bab ii fitrah manusia

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Manusia merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah telah membekali manusia dengan berbegai keutamaan sebagai siri khas yang membedakan denngan makhluk yang lain. Untuk mengetahui komponen yang ada dalam manusia, hal ini bisa dilihat pengertian manusia dari tinjauan al qur’an. Keistimewaan manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang dikenal dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah. Sehingga kadang melenceng dari konsep fitrah yang sesuai dengan yang dimaksudkan dalam al Qur’an dan hadis nabi. Selain itu bagaimana fitrah manusia dikaitkan dengan konsep pendidkan islam. Pendidikan Agama Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, dan negara serta agama. Dalam Islam manusia mempunyai kemampuan dasar yang di sebut dengan “fitrah”. Secara “ Fitrah Manusia” Page 1

Upload: aisyah-tralala

Post on 26-Nov-2015

142 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangManusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Manusia merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah telah membekali manusia dengan berbegai keutamaan sebagai siri khas yang membedakan denngan makhluk yang lain. Untuk mengetahui komponen yang ada dalam manusia, hal ini bisa dilihat pengertian manusia dari tinjauan al quran.Keistimewaan manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang dikenal dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah. Sehingga kadang melenceng dari konsep fitrah yang sesuai dengan yang dimaksudkan dalam al Quran dan hadis nabi. Selain itu bagaimana fitrah manusia dikaitkan dengan konsep pendidkan islam.Pendidikan Agama Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, dan negara serta agama. Dalam Islam manusia mempunyai kemampuan dasar yang di sebut dengan fitrah. Secara etimologi fitrah berarti sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan. Secara terminologi, Muhammad al-Jurjani menyebutkan, bahwa fitrah adalah: Tabiat yang siap menerima agama Islam. Pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang.1

1.2 Rumusan MasalahBerpijak dari latar belakang di atas tentang fitrah manusia, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah : 1. Bagaimanakah Kecenderungan Manusia sebagaimana Fitrahnya ?2. Bagaimanakah Kebebasan manusia sesuai dengn Fitrahnya ?3. Bagaimanakah Realitas budaya dalam kehidupan manusia ?4. Bagaimanakah Fitrah Manusia sebagai makhluk bertuhan ?

1.2 TujuanTujuan dari penulisan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui Kecenderungan Manusia 2. Untuk mengetahui Kebebasan manusia sesuai dengn Fitrahnya 3. Untuk mengetahui Realitas budaya dalam kehidupan manusia 4. Untuk mengetahui Fitrah Manusia sebagai makhluk bertuhan

