thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · web view2014-11-17 · konsumsi rokok...

23
GAMBARAN MOTIVASI REMAJA UNTUK BERHENTI MEROKOK DI SMA MUHAMMADIYAH SINGAPARNA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Dearajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RAMDHAN SULTHAN NASIR 20100320013 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

GAMBARAN MOTIVASI REMAJA UNTUK BERHENTI MEROKOK

DI SMA MUHAMMADIYAH SINGAPARNA

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh DearajatSarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

RAMDHAN SULTHAN NASIR

20100320013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok
Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

Gambaran Motivasi Berhenti Merokok Pada Remaja di SMAMuhammadiyah Singaparna

The Description of Motivation to Quit Smoking of the Adolescent in Senior High School Muhammadiyah Singaparna

Ramdhan Sulthan Nasir1, Sutantri 2

Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UMY1, Staf Pengajar PSIK FKIK UMY2

Korespondensi:

Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.

Telepon: 085294219155

Email : [email protected]

Nasir. Ramdhan. S. (2014). Gambaran Motivasi Berhenti Merokok Pada Remaja

di SMA Muhammadiyah Singaparna.

Pembimbing:

Sutantri. S.Kep., Ns., M.Sc

INTISARI

Latar Belakang: Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok masyarakat yang mengkonsumsi rokok. Penelitian ini mencoba menggambarkan motivasi dalam usaha mengakhiri perilaku merokok. Konteks motivasi ditinjau mulai dari pembentukan niat berhenti merokok, usaha awal berhenti merokok,kembali merokok secara teratur, dan usaha berhenti merokok hingga menjadi mantan perokok.

Metode: Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional yang akan menggambarkan tentang motivasi remaja untuk berhenti merokok. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah Singaparna dengan partisipan 31 responden. Peneliti menggunkan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai demografi, Richmond test dan Fagerstrom test. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Total Sampling. Analisa data yang digunakana adalah analisa univariat

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

Hasil: Hasil penelitian ini adalah lebih dari sebagian responden (58,07%) memiliki motivasi sedang untuk berhenti merokok dan sebagian besar responden (58,07%) memiliki ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin.

Kesimpulan: Gambaran motivasi berhenti merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna memiliki motivasi sedang dan gambaran untuk ketergantungan nikotin di SMA Muhammadiyah Singaparna memiliki ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin. Peran institusi pendidikan sangatlah penting untuk membimbing siswa perokok untuk berhenti merokok serta melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok dengan cara yang menarik dan jelas serta peran aktif pemerintah dan praktisi kesehatan untuk mengontrol dan mengawasi produk dan iklan rokok yang menyebabkan remaja termotivasi untuk merokok.

Kata kunci: Remaja, Motivasi berhenti merokok, ketergantungan nikotin.

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

Ramdhan. (2014). The Description of Motivation to Quit Smoking of the

Adolescent in Senior High School Muhammadiyah Singaparna

Advicer:

Sutantri, Ns., M.Sc, Dianita S., Ns., MHD

ABSTRACT

Background: The consumption of cigarettes in Indonesia is increasing nowadays. The student smokers are the citizen that smoking. This research was described the motivation to quit smoking. Context of motivation was known from the formation of intentions to quit smoking, the early effort to quit smoking, smoking regularly, and effort to quit smoking until being an ex-smoker.

Method: This research was quantitative descriptive research with cross sectional approach that described about motivation of quit smoking in adolescent. This research was conducted in Senior High School of Muhammadiyah Singaparna with the 31 respondents. Researcher was used questionnaire as the research instrument. Questionnaire in this research are demography questionnaire, Richmond Test, and Fagerstrom Test. This research used total sampling as sampling technique. Data analyze that used was univariate analyze.

Result: The result of this research were more than half of total respondent(58,07%) had the moderate motivation to quit smoking and half of respondents (58,07%) had the very low addiction of nicotine.

