respon perokok remaja terhadap peringatan kesehatan

13
Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75 63 Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan Bergambar di Bungkus Rokok Teenage Smokers’ Responses to Pictorial Health Warning on Cigarratte Pack Leni Nurahmi, Rita Damayanti Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ABSTRAK Latar Belakang. Merokok masih menjadi faktor risiko penyakit kronis dan mematikan di dunia. Tahun 2014 terdapat 5,8 milyar perokok di dunia, 80 persennya mulai merokok saat remaja. Di Indonesia pun rata-rata usia pertama kali merokok sekitar 17,6 tahun. Untuk melindungi remaja dari bahaya merokok, peringatan kesehatan bergambar (PKB) dengan kesan menakutkan telah dicantumkan pada bungkus rokok. Per 24 Juni 2014, PKB telah berlaku di Indonesia. Tujuan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran respon perokok remaja di Kota Depok terhadap pesan dengan kesan menakutkan pada PKB di Indonesia. Metode. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan kuesioner dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) sebagai instumen penelitian. Hasil. Penelitian menemukan perbedaan gambaran rasa takut, keparahan, respon efikasi serta perbedaan frekuensi niat. Namun, tidak ditemukan perbedaan gambaran kerentanan, efikasi diri, penerimaan serta penolakan pesan terhadap pesan dalam PKB. Kata kunci: peringatan kesehatan bergambar, kesan menakutkan, perokok remaja. ABSTRACT Background. Smoking is risk factor of chronic and deadly diseases in the world. In 2014, 80% of 5.8 billion smokers in the world started smoking at 17.6 years old. Pictorial health warning on cigarette pack was implemented since 24 June 2014 in Indonesia to protect teenagers from smoking. Objective. This study aimed to assess teenage smokers’ responses toward pictorial health warning on cigarette pack in Depok City. Method. This cross-sectional study used a questionnaire from the Center for Health Research Universitas Indoonesia. Result. We found differences in fear, severity, response efficacy and intention. We found no differences in susceptibility, self efficacy, acceptance and ignorance to pictorial health warning. Keyword: pictorial health warning, fear appeal, teenage smoker.

Upload: others

Post on 11-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

63

Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan

Kesehatan Bergambar di Bungkus Rokok

Teenage Smokers’ Responses to Pictorial Health Warning on Cigarratte Pack

Leni Nurahmi, Rita Damayanti

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang. Merokok masih menjadi faktor risiko penyakit kronis dan mematikan di dunia.

Tahun 2014 terdapat 5,8 milyar perokok di dunia, 80 persennya mulai merokok saat remaja. Di

Indonesia pun rata-rata usia pertama kali merokok sekitar 17,6 tahun. Untuk melindungi remaja dari

bahaya merokok, peringatan kesehatan bergambar (PKB) dengan kesan menakutkan telah

dicantumkan pada bungkus rokok. Per 24 Juni 2014, PKB telah berlaku di Indonesia.

Tujuan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran respon perokok remaja di Kota Depok

terhadap pesan dengan kesan menakutkan pada PKB di Indonesia.

Metode. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan kuesioner dari Pusat Penelitian

Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) sebagai instumen penelitian.

Hasil. Penelitian menemukan perbedaan gambaran rasa takut, keparahan, respon efikasi serta

perbedaan frekuensi niat. Namun, tidak ditemukan perbedaan gambaran kerentanan, efikasi diri,

penerimaan serta penolakan pesan terhadap pesan dalam PKB.

Kata kunci: peringatan kesehatan bergambar, kesan menakutkan, perokok remaja.

ABSTRACT

Background. Smoking is risk factor of chronic and deadly diseases in the world. In 2014, 80% of

5.8 billion smokers in the world started smoking at 17.6 years old. Pictorial health warning on

cigarette pack was implemented since 24 June 2014 in Indonesia to protect teenagers from

smoking.

Objective. This study aimed to assess teenage smokers’ responses toward pictorial health warning

on cigarette pack in Depok City.

Method. This cross-sectional study used a questionnaire from the Center for Health Research

Universitas Indoonesia.

Result. We found differences in fear, severity, response efficacy and intention. We found no

differences in susceptibility, self efficacy, acceptance and ignorance to pictorial health warning.

Keyword: pictorial health warning, fear appeal, teenage smoker.

