bab i. pendahuluan -...

121
Pendahuluan I-1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Rokan Hilir 2005-2025 ini disusun dengan maksud untuk menyediakan sebuah dokumen perencanaan pembangunan komprehensif dua puluh tahunan yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan lima tahunan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam menyusun RPJP ini, acuan utama yang digunakan adalah RPJP Nasional 2005- 2025, RPJP Provinsi Riau 2005-2025 serta berbagai kebijakan dan prioritas program Pemerintah dan Pemerintah Provinsi. Dengan demikian akan tercipta sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintah yang berbeda. RPJP ini disusun dengan memperhatikan statistik regional dan lokal, terutama data PDRB dan (1) statistik di bidang ekonomi seperti lapangan pekerjaan, tingkat pendapatan masyarakat, potensi sektor unggulan, produksi lokal, sektor informal dan potensi sumberdaya daerah; (2) statistik di bidang sosial budaya seperti kondisi tingkat kesehatan, indeks pembangunan manusia, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, dan angka partisipasi dalam pendidikan; (3) statistik di bidang pemerintahan dan pelayanan umum kepada masyarakat; (4) statistik di bidang infrastruktur seperti penataan ruang, kantong kemiskinan, ekologi dan lingkungan hidup; serta (5) kapasitas fiskal dan keuangan daerah. Karena berfungsi sebagai dokumen publik yang merangkum daftar rencana kegiatan dua puluh tahunan, maka proses penyusunan RPJP ini juga dilakukan melalui musyawarah perencanaan partisipatif dengan melibatkan stakeholders setempat. Prioritas dan arah pembangunan yang diuraikan dalam dokumen ini adalah hasil kesepakatan seluruh unsur

Upload: ngothu

Post on 31-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Pendahuluan I-1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Rokan Hilir 2005-2025 ini disusun

dengan maksud untuk menyediakan sebuah dokumen perencanaan pembangunan

komprehensif dua puluh tahunan yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan

perencanaan pembangunan lima tahunan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah).

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam menyusun RPJP ini, acuan utama yang digunakan adalah RPJP Nasional 2005-

2025, RPJP Provinsi Riau 2005-2025 serta berbagai kebijakan dan prioritas program

Pemerintah dan Pemerintah Provinsi. Dengan demikian akan tercipta sinergi kebijakan

dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintah yang berbeda.

RPJP ini disusun dengan memperhatikan statistik regional dan lokal, terutama data PDRB

dan (1) statistik di bidang ekonomi seperti lapangan pekerjaan, tingkat pendapatan

masyarakat, potensi sektor unggulan, produksi lokal, sektor informal dan potensi

sumberdaya daerah; (2) statistik di bidang sosial budaya seperti kondisi tingkat kesehatan,

indeks pembangunan manusia, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, dan angka

partisipasi dalam pendidikan; (3) statistik di bidang pemerintahan dan pelayanan umum

kepada masyarakat; (4) statistik di bidang infrastruktur seperti penataan ruang, kantong

kemiskinan, ekologi dan lingkungan hidup; serta (5) kapasitas fiskal dan keuangan daerah.

Karena berfungsi sebagai dokumen publik yang merangkum daftar rencana kegiatan dua

puluh tahunan, maka proses penyusunan RPJP ini juga dilakukan melalui musyawarah

perencanaan partisipatif dengan melibatkan stakeholders setempat. Prioritas dan arah

pembangunan yang diuraikan dalam dokumen ini adalah hasil kesepakatan seluruh unsur

Page 2: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Pendahuluan I-2

stakeholders di Kabupaten Rokan Hilir dengan tetap memperhatikan kebijakan dan

program strategis nasional dan provinsi.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Landasan idiil dari RPJP ini adalah Pancasila, landasan konstitusionalnya UUD 1945, dan

landasan operasional meliputi seluruh ketentuan perundang-undangan yang berkaitan

langsung dengan pembangunan nasional dan pembangunan daerah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelelawan,

Kab. Rokan Hulu, Kab. Rokan Hilir, Kab. Siak, Kab. Karimun, Kab. Kuantan Singingi,

dan Kota Batam, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor: 13

Tahun 2000, tentang perubahan Undang-undang Nomor: 53 Tahun 1999;

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

c. Undang-Undang Nomor1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional;

e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

f. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah;

g. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

h. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

j. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja

Pemerintah;

Page 3: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Pendahuluan I-3

k. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan;

l. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;

m. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah;

n. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

o. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

p. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah;

q. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota;

r. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

s. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2004-2009;

t. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

u. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

v. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

w. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau Tahun 2005-2025;

Page 4: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Pendahuluan I-4

x. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun

2009-2013;

y. Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir No. 27 tahun 2002 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rokan Hilir tahun 2002-2012;

1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan

Daerah lainnya

RPJP Kabupaten Rokan Hilir 2005-2025 memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Kabupaten Rokan Hilir. Selanjutnya RPJP Kabupaten Rokan Hilir menjadi pedoman dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Rokan Hilir yang merupakan

penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati untuk jangka waktu lima tahun. Secara

skematis, hubungan antara dokumen perencanaan dan anggaran ini bisa dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Sistematika alur perencanaan dan penganggaran

RENSTRA

K/L

RENJA

K/L

RKA-K/L

RINCIAN

APBN

APBN

RPJP

NASIONAL

RPJM

NASIONAL

RKP RAPBN APBN

RPJP

DAERAH

RPJM

DAERAH

RKP

DAERAH

RAPBD APBD

RENSTRA

SKPD

RENJA SKPD

RKA

SKPD

RINCIAN

APBD

Pem

erintah

Pu

sat

Diserasikan melalui Musrenbang

Diacu

Pedoman Bahan Diacu Bahan

UU.No.25/04 SPPN UU.No.17/03 KN

Pem

erintah

Daerah

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Page 5: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Pendahuluan I-5

1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana

Pembangunan Daerah lainnya

1.4. Sistematika Penulisan

1.5. Maksud dan Tujuan

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1.3. Aspek Pelayanan Umum

1.4. Aspek Daya Saing Daerah

BAB III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah

3.2. Isu Strategis

BAB IV. VISI DAN MISI DAERAH

4.1 .VISI

4.2. MISI

BAB V. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

5.1. Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Daerah (Per Misi)

5.2. Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah

5.2.1 Tahapan Pembangunan Lima Tahun I (RPJMD ke 1)

5.2.2 Tahapan Pembangunan Lima Tahun II (RPJMD ke 2)

5.2.2 Tahapan Pembangunan Lima Tahun III (RPJMD ke 3)

5.2.3 Tahapan Pembangunan Lima Tahun IV (RPJMD ke 4)

BAB VI. KAIDAH PELAKSANAAN

1.5. Maksud dan Tujuan

Page 6: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Pendahuluan I-6

RPJP Kabupaten Rokan Hilir sebagai dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten

Rokan Hilir untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, ditetapkan dengan maksud untuk

memberikan arah sekaligus menjadi acuan baik bagi pemerintah, masyarakat, maupun

dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi,

dan arah pembangunan yang disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan

oleh masing-masing pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan melengkapi

satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

RPJP Kabupaten Rokan Hilir 2005-2025 disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintahan Kabupaten Rokan

Hilir dan DPRD dalam menentukan prioritas program pembangunan 20 tahunan

secara terpadu, terarah, dan terukur;

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antardaerah, antarwaktu,

antarfungsi pemerintah daerah dan pusat;

3. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat Kabupaten Rokan Hilir;

4. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya Kabupaten Rokan Hilir yang efisien,

efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan;

5. Menjaga kesinambungan pembangunan Kabupaten Rokan Hilir yang dilaksanakan per

lima tahun.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan

wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan

urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. Penanganan bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan pendidikan;

Page 7: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Pendahuluan I-7

g. Penanggulangan masalah sosial;

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah;

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan pertanahan;

l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. Pelayanan administrasi penanaman modal;

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya, dan;

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Dengan kewenangan yang diberikan di atas, kabupaten/kota diharapkan mampu

melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan secara optimal semua potensi yang

dimiliki sesuai dengan karakteristik daerah. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) telah menetapkan

bahwa sistem perencanaan pembangunan meliputi perencanaan jangka panjang, jangka

menengah, dan tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional

menjadi pedoman bagi penyusunan RPJP Provinsi. RPJP Provinsi menjadi pedoman bagi

penyusunan RPJP kabupaten/kota. Rancangan RPJP Daerah menjadi bahan utama bagi

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Kepala Bappeda

menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang

Daerah. Selanjutnya RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Page 8: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-1

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Geografis Wilayah

Kabupaten Rokan Hilir secara geografis berada di bagian paling barat dan utara dari

Provinsi Riau yang juga merupakan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera. Berada pada

posisi 01º13’13”–03º08’23” Lintang Utara dan 100º16’52”–101º20’37” Bujur Timur dengan

batas administratif wilayah di sebelah Utara dengan Selat Malaka, sebelah Timur dengan

Kecamatan Sungai Sembilan (Kota Dumai), sebelah selatan dengan Kecamatan Mandau

(Kabupaten Bengkalis), Kecamatan Tambusai, Kecamatan Kepenuhan, dan Kecamatan

Kunto Darussalam (Kabupaten Rokan Hulu), dan di sebelah Barat dengan Kabupaten

Labuhan Batu (Provinsi Sumatera Utara). Wilayah daratan Kabupaten Rokan Hilir

sebagian besar dataran rendah dengan ketinggian antara 0-100 m di atas permukaan laut

(dpl). Daerah pesisir pantai memiliki ketinggian 0-6 m dpl dan dipengaruhi pasang surut

air laut. Daerah sepanjang aliran sungai memiliki ketinggian 0-30 m dpl. Daerah aliran

Sungai Rokan mulai dari muara hingga sekitar ibukota Kecamatan Rimba Melintang

merupakan daerah pasang surut air laut.

Dalam tempo enam tahun terakhir telah terjadi tiga kali pemekaran. Pemekaran yang

berlangsung cukup cepat ini memberikan indikasi pesatnya perkembangan wilayah di

Kabupaten Rokan Hilir dan besarnya usaha untuk mengembangkan wilayah. Di samping

untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah, pemekaran wilayah

membutuhkan sarana dan prasarana wilayah yang cepat pula. Pada awalnya daerah yang

sekarang merupakan wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan bagian dari wilayah

administrasi pemerintahan Kabupaten Bengkalis yang terdiri dari Kecamatan Bangko,

Kubu, Tanah Putih, Rimba Melintang, dan Bagan Sinembah dengan luas wilayah 8.881,59

km2. Lalu dibentuklah Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan Undang-undang Nomor 53

Page 9: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-2

Tahun 1999 bersama 6 (enam) kabupaten baru lainnya di dalam wilayah Provinsi Riau.

Setelah itu diterbitkan pula Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 3 Tahun 2002

tentang Pembentukan Kecamatan Sinaboi, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kecamatan

Pujud, dan Kecamatan Simpang Kanan. Kemudian, dikembangkan lagi dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 24 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan

Tanah Putih Tanjung Melawan dan Kecamatan Bangko Pusako. Selanjutnya pada tahun

2005 dimekarkan 2 (dua) kecamatan baru yaitu, Rantau Kopar dan Batu Hampar. Dengan

demikian, saat ini Kabupaten Rokan Hilir memiliki 13 kecamatan.

Dilihat dari sisi topografi, wilayah daratan Kabupaten Rokan Hilir sebagian besar terdiri dari

dataran rendah dengan ketinggian antara 0-40 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah

pesisir pantai memiliki ketinggian 0-6 m dpl dan dipengaruhi pasang surut air laut. Daerah

sepanjang aliran sungai memiliki ketinggian 0-30 m dpl. Daerah aliran Sungai Rokan mulai

dari muara hingga sekitar ibukota Kecamatan Rimba Melintang merupakan daerah pasang

surut air laut. Kemiringan lahan Kabupaten Rokan Hilir berkisar antara 0-15 persen, dan

terdapat 80 persen dari luas daratan dengan kemiringan 0-3 persen. Pada bagian selatan

hingga ke barat daya atau dari Kecamatan Tanah Putih hingga ke bagian selatan dari

Kecamatan Bagan Sinembah memiliki wilayah yang bervariasi antara datar–agak

berombak hingga bergelombang dengan kemiringan 0–5 persen sampai 8–15 persen

dengan ketinggian antara 5–100 m dpl.

Kemiringan lahan Kabupaten Rokan Hilir berkisar antara 0-15 persen. Daerah dengan

kemiringan 0-3 persen meliputi 80 persen dari luas daratan. Pada bagian selatan hingga

ke barat daya atau dari Kecamatan Tanah Putih hingga ke bagian selatan dari Kecamatan

Bagan Sinembah memiliki wilayah yang bervariasi antara datar–agak berombak hingga

bergelombang dengan kemiringan 0–5 persen sampai 8–15 persen dengan ketinggian

antara 5–100 m dpl.

Jenis tanah yang banyak ditemukan di Kabupaten Rokan Hilir adalah organosol, glei

humus, alluvial, dan podzolik merah kuning (PMK). Jenis tanah organosol dan glei humus

dimanifestasikan dalam bentuk rawa-rawa meliputi dataran rendah, dengan tingkat

keasaman tinggi dan miskin unsur hara, sehingga tidak baik untuk pengembangan

Page 10: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-3

pertanian. Jenis tanah podzolik berasal dari tanah alluvial dan baik untuk aktivitas

pertanian, sedangkan tanah PMK berasal dari batu endapan umumnya baik untuk

pertanian tanaman pangan dan perkebunan.

Daerah pesisir wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan tanah gambut sehingga memiliki

kualitas air tanah dangkal yang umumnya berkualitas kurang baik. Daerah genangan

terdapat di bagian Selatan Kecamatan Tanah Putih, sedang pada bagian Utara atau

pesisir pantai hingga sepanjang daerah aliran Sungai Rokan merupakan daerah yang

rawan terhadap genangan. Selain itu, tanah gambut dan rawa memiliki daya dukung yang

rendah terhadap beban konstruksi. Karena itu, biaya pembangunan konstruksi di daerah

gambut dan rawa cukup tinggi.

Kondisi hidrologi Kabupaten Rokan Hilir dipengaruhi oleh keberadaan 15 (lima belas)

aliran sungai yang ada. Sungai Rokan merupakan sungai utama dengan panjang 350 km

dan kedalaman 6-8 m yang melintasi Kecamatan Bangko, Rimba Melintang, dan Tanah

Putih. Sungai Rokan berasal dari dua cabang anak sungai yaitu Sungai Rokan Kanan dan

Sungai Rokan Kiri yang hulu anak sungainya di Pegunungan Bukit Barisan pada bagian

timur Kabupaten Tapanuli Selatan dan pada bagian barat Kabupaten Rokan Hulu. Tetapi

saat ini banyak anak sungai yang berada di hulu ini kekeringan dan tertutup oleh areal

perkebunan. Pemkab Rohil tidak mengizinkan usaha industri dijalankan di sepanjang

Sungai Rokan untuk menjaga kualitas air dan lingkungan sepanjang Sungai Rokan yang

sangat strategis untuk sumber air dan perekonomian.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan tanah lunak dan gambut

sehingga memiliki kualitas air tanah dangkal yang umumnya berkualitas kurang baik.

Daerah genangan terdapat di bagian Selatan Kecamatan Tanah Putih, sedang pada

bagian Utara atau pesisir pantai hingga sepanjang daerah aliran Sungai Rokan merupakan

daerah yang rawan terhadap genangan. Wilayah di sepanjang aliran Sungai Rokan

merupakan dataran rendah dan rawa-rawa yang menjadi rentan terhadap bencana banjir

dan genangan sebagaimana yang selama ini berlangsung secara berkala. Pada tahun

2004 dan 2006, terdapat indikasi bahwa beberapa wilayah di Kabupaten Rokan Hilir

mengalami bencana banjir dan genangan menjadi semakin luas akibat luapan Sungai

Page 11: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-4

Rokan. Selain itu, tanah gambut dan rawa memiliki daya dukung yang rendah terhadap

beban konstruksi. Karena itu, biaya pembangunan konstruksi di daerah gambut dan rawa

cukup tinggi.

Kondisi hidrologi Kabupaten Rokan Hilir dipengaruhi oleh keberadaan 15 (lima belas)

aliran sungai yang ada. Sungai Rokan merupakan sungai utama dengan panjang 350km

dan kedalaman 6-8m yang melintasi Kecamatan Pujud, Rantau Kopar,Tanah Putih, Rimba

Melintang, Perkaitan dan Batu hampar. Sungai Rokan berasal dari dua cabang anak

sungai yaitu Sungai Rokan Kanan dan Sungai Rokan Kiri yang hulu anak sungainya di

Pegunungan Bukit Barisan pada bagian timur Kabupaten Tapanuli Selatan dan pada

bagian barat Kabupaten Rokan Hulu. Tetapi saat ini banyak anak sungai yang berada di

hulu ini kekeringan dan tertutup oleh areal perkebunan. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir

tidak mengizinkan usaha industri dijalankan di sepanjang Sungai Rokan untuk menjaga

kualitas air dan lingkungan sepanjang Sungai Rokan yang sangat strategis untuk sumber

air dan perekonomian.

Kabupaten Rokan Hilir memiliki kondisi kawasan yang cukup bervariatif berupa kawasan

daratan, kawasan pesisir, perairan laut, dan pulau-pulau kecil yang merupakan salah satu

ekosistem penting yang mendukung keberlanjutan pembangunan Kabupaten Rokan Hilir.

Kawasan pesisir dan perairan laut merupakan ekosistem pendukung kehidupan biota

perairan laut, termasuk biota-biota yang dilindungi. Sebagai muara dari salah satu sungai

yang terbesar di Provinsi Riau, maka kawasan pesisir dan laut Kabupaten Rokan Hilir kaya

akan sumber daya perikanan. Demikian pula halnya pulau-pulau kecil yang sebagian

diantaranya sesuai dengan luasnya berfungsi sebagai kawasan yang dilindungi. Kawasan

pesisir dan pulau-pulau kecil nyatanya juga merupakan tempat bermukim para nelayan

yang sebagian besar merupakan masyarakat golongan ekonomi lemah. Oleh karenanya

pengendalian kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan pesisir, perairan laut, dan

pulau-pulau kecil perlu diperkuat untuk mendukung keberlanjutan kehidupan nelayan dan

keanekaragaman biota yang perlu dilindungi.

Page 12: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-5

Tabel II.1 Hasil Telaahan Struktur Ruang Kabupaten Rokan Hilir

No Rencana Struktur Ruang

Rencana pentahapan pemanfaatan struktur ruang sesuai RTRW

Arah pemanfaatan Ruang/Indikasi Program

lokasi

Waktu pelaksanaan

lima tahu

n ke-I

lima tahu

n ke-II

lima tahu

n ke-III

lima tahu

n ke-IV

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

I. Rencana pusat permukiman

I.1 Peningkatan Fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Penyusunan RDTR Kota Bagan Siapiapi

Bagan Siapi-Api

Pengembangan dan penataan teknis Kota Bagan Siapiapi

Pengembangan perkantoran pemerintahan

Pengembangan perumahan

Pengembangan pasar

Pengembangan rumah sakit kelas B

Pembangunan gedung olah raga dan kesenian

Peningkatan terminal (tipe B)

Pengembangan mesjid kabupaten

Peningkatan kapasitas PAM

Peningkatan pengelolaa sampah dan penyediaan TPST ramah lingkungan

Kasiba dan Lisiba

Pembangunan balai latihan kerja modern

Pengembangan SMK Negeri

Pengembagan perguruan tinggi/akademi

Pengembangan pelabuhan pengumpan lokal

I.2.

Perwujudan Pusat Kegiatan Wilayah Perkotaan (PKWP)

Pengembangan perguruan tinggi/akademi

Bagan Batu

Pengembangan rumah sakit kelas D

Pengembangan masjid kecamatan

Pengembangan terminal

Page 13: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-6

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

I.3. Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal Perkotaan (PKL Perkotaan)

Pengembangan perguruan tinggi/akademi

Ujung Tanjung

Pengembangan rumah sakit kelas C

Pengembangan mesjid kecamatan

Pengembangan terminal transit

I.4. Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pengembangan SLTA Sinaboi

Pengembangan mesjid kecamatan

Pengembangan terminal

Pengembangan pelabuhan utama tersier

I.5. Perwujudan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Pengembangan SLTA Teluk Merbau, Sedinginan dan Panipahan

Pengembangan mesjid kecamatan

Pengembangan terminal

Pengembangan pelabuhan lokal Tanjung Lumba-lumba

Pengembangan pelabuhan regional

1.7 Perwujudan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pengembangan SLTA Negeri Rimba Melintang,Bangko Kanan, Kampung Melayu, Pujud dan Simpang Kanan

Pengembangan masjid kecamatan

Pengembangan terminal Bangko Pusako

Pembangunan pelabuhan udara

II. Rencana jaringan transportasi

II.1 Pengembangan sistem prasarana transportasi darat Perbaikan dan peningkatan terminal

tipe B

Ujung Tanjung, Bagan Siapiapi, Bagan Batu, Teluk Merbau

Pembangunan terminal tipe C di kawasan

Teluk Merbau, Sinaboi, Panipahan dan Pujud

Pembangunan jalan kolektor primer dan lokal primer

Sp. Tanah Putih – Bagan Siapiapi, Bagan Siapiapi – Sinaboi dan Panipahan – Sei. Daun

Peningkatan jalan kolektor primer dan lokal primer

Page 14: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-7

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan kolektor primer dan lokal primer

Sp. Sedinginan – Sedinginan,

II.2. Peningkatan dan pembangunan transportasi laut

Optimalisasi pelabuhan Sinaboi dan Panipahan

Pengembangan pelabuhan laut dan sebagai pelabuhan pengumpan lokal

Bagan Siapiapi, Pulau Halang dan Tanjung Lumba-lumba

II.3. Peningkatan dan pembangunan transportasi udara

Pengembangan bandar udara Tanah Merah

Peningkatan sarana dan prasarana keselamatan penerbangan

Peningkatan pelayanan sarana dan sarana bandara

III. Rencana jaringan energi

III.1 Pengembangan dan Penyediaan Prasarana Energi Listrik

Optimalisasi interkoneksi Ujung Tanjung dan Bagan Siapiapi

Pembangunan PLTG Duri

Peningkatan pelayanan prasarana energi listrik

IV. Rencana jaringan telekomunikasi

IV.1 Pengembangan dan Penyediaan Prasarana Telekomunikasi

Peningkatan pelayanan jaringan telepon dengan prioritas wilayah perkotaan

Tanah Putih dan Rimbo Melitang

Pengembangan pelayanan telekomunikasi di kawasan agroindustri (KSK) dan bandar udara

V. Rencana sistem jaringan sumber daya air

V.1 Pengembangan Prasarana Air Bersih

Penetapan kawasan sempadan sungai Rimbo Melintang,Batu Hampar, Bantaian dan Bagan Siapiapi

Pengembangan sumberdaya air baku

Peningkatan program pelayanan kebutuhan air bersih di seluruh wilayah permukiman

Penyediaan hidran umum pada wilayah permukiman perdesaan

Penataan ruang yang berdasarkan pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah masih belum

berjalan maksimal. Konversi lahan pertanian, hutan, dan rawa menjadi kawasan

permukiman, perdagangan, dan industri terjadi secara terus menerus. Di masa depan ini

bisa mengancam produksi pertanian, hasil hutan, dan keseimbangan siklus air. Pada

musim kemarau, kebakaran hutan dan terbakarnya lahan gambut mengakibatkan kabut

asap yang membahayakan transportasi dan kesehatan. Pada musim hujan, luapan sungai

Rokan Hilir menyebabkan banjir yang bisa memutuskan jalur lintas Sumatera.

Page 15: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-8

Keberadaan taman kota, ruang terbuka hijau dan penghijauan di kota-kota di Kabupaten

Rokan Hilir masih kurang. Padahal perkembangan pembangunan kota-kota di Kabupaten

Rokan Hilir berlangsung sangat cepat karena didukung oleh APBD yang cukup besar,

yakni sekitar Rp 1 trilyun pada tahun 2005. Kejadian yang sering terjadi pada kota-kota

yang berkembang pesat, biasanya keberadaan taman kota, ruang terbuka hijau, dan

penghijauan di kota tersebut menjadi terlupakan karena konsentrasi kegiatan pada bidang

perdagangan dan aktivitas pembangunan lainnya. Bila tidak direncanakan dan

diperuntukkan sejak awal, maka kota-kota akan menjadi gersang dan berkembang tidak

terkendali.

Pengelolaan sampah pada kota-kota di Kabupaten Rokan Hilir masih belum tertata dengan

baik. Masyarakat masih terbiasa membakar sampah atau membuangnya ke lahan

kosong. Di samping itu, menumpuknya sampah di perkotaan karena pengelolaan sampah

yang masih belum baik akan menyebabkan penyakit dan menurunnya kualitas lingkungan.

Permasalahan ini akan semakin membesar di masa depan jika tidak diatasi. Jumlah

kendaraan bermotor di Rokan Hilir meningkat pesat dari tahun ke tahun seiring dengan

perkembangan ekonomi dan pembangunan yang dilakukan.

Page 16: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-9

Tabel II.C.2.

Hasil Telaahan Pola Ruang

No Rencana

Pola Ruang

Rencana pentahapan pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW

Arah pemanfaatan Ruang/Indikasi

Program lokasi

Waktu pelaksanaan

lima tahun ke-I

lima tahun ke-II

lima tahun ke-III

lima tahun ke-IV

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

I. Rencana kawasan lindung

I.1 Kawasan hutan lindung

Mencegah terjadi erosi, bencana banjir, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan dan Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian kemampuan lahan/ruang dan lingkungan agar kegiatan budidaya bisa berfungsi dengan baik.

Pujud & Tanah Putih

I.2 Kawasan bergambut

Menjaga dan mengendalikan fungsi hidrologi wilayah sebagai penambat dan penyimpan air, pencegah banjir, dan untuk melindungi ekosistem khas yang ada di dalamnya.

Pasir Limau Kapas, Kubu, Bangka Pusako, Bagan Sinembah

I.3 Sempadan pantai

empertahankan dan meningkatkan kelestarian kemampuan lahan/ruang dan lingkungan agar kegiatan budidaya bisa berfungsi secara baik.

Pasir Limau Kapas, Kubu, Bangko, Sinaboi

I.4 Sempadan sungai

Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menganggu dan merusak air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta untuk mengamankan aliran sungai dan Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian kemampuan lahan/ruang dan lingkungan agar kegiatan budidaya bisa berfungsi secara baik.

Seluruh kecamatan

Page 17: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-10

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

1.5 Kawasan sekitar danau/tasik

Melindungi danau/tasik dari kegiatan budidaya yang dapat menganggu atau merusak kelestarian fungsi danau/tasik dan Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian kemampuan lahan/ruang dan lingkungan agar kegiatan budidaya bisa berfungsi dengan baik.

Pujud, Tanah Putih, Bangko

I.6 Cagar alam Pulau Berkey

Melindungi keanekaragaman satwa (aneka burung laut) dan tumbuhan serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.

Bangko

I.7 Kawasan perlindungan penyu

Melindungi keberadaan habitat penyu yang juga berfungsi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.

Pasir Limau Kapas

I.8

Taman wisata alam danau laut Napangga

Melindungi keberadaan danau laut Napangga sebagai tempat berkembang biaknya berbagai ikan Arwana, disamping sebagai tempat wisata alam yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.

