model perokok
DESCRIPTION
Model Pola Interaksi Perokok Aktif dan Perokok pasifTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu
analisis yang dapat diterima secara ilmiah terhadap setiap peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Peristiwa-peristiwa yang ada dapat dianalisis
menggunakan berbagai macam sudut pandang, misalnya suatu peristiwa
dipandang dari sudut pandang ekonomi, sosial budaya, sudut pandang politik dan
sebagainya. Salah satunya, peristiwa yang ada dapat dipandang dalam bentuk
model matematika. Artinya peristiwa tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk
persamaan atau fungsi matematika.
Secara umum model matematika adalah suatu usaha untuk menciptakan
suatu replika atau tiruan dari suatu fenomena atau peristiwa alam maupun sosial
ke dalam bahasa matematika, proses seperti ini disebut sebagai Pemodelan Secara
Matematika. Model matematika memiliki aplikasi cukup penting dalam berbagai
bidang ilmu. Dengan menggunakan beberapa asumsi, permasalahan yang ada
dalam lingkungan kehidupan dapat ditransformasikan dalam model matematika.
Dari model matematika yang ada selanjutnya dapat dianalisis perilaku-perilaku
yang ada didalamnya. Oleh karena itu model matematika mewakili idealisasi
simflikasi realitas.
Dewasa ini, ada banyak fenomena sosial yang mampu kita transformasi ke
dalam suatu persamaan matematika sebagai rumus atau persamaan yang
menyatakan ciri pokok suatu system atau proses dalam bahasa matematika.
Model matematika yang akan disusun adalah model yang menggambarkan
pergerakan dari sub-sub populasi tersebut. Model yang disusun menggambarkan
perilaku dari tiap-tiap sub populasi, sehingga dapat diambil suatu tindakan berdasar
model matematika untuk dapat mengendalikan penyebaran populasi.
Pada makalah ini, kami mencoba merancang suatu model matematika
yang mendeskripsikan sebuah kasus yang membentuk sistem tersendiri. Kasus
yang kami maksud adalah interaksi perokok, bukan perokok, dan orang yang
1
sedang berusaha berhenti merokok di kalangan Mahasiswa FMIPA Unhas, dengan
memperhatikan aspek-aspek yang kami anggap memberikan pengaruh yang cukup
signifikan pada kasus tersebut. Kasus tersebut menjadi pilihan kami sebagai salah
satu permasalahan di kehidupan nyata yang cukup menarik untuk kita kaji dalam
bentuk persamaan matematika dengan asumsi-asumsi tertentu yang implementasi
kasus tersebut termasuk sebagai kasus interaksi publik dalam kehidupan sehari-
hari.
Aktivitas merokok yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
tidak hanya melibatkan kalangan yang memiliki materi yang berlebih, orang yang
tergolong dewasa, atau dikhususkan pada laki-laki, namun aktivitas merokok kini
mulai merambah ke berbagai kalangan. Hal tersebut menandakan bahwasanya
persebaran populasi perokok yang ada sudah tak mengenal ruang dan waktu. Dari
aspek-aspek di atas penulis mencoba membawa kasus tersebut ke dalam
persamaan matematika.
Salah satu faktor yang banyak dipertimbangkan dalam pembentukan
model tersebut adalah adanya interaksi antar populasi perokok, populasi bukan
perokok serta populasi orang yang sedang berusaha berhenti merokok di kalangan
mahasiswa FMIPA Unhas. Sehingga dengan adanya interaksi antar populasi
tersebut sangat mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi pada populasi
perokok, bukan perokok, maupun pada populasi orang yang sedang dalam berada
pada tahap berusaha berhenti merokok. Atas dasar ini penulis mencoba
mengembangkan makalah tersebut dengan judul “Interaksi Antara Perokok
Aktif Dan Pasif Di Kalangan Mahasiswa Fmipa Unhas”.
I.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, permasalahan yang akan dibahas adalah berupa
penyusunan model matematika yang menggunakan pendekatan compartemental
atau pembagian kelas. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membentuk suatu model matematika dari suatu fenomena di
kehidupan nyata?
2
2. Bagaimana menjelaskan konsep mengenai model matematika yang telah
dibentuk?
3. Bagaimana menganalisis titik kesetimbangan, kestabilan dari model
tersebut?
4. Bagaimana menjelaskan kurva solusi yang diberikan oleh model tersebut?
I.3 Batasan Masalah
Mengingat bahwa permasalahan penyusunan model matematika Interaksi
perokok aktif dan perokok pasif di kalangan mahasiswa FMIPA Unhas sangat
kompleks, maka perlu dilakukan pembatasan atas ruang lingkup permasalahan.
