bab i pendahuluan - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t52840.pdf · cepat. dampak dari...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab satu, penulis akan menjelaskan mengenai pendahuluan yang
terdiri dari Alasan Pemilihan Judul, Tujuan Penelitian, Latar Belakang Masalah,
Pokok Permasalahan, Kerangka dasar Teori, Hipotesa, Jangkauan Penelitian,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Kerangka Penulisan, dan daftar
Pustaka.
A. Alasan Pemilihan Judul
Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknolgi informasi berjalan sangat
cepat. Dampak dari globalisasi informasi sangat signifikan, baik yang positif
maupun yang negative. Penggunaan teknologi informasi telah menyebar ke
Negara.Teknologi informasi sebagai salah satu senjata yang mendukung kekuatan
dan persatuan organisasi. Hal ini sejalan dengan kekhasan Negara yang selalu
menuntut kecepatan dan ketepatan informasi sebelum mengambil sebuah
keputusan (perumusan strategi). Ini berarti teknologi informasi akan sangat
berpengaruh terhadap perubahan strategi politik dan kebijakan suatu Negara
Bangsa.
Dewasa ini hampir seluruh sistem informasi dan teknologi yang digunakan
untuk kepentingan Negara Bangsa seperti komando, kendali, intelijen,
pengintaian, pengamatan, dan bahan pembuatan roh kebijakan politik telah
memanfaatkan kedua teknologi tersebut. Tentunya untuk menjaga faktor
keamanan dan stabilitas politik domestiknya. Mengingat lompatan kemajuan
teknologi informasi demikian pesatnya, maka perkembangan kedua teknologi
2
perlu disimak secara seksama sebagai bahan antisipasi dalam menghadapi perang
informasi pada abad ini. Banyak negara telah mengembangkan teknologi
informasi untuk perkembangannya. Dan salah satu negara yang mengalami
perkembangan teknologi informasinya guna kepentingan politik internasionalnya
adalah Republik Rakyat Tiongkok
Melihat perkembangan arus informasi dewasa ini begitu cepat dan
mudahnya kita dapat. Kita sangat dimanjakan oleh kemudahan tersebut. Semua
orang bebas mendapatkan informasi yang mereka inginkan.
Adanya kemajuan teknologi yang berupa internet, kita dapat mengakses
berbagai macam hal yang sedang terjadi saat ini, tanpa harus mendatangi tempat
kejadian. Hal ini sangat menghemat waktu dan biaya. Apa pun yang sedang
terjadi saat ini diluar kita, akan sangat cepat tersebar melalui internet. Selain itu,
saat ini internet tidak hanya menyediakan fasilitas informasi atau berita saja, ada
fasilitas dimana kita bisa terhubung oleh banyak orang dari berbagai penjuru
dunia. Fasilitas tersebut adalah sosial media. Seperti Facebook, twitter dan
sebagainya.
Selain internet, media massa memiliki peran penting dalam penyebaran
informasi yang sedang terjadi. Ketika masyarakat tidak dapat mengakses internet
karena keterbatasan tertentu, media massa merupakan alat komunikasi yang baik.
Namun, perkembangan ini tidak berlaku untuk negara Tiongkok, karena
masyarakat Tiongkok tidak memiliki kebebasan untuk mengakses internet seperti
negara lain. Setiap konten internet yang masuk ke Negara Tiongkok, harus
melalui tahap filterisasi. Akibatnya banyak konten yang diblokir. Dengan
3
tindakan Tiongkok seperti itu, Tiongkok mendapat julukan “The Great
Firewall”.
Oleh karena melihat hal-hal tersebut diatas yang membuat penulis ingin
mencari tahu dan tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi tentang permasalahan apa
kepentingan Tiongkok membentuk The Great Firewall. Dengan hal tersebut,
maka penulis mengambil judul “Kepentingan Tiongkok membentuk The Great
Firewall pada tahun 1994-2009”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dan kegunaan akademis yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi
ini adalah melakukan identifikasi dan mengetahui bagaimana kepentingan
Tiongkok membentuk The Great Firewall pada tahun 1994-2009 serta dampak
yang ditimbulkan dari kepentingan tersebut.
Dan pada umumnya tujuan penelitian ini adalah sebagai syarat unuk
memperoleh gelar S1 pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
C. Latar Belakang
Pada tahun 1993 bulan Mei Jiang Zemin di lantik menjadi presiden
Tiongkok menggantikan Yang Shangkun. Jabatan presiden yang diemban Jiang
Zemin pada saat itu dioptimalkan betul untuk mengamankan dan menjaga
keberlangsungan pemerintahannya dan sistem pemerintahan sosialis komunis
yang dianut Republik Rakyat Tiongkok dari dulu sampai sekarang. Pada tahun
4
1993 Jiang Zemin mulai melakukan integrasi data base intenet network militernya
dan pada tahun 1994 pengetatan akses layanan informasi negatif yang terkait
pemerintah Tiongkok dalam bentuk pembuatan Firewall internet, yang bisa
memonitoring dan memfilter akses internet masyarakatnya yang bisa membuat
masyarakatnya kritis terhadap sikap politik atau kebijakan pemerintah yang
berkuasa sesuai sembilan kebijakan dasar Den Xiaoping poin yang keenam“
Acceptance of Foreign Corporations and technology”.1
Di Cina, internet dimulai dengan pengiriman e-mail oleh Profesor Qian
Tianbai pada tanggal 20 September 1987. Sejak saat itu, internet di Cina
berkembang pesat. Didaftarkannya nama domain CN (.cn) kepada DDN-NIC oleh
Profesor Qian Tianbai Oktober 1990.2 Adanya internet membuat Cina menjadi
semakin kuat dalam bidang teknologi informasi. Tetapi karena dengan sistem
negaranya yang menganut paham sosialis, Cina mengekang keberadaan internet.