Pujut

Page 18: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-11

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

I.9

Kawasan pantai/pulau berhutan bakau

Melindungi keberadaan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem pesisir dan tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, disamping sebagai pelindung pantai dan Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian kemampuan lahan/ruang dan lingkungan agar kegiatan budidaya bisa berfungsi secara baik.pengikisan air laut dan perlindungan usaha budidaya di belakangnya dan

Pasir Limau Kapas, Bangko, Sinaboi, Tanah Putih Tanjung Melawan

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

Kawasan pulau-pulau dengan luas < 10 Ha

Melestarikan tipe ekosistem khas pulau dan sekitarnya bagi perlindungan kawasan darat pulau, kawasan pesisir dan perairan laut di bawahnya dan Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian kemampuan lahan/ruang dan lingkungan agar kegiatan budidaya bisa berfungsi secara baik.

Pasir Limau Kapas

II. Rencana kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis

II.1

Kawasan hutan produksi

Meningkatkan produksi hasil-hasil kehutanan bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui koperasi atau lembaga kemasyarakatan lainnya.

Pasir Limau Kapas, Kubu, Bangko, Sinaboi, Rimba Melintang, Bangko Pusako, Bagan Sinembah, Tanah Putih, Pujud, Tanah Putih Tanjung Melawan

Page 19: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-12

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

II.2 Kawasan hutan rakyat

Meningkatkan produksi hasil – hasil kehutanan bagi kepentingan negara, masyarakat, dunis industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh dunia usaha/swasta, koperasi, BUMD yang bergerak disektor kehutanan.

Bangko, Bangko Pusako

II.3 Kawasan pertanian lahan basah

Meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian tanaman lahan basah bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; serta sebagai upaya mempertahankan Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu sentra produksi padi di Provinsi Riau.

Kubu, Bangko, Sinaboi, Rimba Melintang, Bangko Pusako, Bagan Sinembah, Tanah Putih, Pujud,Tanah Putih Tanjung Melawan

II.4 Kawasan pertanian lahan kering

Kubu, Bangko, Sinaboi, Rimba Melintang, Bangko Pusako, Bagan Sinembah, Tanah Putih, Pujud,Tanah Putih Tanjung Melawan

Meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian tanaman lahan kering bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 20: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-13

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

II.5

Kawasan Tanaman Tahunan /Perkebunan

II.5.1 Perkebunan Besar Swasta

Pasir Limau Kapas, Kubu, Bangko, Sinaboi, Rimba Melintang, bangko Pusako, Bagan Sinembah, Tanah Putih, Pujud, Tanah Putih Tanjung Melawan

Meningkatkan produksi hasil – hasil pertanian tanaman tahunan/perkebunan bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh dunia usaha/swasta koperasi, BUMD yang bergerak di subsektor Perkebunan

II.5.2 Perkebunan Rakyat

Seluruh kecamatan

Meningkatkan produksi hasil – hasil pertanian tanaman tahunan/perkebunan bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh dunia usaha/swasta koperasi, BUMD yang bergerak di subsektor Perkebunan

Page 21: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-14

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

II.5.3 Kawasan Peternakan

Seluruh kecamatan

Meningkatkan produksi hasil – hasil pertanian tanaman lahan basah bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta sebagai upaya mempertahankan Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu sentra produksi padi di Provinsi Riau.

II.5.4 Kawasan Pertanian lahan Kering

Kubu, Bangko, Sinaboi, Rimba Melintang, Bangko Pusako, Bagan Sinembah, Tanah Putih, Pujud,Tanah Putih Tanjung Melawan

Meningkatkan produksi hasil – hasil peternakan bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

II.6 Kawasan Perikanan

II.6.1 Perikanan Darat

Rimba Melintang, Bangko Pusako, Bagan Sinembah, Tanah Putih, Pujud, Tanah Putih Tanjung Melawan

Meningkatkan produksi hasil – hasil perikanan darat bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 22: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-15

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

II.6.2 PerikananPesisir/Laut

Pasir Limau Kapas, Kubu, Bangko, Sinaboi

Meningkatkan produksi hasil – hasil perikanan pesisir/laut bagi kepentingan negara, masyarakat, dunia industri dan bagi keperluan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, dan mempertahankan kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu sentra produksi perikanan laut terbesar di Provinsi Riau.

II.7 Kawasan Pertambangan

Bahan Galian Golongan C

Tanah Putih, Pujud,

Memanfaatkan potensi sumber daya tambang bagi pengembangan perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

II.8 Kawasan Peruntukan Industri

Pasir Limau Kapas, Sinaboi

Meningkatkan nilai tambah bagi produksi hasil pertanian dan mendorong perwujudan gerbang perdagangan lintas batas Sinaboi dan Panipahan

II.9 Kawasan Pariwisata

II.9.1

Kawasan Wisata Agro Pulau Pedamaran

Bangko

Memanfaatkan potensi obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Rokan Hilir, yang dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan pariwisata dan rekreasi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

II.9.2 Kawasan gugusan Pulau Jemur

Pasir Limau Kapas

II.9.3 Kawasan Desa Wisata Rantau Bais

Tanah Putih

Page 23: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-16

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

II.9.4

Kawasan Wisata Keagamaan dan Budaya Bagansiapiapi

Bangko

II.10 Kawasan Pemukiman

Seluruh Kecamatan

Menyediakan tempat bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

II.11

Kawasan Perkotaan Ibukota Kabupaten Rokan Hilir

Tanah Putih, Rimba Melintang, Bangko Pusako

Menyediakan tempat bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan Mendorong mengembangkan ekonomi wilayah Kabupaten Rokan Hilir

II.12

Kawasan Lapangan Udara (Bandara)

Bangko Pusako (Teluk Bano I)

Meningkatkan interaksi inter regional Kabupaten Rokan Hilir dengan wilayah lainnya dan Meningkatkan arus koleksi dan distribusi barang dan aksebilitas pergerakan penumpang masuk dan keluar wilayah Kabupaten Rokan Hilir

Page 24: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-17

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

II.13

Kawasan Konservasi Budaya dan Sejarah

II.13.1 Situs Candi Sintong

Tanah Putih Mendayagunakan nilai-nilai sejarah yang dimiliki Kabupaten Rokan Hilir dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungannya

II.13.2 Kawasan Rantau Bais

Tanah Putih

II.13.3

Klenteng Yan Sing Tua Bagan Siapiapi

Bangko

Berdasarkan pemanfaatan tata ruang maka potensi pengembangan wilayah di Kabupaten

Rokan Hilir dapat di gambarkan sebagai berikut:

Kawasan Perkotaan Ujung Tanjung, dimana dulu terdapat industri

pengolahan hasil hutan, tetapi kegiatannya sekarang sangat menurun.

Simpang Ujung Tanjung menjadi simpul perpindahan penumpang dari

Bagansiapiapi dan sekitarnya menuju Bagan Batu dan Sumatera Utara;

Kawasan Perkotaan Bagansiapiapi merupakan ibukota Kecamatan Bangko,

namun hingga saat ini menjadi ibukota sementara Kabupaten Rokan Hilir.

Lokasinya terletak di bagian pesisir utara dan pada muara Sungai Rokan.

Kawasan Bagansiapiapi pernah menjadi penghasil ikan laut yang besar,

namun saat ini mengalami degradasi. Selain itu juga pernah berkembang

industri galangan kapal kayu. Tetapi karena kayu yang susah didapat, maka

industri ini mengalami kemunduran saat ini. Industri rumah tangga yang

berkembang antara lain pembuatan kecap, tauco, air tahu, lumpia, kacang

pukul, ikan asin, dan terasi. Transportasi laut angkutan barang dan

penumpang dilayani oleh pelabuhan Bagansiapiapi. Angkutan barang ini

melayani bongkar muat barang lingkup nasional dan internasional (terutama

dari dan ke Malaysia). Angkutan penumpang melayani rute ke Panipahan,

Kubu, dan Pulau Halang. Transportasi darat melalui jaringan Bagansiapiapi–

Simpang Ujung Tanjung. Rute angkutan penumpang melayani pergerakan ke

Dumai dan Pekanbaru. Sistem tata air kota di Bagansiapiapi yang tidak baik,

menyebabkan penurunan kualitas fisik lingkungan perkotaan. Terdapat

Page 25: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-18

banyak budidaya sarang burung walet yang menimbulkan polusi suara dan

juga lingkungan karena kotoran burung walet;

Kawasan perkotaan Bagan Batu merupakan ibukota Kecamatan Bagan

Sinembah dan merupakan kawasan perkotaan terbesar di Kabupaten Rokan

Hilir. Lokasinya terletak di bagian paling barat dan pada poros jalan Lintas

Sumatera. Kegiatan perdagangan berkembang sepanjang kiri-kanan jalan

lintas Sumatera yang melintasi kawasan perkotaan Bagan Batu. Di sini

berkembang industri pengolahan kelapa sawit yang didukung oleh

perkebunan kelapa sawit. Transportasi di daerah ini berupa jaringan jalan

lintas Sumatera yang menghubungkan Sumatera Utara, Dumai, Duri, dan

Pekanbaru;

Kawasan Perkotaan Panipahan merupakan ibukota Kecamatan Pasir Limau

Kapas. Lokasinya terletak di pesisir paling Barat dari Kabupaten Rokan Hilir

atau garis pantai paling utara dari Provinsi Riau dan berbatasan langsung

dengan Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Penghasil ikan

laut dan udang terbesar di Kabupaten Rokan Hilir dan penghasil kopra basah.

Tepung ikan diekspor ke Jepang. Akses ditempuh melalui laut dari pelabuhan

Bagansiapiapi. Kondisi jaringan jalan yang ada masih buruk sehingga sulit

dilalui kendaraan;

Kawasan Perkotaan Sedinginan merupakan ibukota Kecamatan Tanah Putih.

Terletak di bagian selatan Kabupaten Rokan Hilir. Sedinginan merupakan

kota tertua di Kabupaten Rokan Hilir yang dikembangkan semasa kolonial

Belanda sebagai Controller I sebelum dipindahkan ke Bagansiapiapi tahun

1904. Karena itu memiliki nilai budaya dan keanekaragaman peninggalan

sejarah. Kawasan Sedinginan banyak dipengaruhi oleh kegiatan

pertambangan migas, juga terdapat perkebunan kelapa sawit, kelapa, dan

karet. Akses ditempuh melalui jaringan jalan Lintas Sumatera dan jaringan

jalan lokal;

Kawasan Perkotaan Rimba Melintang merupakan ibukota Kecamatan Rimba

Melintang. Lokasinya terletak pada jalan poros Bagansiapiapi–Ujung

Page 26: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-19

Tanjung. Terkenal dengan sebutan Kota Padi dan kawasan sentra produksi

beras terbesar di Kabupaten Rokan Hilir;

Kawasan Perkotaan Teluk Merbau merupakan ibukota Kecamatan Kubu.

Lokasinya terletak di pesisir utara Kabupaten Rokan Hilir yang berhadapan

dengan Pulau Halang. Merupakan salah satu perkampungan Melayu dengan

peninggalan sejarah berupa pola budaya dan bangunan tua. Daerah ini

lambat berkembang karena relatif terisolir (rendahnya aksessibilitas dari jalan

darat). Terdapat pelabuhan rakyat Tanjung Lumba-lumba dengan kondisi fisik

yang cukup baik. Banyak dimanfaatkan untuk pengiriman komoditi hasil

pertanian/hutan ke Port Klang, Malaysia;

Kawasan Perkotaan Sinaboi merupakan ibukota Kecamatan Sinaboi. Terletak

di pesisir paling timur dari Kabupaten Rokan Hilir dan pada muara Sungai

Sinaboi. Daerah ini bercirikan kota pelabuhan, perdagangan, dan

penangkapan/ pengolahan hasil laut. Hasil utamanya adalah ikan, udang, dan

kepiting yang diekspor ke Port Klang dan Port Dickson. Sinaboi diprediksi

berkembang pesat dengan rencana pembangunan Pelabuhan Samudera dan

pembangunan poros jalan Sinaboi-Lubuk Gaung (Kota Dumai). Saat ini,

akses ke Sinaboi menggunakan jalan Bagansiapiapi– Sinaboi yang baru

dapat dilalui dengan kendaraan roda dua. Transportasi laut ke tempat ini

jarang dilakukan;

Kawasan Perkotaan Pujud merupakan ibukota Kecamatan Pujud. Terletak di

bagian selatan dari Kabupaten Rokan Hilir yang berbatasan dengan

Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumut. Terkenal sebagai penghasil karet

dan kelapa sawit dan memiliki pasar tradisional karet. Aksessibilitas cukup

baik dengan jaringan jalan lokal ke jalan lintas Sumatera;

Kawasan Perkotaan Pulau Halang terdiri dari Pulau Halang Belakang dan

Pulau Halang Depan yang terletak di perairan bagian utara dari Kabupaten

Rokan Hilir yang hanya bisa ditempuh melalui laut dari Bagansiapiapi.

Terkenal sebagai penghasil terasi terbesar di Indonesia.

Page 27: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-20

Berdasarkan posisi geografis Kabupaten Rokan Hilir mempuyai lokasi yang strategis

dalam pengembangan wilayah dan ekonomi. Posisi geostrategis Kabupaten Rokan Hilir

dapat dijabarkan sebgai berikut;

1. Kabupaten Rokan Hilir sangat strategis di jalur pelayaran intenasional Selat Malaka

dan menjadi gerbang lintas perdagangan regional dari dan ke Selangor, Malaysia.

Lintasan tersebut melalui pelabuhan rakyat yang sudah ada sejak lama, yaitu

pelabuhan Bagansiapiapi, Pulau Halang, Sinaboi, Panipahan, dan Tanjung Lumba-

lumba. Pelabuhan Malaysia yang menjadi orientasi utama adalah Port Klang. Lalu

lintas pelayaran ini adalah pelayaran tradisional yang telah dilakukan masyarakat

sejak lama dan merupakan embrio bagi berkembangnya kerjasama perdagangan

lintas batas.

2. Kabupaten Rokan Hilir juga menjadi gerbang lintas batas dari dan ke Sumatera

Utara dengan memanfaatkan jalan lintas Sumatera, serta beberapa jaringan jalan

lokal yang terdapat di sebelah Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Interaksi regional dengan wilayah

Sumatera ini telah berlangsung lama untuk mengangkut komoditi pertanian dan

perkebunan yang dihasilkan masyarakat Rokan Hilir untuk dijual dan diolah lebih

lanjut di Sumatera Utara.

3. Kabupaten Rokan Hilir juga secara geografis berdekatan dengan Kota Dumai yang

di dalam RTRW Provinsi Riau telah ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah di

Provinsi Riau yang salah satu fungsi utama pelayanannya adalah sebagai pusat

kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional, termasuk crude

palm oil (CPO) dan migas. Pelabuhan Dumai sangat membantu penyaluran CPO

yang diproduksi di Kabupaten Rokan Hilir. Setelah Kepulauan Riau menjadi sebuah

provinsi tersendiri, maka fungsi Batam dan Bintan sebagai pintu gerbang

perdagangan bagi Provinsi Riau dialihkan ke Kota Dumai. Bahkan berkembang pula

wacana untuk menjadikan bagian dari Kota Dumai menjadi daerah Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK). Kabupaten Rokan Hilir dalam hal ini yang posisinya paling

dekat dengan Kota Dumai bisa mengambil keuntungan strategis dari keadaan ini.

Page 28: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-21

4. Wilayah di sekitar Kabupaten Rokan Hilir memiliki linkages (keterkaitan) yang

penting. Di antara wilayah itu ada yang merupakan peluang yang menguntungkan

Rokan Hilir, tetapi ada pula yang menjadi saingan untuk produk yang dihasilkan di

Rokan Hilir. Di antara daerah itu adalah Sumatera Utara yang selama ini

memanfaatkan beras dari Rokan Hilir untuk di packing lalu dijual kembali. Demikian

pula dengan Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang dibeli lalu diproses di Sumatera

Utara. Dumai, Siak dan Bengkalis bisa berperan sebagai kompetitor pabrik CPO.

Malaysia bisa menjadi peluang bagi investor perkebunan sawit, peluang pasar,

konsumen produksi perikanan, tetapi bisa pula menjadi pesaing sawit dan pemicu

illegal logging.

2.1.2 Aspek Demografi

Penduduk Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2012 adalah 602.691 jiwa, dengan laju

pertumbuhan penduduk selama sepuluh tahun terkahir yakni dari tahun 2000-2010 adalah

sebesar 4,58 persen pertahun. Sedangkan sex ratio-nya adalah 106,25 yang artinya dari

setiap 100 penduduk perempuan rata-rata terdapat 107 penduduk laki-laki.

Perbandingan Sexratio di Kabupaten Rokan Hilir jika dilihat dari masing-masing

Kecamatan, maka akan didapati informasi sebagai berikut. Kecamatan Bangko 102,99

berarti dari 100 penduduk perempuan akan terdapat 103 penduduk laki-laki di Kecamatan

Bangko.Kecamatan Rantau Kopar memiliki sex ratio yang terendah, yaitu 101,48.

Kepadatan penduduk per kilometer menunjukkan bahwa Kecamatan Bagan Sinembah

menempati urutan tertinggi yaitu 154 jiwa per kilometer persegi, sedangkan Kecamatan

Rantau Kopar dan Batu Hampar menempati urutan terendah yaitu 23 dan 27 jiwa per

kilometer persegi. Jumlah penduduk Kecamatan Bagan Sinembah menempati urutan

tertinggi,yaitu137.017 jiwa, kemudian Kecamatan Pujud 74.316 jiwa, Kecamatan Bangko

69.310 jiwa,Kecamatan Bangko Pusako 64.313 jiwa, dan Kecamatan Rantau Kopar

memiliki jumlah penduduk terendah, yaitu 5.567 jiwa.Bila diamati perbandingan luas

wilayah dengan jumlah penduduk maka terjadi ketimpangan dalam penyebaran

penduduk.Kecamatan Bagan Sinembah yang luasnya hanya 9,54 persen dari luas

Kabupaten Rokan Hilir menampung 22,73 persen penduduk,sedangkan Kecamatan

TanahPutih yang luasnya 21,56 persen menampung 10,55 persen penduduk. Penyebaran

Page 29: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-22

penduduk yang tidak merata ini akan menimbulkan masalah kependudukan,kondisi yang

kurang sehat bagi kegiatan ekonomi, pertahanan keamanan dan keadilan sosial lainnya.

Tabel II.2

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008-2013

KECAMATAN 30-Jun 30-Jun 30-Jun 30-Jun 30-Jun 30-Jun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Tanah Putih 48,801 49,446 57,434 60,499 62,872 64,952

2. Pujud 56,678 57,427 63,839 70,681 73,453 74,826

3. Tp Tj Melawan 9,65 9,778 12,066 13,155 13,671 14,877

4. Rantau Kopar 7,212 7,308 5,636 5,295 5,503 5,785

5. Bagan Sinembah 130,921 132,651 131,186 130,315 135,427 143,770

6. Simpang Kanan 23,614 23,926 25,865 26,393 27,428 28,320

7. Kubu 37,812 38,312 38,114 37,741 20,027 20,975

8. Pasir Limau Kapas 37,109 37,6 33,405 34,058 35,394 36,454

9. Kubu Babussalam … … … ... 19,194 20,181

10. Bangko 90,729 91,928 68,091 65,92 68,506 73,360

11. Senaboi 11,107 11,253 11,081 11,668 12,126 12,413

12. Batu Hampar 6,667 6,755 7,213 7,747 8,051 8,271

13. Pekaitan ... ... 13,535 16,183 16,818 14,962

14. Rimba Melintang 31,712 32,132 32,128 32,389 33,659 35,067

15. Bangko Pusako 46,413 47,027 52,115 61,167 63,566 64,142

JUMLAH 538,425 545,543 551,708 573,211 595,695 618,355

Sumber: Rokan Hilir dalam Angka 2014

Kepadatan penduduk di sebuah daerah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Satu

diantara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kepadatan pendudukan dari satu

tahun ketahun ketahun berikutnya di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah

populasi dan ketersediaan infrastruktur, infra struktur yang relatif lengkap di Kabupaten

Rokan Hilir ada di Kecamatan Bagan Sinembah dan Bangko. Kecamatan Bagan

Sinembah mislnya, adalah kawasan yang letaknya di jalan lintas Provinsi Riau dan

Sumatera Utara. Tingkat heterogenitasnya juga sangat tinggi, kawasan ini menjadi

lumbung transaksi dan perdagangan yang cukup besar di Kabupaten Rokan Hilir. Tabel

diatas menjelaskan bahwa Kecamatan Bagan Sinembah menempati tingkat kepadatan

populasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan Kecamatan yang lain. Urutan nomor dua

Page 30: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-23

di Kecamatan Bangko. Bangko menjadi padat penduduknya karena menjadi pusat ibukota

Kabupaten. Kepadatan penduduk yang paling sedikit adalah Rantau Kopar. Ini bisa

dipahami, karena secara geografis Kecamatan Rantau Kopar terletak cukup jauh dari Ibu

kota Kabupaten, dan lebih dekat ke Kabupaten tetangga.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan perekonomian Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat dari perkembangan nilai

PDRB sebagai akumulasi pemanfaatan sumber daya daerah untuk menghasilkan output

pada setiap sektor perekonomian. Nilai PDRB Menurut harga konstan Kabupaten Rokan

Hilir dengan minyak dan gas pada periode 2009-2012 mengalami pertumbuhan,

sedangkan tanpa minyak dan gas mengalami juga mengalami peningkatan. Hal ini

menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Rokan Hilir tanpa migas memiliki

perkembangan yang cukup pesat jika dibandingkan dengan perekonomian dengan minyak

dan gas. Tebel dibawah ini menjelaskan laju pertumbuhan ekonomoi Kabupaten Rokan

Hilir atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2009-2013.

Tabel. 2.5.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut

Lapangan Usaha tahun 2009-2013 (%)

Sumber: BPS Rohil dalam Rokan Hilir Dalam Angka 2014.

No. Sektor/Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 5.87 6.15 6.23 6.20 5.97

2. Pertambangan dan Penggalian 9.87 7.77 8.64 7.75 7.97

3. Industri Pengolahan 8.03 9.80 9.52 9.34 8.90

4. Listrik, Gas dan Air Minum 6.53 8.93 8.94 7.85 4.89

5. Bangunan 11.05 8.78 10.43 10.84 10.56

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.64 9.72 9.85. 9.92 9.01

7. Pengangkutan dan Komunikasi 9.13 10.27 9.85 9.92 8.90

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6.77 5.77 6.53 6.20 6.38

9. Jasa-jasa 7.94 7.13 7.91 8.41 8.70

Laju Pertumbuhan PDRB 7.28 7.57 7.68 7.77 7.36

Page 31: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-24

Penurunan kontribusi sektor pertambangan terhadap total PDRB secara proporsional

menggambarkan terjadinya peningkatan nilai dan kontribusi sektor perekonomian lainnya

dalam struktur perekonomian Kabupaten Rokan Hilir. PDRB Harga konstant tahun 2010

menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian mengalami kenaikan dari 5.87 persen

pada tahun 2009 menjadi 6.23 persen tahun 2012. Kenaikan nilai PDRB sektoral

berdasarkan harga konstant pada periode 2009-2013 yang paling tinggi terjadi pada sektor

bangunan. Kontruksi menjadi salah satu aktivitas penting karena geliat pembangunan di

daerah ini, baik bangunan gedung, jalan dan lain-lain sebagai pertanda daerah ini sebagai

daerah baru yang sedang mempersiapkan infrastruktur pemerintah, transportasi, serta

aktivitas pembangunan oleh rumah tangga dan swasta. Tabel diatas menjelaskan bahwa

laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan pada sektor bangunan jauh lebih

tinggi dari sektor yang lain. Meski terjadi penuruan jika dibandingkan pada awal tahun

2009. Tahun 2009 menjadi titik tertinggi karena Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2009

membutuhkan bangunan yang sangat banyak, karena penigkatan identitas adminitratif dari

Kecamatan menjadi kabupaten. Konsekuensi logisnya adalah dibutuhkannya banyak

bangunan dan gedung untuk mengorganisasikan roda pemerintahan Kabupaten.

Tabel. 2.6.

Distribusi Persentase PDRB Kaupaten Rokan Hilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha, Tanpa Migas Tahun 2009-2013 (%)

Sumber: BPS Rohil dalam Rokan Hilir Dalam Angka 2014.

Secara umum, struktur perekonomian Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan nilai PDRB

harga konstant dengan minyak dan gas pada periode 2009-20123 terlihat mengalami

No. Sektor/Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 53.61 50.00 46.82 44.83 42.32

2. Petambangan dan Penggalian 0.23 0.23 0.23 0.22 0.22

3. Industri Pengolahan 24.91 27.91 30.86 32.79 34.58

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0.18 0.19 0.20 0.20 0.20

5. Bangunan 1.19 1.35 1.57 1.52 1.60

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.98 15.42 15.54 15.82 16.46

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.00 0.99 0.95 0.89 0.87

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.17 1.23 1.28 1.28 1.29

9. Jasa-jasa 2.73 2.66 2.55 2.45 2.45

Page 32: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-25

sedikit pergeseran, yang ditandai oleh peran sektor pertambangan semakin menurun,

sedangkan kontribsi sektor pertanian dan industri semakin meningkat, yang diikuti oleh

peningkatan kontribusi pada sektor sekunder dan tersier lainnya. Jika diperhatikan pada

perekonomian tanpa minyak dan gas berdasarkan nilai PDRB harga konstant terlihat

bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi dominan, diikuti oleh sektor industri pengolahan

dengan kontribusi sebesar 34.58 persen pada tahun 2013, dan sektor perdagangan, hotel

dan restoran sebesar 16.46 persen ditahun 2013, sedangkan sektor lainnya memiliki

kontribusi yang relatif lebih kecil.

Tabel. 2.7.

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Rokan Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut

Lapangan Usaha, Tanpa Migas Tahun 2009-2013 (%)

Sumber: BPS Rohil dalam Rokan Hilir Dalam Angka 2014.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur perekonomian

dengan minyak dan gas didominasi oleh pertambangan, pertanian, dan perdagangan. Sedangkan

struktur perekonomian Kabupaten Rokan Hilir tanpa minyak dan gas didominasi oleh sektor

pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan.

lainnya mengalami peningkatan yang melebihi peningkatan total nilai PDRB.Hal ini

mengindikasikan bahwa sektor pertambangan memiliki perkembangan kontribusi yang

semakin melambat dalam perekonomian Kabupaten Rokan Hilir karena memiliki

ketergantungan pada ketersediaan sumberdaya minyak sebagai unrenewable resources

yang terdapat di daerah Kabupaten Rokan Hilir. Dengan demikian untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dimasa mendatang, perhatian pada

No. Sektor/Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 53.91 53.20 52.49 51.77 51.10

2. Petambangan dan Penggalian 0.48 0.48 0.48 0.48 0.49

3. Industri Pengolahan 10.31 10.52 10.68 10.84 10.99

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0.25 0.25 0.25 0.26 0.25

5. Bangunan 0.92 0.93 0.95 0.98 1.01

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 23.28 23.75 24.23 24.71 25.09

7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.87 2.94 2.99 3.02 3.06

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.49 1.47 1.45 1.43 1.42

9. Jasa-jasa 6.49 6.46 6.48 6.51 6.60

Page 33: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-26

pembangunan sektor diluar minyak dan gas menjadi hal yang sangat penting, khususnya

sektor pertanian yang terintegrasi dengan sektor industri pengolahan dan perdagangan

sebagai mainstream pembangunan agribisnis.

