thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34581.docx · web view2014-11-17 · konsumsi rokok...
TRANSCRIPT
GAMBARAN MOTIVASI REMAJA UNTUK BERHENTI MEROKOK
DI SMA MUHAMMADIYAH SINGAPARNA
Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh DearajatSarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RAMDHAN SULTHAN NASIR
20100320013
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
Gambaran Motivasi Berhenti Merokok Pada Remaja di SMAMuhammadiyah Singaparna
The Description of Motivation to Quit Smoking of the Adolescent in Senior High School Muhammadiyah Singaparna
Ramdhan Sulthan Nasir1, Sutantri 2
Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UMY1, Staf Pengajar PSIK FKIK UMY2
Korespondensi:
Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.
Telepon: 085294219155
Email : [email protected]
Nasir. Ramdhan. S. (2014). Gambaran Motivasi Berhenti Merokok Pada Remaja
di SMA Muhammadiyah Singaparna.
Pembimbing:
Sutantri. S.Kep., Ns., M.Sc
INTISARI
Latar Belakang: Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Siswa perokok merupakan sekelompok masyarakat yang mengkonsumsi rokok. Penelitian ini mencoba menggambarkan motivasi dalam usaha mengakhiri perilaku merokok. Konteks motivasi ditinjau mulai dari pembentukan niat berhenti merokok, usaha awal berhenti merokok,kembali merokok secara teratur, dan usaha berhenti merokok hingga menjadi mantan perokok.
Metode: Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional yang akan menggambarkan tentang motivasi remaja untuk berhenti merokok. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah Singaparna dengan partisipan 31 responden. Peneliti menggunkan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai demografi, Richmond test dan Fagerstrom test. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Total Sampling. Analisa data yang digunakana adalah analisa univariat
Hasil: Hasil penelitian ini adalah lebih dari sebagian responden (58,07%) memiliki motivasi sedang untuk berhenti merokok dan sebagian besar responden (58,07%) memiliki ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin.
Kesimpulan: Gambaran motivasi berhenti merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna memiliki motivasi sedang dan gambaran untuk ketergantungan nikotin di SMA Muhammadiyah Singaparna memiliki ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin. Peran institusi pendidikan sangatlah penting untuk membimbing siswa perokok untuk berhenti merokok serta melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok dengan cara yang menarik dan jelas serta peran aktif pemerintah dan praktisi kesehatan untuk mengontrol dan mengawasi produk dan iklan rokok yang menyebabkan remaja termotivasi untuk merokok.
Kata kunci: Remaja, Motivasi berhenti merokok, ketergantungan nikotin.
Ramdhan. (2014). The Description of Motivation to Quit Smoking of the
Adolescent in Senior High School Muhammadiyah Singaparna
Advicer:
Sutantri, Ns., M.Sc, Dianita S., Ns., MHD
ABSTRACT
Background: The consumption of cigarettes in Indonesia is increasing nowadays. The student smokers are the citizen that smoking. This research was described the motivation to quit smoking. Context of motivation was known from the formation of intentions to quit smoking, the early effort to quit smoking, smoking regularly, and effort to quit smoking until being an ex-smoker.
Method: This research was quantitative descriptive research with cross sectional approach that described about motivation of quit smoking in adolescent. This research was conducted in Senior High School of Muhammadiyah Singaparna with the 31 respondents. Researcher was used questionnaire as the research instrument. Questionnaire in this research are demography questionnaire, Richmond Test, and Fagerstrom Test. This research used total sampling as sampling technique. Data analyze that used was univariate analyze.
Result: The result of this research were more than half of total respondent(58,07%) had the moderate motivation to quit smoking and half of respondents (58,07%) had the very low addiction of nicotine.