Dalam makalah ini, penulis membatasi masalah pada beberapa hal, yaitu dengan
pemodelan dilakukan dengan pendekatan model epidemiologi dengan
memperhatikan asumsi pada model yang diberikan Model Interaksi Antara
Perokok Aktif Dan Pasif Di Kalangan Mahasiswa FMIPA Unhas melalui
penyebaran kuisioner yang berformat pasti pada beberapa mahasiswa FMIPA
Unhas. Dengan demikian parameter-parameter dan nilai yang digunakan
berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh. Kemudian asumsi yang dibuat
didasarkan pada keadaan yang dianggap sangat berpengaruh pada kasus tersebut
untuk merancang modelnya.
Dari persamaan matematika yang dibentuk selanjutnya dilakukan analisis
titik kesetimbangan, selanjutnya linearisasi di sekitar titik kesetimbangan untuk
memperoleh persamaan dan nilai karakteristiknya sebagai acuan dalam
menentukan kestabilan dari titik kesetimbangan yang diperoleh. Teknik tersebut
dikenal dengan analisis kualitatif, yaitu mencoba menganalisis solusi dari sistem
persamaan yang dibentuk secara grafis. Perhitungan matematis yang digunakan
dalam menentukan aspek-aspek di atas, sepenuhnya menggunakan software
matematika yaitu program pada Maple.
3
I.4 Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penulisan
karya tulis ini adalah sebagai berikut: :
1. Membentuk suatu model matematika dari suatu fenomena di kehidupan
nyata.
2. Menjelaskan konsep mengenai model matematika yang telah dibentuk
3. Menganalisis titik kesetimbangan, kestabilan dari model tersebut.
4. Menjelaskan kurva solusi yang diberikan oleh model tersebut.
I.5 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran
mengenai interaksi antara perokok aktif dan pasif di kalangan mahasiswa Fmipa
Unhas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Aktivitas Merokok
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh kuman, atau bakteri,
tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Jantung
koroner, kanker, stroke, kanker kulit, diabetes, gigi keropos dan tekanan darah
tinggi merupakan contoh dari penyakit-penyakit tersebut. Hardinge, dkk (2001)
mengemukakan bahwa merokok adalah salah satu kebiasaan atau pola hidup yang
tidak sehat itu. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa perilaku merokok tidak
hanya menyebabkan berbagai macam penyakit tetapi juga dapat memperberat
penyakit lainnya. White & Watt (1981) mengungkapkan bahwa seorang perokok
yang menghisap 1-9 rokok perhari akan mengalami pemendekan umur sekitar 5.5
tahun.
Dalam membahas perilaku merokok, terlebih dahulu alasan mengapa
seseorang merokok sementara orang lain tidak merokok. Antonang (1997)
menulis bahwa merokok adalah perilaku yang kompleks, karena merupakan hasil
interaksi dari aspek kognitif, lingkungan sosial, karena psikologis, conditioning,
dan keadaan fisiologis. Secara kognitif, para perokok tidak memperlihatkan
keyakinan yang tinggi terhadap bahaya yang didapat dari merokok. Mereka
beranggapan bahwa merokok tidak merusak kesehatan asal diimbangi dengan
olahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi. Bila ditinjau dari
aspek sosial, sebagian besar perokok menyatakan bahwa mereka merokok karena
terpengaruh oleh orang-orang lain disekitarnya. “Demi pergaulan” adalah alasan
yang paling sering dikemukakan oleh perokok pada saat ditanya mengapa mereka
merokok. Secara psikologis, perilaku merokok dilakukan untuk relaksasi,
mengurangi ketegangan dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi.
Interaksi antara perokok aktif dengan perokok pasif ini biasanya terjadi di
tempat-tempat umum, seperti misalnya stasiun kereta api, terminal, di dalam bus
kota, dll.
5
II.2. Model Matematika
Model matematika didefinisikan secara luas sebagai rumus atau persamaan
yang menyatakan ciri pokok sistem fisik atau proses dalam bahasa matematika.
Klasifikasi Model matematika
a. Model teoritis: dikembangkan menggunakan prinsip kimia dan fisika.
b. Model empiris: diperoleh dari analisa matematika (statistika) data operasi
proses.
c. Model semiempiris: mongkompromikan antara model teoritis dan model
empiris dengan satu atau lebih parameter dievaluasi dari data eksperimen
atau plant.
Perbandingan Model Teoritis dan Empiris
Teoritis
1. Mencoba menggambarkan meknisme dari sebuah fenomena
menggambarkan hubungan sebab‐akibatdari suatu mekanisme).