BAB IIPEMBAHASAN

Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At Tin : 4).2.1 Kecenderungan ManusiaPara rasionalis abad kedelapan belas memberi julukan yang cukup menarik kepada manusia : Good Little Boy atau Seorang anak kecil yang baik. Man is a being guided by intellect, naturally virtuous, peacable devoid animosity, full of altruism, always thinking and acting aacording to logic and intellect.A. Mukti Ali (1971) menterjemahkan secara bebas rumusan tersebut sebagai berikut :Manusia adalah makhluk yang dipimpin oleh akal, yang menurut kodratnya suka berbuat baik, suka damai, jauh dari permusuhan, penuh dengan kesukaan mementingkan kepentingan orang lain, selalu berpikir dan bertindak sesuai dengan logika dan inteleknya.Apabila ia berbuat kesalahan-kesalahan tertentu, hal itu hanyalah karena mereka terdorong oleh keadaan-keadaan tata tertib sosial yang tidak sempurna, karena tiadanya kultur (yang mendukung). Cukuplah kiranya, dengan menghilangkan kebodohan dan kefanatikan, dengan melempangkan ketidaksempurnaanya organisasi social, maka orang akan kembali berubah menjadi mahluk yang baik sebagaimana fitrahnya. Keburukan bukanlah berada di dalam, tetapi di luar manusia begitulah rumusan yang lain dari ide yang sama. Gantilah keadaan sekitar social yang lain (menggantikan yang jelek dengan yang baik), maka kemiskinan, kejahatan, peperangan, kesalahan ketidakadilan dan kebodohan, semuanya akan sirna (Razak, 1986).Namun para filsuf rasionalis mempunyai pijakan-pijakan yang kokoh untuk menegaskan bahwa kesalahan-kesalahan manusia tidak tumbuh dari naluri dasarnya. Dengan kata lain, kesalahan-kesalahan manusia lahir karena situasi dan kondisi alam sekitarnya belum memberikan jaminan bagi terwujudnya aturan-aturan atau kultur yang menjanjikan keleluasaan bagi tersemainya benih-benih kebaikan dan kedamaian.Ini sejalan dengan firman Allah : bahwa manusia diciptakan Tuhan dalam bentuk sebaik-baiknya mahluk (QS. At Tin : 4). Dan didalam firmanNya yang lain (QS 17:70), ditegaskan pula bahwa manusia dilebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah diciptakan. Adanya perilaku a-sosial dan wujud keingkaran lain dari ajaran suci agama, tiada lain adalah dikarenakan factor lingkungan. Secara fitrah, manusia adalah baik dan Tuhan menjamin tidak ada perubahan atas fitrah itu.Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. 30:30).Hanif (condong) disini artinya miring dari yang bengkok kepada yang lurus (istiqomah). Miring dari kesesatan kepada petunjuk, dari batil kepada haq. Kebalikan dari hanif adalah az-zaigh, artinya miring dari haq ke arah kebatilan, dari hidayah kepada dlalalah dan sebagainya. Rasyid Ridha menjelaskan arti fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu adalah jibillah insyaniyah yang menghimpun dua kehidupan, jasmani hewaniyah dan rohani malakiyah.Dalam perencanaan agung peranan yang harus dimainkan manusia, Tuhan menunjukkan dua jalan : jalan kebajikan dan jalan kejahatan. Di dalam bahasa al-Quran, kebanyakan manusia tiada. Memilih jalan yang mendaki lagi sukar (QS 90:10,11). Karena kemampuannya memilih dan kebebasannya berkehendak, manusia pada umumnya mencari jalan yang mudah, tidak suka membuat perubahan-perubahan social maupun individual yang lebih baik yang lebih sesuai dengan fitrahnya atas kelaziman lingkungan social betapapun timpangnya, yang sesungguhnya mereka ciptakan sendiri.Dalam skala kecil, kasus-kasus pencurian yang melanda sebuah desa biasanya berawal dari kondisi masyarakat (warganya) yang tidak seimbang. Dalam skala besar, kasus-kasus yang melibatkan Al Capone dan kawan-kawan juga disebabkan adanya kesenjangan hubungan itu. Kondisi masyarakat dan pemerintah Amerika Serikat yang liberal kapitalistik membuka peluang bagi ketimpangan dan kesenjangan social-politik di kalangan berbagai strata masyarakat yang ada. Dengan demikian, jelas bahwa perilaku pencurian pada kasus pertama maupun kedua tidak disebabkan oleh naluri dasar pelakunya sebagai manusia, tetapi muncul karena kondisi social-politik yang dianggap belum atau tidak menawarkan kultur bagi mereka. Demikianlah kira-kira tafsir atau analisis terhadap pendirian yang diyakini golongan rasionalis.Pendapat para filsuf rasionalis abad kedelapan belas dan penegasan William Ebenstein mengusangkan pandangan dunia sebelumnya yang disebarkembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679) dengan