Tabel. 2.8.

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2007 s.d 2013 Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Kabupaten Rokan Hilir (%)

2009 2010 2011 2012 2013

MGS TMGS MGS TMGS MGS TMGS MGS TMGS MGS TMGS

1 Rokan Hilir 2.12 7.26 - 1,65 7,57 1.20 7.68 0.65 7.77 1.41 7.36

2 Provinsi Riau 3,32 6.56 4,17 7,16 5.04 7.76 3.54 7.86 2.61 6.13

3 Indonesia 4.50 4.90

6,10 6.25 6.88 6.25

Ket: MGS = PDRB dengan Migas TMGS = PDRB Tanpa Migas Sumber : PDRB Riau menurut lapangan usaha, 2009-2013, 2014

Pada tabel diatas terlihat bahwa fenomena pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rokan Hilir

yang lebih tinggi pada perekonomian tanpa minyak dan gas menunjukan bahwa potensi

pembangunan perekonomian diluar minyak dan gas cukup besar dalam mendukung

perkembangan perekonomian Kabupaten Rokan Hilir dimasa mendatang. Jika

dikomparasi pertumbuhan ekonomi tanpa migas antara Kabupaten Rokan Hilir dan

Provinsi Riau, pada tahun 2009, 2010, dan 2013, Kabupaten Rokan Hilir masih unggul. Ini

artinya struktur ekonomi Kabupaten Rokan Hilir sangat di sanggah oleh perekonomian

tanpa migas. Ini akan memberikan alasan kepada Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir

untuk memberikan perhatian lebih pada sektor ekonomi tanpa migas kedepannya.

Laju Inflasi

Tingkat inflasi yang terjadi pada suatu daerah merupakan indikator tingkat kenaikan harga

yang berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Secara statistik laju

inflasi di Kabupaten Rokan Hilir tidak diukur, karena laju inflasi yang dihitung hanya di

perkotaan yaitu Kota Pekanbaru. Laju inflasi sebagai indikator ekonomi makro di

Kabupaten Rokan Hilir dihitung pada tingkat inflasi Kota Pekanbaru. Laju inflasi di Kota

Pekanbaru pada periode 2009-2014 mengalami fluktuasi. Selama periode 2009-2014 laju

inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 8,83 persen, sementara inflasi yang

Page 34: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-27

terendah terjadi pada tahun 2009 yakni sebesar 1,94 persen, dan kembali mengalami

peningkatan menjadi 8,53 persen pada tahun 2014.

Tabel. 2.9.

Nilai inflasi rata-rata Tahun 2009 s.d 2014 Kota Pekanbaru

Tahun Pekanbaru

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Inflasi (%) 1,94 7,00 5,09 3,35 8,83 8,53

Sumber: BPS Riau, Annual Report, 2014

Faktor yangmenjadi pemicu terjadinya inflasi adalah terjadinya kenaikan harga yang

ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga pada berbagai kelompok barang yang dikonsumsi

oleh masyarakat, termasuk kenaikan harga-harga kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan

makanan, minuman, tembakau dan rokok, perumahan, listrik, gas dan bahan bakar,

kelompok sandang, kesehatan, transport, rekreasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Peningkatan pendapatan penduduk akan rentan untuk mendorong terjadi inflasi, karena

konsumen terdorong untuk menbelanjakan pendapatan yang diperoleh, sehingga harga-

harga terdorong naik.

2.2. Fokus Kesejateraan Sosial

a. Pendidikan

Pembangunan pendidikan merupakan bahagian penting dalam peningkatan kualitas

sumberdaya manusia daerah. Potensi sumber daya alam dan jumlah penduduk yang

besar memerlukan pengembangan melalui sistem pendidikan yang tepat agar memberikan

dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan penduduk. Pendidikan

harus mampu melahirkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan tidak menjadi beban

pembangunan dan masyarakat, yaitu sumberdaya manusia yang menjadi sumber

kekuatan atau sumber pengerak (driving forces) bagi seluruh proses pembangunan dan

kehidupan masyarakat. Pembangunan pendidikan formal dan non formal dititik beratkan

pada peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan. Berbagai upaya telah

dilakukan pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dalam pembangunan pendidikan, seperti

Page 35: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-28

peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, perluasan akses pendidikan bagi seluruh

masyarakat, dan lain-lain sebagainya.

Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu diperlukan sistem pendidikan

yang lebih baik dan tenaga pengajar yang berkualitas serta didukung sarana dan

prasarana yang memadai baik negeri maupun swasta. Peningkatan mutu tidak dihitung

dengan kualitas sekolah yang tersebar akan tetapi bagaimana menciptakan sekolah yang

berkualitas. Untuk mengetahui jumlah sarana pendidikan sekolah baik negeri maupun

swasta dari Taman Kanak-Kanan (TK) sampai pada jenjang SMA di Kabupaten Rokan Hilir

pada tahun 2013 dapat dilihat pada table berikut.

Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 353 Sekolah Negeri di Kabupaten Rokan Hilir, dan

sebanyak 548 Sekolah Swasta. Sekolah negeri di Kabupaten Rokan Hilir sudah disediakan

mulai dari jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas

(SMA) dan Sekolah Kejuruan. Secara umum sebaran prasarana pendidikan yaitu sekolah

pada setiap kecamatan telah tersedia bagi penduduk usia sekolah untuk setiap jenjang

pendidikan. Tentu saja cakupan atau akses penduduk terhadap sekolah harus tetap

menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan akses penduduk usia sekolah terhadap

pendidikan yang lebih merata.

Tabel II.3. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta pada Beberapa Jenjang Pendidikan di

Kabupaten Rokan Hilir 2013

No. Jenjang Pendidikan Negeri Swasta

1. TK 2 215

2. SD / SDLB / Madrasah Ibtidaiyah (MI) 273 129

3. SMP / SMPT / MTs 48 129

4. SMA 30 75

Jumlah 353 548

Sumber: diolah dari Rokan Hilir dalam angka 2014

Dalam hal peningkatan kualitas pendidikan, berdasarkan data Dinas Pendidikan

Kabupaten Rokan Hilir sudah terdapat sebanyak 5 (lima) Sekolah Dasar (SD) sebagai

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), kemudian sebanyak 1 (satu) Sekolah

Page 36: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-29

Menengah Pertama (SMP) sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Pada

tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat sebanyak 6 (enam) sekolah yang

merupakan Sekolah Standar Nasional (SNN), dan sebanyak 2 (dua) Sekolah Kejuruan

Menengah (SMK) berstandar nasional.

Selain ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, keberadaan guru, ruang kelas, dan

jumlah siswa yang harus dilayani merupakan hal-hal yang terkait dengan pembangunan

pendidikan juga menjadi hal penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pada tahun

2013 jumlah murid SD sederajad adalah 89.961 persen. Jumlah murid SMP sederjad

33.218 persen, jumlah murid untuk jenjang SMU sederajad adalah 21.418 persen. Jika

dilihat persentasenya, jumlah murid di Kabupaten Rokan Hilir masih sangat didominasi

oleh jenjang pendidikan SD, diikuti oleh jenjang pendidikan SMP dan SMU. Informasi ini

dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel II.4. Kondisi Pendidikan Kabupaten Rokan Hilir 2013

No. Uraian SD

Sederajat

SMP

Sederajat

SMA

Sederajat

1. Jumlah Murid 89.961 33.218 21.418

2. Jumlah Guru 5.131 2.651 1.737

Sumber: Dinas Pendidikan Rokan Hilir, Juli 2014

Pada tingkat guru, jumlah guru SD jauh lebih banyak dari jenjang pendidikan SMP dan

SMA sederajat di Rokan Hilir. Rasio guru per jenjang pendidikan ini harus menjadi

perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Terkait dengan banyaknya sekolah (TK

dan SD) di Lingkungan Kabupaten Rokan Hilir, dapat dilihat seperti tabel dibawah ini :

Page 37: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-30

Tabel II.5.

Banyaknya Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar dilingkungan Dinas Pendidikan

Nasional Menurut Jenis Sekolah Tahun 2011/2012

KECAMATAN TAMAN KANAK-KANAK JUMLAH SEKOLAH DASAR

NEGERI SWASTA JUMLAH NEGERI SWASTA JUMLAH

1. Tanah Putih - 21 21 38 7 45

2. Pujud - 22 22 39 16 55

3. Tp Tj Melawan - 1 1 7 - 7

4. Rantau Kopar - 2 2 5 - 5

5. Bagan Sinembah - 71 71 40 41 81

6. Simpang Kanan - 5 5 10 9 19

7. Kubu - 10 10 27 10 37

8. Pasir Limau Kapas - 10 10 12 17 29

9. Kubu Babussalam - - - - - 0

10. Bangko - 20 20 29 11 40

11. Sinaboi - 2 2 9 1 10

12. Batu Hampar - 8 8 4 - 4

13. Pekaitan - 1 1 10 - 10

14. Rimba Melintang 2 12 14 19 5 24

15. Bangko Pusako - 30 30 24 12 36

Jumlah 2 215 217 273 129 402

Sumber : Rokan Hilir dalam angka, 2014

Tabel diatas menjelaskan, bahwa Taman Kanak-kanak yang di inisiasi oleh Pemerintah daerah

adalah nyaris Nihil. Hanya ada 2 buah taman kanak-kanak di Kecamatan Rimba Melintang. Data

ini berbanding terbalik dengan jumlah Taman Kanak-kanak yang diinisiasi oleh sekolah swasta.

Ada 217 buah lembaga TK di Kabupaten Rokan Hilir. Terkait dengan banyaknya jumlah Sekolah

Dasar antara Negeri dan Swasta kelihatan berimbang.

Page 38: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-31

Tabel II.6.

Banyaknya Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum dilingkungan Dinas

Pendidikan Nasional Menurut Jenis Sekolah Tahun 2011/2012

KECAMATAN S M P S M U

NEGERI SWASTA JUMLAH NEGERI SWASTA JUMLAH

1. Tanah Putih 8 14 22 4 3 7

2. Pujud 5 22 27 2 8 10

3. Tp Tj Melawan 2 - 2 1 - 1

4. Rantau Kopar 1 1 2 1 - 1

5. Bagan Sinembah 9 30 39 4 25 29

6. Simpang Kanan 1 6 7 1 4 5

7. Kubu 4 10 14 3 5 8

8. Pasir Limau Kapas 1 12 13 1 8 9

9. Kubu Babussalam

10. Bangko 5 11 16 5 9 14

11. Sinaboi - 4 4 1 - 1

12. Batu Hampar 1 1 2 1 - 1

13. Pekaitan - 3 3 - 3 3

14. Rimba Melintang 3 4 7 2 5 7

15. Bangko Pusako 8 11 19 4 5 9

Jumlah 48 129 177 30 75 105

Sumber : Rokan Hilir dalam angka, 2014

Perbandingan sekolah menengah pertama (SMP) swasta dan negeri di Kabupaten Rokan

Hilir sedikit agak timpang, dan relatif berimbang pada lembaga sekolah menengah umum

(SMU). Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir seharusnya memberikan perhatian dalam

bentuk anggaran agar sekolah-sekolah swasta yang dikelola oleh masyarakat dapat

berbenah diri dengan maksimal. Pembenahan yang akan dilakukan tentu saja akan

berkenaan dengan peningkatan sumber daya manusia di Kabupaten Rokan Hilir.

Melibatkan pemangku kepentingan pendidikan dalam mengambil keputusan terkait dengan

isu-isu pendidikan diluar sekolah negeri sangat penting. Total jumlah antara sekolah SMP

dan SMU (negeri dan swasta) di Kabupaten Rokan Hilir adalah 282 sekolah. Jumlah ini

belum termasuk jumlah pendidikan TK, SD dan perguruan tinggi sederajad.

b. Kesehatan

Dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah keberadaan jasa pelayanan masyarakat

itu sendiri, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu. Pada

Page 39: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-32

tahun 2013 Rumah Sakit sebanyak 4 buah, puskesmas sebanyak 17 buah, dan

Puskesmas Pembantu 77 buah. Sarana kesehatan di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat

seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel II.7. Sarana Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 2008-2013

No Sarana Kesehatan 2008 2009 2012 2013

1 Rumah Sakit 3 3 4 4

2 Puskesmas 15 15 16 17

3 Puskesmas Pembantu 76 76 73 77

Sumber : Rokan Hilir dalam Angka 2014

Kalau diilihat sebaran rumah sakit di Kabupaten Rokan Hilir, hanya terdapat 4 sarana

kesehatan yang berkapasitas rumah sakit. Jumlah ini tentu lebih dari cukup untuk melayani

masyarakat Kabupaten Rokan Hilir, dengan catatan rumah sakit tersebut tidak berpusat di

ibukota kekuasaan saja. Sebagai sarana kesehatan supporting, terdapat 17 puskesmas

dan dan 77 puskesmas pembantu. Kalau mau dibagi rata puskesmas dengan jumlah

kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir, maka, hanya terdapat 2 puskesmas di lokasi

kecamatan yang sama. Kondisi ini juga didukung oleh puskesmas pembantu sebanyak 77

buah. Disamping ketersediaan infrastruktur gedung rumah sakit, yang jauh lebih penting

adalah ketersediaan sumber daya manusia para medis, terutama harus dipastikan bahwa

para medis bersedia ditempatkan pada daerah daerah pinnggiran.

c. Kemiskinan

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Rokan Hilir menunjukkan fenomena yang semakin

menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin mencapai 48,7

ribu penduduk, kemudian meningkat menjadi 61,3 ribu penduduk pada tahun 2008 dan

menurun menjadi 56,0 ribu penduduk pada tahun 2009, dan kembali menurun menjadi

51,7 ribu penduduk pada tahun 2010. Di tahun 2012 dan 2013, terlihat terjadi penurunan

angka kemiskinan yang semula 51.7 pada tahun 2010 menjadi 44.0 dan 47.5. Secara

proporsional dari jumlah penduduk Kabupaten Rokan Hilir juga terlihat terjadi penurunan

dari 9,41 persen penduduk miskin pada tahun 2007 menjadi 9,30 persen pada tahun 2010,

Page 40: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-33

walupun secara proporsional mengalami penigkatan pada tahun 2008, dan paraktis

mengalami penurunan cukup signifikan pada tahun 2012 dan 2013.

Tabel. II.8.

Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Rokan Hilir 2007-2013

Uraian 2007 2008 2009 2010 2012 2013

Jumlah Penduduk Miskin

(000 jiwa) 48,7 61,3 56,0 51,7 44,0 47,5

Garis Kemiskinan

(Rp/Kapita/Bulan) 165.850 185.264 227.571 250.267 282.767 296.770

Persentasi Penduduk

Miskin (%) 9,41 10,59 9,32 9,30 7,38 7,73

Sumber: Riau Dalam Angka 2014

Jika dibandingkan fenomena kemiskinan Kabupaten Rokan Hilir dengan Provinsi Riau

terlihat bahwa proporsi penduduk kemiskinan di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2009

sedikit dibawah rata-rata proporsi penduduk miskin di Provinsi Riau. Penentuan tingkat

kemiskinan ini merupakan kemiskinan absolut yang diukur dengan garis kemiskinan

(poverty line).

Tabel. II.9.

Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Rokan Hilir dan Provinsi Riau 2007-

2013

Jumlah Penduduk

Miskin(000)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Garis Kemiskinan

(Rp)

2007 2008 2009 2012 2013 2007 2008 2009 2012 2013 2007 2008 2009 2012 2013

Rokan Hilir 48,7 61,3 56,0 44,0 47,5 9,41 10,59 9,32 7,38 7,73 165 850 185.264 227.571 282.767. 296.770

Provinsi Riau

574,5 584,67 532,27 476,5 511,5 11,20 10,63 9,48 8,05 8,42 214 034 229.371 246.481 310.603 350.129

Sumber: Riau Dalam Angka 2014

Dari aspek jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rokan Hilir dan Provinsi Riau terlihat

bahwa antara tahun 2008-2009 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rokan Hilir justru

mengalami peningkatan sebanyak 14,99 persen, sedangkan jumlah penduduk miskin di

Provinsi Riau pada tahun 2009 justru mengalami penurunan.. Hal ini mengindikasikan

Page 41: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-34

bahwa Rokan Hilir memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dan merupakan salah satu

daerah yang berkontribusi terhadap penigkatan jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau.

Hal ini terlihat pada angka yang tidak terlalu jauh berbeda antara persentase penduduk

miskin Kabupaten Rokan Hilir dan Provinsi Riau, yakni 7,73 persen dan 8.42 persen.

Salah satu penyebab terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rokan Hilir

adalah kenaikan garis kemiskinan yaitu dari Rp. 165.850 pada tahun 2007 menjadi Rp.

227.571 pada tahun 2009, menjadi 296.770 pada tahun 2013. Hal ini mengindikasikan

bahwa biaya hidup di Kabupaten Rokan Hilir mengalami peningkatan, yang tidak diiringi

oleh kenaikan pendapatan penduduk.Garis kemiskinan menggambarkan jumlah uang

minimum yang harus dikeluarkan oleh penduduk per kapita untuk memenuhi kebutuhan

makanan dan non makanan.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

a. Angka paritisipasi sekolah

Angka partisipasi untuk tingkatan SMA/MK/MA di Kabupaten Rokan Hilir mengalami sedikit

kesenjangan dibandingkan angka partisipasi untuk pendidikan dasar seperti terlihat pada

tabel dibawah. Persentase penduduk yang bersekolah untuk usia 19-24 tahun (Strata 1)

juga memperlihatkan angka yang masih rendah, dan hal yang sama juga terjadi di Provinsi

Riau. Prosentase penduduk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi masih sangat

rendah, dibawah 10%. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah

Kabupaten Rokan Hilir.

Tabel II.10.

Persentase Penduduk Berumur 7-24 Tahun ke Atas yang Masih Sekolah Di Kabupaten

Rokan Hilir

Kabupaten/Kota Kelompok Umur

Jumlah 7 – 12 13-15 16-18 19-24

ROKAN HILIR 98,31 86,52 67,68 14,46 70,35

RIAU 98,59 90,10 69,36 21,70 69,93

Page 42: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-35

b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah

Rasio ketersediaan guru terhadap siswa pada tingkat pendidikan dasar dan menengah

sebenarnya sudah cukup baik, seperti terlihat pada Tabel dibawah. Permasalahan yang

ditemukan dalam pembangunan pendidikan adalah tingkat pemerataan penyebaran guru

untuk melayani murid pada sekolah-sekolah di setiap kecamatan. Sementara itu,

kualifikasi dan kualitas guru yang mengajar juga belum bisa diperbandingkan dari data

yang ada.

Tabel II.11.

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Di Kabupaten Rokan HilirTahun 2013

No Jenjang Pendidikan Sekolah Guru Siswa Rasio

Siswa/Guru

1 TK/RA 196 857 6.713 7,83

2 SD/MI/PLB 373 8.704 81.196 9,32

3 SMP/MTs 107 2.235 24.867 11,13

4 SMA/MA/SMK 64 1.580 25.420 16,09

Sumber: Riau Dalam Angka 2014

Sementara itu, rasio jumlah murid per sekolah pada tabel diatas menunjukkan tingkat

kecukupan yang memadai. Meskipun demikian, angka ini belum bisa menunjukkan jumlah

murid per kelas. Pada wilayah kecamatan yang relatif maju dan berpenduduk tinggi, rasio

siswa per sekolah tinggi bisa jadi disebabkan oleh banyaknya jumlah ruang kelas pada

sekolah-sekolah tersebut, sementara di daerah kabupaten, rasio yang lebih rendah bisa

jadi disebabkan oleh jumlah ruang kelas per sekolah yang juga rendah. Hal ini dapat

menjadi indikasi tingkat pemerataan yang masih kurang.

Page 43: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-36

Tabel II.12.

Jumlah Sekolah dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2005 s/d 2012

Menurut Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah

sekolah

Jumlah

murid Rasio

Jumlah

sekolah

Jumlah

murid Rasio

1 Tanah Putih 45 9351 207,8 22 2768 125,8

2 Pujud 55 10645 193,5 27 3530 130,7

3 Tp Tj Melawan 7 1885 269,3 2 524 262,0

4 Rantau Kopar 5 849 169,8 2 301 150,5

5 Bagan Sinembah 81 21516 265,6 39 8784 225,2

6 Simpang Kanan 19 3923 206,5 7 1351 193,0

7 Kubu 37 7077 191,3 14 2867 204,8

8 Kubu Babussalam - - - - - -

9 Pasir Limau Kapas 29 6697 230,9 13 2238 172,2

10 Bangko 40 9396 234,9 16 4156 259,8

11 Senaboi 10 2480 248,0 4 610 152,5

12 Batu Hampar 4 710 177,5 2 523 261,5

13 Pekaitan 10 1978 197,8 3 335 111,7

14 Rimba Melintang 24 4796 199,8 7 1598 228,3

15 Bangko Pusako 36 8658 240,5 19 3633 191,2

JUMLAH2011/2012 402 89961 232,8 177 33218 187,7

2009/2010 399 89917 225,4 166 32823 197,7

2007/2008 446 96998 217,5 224 39910 178,2

2006/2007 384 7939 20,7 158 28017 177,3

2005/2006 362 79232 218,9 139 26680 191,9

Sumber: Rokan Hilir dalam Angka 2014

Jumlah sekolah dan jumlah murid setiap Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir berbeda-

beda. Pada jumlah populasi masyarakat yang banyak, maka akan terdapat jumlah sekolah

dan jumlah murid yang juga akan tinggi, dan begitu sebaliknya. Kecamatan Bagan

Sinembah menempati jumlah sekolah dan jumlah murid tertinggi di Kabupaten Rokan Hilir.

Terdapat 81 jumlah untuk Sekolah Dasar dan 21516 jumlah murid di Kecamatan Bagan

Sinembah. Rrasionya antara jumlah sekolah dan murid adalah sebesar 265.6. sementara

pada SMP sederajad, terdapat 39 jumlah sekolah dan 8784 jumlah murid, rasio antara

Page 44: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-37

keduanya adalah 225.2. rentang waktu dari tahun 2005 sampai dengan 2012, jumlah

sekolah dan jumlah murid tertinggi di Kabupaten Rokan Hilir adalah pada tahun

2007/2008, dimana terdapat 446 jumlah sekolah SD dan 96998 jumlah murid, diperiode

yang sama, jumlah sekolah dan murid untuk jenjang SMP adalah 224 (jumlah sekolah),

39910 (jumlah murid). Lihat tabel.

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)

Fluktuasi penanaman modal di Kabupaten Rokan Hilir masih cukup besar dan belum

stabil. Berdasarkan jumlah investor, pada tahun 2009 terjadi penurunan yang cukup

signifikan dari tahun sebelumnya. Bahkan pada tahun 2010, jumlah investasi PMDN dan

PMA adalah yang paling rendah dalam lima tahun terakhir. Sebagai salah satu akibatnya

adalah menurunnya angka penyerapan tenaga kerja. Lebih rinci perkembangan penanam

modal di kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Beberapa hal yang

menjadi faktor penyebabnya antara lain adalah imbas dari kelesuan ekonomi dunia pada

tahun 2008. Selain itu, penyebab dari dalam Kabupaten Rokan Hilir sendiri adalah kondisi

infrastruktur jalan banyak yang rusak dan minim dana pemeliharaan, terutama jalan

nasional dan provinsi.

Tabel II.13.

Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun 2007 s.d. 2009 (Berdasarkan Surat Persetujuan Penanaman Modal) di Kab.Rokan Hilir

Tahun PMDN PMA Total

2007 4 3 7

2008 - - -

2009 - - -

Sumber: BPMPD Kabupaten Rokan Hilir

b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

Nilai investasi penanaman modal di Kabupaten Rokan Hilir tidak mengalami

perkembangan yang cukup pesat, sehingga menjadi faktor penting dalam peningkatan

perkembangan ekonomi daerah yang lebih maksimal. Kecenderungan minat investasi di

Page 45: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-38

Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan data yang diperoleh seperti pada table dibawah justru

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Iklim investasi menjadi salah satu penyebab

penurunan minat investor untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Rokan Hilir.

Padahal potensi sumberdaya alam Kabupaten Rokan Hilir masih cukup potensial

membutuhkan investasi untuk memaksimalkan peningkatan output daerah.

Tabel II.14.

Jumlah Investasi PMDN dan PMA Tahun 2007 s.d. 2010 (Berdasarkan Izin Usaha Tetap) di Kabupaten Rokan Hilir

Tahun PMDN

(Rp milyar)

PMA

(US$ juta)

2006 - -

2007 913.331 16.253

2008 0,9 1,3

2009 - 4,7

2010 - -

Sumber: BPMPD Kabupaten Rokan Hilir

c. Rasio daya serap tenaga kerja

Dalam rangka pemerataan dan perluasan lapangan kerja maka prioritas investasi

diberikan kepada sektor-sektor yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak (padat

karya). Kebijaksanaan yang mempengaruhi harga faktor produksi akan diarahkan

sehingga tingkat maupun struktur harga akan menggambarkan sebaik mungkin situasi

kelangkaan maupun kelebihan faktor produksi tersebut dalam masyarakat dan dengan

demikian akan mendorong industri pada sektor-sektor padat karya. Selain itu berbagai

langkah dilaksanakan untuk meningkatkan kegiatan investasi pemerintah dan masyarakat

pada sektor-sektor yang padat karya.

Tabel II.15.

Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2007 s.d. 2009 Kabupaten Rokan Hilir

No. Uraian 2007 2008 2009

1 Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA/PMDN

2 Jumlah seluruh PMA/PMDN - - 7

Page 46: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-39

3 Rasio daya serap tenaga kerja

Sumber: BPMPD Kabupaten Rokan Hilir

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.5.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rokan Hilir selama periode 2007-2009 mengalami

fluktuasi baik pada perekonomian dengan minyak dan gas maupun perekonomian tanpa

minyak dan gas. Perbandingan perekonomian dengan minyak dan gas dan tanpa minyak

dan gas menunjukkan bahwa pertumbuhan tertinggi terjadi pada perekonomian tanpa

minyak dan gas. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tanpa minyak dan gas di

Kabupaten Rokan Hilir mencapai 7,26 persen, sedikit mengalami perlambatan jika

dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 7,88 persen. Sedangkan pertumbuhan

ekonomi dengan minyak dan gas pada tahun 2009 hanya mencapai 2,12 persen dan

mengalami perlambatan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang

mencapai 4,99 persen.

Berdasarkan perbandingan pertumbuhan ekonomi makro Kabupaten Rokan Hilir ini maka,

pembangunan Rokan Hilir yang mengarah pada pembangunan ekonomi kerakyatan

menunjukkan indikasi yang menggembirakan, karena sektor pertanian, industri

pengolahan, dan perdagangan merupakan aktivitas ekonomi yang memberikan

pertumbuhan ekonomi yang cukup besar dan juga merupakan aktivitas ekonomi banyak

dilakukan oleh masyarakat di pedesaan. Orientasi pembangunan ekonomi berbasis

agribisnis akan memberikan efek ganda (multiflier effect) pada semua sektor

perekonomian, sehingga memberikan dukungan yang besar terhadap permbangunan

ekonomi Kabupaten Rokan Hilir yang berkelanjutan dimasa mendatang.

a. Konsumsi Rumah Tangga

Garis kemiskinan (poverty line) ditentukan dengan metode menghitung Garis Kemiskinan

(GK) yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis

Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara

terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Garis kemiskinan ini memberikan makna

Page 47: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-40

bahwa besaran pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan dan bahan non

makanan dalam memenuhi kecukupan konsumsi rumah tangga.

