bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang...

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak anak manusia pertama lahir, orang tua telah berusaha mendidik anak-anaknya, walaupun usaha pendidkan yang dilakukannya dengan cara yang sangat sederhana sesuai dengan skala peradabannya. Hal ini dilakukan karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai kedewasaan pola pikir dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam ilmu pendidikan perlu dipelajari tentang psikologi pendidikan. Manusia memiliki potensi jiwa dan raga untuk menopang kehidupannya. Bidang psikologi pendidikan salah satu bidangnya mengkaji perilaku-perilaku kejiwaan setiap individu dalam memanfaatkan fungsi-fungsi kejiwaan yang dimilikinya untuk menunjang kepentingan kehidupannya. Fungsi-fungsi psikis yang dimiliki manusia merupakan aspek penting yang harus dipahami dalam rangka menganalisis dan mendeteksi dini potensi yang dimilki serta dijadikan dasar untuk melejitkan kemampuan mental, kognitif, fisiologis untuk mencapai tujuan-tujuan manusia dalam kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sesamanya, baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan seluruh pranata sosial yang ada di masyarakat. Keluasan pola aktivitas manusia dalam berinteraksi memerlukan penyesuaian-penyesuaian dalam aspek psikis/mental untuk memudahkan dalam berinteraksi dengan yang lain. Memahami pola interaksi yang terikat norma-norma, aturan-aturan, nilai- nilai yang ada dalam sistem sosial serta penuh kesadaran secara mental akan memudahkan terwujudnya pola hubungan masyarakat yang tertib, teratur,

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak anak manusia pertama lahir, orang tua telah berusaha mendidik

anak-anaknya, walaupun usaha pendidkan yang dilakukannya dengan cara

yang sangat sederhana sesuai dengan skala peradabannya. Hal ini dilakukan

karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai

dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

kedewasaan pola pikir dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam ilmu

pendidikan perlu dipelajari tentang psikologi pendidikan.

Manusia memiliki potensi jiwa dan raga untuk menopang kehidupannya.

Bidang psikologi pendidikan salah satu bidangnya mengkaji perilaku-perilaku

kejiwaan setiap individu dalam memanfaatkan fungsi-fungsi kejiwaan yang

dimilikinya untuk menunjang kepentingan kehidupannya.

Fungsi-fungsi psikis yang dimiliki manusia merupakan aspek penting

yang harus dipahami dalam rangka menganalisis dan mendeteksi dini potensi

yang dimilki serta dijadikan dasar untuk melejitkan kemampuan mental,

kognitif, fisiologis untuk mencapai tujuan-tujuan manusia dalam

kehidupannya.

Manusia sebagai makhluk sosial berhubungan secara langsung maupun

tidak langsung dengan sesamanya, baik antar individu dengan individu,

individu dengan kelompok, individu dengan seluruh pranata sosial yang ada

di masyarakat. Keluasan pola aktivitas manusia dalam berinteraksi

memerlukan penyesuaian-penyesuaian dalam aspek psikis/mental untuk

memudahkan dalam berinteraksi dengan yang lain.

Memahami pola interaksi yang terikat norma-norma, aturan-aturan, nilai-

nilai yang ada dalam sistem sosial serta penuh kesadaran secara mental akan

memudahkan terwujudnya pola hubungan masyarakat yang tertib, teratur,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

2

aman, serta terjaminnya pemenuhan hak dan kewajiban antar warga

mayarakat.

B. Batasan Masalah

Bahasan fungsi psikis memeliki cakupan yang luas maka pembahasan

dalam makalah ini dibatasi pada persepsi, berpikir dan belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

A. Apakah fungsi psikis yaitu persepsi, berpikir dan belajar dalam psikologi

pendidikan ?

B. Apakah interaksi sosial ?

D. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

A. Penjelasan tentang fungsi-fungsi psikis dalam psikologi pendidikan.

B. Penjelasan tentang interaksi sosial.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

3

BAB II.