2. Karena keterbatasan pengetahuan tentang fisika ruang‐waktu, gambaran
hubungan sebab‐akibat inidibatasi pada tingkat penggambaran yang
sangat kasar.
3. Membutuhkan pemahaman tentang mekanisme sehingga membutuhkan
sangat banyak pengetahuan (pemahaman) dan sangat banyak kerja untuk
mengembangkan.
4. Dapat digunakan untuk mengekstrapolasi dengan resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan pernyataan empiris.
Empiris
1. Tidak mencoba menggambarkan mekanisme.
2. Tidak didasarkan pada teori yang menyatakan mekanisme tersebut.
3. Didasarkan pada data yang diperoleh melalui pengalaman (percobaan
dan pengamatan) tanpa interpretasi eksplisit tentang data melalui sebuah
teori.
4. Mengkorelasikan data empiris menggunakan metoda statistika.
5. Lebih mudah untuk mengembangkan daripada pernyataan teoritis.
6
6. Hanya dapat digunakan untuk ekstrapolasi dengan resiko yang sangat
besar karena model empiris tidak memberikan implikasi apapun tentang
keabsahannya diluar kisaran data dimana data tersebut didasarkan.
Karakteristik Tipikal Model Matematika
1. Model matematika menggambarkan proses alam atau sistem dalam
bahasa matematika.
2. Model matematika mewakili idealisasi dan simplifikasi realitas. Yakni,
model tersebut mengabaikan detail dari proses alam dan menfokuskan
pada manifestasi intinya.
3. Model matematikamenghasilkan hasil yang dapat diulangi, dan sebagai
akibatnya, dapat digunakan untuk tujuan prediksi. Sebagai contoh, jika
gaya pada benda dan massanya diketahui, persamaandiatasdapat
digunakan untuk menghitung percepatan.
II.3. Analisis Kualitatif
Model epidemiologi merupakan salah satu cabang dan pemodelan
matematika di mana model ini lebih banyak digunakan untuk menganalisis dan
memodelkan karakteristik yang saling berpengaruh antar individu. Sebagai contoh
adalah pemodelan pada penularan penyakit, perpindahan ciri atau karakteristik
suatu populasi dan lain sebagainya. Model yang di bahas pada makalah ini, yaitu
Model Interaksi Perokok Aktif dan Pasif di kalangan Mahasiswa FMIPA Unhas.
Namun, pada model epidemiology umumnya menganalisis bagaimana proses
penularan suatu penyakit dapat terjadi. Model tersebut dapat juga kita
Dalam memformulasikan model ini dalam bentuk turunan, diasumsikan
bahwa semua kompartemen, atau variable yang terlibat merupakan suatu fungsi
yang terturunkan terhadap waktu. Pada umumnya model epidemologi berbentuk
model yang deterministik karena pembentukan model tersebut, seluruhnya
ditentukan dari karakteristik kasus yang dimodelkan dengan asumsi, bahwa unsur-
unsur pembentuk model terjadi secara pasti.
7
Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam analisis kualitatif yaitu, Sistem
Persamaan Differensial, titik kesetimbangan, linearisasi disekitar titik
kesetimbangan, persamaan karakteristik, nilai karakteristik sebagai nilai eigen dan
penentuan kestabilan dari titik kesetimbangan yang diperoleh.
II.3.1. Sistem Persamaan Diferensial
Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]
Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut:
dxdt
= x=Ax+b , x (0 )=x0
(2.1)
dengan A adalah matriks koefisien konstan berukuran dan b vektor konstan.
Sistem tersebut dinamakan SPDL orde 1 dengan kondisi awalx (0 )=x0. Jika b=0
sistem dikatakan homogen dan dikatakan tak homogen jika 0 .
Definisi 2 [Sistem Persamaan Diferensial Tak Linear (SPDTL)]
Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut:
x=f (x , t ) (2.2)
Dengan x=(x1 (t )¿
xn (t ))dan f (x , t )=( f 1 (t , x1, x2 , …. xn )¿
f n (t , x1, x2 , …. xn )) diasumsikan fungsi tak linear
pada (, x1, x2 ,…. xn ).
Sistem (2.2) disebut sistem persamaan diferensial tak linear.
[Braun, 1983]
Definisi 3 [Sistem Persamaan Diferensial Mandiri ]
Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai berikut
x=f (x ) , x∈Rn (2.3)
dengan f merupakan fungsi kontinu bernilai riil dari x dan mempunyai turunan
parsial kontinu. Persamaan (2.3) disebut persamaan diferensial mandiri
(autonomous) karena tidak memuat t secara eksplisit di dalamnya.
