sosial dan ketertinggal pembangunan di beberapa negara dunia ketiga menjadi bagian dari ranah kinerja UNDP. Perlu revitalisasi program-program dan kerangka fungsi UNDP melalui penggalangan anggaran dan solidaritas masyarakat internasional.”9

Menanggapi hal ini penulis dapat mengkritisi bahwa masalah yang juga

berkembang harus terus dihadapi oleh organisasi internasional melalui berbagai

strategi secara empiris dan komprehensif, namun yang terpenting bukan hanya

menyangkut organisasi internasional sendiri, namun juga aktor-aktor lainnya di luar

struktur organisasi. Saat UNDP membentuk duta internasional maka ini tidak lain

8 Geoffany Stockhorst, “ Long Lasting of Role International Organization”, Journal of Public

Policy, Big Fountain Press and Publishing, Brusell, 2004, hal.114. 9 Dianne M. Young and Christhoper Adller, The Four Reformation of UNDP, Palgraff

Publishing, New York, 2004, hal.49.

| 9

untuk mentransformasikan masalah-masalah yang terjadi di dunia untuk

menjadikannya sebagai problematika bersama.

UNDP sendiri merupakan organisasi yang memiliki seting internasional.

Artinya program-program organisasi internasional tidak berlaku bagi negara per-

negara, sedangkan masalah-masalah sosial yang terjadi berbagai negara dunia banyak

yang memiliki perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Disinilah arti

penting duta internasional bagi UNDP dimana sebagian dari mereka yang berasal dari

wilayah-wilayah Asia, Afrika dan lainnya diharapkan dapat mengerti sebenarnya

akan masalah yang terjadi.

Kemudian menanggapi preposisi yang diungkapkan oleh Dianne M. Young

dalam tulisannya ”Another Rule of International Organization Regime” bahwa

masalah-masalah pembangunan negara-negara dunia tidak hanya berorientasi pada

faktor anggaran. Penulis sendiri berpendapat bahwa pelibatan duta-duta internasional

menjadi mampu menjadi stimulus bagi negara-negara dunia ketiga untuk dapat

bangkit dan membangun di wilayahnya masing-masing dengan sikap kemandirian

sekaligus untuk melengkapi berbagai bantuan luar negeri, baik yang dialokasikan

oleh UNDP ataupun organisasi-organisasi donor lainnya. Nantinya ini akan

mendukung kinerja UNDP secara umum sehingga lebih mudah dalam pencapaian

MDGs.

| 10

D. Pokok Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang masalah pada uraian sub-bab sebelumnya,

maka dapat ditarik sebuah pokok permasalahan yaitu :

1. Apa faktor-faktor yang mendorong UNDP dibalik upayanya untuk melibatkan

duta-duta internasional dalam mendukung pencapaian MDGs ?

2. Mengapa strategi pelibatan duta-duta internasional sebagian besar di dominasi

oleh kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit hingga

tokoh-tokoh masyarakat dunia ?

E. Kerangka Dasar Teori

Dalam rangka menjawab pokok permasalahan dan menarik hipotesa, maka

dalam penelitian ini penulis akan didukung oleh beberapa pendekatan teori dan

konsep yang relevan dengan tema yang sedang dibahas, yaitu teori efektifitas

organisasi internasional yang kemudian akan dielaborasi dengan teori kebijakan

publik. Pendekatan ini dipilih karena mampu menjabarkan secara mendalam tentang

dinamika pelibatan duta-duta internasional oleh UNDP dalam mendukung pencapaian

MDGs.

Kemajuan percaturan politik dunia yang semakin kompleks, membuat

lingkungan internasional tidak hanya didominasi oleh aktor-aktor formal negara IGOs

(international government/state organization), namun juga aktor-aktor non-formal

| 11

(international non-government/state organization). Pada umumnya keberadaan aktor

internasional tersebut menjadi representasi dari rezim lingkungan internasional

(international environmental regimes), yang pada umumnya mekanisme dan prinsip

dasarnya mencakup lima aspek yaitu :10

a. Prinsip (princilples).