Conclusion: The description of quit smoking in Senior High School of Muhammadiyah Singaparna was in the moderate level of motivation and the description of nicotine addiction in Senior High School of Muhammadiyah Singaparna was in the very low level of nicotine addiction. The role of school was very important to direct students to quit smoking and gave the health education about the danger of smoking with the interested and clear way. It also need the active role of government and practitioners to controll and supervise product and cigarette advertisement that motivate the student to smoking.

Key Words: Adolescent, Motivation of quit smoking, nicotine addiction

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

PENDAHULUAN

Remaja mempunyai latar belakang kepribadian relatif labil, karena

kurangnya pengetahuan dampak merokok. Sehingga banyak remaja yang

terpengaruh menjadi perokok. Remaja melakukan hal tersebut agar terlihat lebih

dewasa dan keren untuk menunjukkan jati dirinya1. Meskipun semua orang

mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, tetapi hal ini tidak

pernah berkurang dan hampir setiap saat dapat ditemui banyak orang yang

merokok2. Data jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia dari 182

miliar pada 2001 menjadi 260.8 miliar batang rokok pada 20093. Pada tahun 2013

konsumsi rokok Indonesia sudah mencapai 302 miliar batang per tahun. Saat ini,

lebih dari 60 juta penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Jumlah ini terus

bertambah dari tahun ke tahun dan menempatkan Indonesia ke peringkat ketiga

dengan jumlah perokok aktif tertinggi di dunia. Sebanyak 62 juta perempuan dan

30 juta laki-laki Indonesia menjadi perokok pasif, dan yang paling menyedihkan

adalah anak-anak usia 0-4 tahun yang terpapar asap rokok berjumlah 11, 4 juta

anak dari Kementrian Kesehatan5.

Data dari Departemen Kesehatan6 menunjukan bahwa prevalensi perokok

dewasa di Indonesia masih sangat tinggi, yang terdiri dari 67,4% laki-laki dan

4,5% perempuan atau 61,4 juta perokok di Indonesia. Pada tahun 2010, di

Kabupaten Tasikmalaya prevalensi merokok remaja adalah 28,7% untuk remaja

berumur 11 sampai 20 tahun menurut Dinas Kesehatan7. Melihat dari data

tingginya prevalensi merokok di masyarakat tidak sebanding dengan ketersediaan

pelayanan untuk berhenti merokok di masyarakat, padahal menurut World Health

Organization8 hampir 50% dari perokok saat ini di Indonesia berpikir tentang

berhenti merokok dan lebih dari 30% dari mereka membuat upaya untuk berhenti

merokok dalam 12 bulan terakhir. Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga

Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) dari beberapa penelitian sekitar 70-80

persen perokok ingin berhenti merokok, tapi hanya 3 persen yang berhasil.

Kegagalan untuk berhenti merokok ini di pengaruhi oleh beberapa faktor ; 42,9 %

tidak tahu caranya, 25,7 % sulit berkonsentrasi dan 2,9 % terikat oleh sponsor

rokok. Sementara itu, ada yang berhasil dan berhenti merokok disebabkan

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

kesadaran sendiri 76%, sakit 16%, dan tuntutan profesi 8%. Ada dua alasan yang

membuat perokok sulit lepas dari rokok, yaitu karena kecanduan. Adiksi dari

nikotin punya efek yang sangat besar, sehingga tak heran jika para perokok

mengeluh sulit sekali berhenti merokok9.