Salah satu indikator yang untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat

konsumsi kalori dan protein per kapita.Besar pengeluaran rumah tangga atau tingkat

pengeluaran rumah tangga akan menjadi indikator untuk mengukur kemampuan rumah

tangga dalam memenuhi konsumsinya. Menurut Widya Pangan dan Gizi (1988) norma

kecukupan gizi yang dianjurkan per kapita per hari adalah penyediaan energi 2.500 kalori

dan protein 55 gram. Di samping itu FAO menganjurkan bahwa bagi Indonesia untuk

mencapai kecukupan gizi yang seimbang dapat digunakan pola penyediaan pangan

harapan dengan kecukupan energi dari padi-padian 50 persen, umbi-umbian 5 persen,

pangan hewani 15-20 persen, lemak dan minyak 10 persen, biji berminyak/ kacang-

kacangan 8 persen, gula 6-7 persen dan sayur-sayuran 5 persen.

Pola pengeluaran rata-rata per kapita penduduk di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun

2009 menunjukkan bahwa proporsi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan dan

non makanan hampir berimbang yaitu 53,89 persen makanan dan 46,11 untuk konsumsi

non makanan. Lebih rinci alokasi pengeluaran penduduk Kabupaten Rokan Hilir per kapita

untuk makanan dan non makanan pada tahun 2011, 2012 dan 2013 dapat dilihat pada

table berikut.

Tabel. 2.26.

Tingkat Pengeluaran per Kapita di Kabupaten Rokan Hilir 2011 -2013 (Rp./Bulan)

Pengeluaran Makanan Pengeluaran Non Makan

2011 2012 2013 2011 2012 2013

Rokan Hilir 323.174

(56,64%)

384.120

(49,00%)

377.329

(58,37%)

412.144

(43,36%)

369.044

(51,00%)

529.660

(41,63%)

Sumber: Rohil Dalam Angka, 2014; angka dalam kurung persen terhadap total pengeluaran per kapita

Secara umum terlihat bahwa tingkat pengeluaran perkapita penduduk mengalami kenaikan

di tahun 2012, namun mengalami trending menurun pada tahun 2013. Kenaikan ini dapat

dilihat pada tabel diatas, dimana pada tahun 2011 pengeluaran makanan perkapita di

Page 48: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-41

Kabupaten Rokan Hilir hanya 232.174, mengalami kenaikan menjadi 384.120, dan kembali

turun menjadi 377.329 pada tahun 2013.

Pengeluaran per kapita non makanan mengalami kenaikan tajam dari tahun sebelumnya,

yakni 369.044 pada tahun 2012, menjadi 529.660 pada tahun 2013.

b. Pendapatan per Kapita Penduduk

Pembangunan daerah pada dasarnya dit ujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduk daerah tersebut.Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah tingkat

pendapatan per kapita penduduk. Peningkatan pendapatan per kapita penduduk akan

menggambarkan terjadinya perbaikan dalam peningkatan daya beli masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Indikator pendapatan per kapita penduduk ini akan

memberikan gambaran tingkat kemakmuran penduduk.

Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Rokan Hilir atas harga berlaku terus mengalami

peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun mulai periode 2006 sampai dengan 2009. Pada

tahun 2006 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan harga berlaku

sebesar 17,31 juta rupiah, kemudian meningkat menjadi 25,21 juta rupiah pada tahun 2009, atau

terjadi peningkatan sebesar 45,64 persen.

Sementara itu pendapatan per kapita penduduk berdasarkan harga konstan 2000 pada

tahun 2006 sebesar 6,64 juta rupiah dan mengalami penurunan hingga tahun 2009

menjadi 6,57 juta rupiah. Penurunan pendapatan per kapita penduduk atas dasar konstan

tahun 2000 disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adalah peningkatan jumlah

penduduk Kabupaten Rokan Hilir yang cukup tinggi pada periode 2006-2009, dan

pengaruh perkembangan ekonomi nasional seperti inflasi.

Page 49: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-42

Gambar 2.1.

Pendapatan Perkapita Penduduk Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kabupaten Rokan Hilir (Juta Rupiah)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Harga Berlaku 11.87 15.21 17.31 18.07 21.59 25.21

Harga Konstan 2000 5.62 6.34 6.64 6.16 6.38 6.57

Jumlah Penduduk 440,89 454,25 477,91 510,85 538,42 552,43

2004 2005 2006 2007 2008 2009

2.5.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya lalu lintas

akan sangat menunjang perkembangan perekonomian suatu daerah. Didaerah Rokan Hilir

pada tahun 2013 tercatat panjang jalan Kabupaten 2.311 km, panjang jalan propinsi

3032,32 Km dan panjang jalan negara 1134,46 km serta panjang jembatan pada jalan

negara dan popinsi 1.256 m. Dilihat dari jenis permukaannya, sebagian besar jalan

kabupaten berupa jalan tanah yaitu sepanjang 829,76 km (35,90persen). Panjang jalan

kabupaten yang berupa jalan aspal sepanjang 699,84 km (30,28 persen).

Sedangkan yang permukannya beton dan kerikil masing- masing sepanjang 488,52 km

(21,14 persen) dan 292,93km (12,68 persen). Dari keseluruhan jalan kabupaten hanya

43,49 persen yang kondisinya baik. Sebanyak 24,67 persen berkondisi sedang,10,95

persen dengan kondisi rusak dan 2,33 persenjalan kabupaten rusak berat. Sedangkan

jalan propinsi sepanjang 107,95km (72,13 persen) dengan jenis permukaan aspal. Sisanya

dengan permukaan kerikil sepanjang 41,70 km (27,87 persen).Sebanyak 74,94 persen dari

jalan propinsi dengan kondisi baik. Jalan propinsi yang sedang sebesar 21,72

persen,sedangkan untuk yang kondisinya rusak sebesar 3,34 persen.

Page 50: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-43

Tabel 2.27. Panjang jaringan jalan dalam km di Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan kondisi

Tahun 2013 dengan bandingan kondisi dua tahun sebelumnya

Tingkat

Pemerintahan

Panjang

Jalan

Kondisi Jalan

Baik sedang Rusak Rusak Berat

1. Negara 1134,46 km 73,04% 18,45% 5,40% 3,11%

2. Provinsi 3032,32 Km 30,70% 30,86% 17,96% 20,48%

3. Kabupaten 2.311 km 43,49% 24,67% 10,95% 2,34%

Sumber: Riau dalam Angka 2014

Seluruh jalan negara berpermukaan aspal. Sedangkan kondisinya, 60 persen baik dan

hanya 40 persen yang masuk kategori sedang. Seperti halnya pada tahun sebelumnya,

sejak tahun 2009 tidak ada perubahan panjang konstruksi jembatan padajalan negaradan

propinsi. Tercatat sebagian besar yaitu sepanjang 785 m (62,50persen) yang

konstruksinya berupa rangka. Sedangkan untuk konstruksi jembatan yang berupa

komposit hanya 251 m (19,98persen). Untuk konstruksi jembatan yang berupa kayu dan

beton hanya sepanjang 206 m (16,40 persen) dan14m (1,12persen).

Besarnya tingkat kerusakan infra struktur jalan di Kabupaten Rokan Hilir bukan merupakan

hal yang luar biasa mengingat tiga sektor pendukung perekonomian. Kabupaten Rokan

Hilir adalah industri pengolahan seperti industri pengolahan kayu, pertambangan dan

pertanian yang didominasi perkebunan kelapa sawit dan karet. Ketiga sektor

perekonomian ini memberikan beban yang sangat besar pada infrastruktur jalan di

Kabupaten Rokan Hilir akibat mobilisasi kendaraan angkutan peralatan, bahan baku dan

hasil olahan yang bertonase tinggi (tonase kendaraan besar dari 20 ton). Disamping itu,

kerusakan infrastruktur jalan juga disebabkan sebagian besar kondisi tanah dasar

(subgrade) di Kabupaten Rokan Hilir merupakan tanah lunak dengan daya dukung yang

rendah. Keterbatasan anggaran biaya dan pemanfaatan teknologi stabilisasi/perkuatan

tanah lunak pada pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Rokan Hilir merupakan

beberapa faktor yang menyebabkan daya dukung infra struktur jalan yang dibangun tidak

sesuai dengan beban tonase lalu lintas kendaraan yang ada. Kerusakan infrastruktur jalan

Page 51: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-44

ini baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi daya saing

perekonomian dan minat investasi di Kabupaten RokanHilir.

Selain infrastruktur jalan, telah dibangun juga jembatan yang pada tahun 2009 tercatat

sepanjang 1256 m. Fasilitas terbangun lainnya meliputi pelabuhan dan fasilitas irigasi

meskipun infrastruktur ini masih perlu ditingkatkan. Disamping itu, pembangunan bandara

di Sinaboi telah selesai proses perencanaannya dan tinggal dilanjutkan pelaksanaannya.

2.5.3. Fokus Iklim Investasi

Pelaksanaan pembangunan memerlukan kondisi yang kondusif dari aspek keamanan,

ketertiban, tingkat kriminalitas. Agenda pembangunan ini termasuk dalam kategori

perwujudan agenda aman dan damai. Tindak kriminalitas pada suatu wilayah atau daerah

secara signifikan mengganggu aktivitas masyarakat dan pembangunan. Untuk itu, tingkat

kriminalitas merupakan salah satu gambaran tentang kondisi daerah yang aman, tertib dan

damai.

Tabel 2.28.

Angka Kriminalitas per Bulan Tahun 2012 di Kabupaten Rokan Hilir

Bulan Jumlah Kriminalitas

Persentase Perkara Diselesaikan Tunggakan

Januari 59 16 43 27.12

Februari 73 20 53 27.40

Maret 44 26 18 59.10

April 40 26 14 65.00

Mei 80 38 42 47.50

Juni 70 33 27 47.14

Juli 48 26 20 54.17

Agustus 66 46 20 69.70

September 81 48 33 59.26

Oktober 63 47 16 74.60

November 56 47 9 83.93

Desember 46 40 6 86.96

JUMLAH 726 413 313 56.89

Sumber : Rokan Hilir dalam Angka 2014

Page 52: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-45

Kaitannya dengan kondisi aman dan damai di Kabupaten Rokan Hilir dalam konteks tabel

diatas, terdapat 726 jumlah perkara di Kabupaten Rohil, dan diselesaikan sejumlah 413

dan masih belum terselesaikan sebanyak 313. Ini menjalaskan bahwa perkara di

Kabupaten Rokan Hilir sudah diselesaikan lebih dari setengahnya. Untuk tahun

kedepannya, Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, melalui pihak-puhak terkait mampu

menekan jumlah kriminalitas yang terjadi.

Jumlah perkara jika dilihat per polsek/Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir, maka jumlah

perkara terbanyak terdapat di Kecamatan Bagan Sinembah. Terdapat 219 jumlah perkara

di Kecamatan Bagan Sinembah. Banyaknya angka kriminalitas ini barangkali disebabkan

oleh multikulturalisme dan Kecamatan ini adalah Kecamatan yang sektor ekonomi dan

infrastruktur yang cukup lengkap di Kabupaten Rokan Hilir. Angka paling sedikit terdapat di

Polsek Rantau Kopar dan Polsek Tanah Putih Tanjung Melawan. Data tersebut seperti

tabel dibawah ini.

Tabel 2.29.

Kerawanan Kriminalitas Menurut Peringkat dan Kepolisian Sektor

di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2012

Polsek Jumlah Perkara Persentase Peringkat

Polsek Bagan Sinembah 219 30.17 I

Polsek Bangko 142 19.56 II

Polres Rokan Hilir 123 16.94 III

Polsek Bangko Pusako 34 4.68 VII

Polsek Tanah Putih 58 7.99 V

Polsek Pujud 35 4.82 VI

Polsek Panipahan 13 1.79 IX

Polsek Rimba Melintang 7 0.96 X

Polsek Kubu 61 8.40 IV

Polsek Simpang Kanan 20 2.75 VIII

Polsek Sinaboi 7 0.96 XII

Polsek Rantau Kopar 1 0.14 XIII

Polsek Tn Putih Tj Melawan 1 0.14 XIII

Polsek Batu Hampar 5 0.69 XI

Jumlah 726 100

Sumber : Rokan Hilir dalam angka 2014

Page 53: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-46

Hasil ananlisi gambaran kondisi daerah Kabupaten Rokan Hilir terkait dengan capain

kinerja urusan penyelengaran urursan pemerinta daerah dapat di rangkum dalam bentuk

tabel sebagai berikut;

Page 54: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-47

Page 55: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah

Tabel 2.30.

Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

Kabupaten Rokan Hilir

No Aspek/Fokus/Bidang

Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah

Kondisi Kinerja Target capaian kinerja tahunan Target Kinerja Akhir Tahun awal 2010 (akhir 2009) 2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4 5 6 7 8

I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1 Indikator Makro

1.1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 7.26 7.26 7.57 7.68 7.77 7.36

1.2

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp) 33,688.23 33,688.23 36,810.40 42,899.19 44,942.17 49,903.12

2

PDRB Atas Dasar Harga konstan 2000 (Milyar Rp)

11,385.11 11,385.11 11,535,106.94 11,385,109.64 11,521,881.09 11,597,313.11

6

Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi

6.1

Pertumbuhan PDRB per-tahun (harga konstan tanpa migas) (%)

7.26 7.26 7.57 7.68 7.77 7.36

6.3 PDRB (harga konstan) per kapita 27.83 32.42 36.55 40.66

- dengan migas (Juta Rp) 7,769.00 7,370.00 7,867.00

- tanpa migas (Juta Rp) 394,389.75 394,389.75 433,033.46 31,820.00 36,555.00 40,658.00

6.4

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (%)

71.98 71.98 72.43 72.83 73.17 73.45

6.5 Persentase Penduduk Miskin(%) 9.32 9.32 9.3 7.58 7.37 7.73

7 Kesejahteraan Masyarakat

8.1 Pendidikan

8.1.1 Angka Melek Huruf(%) 97.80 97.80 97.99 98.15 98.18

a. Penduduk Usia 15 - 24 tahun (%) 100 100 100 100 97 96.63

b. Penduduk Usia 15 - 55 tahun (%) 98.89 98.89 98.03 96.73 98.06 94.3

8.1.2

Angka rata-rata lama sekolah (tahun) 7.48 7.48 7.87 7.89 7.90 7.90

Page 56: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah

1 2 3 4 5 6 7 8

8.1.3 Angka partisipasi murni

A SD/MI(%)

B SMP/MTs (%)

C SMA/SMK/MA (%)

8.1.4 Angka partisipasi kasar

a SD/MI (%)

b SMP/MTs(%)

c SMA/SMK/MA (%)

8.1.5 Angka partisipasi sekolah

a 7-12 tahun (%) 93.68 93.68 97.05 89.08 92.86 86.50

b 13-15 tahun(%) 89.16 89.16 90.12 75.15 72.80 77.22

c 16-18 tahun (%) 63.92 63.92 65.56 64.00 67.45 65.00

8.2 Kesehatan

8.2.1 Angka usia harapan hidup(tahun) 67.11 67.11 67.18 67.25 67.32 67.41

8.2.3

Angka Kematian Bayi (AKB)(Bayi/1000)

8.2.4

Angka Kematian Ibu Melahirkan(Ibu/100.000)

8.2.5

Angka kesakitan DBD(Orang/1000)

8.2.6

Angka kesakitan Malaria (Orang/1000)

II ASPEK PELAYANAN UMUM

1 Pelayanan Urusan Wajib

1.1 Pendidikan

1.1.1 Pendidikan dasar

a Angka partisipasi sekolah (%) 93.68 93.68 97.05 89.08 92.86 86.5

b Rasio murid/guru

Rasio murid/guru Sekolah dasar 20 20 19 18 9.32

Rasio murid/guru Sekolah Menengah Dasar 12 12 12 11 11.13

Rasio murid/guru Sekolah Menegah Atas 12 12 12 11 16.09

Page 57: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah

1 2 3 4 5 6 7 8

1.1.2 Pendidikan Menengah

a Angka partisipasi sekolah

SMP/MTs (%) 89.16 89.16 90.12 75.15 72.8 77.22

SMA/SMK/MA (%) 65.56 67.45

1.1.3 Angka Kelulusan

a Angka kelulusasn SMP/MTs (%)

b

Angka kelulusasn SMA/MA/SMK (%)

1.2 Kesehatan dan KB

1.2.1

Rasio puskesmas dan pustu per 10.000 penduduk 1.47 1.47 1.41 1.33 1.44 1.52

1.2.2

Rasio rumah sakit per 10.000 penduduk 0.05 0.05 0.05 0.05 0.06 0.06

1.2.3

Rasio perawat per 100.000 penduduk

0 0 10.84 4.2 21.19 101.4

1.2.4

Rasio dokter umum per 100.000 penduduk 16.01 16.01 7.44 11.81 8.73 14.07

1.2.5

Rasio dokter spesialis per 100. 000 penduduk 0.32 0.32 0.81 0 1.94 2.1

1.2.6 Pengguna Alat KB (%) 67.9 67.9 54.85 77.05 63.33 65.82

1.2.7

Proporsi Kelahiran yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Terlatih (Pertolongan Terakhir)

79.75 79.75 90.18 54.14 76.27 79.18

1.2.8

Proporsi Pertolongan Pertama Kelahiran yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Terlatih

60.12 60.12 80.36 50.1 68.37 79.18

Persentase Balita yang Telah Diimunisasi BCG

75.3 75.3 70.53 72.46 62.47 63.29

Persentase Balita yang Telah Diimunisasi Campak / Morbili

62.65 62.65 80.36 49.81 59.09 37.52

Persentase Balita yang Telah Diimunisasi Hepatitis B

60.12 60.12 77.08 68.45 62.47 27.69

Persentase Balita yang Telah Diimunisasi Polio

77.83 77.83 90.18 82.95 58.65 59.31

Page 58: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah

1 2 3 4 5 6 7 8

1.3 Penanaman Modal

1.3.1 Jumlah investor berskala nasional

PMDN (investor) 2

PMA(investor) 9

1.3.2

Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

PMDN (Rp milyar) -

PMA (US$ juta) 2859.66

1.3.3 Daya serap tenaga kerja

PMDN(Jiwa) 1236

PMA (Jiwa) 684

1.4 Koperasi dan UKM

1.4.1 Jumlah Koperasi(unit) 416 431 461 508

1.4.2 Jumlah anggota koperasi(jiwa) 32,706 24,744 26,637 26,581

1.4.3 Persentase koperasi aktif (%) 20 20 25 30

1.5 Kependudukan

1.5.1 Laju pertumbuhan penduduk(%) 2.57 2.57 -2.18 3.61 3.92

1.5.2 Jumlah penduduk (jiwa) 545,543 545,543 551,708 573,211 595,695 618,355

1.6 Tenaga Kerja

1.6.1

Angka partisipasi angkatan kerja(%)

1.6.5

Persentase pengangguran terbuka(%) 7.88 7.88 9.33 4.57 2.92 6.04

2 Pelayanan Urusan Pilihan

2.1 Pertanian

2.1.1

Produktivitas padi (ladang dan sawah) (ton) 157,553 157,553 175,414 158,344 3.83 3.84

2.1.2

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB(%) 18.98 20.16 21.43 22.71

2.2 Kehutanan

2.2.1

Rehabilitasi hutan dan lahan kritis (ha) 950 190 190 190

2.2.1

Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB(%) 2.97 2.97 3.03 3.10 3.17 3.24

Page 59: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah

1 2 3 4 5 6 7 8

2.2.2 Luas lahan kritis (ha) 251,463 251,273 251,083 250,893

2.3 Kelautan dan Perikanan

2.3.1 Produksi perikanan(ton) 59.05 59.05 58.13 57,850 47,552 33,847

2.3.2

Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB(%) 7.25 7.25 7.72 8.21 8.72 9.24

2.4 Perdagangan

2.4.1

Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB (%) 7.64 7.64 8.38 9.21 10.12 11.03

2.4.2

Eksport bersih perdagangan termasuk minyak bumi (ribu USD)

2.5 Pariwisata

2.5.1 Kunjungan wisata (jiwa)

III ASPEK DAYA SAING

1 Kemampuan Ekonomi

1.1

Otonomi daerah, pemerintahan umum,administrasi keuangan,perangkat daerah,kepegawaian dan persandian

1.1.1

Pengeluaran konsumsi RT perkapita per bulan (Rp) 548,855.00 623,855.00 753,160 687,398.00

1.1.2

Pengeluaran konsumsi non pangan perbulan (Rp) 306,516.00 348,403.50 489,554 446,809

1.2 Pertanian

1.2.1 Nilai tukar petani/nelayan (%) 99.06 99.06 104.11 105.06 104.22

2 Fasilitas wilayah/infrastuktur

2.1 Perhubungan

2.1.1

Jumlah terminal bis/ pelabuhan laut/udara

a Terminal bis Darat 1 1 1 1 1 1

b Pelabuhan Laut 1 1 1 1 1 11

c Pelabuhan Udara 1 1 1 1 1 -

2.1.2

Rata-rata panjang jalan per luas wilayah (km/km2) 328.65 3032.32

2.1.3

Kondisi Jalan Provinsi dalam kondisi baik 1,005.00 1,005.00 1,005.00 30.7

Page 60: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah

1 2 3 4 5 6 7 8

2.1.4

Kondisi Jalan Provinsi dalam kondisi sedang 570.2 570.2 570.2 30.86

2.1.5

Persentase Rumah tangga pengguna listrik 90.16 94.52

Page 61: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-54

2.4. Perumusan Permasalah Pembangunan Daerah

Pemasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expatation” antara kinerja pembangunan yang

akan dicapai saat ini dengan perencanan pembangunan yang akan dicapai pada masa yang akan

datang dengan mengunakan kondisi rill data yang ada pada saat ini.

Tujuan dari perumusan permasalah pembangunan adalah untuk dapat lebih terencana dan

terperincinya satrategi atau kebijakan yang akam di buat dalam mencapai tujuan yang telah di

tetapkan. Selanjutnya indentifkasi masalah pembangunan dilakukan terhadap seluruh bidang

penyelenggara pemerintahan daerah secara terpisah atau bersama sama terhadap beberapa isu

penting. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan prioritas masalah yang akan di hadapi dan penangung

jawab peyelenggaran pemerintahan daerah yang lebih terperinci. Untuk lebih jelasnya perumusan

masalah pembangunan daerah kabupaten rokan hilir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.31

Identifikasi Permasalahan Pembangunan untuk Penentuan Program Prioritas

Kabupaten Rokan Hilir

No BIDANG URUSAN DAN INDIKATOR KINERJA

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

INTERPRETASI Belum tercapai (<) Sesuai (=) Melampaui (>)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

DAERAH

FAKTOR –FAKTOR

PENENTU KEBERHASILAN

-1 -2 -3 -4 -5

1 Pendidikan

1.1 Pendidikan

1.2 Angka Melek Huruf(%)

1.3 Penduduk Usia 15 - 24 tahun (%)

1.4 Penduduk Usia 15 - 55 tahun (%)

1.5 Angka rata-rata lama sekolah (tahun)

1.6 Angka partisipasi murni

1.7 SD/MI(%)

1.8 SMP/MTs (%)

1.9 SMA/SMK/MA (%)

1.10 Angka partisipasi kasar

1.11 SD/MI (%)

1.12 SMP/MTs(%)

1.13 SMA/SMK/MA (%)

1.14 Angka partisipasi sekolah

1.15 7-12 tahun (%)

1.16 13-15 tahun(%)

1.17 16-18 tahun (%)

1.18 Pendidikan dasar

Page 62: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-55

1.20 Rasio murid/guru

1.21 Rasio murid/guru Sekolah dasar 1.19

1.22 Rasio murid/guru Sekolah Menengah Dasar

1.23 Rasio murid/guru Sekolah Menegah Atas

1.24 Pendidikan Menengah

1.25 Angka partisipasi sekolah

1.26 SMP/MTs (%)

1.27 SMA/SMK/MA (%)

1.28 Angka Kelulusan

1.29 Angka kelulusasn SMP/MTs (%)

1.30 Angka kelulusasn SMA/MA/SMK (%)

2 Kesehatan

2.1 Angka usia harapan hidup(tahun)

2.2 Angka Kematian Bayi (AKB)(Bayi/1000)

2.3 Angka Kematian Ibu Melahirkan(Ibu/100.000)

2.4 Angka kesakitan DBD(Orang/1000)

2.5 Angka kesakitan Malaria (Orang/1000)

2.6 Kesehatan dan KB

2.7 Rasio puskesmas dan pustu per 10.000 penduduk

2.8 Rasio rumah sakit per 10.000 penduduk

2.9 Rasio perawat per 100.000 penduduk

2.10 Rasio dokter umum per 100.000 penduduk

2.11 Rasio dokter spesialis per 100. 000 penduduk

2.12 Pengguna Alat KB (%)

2.13 Proporsi Kelahiran yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Terlatih (Pertolongan Terakhir)

2.14 Proporsi Pertolongan Pertama Kelahiran yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Terlatih

2.15 Persentase Balita yang Telah Diimunisasi BCG

2.16 Persentase Balita yang Telah Diimunisasi Campak / Morbili

2.17 Persentase Balita yang Telah Diimunisasi Hepatitis B

2.18 Persentase Balita yang Telah Diimunisasi Polio

3 Penanaman Modal

3.1 Jumlah investor berskala nasional

3.2 PMDN (investor)

3.3 PMA(investor)

3.4 Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

3.5 PMDN (Rp milyar)

3.6 PMA (US$ juta)

3.7 Daya serap tenaga kerja

3.8 PMDN(Jiwa)

3.9 PMA (Jiwa)

Page 63: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Gambaran Umum Kondisi Daerah II-56

4 Koperasi dan UKM

4.1 Jumlah Koperasi(unit)

4.2 Jumlah anggota koperasi(jiwa)

4.3 Persentase koperasi aktif (%)

5 Kependudukan

5.1 Laju pertumbuhan penduduk(%)

5.2 Jumlah penduduk (jiwa)

6 Tenaga Kerja

6.1 Angka partisipasi angkatan kerja(%)

6.2 Persentase pengangguran terbuka(%)

7 Pertanian

7.1 Produktivitas padi (ladang dan sawah) (ton)

7.2 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB(%)

8 Kehutanan

8.1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis (ha)

8.2 Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB(%)

8.3 Luas lahan kritis (ha)

9 Kelautan dan Perikanan

9.1 Produksi perikanan(ton)

9.2 Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB(%)

10 Perdagangan

10.1 Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB (%)

10.2 Eksport bersih perdagangan termasuk minyak bumi (ribu USD)

11 Pariwisata

11.1 Kunjungan wisata (jiwa)

12 Pertanian

12.1 Nilai tukar petani/nelayan (%)

13 Perhubungan

13.1 Jumlah terminal bis/ pelabuhan laut/udara

13.2 Terminal bis Darat

13.3 Pelabuhan Laut

13.4 Pelabuhan Udara

14 Fasilitas wilayah/infrastuktur

14.1 Rata-rata panjang jalan per luas wilayah (km/km2)

14.2 Kondisi Jalan Provinsi dalam kondisi baik

14.3 Kondisi Jalan Provinsi dalam kondisi sedang

14.4 Persentase Rumah tangga pengguna listrik

Page 64: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-1

BAB III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah

Kondisi dan Analisis yang dipaparkan pada bagian sebelumnya telah menunjukkan secara

detil bagaimana keadaan Kabupaten Rokan Hilir pada berbagai bidang yang ditinjau.