Page 2: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

64

LATAR BELAKANG

Sampai saat ini, merokok masih menjadi faktor

risiko bagi penyakit kronis dan mematikan di dunia.1

Data menunjukkan merokok menjadi penyebab 71

persen kanker paru, 42 persen penyakit pernapasan

kronik serta 10 persen penyakit kardiovaskuler, di

mana ketiga penyakit ini adalah penyakit-penyakit

mematikan di dunia.2 Hampir enam juta orang

meninggal per tahun akibat merokok, atau 10 persen

dari kematian di dunia disebabkan karena penyakit

yang berkaitan dengan kebiasaan merokok, dan

diperkirakan pada tahun 2020, jumlah tersebut akan

meningkat menjadi 7,5 juta per tahun.3 Sampai tahun

2014, terdapat 5,8 milyar perokok di dunia,3 dimana 80

persen dari seluruh perokok di dunia tersebut mulai

merokok pada usia remaja.4

Laporan Riskesdas 2010 menunjukkan data bahwa

rata-rata usia mulai merokok di Indonesia yaitu 17,6

tahun, penduduk Jawa Barat usia 10 tahun ke atas

kebanyakan mulai merokok pertama kali setiap hari

pada usia 12-20 tahun.5 Pada tahun 2012, Depok

sebagai salah satu kota di Jawa Barat pun menunjukkan

data bahwa sekitar 34,7 persen pelajar di Kota Depok

adalah perokok.6 Dari data yang telah dipaparkan

terlihat bahwa baik secara global, nasional, maupun

regional terjadi pola perilaku merokok yang sama yaitu

perokok di kalangan remaja menunjukkan prevalensi

yang masih tinggi.

The Centers for Disease Control (CDC)

mengatakan bahwa rendahnya akses terhadap

pendidikan dan rendahnya status sosial ekonomi adalah

faktor risiko bagi remaja untuk memulai merokok.7

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

merupakah fasilitas pendidikan non-formal yang

disediakan oleh pemerintah Kota Depok sebagai upaya

pemerataan dan perluasan akses pendidikan untuk

semua warga Kota Depok. Berdasarkan temuan di

lapangan ternyata peserta didik PKBM di Kota Depok

sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke

bawah.

Untuk melindungi generasi sekarang dan generasi

mendatang dari bahaya merokok, Organisasi Kesehatan

Dunia (World Health Organization/ WHO) menyetujui

kesepakatan kesehatan masyarakat internasional

pertama mengenai pengendalian tembakau, yaitu

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).

Per 24 Juni 2014 lalu Indonesia pun telah resmi

mewajibkan para produsen produk tembakau di

Indonesia untuk mencantumkan peringatan kesehatan

dalam bentuk gambar maupun tulisan pada setiap

kemasan produknya. Peraturan yang menaungi

pencantuman peringatan kesehatan bergambar pada

bungkus rokok di Indonesia adalah UU Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah

Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan

yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk

Tembakau bagi Kesehatan serta Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang

Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi

Kesehatan dalam Kemasan Produk Tembakau.

The Extended Parallel Process Model

(EPPM) dari Kim Witte merupakan model yang

dapat menganalisis kesuksesan maupun

kegagalan kesan menakutkan seperti yang

dipakai dalam peringatan bergambar pada

bungkus rokok di Indonesia.8 Namun, belum

banyak penelitian yang menggunakan konsep

EPPM untuk melihat respon remaja di

Indonesia terhadap kesan menakutkan dalam

peringatan kesehatan bergambar. Oleh sebab

itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat

gambaran respon remaja terhadap kesan

menakutkan peringatan kesehatan bergambar

pada bungkus rokok berdasarkan variable-

variabel dalam EPPM.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kuantitatif yang menekankan pada pengumpulan data

numerik atau data yang dapat dikuantifikasi dan

dianalisis secara statistik. Metode penelitiaan yang

digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan

mendeskripsikan hasil dari suatu program. Desain

penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, di

mana variabel independen maupun variabel dependen

diamati pada waktu yang bersamaan.9

Page 3: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

65

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok Tahun 2015

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei

2015 bertempat di PKBM Kota Depok. Populasi

penelitian ini adalah remaja usia 12-20 tahun, berstatus

perokok, serta terdaftar sebagai peserta didik di PKBM

Kota Depok. Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 166 orang yang diambil dengan metode

accidental sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode self

administred menggunakan kuesioner dari Pusat

Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI).

Data yang telah terkumpul diolah dengan

menggunakan perangkat lunak statistik dan dianalisis

dengan dua metode yaitu analisis univariat dan analisis

bivariat. Analisis data secara univariat dilakukan untuk

melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel

EPPM sehingga terlihat pola karakteristik dan variasi

dari tiap variabel. Analisis bivariat digunakan untuk

membandingkan dua kelompok data. Uji yang

digunakan dalam analisis bivariat adalah uji chi-square

dan uji beda dua mean dependen (paired-sample T

test).