semboyannya yang berisi analogi sifat dan tabiat manusia dengan binatang. Dalam teori sosiologi yang dicanangkan. Hobbes berkata bahwa manusia yang satu adalah serigala bagi manusia yang lain (homo homini lupus) atau perang semua lawan semua abe war of all against all atau (bellum omnium contra omnes).Oleh karena itu, bukan suatu keanehan jika seorang pencuri, baik dalam skala kecil maupun besar, selalu terhimpit dengan kegelisahan. Ia gelisah karena dikejar kekhawatiran. Ia khawatir bila tindakannya diketahui oleh orang lain atau kepergok petugas hokum yang sama sekali tidak akan membiarkan perilaku criminal, bahkan senantiasa memburunya. Dan, kekhawatiran itu sebenarnya mencerminkan protes dan pemberontakan naluri dasarnya yang menghendaki dan mendambakan keselamatan dan kedamaian. 2.2 Kebebasan ManusiaUpaya mencari kebenaran yang merupakan salah satu hak asasi manusia terwujud dalam proses yang dirintisnya untuk mencari jawaban-jawaban bagi segala persoalan yang terbentang di sepanjang jalur-jalur kehidupannya di bumi. Setiap kali ada sesuatu yang menarik perhatiannya, dengan amat spontan ia menanyakan pada siapa pun yang dianggap lebih mengetahuinya.Proses dan perjalanan manusia untuk mereguk pengetahuan di berbagai lembaga pendidikan formal maupun informal sebenarnya merupakan cermin naluri dasarnya yang selalu bertanya dan mempertanyakan apa saja yang memikat perhatiannya. Selama masih terlibat dengan urusan-urusan dunia, manusia akan senantiasa mengupayakan kondisi diri, sosial dan lingkungan yang lebih baik. Prinsip inilah kiranya yang menjadi dasar kenyataan bahwa dunia selalu berkembang dan mengalami proses kemajuan kendati benih-benih perkembangan dan kemajuan itu tidak terpisah dari sejarah umat manusia itu sendiri, terutama sejarah pemikiran (filsafat) yang merupakan ruh bagi perkembangan dan kemajuan. Dalam masalah ini, agaknya para cendekiawan sepakat bahwa bangsa Yunani merupakan cermin awal bagi ukuran kemajuan cara berpikir manusia.Dunia ini ibarat lembar-lembar buku yang tidak akan habis dikaji manusia kecuali bila kehidupan bumi ini berakhir.Kajian filsafat yang terfokus pada manusia (antropologi) diawali oleh sofisme, aliran yang menganggap segala idenya bijaksana.Kenyataan diatas memberikan gambaran bahwa kehidupan manusia dihadapkan pada aneka ragam pilihan. Untuk menentukan langkah-langkah kehidupan yang mesti ditempuh, manusia harus memiliki keberanian untuk memilih sikap dan perilaku hidup. Sedang pilihan tertinggi sekaligus mendasar adalah pilihan tentang hidup itu sendiri. Kontradiksi pemikiran sofisme dan Socrates menunjukkan adanya kebebasan manusia dalam menentukan filsafat, cara dan tujuan hidup yang hendak dilaluinya. Keberanian untuk menentukan pilihan itu tentu saja juga disertai dengan keberanian untuk memikul dan menanggung segala macam resiko yang mungkin dating sebagai konsekuensi logisnya. Demi mengembangkan prinsip kebebasan memilih cara hidup dan filsafat yang mendasarinya, Socrates rela menjalani hukuman mati.Socrates meninggal dunia tahun 399 M setelah minum racun sebagai keputusan hukum yang ditentukan penguasa. Yang menarik dari peristiwa ini ialah bahwa ia menjalani hukuman mati bukan atas dasar keterpaksaan. Ia menenggak racun atas dasar keyakinan pada kebenaran yang diyakini dan demi membumikan prinsip kebebasan memilih dalam rangka mencari kebenaran. Socrates memang meninggal dunia, tetapi ide-ide filsafatnya terus tidak turut mati dan terkubur, bahkan justru banyak dianut dan dilestarikan oleh generasi-generasi sesudahnya. Kenalilah dirimu sendiri. Siapakah kita ini, manusia, makhluk kecil yang nampak tiada bermakna di tengah alam raya yang maha luas ?. Pertanyaan besar dan mendasar yang diajukan Socrates itu menjadi padang perburuan baru pemikiran kefilsafatan yang dating kemudian. Dilanjutkan oleh muridnya, Plato, lalu Aristoteles, dan akhirnya berkembang hingga cabang-cabangnya yang terkecil sejak masa filsafat yang pertama, masa abad pertengahan, hingga alam pikiran filsuf modern.Keberanian untuk menanggung resiko demi menyebarkan prinsip kebebasan memilih juga ditampilkan oleh Galileo Galilei yang pernah divonis hukuman oleh dewan tertinggi ahli agama gereja Roma karena berpijak pada pengamatan cermatnya lewat teleskop yang saat itu masih langka. Tesis yang diajukan adalah bahwa matahari