Motivasi remaja untuk berhenti merokok sangat dipengaruhi oleh

dukungan orang-orang disekitar. Orang tua memberikan dukungan sosial pada

remaja agar termotivasi untuk berhenti merokok. Sekolah memberikan dukungan

kepada siswanya untuk berhenti merokok dengan memberikan informasi yang

berkaitan dengan merokok. Teman sebaya agar mendukung atas keputusan

individu dalam memutuskan untuk berhenti merokok10. Pada dasarnya seorang

perokok berhasil atau tidak untuk berhenti merokok adalah tergantung pada

keseimbangan antara motivasinya untuk berhenti merokok dan tingkat

ketergantungannya terhadap nikotin 11, kemudian Fagan 12, menyatakan bahwa

tingkat ketergantungan nikotin mempunyai hubungan yang signifikan dengan niat

untuk berhenti merokok seorang perokok. Demikian juga hasil penelitian Girma 13, menyatakan bahwa mereka yang memiliki tingkat ketergantungan nikotin

tinggi tidak mempunyai niat untuk berhenti merokok.

Sebuah panel studi melaporkan bahwa, dengan memperhatikan variabel

sosiodemografi, usia yang lebih tua, kurang pendidikan, dan berpenghasilan

rendah dikaitkan dengan tidak adanya niat untuk berhenti merokok. Hal ini juga

telah melaporkan bahwa sosial dan kognitif faktor yang terkait dengan niat untuk

menjalani berhenti merokok pengobatan adalah usia tua, ketergantungan nikotin,

dorongan sosial untuk menjauhkan diri, dan memiliki sikap positif terhadap

pengobatan penghentian merokok. Secara khusus, faktor yang berhubungan

dengan keyakinan merokok seperti silf exempting, keyakinan dan efektivitas diri

berhubungan dengan niat untuk berhenti merokok14. Ketika perokok mengalami

ketidak sesuaian antara keinginan mereka untuk berhenti dan perilaku merokok

terus mereka, mereka mungkin mengalami ketidak nyamanan psikologis, dikenal

sebagai disonansi kognitif. Perokok dapat memegang pembenaran untuk

mengurangi disonansi kognitif dengan meminimalkan bahaya merokok. Meskipun

membenarkan merokok akan membantu perokok mengurangi disonansi, mereka

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

melakukannya dengan melanjutkan perilaku sangat berbahaya. Selain itu,

beberapa penelitian telah melaporkan bahwa efektivitas diri, yaitu, keyakinan

dalam kemampuan seseorang untuk mengatur dan menjalankan program tindakan

yang diperlukan untuk mengelola yang prospektif situasi adalah prediktor utama

dalam niatan untuk berhenti 15. Peneliti telah melakukan survei pendahuluan pada

siswa yang ada di MA Muhammadiyah Singaparna. Terdapat 28 siswa yang

merokok di MA Muhammadiyah Singaparna dan dari 10 orang yang peneliti

wawancarai 3 orang diantara mereka ada yang mempunyai keinginan untuk

berhenti merokok dengan alasan dan motivasi yang belum jelas.

Dalam penelitian ini timbul suatu perumusan masalah yang ingin diketahui

oleh peneliti yaitu bagaimana gambaran motivasi remaja untuk berhenti meroko di

SMA Muhammadiyah Singaparna? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran motivasi remaja untuk berhenti merokok di SMA

Muhammadiyah Singaparna.

METODE

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan Cross Sectional yang akan menggambarkan tentang motivasi remaja

untuk berhenti merokok. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di Madrasah

Aliyah yang terletak perbatasan (urban), dan perkotaan di wilayah Tasikmalaya.

Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa anak SMA di wilayah

tersebut mempunyai karakteristik lingkungan yang bervariasi yaitu lingkungan

rural dan urban serta belum pernah ada penelitian sejenis di daerah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Penelitian dilakukan untuk

medeskripsikan tentang gambaran motivasi remaja berhenti merokok di SMA

Muhammadiyah Singaparna.