HASIL

Dari hasil analisis karakteristik perokok remaja

peserta didik PKBM Kota Depok tahun 2015 (Tabel 1),

diketahui ada 40,4% (67 orang) responden berusia

sekitar 15-16 tahun, hampir keseluruhan responden

(91,6%) adalah laki-laki, sebagian besar (50,6%)

responden mulai merokok pada usia sekitar 10-14

tahun, sebagian besar responden (89,2%) mengaku

lebih dari satu kali merokok dalam satu bulan terakhir,

dan sebagian besar responden (68,1% memiliki tingkat

adiksi nikotin yang rendah.

Dalam hal rasa takut (Figur 1), sebagian besar

responden menganggap bahwa gambar tengkorak

(gambar 1) biasa saja (42,1% dan 38,6%). Kemudian,

sebagian besar responden (27,7%) menganggap

gambar kanker mulut (gambar 2) biasa saja, dan 49

responden (29,5%) menganggap sangat menjijikan.

Page 4: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

66

Figur 1. Distribusi Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok berdasarkan Rasa Takut terhadap

PKB di Bungkus Rokok Tahun 2015

Dalam hal persepsi ancaman khususnya keparahan,

sebagian besar responden memberikan respon biasa

saja dan cukup berbahaya (masing-masing 25,9%)

tentang bahaya merokok bagi kehidupan mereka,

sebagian besar responden memberikan respon sangat

berbahaya (36,1%) dan berbahaya (23,5%) tentang

bahaya kanker mulut bagi kehidupan mereka. Pada

item kedua, sebagian besar responden merasa yakin

(29,5%) bahwa merokok dapat membahayakan

kesehatan mereka. Selanjutnya, sebagian besar merasa

yakin (25,3%) bahwa penyakit kanker mulut dapat

mengakibatkan kematian. Pada item ketiga (terakhir)

dalam kategori keparahan, setelah melihat peringatan

kesehatan bergambar (gambar tengkorak maupun

kanker mulut), sebagian besar responden percaya

(24,7%) dan cukup percaya (21,1%) bahwa merokok

dapat mengakibatkan kematian. Kemudian, sebagian

besar responden percaya (27,1%) bahwa merokok

dapat menyebabkan kanker mulut.

Dalam hal kerentanan, sebagian besar responden

merasa cukup khawatir (24,1%) terhadap kesehatan diri

mereka. Setelah melihat gambar kanker mulut,

sebagian besar responden merasa sangat khawatir

(25,3%) terhadap kesehatan diri mereka. Pada item

kedua kerentanan, sebagian besar responden merasa

percaya (22,9%) bahwa suatu saat mereka bisa

meninggal karena kebiasaan merokok dan merasa biasa

saja (24,1%) bahwa suatu saat mereka bisa terkena

kanker mulut akibat merokok.

Dalam hal persepsi efikasi untuk dimenasi efikasi

respon, respon cukup percaya (19,9%) dan biasa saja

(19,3%) mengenai efektifitas mengurangi jumlah rokok

yang dihisap dalam memperpanjang usia mereka

adalah respon terbanyak yang dipilih oleh responden.

Kemudian, mengenai efektifitas mengurangi jumlah

rokok yang dihisap dalam pencegahan kanker mulut,

responden terbanyak merasa sangat percaya (22,3%)

dan percaya (20,5%) akan hal tersebut. Sama halnya

pada item kedua untuk efikasi respon (gambar

tengkorak), terjadi pola yang rata namun reponden

paling banyak memberikan respon biasa saja (21,1%),

cukup percaya dan sangat percaya (masing-masing

18,1%) bahwa berhenti merokok dapat memperpanjang

usia mereka. Pola jawaban yang berbeda terjadi dalam

respon efikasi dalam mencegah kanker mulut, 22,3%

reponden merasa sangat percaya dan 20,5% responden

merasa percaya bahwa mengurangi jumlah rokok yang

dihisap dapat mencegah kanker mulut. Kemudian,

respon terhadap efektifitas berhenti merokok dalam

mencegah kanker mulut, 43 responden (25,9%) merasa

sangat percaya dan 33 responden (19,9%) merasa

percaya akan hal tersebut.

Page 5: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

67

Figur 2. Distribusi Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok berdasarkan Persepsi Ancaman

terhadap PKB di Bungkus Rokok Tahun 2015

Figur 3. Distribusi Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok berdasarkan Persepsi Efikasi terhadap

PKB di Bungkus Rokok Tahun 2015

Dalam aspek efikasi diri, masing-masing 31

responden (18,7%) merasa tidak yakin, cukup yakin,

dan yakin mampu mengurangi jumlah rokok yang

dihisap dalam seminggu ke depan untuk

memperpanjang usia mereka, sebanyak 35 responden

(21,1%) merasa kurang yakin mampu mengurangi

jumlah rokok yang dihisap dalam seminggu ke depan

untuk mencegah dirinya terkena kanker mulut akibat

merokok. Selain mengurangi jumlah rokok, respon

yang direkomendasikan untuk memperpanjang usia dan

mencegah kanker mulut akibat merokok adalah

berhenti merokok. Sebanyak 45 responden (27,1%)

merasa tidak yakin mampu berhenti merokok dalam

seminggu ke depan untuk memperpanjang usianya,

Page 6: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

68

sebanyak 36 responden (21,7%) merasa tidak yakin

mampu berhenti merokok dalam seminggu kedepan

untuk mencegah dirinya terkena kanker mulut akibat

merokok.