Conclusion: The description of quit smoking in Senior High School of Muhammadiyah Singaparna was in the moderate level of motivation and the description of nicotine addiction in Senior High School of Muhammadiyah Singaparna was in the very low level of nicotine addiction. The role of school was very important to direct students to quit smoking and gave the health education about the danger of smoking with the interested and clear way. It also need the active role of government and practitioners to controll and supervise product and cigarette advertisement that motivate the student to smoking.
Key Words: Adolescent, Motivation of quit smoking, nicotine addiction
PENDAHULUAN
Remaja mempunyai latar belakang kepribadian relatif labil, karena
kurangnya pengetahuan dampak merokok. Sehingga banyak remaja yang
terpengaruh menjadi perokok. Remaja melakukan hal tersebut agar terlihat lebih
dewasa dan keren untuk menunjukkan jati dirinya1. Meskipun semua orang
mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, tetapi hal ini tidak
pernah berkurang dan hampir setiap saat dapat ditemui banyak orang yang
merokok2. Data jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia dari 182
miliar pada 2001 menjadi 260.8 miliar batang rokok pada 20093. Pada tahun 2013
konsumsi rokok Indonesia sudah mencapai 302 miliar batang per tahun. Saat ini,
lebih dari 60 juta penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Jumlah ini terus
bertambah dari tahun ke tahun dan menempatkan Indonesia ke peringkat ketiga
dengan jumlah perokok aktif tertinggi di dunia. Sebanyak 62 juta perempuan dan
30 juta laki-laki Indonesia menjadi perokok pasif, dan yang paling menyedihkan
adalah anak-anak usia 0-4 tahun yang terpapar asap rokok berjumlah 11, 4 juta
anak dari Kementrian Kesehatan5.
Data dari Departemen Kesehatan6 menunjukan bahwa prevalensi perokok
dewasa di Indonesia masih sangat tinggi, yang terdiri dari 67,4% laki-laki dan
4,5% perempuan atau 61,4 juta perokok di Indonesia. Pada tahun 2010, di
Kabupaten Tasikmalaya prevalensi merokok remaja adalah 28,7% untuk remaja
berumur 11 sampai 20 tahun menurut Dinas Kesehatan7. Melihat dari data
tingginya prevalensi merokok di masyarakat tidak sebanding dengan ketersediaan
pelayanan untuk berhenti merokok di masyarakat, padahal menurut World Health
Organization8 hampir 50% dari perokok saat ini di Indonesia berpikir tentang
berhenti merokok dan lebih dari 30% dari mereka membuat upaya untuk berhenti
merokok dalam 12 bulan terakhir. Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga
Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) dari beberapa penelitian sekitar 70-80
persen perokok ingin berhenti merokok, tapi hanya 3 persen yang berhasil.
Kegagalan untuk berhenti merokok ini di pengaruhi oleh beberapa faktor ; 42,9 %
tidak tahu caranya, 25,7 % sulit berkonsentrasi dan 2,9 % terikat oleh sponsor
rokok. Sementara itu, ada yang berhasil dan berhenti merokok disebabkan
kesadaran sendiri 76%, sakit 16%, dan tuntutan profesi 8%. Ada dua alasan yang
membuat perokok sulit lepas dari rokok, yaitu karena kecanduan. Adiksi dari
nikotin punya efek yang sangat besar, sehingga tak heran jika para perokok
mengeluh sulit sekali berhenti merokok9.
Motivasi remaja untuk berhenti merokok sangat dipengaruhi oleh
dukungan orang-orang disekitar. Orang tua memberikan dukungan sosial pada
remaja agar termotivasi untuk berhenti merokok. Sekolah memberikan dukungan
kepada siswanya untuk berhenti merokok dengan memberikan informasi yang
berkaitan dengan merokok. Teman sebaya agar mendukung atas keputusan
individu dalam memutuskan untuk berhenti merokok10. Pada dasarnya seorang
perokok berhasil atau tidak untuk berhenti merokok adalah tergantung pada
keseimbangan antara motivasinya untuk berhenti merokok dan tingkat
ketergantungannya terhadap nikotin 11, kemudian Fagan 12, menyatakan bahwa
tingkat ketergantungan nikotin mempunyai hubungan yang signifikan dengan niat
untuk berhenti merokok seorang perokok. Demikian juga hasil penelitian Girma 13, menyatakan bahwa mereka yang memiliki tingkat ketergantungan nikotin
tinggi tidak mempunyai niat untuk berhenti merokok.