PEMBAHASAN

A. Fungsi-fungsi Psikis

Fungsi dapat diartikan sebagai kegunaan suatu hal1., sedangkan psikis

berkaitan dengan psike yang dapat diterjemahkan sebagai jiwa; sukma; rohani.2

Jadi fungsi psikis dapat diartikan sebagai kegunaan dari sebuah jiwa; sukma;

rohani yang dimiliki oleh manusia.

Fungsi-fungsi psikis yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu persepsi,

berpikir dan belajar. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Persepsi

Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pemahaman;

penafsiran; tanggapan indrawi; proses untuk mengingat atau

mengidentifikasi sesuatu.3 Persepsi dalam Bahasa Inggris yaitu perception

yang berarti penglihatan; tanggapan, daya menanggapi/memahami.4

Persepsi menurut Bimo Walgito merupakan suatu proses yang

didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya

stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris.

Proses persepsi tidak dapat terlepas dari proses penginderaan, proses

penginderaan merupakan proses pendahuluan dari persepsi. Proses

penginderaan berlangsung setiap individu menerima stimulus melalui alat

indera yaitu seperti mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat

pendengaran, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecap,

kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan.5

Persepsi secara istilah merupakan pengorganisasian, penginterpretasian

terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang

berarti, dan merupakan respon yang integrated. Persepsi sebagai aktivitas

1 https://kbbi.web.id/fungsi. akses 18 November 2018. Pukul 09.00 WIB

2 https://kbbi.web.id/psike. akses 18 November 2018. Pukul 09.10 WIB

3 Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. (Jakarta: PT. Media

Pustaka Phoenix, 2010) h. 655 4 John M. Echols & Shadily, Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 2005) h. 424

5 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, tt) hal. 99

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

4

yang integrated dalam diri individu maka apa yang ada dalam individu akan

ikut aktif dalam persepsi, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena

perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak

sama, sehingga dalam mempersepsi sesuatu stimulus hasil persepsi mungkin

akan berbeda antara individu satu dengan yang lain.6

Persepsi merupakan pengindera yang menghasilkan arti. Semakin

sensitif suatu indera semakin dapat orang membeda-bedakan arti dari

bermacam-macam hal. Arti-arti yang diberikan terhadap penginderaan yang

timbul akibat adanya rangsangan terhadap indera adalah sebagai dasar suatu

persepsi. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman yang sekarang dan yang

lampau dan oleh sikap individu pada waktu itu. Kualitas dan luas persepsi

dipengaruhi oleh keadaan fisik alat-alat panca indera, perhatian, pengalaman

yang lampau. Persepsi tentang situasi tertentu didapat dari bagaimana

pengalaman dan pendidikan individu sebelumnya, rangsangan spesifik yang

menimbulkan alat-alat indera pada waktu itu, interpretasinya.7

Persepsi merupakan proses mendeteksi sebuah stimulus. Makna

persepsi tersebut dikonstruksikan berdasarkan representasi fisik yang ada

dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Manusia memiliki kemampuan

untuk mempersepsi berdasarkan pengetahuan dan harapan, sehingga yang

sudah diketahui mempengaruhi apa yang dapat dipersepsi.8

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

merupakan proses perlakuan individu yaitu pemahaman, penafsiran,

pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa

yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap,

pendapat, dan tingkah laku.

6 Ibid. h. 100

7 Mustakim. Abdul Wahib. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) hal. 83-

84 8 Eva Latipah. Psikologi Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017) hal. 59-61

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

5

2. Berpikir dan Belajar

Berpikir dari kata dasar pikir yang berarti akal budi; ingatan; angan-

angan; berpikir dapat dijelaskan dengan menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam

ingatan.9

Berpikir adalah memproses informasi secara mental atau kognitif, dapat

dijelaskan pula dengan penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik

informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam

long-term memory atau dapat dijelaskan pula sebagai sebuah representasi

simbol dari beberapa peristiwa atau item dalam dunia. 10

Sifat dari berpikir salah satunya adalah goal directed yaitu berpikir

tentang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk

mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir dapat merupakan pemrosesan

informasi dari stimulus yang ada (starting position) sampai pemecahan

masalah (finihing position) atau goal state. Maka berpikir merupakan proses

kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respons. 11

Berpikir merupakan sebuah proses asosiasi. Berpikir merupakan

kegiatan psikis yang dilakukan secara intensif untuk mencari hubungan

antara dua obyek atau lebih; dan hubungan ini dapat dicapai melalui proses

berpikir. Proses berpikir yang dilakukan secara intensif, dan dalam proses

berpikir (memecahkan masalah) seseorang akan mencoba menghubungkan

satu hal dengan hal yang lain sehingga dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. 12