Kemudian, dalam respon penerimaan pesan untuk

variabel sikap, didapatkan hasil baik pada gambar

tengkorak maupun gambar kanker mulut terjadi pola

jawaban yang hampir sama. Sebagian besar responden

memberikan respon netral bahwa gambar tengkorak

sesuai pandangan mereka akan bahaya merokok dan

memotivasi untuk berhenti merokok (masing-masing

36,1%), membuat remaja lebih perhatian akan bahaya

merokok (34,9%), mampu mencegah remaja memulai

merokok (29,5%). Kemudian, untuk gambar kanker

mulut, sebagian besar memberikan respon netral bahwa

sesuai pandangan mereka akan bahaya merokok

(28,9%), memotivasi untuk berhenti merokok (36,1%),

membuat remaja lebih perhatian akan bahaya merokok

(30,1%), mampu mencegah remaja memulai merokok

(28,3%).

Untuk perilaku batal merokok, hasil penelitian baik

pada gambar tengkorak maupun kanker mulut

menunjukkan pola jawaban yang sama. Sebagian besar

responden (41,6%) mengaku tidak pernah batal

merokok karena melihat gambar tengkorak dan

sebagian besar responden (43,4%) mengaku tidak

pernah batal merokok akibat melihat gambar kanker

mulut pada bungkus rokok yang ia beli. Dalam hal niat,

terdapat 72 responden (43,4%) yang menyatakan

bahwa PKB tengkorak, dan sebanyak 87 responden

(52,4%) menyatakan bahwa PKB kanker mulut

membuatnya berniat untuk berhenti merokok dalam 6

bulan ke depan.

Figur 4. Distribusi Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok berdasarkan Respon Penerimaan

Pesan (Sikap) terhadap PKB di Bungkus Rokok Tahun 2015

Page 7: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

69

Figur 5. Distribusi Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok berdasarkan Respon Penerima Pesan

(Perilaku Batal Merokok) terkait paparan PKB di Bungkus Rokok Tahun 2015

Figur 6. Distribusi Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok berdasarkan Respon Penerimaan

Pesan (Niat Berhenti Merokok) terkait paparan PKB di Bungkus Rokok Tahun 2015

Dalam respon penolakan pesan, khususnya untuk

variabel minimasi pesan dan reaktan, sebagian besar

memberikan respon netral. Berdasarkan hasil

penelitian, sebagian besar responden memberikan

respon netral terhadap pernyataan bahwa pesan yang

disampaikan dalam gambar tengkorak (27,7%) dan

gambar kanker mulut (32,5%) terlalu mengada-ngada,

kemudian sebagian besar responden memberikan

respon netral terhadap pernyataan bahwa pesan yang

disampaikan dalam gambar tengkorak (31,9%) dan

gambar kanker mulut (33,1%) terlalu berlebihan.

Untuk variabel reaktan, sebagian besar memberikan

respon netral bahwa mereka merasa marah (33,7%),

merasa terganggu (31,3%), merasa gusar (36,1%), serta

merasa dihakimi (34,3%) ketika melihat peringatan

kesehatan bergambar tengkorak. Kemudian, sebagian

besar responden memberikan respon netral bahwa

mereka merasa marah, gusar dan dihakimi (masing-

masing 33,7%), serta terganggu (31,9%).

Page 8: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

70

Figur 7. Distribusi Perokok Remaja Peserta Didik PKBM di Kota Depok berdasarkan Respon Penolakan Pesan

(Minimasi Pesan dan Reaktan) terkait Paparan PKB di Bungkus Rokok Tahun 2015 ketika melihat peringatan

kesehatan bergambar kanker mulut.

Untuk bentuk ketiga penolakan pesan yaitu

menghindar, sebagian besar responden mengaku tidak

pernah menghindari membeli rokok dengan kemasan

bergambar tengkorak (37,3%), merobek gambar

tengkorak yang ada pada kemasan rokok yang ia beli

(36,1%), menutup gambar tengkorak dengan stiker atau

korek (47,0%), memindahkan rokok ke kotak tanpa

peringatan kesehatan bergambar (43,4%), mengabaikan

(25,9%) gambar tengkorak dan tetap merokok.