Sebuah panel studi melaporkan bahwa, dengan memperhatikan variabel
sosiodemografi, usia yang lebih tua, kurang pendidikan, dan berpenghasilan
rendah dikaitkan dengan tidak adanya niat untuk berhenti merokok. Hal ini juga
telah melaporkan bahwa sosial dan kognitif faktor yang terkait dengan niat untuk
menjalani berhenti merokok pengobatan adalah usia tua, ketergantungan nikotin,
dorongan sosial untuk menjauhkan diri, dan memiliki sikap positif terhadap
pengobatan penghentian merokok. Secara khusus, faktor yang berhubungan
dengan keyakinan merokok seperti silf exempting, keyakinan dan efektivitas diri
berhubungan dengan niat untuk berhenti merokok14. Ketika perokok mengalami
ketidak sesuaian antara keinginan mereka untuk berhenti dan perilaku merokok
terus mereka, mereka mungkin mengalami ketidak nyamanan psikologis, dikenal
sebagai disonansi kognitif. Perokok dapat memegang pembenaran untuk
mengurangi disonansi kognitif dengan meminimalkan bahaya merokok. Meskipun
membenarkan merokok akan membantu perokok mengurangi disonansi, mereka
melakukannya dengan melanjutkan perilaku sangat berbahaya. Selain itu,
beberapa penelitian telah melaporkan bahwa efektivitas diri, yaitu, keyakinan
dalam kemampuan seseorang untuk mengatur dan menjalankan program tindakan
yang diperlukan untuk mengelola yang prospektif situasi adalah prediktor utama
dalam niatan untuk berhenti 15. Peneliti telah melakukan survei pendahuluan pada
siswa yang ada di MA Muhammadiyah Singaparna. Terdapat 28 siswa yang
merokok di MA Muhammadiyah Singaparna dan dari 10 orang yang peneliti
wawancarai 3 orang diantara mereka ada yang mempunyai keinginan untuk
berhenti merokok dengan alasan dan motivasi yang belum jelas.
Dalam penelitian ini timbul suatu perumusan masalah yang ingin diketahui
oleh peneliti yaitu bagaimana gambaran motivasi remaja untuk berhenti meroko di
SMA Muhammadiyah Singaparna? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran motivasi remaja untuk berhenti merokok di SMA
Muhammadiyah Singaparna.
METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan Cross Sectional yang akan menggambarkan tentang motivasi remaja
untuk berhenti merokok. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di Madrasah
Aliyah yang terletak perbatasan (urban), dan perkotaan di wilayah Tasikmalaya.
Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa anak SMA di wilayah
tersebut mempunyai karakteristik lingkungan yang bervariasi yaitu lingkungan
rural dan urban serta belum pernah ada penelitian sejenis di daerah tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Penelitian dilakukan untuk
medeskripsikan tentang gambaran motivasi remaja berhenti merokok di SMA
Muhammadiyah Singaparna.