Aspek ini merupakan bagian dari penting dari efektifitas program organisasi

internasional karena disinilah organisasi dalam bergerak sesuai dengan

kapasitas dan seting pembentukan organisasinya saat pertama kali didirikan.

Pengingkaran terhadap prinsip berarti akan mengarah ke perpecahan atau

kegagalan dari misi sejak awal (comulative cleavages).

b. Norma (norms).

Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi

internasional karena disinilah organisasi internasional harus berorientasi dan

memegang teguh pada norma-norma yang diyakini saat pertama kali dibentuk.

Dengan kata lain aspek norma memiliki makna penting setelah aspek prinsip,

karena dalam menjalankan misi, norma menjadi pegangan bagi para

10 Levy Young and Zurn dalam Oran R. Young and Marc A. Levy, The Effectiveness of

International Environmental Regimes, The MIT Press, Cambridge, Massachusetts, London, 1999, hal.1.

| 12

stakeholder organisasi internasional untuk terus berpegang pada sistem yang

telah digagas oleh organisasi internasional itu sendiri.

c. Aturan (rules).

Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi

internasional karena disinilah organisasi internasional harus dapat

menyeimbangkan kinerjanya dengan berbagai ketentuan yang berkembang.

Pada aspek ini organisasi internasional dituntut dapat menjalankan fungsi

adaptative rule (penyesuaian dengan aturan) yang berkembang untuk

mencapai misi-misinya, antara lain dengan merubah dan menghapus

ketentuan-ketentuan yang dianggap tidak lagi relevan dengan menggantinya

dengan aturan atau gagasan-gagasan baru untuk mendukung efektifitas misi.

d. Prosedur (procedures).

Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi

internasional yang hampir sama dengan aspek aturan. Makna penting prosedur

dalam efektifitas organisasi internasional adalah menyangkut upaya

menyeimbangkan melalui langkah penyejajaran diri (koherenisasi) dengan

entitas-entitas internasional, baik aktor negara ataupun swasta asing.

| 13

e. Program (programme).

Aspek ini merupakan bagian penting dari efektifitas program organisasi

internasional karena disinilah organisasi internasional dapat memainkan

perannya untuk menerapkan solusi-solusi kreatif yang belum pernah ada

sebelumnya. Aspek program berperan penting dalam menentukan

keberhasilan misi organisasi internasional karena aspek ini sangat fleksibel

dan tidak bertentangan dengan aspek-aspek lainnya, misalnya prinsip, norma,

aturan ataupun prosedur.

Jika dikaitkan dengan motivasi UNDP dalam melibatkan duta-duta

internasional maka hal ini tidak lepas dari aspek norma, prosedur dan program. Sejak

dekade 1970-an, UNDP terus menjadi organisasi pembangunan dunia yang

dihadapkan pada berbagai persoalan yang berkembang secara kompleks. Puncaknya

adalah momentum milenium ketiga, dimana kelompok negara-negara dunia ketiga

dihadapkan pada persoalan-persoalan penting yang terangkum dalam MDGs.

Program-program UNDP yang bersifat universal ternyata tidak cukup

mengakomodasi dan menyelesaikan secara efektif berbagai persoalan yang terjadi.

Inilah yang menjadi awal dari pembentukan duta internasional.

Jika dikaitkan dengan aspek norma, prosedur dan aturan maka keberadaan

UNDP dengan program MDGs dihadapkan pada persoalan klasik yaitu tentang

kapasitas dan fleksibilitas kinerja organisasi itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan

| 14

mainstream yang menyangkut posisi UNDP sendiri sebagai bagian dari organisasi

PBB, sedangkan dominasi dan campur-tangan negara-negara Barat, khususnya

Amerika Serikat dan Uni Eropa begitu besar yang membuat kinerja dan peran UNDP

menjadi sangat dilematis.