Kemudian, sebagian besar responden mengaku tidak

pernah menghindari membeli rokok dengan kemasan

bergambar kanker mulut (35,5%), merobek gambar

kanker mulut yang ada pada kemasan rokok yang ia

beli (42,8%), menutup gambar kanker mulut dengan

stiker atau korek (44,6%), memindahkan rokok ke

kotak tanpa peringatan kesehatan bergambar (36,7%),

mengabaikan (27,7%) gambar kanker mulut dan tetap

merokok.

Setelah memaparkan pola jawaban responden

untuk setiap variabel EPPM, berikut akan dipaparkan

hasil analisis bivariat setiap variabel untuk kedua

gambar peringatan kesehatan (gambar tengkorak dan

gambar kanker mulut). Berdasarkan tabel 3 terlihat

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p-

value<0,05) antara rerata rasa takut terhadap PKB

tengkorak (M=3,03) dengan rasa takut terhadap PKB

kanker mulut (M=3,96).

Dalam hal persepsi ancaman (tabel 4), dari uji t

dependen didapatkan nilai t untuk keparahan sebesar

2,827 dan p-value sebesar 0,005. Karena p-value < α

maka ada perbedaan mean keparahan kematian dan

kanker mulut. Kemudian, dalam hal kerentanan,

didapatkan nilai t sebesar 0,262 dan p-value sebesar

0,776. Karena p-value > α, maka artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan mean kerentanan terhadap

kematian dan kanker mulut akibat merokok. Namun,

jika dilihat dari aspek persepsi ancaman, dengan nilai t

sebesar 1,923 dan p-value sebesar 0,056 maka tidak

ada perbedaan yang signifikan antara mean persepsi

ancaman terhadap kematian akibat merokok (M=3,95)

dengan mean persepsi ancaman terhadap kanker mulut

akibat merokok (M=4,12).

Kemudian dalam hal persepsi efikasi (tabel 5),

berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t untuk

efikasi respon sebesar 3,276 dan p-value = 0,001 (p-

value < α 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan

mean efikasi respon (mengurangi jumlah rokok yang

dihisap dan berhenti merokok) untuk memperpanjang

hidup dengan mencegah kanker mulut.

Page 9: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

71

Tabel 3. Gambaran Rerata Rasa Takut terhadap Peringatan Kesehatan Bergambar di Bungkus Rokok

Tahun 2015

Tabel 4. Gambaran Rerata Persepsi Ancaman terhadap Peringatan Kesehatan Bergambar di Bungkus Rokok

Tahun 2015

Tabel 5. Gambaran Rerata Persepsi Efikasi terhadap Peringatan Kesehatan Bergambar di Bungkus Rokok

Tahun 2015

Kemudian, nilai t untuk efiksi diri sebesar 1,225

dengan niali p sebesar 0,223 (p-value > 0,05), artinya

tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean

efikasi diri untuk memperpanjang usia hidup dengan

efikasi diri untuk untuk mencegah kanker mulut. Jika

dilihat dari aspek persepsi efikasi, dengan nilai t

sebesar 2,817 dan p-value sebesar 0,005 maka

ditemukan perbedaan yang signifikan antara mean

persepsi efikasi terhadap kematian (M=3,50) dengan

mean persepsi efikasi terhadap kanker mulut akibat

merokok (M=3,76).

Berdasarkan tabel 6, didapatkan mean untuk sikap

terhadap PKB tengkorak sebesar 4,11 dan mean untuk

sikap terhadap PKB kanker mulut sebesar 4,29. Hasil

uji t didapatkan hasil nilai t sebesar 1,832 dan p = 0,69

(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara mean sikap terhadap

PKB tengkorak dengan mean sikap terhadap PKB

kanker mulut.

Page 10: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

72

Tabel 6. Gambaran Mean (Sikap dan Perilaku) dan Frekuensi (Niat) terhadap Peringatan Peringatan Kesehatan

Bergambar di Bungkus Rokok Tahun 2015

Untuk perilaku batal merokok, baik gambar

tengkorak maupun kanker mulut memiliki mean

masing-masing sebesar 2,01. Hasil uji t menunjukan

nilai t = 0,000 dan p-value = 1,000 (p-value>0,05),

artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara

mean perilaku batal merokok akibat melihat gambar

tengkorak dengan mean perilaku batal merokok akibat

melihat gambar kanker mulut. Untuk niat berhenti

merokok, berdasarkan uji statistik, didapatkan derajat

kebebasan (df) untuk variabel niat sebesar 1 dengan p-

value < 0,05, sehingga secara statistik terbukti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi

niat berhenti merokok ketika melihat gambar tengkorak

dengan frekuensi niat berhenti merokok ketika melihat

gambar kanker mulut di bungkus rokok.