Tiga hal mendasar terkait dengan berpikir yaitu:

a. Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi

diperkirakan dari perilaku;

9

https://kbbi.web.id/pikir. Akses 18 November 2018. Pukul 09.30 WIB 10

Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017) h. 103

11 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010) h. 195

12 Eva Latipah. Psikologi Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017) h. 98

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

6

b. Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi

pengetahuan dalam sistem kognitif;

c. Berpikir diarahkan dalam menghasilkan perilaku yang “memecahkan”

masalah atau diarahkan pada solusi. 13

Enam pola dalam berpikir:

a. Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang-waktu-tempat

tertentu.

b. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa

dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.

c. Berpikir klasifikatoris, yaitu beerpikir mengenai klasifikasi atau

pengaturan menurut kelaskelas tingkat tertentu.

d. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa

atas dasar kemiripannya.

e. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas, dengan

pengertian yang lebih kompleks disertai dengan pembuktian-pembuktian.

f. Berpikir pendek, yaitu berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat,

lebih dangkal, dan sering kali tidak logis. 14

Manusia memiliki akal yang dengannya dapat digunakan untuk

berpikir. Berpikir sangat erat kaitanya dengan tiga hal yaitu pemecahan

masalah (problem solving), kreativitas (creativity), dan berpikir kritis

(critical thinking). 15

Memecahan suatu masalah merupakan istilah dari berpikir itu sendiri,

dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebelumnya maka

proses berpikir untuk memecahkan masalah akan lebih mudah untuk

dilakukan. Strategi pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan memecah

tujuan menjadi beberapa sub tujuan yang lebih kecil hingga dapat diperoleh

tingkat dimana masalah akan dapat dicapai pemecahannya. Selain hal

tersebut dapat dilakukan dengan meperkecil perbedaan antara status saat ini

dalam situasi masalah dan status tujuan. Startegi lain adalah dengan

13

Ibid. h. 98 14

Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan. h. 104-105 15

Eva Latipah. Psikologi Dasar. h. 106

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

7

menganalisis prosedur untuk pemecahan masalah dengan mengatasi

penghalang dari prosedur yang sudah dibuat.

Kreativitas yang terkait dengan berpikir merupakan bentuk

pengaplikasian pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki

sebelumnya dalam situasi yang baru. Unsur kreatifitas muncul dari

pemikiran dapat dilihat dari dua komponen yaitu perilaku baru dan orisinil,

dan hasil yang produktif.

Berpikir kritis dapat berupa pemikiran verbal yaitu memahami dan

mengevaluasi teknik-teknik persuasif yang ditemukan dalam bahasa lisan

dan tulisan; analisis argumen yaitu membedakan alasan-alasan yang

mendukung dan yang tidak mendukung suatu kesimpulan; penalaran

probabilistik yaitu menentukan tingkat kemungkinan dan ketidakpastian

yang diasosiasikan dengan berbagai peristiwa; uji hipotesis yaitu

mengevaluasi nilai dari data dan hasil penelitian dengan menggunakan suatu

metode, serta relevansinya yang memungkinkan dengan kesimpulan yang

relevan. 16

Belajar diartikan dengan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu;

Berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. 17

Belajar didefinisikan sebagai sebuah proses perubahan. Perubahan-

perubahan tersebut bukan hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan

batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi juga

perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu

bukanlah perubahan yang negatif akan tetapi perubahan yang positif, yaitu

perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau kearah perbaikan.18

Belajar didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan individu agar

terjadi perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan

16

Ibid. h. 106-114 17

https://kbbi.web.id/ajar. Akses 18 November 2018. Pukul 09.40 WIB 18

Mustakim. Abdul Wahib. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h.62

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

8

sikap, perolehan perubahan tersebut bukan sebagai akibat kematangan

(maturity).19

Belajar merupakan sebuah proses yang memiliki tiga ciri yaitu

membawa perubahan (dalam arti behavior changes, aktual maupun

potensial); perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan

baru; perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).20

Belajar merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang

memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang

baru; proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi

berdasarkan latihan, pengalaman, dan interaksi sosial; hasil belajar

ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku; perubahan yang dihasilkan

dari belajar bersifat relatif permanen.21

Belajar melalui tahapan-tahapan yaitu:

a. Tahapan perhatian (attention phase), yaitu pembelajar memusatkan

perhatian pada obyek materi.