Ketentuan-ketentuan tersebut harus dapat dijalankan sebagai media untuk

berinteraksi dengan pemerintah ataupun aktor lainnya di sebuah wilayah yang

menjadi obyek isu (problematika) yang mengemuka. Hal inilah yang menjadi cikal

bakal efektifitasi program dari organisasi internasional yang dalam hal ini berarti

UNDP melalui programnya MDGs dalam ikut mendukung penanganan berbagai

problematika sosial yang terjadi di berbagai negara dunia, antara lain akses terhadap

pendidikan dasar, penanganan kelaparan, penegakan demokrasi dan masalah-masalah

lainnya yang terangkum dalam program MDGs.

Menurut Oran R. Young and Marc Levy, definisi dari efektifitas terkait peran

organisasi internasional dalam ikut mendukung penyelesaian problematika di negara-

negara dunia adalah sebagai berikut :

“…Effectiveness is a matter of the contribution that institution make to

solving the problems that motivate actors to invest the time and energy needed to create them. On closer examination, however, effectiveness emerges as an elusive concept. it can mean a number of different things and some of its meanings require difficult normative, scientific and historical judgment”.11

11 Ibid, hal.3.

| 15

Kemudian dalam mencapai efektifitas suatu organisasi internasional secara

umum memerlukan tiga pendekatan utama, masing-masing yaitu :12

a. Level kemampuan penyelesaian masalah.

Ketentuan ini berhubungan dengan seting awal organisasi (setting of

organization). Artinya sebuah organisasi relevansinya berhubungan dengan

tujuan awal saat dibentuk. Suatu organisasi yang bergerak di bidang

keamanan (securityzing organisation) tentunya tidak akan efektif dalam

menjalankan bentuan kemanusiaan, meskipun sama-sama bergerak pada

penanganan konflik karena ini berkaitan kemampuan penyelesaian masalah

yang berhubungan dengan program, fasilitas, kepemimpinan dan lain-lainnya.

b. Level kerjasama dan kolaborasi dengan aktor lain.

Ketentuan ini berkaitan dengan bagaimana sebuah organisasi

internasional dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain. Ini penting

mengingat berbagai permasalahan selalu terdapat berbagai hal yang bersifat

non teknis. Selain itu, organisasi internasional umumnya memiliki program

atau agenda yang berlaku secara universal tidak secara spesifik diterapkan

kepada negara pernegara. Pada akhirnya rezim organisasi internasional perlu

12 George W. Smith and Cristopher Ellen, International Organization : Minimum Risk for

Maxiumum Profit, Quantana Press and Publisher, Otawa, 2002, hal23.

| 16

menjalin kerjasama dengan pihak lain. Masalah yang akan muncul jika

partner-partner kolaborasi tersebut cenderung non-kooperatif.

c. Level pembangunan strategi baru pendahulu masalah.

Ketentuan ini berkaitan dengan bagaimana sebuah organisasi

internasional dapat membangun bentuk-bentuk strategi baru dalam

menyelesaian masalah yang sedang berlangsung. Umumnya problematika

yang muncul di negara-negara dunia ketiga terjadi dalam akumulasi kurun

waktu yang panjang dan bukan muncul secara reaksioner dalam waktu yang

singkat. Dengan kata lain kasus yang terjadi sebenarnya telah menjadi

masalah yang kadaluarsa (out of date) dan tentunya pemerintah negara-negara

yang bersangkutan telah menjalankan berbagai upaya dan kebijakan, namun

tentunya belum dapat berjalan dengan sukses dan efektif. Disinilah kemudian

rezim organisasi internasional dituntut dapat membangun berbagai strategi

dan kebijakan yang moderen dan revolusioner.