Untuk respon penolakan pesan (minimasi pesan,

reaktan, menghindar), tidak ditemukan perbedaan yang

signifikan antara kedua gambar PKB (tengkorak dan

kanker mulut). Berdasarkan analisis statistik

didapatkan mean untuk minimasi pesan terhadap PKB

tengkorak sebesar 4,01 dan terhadap PKB kanker

mulut mean sebesar 3,95. Hasil uji beda dua mean

menunjukan nilai t sebesar – 0,536 dan p-value = 0,592

(p-value> 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan mean minimasi pesan antara kedua gambar

peringatan kesehatan tersebut (gambar tengkorak dan

gambar kanker mulut).

Hasil analisis menunjukkan rerata untuk penolakan

terhadap pesan bergambar tengkorak sebesar 3,74

(SD=1,38). Penolakan terhadap peringatan bergambar

kanker mulut memiliki rerata sebesar 3,92 (SD=1,43).

Hasil uji beda menunjukan nilai t sebesar 1,809 (p-

value=0,07). Karena p-value lebih besar dari nilai α,

artinya tidak ada perbedaan yang signifikan mean

reaktansi antara PKB tengkorak maupun PKB kanker

mulut. Kemudian, berdasarkan tabel 7, dalam hal

menghindar tidak terdapat perbedaan yang signifikan

untuk semua bentuk menghindar (menghindar,

merobek, menutup, memindahkan ke kotak tanpa PKB,

mengabaikan) antara PKB tengkorak maupun PKB

kanker mulut.

DISKUSI

Dalam penelitian ini, hampir seluruh responden

berjenis kelamin laki-laki (91,6%) dan sisanya

perempuan (8,4%) yang sejalan dengan proporsi

perokok remaja pria di tingkat nasional dan global

yang lebih banyak daripada perokok remaja wanita.3,5

Begitu pula dengan rata-rata usia pertama kali merokok

responden dalam penelitian ini (13 tahun) yang sejalan

dengan data nasional bahwa rata-rata usia mulai

merokok setiap hari secara nasional adalah 17,6 tahun

namun 12,3% diantaranya mulai merokok sebelum usia

15 tahun.5 Kemudian, hasil penelitian menunjukkan

sebagian besar responden (89,2%) mengaku merokok

lebih dari satu kali dalam sebulan terakhir, dan

sebagian besar responden (68,1%) memiliki tingkat

adiksi rendah, hal ini juga sejalan dengan data di

tingkat nasional.5

Page 11: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

73

Tabel 7. Gambaran Mean Respon Penolakan Pesan terhadap Peringatan Kesehatan Bergambar di Bungkus

Rokok Tahun 2015

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang gambar kanker secara signifikan (p-

value< 0,05) lebih menakutkan (M=3,96) daripada

gambar tengkorak (M=3,03), yang sejalan dengan hasil

penelitian sebelumnya.10 Dalam hal persepsi ancaman,

secara signifikan (p-value=0,005) responden merasa

bahwa kanker mulut (M=4,92) lebih parah daripada

kematian akibat merokok (M=4,00). Hal ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya.11 Namun, tidak