Meskipun demikian, dibutuhkan beberapa simpulan untuk membedakan beberapa isu

utama yang betul-betul dianggap mempengaruhi perencanaan ke depan. Isu-isu tersebut

antara lain adalah:

Berada di daerah perbatasan Provinsi Sumatera Utara dan Negara Malaysia.

Menjadi daerah perlintasan di Selat Melaka dan Lintas Sumatera. Dekat dengan

Dumai sebagai pintu gerbang Riau daratan. Linkages dengan banyak wilayah.

Kabupaten yang berkembang pesat, pemekaran kecamatan terjadi dalam waktu

yang singkat.

Dilewati 15 aliran sungai besar, rawan bencana banjir di musim hujan.

Bahaya kekeringan, kebakaran hutan, dan kabut asap di musim kemarau

Pertumbuhan penduduk 4,0 persen per tahun, lebih tinggi dari Provinsi Riau.

Distibusi penduduk tidak merata, terkonsentrasi di Bagan Sinembah, Bangko, dan

Pujud.

IPM Kabupaten Rokan Hilir adalah yang terendah di Provinsi Riau

Pertumbuhan ekonomi tanpa migas 7,76 persen lebih tinggi dari pertumbuhan

ekonomi Riau 7,65 persen

Sektor listrik dan air paling rendah tingkat pertumbuhannya, tidak sebanding

dengan pertumbuhan pada sektor lain

Pertumbuhan sektor migas terus menurun

Page 65: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-2

Perekonomian Rokan Hilir belum berkembang, lebih banyak mengandalkan

kemurahan alam dan sumbangan dari sektor agraris.

Kontribusi PDRB tanpa migas yang tertinggi adalah kecamatan Bagan Sinembah,

Pasir Limau Kapas, dan Bangko (masing-masing di atas 15 persen). PDRB

dengan migas yang tertinggi adalah Kecamatan Tanah Putih dan Kubu.

Sumber mata pencaharian utama penduduk Rokan Hilir adalah sektor pertanian

yang tergambar dari sumbangan sektor pertanian pada PDRB Rokan Hilir adalah

56,4 persen pada tahun 2004.

Luas hutan negara menurun drastis dari 36,86 persen (per total luas lahan) pada

tahun 2002 menjadi 12,09 persen pada tahun 2005 yang merupakan indikasi

maraknya illegal logging.

Luas panen padi bertambah 22,5 persen pada 2001-2005. Produksi padi naik

18,13 persen pada 2001-2005, tetapi produktivitas lahan turun karena irigasi tidak

baik, padahal 21,6 persen dari rumah tangga pertanian adalah petani padi. Di sisi

lain, Rokan Hilir dialiri sungai-sungai besar yang potensial untuk penataan irigasi.

Sebanyak 39,2 persen dari rumah tangga di Rokan Hilir adalah petani

perkebunan. Kelapa sawit menjadi primadona perkebunan sampai tahun 2025.

Kelapa dan karet stagnan.

Produksi sapi dan kerbau turun drastis pada 2003. Kambing meningkat tajam.

Produksi Perikanan laut (94 persen dari produksi perikanan) menurun 26 persen

antara 2003-2005, perikanan umum tetap, perikanan budidaya naik sedikit.

Demikian pula dengan jumlah rumah tangga masing-masing sektor perikanan ini.

Penyebab turunnya produksi perikanan: alat-alat tangkap perikanan masih

tertinggal, aksi pencurian ikan, tidak berfungsinya lembaga ekonomi perikanan,

berperannya tengkulak.

Usaha industri pertanian menurun, tetapi industri logam, mesin, kimia, dan aneka

meningkat pesat.

Page 66: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-3

Usaha industri hilir dari pertanian dan perkebunan besar peluangnya. Demikian

pula peternakan.

Nilai ekspor menurun

Koperasi lebih berkembang di daerah perkebunan dibandingkan daerahlainnya.

Dana perimbangan di APBD sangat dominan, sedangkan PAD sangat kecil.

IPM Rokan Hilir meski meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, namun masih

yang terendah di Provinsi Riau. IMR (angka kematian bayi) juga menurun. Angka

harapan hidup meningkat.

Pemerataan pendapatan masih belum baik.

Banyak jalan nasional, provinsi, maupun kabupaten dalam kondisi rusak. Hal ini

menghambat kegiatan perekonomian dan menambah keterisolasian daerah

terpencil.

Sektor listrik dan air bersih tidak berkembang.

Pemkab harus menyiapkan (membebaskan) lahan untuk pembangunan

infrastruktur (jalan, drainase, taman kota, terminal, pelabuhan, sekolah, dan lahan

cadangan untuk rekreasi) kelak.

Pelayanan publik dan penerapan teknologi informasi masih belum optimal.

Sekitar 59 persen penduduk tidak/belum pernah sekolah serta tidak/belum tamat

SD.

Angka partisipasi sekolah meningkat, tetapi juga diiringi dengan angka putus

sekolah.

Permasalahan dunia pendidikan di Rokan Hilir adalah kesulitan akses, biaya yang

relatif masih mahal, pemerataan, dan kualitas.

Aplikasi Budaya Melayu baru sebatas aspek estetika, belum memasuki pada

pandangan hidup, akhlak, teknologi, dan nilai tunjuk ajar.

Kepastian dan penegakan hukum masih lemah.

Page 67: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-4

3.2. Isu Strategis

3.2.1 Lingkungan Hidup

1. Ancaman banjir di Kabupaten Rokan Hilir di masa mendatang cukup besar. Aktivitas

perkebunan kelapa sawit yang mengubah siklus hidrologi memperbesar ancaman

banjir karena aliran air yang besar mengalir dari daerah tangkapan di daerah hulu

yang didominasi oleh perkebunan kelapa sawit. Di daerah perkotaan, pembangunan

daerah permukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri akan mengurangi daerah

resapan air sehingga aliran permukaan (run off) akan menjadi lebih besar, apalagi jika

pembangunan drainase perkotaan tidak dilakukan dengan baik. Kondisi geomorfologi

Kabupaten Rokan Hilir di daerah pesisir dan daerah yang berdekatan dengan aliran

sungai (Kecamatan Sinaboi, Bangko, Rimba Melintang, dan Kubu) yang merupakan

daerah dataran rendah sangat rawan terhadap banjir. Penataan, pengaturan, dan

pengawasan konversi lahan di daerah rawa dan gambut harus dilakukan dengan hati-

hati untuk menghindari banjir akibat terbangunnya daerah resapan.

2. Aktivitas budidaya sarang burung walet yang marak dilakukan di tengah-tengah kota

Bagansiapiapi merupakan permasalahan di masa depan. Lokasi di tengah kota yang

seharusnya lebih sesuai untuk aktivitas perdagangan dan perkantoran terancam oleh

kegiatan budidaya sarang burung walet yang dibuat pada ruko-ruko. Suara bising

mengganggu kenyamanan kota. Sedangkan kotoran burung mempengaruhi kualitas

air hujan yang ditampung penduduk dari atap rumah. Jika pengawasan dan

pemberian izin budidaya sarang burung walet tidak dilakukan, maka ini akan menjadi

ancaman terhadap kesehatan dan kenyamanan di kawasan perkotaan.

3. Pembangunan dan perkembangan daerah yang pesat yang ditandai dengan besarnya

APBD, pemekaran kecamatan, bermunculannya daerah baru, dan pembukaan daerah

terisolir dengan pesatnya perkembangan infrastruktur menuntut penataan ruang dan

perencanaan wilayah yang baik. Jika ini tidak dilakukan, maka akan terjadi

kesemrawutan pembangunan dan dalam pemanfaatan lahan yang dalam jangka

panjang akan merusak tatanan infrastruktur, perekonomian, sosial, dan produktivitas

wilayah.

Page 68: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-5

4. Permasalahan persampahan dan kebersihan lingkungan semakin berat untuk daerah-

daerah ibu kota kecamatan yang akan berkembang menjadi sebuah kota yang padat

dengan penduduk.

5. Kelestarian lingkungan hutan hujan tropis semakin terancam karena konversi lahan

untuk areal perkebunan, permukiman serta kegiatan illegal logging. Sumberdaya

alami di dalamnya dan keseimbangan lingkungan hidup akan terancam.

3.2.2 Demografi

1. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 4,0 persen per tahun, maka jumlah

penduduk pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1.044.883 jiwa. Tantangan

kependudukan adalah pengendalian laju pertumbuhan, kualitas, penyebaran

penduduk, serta penyediaan sarana dan prasarana kota/publik melalui perwujudan

keluarga kecil yang berkualitas melalui pengembangan investasi sosial dibidang

pendidikan, pemberdayaan, dan kesehatan masyarakat.

2. Jumlah penduduk yang bertambah banyak tentu diiringi dengan usia produktif dan

angkatan kerja yang banyak pula. Bila tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dan

kesempatan kerja yang luas, akan menyebabkan permasalahan pengangguran dan

kerawanan sosial.

3. Pada tahun 2025 perlu dilakukan upaya untuk dapat menekan pertumbuhan penduduk

miskin. Keadaan tersebut juga menunjukkan bahwa masalah kesejahteraan sosial di

Kabupaten Rokan Hilir merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian dari

pemerintah dan masyarakat.

3.2.3 Perekonomian dan Sumberdaya Alam

1. Dengan daya dukung lahan yang cukup luas dan potensial untuk dikembangkan

dalam berbagai sektor pembangunan, maka diperkirakan sampai tahun 2025 lahan-

lahan tersebut akan banyak dimanfaatkan untuk sektor perkebunan, pertanian,

industri, dan perdagangan. Untuk mengembangkan sektor industri (khususnya

agroindustri) dan perdagangan perlu didukung oleh iklim investasi dan dukungan

Page 69: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-6

fasilitas dan infrstruktur seperti jaringan jalan, kelistrikan, air bersih dan

telekomunikasi.

2. Perkembangan sektor perkebunan pada tahun 2025 diperkirakan akan didominasi

oleh tanaman kelapa sawit. Karena dukungan data yang kurang secara kuantitatif

belum dapat diperkirakan pertambahan luas areal kelapa sawit tersebut, namun

animo masyarakat yang tinggi untuk mengusahakan kelapa sawit telah

mengakibatkan pergeseran komoditas perkebunan dari kelapa menjadi kelapa sawit,

bahkan lahan pertanian tanaman pangan sudah banyak yang dialihfungsikan menjadi

areal perkebunan. Pergeseran komoditas dari kelapa dan karet menjadi kelapa sawit

juga disebabkan oleh kondisi tanaman ini yang sudah banyak dalam kategori

tanaman tua. Perkembangan kelapa sawit juga didorong oleh masih tingginya harga

CPO sebagai produk turunan kelapa sawit di pasar dunia.

3. Produksi hasil hutan dalam bentuk kayu pada tahun 2025 diperkirakan semakin

menurun. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2003 usaha industri pengergajian telah

menurun sebesar 99,97% dibandingkan tahun 2001. Upaya penebangan liar (illegal

logging) dan terbatasnya upaya reboisasi mengakibatkan luas areal hutan produksi

mengalami penurunan. Oleh sebab itu penggalian terhadap potensi hasil hutan non

kayu perlu menjadi perhatian, khususnya pada areal hutan industri.

4. Komoditas padi diperkirakan akan menjadi andalan sektor pertanian tanaman

pangan di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2025. Hal ini dapat dilihat dari

perkembangan luas panen tanaman padi sawah yang meningkat laju pertumbuhan

Rokan Hilir sama dengan pertumbuhan perekonomian Riau, berkisar antara 7-8

persen pertahun. Untuk memacu agar secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Rokan

Hilir sama dengan rata-rata Provinsi Riau, perlu didukung pertanian agribisnis dan

agroindustri.

5. Jika diasumsikan tidak ada upaya signifikan dalam menjaga kelestarian sumberdaya

laut, maka diperkirakan potensi sumberdaya perikanan tangkap di laut pada tahun

2025 di Kabupaten Rokan Hilir semakin menurun. Pada periode 1999-2003 produksi

perikanan laut mengalami penurunan 0,2 persen. Untuk itu, pengembangan sektor

Page 70: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-7

perikanan dapat diarahkan pada perikanan budidaya dengan memanfaatkan potensi

sumberdaya alam dan sungai.

6. Salah satu masalah penting yang dihadapi Pemda Rokan Hilir yang terkait dengan

perikanan tidak hanya terletak pada upaya untuk mengatasi kemiskinan yang

mendera masyarakat nelayan Rokan Hilir, tetapi juga bagaimana mengelola

sumberdaya perikanan yang ada secara optimal.

7. Sektor peternakan merupakan sektor potensial di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun

2025. Pesatnya perkembangan ternak unggas (ayam pedaging/ras) merupakan

pertanda kondisi usaha ini yang cukup baik dan menguntungkan. Kerjasama

Ekonomi Sub Regional IMS-GT dan IMT-GT, serta kecenderungan peningkatan

kualitas konsumsi gizi pada pemenuhan konsumsi protein bagi penduduk merupakan

peluang pasar peternakan yang cukup besar. Areal tanaman perkebunan kelapa

sawit yang cukup luas di Kabupaten Rokan Hilir sangat potensial untuk

pengembangan peternakan dengan model pertanian terpadu antara tanaman dan

ternak, khususnya ternak sapi, kerbau, dan kambing/domba. Pembinaan

kelembagaan petani, penyediaan sarana dan prasarana pendukung peternakan

seperti penyediaan bibit unggul, pakan, Inseminasi Buatan (IB), rumah potong

hewan, dan pasar hewan, peningkatan akses permodalan, dan penataan sistem

pengendalian penyakit ternak merupakan hal yang perlu mendapat perhatian untuk

mendukung pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten Rokan Hilir.

8. Minyak bumi sebagai potensi sumberdaya alam yang unrenewable diperkirakan

produksinya semakin menurun di Kabupaten Rokan Hilir sampai tahun 2025.

Penurunan produksi minyak bumi memberikan konsekwensi pada penurunan

penerimanaan daerah dari dana bagi hasil (DBH), sehingga penggalian terhadap

potensi pertambangan lain dan penciptaan sumber pertumbuhan baru perlu

diperhatikan untuk mempertahankan dan meningkatkan perekonomian Kabupaten

Rokan Hilir. Penurunan produksi minyak bumi sebagai sumber energi utama saat ini,

menjadikan penggunaan sumber energi alternatif dimasa mendatang semakin

penting. Untuk itu, pengembangan industri biodisel dari minyak kelapa sawit

merupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkan oleh Kabupaten Rokan Hilir.

Page 71: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-8

9. Industri berbasis pertanian diprediksi menjadi andalan Kabupaten Rokan Hilir pada

tahun 2025. Perkembangan produksi kelapa sawit, tanaman padi dan komoditi

pangan lainya, dan perikanan merupakan potensi bahan baku yang cukup besar

untuk mendukung agroindustri hilir. Tingginya penyerapan tenaga kerja pada industri

pertanian dan kehutanan menjadi alasan penting untuk memberikan perhatian

terhadap industri pertanian dan kehutanan. Pemberian insentif untuk penciptaan iklim

investasi yang baik, dan penyediaan infrastruktur pendukung merupakan syarat

yang diperlukan untuk mendorong perkembangan industri pertanian. Rendahnya

kualitas SDM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran,

lemahnya kewirausahaan dari para pelaku, dan terbatasnya akses terhadap

permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya, perlu

diatasi untuk mendukung pengembangan industri kecil dan menengah.

Pengembangan industri turunan minyak kelapa sawit menjadi potensi besar yang

dapat dikembangkan di Kabupaten Rokan Hilir dengan memanfaatkan potensi bahan

baku yang dimiliki.

10. Peranan Koperasi dan UMKM diprediksi semakin penting dalam perekonomian

masyarakat dimasa mendatang. Pemberdayaan Koperasi dan UMKM harus

dilakukan secara terencana, sistematis dan menyeluruh dengan penciptaan iklim

usaha untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin

kepastian usaha yang efisiensi ekonomi. Pengembangan koperasai dan UMKM

memerlukan pengembangan sistem pendukung usaha untuk meningkatkan akses

sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan

potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia. Pengembangan

kewirausahaan dan penciptaan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah

(UKM) dan pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang

berskala usaha mikro dan terutama yang masih berstatus keluarga miskin, sangat

diperlukan untuk meningkatkan peran strategis UMKM dalam perekonomian

masyarakat. Peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai

dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro

Page 72: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-9

dan kecil, perlu menjadi perhatian untuk mensejajarkan koperasi dengan UKM

lainnya.

11. Sektor perdagangan diprediksikan akan mempunyai andil dalam perekonomian

Kabupaten Rokan Hilir. Ini disebabkan 20 tahun yang akan datang industri terutama

industri yang berbasis pertanian diperkirakan akan mengalami perkembangan yang

pesat. Disamping itu perkembangan Kota-kota di Rokan Hilir serta bertambahnya

jumlah penduduk ikut mendorong pertumbuhan sektor ini. Permasalahan yang akan

muncul adalah munculnya pedadang kaki lima sebagai konsekuensi perkembangan

kota-kota di Rokan Hilir dan fasilitas. Untuk mengantisipasi itu, maka pengaturan

(regulasi) terhadap sektor industri dan sektor perdagangan harus jelas, nyata dan

transparan. Untuk itu, penentuan tempat/kawasan bongkar muat, pergudangan,

pengolahan, pendistribusian, dan jalur/alur lalulintas yang diizinkan untuk

memudahkan aksessibilitas sehingga tidak mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi

lainnya, sehingga harus menjadi skala prioritas dalam pengambilan kebijakan.

12. PDRB Kabupaten Rokan Hilir 2025 tanpa migas diperdiksikan akan menjadi Rp.

34.687.032,62. (dalam Jutaan). Sedangkan pendapatan perkapita pada tahun yang

sama diprediksikan akan menjadi Rp 3,179.87 juta. Peningkatan ini diperkirakan

semakin besarnya peran non migas. Akan tetapi yang perlu dikhawatirkan adalah

tidak terjadinya pemerataan pendapatan. Oleh sebab itu kebijakan-kebijakan

ekonomi harus mengarah kepada upaya untuk pemerataan pendapatan.

13. Kabupaten Rokan Hilir yang semakin maju dan berkembang membawa konsekuensi

logis berupa semakin besarnya pengeluaran untuk belanja pemerintah kabupaten

(publik dan aparatur). Mengingat sulitnya untuk memperbesar pendapatan daerah

sejalan dengan menurunnya penerimaan dari bagi hasil migas dan hasil hutan 20

tahun yang akan datang, maka pendapatan daerah harus dimanfaatkan secara

efisien dan efektif. Di samping itu, perlu penggalian dan pengelolaan sumber-sumber

pendapatan asli daerah yang lain, sejalan dengan tingkat kemajuan dan

perkembangan kabupaten.

3.2.4 Sosial dan Kemasyarakatan

Page 73: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-10

1. Mengantisipasi endemi penyakit mematikan flu burung, DBD dan penyakit menular

lainnya, diperlukan sistem peningkatan kesehatan masyarakat yang antara lain

ditentukan dengan ketersediaan sarana kesehatan, tenaga medis dan para medis,

teknologi pelayanan kesehatan, sistem informasi pelayanan, pendanaan serta

manajemen pelayanan yang optimal. Jika tidak ada upaya sungguh-sungguh, maka

diperkirakan penyebaran penyakit tersebut akan semakin berkembang.

2. Tanpa pembangunan infrastruktur yang di antaranya panti rehabilitasi, diprediksi

masalah prostitusi, perjudian, dan penyakit masyarakat tetap menjadi fenomena

sosial di masa depan.

3. Heterogenitas etnik dapat memperkaya kehidupan sosial kemasyarakatan yang

dapat menunjang pembangunan serta membawa konsekuensi negatif di masa

depan. Diperkirakan heterogenitas tersebut jika tidak dikelola dengan baik, maka

dapat menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat dan pemerintah.

3.2.5 Infratruktur

1. Prediksi perkembangan produksi pertanian di daerah Bangko, Kubu, Rimba Melintang

dan Sinaboi; perikanan di Panipahan, Bagansiapiapi dan Sinaboi; perkebunan di

daerah Tanah Putih, Pujud, Bagan Sinembah, dan Simpang Kanan; serta

pertambangan minyak bumi di Tanah Putih, Rimba Melintang, dan Bangko Pusako

menuntut pengembangan infrastruktur, jaringan irigasi, dan penataan wilayah yang

baik di masa depan.

2. Ancaman banjir akan selalu terjadi jika pembangunan sistem drainase yang

komprehensif di daerah perkotaan dan pemeliharaan sungai tidak menjadi prioritas.

3. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perindustrian dan

perdagangan akan meningkatkan penggunaan listrik di masa depan. Kemajuan

teknologi dengan peralatan yang banyak menggunakan tenaga listrik menyebabkan

pemenuhan energi listrik sangat vital untuk menunjang kegiatan. Keterbatasan

pemerintah (pusat) dalam menyediakan energi listrik saat ini di tengah krisis ekonomi

harus diantisipasi pemerintah daerah sedini mungkin supaya pembangunan, kegiatan

masyarakat, industri, dan perdagangan tidak terhambat oleh keterbatasan daya listrik.

Page 74: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-11

4. Penggunaan radio dan televisi sebagai sarana informasi, komunikasi, dan hiburan

semakin signifikan di masa datang. Tumpang tindih frekuensi akan merupakan

potensi permasalahan di masa datang jika tidak dilakukan pengaturan. Pengawasan

media massa yang menyuguhkan aneka informasi dan hiburan yang menjangkau

masyarakat luas sangat urgen untuk dilakukan. Kecenderungan informasi yang hampir

tidak memiliki batas harus diantisipasi untuk menghindari dampak buruk dari media

komunikasi ini.

5. Kebutuhan air bersih yang sangat mempengaruhi kualitas kebersihan dan kesehatan

masyarakat akan terus meningkat seiring pertumbuhan kota. Penataan sumberdaya

air tanah dengan regulasi dan pengawasan sangat perlu untuk menjaga

keseimbangan alam. Terobosan dalam penyediaan air bersih bagi warga diperlukan

mengingat kapasitas penyediaan bersih yang ada saat ini sangat jauh dari kebutuhan

masyarakat yang sesungguhnya.

6. Perkembangan daerah yang pesat untuk daerah-daerah yang baru tumbuh biasanya

sering melupakan alokasi tanah yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur

seperti jalan, drainase, taman kota, dan lahan cadangan untuk rekreasi. Karena itu,

mulai saat ini perlu diusahakan supaya Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir

membebaskan (membeli) tanah-tanah yang nantinya diperuntukkan buat jalan,

drainase, taman kota, terminal, pelabuhan, sekolah, dan lahan cadangan rekreasi

lainnya supaya di kemudian hari ketika tanahnya sudah mahal, Pemkab sudah

memilikinya.

3.2.6 Pendidikan dan Kebudayaan

1. Dimasa depan diperkirakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan

bergerak dengan cepat. Oleh sebab itu, dibutuhkan SDM yang menguasai iptek dan

imtaq. SDM yang ada dituntut untuk memiliki kemampuan yang kompetitif dan handal

untuk bisa diterima di dunia kerja dan menciptakan lapangan kerja baru. Mental

enterpreneurship (kewirausahaan) dengan nilai-nilai yang luhur diperlukan untuk bisa

membawa kemajuan di tengah persaingan yang semakin ketat. Sistem pendidikan

dituntut untuk mampu membaca situasi dan mempersiapkan SDM dalam

menghadapi situasi yang penuh dengan kompetisi di segala bidang.

Page 75: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-12

2. Pasar bebas, ASEAN Free Trade Area (AFTA), dan globalisasi bila tidak diimbangi

dengan penguasaan kompetensi SDM, akan berdampak pada rendahnya daya saing

tenaga kerja sehingga tidak bisa bersaing dengan tenaga kerja asing. Jika ini tidak

dipersiapkan dengan cermat, dikhawatirkan tenaga kerja dari penduduk Rokan Hilir

akan menjadi penonton di negeri sendiri.

3. Kesenjangan dalam memperoleh pelayanan pendidikan antara kelompok kaya dan

miskin, masyarakat kota dan pinggiran, dan antara laki-laki dan perempuan akan

terus mengancam.

4. Institusi pendidikan swasta akan memegang peranan yang signifikan di masa datang

karena keterbatasan pembiayaan yang diberikan oleh pemerintah untuk membiaya

semua sekolah negeri. Pembinaan dan bantuan yang proporsional yang diberikan

oleh pemerintah terhadap sekolah swasta akan turut serta menjadi penentu bagi

majunya pendidikan di Kabupaten Rokan Hilir.

5. Kehadiran Visi Riau 2020 dapat berfungsi sebagai rujukan dan penataan

pembangunan kebudayaan di Kabupaten Rokan Hilir. Di masa depan, kebudayaan

Melayu sebagai kebudayaan masyarakat lokal Rokan Hilir dapat berkembang baik di

tengah-tengah masyarakat.

3.2.7 Pemerintahan dan Politik

1. Tuntutan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dan

pemerintahan yang bersih (clean government) di Kabupaten Rokan Hilir diperkirakan

pelayanan aparatur pemerintah terhadap masyarakat akan semakin berkualitas.

2. Artikulasi kepentingan politik yang masih didominasi oleh elite di Kabupaten Rokan

Hilir, diperkirakan akan tetap menjadi sumber konflik politik.

3.2.8 Hukum dan Kamtibmas

1. Di masa depan atau 20-an tahun mendatang, kepastian hukum atau penegakan

hukum (law enforcement) merupakan agenda dan program strategis dari

pembangunan hukum dan Kamtibmas yang harus mendapat prioritas pemerintah

kabupaten.

Page 76: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Analisis Isu-Isu Strategis III-13

2. Pada masa mendatang, persoalan diskriminasi (perbedaan) terhadap perlakuan

hukum yang dapat menyebabkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat

(kamtibmas), seminimal mungkin harus dihindari. Jika tidak kondisi masyarakat

Kabupaten Rokan Hilir yang dinamis, akan berpengaruh terhadap ketertiban dan

keamanan masyarakat.

3.2.9 Kehidupan Beragama

1. Pengaruh budaya asing dan kebiasaan buruk dari luar akan lebih mudah masuk dan

mempengaruhi masyarakat Kabupaten Rokan Hilir dengan sarana media dan

kemajuan teknologi informasi yang menembus hampir tanpa batas. Oleh karena itu,

di masa depan, langkah antisipasi lebih diperlukan berbanding langkah-langkah

kuratif (mengobati).

2. Pada masa depan diprediksi bahwa pergaulan bebas, pelacuran, perjudian, minum

minuman keras, dan konsumsi narkoba, ghalibnya tumbuh dan berkembang di

kalangan yang minim pendidikan dan pembinaan agama. Oleh karena itu, peranan

pembinaan agama, akan menjadi sangat penting guna menciptakan tatanan

masyarakat yang berkualitas dan dapat bertahan dari pelbagai pengaruh penyakit

masyarakat.

Page 77: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi IV-1

BAB IV.