Ini terjadi karena internet merupakan gudang informasi yang dapat bebas diakses
oleh siapa saja dan ini dapat menimbulkan keributan di tengah masyarakat serta
dapat mengindoktrinasi masyarakat untuk menjatuhkan Pemerintah Cina.
Pemerintah Cina berusaha untuk memblokir material-material yang subversif, ini
diimplementasikan dalam kebijakan The Golden Shield Projec yang sering
disebut “The Great Firewall” dalam bahasa politik dan internetnya. Yaitu
1PRC Regulations for the Safety Protection of Computer Information Systems (Zhonghua renmin gongheguo
jisuanji xitong anquan baohu tiaoli,),Fazhi Ribao (Legal Daily), February 24, 1994, issued by State CouncilOrder2 http://www.edu.cn/introduction_1378/20060323/t20060323_4285.shtml , diakses 28 Oktober 2011
5
sebuah teknologi yang memblokir situs-situs yang memuat susunan topik-topik
yang sensitif misalnya, demokrasi, Dalai Lama, atau Falun Gong.3
Karena dengan adanya Internet komersil yang penggunanya bisa dari semua
kalangan yang masuk ke Negara China masyakarat bisa mengakses data yang
memojokkan pemerintah China tanpa batasan dan bisa merepotkan pemerintah
China, dan ini bisa menjadi ancaman bagi pemerintah negara tersebut. Sedang
kalau control internet dilakukan dengan sebatas Firewall dirasa akan kurang
bagus karena Firewall mempunyai kelemahan yang bisa dimanfaatkan para user
internet untuk mengakses berita negatif bagi rakyat china.4
Kelemahannya yaitu,5 Firewall dapat ditembus dari luar dengan
menggunakan koneksi masuk untuk menutup layanan jaringan seperti Windows
Sharing ke arah Internet. Sebelum itu paket-paket yang datang dianalisa oleh
Firewall. Dan data yang seharusnya memproteksi malah dapat disusupi paket-
paket khusus yang memanfaatkan celah dalam Firewall yang menurut data bisa
mencapai 267 celah. Oleh karena Firewall memiliki akses penuh pada semua file
di PC, seluruh system jadi terbuka bagi hacker. Dan Firewall dapat ditembus dari
dalam melalui spyware yang mungkin terdapat pada PC anda tidak dapat
mengirimkan data penting kearah koneksi keluar internet. Sedang aplikasi apapun
yang mengirim data pasti diperiksa. Aplikasi tak dikenal akan diblokir dan baru
dibuka bila diinginkan pengguna. Bagi hacker yang kreatif selalu menggunakan
cara menyalahgunakan aplikasi yang dianggap aman oleh Firewall untuk
3 http://www.time.com/time/world/article/0,8599,1885961,00.html , diakses 28 Oktober 20114http://felix-prayogo.blog.ugm.ac.id/2011/10/30/tantangan-bagi-cina-dalam-pembangunan-di-bidang-sosial-
budaya-perkembangan-internet-dan-bagaimana-cina-menggunakannya, diakses 28 Oktober 2011/5
http://www.sikharchives.com/?p=2604, diakses 28 Oktober 2011
6
kepentingannya, browser misalnya. Hal ini sering terjadi karena Firewall kerap
kali tidak mampu membedakan apakah sebuah koneksi atau aplikasi baik atau
jahat karena tergantung setting dari pengguna. Dengan demikian, penyerang
mampu menembus system dan konsep desktop Firewall pun tidak dapat
diandalkan.
Karena kalau hanya dengan pembuatan “ Firewall” dirasa masih lemah
dalam melakukan sensor informasi yang sensitif terhadap pemerintah dan bisa di
tembus para ilmuwan komputer dengan mudah dan bisa memberikan akses
informasi sebebas-bebasnya ke masayarakat china. Hal ini yang dikawatirkan
pemerintah berkuasa saat itu.6
Internet, menurut Federal Networking Council, mengacu pada sistem global
informasi yang,7
(i) secara logis terkait bersamaan oleh sebuah ruang alamat yang unik
secara global berdasarkan Internet Protocol (IP) atau perpanjangan
berikutnya;
(ii) dapat mendukung komunikasi menggunakan rangkaian Transmission
Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) atau perpanjangan
berikutnya dan atau protokol lainnya yang kompatibel dengan IP;
(iii) menyediakan, menggunakan atau membuat mudah untuk diakses,
secara publik maupun privat, servis tingkat tinggi yang berlapis dalam
komunikasi dan infrastruktur terkait.