b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), yaitu informasi

materi ditangkap, diproses, kemudian disimpan dalam memori.

c. Tahap reproduksi (reproduction phase), yaitu semua informasi yang

tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan kembali.

d. Tahap motivasi (motivation phase), yaitu semua informasi yang

tersimpan dalam memori diberi penguatan. 22

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh bebrapa faktor

diantaranya:

1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar meliputi dua hal

yaitu: pertama, faktor fisiologis (berupa keadaan tonus/kesiapan belajar

dan organ, jaringan), kedua, faktor-faktor psikologis (berupa minat,

motivasi, intelegensi, memori, emosi).

19

Karwono. Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar.

(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), h.16 20

Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. rajagrafindo Persada, 2011), h.232 21

Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), h. 50 22

Ibid, h. 56

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

9

2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar meliputi dua hal

yaitu: pertama faktor-faktor sosial (berupa orang tua, guru, teman dalam

interaksi dan pola asuhnya), kedua, faktor-faktor non-sosial (berupa

keadaan udara, suhu, cuaca; waktu belajar; tepat dan alat-alat

perlengkapan belajar). 23

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

belajar yaitu kegiatan yang melibatkan proses interaksi antara subyek

dengan obyek belajar dengan tujuan untuk mencapai pengetahuan tertentu

yang secara spesifik ditunjukkah dengan penguasaan indikator-indikator

tertentu sebagai hasil dari proses belajar.

Indikator-indikator yang dicapai sebagai hasil dari proses belajar

ditunjukkan dengan adanya perubahan sikap dan perilaku yang mencakup

ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), serta afektif

(sikap sosial serta spiritual) yang sifatnya relatif permanen.

B. Interaksi Sosial

Interaksi menurut bahasa berarti hal saling melakukan aksi, berhubungan,

mempengaruhi; antarhubungan; 24

terkait dengan sosial diartikan berkenaan

dengan masyarakat.25

Penggabungan dari kedua kata interaksi sosial berarti

hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan, antara perseorangan

dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok dalam masyarakat.

Interaksi diartikan sebagi bergaul, konsep yang penting digunakan untuk

menganalisis sosial/masyarakat. Karena masyarakat merupakan suatu kesatuan

dari individu satu dengan yang lain berada dalam hubungan berinteraksi yang

berpola; interaksi terjadi bila seorang individu dalam masyarakat berbuat

23

Ibid, h. 58-61 24

https://kbbi.web.id/interaksi. Akses 18 November 2018. Pukul 10.00 WIB 25

https://kbbi.web.id/sosial. Akses 18 November 2018. Pukul 10.05 WIB

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

10

sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu respons atau reaksi dari

invividu-individu lain.26

Menganalisis proses interkasi antara individu dalam masyarakat maka

harus membedakan dua hal yaitu: kontak dan komunikasi. Kontak yang

dilakukan mencakup jarak dekat dan jarak jauh bukan hanya harus berhadapan

muka atau hanya sejauh kemampuan panca indera manusia tapi mencakup

kontak mengunakan alat-alat bantu kebudayaan manusia seperti tulisan, buku,

surat, telepon, radio, dan televisi. Komunikasi terjadi setelah kontak terjadi,

proses interaksi ini (tindakan tindakan pihak pertama dapat berupa suatu gerak,

suatu ekspresi muka, suatu ucapan, suatu perlambang atau lainnya)

mengeluarkan makna yang ditangkap oleh pihak kedua. 27

Interaksi sosial dalam konteks pengamatan aktivitas berinteraksi dalam

pergaulan seharai-hari dapat dilihat sebagai salah satu dari tiga wujud

budaya.28

Sistem sosial merupakan wujud kebudayaan sebagai tindakan

berpola dari manusia. Sistem sosial ini berupa aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari

ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang

berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial bersifat kongkrit terjadi di

sekeliling manusia sehari-hari, dapat diobservasi, dapat difoto, dan dapat

didokumentasikan.