Paparan mengenai ketiga pendekatan di atas kemudian terintegrasi dalam

suatu sistem yang masing-masing memiliki keterkaitan dan tujuan akhirnya yaitu

tercapainya efektifitas dan standarisasi penyelesaian masalah organisasi internasional

| 17

itu sendiri.13 Gambaran mengenai alur kerja pendekatan ini dapat dilihat pada skema

1.1. sebagai berikut :

Skema 1.1.

Alur Mekanisme Kebijakan Organisasi Internasional

Penyusunan Strategi Baru

Dalam Penyelesaian Masalah

Sumber : George W. Smith and Cristopher Ellen, International Organization : Minimum Risk for Maxiumum Profit, Quantana Press and Publisher, Otawa, 2002, hal.23.

Skema 1.1. di atas dapat dijelaskan bahwa efektifitas program organisasi

internasional dalam kapasitas penyelesaian masalah ternyata berkaitan dengan waktu,

13 Ibid.

Kapasitas

Penyelesaian Masalah

Rezim Organisasi

Internasional

Tingkatan Kolaborasi

dan Kerjasama Dengan

Aktor Lain

Permasalahan Sosial

| 18

dimana apabila tidak ditangani dengan segara masalah yang berkembang akan

menjadi persoalan yang lebih besar. Kemudian rezim organisasi internasional yang

telah menjalankan kolaborasi dan kerjasama dengan aktor lain akan bersama-sama

bergerak untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam program baru dan

penyesuaian norma-norma yang telah dianggap tidak lagi relevan dengan kondisi

yang terjadi.

Skema di atas dapat dijelaskan bahwa kapasitas penyelesaian masalah menjadi

bagian penting penyelesaian masalah sosial dan ini menjadi bagian integral dari

fungsi organisasi internasional (UNDP). Kemudian tingkatan sejajar selanjutnya

rezim organisasi internasional, dimana ini berhubungan dengan institutional setting

yang membentuk kiprahnya dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial dunia.

Yang terakhir adalah level kolaborasi dan kerjasama terhadap aktor lainnya.

Pada akhirnya peran UNDP tersebut dihadapkan pada masalah-masalah dunia

yang terus berkembang. Apabila dikaitkan dengan skema 1.1. di atas maka ini relevan

karena masalah sosial (social problem) juga berkembang yang diwakili melalui arah

panah ke kanan. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa pembentukan duta-

duta internasional oleh UNDP tidak lain adalah untuk mengejar kemampuan.

Alur instrumentasi mekanisme kebijakan organisasi internasional menurut

Smith dan Ellen menekankan bahwa rezim organisasi internasional harus dapat

membangun konsep ‘adaptative normative’ dan ‘adaptative exection’, dimana kedua

hal ini memang diperlukan untuk menyeimbangkan antara peran dengan masalah-

| 19

masalah yang tidak diperkirakan sebelumnya. Dengan kata lain organisasi

internasional harus kreatif mengembangkan peran secara ‘multi role’, meskipun

sebelumnya ketentuan ini belum ada pada aspek ideologi ataupun prosedural dan

organisasi internasional.

Dalam mengembangkan peran secara ‘multi role’ peran organisasi

internasional yang paling rasional adalah dengan melibatkan aktor lain untuk

memperjuangkan misi dalam konteks diplomasi publik. Ini dikarenakan dengan

upaya tersebut maka organisasi internasional tidak akan mengalami dikotomi dengan

pertentangan mengenai aspek prinsip, norma dan prosedur yang selama ini telah

dijalankanya.

Diplomasi dapat dibedakan menjadi beberapa kategori. Apabila ditinjau

tingkat efektifitasnya maka diplomasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :14

a. Diplomasi lunak (soft power diplomacy) yaitu sebuah diplomasi yang

dijalankan atas dasar kesepahaman, baik dari negara subyek atau obyek untuk

mencapai sebuah tujuan yang saling menguntungkan (win-win solutions).

b. Diplomasi mengikat (hard power diplomacy) yaitu sebuah diplomasi yang

dijalankan melalui paksaan (coercion) yang umumnya dijalankan oleh negara

yang memiliki posisi tawar (bargain position) tinggi terhadap negara-negara

14 W.M Bakker SJ. Filsafat Kebudayaan : Sebuah Pengantar, BPK Gunung Mulia, Jakarta,

1984, hal. 14-39.

| 20

yang memiliki posisi tawar rendah. Umumnya diplomasi mengikat hanya

lebih menguntungkan salah satu pihak saja.