VISI DAN MISI DAERAH

4.1 .VISI

Berdasarkan kondisi masyarakat dan Kabupaten Rokan Hilir saat ini, tantangan yang

dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar yang

dimiliki oleh Kabupaten Rokan Hilir, maka Visi Pembangunan Kabupaten Rokan Hilir 2005-

2025 dirumuskan sebagai berikut:

Tabel T-II.C.45

Perumusan Visi

No. Perwujudan Visi Pokok-pokok Visi Pernyataan Visi

sejahtera

taraf kehidupan yang tinggi,

sumberdaya manusia berkualitas,

Ketersedian lapangan kerja

pelayanan sosial yang baik

Pendidikan maju

Kesehatan maju

Perekonomian masyarakat yang maju,

Infrastruktur yang layak,

keadilan politik dan kesetaraan hukum

Terwujudnya masyarakat Rokan Hilir yang sejahtera, bermarwah dan bertaqwa dengan dukungan agribisnis yang tangguh tahun 2025

bermarwah Masyarakat yang berharkat dan

bermartabat,

bertaqwa

masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia

memiliki kepribadian luhur

agribisnis

Proses produksi yang terpadu antar sektor industri, pertanian, dan jasa

Pemanfaatan sumber daya alam daratan dan kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, sesuai dengan kondisi wilayah Rokan Hilir

Page 78: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi IV-2

Berdasarkan rumusan Visi Pembangunan Kabupaten Rokan Hilir tahun 2005-2025, maka

hasil pembangunan dapat dikukur melalui aspek pembangunan kesejahteraan, marwah,

dan ketaqwaan yang akan dicapai dengan indikasi sebagai berikut:

1. Kesejahteraan adalah harapan setiap anggota masyarakat yang tercermin dari

tingginya taraf kehidupan, sumberdaya manusia yang berkualitas, tersedianya

lapangan pekerjaan, baiknya pelayanan sosial, majunya pendidikan dan

kesehatan, majunya perekonomian masyarakat, tersedianya infrastruktur yang

layak, terlaksananya hak politik, serta kesamaan perlindungan di depan hukum.

2. Majunya pendidikan ditandai oleh makin menurunnya tingkat pendidikan terendah

serta meningkatnya partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta profesional

yang dihasilkan oleh sistem pendidikan. Majunya kesehatan diukur dari angka

harapan hidup yang lebih tinggi; dan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Secara keseluruhan, kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan

tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.

3. Majunya perekonomian masyarakat tercermin dari tingginya pendapatan rata-rata,

dan ratanya pembagian ekonomi. Proses produksi berkembang keterpaduan

antar sektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor jasa serta

pemanfaatan sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang

daratan, tetapi juga ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara

rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, sesuai dengan kondisi wilayah

Rokan Hilir. Hal ini didukung oleh tersedianya infrastruktur, jaringan transportasi

yang terpadu, baik darat, laut, sungai, maupun udara serta penataan wilayah yang

serasi dan seimbang.

4. Bermarwah berarti memiliki harkat dan martabat, mampu duduk sama rendah,

berdiri sama tinggi dengan masyarakat di daerah-daerah lain. Bermarwah juga

berarti memiliki jati diri yang berdedikasi dan terpuji dengan Budaya Melayu

sebagai ruhnya. Bermarwah adalah produk budaya yang menjadikan masyarakat

Rokan Hilir menyatu dengan Budaya Melayu sebagai payung negeri, dan

Page 79: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi IV-3

mengaplikasikan Budaya Melayu dalam semua aspek budayanya mulai dari

estetika, etika, teknologi, bahasa, dan nilai tunjuk ajar.

5. Pembangunan yang dilakukan haruslah bertujuan akhir untuk menghasilkan

masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, dan memiliki kepribadian luhur. Agama harus bisa menjadi

bagian yang menyatu di dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan

masyarakat, aktivitas pekerjaan, maupun dalam menjalankan pemerintahan

sehingga bisa menjadi tenaga pendorong dan motivasi untuk mensukseskan

pembangunan. Sumber mata pencaharian utama penduduk Rokan Hilir adalah

sektor pertanian yang tergambar dari sumbangan sektor pertanian pada PDRB

Rokan Hilir adalah 56,4 persen pada tahun 2004. Demikian pula jumlah rumah

tangga petani (pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan) paling besar

jumlahnya. Dengan potensi alam yang semula jadi ini, maka sangat tepat jika

sektor pertanian (agribisnis) menjadi handalan dalam memajukan Kabupaten

Rokan Hilir di masa datang.

6. Agribisnis yang dikembangkan berbentuk cluster-cluster (pengelompokan)

pertanian. Tiga cluster pertanian yang potensil dikembangkan ke depan adalah

pertanian tanaman pangan (terutama padi), perkebunan dan perikanan.

Termasuk di dalamnya adalah home industri dan industri yang berkaitan dengan

cluster yang bersangkutan. Cluster-cluster ini bukanlah pengelompokan dalam

arti satu daerah satu komoditi saja, tetapi adalah pengelompokan untuk bidang

usaha yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Pengelompokan ini bisa saja

melibatkan usaha perkebunan sawit yang salah satu produk sampingannya adalah

pakan ternak untuk sapi. Dengan demikian pada cluster ini perkebunan sawit dan

peternakan sapi dikelompokkan dalam satu cluster. Agribisnis menjadi tulang

punggung kegiatan perekonomian yang memiliki kekuatan sehingga mampu

menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir.

Page 80: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi IV-4

4.2. MISI

Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten tersebut ditempuh melalui 6 (enam)

misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing

adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas;

meningkatkan penguasaan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan

penerapannya.

2. Memajukan perekonomian dan pengelolaan sumberdaya alam yang

berkelanjutan dengan agribisnis sebagai tulang punggungnya adalah

memperkuat perekonomian berbasis agribisnis menuju keunggulan kompetitif

dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, pelayanan, dan

jasa; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan

yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan;

3. Mewujudkan pemerintah dan pengelolaan pemerintahan yang handal

adalah membangun sistem kepemerintahan yang baik, aparatur yang

berkualitas, bersih, akuntabel, berwibawa, dan bertanggung jawab yang

mampu memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.

4. Menyediakan infrastruktur daerah dan mewujudkan lingkungan alam

yang lestari adalah membangun infrastruktur kebutuhan masyarakat yang

sesuai prioritas dan efisien serta mengelola pembangunan yang dapat

menjaga keseimbangan pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan

kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga

fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan masa kini dan masa

depan melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk

pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi.

5. Mewujudkan masyarakat yang bermarwah, berdedikasi dan terpuji

dengan Budaya Melayu sebagai ruhnya adalah menjadikan masyarakat

Page 81: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi IV-5

Rokan Hilir memiliki harkat dan martabat, mampu duduk sama rendah, berdiri

sama tinggi dengan masyarakat di daerah-daerah lain; selain itu

memasyarakatkan nilai-nilai mulia yang terdapat dalam tunjuk ajar Melayu

seperti jujur, amanah, sopan santun, kerja keras, cerdik, dan sifat mulia

lainnya ke dalam setiap lapisan kehidupan, baik di masyarakat, pemerintahan,

pendidikan, perdagangan dan aktivitas lainnya, sehingga Budaya Melayu tidak

hanya terwujud dalam simbol, tapi juga menjadi ruh dan motivasi dalam

menjalankan pembangunan

6. Mewujudkan masyarakat yang bertaqwa adalah memperdalam

pengetahuan agama, membentuk sikap dan perilaku mulia di dalam

kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan agama, dan mendekatkan diri

pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan semua amal; dan

mengaplikasikan nilai positif dan mulia dari agama ke dalam kehidupan sehari-

hari baik di lingkungan masyarakat, aktivitas pekerjaan, maupun dalam

menjalankan pemerintahan sehingga bisa menjadi tenaga pendorong dan

motivasi untuk mensukseskan pembangunan

Page 82: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi

Tabel T-II.C.47 Perumusan Misi

No. Visi Pokok-pokok visi Stakeholder Pembangunan

Misi Masyarakat Pemerintah Daerah Pelaku Ekonomi Lainnya

Terwujudnya masyarakat Rokan Hilir yang sejahtera, bermarwah dan bertaqwa dengan dukungan agribisnis yang tangguh tahun 2025

taraf kehidupan yang tinggi,

sumberdaya manusia berkualitas,

Ketersedian lapangan kerja

pelayanan sosial yang baik

Pendidikan maju

Kesehatan maju

Perekonomian masyarakat yang maju,

Infrastruktur yang layak,

keadilan politik dan kesetaraan hukum

(√) Berswadaya dalam peningkatan SDM dan berperan serta dalam program pemerintah untuk menciptakan SDM yang berdaya saing

(x) Memberikan arahan, atuaran dan fasilita yang dibutuhkan untuk menciptkan SDM yang berdaya saing tinggi

(√) Berkerjasama dengan pemerintah dalam menciptkan SDM yang tinggi sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat (CSR)

(√) Rincian misi

Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing

Menjaga dan memelihara infrstruktur daerah yang disediakan pemerintah dan swasta

Menyediakan infrasttuktur daerah yang mendukung aktivitas produksi dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan masyarakat

Membantu pemerintah dalam penyediaan infrastruktur daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat dan ikut serta melestarikan lingkungan alam

Menyediakan infrastruktur daerah dan mewujudkan lingkungan alam yang lestari

Ikut serta mendukung pelaksanaan system pemerintahan yang baik melalui pengawasan dan menjaga kerukunan, bergotong

Membangun sistem kepemerintahan yang baik, aparatur yang berkualitas, bersih, akuntabel, berwibawa, dan bertanggung jawab yang mampu memberikan pelayanan yang

Berperan serta dengan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kerukunan, ketogotongroyongan, serta menjaga kemanan dan ketertiban lingkungan, serta meminimalisir dampak negatif kegiatan

Mewujudkan pemerintah dan pengelolaan pemerintahan yang handal

Page 83: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi

royong, menjaga kemananan dan ketertiban lingkungan,

baik pada masyarakat

terhadap lingkungan alam dan social masyarakat

Masyarakat yang berharkat dan bermartabat,

Memelihara, melaksanakan dan melestarikan budaya melayu dalam segala aktivitas masyarakat

Meyediakan infrastruktur budaya melayu dan melestarikan dan meyebarluaskan nilai budaya malayu dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Ikut membatu dan berperan serta dalam pelestarian budaya melayu dan menerapkan nilai-nilai budaya melayu dalam lingkungan masing masing

Mewujudkan masyarakat yang bermarwah, berdedikasi dan terpuji dengan Budaya Melayu sebagai ruhnya

masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia

memiliki kepribadian luhur

melaksanakan dan melestarikan nilai agama dan kepercayaan dalam bermasyarakat

Meyediakan sarana dan prasarana keagaman dan mejaga kerukunan umat beragama.

Berpartisipasi aktif dalam menciptkan kerukunan umat beragama

Mewujudkan masyarakat yang bertaqwa

Proses produksi yang terpadu antar sektor industri, pertanian, dan jasa

Pemanfaatan sumber daya alam daratan dan kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, sesuai dengan kondisi wilayah Rokan Hilir

Melaksanan kegiatan produksi sesuai dengan potensi sumberdaya lokal secara efisien berwawasan lingkungan yang berkelajutan

Membuat regulasi penataan wilayah sentra produksi sesuai dengan potensi sumber daya yang didukung oleh sarana dan prasarana

dalam menciptkan perekonomian yang berkelanjutan

Melaksanakan kegiatan investasi, produksi yang berwawasan lingkungan serta menjalin kemitraan yang sinergi dengan aktivitas produksi masyarakat

Memajukan perekonomian dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dengan agribisnis sebagai tulang punggungnya

Page 84: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Visi dan Misi

Page 85: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 1

BAB V.

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG DAERAH

5.1. Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Daerah

5.1.2 Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing

Arah pembangunan sumberdaya manusia diwujudkan dengan mengedepankan

pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; peningkatan akses,

pemerataan, relevansi dan mutu layanan pendidikan dasar, peningkatan kualitas dan daya

saing tenaga kerja menuju persaingan global, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk, peningkatan partisipasi masyarakat disegala bidang.

1. Pembangunan sumber daya manusia diarahkan pada peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang antara lain ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan

manusia (IPM).

2. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia untuk mendukung terwujudnya masyarakat yang berharkat, bermartabat,

berakhlak mulia, dan menghargai keberagaman sehingga mampu bersaing dalam era

global. Perlu disediakan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau disertai

dengan pembebasan biaya pendidikan. Penyediaan pelayanan pendidikan sepanjang

hayat sesuai perkembangan iptek perlu terus didorong untuk meningkatkan kualitas

hidup dan produktivitas masyarakat termasuk untuk memberikan bekal pengetahuan

dan keterampilan bagi penduduk usia produktif.

3. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan

Page 86: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 2

kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian

khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut

(manula), dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui

peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia

kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang disertai oleh peningkatan

pengawasan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Upaya tersebut

dilakukan dengan memerhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,

perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek, serta globalisasi dan

demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerja sama lintas sektor. Penekanan

diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya

promotif dan preventif. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

setiap kebijakan publik selalu memerhatikan dampaknya terhadap kesehatan.

Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor yang meliputi

produksi pangan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan tingkat rumah

tangga dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya

dalam rangka mencapai status gizi yang baik.

4. Program dan kebijakan pembangunan kesehatan masyarakat, diarahkan kepada

peningkatan kualitas hidup, perpanjangan harapan hidup, penurunan angka kematian

ibu dan anak, pengaturan kelahiran, dan perencanaan keluarga sejahtera.

Meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, baik dari kemudahan akses,

biaya yang murah, dan pelayanan yang berkualitas. Peningkatan sarana dan

prasarana kesehatan, yang menjangkau sampai ke masyarakat miskin dan daerah

pinggiran yang jauh dari kota lengkap dengan teknologi, tenaga medis serta obat-

obatan yang terjangkau, menata pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen

kesehatan yang memadai.

5. Pembangunan di bidang kesehatan diprioritaskan melalui upaya promosi kesehatan

dan pencegahan penyakit dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

masalah kesehatan yang biayanya lebih kecil dan lebih efektif dibandingkan upaya

pengobatan. Pelayanan kesehatan difokuskan pada pelayanan kesehatan dasar

(Puskesmas), dan tidak terlalu jauh terlibat dalam mengadakan sarana pelayanan

Page 87: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 3

kesehatan berupa rumah sakit. Pemerintah harus berperan lebih banyak dalam

mengatur kebijakan, pengawasan serta pengaturan sarana pelayanan kesehatan

termasuk rumah sakit pemerintah/swasta, praktik dokter, bidan, apotik, dan pelayanan

kesehatan lainnya.

6. Peningkatan akses, pemerataan dan mutu terhadap layanan sosial dasar ditingkatkan

melalui; a) peningkatan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan yang bermutu

dan terjangkau, b) meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dan pelatihan yang

mampu merespon globalisasi dan kebutuhan pembangunan, dan c) peningkatan

kualitas hidup seluruh masyarakat dengan memberikan perhatian khusus bagi anak,

perempuan, keluarga serta masyarakat miskin dengan dukungan sistem hukum dan

perlindungan sosial yang responsif.

7. Kualitas tenaga kerja yang memiliki daya saing global, ditingkatkan dengan cara; a)

pemberian dukungan bagi program pelatihan yang strategis, b) penyediaan tenaga

kerja yang trampil dan profesional melalui penyetaraan kualitas baku standar

kompetensi tenaga kerja untuk memenuhi sistem standar sertifikasi internasional dan

pasar kerja.

8. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dengan; a) peningkatan

pelayanan kesehatan reproduksi, b) penataan persebaran dan mobilitas penduduk

secara lebih seimbang sesuai dengan daya dukung Kabupaten Rokan Hilir, c)

penataan administrasi kependudukan untuk mendukung perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan, dan d) peningkatan peran pemerintah

dalam mengakomodir hak-hak penduduk dan perlindungan sosial.

9. Pemerataan pendidikan dan mendekati kesenjangan pelayanan pendidikan baik

antara yang kaya dan miskin, perkotaan dan perdesaan, laki-laki dan perempuan,

sekolah negeri dan swasta. Pemberian subsidi silang berupa biaya pendidikan dan

beasiswa untuk masyarakat miskin, perdesaan, dan kaum perempuan diprioritaskan.

Page 88: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 4

10. Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menyiapkan peserta didik dengan program pendidikan dan pelatihan melalui

standar kompetensi global, agar mampu bersaing dalam pasar bebas.

11. Meningkatkan mutu pendidikan, baik pada sekolah negeri maupun sekolah swasta

dengan peningkatan sarana dan prasarana, kualitas guru, manajemen pendidikan, dan

penataan kurikulum sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya

saing.

12. Memajukan pendidikan wirausaha dan politeknik sehingga mampu mendorong

teriptanya wirausaha baru untuk mengurangi tingkat pengangguran. Penerapan

konsep link and match melalui kerja sama dengan dunia usaha dan industri sehingga

kompetensi yang dimiliki oleh lulusan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dunia

kerja.

13. Mengaktifkan perpustakaan umum dan menghidupkan kegiatan membaca di kalangan

masyarakat dalam rangka mencerdaskan masyarakat luas.

14. Meningkatkan kesejahteraan guru atau pendidik, terutama mereka yang berada di

daerah perdesaan.

15. Menyiapkan sistem informasi dan manajemen pendidikan modern untuk

mengantisipasi perubahan dengan meningkatkan intensitas riset, pengkajian, sampai

aplikasi program-program education development dalam jangka panjang.

16. Mempersiapkan program pembinaan khusus untuk pemuda sebagai tulang punggung

masyarakat dan kemajuan bangsa; partisipasi pemuda di berbagai bidang

pembangunan.

17. Pembangunan olahraga diarahkan pada peningkatan budaya olahraga dan prestasi

olahraga di masyarakat

18. Mendorong dunia usaha dan industri untuk menempatkan posisi tenaga kerja sebagai

human capital yang diperlakukan secara manusiawi, melalui kemudahan persyaratan,

perizinan, sewa dan perpajakan, jaminan keamanan dan kelangsungan berusaha

kepada investor yang memprioritaskan penggunaan tenaga kerja lokal dalam proses

produksi, operasi, dan pemasaran.

Page 89: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 5

19. Meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja dengan memprogramkan

pendidikan, pelatihan yang terspesialisasi sesuai dengan latar belakang keilmuan dan

berbagai ketrampilan terapan. Membangun sarana dan prasarana ketenagakerjaan,

serta menghidupkan balai-balai latihan keterampilan dalam berbagai bidang untuk

menyiapkan tenaga kerja bagi mengisi pasar kerja lokal, nasional, dan internasional.

20. Melakukan pengentasan kemiskinan secara berterusan, terencana, terstruktur, dan

terukur. Proses mulai dari pendataan, pemberian bantuan, pembinaan, dan

pemantauan harus dilakukan secara simultan dan serius sampai benar-benar tuntas,

sehingga pengentasan kemiskinan membawa dampak langsung pada peningkatan

kesejahteraan terutama di perdesaan.

21. Pembangunan hukum diselenggarakan melalui peningkatan kualitas sumberdaya

manusia aparat penegak hukum. Hal ini dilakukan melalui peningkatan pemahaman

dan peningkatan keahlian aparatur dalam bidang-bidang hukum. Meningkatkan

kerjasama antara pemerintahan daerah dengan aparatur penegak hukum dari instansi

vertikal seperti kepolisian, kejaksaaan, aparatur pengawasan. Dengan saling

menghormati tugas dan kewenangan masing-masing, akan dapat dibangun saling

pengertian dalam melaksanakan tugas-tugas penegakan hukum dan penegakan

keamanan dan ketertiban.

22. Mendorong kerukunan hidup berdampingan antarmasyarakat dengan tingkat

heterogenitas yang tinggi melalui penyadaran perlunya harmonisasi, saling

menghormati, dan toleransi.

23. Pembangunan rehabilitasi sosial diarahkan untuk merevitalisasi sistem rehabilitasi

untuk tujuan akhir kemandirian berusaha (pekerja seks komersial, gelandangan,

pengemis, tunawisma, dan penyandang cacat), memberikan bantuan yang cukup dan

merangsang masyarakat untuk memberikan bantuan (jompo, anak yatim, penyandang

penyakit kusta, HIV/AIDS, dan orang gila).

5.1.3 Memajukan perekonomian, perdagangan dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dengan agribisnis sebagai tulang punggungnya

1. Pembangunan bidang ekonomi di arahkan pada upaya penyediaan berbagai fasilitas

infrastruktur yang lebih memadai baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga

Page 90: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 6

mampu menciptakan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, penyusunan

peraturan (regulasi) yang mampu memberikan kemudahan, kepastian, keamanan, dan

kenyamanan investor serta perwujudan stabilitas ekonomi, sosial, politik, dan

keamanan yang kondusif. Peningkatan kapasitas dan daya dukung jaringan

infrastruktur berupa listrik, telekomunikasi, air bersih, jalan, pelabuhan, terminal, dan

sarana pendukung lainnya ditujukan agar mampu merespon kegiatan ekonomi yang

semakin tinggi intensitasnya dan meningkatkan daya saing daerah.

2. Perluasan akses terhadap sumber permodalan, meningkatkan kemampuan menyerap

dan mengaplikasikan teknologi yang mampu menciptakan nilai tambah (added value)

yang lebih besar, memperluas dan mengembangkan sistem informasi yang mampu

diakses dengan mudah dan cepat oleh pelaku ekonomi, memperluas dan

meningkatkan kemampuan memasarkan terhadap produk yang dihasilkan oleh sektor

produksi masyarakat pada tataran lokal, regional, nasional dan internasional, serta

membina sektor industri untuk bisa menghasilkan produk yang unggul.

3. Agar pelaksanaan pembangunan bidang ekonomi lebih terarah, efisien, efektif dan

sinkron dengan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten, serta adanya kegiatan

yang menyebar secara merata ke seluruh wilayah, maka pada wilayah yang potensial

diarahkan pada upaya pembangunan kawasan ekonomi yang mampu merelokasi

kegiatan industri, perdagangan, pergudangan, dan kegiatan ekonomi lainnya yang

mampu memperkuat struktur perekonomian wilayah.

4. Sektor usaha kecil yang berbasis masyarakat, telah mampu mempertahankan dan

menyelamatkan masyarakat dari keterpurukan ekonomi pada masa krisis ekonomi

yang lalu, oleh karena sektor informal ini telah mampu menjadi katup pengaman bagi

upaya mengatasi pengangguran, mempertahankan ekonomi rumah tangga

masyarakat dan memperluas kesempatan masyarakat untuk melakukan pilihan dari

segi jenis, mutu dan harga barang dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Untuk itu,

penyelenggaraan pembangunan lebih diarahkan pada upaya pengembangan kegiatan

ekonomi yang berbasis kerakyatan yang lebih kokoh lagi melalui penyediaan fasilitas

yang memadai.

Page 91: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 7

5. Pembangunan ekonomi kerakyatan diarahkan untuk mendorong berkembangnya

inovasi teknologi untuk kreativitas masyarakat dalam berusaha, pemantapan

kelembagaan ekonomi kerakyatan, peningkatan kemampuan manajerial agar semakin

kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan global.

6. Pedagang kaki lima dan usaha perdagangan masyarakat terus dibina, dikembangkan,

dan ditertibkan sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketertiban kota

berjalan beriringan.

7. Dalam bidang kepariwisataan, rencana jangka panjang meliputi; (a) identifikasi dan

mengembangkan secara terus menerus serta memelihara objek-objek wisata alam,

sejarah, budaya, belanja, yang dapat dijual kepada wisatawan lokal dan mancanegara,

(b) memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses informasi

kepariwisataan, (c) memasukkan even-even wisata budaya ke dalam kalender

pariwisata nasional, (d) meningkatkan peran industri penunjang pariwisata melalui

pemberian fasilitas-fasilitas, serta kemudahan bagi tour & travel agents, perhotelan,

restoran, dan transportasi, (e) mendorong industri kecil dan industri rumah tangga

untuk membuat cenderamat (souvenir) wisata berciri khas Rokan Hilir khususnya dan

Melayu pada umumnya, dan (f) menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanan

membuat wisatawan betah tinggal di Rokan Hilir dengan jangka waktu relatif cukup

panjang.

8. Pembangunan pertanian tanaman pangan diarahkan pada (a) peningkatan dan

pengamanan ketersediaan pangan dari produksi daerah dalam rangka meningkatkan

ketahanan pangan melalui upaya-upaya optimalisasi pemanfaatan lahan dan

diversifikasi tanaman pangan di lahan usahatani, (b) peningkatan produksi dan

produktivitas pertanian melalui peningkatan penyediaan benih dan bibit bermutu serta

dukungan penyediaan input produksi lainnya, (c) penguatan dan penumbuhan

lembaga petani serta penguatan dan penumbuhan kembali sistem penyuluhan dan

pendampingan pertanian, untuk mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani,

(d) penguatan basis data dan informasi pertanian tanaman pangan agar dukungan

kepada petani dapat diberikan secara efisien dan efektif, (e) pelaksanaan diversifikasi

konsumsi pangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dan peningkatan

Page 92: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 8

mutu konsumsi pangan dan gizi masyarakat, (f) peningkatan nilai tambah hasil

pertanian dan melaksanakan upaya-upaya penurunan kehilangan (losses) melalui

peningkatan penanganan panen dan pasca panen yang lebih baik, standarisasi

kualitas produk pertanian, dan pengembangan agroindustri, untuk meningkatkan

efisiensi usaha dan daya saing produk pertanian, (g) penataan sistem pasar gabah

dan beras, serta produk pertanian lainnya yang menguntungkan petani, (h)

peningkatan dukungan sektor lain untuk pembangunan pertanian tanaman pangan

terutama peningkatan perkreditan, jalan desa dan jalan usaha tani, pengamanan

penyediaan sarana produksi pertanian, serta sarana dan prasana pertanian lainnya.

9. Pembagunan jaringan irigasi merupakan keharusan untuk mendorong perkembangan

sektor pertanian tanaman pangan, disamping pembinaan dan pengembangan

agroindustri yang memadai. Pembangunan Rice Processing Complex (RPC) di

Kabupaten Rokan Hilir merupakan bentuk ransangan untuk meningkatkan produksi

padi dan meningkatkan kualitas produksi beras di Kabupaten Rokan Hilir. Hal ini juga

harus didukung oleh jaminan stabilitas harga gabah dan beras serta pembinaan petani

yang lebih intensif, selain penyediaan infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi,

jalan usahatani, dan pemantapan kelembagaan petani. Penyediaan jaringan irigasi

juga akan dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) untuk meningkatkan produksi

padi di Kabupaten Rokan Hilir.

10. Arah kebijakan pengembangan sektor perkebunan adalah (a) peningkatan

produktivitas perkebunan rakyat, (b) penguatan dan penumbuhan lembaga petani

serta penguatan dan penumbuhan kembali sistem penyuluhan dan pendampingan di

sektor perkebunan, untuk mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani, (c)

pengembangan pola kemitraan usaha perkebunan rakyat dengan usaha perkebunan

besar swasta dan negara yang adil dan saling menguntungkan, (d) pengembangan

agroindustri hilir produk-produk perkebunan dan pengembangan industri turunan

produk minyak kelapa sawit, (e) penguatan basis data dan informasi perkebunan untuk

keperluan pengembangan sektor perkebunan, (f) penyediaan instansi teknis dibidang

perkebunan untuk memberikan dukungan dan bimbingan teknis kepada masyarakat,

(g) pengembangan pasar ekspor produk perkebunan, dan (h) peningkatan dukungan

Page 93: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 9

sektor lain untuk pembangunan perkebunan terutama peningkatan perkreditan, jalan

desa dan jalan perkebunan, pengamanan penyediaan sarana produksi perkebunan,

serta sarana dan prasana lainnya.