HASIL
Karakteristik Responden
Karakteristik subjek penelitian SMA Muhammadiyah Singaparna yang
terdiri dari usia pertama kali merokok, usia sekarang, jumlah rokok yang dihisap
dalam satu hari, pernah mencoba berhenti merokok, jumlah usaha untuk berhenti
merokok, lama waktu berhenti merokok dan metode yang digunakan untuk
berhenti merokok dapat dilihat di tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia dan kebiasaan
merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna (n = 31)
Karakteristik Jumlah Persentase %
Usia sekarang
a. 15 tahun
b. 16 tahun
c. 17 tahun
d. 18 tahun
1
14
13
6
3,22
45,16
41,94
19,68
Usia pertama kali merokok
a. 13 tahun
b. 14 tahun
c. 15 tahun
d. 16 tahun
4
6
15
6
12,92
19,35
48,38
19,35
Jumlah rokok yang dihisap perhari
a. ≤ 10 batang
b. 11 - 20 batang
c. 21 – 30 batang
22
8
1
70,96
25,82
3,22
Pernah mencoba berhenti merokok
a. Ya
b. Tidak
30
1
96,78
3,22
Jumlah usaha untuk berhenti merokok
a. 1 – 2 kali 14 45,16
b. 3 – 5 kali
c. Lebih dari 5 kali
6
11
19,35
35,49
Lama waktu berhenti merokok
a. Kurang dari 1 bulan
b. 1-3 bulan
c. 3-6 bulan
d. Lebih dari 6 bulan
16
2
5
8
51,61
6,45
16,12
25,82
Metode yang digunakan untuk berhenti merokok
a. Permen
b. Mengurangi jumlah rokok
c. Konsultasi tenaga kesehatan
d. Sosis
e. Menahan diri untuk tidak merokok
8
15
5
1
2
25,83
48,38
16,12
3,22
6,45
Sumber : Data Primer (2014)
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui sebagian besar responden
(45,16%) berumur 16 tahun. Sebagian besar responden mencoba merokok
pertama kali saat berusia berumur 15 tahun (48,38%). Mayoritas responden
menghisap 10 batang rokok perhari dalam seminggu terakhir (70,90%). Hampir
seluruh responden (96,78%) pernah mencoba untuk berhenti merokok, dimana 14
orang diantaranya (45,16%) pernah mencoba untuk berhenti merokok setidaknya
satu kali. Rata – rata durasi berhenti merokok yang pernah dilakukan oleh
responden adalah selama kurang dari 1 bulan (51,61%). Hampir sebagian
responden (48,38%) menggunakan metode pengurangan konsumsi rokok secara
bertahap dalam usahanya untuk berhenti merokok.
Motivasi berhenti merokok (Richmond Test)
Gambaran motivasi untuk berhenti merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna
dapat dilihat di tabel 4.
Tabel 4. Motivasi berhenti merokok berdasarkan hasil dari Richmond Test (n =
31)
Karakteristik Jumlah Persentase %
Motivasi berhenti merokok
a. Motivasi rendah
b. Motivasi sedang
c. Motivasi tinggi
13
18
0
41,93
58,07
0
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian responden
(58,07%) memiliki motivasi sedang untuk berhenti merokok dan tidak ada (0%)
responden yang memiliki motivasi tinggi untuk berhenti merokok.
Ketergantungan nikotin (Fagerstrom Test)
Gambaran ketergantungan responden terhadap nikotin di SMA Muhammadiyah
Singaparna dapat dilihat di tabel 5.