Perkembangan situasi dunia yang tidak menentu belakangan ini baik dalam

tatanan politik maupun dalam dimensi ekonomi telah menimbulkan berbagai krisis

yang membawa dampak cukup serius dalam Hubungan Internasional, hubungan Barat

dan Timur, hubungan negara maju dan Negara berkembang. Keadaan tersebut telah

meminta perhatian masyarakat Internasional bekerja sama untuk menanggulanginya.

Diplomasi tidak selamanya menunjukan hasil yang optimal bagi hubungan antar

negara. Untuk itu perlu dilengkapi antara lain dengan diplomasi kebudayaan.15

Diplomasi publik yang dimaksud adalah suatu cara pelaksanaan diplomasi

yang mempergunakan pendekatan kebudayaan sebagai sarana bantu dalam mencapai

sasaran dan tujuan, baik dalam bidang diplomasi umum maupun diplomasi khusus.

Menjalankan diplomasi publik berarti berusaha dengan sengaja dan terarah

menanamkan, mengembangkan dan memelihara citra suatu negara di luar negeri yaitu

meliputi tiga hal yaitu :16

a. Menanamkan, bila citra yang baik belum ada.

b. Mengembangkan, bila telah ada usaha untuk menumbuhkan citra tersebut.

15 Ibid. 16 Tulus Warsito, Diplomasi kebudayaan : Dalam Strategi Politik Luar Negeri Negara-

negara Sedang Berkembang, Universitas Muhammadiyah Press, Yogyakarta, 1998, hal.4.

| 21

c. Memelihara, apabila di suatu tempat telah lahir suatu citra yang baik

mengenai kebudayaan suatu negara.

Jika dikaitkan dengan teori efektifitas peran organisasi internasional yang

dikemukakan oleh George W. Smith dan Christhoper Ellen maka dapat

dielaborasikan bahwa ketentuan MDGs merupakan sebuah program pencapaian yang

bersifat universal. Artinya program internasional ini sebenarnya bersifat universal,

sehingga penerapannya di negara-negara ataupun di wilayah yang berbeda tentunya

masing-masing memiliki respon yang berbeda. Dengan kata lain, konsep MDGs tidak

mampu menjembatani persoalan-persoalan sosial-politik yang berkembang di negara-

negara dunia ketiga secara spesifik, namun keberadaanya hanya bersifat umum

(general), sehingga dengan pelibatan duta-duta internasional non-strktural oleh

UNDP maka nantinya ini akan menjadi stimulus yang memnculkan ide-ide baru dari

negara-negara berkembang itu sendiri, bukan dari UNDP yang bersifat bottom up.

Apabila dilihat dari delapan butir ketentuan MDGs (lihat sub-bab latar

belakang masalah) maka kesemuanya berhubungan dengan dinamika sosial-politik

yang berkembang di suatu negara. Inilah yang menjadi tolak ukur bahwa bagaimana

efektifitas dari MDGs akan berhubungan dengan kemampuan penyelesaian masalah,

kerjasama dan kolaborasi dengan aktor lain, serta level pembangunan strategi baru

sebagai pendahulu masalah.

Meskipun regionalisme dan internasionalisme telah berkembang secara pesat,

namun pada kelompok negara dunia ketiga, isu mengenai kedaulatan negara-bangsa

| 22

masih menjadi persoalan yang sensitif. Berbagai masalah sosial-politik yang

berkembang membuat peran organisasi internasional, termasuk UNDP akan

dihadapkan pada persoalan tentang kiprah PBB yang dipersepsikan sebagai

perpanjangan tangan negara-negara adikuasa dan berbagai masalah lainnya.