6http://dailysocial.net/tag/great-firewall-of-china, diakses 28 Oktober 2011
7http://www.internet-guide.co.uk/what-is-the-internet.html, diakses tanggal 27 Oktober 2011
7
Internet menjadi alat komunikasi dengan cakupan wilayah yang luas dan
memberikan banyak informasi yang disebar secara luas.8
Pemerintah Cina mengakui bahwa peran yang tidak tergantikan dari
Internet dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, mendorong
kemajuan teknologi dan ilmiah dan mempercepat transformasi informasi
pelayanan sosial, dan tempat yang secara aktif dan menekankan pada dukungan
pengembangan internet dan penerapannya.9 Cina mengakui bahwa internet
merupakan salah satu kekuatan baru di dunia yang akan membantu pembangunan
dalam negeri. Cina juga menggunakan internet sebagai salah satu alat birokrat
dalam menjalankan fungsinya di pemerintahan, yaitu melayani masyarakat. Tetapi
Cina, sebagai negara yang semi-otoritarian, membuat undang-undang internet
yang pada intinya menyatakan bahwa ada batasan-batasan tertentu yang bisa
diakses oleh rakyat Cina.
Implikasi dari undang-undang ini adalah hilangnya hak kebebasan
berpendapat netizens (sebutan untuk pengguna internet) Cina, padahal netizens di
Cina pada tahun 2010 berjumlah 420 juta dari populasi sekitar 1 miliar lebih.10
Selain itu banyak netizens yang ditangkap karena menyuarakan pendapatnya, baik
melalui email, jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, maupun blog. Salah
satunya yang terjadi pada Shi Tao, yang mengirimkan naskah pesan internal PKC
kepada situs yang berbasis luar negeri.11 Shi Tao kemudian ditangkap dan divonis
10 tahun penjara.
8 http://www.internet-guide.co.uk/what-is-the-internet.html, diakses tanggal 27 Oktober 20119 http://www.gov.cn/english/2010-06/08/content_1622956_2.htm>, diakses 26 Oktober 201110
http://www.internetworldstats.com/asia/cn.htm, diakses 26 Oktober 201111
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4221538.stm, diakses 26 Oktober 2011
8
Cina memiliki tantangan, yaitu bagaimana kemudian Cina tetap
mempertahankan internet sebagai sumber informasi dan alat birokrasi, tetapi tetap
memblokir informasi-informasi yang dianggap tidak pantas untuk ditampilkan.
Pemerintah Cina menggunakan internet sebagai alat untuk lebih dekat dengan
rakyatnya. Dengan pengguna internet yang besar dan dengan kemampuan
teknologi yang handal, Pemerintah Cina berharap agar rakyatnya dapat
memberikan andil dalam pembangunan melalui internet ini.
Tetapi Pemerintah Cina mempunyai batasan-batasan tertentu untuk tetap
menggunakan internet. Karena sistem negaranya yang berupa semi-
otoritarianisme menyebabkan isu-isu demokrasi diblokir dan situs-situs yang
menampilkan sisi buruk kepemerintahan juga diblokir. Selain itu, jika muncul
gerakan demokrasi di internet, maka Pemerintah Cina akan menangkap serta
mengadili orang-orang yang terlibat. Hal ini kemudian disinggung negara-negara
Barat dan lembaga internasional non pemerintah sebagai pelanggaran HAM,
tetapi Cina membuat justifikasi bahwa itu adalah bentuk separatisme yang muncul
dan harus diberantas demi keberlangsungan Republik Rakyat Cina.
Beberapa warga China yang ditangkap karena UU Internet adalah:12
1. Qi Yanchen 36 tahun pendiri China Development Union terkait artikelnya
yang berjudul “The Collapse of China” yang ditulis di internet dan ia
dijatuhi hukuman oleh mahkamah tingkat menengah di Changzou dengan
hukuman penjara 4 tahun;
12www. hrw.org/freedomofexpressionandinternetinchina, diakses 11 Oktober 2011
9
2. Jiang Shihua 27 tahun seorang guru di sekolah menengah di Nanchong,
Provinsi Sichuan karena memposting artikel “subverting state political
power”. Dan pengadilan menengah Nanchong menjatuhkan hukuman 2
tahun penjara.
3. Lu Xinhua seorang penulis karena tulisannya disebuah media yang terkait
masalah Hak Asasi Manusia dan Demokrasi. Dia ditangkap pada 20 April
2002.
Cina pada akhirnya sadar bahwa harus ada pembatasan yang jelas atas
internet, agar tetap dapat digunakan oleh rakyatnya sebagai sumber informasi.
Tanpa adanya pembatasan yang jelas, akan sangat jelas bahwa internet di Cina
akan menjadi abu-abu dan Pemerintah Cina dapat terus menangkap siapa saja
yang dianggap mencoba untuk menggulingkan PKC.