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

HASIL

Karakteristik Responden

Karakteristik subjek penelitian SMA Muhammadiyah Singaparna yang

terdiri dari usia pertama kali merokok, usia sekarang, jumlah rokok yang dihisap

dalam satu hari, pernah mencoba berhenti merokok, jumlah usaha untuk berhenti

merokok, lama waktu berhenti merokok dan metode yang digunakan untuk

berhenti merokok dapat dilihat di tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia dan kebiasaan

merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna (n = 31)

Karakteristik Jumlah Persentase %

Usia sekarang

a. 15 tahun

b. 16 tahun

c. 17 tahun

d. 18 tahun

1

14

13

6

3,22

45,16

41,94

19,68

Usia pertama kali merokok

a. 13 tahun

b. 14 tahun

c. 15 tahun

d. 16 tahun

4

6

15

6

12,92

19,35

48,38

19,35

Jumlah rokok yang dihisap perhari

a. ≤ 10 batang

b. 11 - 20 batang

c. 21 – 30 batang

22

8

1

70,96

25,82

3,22

Pernah mencoba berhenti merokok

a. Ya

b. Tidak

30

1

96,78

3,22

Jumlah usaha untuk berhenti merokok

a. 1 – 2 kali 14 45,16

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

b. 3 – 5 kali

c. Lebih dari 5 kali

6

11

19,35

35,49

Lama waktu berhenti merokok

a. Kurang dari 1 bulan

b. 1-3 bulan

c. 3-6 bulan

d. Lebih dari 6 bulan

16

2

5

8

51,61

6,45

16,12

25,82

Metode yang digunakan untuk berhenti merokok

a. Permen

b. Mengurangi jumlah rokok

c. Konsultasi tenaga kesehatan

d. Sosis

e. Menahan diri untuk tidak merokok

8

15

5

1

2

25,83

48,38

16,12

3,22

6,45

Sumber : Data Primer (2014)

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui sebagian besar responden

(45,16%) berumur 16 tahun. Sebagian besar responden mencoba merokok

pertama kali saat berusia berumur 15 tahun (48,38%). Mayoritas responden

menghisap 10 batang rokok perhari dalam seminggu terakhir (70,90%). Hampir

seluruh responden (96,78%) pernah mencoba untuk berhenti merokok, dimana 14

orang diantaranya (45,16%) pernah mencoba untuk berhenti merokok setidaknya

satu kali. Rata – rata durasi berhenti merokok yang pernah dilakukan oleh

responden adalah selama kurang dari 1 bulan (51,61%). Hampir sebagian

responden (48,38%) menggunakan metode pengurangan konsumsi rokok secara

bertahap dalam usahanya untuk berhenti merokok.

Motivasi berhenti merokok (Richmond Test)

Gambaran motivasi untuk berhenti merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna

dapat dilihat di tabel 4.

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

Tabel 4. Motivasi berhenti merokok berdasarkan hasil dari Richmond Test (n =

31)

Karakteristik Jumlah Persentase %

Motivasi berhenti merokok

a. Motivasi rendah

b. Motivasi sedang

c. Motivasi tinggi

13

18

0

41,93

58,07

0

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian responden

(58,07%) memiliki motivasi sedang untuk berhenti merokok dan tidak ada (0%)

responden yang memiliki motivasi tinggi untuk berhenti merokok.

Ketergantungan nikotin (Fagerstrom Test)

Gambaran ketergantungan responden terhadap nikotin di SMA Muhammadiyah

Singaparna dapat dilihat di tabel 5.

Tabel 5. Ketergantungan terhadap nikotin berdasarkan hasil dari Fagerstrom Test

(n = 31)

Karakteristik Jumlah Presentase %

Ketergantungan nikotin

a. Ketergantungan Sangat rendah

b. Ketergantungan rendah

c. Ketergantungan sedang

18

8

5

58,07

25,81

16,12

Sumber : Data Primer 2014

Berdsarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (58,07%)

memiliki ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang motivasi berhenti merokok pada remaja di SMA

Muhammadiyah Singaparna menunjukan bahwa siswa SMA Muhammadiyah

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

Singaparna sebanyak 17 orang responden (58%) memiliki motivasi sedang dalam

usaha mereka untuk berhenti merokok. Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Oredein16 dengan respondennya adalah remaja dan

orang dewasa yang menyatakan dari 327 responden sebagian besar (65%)

memiliki motivasi tinggi untuk berhenti merokok. Hasil penelitian ini

kemungkinan terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan perokok di SMA