Dengan melibatkan duta-duta internasional sebagian besar didominasi oleh

kalangan muda (kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit

hingga tokoh-tokoh masyarakat dunia) maka ini akan menyebabkan sebuah efek,

’negara kami adalah kamu yang mengerti’. Dengan duta-duta muda maka ini akan

menjadi energi baru karena posisinya dianggap sebagai ”counter hegemonic regime”.

Kolaborasi bagi aktor-aktor lainnya telah menjadi ’kebiasaan’ bagi UNDP dan

pada era milenium ketiga bersamaan dengan berkembangnya globalisasi, organisasi

ini memerlukan strategi baru. Nantinya ini akan menjadi ’new strategy of trouble

shooter’ dalam menangani masalah-masalah sosial yang ada dalam kerangka konsep

pencapaian MDGs.

F. Hipotesis

Melalui pendekatan kerangka dasar pemikiran diatas maka dapat ditarik

hipotesis yaitu :

a. Motivasi yang mendorong UNDP dalam melibatkan duta-duta internasional

untuk mendukung pencapaian MDGs adalah kompleksnya masalah

| 23

pembangunan negara-negara dunia dan lemahnya peran PBB selama ini

karena adanya campur-tangan dari luar organisasi, yaitu kelompok negara

adikuasa yang memiliki kepentingan-kepentingan taktis dan strategis yang

banyak berseberangan dengan kepentingan/aspirasi kelompok negara dunia

ketiga sebagai obyek peran PBB, khususnya UNDP itu sendiri.

b. Alasan tindakan pelibatan duta-duta internasional sebagian besar didominasi

oleh kalangan muda (kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain

artis, atlit hingga tokoh-tokoh masyarakat dunia) ditujukan oleh UNDP

untuk membangun kultur penyelesaian masalah-masalah sosial internasional

sebagai masalah bersama dalam mekanisme diplomasi publik yang

berorientasi pada upaya membangun solidaritas bersama dan membangun

fungsi pemberdayaan negara-negara dunia ketiga, yang pada akhirnya dapat

membangun stimulus dan ide-ide baru yang berasal dari kelompok negara

dunia ketiga itu sendiri.

G. Metodelogi Penelitian

Secara umum metode analisa dalam penelitian ini adalah menggunakan tipe

penelitian eksplanatif, yang dimaksud tipe penelitian eksplanatif adalah memberi

gambaran yang bersifat penjelasan dan perkembangan tentang efektifitas pelibatan

duta-duta internasional oleh UNDP dalam pencapaian MDGs.

| 24

1. Metode Penelitian

Menurut Casel and Simon, metode kualitatif merupakan metode penelitian

ilmu sosial yang berusaha melakukan deskripsi dan interpretasi secara akurat

mengenai makna dari gejala yang terjadi dalam konteks sosial. Metode ini

menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis atau terucapkan. Metode

kualitatif juga berusaha memberikan gambaran menyeluruh tentang situasi yang

sedang dipelajari oleh peneliti.17

2. Strategi Penelitian

Salah satu strategi penelitian yang dikembangkan dalam metode kualitatif

adalah studi kasus. Studi kasus, menurut Noeng Muhadjir adalah usaha menemukan

kebenaran ilmiah secara mendalam dan dalam jangka waktu lama. Studi ini berusaha

menemukan kecenderungan, pola arah dan interaksi banyak faktor yang dapat

memacu atau menghambat perubahan. Studi kasus sangat bermanfaat untuk

memahami suatu kasus secara menyeluruh dan mengetahui prospeknya dimasa

depan.18

Berdasarkan pertimbangan diatas, metode untuk penelitian ini dapat disebut

sebagai metode studi kasus interpretatif. Dalam pengertian, bahwa metode ini akan

17 Catherine Cassel and Gillian Symon (ed), Qualitative Methods in Organizational Research,

Sage Publications, London, 1994, hal.3-4. 18 Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain dan Metode, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1996,

hal.4.

| 25

menekankan pada upaya interpretasi dan bukan kuantifikasi dari data yang

dikumpulkan. Hal ini dikarenakan berbagai kesulitan melakukan wawancara dengan

para pelaku, studi ini lebih berorientasi pada studi kepustakaan yang dilengkapi

dengan wawancara mendalam dengan para ahli.