Rezim pemerintah mengetahui bahwa internet diperlukan untuk
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan dapat menjadi investasi besar-
besaran dalam infrastruktur kemajuan teknologi. Namun sebagian dari pejabat
pemerintah mengatakan bahwa dengan adanya dukungan internet yang bebas
dapat meruntuhkan rezim pemerintahan. Dengan kapasitas internet untuk
mempromosikan kebebasan berbicara dan perbedaan pendapat politik , Internet
dapat merusak dan akhirnya menghancurkan rezim seperti membuka komunikasi
(fax dan e-mail) secara luas dapat membantu menurunkan kudeta militer yang
dialami oleh pemerintah Soviet pada tahun 1991.13 Para pendukung pandangan
ini berpendapat bahwa tidak mungkin untuk menekan perbedaan pendapat di
13Pahlawan Indra, DAMPAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN THE GREAT FIREWALL OLEH
PEMERINTAH CHINA TERHADAP AKTIVITAS GOOGLE INC DI CHINA, Jom FISIP Volume 1 No. 2 –Oktober 2014
10
internet. Pemerintahan komunis China tidak menginginkan warganya terlalu
bebas memperoleh informasi dari internet dan media lainnya.
Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesatnya telah
membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Kegiatan
komunikasi yang sebelumnya menuntut peralatan yang begitu rumit, kini relatif
sudah digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja alat
teknologi telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan
percepatan yang menakjubkan. Kemajuan teknologi informasi di dunia
internasional memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat
internasional, dalam melakukan akses secara dunia maya begitu mudah
menjelajah dunia dan seisinya hanya dengan perangkat internet yang terhubung ke
seluruh dunia.Pengguna internet di seluruh dunia mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, ini disebabkan oleh permintaan dan kebutuhan masyarakat di
dunia terhadap pengetahuan yang luas dan tidak terbatas hanya dengan perangkat
dan jaringan internet. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang telah di
capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak
kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Kemajuan teknologi
menjadi jawaban dari kemajuan globalisasi yang kian menyelimuti dunia.
Populasi pengguna internet terbesar di dunia adalah berasal dari China.14
D. Pokok Permasalahan
Dari uraian yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalah yang bisa
diambil adalah “Mengapa Tiongkok Membentuk The Great Firewall?”
14Oliver, C & Shinal, J. “Google will censor new China service”. MarketWatch. (January 25, 2006)
11
E. Kerangka Pemikiran
Untuk membantu menjelaskan pembentukan The Great Firewall di
Tiongkok, penulis menggunakan Decision Making Theory. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. Decision Making Theory
Konsep pembuatan keputusan telah lama digunakan dalam sejarah
diplomasi dan aktivitas lembaga- lembaga pemerintahan. Studi kebijakan politik
luar negeri sangat erat kaitannya dengan teori pengambilan keputusan atau
kebijaksanaan dalam hubungan internasional. Pembuat keputusan dan pendekatan
pengambilan keputusan/ kebijakan yang menekankan pada analisis: bagaimana
keputusan atau kebijakan diambil dan siapakah yang mengambil/membuat
kebijaksanaan itu (Richard C. Snyder, H W. Bruck dan Burton Sapin, 1962).
Tujuan dari teori ini adalah suatu penganalisaan yang menjelaskan aksi- aksi
negara (kebijakan luar negeri) dalam politik internasional (world politics). Skema
sederhananya sebagai berikut : policy maker dan policy making menghasilkan
foreign policy. Pendekatan ini akan melihat adanya keterhubungan antara
lingkungan dan pengambilan atau pembuatan keputusan. Pendekatan ini juga
untuk melihat dua komponen dalam pengambilan atau pembuatan kepututusan
yakni: “the policy makers and the policy process”.
Menurut William D. Coplin, pengambilan suatu kebijakan luar negeri
dipengaruhi oleh 3 faktor determinan, antara lain :
1. Situasi politik domestik, bahwa politik dalam negeri hanyalah
seperangkat determinan yang bekerja dalam politik luar negeri negara-
12
negara. Walaupun keterbukaan suatu sistem politik atau tingkat stabilitas
dalam negeri yang dialami oleh sistem itu, bisa membentuk aspek-aspek
politik luar negeri tertentu, faktor-faktor lain juga bisa bekerja di
dalamnya, seperti kepribadian pengambil keputusan atau struktur konteks
internasional.
2. Situasi ekonomi dan militer domestik, yakni suatu negara harus memiliki
kemampuan dan kesediaan untuk menciptakan kemampuan yang
diperlukan untuk menopang politik luar negerinya. Termasuk faktor
geografis yang selalu mendasari pertimbangan pertahanan dan keamanan.
3. Konteks internasional, ada tiga elemen penting dalam membahas dampak
konteks internasional terhadap politik luar negeri suatu negara, yaitu
geografis, ekonomi, dan politis. Lingkungan internasional setiap negara
terdiri atas lokasi yang didudukinya, dalam kaitannya dengan negara-
negara lain dalam sistem itu dan juga hubungan-hubungan ekonomi dan
politik antara itu dengan negara-negara lain.15
Penjelasan lebih rinci, dapat disimak dengan diagram teori pembuatan
kebijakan politik luar negeri, sebagai berikut:
15 Coplin, W.D. (1992) Pengantar Politik Internasional. Suatu Telaah Teoritis. Vol 2. (Sinar Baru, Bandung),pp. 172.
13
Gambar 1.1Diagram Teori Pembuat Kebijakan Politik Luar Negeri Menurut Mohtar
Mas’oed
Sumber : Mas’oed, Mohtar. (1990) Ilmu Hubungan Internasional. Disiplin dan
Metodologi. (Jakarta, LP3ES).