Aktivitas-aktivitas manusia di masyarakat atau dalam sebuah lembaga

yang memiliki kompleksitas pola tingkah laku dan tindakan manusia agar

terarah dan tidak terjadi konflik antar anggota masyarakat atau lembaga maka

peran dari budaya yang tertuang dalam social system atau adat istiadat yang

telah disepakati bersama menjadi salah satu pengendali agar pola hubungan

26

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2015), h. 130-

131 27

Ibid, h. 131-132 28

J.J. Honigman. Dalam Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, h.150

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

11

sosial di masyarakat tersebut tetap terjaga sesuai aturan adat istiadat maupun

norma yang berlaku.29

Pergaulan dari kata dasar gaul yang berarti bercampur, sedangkan

pergaulan diartikan dengan perbauran; masyarakat.30

Pergaulan merupakan

proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh

individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa

manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai

makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.

Allah SWT melalui Surat Al-Hujurat ayat 13 memerintahkan agar manusia

saling kenal-mengenal yang ayatnya sebagai berikut:

انثى وجعلنكم شعىباوقبآ ئل لترفىا ان ن ذكر و ياآيهاالناس ان خلقنكم م

اكرمكم عند الله اتقكم ان الله عليم خبير

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian

Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertakwa. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui

lagi Mahamengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13)31

Berdasarkan ayat di atas maka dapat diketahui bahwa manusia harus saling

kenal-mengenal, kenal-mengenal tersebut dilakukan dengan interaksi antara

satu dengan yang lain secara individu maupun secara kelompok, proses

Interaksi sosial dibedakan menjadi dua bentuk yaitu asosiatif dan

disasosiatif.

1. Asosiatif

Interaksi sosial asosiatif bersifat mengarah pada bentuk penyatuan

terdiri atas beberapa hal yaitu:

a. Kerjasama, terbentuk karena masyarakat menyadari adanya kepentingan yang

sama untuk mencapai tujuan bersama.

29

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, h.181 30

Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. hal. 275 31

Departeman Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Surabaya:

Mahkota, 1989) hal. 847

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

12

b. Akomodasi yaitu suatu proses penyesuaian dalam interaksi untuk mengurangi,

mencegah atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Proses ini dibedakan

menjadi beberapa bentuk, yaitu :

1. Coeraon, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan

karena adanya paksaan, misalnya perbudakan.

2. Kompromi, yaitu bentuk akomodasi antara pihak-pihak yang terlibat

mengurangi tuntutannya agar mencapai suatu penyelesaian pada

konflik.

3. Mediasi, yaitu cara menyelesaikan konflik dengan bantuan pihak ke

tiga yang netral.

4. Arbitration, yaitu meminta bantuan pihak ketiga dengan dipilih oleh

kedua belah pihak. Contoh, konflik buruh-buruh pengusaha dan badan

perburuan Depnaker sebagai pihak ketiga.

5. Adjudication (peradilan), suatu bentuk penyelesaian konflik melalui

pengadilan.

6. Statelemate, pihak yang bertentangan mimiliki kekuatan yang

seimbang dan berhenti pada suatu titik karena kedua belah pihak

sudah tidak mungkin untuk maju dan mundur. Contoh goncatan

senjata.