Dalam kegiatan ini perlu juga ditambahkan bahwa unit analisis dari penelitian

ini adalah institusi politik dan non-politik. Informasi dari individu yang dikumpulkan

berupa pernyataan, catatan dan tulisan dianggap sebagai wakil dari institusi.

Bagaimanapun orang-orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan

biasanya terbatas jumlahnya sehingga mereka dianggap sebagai wakil institusi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dalam studi

kepusatakaan (libraryan research) yaitu dengan mengumpulkan dokumen dan

interview mendalam dengan para ahli. Dokumen berupa teks-teks tertulis dalam

bentuk artikel, buku, berita surat kabar, dan juga dokumen resmi, serta publikasi data

internet (web site).

H. Jangkauan Penelitian

Karya penelitian ini dibatasi pada periode tahun 2001-2010. Dipilih periode

tahun tersebut karena penulis berpendapat mampu merepresentasikan berbagai

| 26

dinamika dan efektifitas realisasi program-program UNDP dalam pencapaian MDGs

di dunia pada bidang pendidikan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa

tahun 2001 merupakan peiode pencanangan pencapaian pembangunan milenium,

sedangkan tahun 2010 merupakan tahun yang merepresentasikan pelibatan UNDP

terhadap kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit hingga

tokoh-tokoh masyarakat dunia. Jangkauan diluar interval tahun tersebut sedikit

dibahas selama masih ada keterkaitan dan relevansi dengan tema yang sedang

dibahas.

I. Sistematika Penulisan

Karya penelitian ini terbagi atas lima bab yang masing-masing akan diuraikan

sebagai berikut :

BAB I yang merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, pokok permasalahan, kerangka dasar

teori, hipotesis, metode penelitian, strategi penelitian dan teknik pengumpulan data,

serta sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang profil UNDP, mencakup sejarah dan

perkembangan program MDGs, dan deskripsi duta-duta internasional oleh UNDP,

meliputi duta global, duta regional, serta berbagai duta lainnya dalam mendukung

pencapaian tujuan pembangunan milennium (MDGs).

| 27

BAB III merupakan bab analisa pembuktian hipotesa yang membahas tentang

motivasi atau alasan yang mendorong UNDP dalam melibatkan duta-duta

internasional untuk mendukung pencapaian MDGs adalah kompleksnya masalah

pembangunan negara-negara dunia dan lemahnya peran PBB selama ini karena

adanya campur-tangan dari luar organisasi, yaitu kelompok negara adikuasa.

BAB IV merupakan bab analisa pembuktian hipotesa yang membahas tentang

Alasan tindakan pelibatan duta-duta internasional sebagian besar di dominasi oleh

kalangan muda (kalangan di luar ranah fungsional UNDP, antara lain artis, atlit

hingga tokoh-tokoh masyarakat dunia) ditujukan oleh UNDP untuk membangun

kultur penyelesaian masalah-masalah sosial internasional sebagai masalah bersama

dalam mekanisme diplomasi publik yang berorientasi pada upaya membangun

solidaritas bersama dan membangun fungsi pemberdayan negara-negara dunia ketiga

atas dasar kemandirian yang ditunjukkan dengan penurunan eskalasi masalah

pembangunan di kelompok negara berkembang dan penemuan ide-ide baru, antara

lain fenomena adaptative normative dan adaptative exection.

BAB V berisi kesimpulan dari uraian analisa pembahasan pada bab-bab

sebelumnya.