8
II.3.2. Titik Tetap
Definisi 4 [Titik Tetap]
Diberikan sistem persamaan diferensial
x=f (x ) , x∈Rn (2.4)
Titikxdisebut titik tetap atau titik kritis atau disebut juga titik kesetimbangan jika
f ( x )=0
Titik Tetap Stabil
Misalkan x adalah titik tetap sebuah persamaan diferensial dan x(t) adalah solusi
dengan kondisi awal x(0)=x0, dimana x0≠ x. Titik xdikatakan titik tetap stabil,
jika untuk setiapε>0 terdapat r>0 ,
sedemikian hingga|x0−x .|<r ,maka|x ( t )−x .|<0untuk t>0
[Vershult, 1990]
Analisis Kestabilan Titik Tetap
Analisa kestabilan untuk setiap titik tetap yang berbeda untuk setiap nilai eigen
yakni:
a. Sistem x=Axadalah stabil jika dan hanya jika setiap nilai eigen dari
bernilai negatif.
b. Sistem x=Axadalah tidak stabil jika dan hanya jika minimal satu nilai
eigen dari A bernilai positif.
[Borrelli dan Coleman, 1998]
II.3.3. Titik Kesetimbangan
Titik lesetimbangan adalah sebuah keadaan dari sebuah sistem yang tidak
berubah. Jika sistem dinamik diuraikan dama persamaan differensial atau system
persamaan diferensial, maka titik kesetimbangn dapat diperoleh dengan
mengambil turunan pertamanya sama dengan nol. Misalakan diberikan sistem
persamaan differensial biasa orde satu sebagai berikut.
x=f (xε , t) (2.5)
Titik xεdisebut titik kestimbangan dari x=f ( xε ,t )
9
Jika untuk setiap t berlaku
f ( xe , t )=0 , (2.6)
maka
x ( t ; xe , t0 )=xe , (2.7)
untuk sebarang t0 .
Titik xe yang memenuhi persamaan (2.3) disebut suatu titik keseimbangan
(equilibrium point) atau titik kritis (critical point) atau keadaan setimbang
(equilibrium state). Dengan demikian, suatu solusi yang melalui titik
keseimbangan xe pada suatu saat akan tetap pada titik itu untuk setiap waktu t.
Solusi yang demikian disebut solusi keseimbangan (equilibrium solution) atau
trayektori konstan (constant trajectory) dan jika xe=0 , ia disebut solusi nol
(null solution). Misalkan xe adalah suatu titik keseimbangan dari sistem dinamik
x=f ( x , t ) , dengan f ( xe , t )=0 untuk setiap t.
Definisi 5 Titik kesetimbangan xe , atau solusi kesetimbangan x ( t )=xe
dikatakan stabil jika diberikan sebarang t0 dan bilangan positif ε , terdapat suatu
bilangan positif δ (ε , t0) sedemikian sehingga, jika
‖x0−xe‖<δ
(2.8)
berlaku
‖x (t ; x0 , t0 )−xe‖<ε, untuk setiap t≥t0 .
Definisi 6 Titik keseimbangan xe disebut konvergen (stabil secara quasi-
asimptotik, quasi-asymptotically stable), jika untuk sebarang t0 terdapat δ1 (t0) , sedemikian sehingga, jika
‖x0−xe‖<δ1 (2.9)
berlaku
10
limt →∞
x ( t ; x0 , t0)=xe, (2.10)
untuk setiap t0 . Dengan perkataan lain, untuk setiap ε 1 , terdapat T (ε1 , x0 , t0) sedemikian sehingga, jika
‖x0−xe‖<δ1
berlaku
‖x (t ; x0 , t0 )−xe‖<ε1 ,untuk setiap t≥t0+T
Definisi 7 Titik keseimbangan xe disebut stabil secara asimptotik, atau disebut
stabil asimptotik saja, jika ia konvergen dan stabil.
Definisi 8 Titik keseimbangan xe disebut stabil asimptotik global, jika ia stabil
dan setiap trayektori konvergen ke titik keseimbangan tersebut untuk t menuju ke
tak berhingga.
II.3.4. Linearisasi di Titik Kesetimbangan
Pertimbangkan sistem persamaan diferensial autonomi non linear dimensi
dua
yang mempunyai titik keseimbangan ( xe , ye) , yaitu memenuhi f ( xe , y e)=0 dan
g( xe , ye )=0 . Untuk menganalisis kestabilan titik keseimbangan ( xe , ye) , kita
lanjutkan dengan memeriksa apa yang terjadi jika kurva solusi ( x ( t ) , y ( t )) pada
awalnya sangat dekat dengan titik keseimbangan ( xe , ye) , proses ini biasa disebut
analisis kestabilan linear atau linearisasi sistem di sekitar titik keseimbangan.