11. Arah pembangunan sub-sektor perikanan adalah (a) meningkatkan pengelolaan dan

pendayagunaan sumber daya perikanan secara optimal, adil, dan lestari, sesuai

dengan daya dukung ekosistemnya untuk meningkatkan produksi perikanan dengan

tetap memperhatikan kelestarian lingkungan laut, (b) mengembangkan perikanan

tangkap di perairan/kawasan yang masih belum/kurang dimanfaatkan, seperti sumber

daya ikan laut dalam, laut lepas, dan ZEE, serta mengendalikan penangkapan di

perairan/kawasan yang telah mengalami overfishing, (c) penataan kelembagaan

nelayan, (d) penyediaan teknologi penangkapan ikan, (e) mengembangkan perikanan

budidaya melalui pola budidaya yang efisien, berdaya saing, dan berwawasan

lingkungan, (f) mengembangkan usaha perikanan berbasis kerakyatan, dan

memberdayakan masyarakat pesisir dan nelayan kecil, (g) mengembangkan serta

merehabilitasi sarana dan prasarana produksi dan pengolahan hasil, (h)

mengembangkan dan meningkatkan mutu produk perikanan, baik dalam proses

produksi maupun pengolahannya, (i) meningkatkan pengawasan perairan untuk

menghindari transaksi produksi ikan yang merugikan perekonomian daerah; (j)

peningkatan kualitas pangan sesuai gizi seimbang, (k) pengembangan penangkaran

dan konservasi biota laut khususnya Penyu Hijau di Pulau Jemur, dan (l) peningkatan

dukungan sektor lain untuk pembangunan perikanan terutama peningkatan akses

permodalan, infrastruktur pendukung, pelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya

perairan, dan sarana dan prasana perikanan.

12. Mencegah degradasi aliran sungai-sungai tempat menetas (spawning ground) dan

tempat mencari makan (nursery ground) biota air seperti ikan dan udang. Hal ini terjadi

karena aksi penebangan hutan di hulu sungai untuk pembukaan lahan perkebunan

maupun pembalakan dan industri pulp. Merosotnya hasil perikanan Rokan Hilir juga

karena tidak berkembangnya industri kapal kayu di Bagan Siapi-api, disebabkan

sulitnya mendapatkan bahan kayu untuk material kapal karena maraknya illegal

logging. Kalaupun ada, harganya mahal, sehingga biaya produksi menjadi mahal.

Page 94: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 10

Karena kapal diperlukan untuk menangkap ikan, disamping industri kapal kayu ini

dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan nilai tambah, maka harus ada upaya

yang sungguh-sungguh membangkitkan kembali industri kapal kayu ini, yang salah

satu caranya ialah dengan lebih seriusnya membasmi illegal logging di Rokan Hilir.

13. Akses terhadap permodalan dan kemampuan untuk memiliki dan mengoperasikan

armada perikanan dan alat tangkap perlu ditingkatkan secara bertahap. Armada

perikanan yang perlu dikembangkan adalah armada perikanan laut dan armada

perikanan perairan umum. Armada perikanan laut baik Perahu Tanpa Motor maupun

diesel, perlu dilengkapi dengan peralatan navigasi, dengan tonase yang lebih besar

dan kemampuan jelajah yang lebih tinggi.

14. Selain meningkatkan jumlah dan mutu armada perikanan dan alat tangkap, yang tidak

kalah pentingnya dilakukan adalah meningkatkan kemampuan para nelayan dalam

mengoperasikan armada perikanan dan alat tangkapnya masing-masing, disertai

pemahaman tentang iklim dan cuaca.

15. Untuk mencegah aksi pencurian ikan maka sarana dan prasarana bagi petugas

lapangan harus ditingkatkan.

16. Untuk meningkatkan produksi perikanan, perlu kebijakan yang komprehensif mulai dari

peningkatan jumlah dan mutu armada perikanan dan alat tangkap; pencegahan dan

penindakan aksi pencurian; merevitalisasi lembaga-lembaga ekonomi yang terkait

dengan perikanan seperti Koperasi dan TPI. Perlu inventarisasi, identifikasi,

pembinaan, pengembangan dan pengendalian perikanan baik perikanan laut, umum

maupun budidaya.

17. Perlu dilakukan bimbingan teknologi penanganan dan pengolahan hasil perikanan;

pembinaan dan pengawasan mutu (meliputi produk, tenaga, sarana, prosedur, dan

metode pengujian serta unit pengolahan hasil perikanan). Perlu bimbingan

pemasaran hasil perikanan, meliputi pasar, pemantauan dan penyebaran informasi

pasar serta promosi hasil-hasil perikanan).

18. Untuk itu, pengembangan sektor perikanan dapat diarahkan pada perikanan budidaya

dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan sungai. Penyediaan bibit

Page 95: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 11

unggul, sarana dan prasarana pendukung perikanan budidaya, bimbingan teknis, dan

pembinaan kelembagaan petani sangat diperlukan untuk pengembangan budidaya

perikanan darat. Pengembangan penangkaran penyu hijau di Pulau Jemur merupakan

potensi perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dimasa mendatang sekaligus upaya

pelestarian sumberdaya dan biota laut.

19. Wilayah Kabupaten Rokan Hilir ditetapkan sebagai kawasan sentra produksi

padi/beras dan kawasan sentra produksi perikanan. Pengembangan kawasan sentra

produksi ini bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan di Provinsi Riau. Kawasan

Sentra Produksi (KSP) padi/beras diarahkan pada Kecamatan Rimba Melintang,

Bangko, dan Kubu (sebelum pemekaran). Untuk itu diperlukan perlindungan terhadap

lahan potensial yang sesuai dengan budidaya padi, baik berupa lahan basah

(persawahan) maupun lahan kering (padi ladang).

20. Kebijaksanaan Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR) IMS-GT dan IMT-GT untuk

Kabupaten Rokan Hilir diarahkan pada upaya pemanfaatan potensi sumberdaya alam

yaitu pengembangan pertambangan minyak dan industri. Pelabuhan Sinaboi dan

Panipahan menjadi penunjang proses distribusi-produksi dan pemasaran hasil

kelautan, dan pintu gerbang lintas batas ke negara anggota KESR IMS-GT dan IMT-

GT.

21. Kawasan transmigrasi di Bangko Pusako, Batu Hampar, Bagan Sinembah, Rimbang

Melintang, dan Kubu memiliki kegiatan industri, tanaman pangan, perkebunan, dan

peternakan. Daerah transmigrasi ini berkembang cukup baik dan berpotensi menjadi

daerah sentra produksi hasil pertanian dan perkebunan.

22. Arah pembangunan sub-sektor peternakan adalah (a) pemberdayaan dan

pengembangan peternakan rakyat guna mendorong diversifikasi produk dalam rangka

mencukupi kebutuhan protein hewani, (b) penyediaan bibit ternak unggul dan jaminan

penyediaan sarana produksi peternakan, (c) mendorong pengembangan pertanian

terpadu antara tanaman dan ternak, (d) peningkatan mutu ternak dan pengendalian

serta penanggulangan berbagai penyakit ternak, (e) peningkatan sistem kesehatan

ternak untuk mendukung keamanan pangan nasional, (f) peningkatan produksi bahan

pangan protein hewani untuk peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi yang

Page 96: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 12

seimbang, dan (g) peningkatan dukungan sektor lain untuk pembangunan peternakan

terutama peningkatan akses permodalan bagi masyarakat, penyediaan tenaga teknis

peternakan, infrasruktur pendukung usaha peternakan, dan sarana dan prasana

peternakan.

23. Arah pembangunan sektor kehutanan adalah (a) memelihara dan meningkatkan fungsi

hutan, baik di daerah aliran sungai, kawasan hutan lindung, hutan wisata, dan hutan

kota sebagai salah satu unsur penentu ekosistem lingkungan, (b) melindungi plasma

nutfah dan mengembangkan keanekaragaman hayati dengan melibatkan peran serta

masyarakat di sekitar kawasan hutan, (c) peningkatan pemanfaatan dan nilai tambah

hasil hutan nonkayu, (d) pemberian insentif dan peningkatan partisipasi masyarakat

dalam pengembangan hutan tanaman, (e) peningkatan produksi hasil hutan nonkayu

untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan yang semuanya dimaksudkan untuk

diversifikasi usaha bagi masyarakat perdesaan pada umumnya, dan (f) mendukung

produksi pangan melalui optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan

hutan tanaman dan hasil hutan non kayu.

24. Arah pembangunan bidang perdagangan/jasa adalah menjamin arus lalu lintas

distribusi barang dan jasa serta ketersediaannya bagi kepentingan masyarakat,

mengendalikan tingkat harga dan distribusi barang dan jasa, terutama untuk komoditi

bahan makanan pokok masyarakat dengan memperbaiki sistem tata niaga, membuat

peraturan mekanisme barang dan jasa yang berkeadilan serta melakukan operasi

pasar, membangun, mengembangkan, dan membenahi prasarana dan sarana

perdagangan serta kelembagaan perdagangan, meningkatkan kegiatan promosi

barang dan jasa, meningkatkan ekspor komoditi unggulan dan meningkatkan

perlindungan terhadap konsumen.

25. Pembangunan bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

diarahkan pada mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan

kesenjangan, penciptaan kesempatan kerja, dan revitalisasi pertanian dan perdesaan,

melalui (a) pengembangan koperasi dan UMKM dengan menitikberatkan pada

peningkatan jumlah koperasi berdasarkan jenis, bidang usaha, keanggotaan, dan

permodalan; (b) peningkatan kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha,

Page 97: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 13

pembinaan manajemen (sumberdaya manusia, kepemimpinan, keuangan,

pembelanjaan, pemasaran, dan komunikasi), sehingga mampu berperan dalam

menyediakan barang dan jasa sebagai usaha bisnis, baik pada pasar lokal, regional

maupun internasional; (c) membangun koperasi yang tangguh yang berperan sebagai

sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis kerakyatan, menciptakan lapangan

kerja, peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta meningkatkan daya

saing; (d) peningkatan peran aktif kelembagaan koperasi dan UMKM serta

membangun pola fikir dan sikap mental yang konstruktif tentang pentingnya

pembangunan koperasi sebagai unit kegiatan ekonomi masyarakat; (e)

pengembangan bussines development services (BDS) sebagai lembaga yang

memberikan pelayanan dan pendampingan kepada sentra-sentra produksi dan

koperasi; (f) meningkatkan kepastian dan perlindungan usaha koperasai dan UMKM,

sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh

dan bersaing; (g) peningkatan akses dan perluasan pasar (lokal dan ekspor) bagi

produk-produk koperasi dan UKM; dan (h) peningkatan kapasitas kelembagaan dan

kualitas layanan lembaga keuangan lokal dalam menyediakan alternatif sumber

pembiayaan bagi koperasai dan UMKM terutama sektor pertanian dan perdesaan.

26. Arah pembangunan bidang industri adalah membangun industri yang menitikberatkan

pada industri skala kecil, menengah dan rumah tangga, di sentra atau kantong-

kantong industri yang berbasis pertanian dan komponen lokal dengan menggunakan

teknologi tepat guna dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam

rangka memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat. Membangun

industri yang memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang dengan sektor lain,

baik di bidang produksi maupun pemasaran, membangun kemitraan yang saling

menguntungkan, baik dalam bidang produksi maupun pemasaran. Membangun

industri menengah dan besar yang memiliki daya saing tinggi sesuai arahan rencana

tata ruang wilayah yang ramah lingkungan dan diharapkan mampu menyerap tenaga

kerja lokal yang lebih banyak.

5.1.4 Mewujudkan pemerintah dan pengelolaan pemerintahan yang handal

Page 98: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 14

1. Meningkatkan kinerja dan profesionalisme aparatur pemerintah dengan melakukan

penataan sistem kepegawaian yang meliputi sistem pengangkatan pegawai,

penempatan yang sesuai dengan latar belakang dan kompetensi, kenaikan pangkat

dan karier berdasarkan kinerja dan prestasi, pemberian penghargaan dan sanksi

(reward and punishment), pelatihan berkala dan on-job training, serta menciptakan

iklim kerja yang kondusif.

2. Meningkatkan kualitas dalam melayani kebutuhan masyarakat dan melaksanakan

pembangunan dengan menerapkan standar pelayanan minimum pada semua bidang.

Termasuk di dalamnya pengurusan surat menyurat, perizinan, pemenuhan kebutuhan

dasar, dan pelayanan umum.

3. Menata sistem administrasi dan manajemen pemerintahan dengan bertahap

menggunakan sistem teknologi informasi (IT) dan sistem informasi geografis (GIS)

yang efisien, efektif, dan akurat sehingga mempercepat pelayanan pada masyarakat

dan peningkatan kinerja aparatur. Menerapkan transparansi dalam penganggaran,

program berbasis kinerja, dan asas-asas manajemen modern untuk melancarkan

pembangunan.

4. Dalam bidang kependudukan, pembangunan diarahkan untuk menerapkan sistem

informasi kependudukan sehingga administrasi kependudukan yang handal dapat

membantu optimalisasi pelayanan publik, membangun jaringan dan program aplikasi

informasi kependudukan yang tersambung (connected) di setiap kecamatan sampai ke

dinas terkait, sehingga duplikasi data penduduk dapat dihindari, mempertegas

penerapan ketentuan (Perda) bagi pendatang untuk mengurangi dampak-dampak

sosial pengangguran yang bersumber dari arus urbanisasi, dan memperbaharui

kebijakan kependudukan sesuai dengan perkembangan kota dan pembangunan.

5.1.5 Menyediakan infrastruktur daerah dan mewujudkan lingkungan alam yang

lestari

1. Arahan pengembangan sistem transportasi untuk Kabupaten Rokan Hilir adalah

pengembangan jaringan jalan untuk meningkatkan aksessibilitas, mendorong

perkembangan kegiatan ekonomi wilayah, dan untuk membuka isolasi daerah.

Page 99: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 15

Peningkatan jaringan jalan nasional (arteri primer) di antaranya ruas jalan Simpang

Batang-Bagan Batu-batas Sumut, serta ruas jaringan jalan provinsi (kolektor primer)

Bagansiapiapi-Sinaboi, Simpang Tanah Putih-Bagansiapiapi, dan Simpang Kulim-

Simpang Batang.

2. Rencana pengembangan sistem transportasi laut diarahkan sebagai pelabuhan utama

tersier di Sinaboi, Pelabuhan Pengumpan Regional di Panipahan, serta Pelabuhan

Pengumpan Lokal di Pulau Halang dan Bagansiapiapi.

3. Pengembangan bandara di Tanah Merah sebagai Bandara Pusat Penyebaran Tersier.

4. Membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik dan bahan bakar,

dengan menjalin kerjasama yang erat dengan instansi terkait baik pemerintah pusat

maupun swasta sehingga tersedia dalam jumlah yang cukup dan terjangkau.

5. Menata ruang wilayah kabupaten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Rokan Hilir yang meliputi aspek perencanaan, pemberian izin mendirikan

bangunan (IMB), pengawasan pembangunan, peruntukan dan perubahan bentuk dan

fungsi bangunan dan lahan. Menata lingkungan perkotaan di wilayah yang berpotensi

untuk menjadi daerah pengembangan perkotaan.

6. Pemanfaatan dan konservasi sumberdaya air tanah dilakukan dengan memperhatikan

aspek lingkungan, dan ketersediaan cadangan air tanah dalam jangka panjang

dengan melakukan pemetaan, pengawasan, dan pengendalian. Penyediaan air bersih

dilakukan dengan mengoptimalkan sistem pengolahan air bersih dari Sungai Rokan.

Selain itu, perlu pengkajian untuk pemanfaatan air tanah dalam (aquifer) dan

eksploitasi yang dilakukan dengan memperhatikan pemetaan air tanah, aspek

lingkungan, dan keseimbangan air tanah. Pembangunan pengairan harus

dilaksanakan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi dengan sektor lain agar

diperoleh manfaat yang optimal. Tata guna air, tanah, dan kehutanan harus

diselenggarakan secara terpadu untuk menjamin fungsi kelestarian sumberdaya alam

dan lingkungan hidup yang seimbang.

7. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan serendah mungkin dengan

membuat perangkat peraturan, pembenahan institusi, dan penyadaran pada

Page 100: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 16

masyarakat dan sektor swasta. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai

lingkungan dan hidup dalam suasana yang asri dan sehat.

8. Memulai penataan dalam pengelolaan sampah di daerah perkotaan secara terpadu

mulai dari pengumpulan, pengangkutan, sampai pengelolaan sampah di tempat

pembuangan akhir. Penggunaan teknologi yang tepat dan efektif harus dilakukan

untuk mengelola sampah perkotaan yang besar jumlahnya dan singkat waktu

pengelolaannya untuk menghindari penumpukan sampah yang menimbulkan penyakit.

Prinsip 5R untuk mendapatkan zero waste harus dilakukan secara bertahap yang

meliputi recycle, reduce, reuse, recovery, dan revalue. Proses pemisahan dan daur

ulang (recycling) untuk sampah plastik, kaca, kertas, dan sampah organik dilakukan

secara bertahap sesuai kemampuan pemerintah dan kesadaran masyarakat.

Penyuluhan dan penyadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan

mengelola sampah harus terus menerus dilakukan.

9. Penyediaan taman kota, ruang terbuka hijau, dan tempat rekreasi untuk daerah

perkotaan dilakukan dengan memanfaatkan tanah milik pemerintah daerah yang

masih belum digunakan atau dengan membeli tanah milik masyarakat untuk

menghindari mahalnya harga di kemudian hari. Penyediaan tanah ini harus

memperhatikan aspek letak yang strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat

sehingga pemanfaatannya bisa maksimal didapatkan oleh masyarakat.

10. Menurut Struktur Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau, di Kabupaten Rokan Hilir, secara

makro diperlukan penataan sistem pusat-pusat permukiman perkotaan dan

pengembangan simpul-simpul kegiatan transportasi internasional, berupa pelabuhan

laut dan bandar udara sebagai simpul koleksi-distribusi yang mampu menciptakan

hubungan langsung ke jaringan perkotaan poros perekonomian dunia. Selain itu,

Ujung Tanjung sebagai ibukota Kabupaten Rokan Hilir dan Bagansiapiapi sebagai

ibukota sementara ditetapkan memiliki jenjang fungsi pusat kegiatan lokal (PKL). Dua

permukiman perkotaan diarahkan sebagai sub pusat kegiatan lokal 1 (Sub PKL 1)

yaitu Bagan Sinembah dan Sinaboi.

11. Untuk pusat kegiatan lokal (PKL) yang berlokasi di pesisir dapat dilengkapi fasilitas

pelabuhan laut dengan kelas fungsi Pelabuhan Utama Tersier dan pelabuhan

Page 101: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 17

penyeberangan. Untuk PKL yang berlokasi di pinggiran sungai dapat dikembangkan

pelabuhan sungai. Pengembangan bandar udara pada PKL perlu disesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi wilayah dengan kelas fungsi Pusat Penyebaran Tersier atau

lebih bawah.

5.1.6 Mewujudkan masyarakat yang memiliki jati diri yang berdedikasi dan terpuji

dengan Budaya Melayu sebagai ruhnya

1. Memasyarakatkan Budaya Melayu melalui pendidikan di sekolah-sekolah; publikasi

melalui penerbitan buku, media cetak, dan elektronik, penyelenggaraan acara seni dan

budaya, dan aplikasi dalam arsitektur gedung dan lingkungan. Penerapan Budaya

Melayu di tengah masyarakat harus memperhatikan adat yang bersendikan syara’,

syara’ bersendikan Kitabullah di mana Islam menjadi pilar utamanya.

2. Memasyarakatkan nilai-nilai mulia yang terdapat dalam tunjuk ajar Melayu seperti

jujur, amanah, sopan santun, kerja keras, cerdik, dan sifat mulia lainnya ke dalam

setiap lapisan kehidupan, baik di masyarakat, pemerintahan, maupun dalam

perdagangan dan aktivitas lainnya, sehingga Budaya Melayu tidak hanya terwujud

dalam simbol, tapi juga menjadi ruh dan motivasi dalam menjalankan pembangunan.

3. Menghidupkan semua sisi kebudayaan dalam Budaya Melayu termasuk dalam hal

etika (perilaku, nilai, dan norma), estetika (kesenian, tarian, pola gambar dan ukiran),

ilmu pengetahuan (teknologi, arsitektur), sastera (buku, puisi, sajak) dan aspek budaya

lainnya.

4. Menyediakan anggaran yang proporsional untuk mewujudkan masyarakat yang

berbudaya Melayu.

5.1.7 Mewujudkan masyarakat yang bertaqwa

1. Memajukan pendidikan agama di sekolah yang diarahkan untuk memperdalam

pengetahuan agama, membentuk sikap dan perilaku mulia di dalam kehidupan sehari-

hari sesuai dengan tuntunan agama, dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha

Esa sebagai landasan semua amal dan perbuatan.

Page 102: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 18

2. Memajukan dan merangsang program pembinaan keagamaan pada semua lapisan

masyarakat, aparatur pemerintah, anak-anak, dan pemuda melalui pengajian,

pelatihan, perkemahan anak-anak dan pemuda, bimbingan intensif, dan diskusi

sehingga pengetahuan agama dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari menjadi

nyata.

3. Mengaplikasikan nilai positif dan mulia dari agama ke dalam kehidupan sehari-hari

baik di lingkungan masyarakat, aktivitas pekerjaan, maupun dalam menjalankan

pemerintahan sehingga bisa menjadi tenaga pendorong dan motivasi untuk

mensukseskan pembangunan.

4. Memajukan dan membantu kegiatan-kegiatan keagamaan, lembaga pendidikan

agama, dan institusi keagamaan dalam menjalankan dakwah dan bimbingan pada

masyarakat.

5. Menangkal pengaruh negatif dari globalisasi dan teknologi informasi terhadap nilai-

nilai dan norma-norma yang tidak sesuai dengan akhlak dan ajaran agama dengan

mempersiapkan perangkat hukum, pengawasan, pembinaan, dan sanksi sehingga

kehidupan masyarakat terlindungi dari pengaruh yang tidak baik.

6. Memajukan ekonomi syari’ah dengan mendukung program lembaga ekonomi umat

seperti lembaga amil zakat, baitul mal wattamwil (BMT), dan perbankan syari’ah yang

turut membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menggiatkan

perekonomian masyarakat.

7. Menyediakan anggaran yang proporsional untuk mewujudkan masyarakat yang

beriman dan bertaqwa.

Page 103: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 19

Page 104: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 20

Page 105: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan

Tabel Tabel II C.49 Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Visi Misi /Sub misi Sasaran Pokok

Arah Kebijakan Pembangunan

Uraian Indikator dan Target

Terwujudnya masyarakat Rokan Hilir

yang sejahtera,

bermarwah dan

bertaqwa dengan

dukungan agribisnis

yang tangguh

tahun 2025

Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing

Pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; peningkatan akses, pemerataan, relevansi dan mutu layanan pendidikan dasar, peningkatan kualitas dan daya saing tenaga kerja menuju persaingan global, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, peningkatan partisipasi masyarakat disegala bidang.

IPM 1 Peningkatan kualitas sumber daya manusia

APM/SD,SMP dan SMU 2

Penyediaan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau disertai dengan pembebasan biaya pendidikan.

Usia Harapan Hidup 3

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

AKB dan AKI 4

Peningkatan kualitas hidup, perpanjangan harapan hidup, penurunan angka kematian ibu dan anak, pengaturan kelahiran, dan perencanaan keluarga sejahtera

Angka DBD dan Malaria 5

Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam masalah kesehatan yang biayanya lebih kecil dan lebih efektif dibandingkan upaya pengobatan.

Jumlah Puskemas 6 Peningkatan akses, pemerataan dan mutu terhadap layanan sosial dasar

TPAK 7 Peningkatan Kualitas tenaga kerja yang memiliki daya saing global

Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan 8 Pengendalian Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk

APK 9 Pemerataan pendidikan dan menurunkan kesenjangan pelayanan pendidikan

Page 106: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan

10

Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

Rata rata anak lama sekolah 11 Peningkatan mutu pendidikan, baik pada sekolah negeri maupun sekolah swasta

Angka Penggauran(TPP dan TPAK) 12 Pengembangan pendidikan wirausaha dan politeknik sehingga mampu mendorong teriptanya wirausaha

Angka Melek Huruf 13 Peningkatan perpustakaan umum dan menghidupkan kegiatan membaca di kalangan masyarakat

Rasio Guru dengan Murid 14 Peningkatan kesejahteraan guru atau pendidik,

APK dan APM 15 Pengembangan sistem informasi dan manajemen pendidikan modern

16 Pengembangan program pembinaan khusus untuk pemuda

Prestasi Olah Raga 17 Pembangunan keolahragaan

TPT dan TPAK 18 Peningkatan peran dunia usaha dan industri untuk menempatkan posisi tenaga kerja

19 Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja dengan memprogramkan pendidikan dan pelatihan

Angka Kemiskinan 20 Pengentasan kemiskinan secara berterusan, terencana, terstruktur, dan terukur

21 Pembangunan hukum diselenggarakan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat penegak hukum

konfilk soisal dan keagamaan 22 Peningkatan kerukunan hidup berdampingan antar masyarakat

PMKS 23 Pembangunan rehabilitasi sosial

Page 107: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan

Memajukan perekonomian dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dengan agribisnis sebagai tulang punggungnya

Memperkuat perekonomian berbasis agribisnis menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, pelayanan, dan jasa; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan;

PDRB dan Pertumbuhan PDRB 1

Pembangunan bidang ekonomi di arahkan pada upaya penyediaan berbagai fasilitas infrastruktur yang lebih memadai baik secara kualitas maupun kuantitas

PDRB dan Pertumbuhan PDRB, Jumlah Investasi 2

Perluasan akses terhadap sumber permodalan, meningkatkan kemampuan menyerap dan mengaplikasikan teknologi yang mampu menciptakan nilai tambah (added value)

Pendapatan Perkapita dan Inflasi 3

Peningkatan pembangunan bidang ekonomi lebih terarah, efisien, efektif dan sinkron dengan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten,

Jumlah Koperasi dan UMKM 4 Sektor usaha kecil yang berbasis masyarakat,

Pendapatan Perkapita Penduduk 5 Pembangunan ekonomi kerakyatan

Jumlah Koperasi dan UMKM 6 Pembinaan pedagang kaki lima dan usaha perdagangan masyarakat

Kunjungan Wisatawan 7 Pembangunan bidang kepariwisataan

Kontribusi Pertanian Terhadap PDRB 8 Pembangunan pertanian sub-sektor tanaman pangan

Luas Panen 9 Pembagunan jaringan irigasi

Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB 10 Pengembangan sub-sektor perkebunan

Kontribusi Perikanan terhadap PDRB 11 Pembangunan sub-sektor perikanan

12 Pencegahan degradasi aliran sungai-sungai

Produksi Perikanan Tangkap 13 Peningkatan akses permodalan dan kemampuan memiliki dan mengoperasikan armada perikanan dan alat tangkap

Produksi Perikanan Tangkap 14 Peningkatan jumlah dan mutu armada perikanan dan alat tangkap

Produksi Perikanan Tangkap 15 Peningkatan sarana dan prasarana bagi petugas lapangan pencegahan pencurian ikan (ilegal fishing)

Produksi Perikanan Tangkap 16 Peningkatan produksi perikanan tangkap

Produksi Perikanan Tangkap 17 Peningkatan bimbingan teknologi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Page 108: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan

Produksi Perikanan Darat 18 Pengembangan sektor perikanan budidaya

Produksi Padi 19 Pengembangan kawasan sentra produksi padi

Nilai ekspor dan Nilai Investasi 20 Pengembangan Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR) IMS-GT dan IMT-GT

Produksi Pertanian dan Perkebunan 21 Pengembangan daerah transmigrasi menjadi daerah sentra produksi hasil pertanian dan perkebunan.