Diagram diatas menunjukkan bahwa suatu keputusan luar negeri
dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri (politik, ekonomi, militer) dan konteks
internasional. Konteks internasional diartikan sebagai produk berbagai keputusan
dan tindakan politik luar negeri pada masa lampau, sekarang, dan yang akan
datang yang dapat diantisipasi.
China merupakan salah satu negara dari sekian banyak negara yang
memfilter layanan informasi masyarakatnya dengan cara melakukan sensor
internet terhadap informasi yang yang bertentangan dengan pemerintah khususnya
terkait Demokrasi dan hak asasi manusia yang masih sering menjadi masalah bagi
China, seperti kasus kekerasan Tiananmen yang memakan puluhan ribu jiwa yang
mengindikasikan kekerasan oleh aparat militer China yang didalamnya terdapat
salah satu mantan presiden China Jiang Zemin. Dan pada saat presiden Jiang
Zemin awal berkuasa yaitu tahun 1994, ia membuat kebijakan sensor internet
dengan cara membuat project ”The Golden Shield“ yang sekarang dikenal The
Domestic Politics
Decision Maker(Making Decision)
Economic/ MilitaryCondition
Foreign PolicyAction
International
Context : A
product of foreign
policy action by all
states, past,
present, and future
possible or
anticipated
14
Great Firewall China dalam bahasa umumnya. The Great Firewall sendiri
dibuat berdasar “PRC Regulation for the Safety Protection of Computer” guna
membatasi isu penggunaan internet komersial.16
Dalam pembuatan “ The Great Firewall” China dipengaruhi beberapa hal
yaitu:
Pertama, keadaan dalam negeri (Domestic Politic). Pada tahun 1994
keadaan dalam negeri China cukup stabil dan kondusif karena kontrol pemerintah
berkuasa saat Jiang Zemin sangat ketat. Terbukti secara sembunyi-sembunyi ia
mengawasi kegiatan Falun Gong yang dirasa bisa membahayakan. Karena Jiang
sendiri tidak mau terulang kasus Tiananmen tahun 1989 yang disebakan karena
kebebasan rakyatnya terlalu berlebihan. Saat itu juga internet di China mulai
berkembang seiring kebijakan membuka diri dari dunia luar untuk transfer
teknologi dan penggunaan sesuai poin 6 kebijakan dasar Den Xiaoping. Hal ini
disadari presiden Jiang Ziamin, untuk itu ia berfikir membuat kebijakan yang
yang mampu mengontrol rakyatnya dalam penggunaan internet secara penuh.
Kedua, Desion Maker (pembuat keputusan). Dalam pembuatan The Great
Firewall yang paling dominan adalah pembuat kebijakannya yaitu Executive yang
pemimpin tertingginya adalah presiden kalau dalam sistem pemerintahan China,
kemudian dalam Legisatif adalah Kongres Rakyat Nasional China. Keduanya
mempunyai peran yang bebeda dalam pembuatan politik khususnya pembuatan
The Great Firewall. Executif yang diwakili presiden bisa membuat kebijakan
langsung dengan pertimbangan Kongres Rakyat Nasional jika sudah ada
16www. hrw.org/freedomofexpressionandinternetinchina, diakses 11 Oktober 2011
15
legisasinya tapi kalau belum ada undang-undangnya pemerintah harus
mengajukan rancangannya ke Kongres Rakyat Nasional untuk disetujui sebagai
nomenclatur atau landasan hukum kebijakan. Melihat user internet china yang
potensi pasarnya jutaan tentunya presiden tidak mau, ini nantinya menjadi
ancaman pemerintah karena kebebasan informasi yang tak terkontrol dan
mendiskreditken pemerintah atas kasus-kasus yang pernah menimpa negara itu
seperti tragedi Tiananment tahun 1989. Maka pemerintah berkuasa saat itu
mengajukan legislasi “PRC Regulation for the Safety Protection Computer”
Kongres Rakyat Nasional untuk disahkan pada tahun 1994.17
Ketiga, keadaan economi dan militer. Tahun 1994 perekonomian china
Tumbuh diatas 5%. Dan pasar di China juga menjanjikan, ini terlihat dari jumlah
penduduknya yang jumlahnya ratusan juta pada saat itu. Dan secara militer
kekuatan militer di China pada saat itu kuat, baik dalam pertahanan dan keamanan
di dunia nyata dan virtual. Serta menjadi sorotan dunia karena tindakan
represifnya atas demo tiananmen tahun 1989 yang belum diadili para aktor
utamanya. Pekenomian china saat itu berkembang pesat khususnya dalam hal
teknologi, seperti potensi pasar pengguna internet dan providernya.