ditemukan perbedaan signifikan (p-value=0,776) antara

rerata persepsi kerentanan terhadap kematian akibat

merokok (M=3,89) dengan rerata kerentanan terhadap

kanker mulut akibat merokok (M=3,92), hal ini sejalan

dengan hasil penelitian sebelumnya.12 Jika dilihat dari

aspek persepsi ancaman, tidak ada perbedaan yang

signifikan (p=0,056) antara rerata persepsi ancaman

terhadap kematian akibat merokok (M=3,95) dengan

rerata persepsi ancaman terhadap kanker mulut akibat

merokok (M=4,12), yang mana sejalan dengan teori

kesan menakutkan.13

Kemudian, dalam hal efikasi untuk mengurangi

jumlah rokok dan berhenti merokok, secara signifikan

(p-value=0,001) responden meyakini bahwa

mengurangi jumlah rokok yang dihisap dan berhenti

merokok lebih efektif mencegah kanker mulut

(M=3,92) daripada memperpanjang usia hidup

(M=3,53), hal ini sejalan dengan hasil penelitian

terdahulu.14 Berbeda halnya dengan persepsi efikasi

respon, tidak ditemukan adanya perbedaan yang

signifikan (p=0,223) antara persepsi efikasi diri

berkaitan dengan gambar tengkorak (M=3,47) dengan

persepsi efikasi diri berkaitan dengan gambar kanker

Page 12: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

74

mulut (M=3,59). Responden merasa cukup yakin dapat

mengurangi jumlah rokok yang dihisap dan berhenti

merokok untuk memperpanjang usia hidup atau

mencegah kanker mulut. Artinya, responden masih

belum benar-benar yakin akan kemampuan dirinya.14,15

Jika dilihat dari persepsi efikasi (gabungan dari efikasi

respon dan efiksasi diri), ternyata secara signifikan

(p=0,005) responden merasa yakin mengurangi jumlah

rokok yang dihisap dan berhenti merokok lebih efektif

mencegah kanker mulut (M=3,76) daripada untuk

memperpanjang usia hidup (M=3,50), dan mereka pun

lebih yakin dapat melakukan kedua hal tersebut,

sebagaimana pernah juga dinyatakan dalam peneltian

sebelumnya.16

Respon penerimaan pesan, untuk variabel sikap

menunjukkan responden cenderung netral (M=4,11 dan

M=4,29) terhadap pesan yang disampaikan dalam PKB

tengkorak maupun kanker mulut (p-value=0,69), yang

mana sejalan dengan penelitian sebelumnya.8,13,17

Untuk perilaku batal merokok, peringatan kesehatan

bergambar baik gambar tengkorak (M=2,01) maupun

kanker mulut (M=2,01) hanya pernah sekali membuat

seseorang batal merokok (p-value=1,000), hal ini

sejalan dengan hasil penelitian terdahulu.8,17 Dalam hal

niat berhenti merokok, penelitian menemukan bahwa

secara signifikan (p-value<0,05) responden yang

melihat PKB kanker mulut lebih banyak yang niat

berhenti merokok dalam enam bulan daripada ketika

melihat PKB tengkorak, yang mana sejalan dengan

hasil penelitian sebelumnya.18

Berdasarkan respon penolakan oleh pasien, peneliti

tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan

(p=0,592). Responden rata-rata memilih untuk netral

terhadap pesan yang disampaikan dalam PKB

tengkorak (M=3,95) maupun PKB kanker mulut

(M=4,01). Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian

terdahulu.19 Dalam hal penolakan, hasil penelitian

menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan (p-value=0,072), di mana responden merasa

biasa saja terhadap PKB bergambar tengkorak

(M=3,74) maupun PKB bergambar kanker mulut

(M=3,92). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

sebelumnya.20 Dalam hal menghindar, penelitian

menunjukkan untuk setiap bentuk menghindar tidak

ditemukan perbedaan yang signifikan antara gambar

tengkorak dan gambar kanker mulut. Setiap bentuk

menghindar memiliki rerata berkisar antara skala 2-3

(pernah sekali – beberapa kali). Artinya, baik gambar

tengkorak maupun kanker mulut memang dihindari

oleh para perokok, yang mana hasil serupa juga

ditemukan dari studi peringatan kesehatan terdahulu.15

Kesimpulan

1. Secara signifikan, gambar kanker mulut lebih

menakutkan daripada gambar tengkorak.

2. PKB tengkorak maupun kanker mulut kurang

mampu membuat responden merasa terancam akan

risiko kesehatan yang digambarkan dalam

peringatan kesehatan tersebut.

3. Secara signifikan, responden merasa bahwa

mengurangi jumlah rokok yang dihisap dan berhenti

merokok lebih efektif dalam mencegah kanker

mulut daripada menambah usia hidup, serta

responden pun yakin mampu melakukan kedua hal

tersebut.

4. Penelitian tidak menemukan perbedaan gambaran

respon penerimaan pesan dalam sikap dan perilaku

batal merokok. Berbeda halnya dengan niat,

ternyata responden yang melihat gambar kanker

mulut lebih banyak yang berniat berhenti merokok

daripada ketika melihat gambar tengkorak.

5. Dalam hal respon penolakan pesan, baik minimasi

pesan, reaktan, responden cenderung memilih untuk

netral terhadap pesan dalam PKB tengkorak

maupun kanker mulut. Namun, ternyata responden

pernah beberapa kali menghindari PKB tengkorak

maupun kanker mulut.

Saran

1. Untuk peringatan kesehatan bergambar di

Indonesia, perlu adanya tambahan komponen

efikasi (“Dengan berhenti merokok, Anda akan

terhindar dari kanker mulut”) dalam peringatan

kesehatan bergambar agar para perokok tahu

bagaimana cara mencegah efek kesehatan akibat

merokok dan termotivasi untuk berhenti merokok.

2. Gambar yang menunjukkan penyakit akibat

merokok dalam peringatan kesehatan bergambar

perlu dipertahankan di Indonesia karena mampu

membuat seseorang yang melihatnya merasa takut

akan efek kesehatan akibat merokok yang

digambarkan oleh gambar tersebut.