Tabel 5. Ketergantungan terhadap nikotin berdasarkan hasil dari Fagerstrom Test
(n = 31)
Karakteristik Jumlah Presentase %
Ketergantungan nikotin
a. Ketergantungan Sangat rendah
b. Ketergantungan rendah
c. Ketergantungan sedang
18
8
5
58,07
25,81
16,12
Sumber : Data Primer 2014
Berdsarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (58,07%)
memiliki ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang motivasi berhenti merokok pada remaja di SMA
Muhammadiyah Singaparna menunjukan bahwa siswa SMA Muhammadiyah
Singaparna sebanyak 17 orang responden (58%) memiliki motivasi sedang dalam
usaha mereka untuk berhenti merokok. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Oredein16 dengan respondennya adalah remaja dan
orang dewasa yang menyatakan dari 327 responden sebagian besar (65%)
memiliki motivasi tinggi untuk berhenti merokok. Hasil penelitian ini
kemungkinan terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan perokok di SMA
Muhammadiyah Singaparna memiliki motivasi sedang, yaitu karena faktor
demografi dan lingkungan. Oredein16 mengatakan bahwa motivasi untuk berhenti
merokok bisa sukses, sangat dipengaruhi oleh withdrawal symptoms. Remaja,
seperti orang dewasa, dapat menjadi kecanduan nikotin dan akan terjadi banyak
gejala withdrawal symptoms yang meliputi perasaan depresi, insomnia, lekas
marah, frustrasi atau marah, kesulitan berkonsentrasi, gelisah, dan nafsu makan
meningkat. Dalam sebuah penelitian (Jung, 17, 18) semakin tinggi tingkat awal
motivasi untuk berhenti merokok, semakin besar peningkatan tingkat motivasi dan
tingkat keberhasilan dalam berhenti merokok berikut pendidikan. Dari hasil
penelitian ini juga terdapat 2 hasil yang ekstrim yaitu, sebagaian besar remaja di
SMA Muhammadiyah Singaparna (58%) memiliki motivasi sedang untuk
berhenti merokok dan tidak ada responden yang memiliki motivasi tinggi untuk
berhenti merokok (0%). Sebuah studi yang dilakukan oleh Uppal19 menunjukkan
bahwa motivasi tinggi dan motivasi rendah adalah konsep yang berbeda yang
belum tentu terkait. Seorang perokok yang memiliki motivasi tinggi akan cukup
berhasil dalam prosesnya untuk berhenti merokok karena mempunyai dorongan
yang kuat untuk bisa tidak merokok, sedangkan seorang perokok yang memiliki
motivasi rendah dan cenderung tidak memiliki motivasi untuk berhenti merokok
mereka akan kembali mengulangi aktifitas merokok mereka seperti biasanya dan
akan mengalami kegagalan untuk berhenti merokok.
Hasil penelitian tentang ketergantungan nikotin pada remaja di SMA
Muhammadiyah Singaparna menunjukkan bahwa (58%) siswa memiliki
ketergantungan sangat rendah terhadap nikotin. penelitiannya pada perokok
remaja menunjukkan 60% perokok memiliki tingkat ketergantungan merokok
rendah.
Perbedaan hasil dari penelitian ini disebabkan oleh lamanya seseorang
merokok ini akan makin meningkatkan ketergantungan terhadap nikotin, yang
pada akhirnya akan mempersulit orang tersebut untuk berhenti merokok. Hal ini
sesuai dengan teori primer (prime theory) dari West dalam Artana (2009)
kekuatan penggerak positif untuk terus merokok demi mendapatkan kenikmatan
(reward) yang sebanding, diikuti dengan peningkatan waktu dan jumlah rokok
yang dikonsumsi perhari dan pada akhirnya meningkatkan ketergantungan nikotin
pada perokok tersebut. Mekanisme yang mendasari efek menyenangkan nikotin
pada mood dan kognitif ini disebut juga dengan mekanisme neuromodulasi dari
nikotin. Penelitian yang dilakukan oleh Koob pada tahun 2000 mendapatkan juga
peningkatan ketergantungan nikotin seiring dengan makin lamanya seseorang
merokok.
Penelitian berhenti merokok yang dilakukan di Iran pada tahun 2007
memberikan gambaran yang jelas mengenai ketergantungan akan nikotin, dari 986
perokok yang menjalani program henti rokok yang diikutsertakan pada penelitian
ini, kesuksesan untuk henti rokok paling tinggi didapatkan pada kelompok dengan
tingkat ketergantungan nikotin rendah (70,5%), sedangkan pada kelompok
ketergantungan nikotin tinggi, angka kesuksesan yang didapatkan hanya 59,4%.