Misalkan
11
dimana ε adalah suatu bilangan positif kecil, yaitu 0<|ε| ¿¿. εX ( t ) dan εY ( t )
dapat dinyatakan sebagai nilai pergeseran (displacement) x ( t ) dan y ( t ) dari titik
keseimbangan. Dengan mengsubstitusi persamaan (2.22) ke dalam persamaan
(2.21) diperoleh
Dengan mengenakan ekspansi deret Taylor pada fungsi dua variabel di atas
disekitar titik keseimbangan ( xe , ye)diperoleh
Dengan asumsi bahwa nilai ε cukup kecil maka bentuk Ο(ε 2) juga menjadi
lebih kecil lagi. Dengan itu, bentuk Ο(ε 2) dapat diabaikan. Selanjutnya, karena
titik keseimbangan ( xe , ye) memenuhi f ( xe , y e)=0 dan g( xe , ye )=0 , maka
bentuk terakhir dapat ditulis sebagai
Masalah nilai eigen dan vektor eigen banyak sekali dijumpai dalam bidang
rekayasa, seperti masalah kestabilan system, optimisasi dengan SVD, kompresi
pada pengolahan citra, dan lain-lain. Pada makalah ini nilai eigen digunakan
untuk mencari akar dari persamaan karakteristik. Misalkan sebuah matriks Anxn
dan v adalah vektor tak nol di Rn dan skalar λmerupakan scalar Rill sehingga
memenuhi A v=λ v maka λdinamakan nilai eigen sedangkan vdinamakan vektor
eigen. Dapat diperhatikan bahwa :
12
A v=λ v
⟷ A v−λ v=0
⟷ A v−λI v=0
Dimana Inxn merupakan matriks Identitas
⟷ ( A−λI ) v=0
Dengan mengingat kembali pembahasan mengenai SPL homogen maka
( A−λI ) v=0
Akan mempunyai solusi tunggal v adalah vektor nol jika dan hanya jika
det ( A−λI ) ≠ 0
Karena menurut definisi vektor v adalah vektor tak nol, maka kondisi ini akan
dipenuhi jika dan hanya jika det ( A−λI )=0. Dengan demikian kita bisa
mengetahui nilai eigen dari suatu matriks A, yakni skalar (λ) yang memenuhi :
det ( A−λI )=0.
Selanjutnya persamaan ini dinamakan persamaan karakteristik . Jadi nilai-nilai
eigen merupakan akar-akar dari persamaan karakteristik tersebut. Jadi inti
pencarian nilai eigen adalah mencari akar persamaan karakteristik
det ( A−λI )=0
Dari pemaparan masalah nilai eigen diatas, matriks yang dilibatkan pada kasus
tersebut yaitu matriks Jacobiannya.
Sistem persamaan diferensial linear di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks
yang mempunyai titik keseimbangan (0, 0). Matriks ( f x f y
gx g y)
disebut juga
matriks jacobian.
Sekarang pertimbangkan kembali sistem dimensi 2
x=ax+byy=cx+dy (2.28)
13
dengan asumsi bahwa ad−bc≠0 , yaitu titik keseimbangan (0, 0) adalah titik
keseimbangan yang terisolasi. Anggaplah bahwa sistem (2.23) adalah sistem
persamaan diferensial linear yang berpadanan dengan sistem persamaan
diferensial non linear (2.21) dengan titik keseimbangan ( xe , ye) . Dari penjelasan
diatas, kita dapat memperoleh matriks jacobiannya, kemudian dapat pula kita
peroleh nilai-nilai eigennya dari akar-akar persamaan karakteristiknya.
Selanjutnya analisis kestabilan titik keseimbangan ( xe , ye) untuk sistem non
linear (2.21) diberikan dalam teorema berikut.
Teorema (Boyce dan DiPrima, 1992). Misalkan r1 dan r2 adalah nilai eigen dari
sistem linear (2.23) yang bersesuaian dengan sistem non linear (2.21). Maka tipe
dan kestabilan titik keseimbangan (0 , 0 ) dari sistem linear (2.23) dan sistem non
linear (2.21) diberikan pada tabel 1.1.