Pada masa masa presiden Jiang tahun 1993 keatas kekuatan militer China
mulai mendapat perhatian lebih untuk perkembangan kemampuannya guna
menjaga keamanan negara dari segala bentu ancaman termasuk ancaman dunia
cyber yang bisa melakukan pembajakan data kekuatan militer dan strategi
militernya demi menjaga ideologi negara meskipun libelarisasi ekonomi dan
17 www. hrw.org/freedomofexpressionandinternetinchina, diakses 11 Oktober 2011
16
informasi ke China. Untuk itulah pemerintah China konsen betul terhadap
perkembangan tentara mereka dalam upgrading skill teknologi dan informasinya,
dalam hal ini kemampuan menguasai perangkat teknologi yang baru ditransfrer
dari barat melalui masuknya investasi internet komersil di China. Dengan alasan
dunia teknologi bisa merusak dan menjaga integrasi perkembangan suatu
bangsa.18
Maka untuk mengontrol para pihak terkait penyedian layanan internet dan
penggunanya supaya tidak memberikan informasi yang membuat citra pemerintah
China jelek di masyarakat, Rezim Jiang berniat melakukan sensor konten internet
yang memojokkan pemerintah dengan pembuatan “The Great Firewall”. Yang
bisa mefilter dan memblok serta mendeteksi pelaku dan pengguna internet jika
mengakses situs yang kontra pemerintah seperti informasi Hak Azazi Manusia
dan Demokrasi.19
Keempat, Bentuk Kebijakan Luar Negeri. Seiring perkembangan informasi
dari luar banyak masuk ke China tanpa terkontrol melalui internet yang bisa
diakses masyakat tanpa batas maka pemerintah China pada yang Jiang Zemin
membuat kebijakan “The Golden Shield Project” yang aplikasinya adalah
pengetatan sistem jaringan, filterisasi jaringan, blocking jaringan dan sensor
konten informasi di website yang secara umum di sebut dengan sebutan “The
Great Firewall China”.
Kelima adalah Produk Kebijakan Luar Negeri. Kebijakan Luar negeri
China pada tahun 1994 adalah terbuka terhadap masuknya investasi asing dalam
18Tubelewicz Czeslaw, Critical Issuesin Contemporary China, hal 38, New York, Roluletdge, 2009.
19 Lynn H. Miller, Agenda Politik Internasional, hal 396, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
17
hal teknologi dan jaringan seperti penyedia layanan internet atau provider seperti
situs msn search, yahoo, google, bing, baidu lainnya. Untuk merespon itu supaya
nanti tidak menjadi bomerang bagi pemerintah China membuat The Great
Firewall dengan landasan undand-undang “PRC Regulation for the Safety
Protection Computer” untuk bisa mengawasi provider interner yang masuk ke
China tanpa pengecualian. Dan China tetap bisa berinteraksi dengan dunia
internasional dengan memperhatikan perkembangan situasi internasional.
Informasi yang ada dalam website yang bisa diakses melalui internet
memiliki peran dan pengaruh yang penting terhadap masyarakat. Informasi yang
ada di internet dapat merubah pola pikir dan pandangan suatu kelompok
masyarakat. Selain itu, pengaruhnya dalam masyarakat pula dapat membangun
pola pikir publik terhadap suatu persoalan tertentu. Sehingga internet dapat
memberikan pengaruh yang berdampak positif ataupun negatif. Kemajuan
teknologi menjadi jawaban dari kemajuan globalisasi yang kian menyelimuti
dunia. Populasi pengguna internet terbesar di dunia adalah berasal dari China
yang mencapai mencapai 538 juta pada tahun 2012. China dengan jumlah
penduduk terbanyak di dunia sangat memungkingkan penggunaan dan kebutuhan
terhadap akses internet semakin besar, jumlahnya meningkat.20
Pandangan serta sikap yang dimiliki rakyat suatu bangsa atau kelompok
terhadap tindakan serta isu domestik dan luar negeri kerap berubah-ubah dalam
menangapi rangsangan (Stimuli) bebas atau terkendali yang berkembang di
lingkungan politik atau sosial. Pandangan masyarakat dalam hal tertentu dapat
20Jom FISIP UNRI, Volume 1 No. 2 – Oktober 2013, hal.4
18
memberikan dampak kuat terhadap lingkungan dengan memberikan arah kepada
para pembuat keputusan atau dengan mempengaruhi atau mengendalikan tindakan
mereka. Pada negara berideologi komunis seperti china pola pikir masyarakat
dipertajam, di manipulasi dan dikendalikan oleh elite penguasa melalui media
massa, sensor, penghapusan oposisi, pemilihan umum yang kaku serta propaganda
yang nasionalistik.21
Kepentingan Republik Rakyat Tiongkok membentuk The Great Firewall
sebagai bentuk kebijakan politik negara tersebut merupakan kebijakan yang bisa
ditinjau dari decision making teori.
Tiongkok merupakan Negara bangsa yang mengalami perkembangan
secara cepat dalam banyak bidang khususnya bidang kebijakan politiknya.
Sebagai Negara Bangsa yang besar Tiongkok dalam pembuatan kebijakannya
tentunya tidak dipisahkan dari kerangka berfikir diatas.
Pembentukan The Great Firewall oleh pemerintah Tiongkok yang dimulai
tahun 1994 bila ditinjau dari unsur decision making teori merupakan kebijakan
politik untuk reaksi terhadap situasi politik internasional dan situasi domestik
negara tersebut. Kebijakan tersebut dibuat tentunya mempunyai urgensi bagi
pemerintah Tiongkok untuk menunjukkan strugle for power-nya kepada dunia
internasional guna menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu
menguntungkan dirinya, kelompoknya, dan masyarakat umum.