Muhammadiyah Singaparna memiliki motivasi sedang, yaitu karena faktor

demografi dan lingkungan. Oredein16 mengatakan bahwa motivasi untuk berhenti

merokok bisa sukses, sangat dipengaruhi oleh withdrawal symptoms. Remaja,

seperti orang dewasa, dapat menjadi kecanduan nikotin dan akan terjadi banyak

gejala withdrawal symptoms yang meliputi perasaan depresi, insomnia, lekas

marah, frustrasi atau marah, kesulitan berkonsentrasi, gelisah, dan nafsu makan

meningkat. Dalam sebuah penelitian (Jung, 17, 18) semakin tinggi tingkat awal

motivasi untuk berhenti merokok, semakin besar peningkatan tingkat motivasi dan

tingkat keberhasilan dalam berhenti merokok berikut pendidikan. Dari hasil

penelitian ini juga terdapat 2 hasil yang ekstrim yaitu, sebagaian besar remaja di

SMA Muhammadiyah Singaparna (58%) memiliki motivasi sedang untuk

berhenti merokok dan tidak ada responden yang memiliki motivasi tinggi untuk

berhenti merokok (0%). Sebuah studi yang dilakukan oleh Uppal19 menunjukkan

bahwa motivasi tinggi dan motivasi rendah adalah konsep yang berbeda yang

belum tentu terkait. Seorang perokok yang memiliki motivasi tinggi akan cukup

berhasil dalam prosesnya untuk berhenti merokok karena mempunyai dorongan

yang kuat untuk bisa tidak merokok, sedangkan seorang perokok yang memiliki

motivasi rendah dan cenderung tidak memiliki motivasi untuk berhenti merokok

mereka akan kembali mengulangi aktifitas merokok mereka seperti biasanya dan

akan mengalami kegagalan untuk berhenti merokok.

Hasil penelitian tentang ketergantungan nikotin pada remaja di SMA

Muhammadiyah Singaparna menunjukkan bahwa (58%) siswa memiliki

ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin. penelitiannya pada perokok

remaja menunjukkan 60% perokok memiliki tingkat ketergantungan merokok

rendah.

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

Perbedaan hasil dari penelitian ini disebabkan oleh lamanya seseorang

merokok ini akan makin meningkatkan ketergantungan terhadap nikotin, yang

pada akhirnya akan mempersulit orang tersebut untuk berhenti merokok. Hal ini

sesuai dengan teori primer (prime theory) dari West dalam Artana (2009)

kekuatan penggerak positif untuk terus merokok demi mendapatkan kenikmatan

(reward) yang sebanding, diikuti dengan peningkatan waktu dan jumlah rokok

yang dikonsumsi perhari dan pada akhirnya meningkatkan ketergantungan nikotin

pada perokok tersebut. Mekanisme yang mendasari efek menyenangkan nikotin

pada mood dan kognitif ini disebut juga dengan mekanisme neuromodulasi dari

nikotin. Penelitian yang dilakukan oleh Koob pada tahun 2000 mendapatkan juga

peningkatan ketergantungan nikotin seiring dengan makin lamanya seseorang

merokok.

Penelitian berhenti merokok yang dilakukan di Iran pada tahun 2007

memberikan gambaran yang jelas mengenai ketergantungan akan nikotin, dari 986

perokok yang menjalani program henti rokok yang diikutsertakan pada penelitian

ini, kesuksesan untuk henti rokok paling tinggi didapatkan pada kelompok dengan

tingkat ketergantungan nikotin rendah (70,5%), sedangkan pada kelompok

ketergantungan nikotin tinggi, angka kesuksesan yang didapatkan hanya 59,4%.