Table 1.1: Sifat-sifat Kestabilan pada sistem linear dan non linear
Nilai eigen Sistem Linear Sistem Non Linear
r1 dan r2 Tipe Kestabilan Tipe Kestabilan
r1>r2>0 IN Tidak Stabil IN Stabil
r1<r2<0 INStabil
AsimptotikIN
Stabil
Asimptotik
r2<0<r1 SP Tidak Stabil SP Tidak Stabil
r1=r2>0 PN atau IN Tidak StabilPN, IN, atau
SpPTidak Stabil
r1=r2<0 PN atau INStabil
Asimptotik
PN, IN, atau
SpP
Stabil
Asimptotik
r1 , r2=ρ±iω
ρ>0 SpP Tidak Stabil SpP Tidak Stabil
14
ρ<0 SpPStabil
Asimptotik SpP
Stabil
Asimptotik
ρ=0 C Stabil C atau SpP Tak Tentu
IN, Node tidak sejati; PN, Node sejati; SP, Titik Pelana; SpP, Spiral; C, Pusat
Secara esensial, Teorema 1.2 menyatakan bahwa untuk suatu gangguan yang
kecil, nilai bentuk non linear juga kecil dan tidak mempengaruhi kestabilan dan
tipe dari titik keseimbangan sebagaimana ditentukan oleh bentuk linear kecuali
dalam dua kasus yaitu, r1 dan r2 adalah bilangan kompleks murni dan r1 dan r2
real dan sama. Analisis kestabilan lokal untuk titik keseimbangan ( xe , ye) dari
sistem non linear adalah ekivalen dengan analisis kestabilan titik keseimbangan
(0, 0) yang terisolasi untuk sistem linear.
15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Model Matematika
Dalam matematika, Teori Model adalah ilmu yang menyajikan konsep-
konsep matematis melalui konsep himpunan, atau ilmu tentang model-model yang
mendukung suatu sistem matematis. Teori Model diawali dengan asumsi
keberadaan obyek-obyek matematika (misalnya keberadaan semua bilangan) dan
kemudian mencari dan menganilisis keberadaan operasi-operasi, relasi-relasi atau
aksioma-aksioma yang melekat pada masing-masing obyek atau pada kumpulan
obyek-obyek tersebut.
Populasi pada model tersebut dibedakan dalam tiga kelas populasi yaitu
populasi orang yang rentan merokok (bukan perokok) dalam variable x, kemudian
populasi orang yang merokok (perokok) dalam variavel y dan terakhir orang yang
sedang dalam tahap berusaha berhenti merokok dalam variable z.
Asumsi-asumsi yang berlaku adalah :
1. Diasumsikan bahwa terdapat sebanyak M individu yang rentan merokok
yang masuk kedalam system, dan terdapat N individu yang perokok juga
masuk ke dalam system. Populasi awal yang merokok disebabkan karena
adanya kemauan sendiri atau adanya pengaruh dari orang lain.
2. Bertambahnya populasi orang yang merokok dipengaruhi oleh adanya
populasi awal yang merokok, adanya orang yang bukan perokok yang tiba-
tiba merokok tanpa ada interaksi dengan perokok, adanya interaksi antara
perokok dan bukan perokok yang mengakibatkan orang yang bukan perokok
menjadi perokok, serta interaksi antara perokok dengan orang yang sedang
16
berusaha berhenti merokok yang mengakibatkan orang yang dalam tahap
berusaha berhenti merokok kembali jadi perokok.
3. Berkurangnya populasi orang yang merokok dipengaruhi oleh adanya orang
yang perokok menjadi berusaha berhenti merokok tanpa ada interaksi
dengan populasi lain. Selain itu dipengaruhi karena adanya interaksi antara
orang yang perokok dengan orang yang bukan perokok mengakibatkan
perokok menjadi berusaha berhenti merokok.
4. Bertambahnya populasi awal orang yang tidak merokok dipengaruhi oleh
adanya interaksi antara orang yang bukan perokok dengan orang yang
sedang dalam tahap berusaha berhenti merokok, mengakibatkan orang yang
sedang berusaha berhenti merokok kemudian menjadi berhenti merokok.
Selain itu adanya orang yang dalam tahap berusaha berhenti merokok
menjadi benar-benar berhenti merokok tanpa adanya interaksi dengan
populasi lain.
5. Berkurangnya populasi orang yang tidak merokok dipengaruhi oleh adanya
orang yang tidak merokok menjadi perokok tanpa adanya interaksi dengan
populasi lain dalam hal ini karena kemauan sendiri. Selain itu adanya
interaksi antara orang bukan perokok dengan orang yang perokok,
mengakibatkan orang yang bukan perokok menjadi orang prokok.
6. Populasi orang yang sedang dalam tahap berusaha berhenti merokok
bertambah oleh adanya interaksi antara bukan perokok dengan orang
perokok yang mengakibatkan orang yang perokok menjadi berusaha untuk
berhenti merokok. Selain itu, juga dipengaruhi oleh adanya orang yang
perokok menjadi berusaha berhenti merokok tanpa ada interaksi dengan
populasi lain.