21 Plano. C. J. dan Olton. Roy. (1999) Kamus Hubungan Internasional. (Putra A Bardin cv), pp. 69
19
Dengan adanya pembuatan The Great Firewall, rezim Tiongkok tentunya
berharap pola pikir masyarakat atau pola pikir masyarakat bisa diarahkan untuk
mendukung pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kebijakan pemerintah Tiongkok mengenai pengetatan akses internet (The
Great Firewall) di aplikasikan dalam bentuk pemblokiran segala bentuk arus
informasi yang beredar di masyarakat sangat dipengaruhi oleh situasi politik yang
mereka bangun. Ideologi Komunis yang mereka terapkan membuat mereka
menjadi tertutup terhadap pengaruh diluar Komunisme. Bagi mereka, kebebasan
informasi adalah hal yang buruk. Karena, ketika orang mengetahui informasi.
Maka orang tersebut akan bereaksi dengan informasi tersebut. Tiongkok sangat
tidak menjunjung tinggi akan kebebasan. Hal ini terjadi di semua era presiden.
Mulai dari Mao Tse Tung, Den Xiaping, Yang Shangkung, Jiang Zemin, Hu
Jintao, dan sampai era sekarang eranya presiden Xi Jinping, dimana semua media
massa di kontrol penuh oleh pemerintah pusat. Segala berita yang akan terbit
harus melalui keputusan pemerintah.22
Salah satu pola pikir publik Tiongkok yang bisa diarahkan sebelum adanya
kebijakan The Great Firewall adalah ketika era Mao Zedong memimpin
Tiongkok, Tiongkok dilanda bencana kelaparan yang hebat akibat dari kegagalan
kebijakan “Lompatan Jauh ke Depan”. 30 juta jiwa rakyat Tiongkok menjadi
korban karena kelaparan. Untuk menahan isu tersebut agar tidak terdengar oleh
seluruh masyarakat Tiongkok, Mao menggunakan media massa untuk
menahannya. Isu tersebut tidak akan pernah ditulis oleh media massa tanpa seizin
22Mas’oed Mochtar & Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik,Yogyakarta, Gajahmada university
press, 2006, hal 173.
20
Mao. Jika isu tersebut sampai didengar oleh seluruh rakyat Tiongkok, akan terjadi
pergolakan antara rakyat dengan pemerintah. Untuk itulah Mao menutupi segala
bentuk tentang isu tersebut. Selain itu, Mao juga melarang adanya pola pikir antar
mahasiswa, dilarangnya proses diskusi antar mahasiswa maupun antar akademisi.
Tidak diperbolehkannya pandangan dari para mahasiswa dan para akademisi yang
beredar bebas, karena hal ini akan menimbulkan keraguan rakyat terhadap
pemerintah Komunis.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi informasi yang terjadi
membuat pemerintah Tiongkok tidak nyaman. Mereka menganggap, pergerakan
arus yang beredar di masyarakat sudah melanggar peraturan ideologi mereka.
Khususnya informasi yang tersedia melalui internet yang dikonsumsi masyarakat
China yang bisa di cari dan dipata melalui beberapa mesin pencari seperti google,
yahoo, msn search dan lainnya. Salah satu artikel yang bisa ditemukan melalui
mesin pencari google yang bisa diakses masyakat China, dan isinya memojokkan
pemerintah China adalah kasus kekerasan tiananment yang merupakan wujud
pengekangan demokrasi dan pelanggaran oleh Pemerintah China yang berkuasa
tahun 1989 menurut artikel yang penulisnya masyarakat asing di luar China.
Penulisan artikel yang seperti tersebut diataslah yang ditakuti pemerintah China.
Mereka khawatir dengan ketidakstabilan negara akibat berita yang beredar melalui
internet yang masuk ke Tiongkok. Kebijakan Pengetatan akses internet sendiri
mulai di bentuk pada masa presiden Jiang Zemin tahun 1994 saat mulai adanya
internet di Tiongkok. Dan bahkan undang-undang internet pun dibuat guna
21
memfilter informasi yang masuk lewat internet yang dirasa memojokkan
pemerintah.23
Dengan adanya pembentukan The Great Firewall dimasa Jiang Zemin pola
pikir masyakat di Tiongkok bisa di awasi dan diarahkan untuk pro pemerintah
dengan memblok memfilter, dan melakukan sensor konten situs atau website yang
memojokkan pemerintah China. Pola pikir publik di Tiongkok adalah hal yang
tabu. Terlebih jika pola pikir tersebut sudah menyangkut tentang pemerintahan
Tiongkok itu sendiri. Pasti akan selalu ada cara untuk menutup segala pola pikir
tersebut. Melihat asumsi awal itu penulis merasa ada dua hal penting yang melatar
belakangi kepentingan pembentukan The Great firewal yaitu Kekhawatiran
terhadap bangsa lain terhadap rakyat Tiongkok dan Kekhawatiran perubahan pola
pikir rakyat Tiongkok terhadap pemerintah Tiongkok. Karena alasan tersebut
menulis tertarik mengkaji kepentingan Tiongkok membentuk The Great
Firewall dengan menggunakan pendekatan ketiga teori diatas.
Pada awal tahun 1994 presiden Jiang Zemin membuat rancangan undan-
undang proteksi keamanan komputer di china yang mencakup masalah internet.