Produksi Perternakan 22 Pembangunan sub-sektor peternakan

Nilai dan Kontribusi kehutanan terhadap PDRB 23 Pembangunan sektor kehutanan

Nilai Perdangan dan Jasa terhadap PDRB 24 Pembangunan bidang perdagangan/jasa

Jumlah Koperasi dan UMKM 25 Pembangunan bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

Jumlah IMK dan rumah Tangga 26

Pembangunan bidang industri menitikberatkan pada industri skala kecil, menengah dan rumah tangga, di sentra atau kantong-kantong industri yang berbasis pertanian dan komponen lokal

Mewujudkan pemerintah dan pengelolaan pemerintahan yang handal

membangun sistem kepemerintahan yang baik, aparatur yang berkualitas, bersih, akuntabel, berwibawa, dan bertanggung jawab yang mampu memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.

Pelayanan Satu Atap (Ada atau Tidak) 1 Peningkatan kinerja dan profesionalisme aparatur pemerintah

Jumlah Dinas yang mempuyai SPM 2

Peningkatan kualitas dalam melayani kebutuhan masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan menerapkan standar pelayanan minimum pada semua bidang

Sistem Informasi (ada atau tidak) 3

Penataan sistem administrasi dan manajemen pemerintahan menggunakan sistem teknologi informasi (IT) dan sistem informasi geografis (GIS) yang efisien, efektif, dan akurat.

Sistem Informasi (ada atau tidak) 4 Penerapan sistem informasi kependudukan sehingga administrasi kependudukan yang handal

Menyediakan infrastruktur daerah dan mewujudkan lingkungan alam yang lestari

membangun infrastruktur kebutuhan masyarakat yang sesuai prioritas dan efisien serta mengelola pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

Panjang Jalan Kondisi Baik dan Rusak 1

Pengembangan jaringan jalan untuk meningkatkan aksessibilitas, mendorong perkembangan kegiatan ekonomi wilayah, dan untuk membuka isolasi daerah.

Jumlah terminal dan pelabuhan 2 Pengembangan sistem transportasi laut

Page 109: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan

dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan masa kini dan masa depan melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi.

Tersedianya Bandara (Ada atau tidak) 3 Pengembangan bandara di Tanah Merah sebagai Bandara Pusat Penyebaran Tersier

Rasio electrifikasi 4 Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan energi listrik dan bahan bakar,

Perda Tata Ruang (Ada atu tidak) 5 Penataan ruang wilayah kabupaten Rokan Hilir

Rasio penggunan air bersih 6 Pemanfaatan dan konservasi sumberdaya air tanah

Jumlah Kerusakan lingkungan 7 Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

Jumalah TPA dan TPS 8 Penataan pengelolaan sampah di daerah perkotaan secara terpadu

Rasio RTH 9 Penyediaan taman kota, ruang terbuka hijau, dan tempat rekreasi untuk daerah perkotaan

Jumalah Terminal, Panjang jalan, Pelabuhan dan Jembatan

10

Penataan sistem pusat-pusat permukiman perkotaan dan pengembangan simpul-simpul kegiatan transportasi internasional, berupa pelabuhan laut dan bandar udara sebagai simpul koleksi-distribusi yang mampu menciptakan hubungan langsung ke jaringan perkotaan poros perekonomian dunia

Jumlah pelabuahan dan Peyeberangan 11

Penataan pusat kegiatan lokal (PKL) di pesisir yang dilengkapi fasilitas pelabuhan laut dengan kelas fungsi Pelabuhan utama tersier dan pelabuhan penyeberangan

Mewujudkan masyarakat yang bermarwah, berdedikasi dan terpuji dengan Budaya Melayu sebagai ruhnya

Pembangunan masyarakat Rokan Hilir memiliki harkat dan martabat, mampu duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan masyarakat di daerah-daerah lain; selain itu memasyarakatkan nilai-nilai mulia yang terdapat dalam tunjuk ajar Melayu seperti jujur, amanah, sopan santun, kerja keras, cerdik, dan sifat mulia lainnya ke dalam setiap lapisan kehidupan, baik di masyarakat, pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan aktivitas lainnya, sehingga Budaya

Persentase LAM terhadap Kecamatan 1 Memasyarakatkan Budaya Melayu melalui pendidikan di sekolah-sekolah

Persentase LAM terhadap Kecamatan 2

Memasyarakatkan nilai-nilai mulia yang terdapat dalam tunjuk ajar Melayu seperti jujur, amanah, sopan santun, kerja keras, cerdik, dan sifat mulia lainnya ke dalam setiap lapisan kehidupan, baik di masyarakat, pemerintahan, maupun dalam perdagangan dan aktivitas lainnya

Page 110: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan

Melayu tidak hanya terwujud dalam simbol, tapi juga menjadi ruh dan motivasi dalam menjalankan pembangunan

Persentase LAM terhadap Kecamatan 3

Menghidupkan semua sisi kebudayaan dalam Budaya Melayu termasuk dalam hal etika (perilaku, nilai, dan norma), estetika (kesenian, tarian, pola gambar dan ukiran), ilmu pengetahuan (teknologi, arsitektur), sastera (buku, puisi, sajak) dan aspek budaya lainnya

Jumlah anggaran program kebudayaan 4 Menyediakan anggaran yang proporsional untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya Melayu

Mewujudkan masyarakat yang bertaqwa

Peningkatan pengetahuan agama, membentuk sikap dan perilaku mulia di dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan agama, dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan semua amal; dan mengaplikasikan nilai positif dan mulia dari agama ke dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan masyarakat, aktivitas pekerjaan, maupun dalam menjalankan pemerintahan sehingga bisa menjadi tenaga pendorong dan motivasi untuk mensukseskan pembangunan

Jumlah tempat ibadah 1 Memajukan pendidikan agama

Jumlah tempat ibadah 2 Memajukan dan merangsang program pembinaan keagamaan pada semua lapisan masyarakat

Jumlah tempat ibadah 3

Mengaplikasikan nilai positif dan mulia dari agama ke dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan masyarakat, aktivitas pekerjaan, maupun dalam menjalankan pemerintahan

Jumlah tempat ibadah 4

Memajukan dan membantu kegiatan-kegiatan keagamaan, lembaga pendidikan agama, dan institusi keagamaan dalam menjalankan dakwah dan bimbingan pada masyarakat

Angka kriminalitas 5

Menangkal pengaruh negatif dari globalisasi dan teknologi informasi terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang tidak sesuai dengan akhlak dan ajaran agama

Jumlah lembaga Keuangan syaria'ah 6

Memajukan ekonomi syari’ah dengan mendukung program lembaga ekonomi umat seperti lembaga amil zakat, baitul mal wattamwil (BMT)

Jumlah anggaran program Keagamaan 7 Penyediaan anggaran yang proporsional untuk mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertaqwa.

Page 111: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 27

5.2. Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana disebut di atas, pembangunan jangka panjang

membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan

jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan

yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan skala

prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua itu harus berkesinambungan dari periode

ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang.

Setiap sasaran pokok dalam tujuh misi pembangunan jangka panjang dapat ditetapkan prioritasnya

dalam masing-masing tahapan. Prioritas masing-masing misi ini dapat diperas kembali menjadi

prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas

dasar tersebut, tahapan dan skala prioritas utama dapat disusun sebagai berikut:

5.2.1. Tahapan Pembangunan Lima Tahun I (RPJMD ke 1)

Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya, RPJM ke-1 diarahkan

untuk menata kembali dan membangun Rokan Hilir di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan

Rokan Hilir yang sejahtera, bermarwah, dan bertaqwa. Rokan Hilir yang sejahtera ditandai dengan

meningkatnya pendapatan, menurunnya angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas; berkurangnya kesenjangan antarwilayah, termasuk

meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk sumber daya manusia di bidang pertanian dan

kelautan yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan membaiknya

pengelolaan sumber daya alam dan mutu lingkungan hidup.

Kondisi itu dicapai dengan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan iklim yg lebih

kondusif, termasuk membaiknya infrastruktur. Bersamaan dengan itu dilaksanakan revitalisasi

kelembagaan pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki lokasi strategis dan kawasan andalan dalam

bentuk sentra-sentra dan kluster produksi yang sesuai dengan keunggulan masing-masing wilayah.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain, ditandai oleh meningkatnya indeks

pembangunan manusia (IPM) yang diarahkan untuk membangun masyarakat yang berkarakter cerdas,

adil dan beradab, tangguh, kompetitif, dan bermoral yang dicirikan dengan watak dan perilaku

masyarakat yang beragama, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

berbudi luhur, toleran terhadap keberagaman, bergotong-royong, patriotik, dinamis, dan berorientasi

iptek; meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan;

Page 112: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 28

meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak; dan mengendalikan jumlah dan

laju pertumbuhan penduduk.

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan didukung oleh meningkatnya kesadaran

masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup dan menyadari keadaan wilayah yang rawan bencana

sehingga makin peduli dan antisipatif.

Terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa yang berdasarkan hukum, serta

birokrasi yang profesional dan netral. Diharapkan dengan tata kepemerintahan yang baik ini akan

menjadi pengelola pembangunan yang baik sehingga agenda-agenda pembanguna pada periode

pembangunan berikutnya bisa terlaksana dengan efektif dan efisien.

5.2.2. Tahapan Pembangunan Lima Tahun II (RPJMD ke 2)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, RPJM ke-2 ditujukan

untuk lebih memantapkan penataan kembali Rokan Hilir di segala bidang dengan menekankan upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi

serta penguatan daya saing perekonomian. Selanjutnya, kualitas pelayanan publik yang lebih murah,

cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar

pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah.

Kesejahteraan rakyat terus meningkat ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan

sumber daya manusia, antara lain meningkatnya pendapatan per kapita; menurunnya angka

kemiskinan dan tingkat pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas disertai

dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat yang

didukung dengan pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang mantap; meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh

kembang optimal, kesejahteraan, dan perlindungan anak; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan

antardaerah; dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di daerah potensial di tempat

terpencil.

Daya saing perekonomian meningkat melalui penguatan agribisnis termasuk usaha hulu dan hilir yang

sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian, perkebunan, dan peningkatan pembangunan

kelautan dan sumber daya alam lainnya secara terpadu serta meningkatnya pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja

sama antara pemerintah dan dunia usaha; peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; serta

Page 113: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 29

penataan kelembagaan ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan

perekonomian.

Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan

peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan

konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif

masyarakat; terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya

yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, serta pendapatan daerah pada masa yang akan

datang; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua

sektor.

Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi

pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan

terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

5.2.2. Tahapan Pembangunan Lima Tahun III (RPJMD ke 3)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-2, RPJM ke-3 ditujukan

untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan

pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan

sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Bersamaan dengan itu kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan

berkembang makin mantap serta profesionalisme aparatur negara di Rokan Hilir makin mampu

mendukung pembangunan daerah.

Kesejahteraan rakyat terus membaik, dan merata yang didorong oleh meningkatnya pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia terus membaik ditandai oleh meningkatnya

kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis keunggulan lokal dan didukung oleh

manajemen pelayananan pendidikan yang efisien dan efektif; meningkatnya derajat kesehatan dan

status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal,

serta kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang; dan

mantapnya budaya dan karakter masyarakat Rokan Hilir.

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap dicerminkan oleh terjaganya daya

dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial dan

Page 114: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 30

ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari; terus membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan

sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan didukung

oleh meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat; serta semakin mantapnya

kelembagaan dan kapasitas penataan ruang di seluruh wilayah Indonesia.

Daya saing perekonomian Rokan Hilir semakin kuat dan kompetitif dengan semakin terpadunya

agribisnis beserta usaha hulu dan hilirnya dengan pertanian, perkebunan, kelautan dan sumber daya

alam lainnya secara berkelanjutan; terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh

mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha, makin selarasnya pembangunan pendidikan, ilmu

pengetahuan dan teknologi dan industri serta terlaksananya penataan kelembagaan ekonomi untuk

mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas, penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat

dalam kegiatan perekonomian.

Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang ditandai oleh berkembangnya

jaringan infrastruktur transportasi; terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai

kebutuhan sehingga elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat tercapai, terwujudnya

konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan

pengembangan sumber daya air serta terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan

dasar masyarakat.

Selain itu, pengembangan infrastruktur perdesaan akan terus dikembangkan, terutama untuk

mendukung pembangunan pertanian. Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat.

Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

5.2.3. Tahapan Pembangunan Lima Tahun IV (RPJMD ke 4)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-3, RPJM ke-4 ditujukan

untuk mewujudkan masyarakat Rokan Hilir yang sejahtera, bermarwah dan bertaqwa dengan

dukungan agribisnis yang tangguh melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan

menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif

wilayah yang didukung oleh SDM yang berkualitas dan berdaya saing.

Terwujudnya masyarakat sipil, masyarakat politik, dan masyarakat ekonomi yang mandiri.

Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh makin tinggi dan meratanya tingkat

pendapatan masyarakat; mantapnya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, antara

Page 115: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 31

lain ditandai oleh meningkat dan meratanya akses, tingkat kualitas, dan relevansi pendidikan seiring

dengan makin efisien dan efektifnya manajemen pelayanan pendidikan; meningkatnya kemampuan

Iptek; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya tumbuh kembang

optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak; dan terwujudnya kesetaraan gender; bertahannya

kondisi dan penduduk tumbuh seimbang.

Sumber daya manusia Rokan Hilir diharapkan berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,

bermoral yang dicirikan dengan watak dan perilaku yang beragama, beriman, dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran terhadap keberagaman, bergotong royong, patriotik,

dinamis dan berorientasi Iptek. Kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat makin mantap

dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga

kenyamanan dan kualitas kehidupan sehingga masyarakat mampu berperan sebagai penggerak bagi

konsep pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

Struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai dengan daya saing perekonomian yang

kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara industri (agroindustri), pertanian, perkebunan,

kelautan dan sumber daya alam, dan sektor jasa. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun,

tertata, serta berfungsi dengan baik. Kondisi itu didukung oleh keterkaitan antara pelayanan

pendidikan, dan kemampuan Iptek yang makin maju sehingga mendorong perekonomian yang efisien

dan produktivitas yang tinggi. Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan

berkesinambungan dapat dicapai sehingga pendapatan per kapita Rokan Hilir pada tahun 2025

mencapai rata-rata pendapatan per kapita Provinsi Riau.

Kondisi sejahtera makin terwujud dengan tercapainya elektrifikasi perdesaan dan elektrifikasi rumah

tangga; serta terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

pendukung bagi seluruh masyarakat sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh. Dalam rangka

memantapkan pembangunan yang berkelanjutan, keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya

alam terus dipelihara dan dimanfaatkan untuk terus mempertahankan nilai tambah dan daya saing

serta meningkatkan modal pembangunan pada masa yang akan datang.

Page 116: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 32

Tabel - II. C.50 Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang

Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan

Indikator

Kondisi Awal

Kinerja Pembangu

nan

Target Kondisi Akhir

Kinerja Pembangu

nan Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

Pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; peningkatan akses, pemerataan, relevansi dan mutu layanan pendidikan dasar, peningkatan kualitas dan daya saing tenaga kerja menuju persaingan global, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, peningkatan partisipasi masyarakat disegala bidang.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia

IPM

Penyediaan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau disertai dengan pembebasan biaya pendidikan.

APM/SD,SMP dan SMU

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Usia Harapan Hidup

Peningkatan kualitas hidup, perpanjangan harapan hidup, penurunan angka kematian ibu dan anak, pengaturan kelahiran, dan perencanaan keluarga sejahtera

AKB dan AKI

Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam masalah kesehatan yang biayanya lebih kecil dan lebih efektif dibandingkan upaya pengobatan.

Angka DBD dan Malaria

Peningkatan akses, pemerataan dan mutu terhadap layanan sosial dasar

Jumlah Puskemas

Peningkatan Kualitas tenaga kerja yang memiliki daya saing global

TPAK

Pengendalian Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk

Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan

Pemerataan pendidikan dan menurunkan kesenjangan pelayanan pendidikan

APK

Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

Peningkatan mutu pendidikan, baik pada sekolah negeri maupun sekolah swasta

Rata rata anak lama sekolah

Pengembangan pendidikan wirausaha dan politeknik sehingga mampu mendorong teriptanya wirausaha

Angka Penggauran(TPP dan TPAK)

Page 117: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 33

Peningkatan perpustakaan umum dan menghidupkan kegiatan membaca di kalangan masyarakat

Angka Melek Huruf

Peningkatan kesejahteraan guru atau pendidik,

Rasio Guru dengan Murid

Pengembangan sistem informasi dan manajemen pendidikan modern

APK dan APM

Pengembangan program pembinaan khusus untuk pemuda

Pembangunan keolahragaan Prestasi Olah Raga

Peningkatan peran dunia usaha dan industri untuk menempatkan posisi tenaga kerja

TPT dan TPAK

Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja dengan memprogramkan pendidikan dan pelatihan

Pengentasan kemiskinan secara berterusan, terencana, terstruktur, dan terukur

Angka Kemiskinan

Pembangunan hukum diselenggarakan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat penegak hukum

Peningkatan kerukunan hidup berdampingan antar masyarakat

konfilk soisal dan keagamaan

Pembangunan rehabilitasi sosial PMKS

Memperkuat perekonomian berbasis agribisnis menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, pelayanan, dan jasa; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan

Pembangunan bidang ekonomi di arahkan pada upaya penyediaan berbagai fasilitas infrastruktur yang lebih memadai baik secara kualitas maupun kuantitas

PDRB dan Pertumbuhan PDRB

Perluasan akses terhadap sumber permodalan, meningkatkan kemampuan menyerap dan mengaplikasikan teknologi yang mampu menciptakan nilai tambah (added value)

PDRB dan Pertumbuhan PDRB, Jumlah Investasi

Peningkatan pembangunan bidang ekonomi lebih terarah, efisien, efektif dan sinkron dengan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten,

Pendapatan Perkapita dan Inflasi

Sektor usaha kecil yang berbasis masyarakat,

Jumlah Koperasi dan UMKM

Pembangunan ekonomi kerakyatan

Pendapatan Perkapita Penduduk

Pembinaan pedagang kaki lima dan usaha perdagangan masyarakat

Jumlah Koperasi dan UMKM

Pembangunan bidang kepariwisataan

Kunjungan Wisatawan

Pembangunan pertanian sub-sektor tanaman pangan

Kontribusi Pertanian Terhadap PDRB

Pembagunan jaringan irigasi Luas Panen

Page 118: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 34

Pengembangan sub-sektor perkebunan

Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB

Pembangunan sub-sektor perikanan

Kontribusi Perikanan terhadap PDRB

Pencegahan degradasi aliran sungai-sungai

Peningkatan akses permodalan dan kemampuan memiliki dan mengoperasikan armada perikanan dan alat tangkap

Produksi Perikanan Tangkap

Peningkatan jumlah dan mutu armada perikanan dan alat tangkap

Produksi Perikanan Tangkap

Peningkatan sarana dan prasarana bagi petugas lapangan pencegahan pencurian ikan (ilegal fishing)

Produksi Perikanan Tangkap

Peningkatan produksi perikanan tangkap

Produksi Perikanan Tangkap

Peningkatan bimbingan teknologi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produksi Perikanan Tangkap

Pengembangan sektor perikanan budidaya

Produksi Perikanan Darat

Pengembangan kawasan sentra produksi padi

Produksi Padi

Pengembangan Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR) IMS-GT dan IMT-GT

Nilai ekspor dan Nilai Investasi

Pengembangan daerah transmigrasi menjadi daerah sentra produksi hasil pertanian dan perkebunan.

Produksi Pertanian dan Perkebunan

Pembangunan sub-sektor peternakan

Produksi Perternakan

Pembangunan sektor kehutanan Nilai dan Kontribusi kehutanan

terhadap PDRB

Pembangunan bidang perdagangan/jasa

Nilai Perdangan dan Jasa terhadap PDRB

Pembangunan bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

Jumlah Koperasi dan UMKM

Pembangunan bidang industri menitikberatkan pada industri skala kecil, menengah dan rumah tangga, di sentra atau kantong-kantong industri yang berbasis pertanian dan komponen lokal

Jumlah IMK dan rumah Tangga

Membangun sistem kepemerintahan yang baik, aparatur yang berkualitas, bersih, akuntabel, berwibawa, dan bertanggung jawab yang mampu memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.

Peningkatan kinerja dan profesionalisme aparatur pemerintah

Pelayanan Satu Atap (Ada atau Tidak)

Peningkatan kualitas dalam melayani kebutuhan masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan menerapkan standar pelayanan minimum pada semua bidang

Jumlah Dinas yang mempuyai SPM

Penataan sistem administrasi dan manajemen pemerintahan menggunakan sistem teknologi informasi (IT) dan sistem

Sistem Informasi (ada atau tidak)

Page 119: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 35

informasi geografis (GIS) yang efisien, efektif, dan akurat.

Penerapan sistem informasi kependudukan sehingga administrasi kependudukan yang handal

Sistem Informasi (ada atau tidak)

Membangun infrastruktur kebutuhan masyarakat yang sesuai prioritas dan efisien serta mengelola pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan masa kini dan masa depan melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi.

Pengembangan jaringan jalan untuk meningkatkan aksessibilitas, mendorong perkembangan kegiatan ekonomi wilayah, dan untuk membuka isolasi daerah.

Panjang Jalan Kondisi Baik dan Rusak

Pengembangan sistem transportasi laut

Jumlah terminal dan pelabuhan

Pengembangan bandara di Tanah Merah sebagai Bandara Pusat Penyebaran Tersier

Tersedianya Bandara (Ada atau tidak)

Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan energi listrik dan bahan bakar,

Rasio electrifikasi

Penataan ruang wilayah kabupaten Rokan Hilir

Perda Tata Ruang (Ada atu tidak)

Pemanfaatan dan konservasi sumberdaya air tanah

Rasio penggunan air bersih

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

Jumlah Kerusakan lingkungan

Penataan pengelolaan sampah di daerah perkotaan secara terpadu

Jumalah TPA dan TPS

Penyediaan taman kota, ruang terbuka hijau, dan tempat rekreasi untuk daerah perkotaan

Rasio RTH

Penataan sistem pusat-pusat permukiman perkotaan dan pengembangan simpul-simpul kegiatan transportasi internasional, berupa pelabuhan laut dan bandar udara sebagai simpul koleksi-distribusi yang mampu menciptakan hubungan langsung ke jaringan perkotaan poros perekonomian dunia

Jumalah Terminal, Panjang jalan, Pelabuhan dan Jembatan

Penataan pusat kegiatan lokal (PKL) di pesisir yang dilengkapi fasilitas pelabuhan laut dengan kelas fungsi Pelabuhan utama tersier dan pelabuhan penyeberangan

Jumlah pelabuahan dan Peyeberangan

Pembangunan masyarakat Rokan Hilir memiliki harkat dan martabat, mampu duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan masyarakat di daerah-daerah lain; selain itu memasyarakatkan nilai-nilai mulia yang terdapat dalam tunjuk ajar Melayu seperti jujur, amanah, sopan santun, kerja keras, cerdik, dan sifat mulia lainnya ke dalam setiap lapisan kehidupan, baik di masyarakat, pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan aktivitas lainnya, sehingga Budaya Melayu tidak hanya terwujud dalam simbol, tapi juga menjadi ruh dan motivasi dalam menjalankan pembangunan

Memasyarakatkan Budaya Melayu melalui pendidikan di sekolah-sekolah

Persentase LAM terhadap Kecamatan

Page 120: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Arah Kebijakan 36

Memasyarakatkan nilai-nilai mulia yang terdapat dalam tunjuk ajar Melayu seperti jujur, amanah, sopan santun, kerja keras, cerdik, dan sifat mulia lainnya ke dalam setiap lapisan kehidupan, baik di masyarakat, pemerintahan, maupun dalam perdagangan dan aktivitas lainnya

Persentase LAM terhadap Kecamatan

Menghidupkan semua sisi kebudayaan dalam Budaya Melayu termasuk dalam hal etika (perilaku, nilai, dan norma), estetika (kesenian, tarian, pola gambar dan ukiran), ilmu pengetahuan (teknologi, arsitektur), sastera (buku, puisi, sajak) dan aspek budaya lainnya

Persentase LAM terhadap Kecamatan

Menyediakan anggaran yang proporsional untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya Melayu

Jumlah anggaran program kebudayaan

Peningkatan pengetahuan agama, membentuk sikap dan perilaku mulia di dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan agama, dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan semua amal; dan mengaplikasikan nilai positif dan mulia dari agama ke dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan masyarakat, aktivitas pekerjaan, maupun dalam menjalankan pemerintahan sehingga bisa menjadi tenaga pendorong dan motivasi untuk mensukseskan pembangunan

Memajukan pendidikan agama Jumlah tempat ibadah

Memajukan dan merangsang program pembinaan keagamaan pada semua lapisan masyarakat

Jumlah tempat ibadah

Mengaplikasikan nilai positif dan mulia dari agama ke dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan masyarakat, aktivitas pekerjaan, maupun dalam menjalankan pemerintahan

Jumlah tempat ibadah

Memajukan dan membantu kegiatan-kegiatan keagamaan, lembaga pendidikan agama, dan institusi keagamaan dalam menjalankan dakwah dan bimbingan pada masyarakat

Jumlah tempat ibadah

Menangkal pengaruh negatif dari globalisasi dan teknologi informasi terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang tidak sesuai dengan akhlak dan ajaran agama

Angka kriminalitas

Memajukan ekonomi syari’ah dengan mendukung program lembaga ekonomi umat seperti lembaga amil zakat, baitul mal wattamwil (BMT)

Jumlah lembaga Keuangan syaria'ah

Penyediaan anggaran yang proporsional untuk mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertaqwa.

Jumlah anggaran program Keagamaan

Page 121: BAB I. PENDAHULUAN - bappeda.rohilkab.go.idbappeda.rohilkab.go.id/wp-content/uploads/2015/11/RPJP.pdf · program strategis nasional dan provinsi. 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan

Kaidah Pelaksanaan 1

BAB VI.

KAIDAH PELAKSANAAN

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Rokan Hilir

Tahun 2005-2025 merupakan dokumen perencanaan, sebagai landasan bagi

pelaksanaan pembangunan Kabupaten Rokan Hilir 20 tahun ke depan.

2. Implementasi RPJPD dalam pembangunan daerah dilaksanakan melalui Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) secara berkesinambungan.

3. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan akan sangat tergantung pada komitmen

dan peran serta aktif stakeholders pembangunan Kabupaten Rokan Hilir yakni

pemerintah, masyarakat, dan pelaku ekonomi guna menjamin terwujudnya visi dan

misi Kabupaten Rokan Hilir yang telah ditetapkan sesuai kesepakatan bersama.

4. Pelaksanaan pembangunan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kabupaten Rokan Hilir yang berlandaskan iman dan taqwa.