(Her, 2007). Kandel dan Hu (2007) menyatakan bahwa rerata umur onset
merokok terjadi pada usia remaja (12 sampai 18 tahun ) dan hanya sepertiganya
saja yang akan terus berkembang menjadi perokok aktif yang reguler, tetapi,
mereka yang berkembang menjadi perokok aktif akan memiliki tingkat
ketergantungan nikotin yang lebih tinggi dan cenderung gagal bila mengikuti
program berhenti merokok. Pendapat Kandel ini dibuktikan juga oleh Rojas 20dalam penelitiannya didapatkan hanya 10% dari perokok dengan onset merokok
usia remaja yang berhasil dalam program henti rokok yang diikutinya.
Tingkat ketergantungan rokok dan motivasi berhenti merokok merupakan
dua faktor yang mempengaruhi upaya keberhasilan berhenti merokok.
Ketergantungan adalah suatu keadaan fisik maupun psikologis seseorang yang
mengakibatkan badan maupun jiwanya selalu memerlukan obat tertentu untuk
dapat melakukan aktivitasnya, sedangkan motivasi adalah dorongan bertindak
untuk memuaskan suatu kebutuhan. Penilaian tingkat ketergantungan merokok
bertujuan untuk membantu memilih upaya intervensi yang akan diberikan.
Penilaian tingkat motivasi berhenti merokok bertujuan untuk mengidentifikasi
perokok yang siap berhenti merokok21. Pada dasarnya seorang perokok berhasil
atau tidak untuk berhenti merokok adalah tergantung pada keseimbangan antara
motivasinya untuk berhenti merokok dan tingkat ketergantungannya terhadap
nikotin 22. Fagan 11 menyatakan bahwa tingkat ketergantungan nikotin mempunyai
hubungan yang signifikan dengan niat untuk berhenti merokok seorang perokok.
Demikian juga hasil penelitian Girma 12, menyatakan bahwa mereka yang
memiliki tingkat ketergantungan nikotin tinggi tidak mempunyai niat untuk
berhenti merokok. Jadi, ketergantungan nikotin yang tinggi akan membuat
seseorang mengalami kegagalan dalam usahanya untuk berhenti merokok.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul “Gambaran
motivasi berhenti merokok di SMA Muhammadiyah Singaparna” maka diperoleh
kesimpulan rata-rata responden di SMA Muhammadiyah Singaparna memiliki
motivasi sedang untuk berhenti merokok kemudian ata-rata responden di SMA
Muhammadiyah Singaparna berusia 16 tahunn dan rata-rata responden di SMA
Muhammadiyah Singaparna merokok ≤ 10 batang rokok yang dihisap dalam
sehari kemudian sebagian besar responden di SMA Muhammadiyah Singaparna
pernah mencoba untuk berhenti merokok kemudian rata-rata responden di SMA
Muhammadiyah Singaparna memiliki derajat ketergantungan sangat rendah.
SARANBagi Institusi Pendidikan
Mengadakan penyuluhan berkala untuk mensosialisasikan tentang rokok,
bahaya rokok, cara pencegahan rokok dan cara untuk berhenti merokok serta
mengadakan bimbingan untuk pelajar perokok agar mereka berhenti merokok.
Penyuluhannya dilakukan dengan cara yang menarik dan jelas bagi siswa agar
mereka mengerti dan mengaplikasikannya.
Bagi peneliti selanjutnya
Saran untuk penelitian selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian
mengenai program berhenti merokok yang tepat untuk remaja, program berhenti
merokok yang tepat pada remaja yang sesuai dengan tingkat motivasi remaja
untuk berhenti merokok, usaha untuk mengurangi derajat ketergantungan terhadap
nikotin dikalangan remaja yang merokok, faktor-faktor motivasi untuk berhenti
merokok serta faktor penghambat motivasi untuk berhenti merokok.