7. Selanjutnya berkurangnya populasi orang yang sedang dalam tahap berhenti
merokok kembali menjadi perokok karena adanya interaksi dengan orang
yang perokok. Selain itu dipengaruhi oleh adanya interaksi antara orang
bukan perokok dengan orang yang berusaha berhenti merokok
mengakibatkan orang yang dalam tahap berusaha berhenti menjadi berhasil
berhenti merokok. Dan terakhir adanya orang yang sedang dalam tahap
17
Orang yang merokok
Orang yang rentan merokok
Orang yang berusaha berhenti merokok
Max
bxyN
cy
dzy qxz qxz
rx ry
kz
rz
sxy sxy
berusaha berhenti merokok menjadi orang yang tidak perokok tanpa adanya
interaksi atau pengaruh populasi orang lain.
8. Ketiga kelas populasi yang ada juga berkurang, karena adanya orang yang
dianggap keluar dari sistem seperti halnya D.O atau karena adanya orang
yang berhenti kuliah dengan persentase yang cukup kecil.
III.2. Analisis Kualitatif
III.2.1. Diagram Kompartemen
Secara skematis, pola penyebaran perokok dan perilaku interaksi dapat
digambarkan dalam diagram kompartemen berikut:
III.2.2. Sistem Persamaan Diferensial
18
Di mana,
dxdt
merupakan laju pertumbuhan populasi orang yang rentan merokok setiap
tahun.
dxdt
merupakan laju pertumbuhan populasi orang yang tidak merokok setiap tahun
dxdt
merupakan laju pertumbuhan populasi orang yang sedang berusaha berhenti
merokok setiap tahun
Dan,
M = Jumlah Mahasiswa baru non perokok.
N = Jumlah Mahasiswa baru perokok.
a = Peluang/persentase mahasiswa tidak perokok menjadi perokok karena
kemauan sendiri.
b = Peluang seorang mahasiswa yang tidak merokok menjadi perokok karena
bergaul dengan perokok.
c = Peluang/persentase seorang mahasiswa perokok untuk berusaha berhenti
merokok.
d = Peluang/persentase seorang mahasiswa yang berusaha berhenti merokok,
tetapi kembali lagi menjadi perokok karena bergaul dengan perokok.
k = Peluang/persentase seorang mahasiswa yang berusaha berhenti merokok
menjadi benar-benar berhenti merokok.
r = Peluang seorang mahasiswa yang meninggalkan fakultas karen DO,
meninggal dunia, atau sarjana.
q = Peluang seorang mahasiswa yang berusaha berhenti merokok menjadi
benar-benar berhenti karena bergaul dengan mahasiswa yang tidak
merokok.
s = peluang interaksi antara seorang mahasiswa yang rentan merokok dan
mahasiswa perokok yang mengakibatkan mahasiswa yang perokok
berusaha berhenti merokok.
x = Menunjukkan populasi mahasiswa yang rentan merokok.
y = Menunjukkan populasi mahasiswa yang merokok.
19
z = Menunjukkan populasi mahasiswa yang berusaha berhenti merokok.
III.2.1. Titik Kesetimbangan Populasi
Titik kesetimbangan (equilibrium point) biasa juga disebut titik kritis
(critical point) atau keadaan setimbang (equilibrium state). Titik kesetimbangan
populasi akan terjadi bila tak satu pun dari populasi mengalami perubahan jumlah
dalam hal ini , dan yang terjadi secara kontinu atau akan
tetap bernilai 0 meskipun terjadi perubahan waktu, sehingga sistem persamaan
(3.1) menjadi
Dari hasil pengumpulan data, diperoleh :
Dengan mensubsitusi nilai dari parameter yang telah diperoleh ke dalam
persamaan (1), maka diperoleh :
20
Untuk memperoleh keadaan setimbang, maka dapat kita mensubsitusi persamaan
(3.3) ke persamaan (3.2) diperoleh
Dari persamaan di atas diperoleh titik kesetimbangannya, yaitu :
III.2.4. Titik Kestabilan
Kestabilan Titik Kesetimbangan
Untuk menentukan kestabilan dari titik kesetimbangan dari model ini,
terlebih dahulu kita menentukan matriks jacobiannya, menggunakan rumus
matriks jacobian dari persamaan
Adapun matriks Jacobian, diperoleh
Sekarang, kita akan mencari akar-akar persamaan dari masing-masing titik
kesetimbangan yang telah diperoleh sebelumnya,
21
Untuk
Dari titik kesetimbangan I di atas diperoleh
Dari aljabar linear diketahui bahwa terdapat suatu penyelesaian non trivial
untuk sistem persamaan linear homogen jika dan hanya jika determinan dari
koefisiennya sama dengan nol, yaitu
Dari persamaan di atas
Dari persamaan (3.7) di atas diperoleh akar-akar persamaan karakteristiknya,
sebagai nilai eigen yaitu :
Karena ada akar dari persamaan karakteristik sebagai nilai eigen yang positif
maka untuk titik kesetimbangan I ini tidak stabil.