(Her, 2007). Kandel dan Hu (2007) menyatakan bahwa rerata umur onset

merokok terjadi pada usia remaja (12 sampai 18 tahun ) dan hanya sepertiganya

saja yang akan terus berkembang menjadi perokok aktif yang reguler, tetapi,

mereka yang berkembang menjadi perokok aktif akan memiliki tingkat

ketergantungan nikotin yang lebih tinggi dan cenderung gagal bila mengikuti

program berhenti merokok. Pendapat Kandel ini dibuktikan juga oleh Rojas 20dalam penelitiannya didapatkan hanya 10% dari perokok dengan onset merokok

usia remaja yang berhasil dalam program henti rokok yang diikutinya.

Tingkat ketergantungan rokok dan motivasi berhenti merokok merupakan

dua faktor yang mempengaruhi upaya keberhasilan berhenti merokok.

Ketergantungan adalah suatu keadaan fisik maupun psikologis seseorang yang

mengakibatkan badan maupun jiwanya selalu memerlukan obat tertentu untuk

dapat melakukan aktivitasnya, sedangkan motivasi adalah dorongan bertindak

Page 14: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

untuk memuaskan suatu kebutuhan. Penilaian tingkat ketergantungan merokok

bertujuan untuk membantu memilih upaya intervensi yang akan diberikan.

Penilaian tingkat motivasi berhenti merokok bertujuan untuk mengidentifikasi

perokok yang siap berhenti merokok21. Pada dasarnya seorang perokok berhasil

atau tidak untuk berhenti merokok adalah tergantung pada keseimbangan antara

motivasinya untuk berhenti merokok dan tingkat ketergantungannya terhadap

nikotin 22. Fagan 11 menyatakan bahwa tingkat ketergantungan nikotin mempunyai

hubungan yang signifikan dengan niat untuk berhenti merokok seorang perokok.

Demikian juga hasil penelitian Girma 12, menyatakan bahwa mereka yang

memiliki tingkat ketergantungan nikotin tinggi tidak mempunyai niat untuk

berhenti merokok. Jadi, ketergantungan nikotin yang tinggi akan membuat

seseorang mengalami kegagalan dalam usahanya untuk berhenti merokok.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul “Gambaran

motivasi berhenti merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna” maka diperoleh

kesimpulan rata-rata responden di SMA Muhammadiyah Singaparna memiliki

motivasi sedang untuk berhenti merokok kemudian ata-rata responden di SMA

Muhammadiyah Singaparna berusia 16 tahunn dan rata-rata responden di SMA

Muhammadiyah Singaparna merokok ≤ 10 batang rokok yang dihisap dalam

sehari kemudian sebagian besar responden di SMA Muhammadiyah Singaparna

pernah mencoba untuk berhenti merokok kemudian rata-rata responden di SMA

Muhammadiyah Singaparna memiliki derajat ketergantungan sangat rendah.

SARANBagi Institusi Pendidikan

Mengadakan penyuluhan berkala untuk mensosialisasikan tentang rokok,

bahaya rokok, cara pencegahan rokok dan cara untuk berhenti merokok serta

mengadakan bimbingan untuk pelajar perokok agar mereka berhenti merokok.

Penyuluhannya dilakukan dengan cara yang menarik dan jelas bagi siswa agar

mereka mengerti dan mengaplikasikannya.

Page 15: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

Bagi peneliti selanjutnya

Saran untuk penelitian selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian

mengenai program berhenti merokok yang tepat untuk remaja, program berhenti

merokok yang tepat pada remaja yang sesuai dengan tingkat motivasi remaja

untuk berhenti merokok, usaha untuk mengurangi derajat ketergantungan terhadap

nikotin dikalangan remaja yang merokok, faktor-faktor motivasi untuk berhenti

merokok serta faktor penghambat motivasi untuk berhenti merokok.