Bagi pemerintah dan praktisi kesehatan
Membuat kebijakan untuk mengontrol dan menurunkan angka perokok
pada remaja dengan cara mengawasi perkembangan peraturan pemerintah tentang
iklan rokok dan kemasan rokok, dan mengadakan program-program penyuluhan
yang serentak dan berkala disekolah dengan memanfaatkan UKS untuk bisa
melakukan penyuluhan tentang bahaya rokok.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ns. Sri Sumaryani, M. Kep., Sp. Mat., Kaprodi Ilmu Keperawatan, atas
dukungan informasional dan penilaiannya. Tak lupa, seluruh tenaga
pengajar di PSIK UMY.
2. Ns. Sutantri. S.Kep., M.Sc., terima kasih atas bimbingan yang telah Ibu
berikan, hanya Allah yang dapat membalas jasa-jasa Ibu, mohon maaf atas
kesalahan dan kekurangan saya selama bimbingan.
3. Orang tua penulis, Bapak Cecep S dan Ibu Ois F, terima kasih atas
dukungan yang telah engkau berikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhammad, I. F. (2008). Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW. 22 Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. 2008. (Skripsi). Depok : FKM Universitas Indonesia (http://www.google.com/). Diakses 8 Desember 2013.
2. Susilo, S. (2009). Psikologi Sosial. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama4. Mboi, Nafsiah. (2013). Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan
Darah.http://www.depkes.go.id5. Kemenkes, RI. (2013). Melindungi Generasi Bangsa dari Iklan, Promosi dan
Sponsor Rokok, Menkes Luncurkan Peraturan Pencantuman Peringatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Rokok. (Online)
(http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2310) Diakses 13 Oktober 2013.
6. Depkes. 2013. Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta7. Dinkes Kabupaten Tasikmalaya. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten
Tasikmalaya. :Dinkes Kabupaten Tasikmalaya.8. Ulfa.2009.Detik.com
http://health.detik.com/read/2009/12/04/173025/1254298/766/kenapa-susah-sekali-berhenti-merokok diakses pada 24 November 2013
9. Sari Muntiarini. 2011. Hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi berhenti merokok pada remaja putra di MAN Kota Blitar.
10. Winurini, Sulis. (2011). Penyebab Relapse (kembali merokok)pada Perokok Berat di tinjau dari Health Belief Model. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretaris Jenderal DPR RI.
11. Fagan, R. (2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333.
12. Girma, Assefa. et.al . (2010). Cigarette smoker’s intention to quit smoking in Dire Dawa town Ethiopia: an assessment using the Transtheoretical Model. BMC Public Health 2010
13. Oakes, John dan Gratton, Peter. (2004). Kinetic Investigation of the oxidation of Methyl Orange and Substituted Arylazonaphthol Dyes by Peracids in Aqueous Solution. J.Chem.Soc.Perkin Trans. Vol.2
14. SHIAHPUS15. Oredein. A.O dan Oloyade. D.O (2008). Quality of teching 16. Westman EC, Levin ED, Rose JE. The nicotine patch in smoking cessation. Arch
Intern Med 1993; 153(16):1917-23.17. Kim SR, Kim OK, Yun KE, Khang YH, Cho HJ.Socioeconomic factors associated
with initiating and quitting cigarette smoking among Korean men. Korean J Fam Med 2009;30:415-25.
18. Kim MK, Jin CK, Kim YJ, Cho BM. The disease related factors affecting cessation of smoking. J Korean Acad Fam Med 1995;16:880-90
19. S.L. Uppal, “Electrical Power”, Khanna Publishers, Delhi-6, 201320. Rojas NL, Killen JD, Haydel KF, Robinson TN. Nicotine Dependence Among
Adolescent Smokers. Arch Pediatr Adolesc Med. 2005; 152:151-15621. Ayu, M. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan Minum Kopi.22. Westman EC, Levin ED, Rose JE. The nicotine patch in smoking cessation. Arch
Intern Med 1993; 153(16):1917-23.