Untuk
Dari titik kesetimbangan 2 di atas diperoleh
22
Dari aljabar linear diketahui bahwa terdapat suatu penyelesaian non trivial
untuk sistem persamaan linear homogen jika dan hanya jika determinan dari
koefisiennya sama dengan nol, yaitu
Dari persamaan di atas
Dari persamaan (3.8) di atas diperoleh akar-akar persamaan karakteristiknya,
yaitu:
Berdasarkan teorema Boyce dan Di Prima, Karena semua akar karakteristik
sebagai nilai eigen bernilai negatif maka solusi setimbang II stabil asimptotik.
Untuk
Dari titik kesetimbangan 3 di atas diperoleh
23
Dari aljabar linear diketahui bahwa terdapat suatu penyelesaian non trivial
untuk sistem persamaan linear homogen jika dan hanya jika determinan dari
koefisiennya sama dengan nol, yaitu
Dari persamaan di atas
Dari persamaan (9) di atas diperoleh akar-akar persamaan karakteristiknya, yaitu:
Karena ada akar karakteristik yang positif maka untuk titik kesetimbangan III ini
tidak stabil.
Untuk
Dari titik kesetimbangan di atas diperoleh
24
Dari aljabar linear diketahui bahwa terdapat suatu penyelesaian non trivial
untuk sistem persamaan linear homogen jika dan hanya jika determinan dari
koefisiennya sama dengan nol, yaitu
Dari persamaan di atas
Dari persamaan (3.10) di atas diperoleh akar-akar persamaan karakteristiknya,
yaitu:
Berdasark teorema Boyce dan DiPrima, Karena semua akar karakteristik negatif
maka dari titik kesetimbangan IV dapat dikatakan stabil asimptotik.
Dari persamaan di atas dapat digambarkan dalam grafik
25
Keterangan :
: menunjukkan laju pertumbuhan populasi x (mahasiswa yang
rentan merokok)
: menunjukkan laju pertumbuhan populasi y (mahasiswa yang
merokok)
: menunjukkan populasi z (mahasiswa yang berusaha berhenti
merokok)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam 10 tahun ke depan
populasi y dalam hal ini populasi mahasiswa yang merokok semakin meningkat
sedangkan populasi x (populasi mahasiswa yang rentan merokok) dan populasi z
(populasi mahasiswa yang berusaha berhenti merokok) akan semakin menurun
dan pada akhirnya tepatnya tahun ke 10, kedua populasi tersebut akan punah.
26
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
untuk Model Interaksi Perokok Aktif dan Pasif Di Kalangan mahasiswa FMIPA
Unhas :
1. Model matematika yang dapat dibentuk pada kasus tersebut adalah
Sistem Persamaan Diferensial
2. Dari model di atas diperoleh empat titik kesetimbangan, diantaranya sebagai
berikut :
27
3. Kestabilan dari titik kesetimbangan yang diperoleh, bahwa untuk titik
kesetimbangan I dan III, tidak stabil karena terdapat nilai eigen yang bernilai
positif dan untuk titik kesetimbangan yang II dan IV diperoleh bahwa titik
kesetimbangan tersebut stabil asimptotik.
4. Kurva solusi yang diberikan oleh model tersebut, dapat dijelaskan bahwa
dari waktu ke waktu populasi mahasiswa yang perokok akan semakin
meningkat, hal in berbanding terbalik dengan populasi mahasiswa yang rentan
merokok dan yang berusaha berhenti merokok dari waktu ke waktu akan
menurun dan ada waktu populasi tersebut akan punah. Ini merupakan
keprihatinan yang sangat mendalam artinya polusi udara yang disebabkan
asap rokok semakin banyak yang kan menyebabkan lapisan ozon yang ada di
bumi akan semakin menipis. Selain itu, dampak negatif yang akan dirasakan
oleh perokok pasif itu akan semakin banyak.
IV.2. Saran
Dalam laporan ini masih banyak kekurangan, alangkah baiknya jika model
ini dikembangkan dengan menambahkan parameter-parameter yang terlibat serta
membentuk model yang ada secara logistik.
28