7. Toleransi, suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan.

8. Consiliation, usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang

berselisih agar mencapai persetujuan bersama.

c. Asimilasi yaitu proses yang menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha

mengurangi perbedaan dalam masyarakat seperti usaha menyamakan sikap

mental dan tindakan. Asimilasi timbul apabila munculnya kelompok masyarakat

dengan latar belakang budaya yang berbeda, dan kemudian bergaul secara

intensif dalam jangka waktu lama, sehingga kebudayaan asli akan berubah sifat

dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sabagai kebudayaan campuran.32

d. Akulturasi yaitu proses yang muncul apabila suatu kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatau kebudayaan asing sehingga unsur

32

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, h. 209

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

13

kebudayaan itu diterima diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.33

2. Disasosiatif

Interaksi yang mengarah pada bentuk pemisahan yang terbagi dalam

tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :

a. Kompetisi, suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok

agar memperoleh kemenangan.

b. Kontravensi, bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan,

pertentangan atau konflik, wujudnya antara lain tidak senang,

menghalangi, menghasut, memfitnah, dan lain sebagainya.

c. Konflik, proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan paham dan

kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan masalah yang

menyebabkan mereka bertikai.

Interaksi sosial dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu:

a. Sugesti, proses pemberian pandangan atau pengaruh kepada orang lain

dengan cara tertentu dan diikuti tanpa berfikir panjang. Contohnya

seorang remaja putus sekolah akan mudah ikut-ikutan terlibat kenakalan

remaja.

b. Imitasi, pembentukan nilai dengan meniru cara-cara orang lain.

Contohnya. Seorang anak sering meniru kebiasaan orang tua.

c. Identifikasi, meniru dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya.

Contoh meniru gaya artis.

d. Simpati, perasaan tertarik yang timbul dan membuat merasa seolah-olah

berada dalam keadaan ojrang lain. Contoh mengucap selamat ulang

tahun.

e. Empati, rasa haru ketika seorang melihat orang lain mengalami sesuatu

yang menarik perhatian, dan merupakan kelanjutan dari rasa simpati.

Contohnya ketika orang kecelakaan kita berempati membantu korban.

33

Ibid, h. 202

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

14

f. Motivasi, yaitu dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan

perbuatan berdasarkan pertimbangan dan muncul dari pengaruh orang

lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

15

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan pembahasan tentang pada BAB pembahasan maka

dapat diambil kesimpulan:

1. Fungsi psikis dapat diartikan sebagai kegunaan dari sebuah jiwa; sukma; rohani

yang dimiliki oleh manusia.

2. Fungsi psikis berupa persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu

pemahaman, penafsiran, pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau

penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh

indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku.

3. Fungsi psikis berupa berpikir merupakan sebuah proses asosiasi. Berpikir

merupakan kegiatan psikis yang dilakukan secara intensif untuk mencari

hubungan antara dua obyek atau lebih dalam rangka memecahkan sebuah

masalah.

4. Fungsi psikis berupa belajar yaitu kegiatan yang melibatkan proses interaksi

antara subyek dengan obyek belajar dengan tujuan untuk mencapai

pengetahuan tertentu yang secara spesifik ditunjukkah dengan penguasaan

indikator-indikator perubahan sikap dan perilaku yang mencakup ranah

kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), serta afektif (sikap sosial

serta spiritual) yang sifatnya relatif permanen.

5. Interaksi sosial berarti hubungan sosial yang dinamis antara orang

perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan

kelompok dalam masyarakat.

6. Interaksi sosial sebagai wujud budaya masyarakat terikat dengan sistem sosial

berupa adat istiadat, norma-norma, hukum nilai-nilai, maka setiap individu

secara psikologis harus mampu menyesuaikan dengan berbagai kondisi yang

ada di masyarakatnya.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

16

DAFTAR PUSTAKA

Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Al-Lu’lu’ wal Marjan. Himpunan Hadits Shahih

yang Disetujui oleh Bukhari dan Muslim. Terjemahan: Salim

Bahreisy(Surabaya: PT. Bina Pustaka Ilmu ffset, 1979)

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mahkota, 1989)

Http:// https://kbbi.web.id/

Karwono. Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran: serta Memanfaatkan

Sumber Belajar. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Konsep dan

Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.(pdf. tt)

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2015)

Khodijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2017)

Latipah, Eva. Psikologi Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)

Mustakim. Abdul Wahib. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010)

Shadily. John M. Echols. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2005)

Sarwono, Sarlito M. Psikologi Remaja. (Jaksarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2015)

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2011)

Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. (Jakarta: PT.

Media Pustaka Phoenix, 2010)

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, tt)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai

17