3. Peneliti lain dapat meneliti PKB pada putaran kedua

berdasarkan EPPM dengan menggunakan desain

studi yang dapat menjelaskan hubungan sebab

akibat.

Page 13: Respon Perokok Remaja Terhadap Peringatan Kesehatan

Nurahmi et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan, Vol. 1, No. 1, April 2018: 63-75

75

Daftar Referensi

1. World Health Organization. The top 10 causes

of death.; 2014. Available at:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs

310/en/.

2. World Health Organization. Gender, Women,

and the Tobacco Epidemic.; 2010.

doi:10.1080/13552074.2011.592653.

3. Eriksen M, Mackay J, Schluger N, Islami F,

Drope J. The Tobacco Atlas. 5th ed. Atlanta,

Georgia: American Cancer Society; 2015.

Available at: http://www.tobaccoatlas.org.

4. Clayton RR, Caudill CA, Segress MJH.

Tobacco use and adolescent health. In:

DiClemente RJ, Santelli JS, Crosby RA, eds.

Adolescent health: understanding and

preventing risk behaviors. San Francisco:

Jossey-Bass Publishers; 2009:131-146.

Available at:

https://www.cabdirect.org/cabdirect/abstract/2

0113025223. Accessed March 12, 2018.

5. National Institute for Health Research &

Development. Riset Kesehatan Dasar

(National Health Survey). Jakarta; 2013.

doi:10.1007/s13398-014-0173-7.2.

6. Pusat Penelitian Kesehatan, Badan Narkotika

Nasional. Survey Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba pada Kalangan

Pelajar/ Mahasiswa Di Kota Depok. Depok;

2012.

7. Ganley BJ, Rosario DI. The smoking

attitudes, knowledge, intent, and behaviors of

adolescents and young adults: Implications for

nursing practice. J Nurs Educ Pract.

2013;3(1):40. doi:10.5430/jnep.v3n1p40.

8. Witte K. Putting the fear back into fear

appeals: The extended parallel process model.

Commun Monogr. 1992;59(4):329-349.

doi:10.1080/03637759209376276.

9. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian

kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

10. Dewi NC, Damayanti R. Perbedaan Persepsi

Gambar Peringatan Bahaya Merokok antara

Masyarakat Jakarta dan Cirebon. Kesmas Natl

Public Heal J. 2008;3(2):76.

doi:10.21109/kesmas.v3i2.233.

11. Hammond D, Reid JL, Driezen P, Boudreau

C. Pictorial health warnings on cigarette packs

in the United States: an experimental

evaluation of the proposed FDA warnings.

Nicotine Tob Res. 2012;15(1):93-102.

doi:10.1093/ntr/nts094.

12. Hammond D, Thrasher JF, Reid JL, Driezen

P, Boudreau C, Santillán EA. Perceived

effectiveness of pictorial health warnings

among Mexican youth and adults: a

population-level intervention with potential to

reduce tobacco-related inequities. Cancer

Causes Control. 2012;23:57-67.

doi:10.1007/s10552-012-9902-4.

13. Witte K. Fear control and danger control: A

test of the extended parallel process model

(EPPM). Commun Monogr. 1994;61(2):113-

134. doi:10.1080/03637759409376328.

14. Rahmawati AAD. Persepsi remaja terhadap

kesan menakutkan pada peringatan kesehatan

bergambar di bungkus rokok ditinjau dari

Extended Parallel Process Model. Skripsi.

2015;1(1).

15. TNS Qual. Eurobarometer qualitative study

on tobacco packaging health warning labels.;

2012.

16. Hammond D. Health warning messages on

tobacco products: a review. Tob Control.

2011;20(5):327-37.

doi:10.1136/tc.2010.037630.

17. Popova L. The extended parallel process

model: illuminating the gaps in research. Heal

Educ Behav. 2012;39(4):455-73.

doi:10.1177/1090198111418108.

18. Kees J, Burton S, Andrews JC, Kozup J.

Understanding how graphic pictorial warnings

work on cigarette packaging. J Public Policy

Mark. 2010;29(2):265-276.

doi:10.1016/j.tree.2009.02.010.

19. Thrasher JF, Arillo-Santillán E, Villalobos V,

et al. Can pictorial warning labels on cigarette

packages address smoking-related health

disparities? Field experiments in Mexico to

assess pictorial warning label content. Cancer

Causes Control. 2012;23 Suppl 1:69-80.

doi:10.1007/s10552-012-9899-8.

20. Rains SA, Turner MM. Psychological

Reactance and Persuasive Health

Communication: A Test and Extension of the

Intertwined Model. Hum Commun Res.

2007;33(2):241-269. doi:10.1111/j.1468-

2958.2007.00298.x