Untuk menanggapi transfer teknologi dan masuknya jaringan internet komersil di
China supaya pemerintah bisa mengawasi informasi yang ada di dalam internet
terkait pola pikir yang memojokkan pemerintah seperti kasus tiananmen tahun
1989. Masyarakat China ketika mengetik 4 juli, sebagian besar konten website
yang muncul adalah situs yang memuat tragedi tiananmen dan memojokkan
pemerintah karena dianggap melanggar Hak Azazi Manusia dan memasung
23 Tubelewicz Czeslaw, Critical Issues in Contemporary China, New York: Routledge, 2006, hal 23.
22
demokrasi masyarakat china.24 Sejak saat itu pemerintah menerapkan The Great
Firewall karena kalau Cuma Firewall artinya Cuma melakukan blok pada
jaringan saja. Ketika jaringannya saja yang di blok kemungkinan masih bisa
diakses dan dibuka para ahli komputer dan informatika. Mengetahui akan hal itu
pemerintah China melalui presiden memberikan intruksi kepada Fang Binxing.25
Untuk membuat project The Golden Shield yang merupakan Cikal bakal
pembentukan The Great Firewall China tahun 1994. Dengan adanya sistem The
Great Firewall China bisa melakukan penghapusan konten-konten account di
internet yang isinya dinilai melakukan konfontasi masalah demokrasi, hak asasi
manusia dan memojokkan pemerintah tanpa pemberitahuan sebelumnya dan tanpa
ada penjelasan.
Dengan adanya The Great Firewall pemerintah China berhasil mendetek
pengguna, penulis konten yang mediskreditkan pemerintah China terkait masalah
HAM, Demokrasi dan lainnya. Terbukti China berhasil menangkap beberapa
orang yang memposting masalah Falun Gong yaitu Yang Zii berumur 28 tahun
dijatuhi hukuman penjara 2 tahun, Gua Qinhai 36 tahun karena memposting
tulisan kejatuha politik china dijatuhi hukuman 4 tahun penjara, dan masih banyak
lainnya.26
F. Hipotesa
Dari latar belakang dan kerangka berfikir di atas maka dapat di ambil
Hipotesa sebagai berikut :
24www. hrw.org/freedomofexpressionandinternetinchina, diakses 11 Oktober 2011
25 www.inilah.com/read/detail/1548832/pria-kejam-di-balik-sensor-ketat-internet-china26
www. hrw.org/freedomofexpressionandinternetinchina, diakses 11 Oktober 2011
23
1. Tiongkok membentuk The Great Firewall karena khawatir doktrin
bangsa lain karena liberalisi yang terjadi di China .
2. Tiongkok membentuk The Great Firewall karena khawatir adanya
perubahan pola pikir masyarakat karena pengaruh arus informasi yang
bebas dari internet yang masuk ke China.
G. Jangkauan Penelitian
Penelitian dengan judul “Kepentingan Tiongkok Membentuk The Great
Firewall Pada Tahun 1994-2009” ? dibatasi pada saat awal munculnya internet
pada tahun 1994 di Tiongkok. Penulis akan sedikit menjelaskan tentang sejarah
yang membentuk Tiongkok sebagai negara yang tertutup dari pengaruh luar.
Selain itu, penelitian ini akan di akhiri hingga tahun 2009, pada saat Tiongkok
membangun browser sendiri yaitu Baidu.com. Baidu sendiri merupakan browser
pengganti Google.
Meskipun di tahun-tahun setelah tahun 2009 masih banyak kejadian
mengenai The Great Firewall Tiongkok. Penulis hanya membatasi jangka
waktu dari tahun 1994 hingga 2009. Hal ini dikarenakan, penulis ingin
memberikan gambaran yang mendasari dari kepentingan tersebut.
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
kualitatif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa Library
Research dengan memanfaatkan data-data sekunder yang pengumpulan datanya
24
dari perpustakaan, buku-buku, jurnal, artikel, media cetak, media elektronik, dan
website yang telah diolah menjadi data untuk diklasifikasikan yang kemudian
disusun, diringkas, dianalisa, dan disimpulkan sesuai permasalahan skripsi yang
diteliti.
I. Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan hasil penelitian skripsi yang penulis susun, maka penulis
menyusun pembahasan yang berupa :
Pada Bab satu, penulis akan menjelaskan mengenai pendahuluan yang
terdiri dari Alasan Pemilihan Judul, Tujuan Penelitian, Latar Belakang Masalah,
Pokok Permasalahan, Kerangka dasar Teori, Hipotesa, Jangkauan Penelitian,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Kerangka Penulisan, dan daftar
Pustaka.
Sedangkan pada Bab dua, penulis akan menulis tentang sejarah Tiongkok
internet Firewall Tiongkok, kelemahan firewall, Sejarah pembuatan The Great
Firewall, dan Pelaksanaan Great Firewall Tiongkok.
Pada Bab tiga, penulis akan memberikan gambaran tentang kepentingan
Republik Rakyat Tiongkok dan penjelasan mengenai Alasan Republik Rakyat
Tiongkok Membentuk Kebijakan The Great Firewall .
Pada Bab empat atau pada Bab terakhir, Penulis akan menulis tentang
kesimpulan yang memuat rangkuman dari bab-bab sebelumnya beserta fakta-fakta
dan argumen-argumen yang digunakan dalam seluruh penelitian yang telah
dilakukan.