Bagi pemerintah dan praktisi kesehatan

Membuat kebijakan untuk mengontrol dan menurunkan angka perokok

pada remaja dengan cara mengawasi perkembangan peraturan pemerintah tentang

iklan rokok dan kemasan rokok, dan mengadakan program-program penyuluhan

yang serentak dan berkala disekolah dengan memanfaatkan UKS untuk bisa

melakukan penyuluhan tentang bahaya rokok.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Ns. Sri Sumaryani, M. Kep., Sp. Mat., Kaprodi Ilmu Keperawatan, atas

dukungan informasional dan penilaiannya. Tak lupa, seluruh tenaga

pengajar di PSIK UMY.

2. Ns. Sutantri. S.Kep., M.Sc., terima kasih atas bimbingan yang telah Ibu

berikan, hanya Allah yang dapat membalas jasa-jasa Ibu, mohon maaf atas

kesalahan dan kekurangan saya selama bimbingan.

3. Orang tua penulis, Bapak Cecep S dan Ibu Ois F, terima kasih atas

dukungan yang telah engkau berikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad, I. F. (2008). Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW. 22 Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. 2008. (Skripsi). Depok : FKM Universitas Indonesia (http://www.google.com/). Diakses 8 Desember 2013.

2. Susilo, S. (2009). Psikologi Sosial. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama4. Mboi, Nafsiah. (2013). Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan

Darah.http://www.depkes.go.id5. Kemenkes, RI. (2013). Melindungi Generasi Bangsa dari Iklan, Promosi dan

Sponsor Rokok, Menkes Luncurkan Peraturan Pencantuman Peringatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Rokok. (Online)

Page 16: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx  · Web view2014-11-17 · Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok

(http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2310) Diakses 13 Oktober 2013.

6. Depkes. 2013. Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta7. Dinkes Kabupaten Tasikmalaya. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten

Tasikmalaya. :Dinkes Kabupaten Tasikmalaya.8. Ulfa.2009.Detik.com

http://health.detik.com/read/2009/12/04/173025/1254298/766/kenapa-susah-sekali-berhenti-merokok diakses pada 24 November 2013

9. Sari Muntiarini. 2011. Hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi berhenti merokok pada remaja putra di MAN Kota Blitar.

10. Winurini, Sulis. (2011). Penyebab Relapse (kembali merokok)pada Perokok Berat di tinjau dari Health Belief Model. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretaris Jenderal DPR RI.

11. Fagan, R. (2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333.

12. Girma, Assefa. et.al . (2010). Cigarette smoker’s intention to quit smoking in Dire Dawa town Ethiopia: an assessment using the Transtheoretical Model. BMC Public Health 2010

13. Oakes, John dan Gratton, Peter. (2004). Kinetic Investigation of the oxidation of Methyl Orange and Substituted Arylazonaphthol Dyes by Peracids in Aqueous Solution. J.Chem.Soc.Perkin Trans. Vol.2

14. SHIAHPUS15. Oredein. A.O dan Oloyade. D.O (2008). Quality of teching 16. Westman EC, Levin ED, Rose JE. The nicotine patch in smoking cessation. Arch

Intern Med 1993; 153(16):1917-23.17. Kim SR, Kim OK, Yun KE, Khang YH, Cho HJ.Socioeconomic factors associated

with initiating and quitting cigarette smoking among Korean men. Korean J Fam Med 2009;30:415-25.

18. Kim MK, Jin CK, Kim YJ, Cho BM. The disease related factors affecting cessation of smoking. J Korean Acad Fam Med 1995;16:880-90

19. S.L. Uppal, “Electrical Power”, Khanna Publishers, Delhi-6, 201320. Rojas NL, Killen JD, Haydel KF, Robinson TN. Nicotine Dependence Among

Adolescent Smokers. Arch Pediatr Adolesc Med. 2005; 152:151-15621. Ayu, M. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan Minum Kopi.22. Westman EC, Levin ED, Rose JE. The nicotine patch in smoking cessation. Arch

Intern Med 1993; 153(16):1917-23.