tidak bergerak mengitari bumi yang diam.Semenjak akal yang merupakan karunia Tuhan mampu didayagunakan oleh pemiliknya, saat itulah sebenarnya manusia tengah dan telah meniti garis-garis proses kehidupan untuk mencari kebenaran. Tentu saja, kebenaran yang tergapai terikat dengan sifatnya yang relative sejalan dengan relativitas perangkat yang digunakan untuk mencari kebenaran itu : akal. Yang perlu menjadi catatan dari sejarah filsafat itu adalah adanya kenyataan bahwa akal manusia bebas menetukan pilihan-pilihan materi yang dikajinya untuk kemudian diakhiri dengan sebuah kesimpulan kendati hasil proses berpikir itu berada dalam lingkup relativitas.Rasa tidak puas dan tidak pernah puas dalam diri manusia juga merupakan cermin adanya naluri akan yang senantiasa bebas mencari cita yang memuaskannya. Cara yang ditempuh untuk mewujudkan cita itu adalah dengan menggali dan mengkaji apa saja yang diminatinya seperti pengetahuan dengan aneka ragam bidangnya. Ia senantiasa memburu pengetahuan itu karena dorongan naluri akalnya untuk berupaya mengetahui apa yang belum diketahuinya. Dahaga akan pengetahuan merupakan kodrat atau watak dasar yang menghiasi kerja-kerja akal manusia. Rumusan inilah barangkali yang menjadi titik tolak penjabaran dan penjelasan sebuah pepatah Manusia selalu menjadi musuh kebodohannya sendiri. 2.3 Relativitas BudayaAkal yang membedakan manusia dari makhluk lain, terutama binatang, adalah sumber kelahiran aneka ragam kebudayaan yang meramaikan bumi. Tentu saja kebudayaan tersebut lahir pada saat manusia telah sanggup mendayagunakan akalnya demi memenuhi aneka ragam kebutuhan dan tuntutan hidupnya, sehingga definisi yang sering diberikan istilah itu ialah : hasil cipta, rasa dan karsa manusia.Socrates dan para filsuf Sofisme hidup dalam wilayah dan zaman yang sama, tetapi keduanya menampilkan persoalan-persoalan filsafat yang berbeda. Keduanya juga menawarkan budaya berpikir yang tidak seragam. Dan, budaya berpikir yang ditawarkan memperoleh tanggapan yang tidak sama dari masyarakat yang mengitari keduanya.Dalam dunia modern, filsafat Socrates yang memusatkan pada kajian tentang manusia mewariskan pengaruh pada tokoh-tokoh filsafat abad ke-20. Di antara mereka adalah Brunschvicg, Bachelard dan Gonseth. Ketiga filsuf ini merumuskan filsafat yang kemudian dikenal dengan sebutan Kritika Ilmu. Masing-masing memiliki corak dan ciri tersendiri. Kalau Brunschvicg menekankan pada humanism akal manusia yang tidak mengakui sesuatu kebaikan di atas atau di luar diri sendiri, maka Bachelard, tidak seperti Brunschvicg yang cenderung berlawanan dengan pemikiran Bergson, mengajukan pandangan yang tidak sekedar bersifat idealistic-rasionalistik. Menurut pendapatnya, filsafat ilmu harus memperhatikan salah satu rautan khas ilmu modern : terus-menerus mengubah bentuk nilai-nilai eksperimental menjadi nilai-nilai rasional dan sebaliknya, juga pengaruh timbal balik antara yang apriori dengan yang apostenori-Artinya, permasalahan yang dikaji ilmu bukan sekadar pikiran antara sudut pandang empiric atau sudut pandang rasionalistik, melainkan empirisme dan rasionalisme yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Sedang Gonseth agaknya lebih dekat kepada Bachelard. Meski begitu, ia mengajukan pandangan yang lebih tajam dan terinci. Filsuf yang berdomisili di dan berkebangsaan Swiss itu menegaskan bahwa filsafat bukanlah system rasional yang apriori, melainkan suatu pemikiran yang selalu harus tetap terbuka bagi pengalaman, baik bagi pengalaman manusia yang umum maupun bagi pengalaman ilmiah. Konsekuensinya, gagasan-gagasan utama dalam filsafat harus bersifat sementara yang selalu dapat diubah, dan kalau perlu juga dicampakkan. Oleh karena itu, segenap pemikiran kefilsafatan serta ilmiah selalu bersifat sementara atau setiap tahap merupakan persiapan bagi tahap berikutnya.Tesis yang diajukan Gonseth itu terbukti dengan gugurnya teori Galileo Galilei. Sejak Albert Einstein meyakinkan civitas para cendekiawan tentang realivitas ruang dan waktu, ternyta Galileo pun membuat kkehruan keUka mengatakan bahwa matahari diam (immovable). Sejalan dengan tesis itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ilmuwan sejati pada dasarnya merasa gembir bila mengalami dinamika pemajuan, bila misalnya teori yang dulu sekian lama dianut, ternyata disusul oleh teori bani yang terbukti lebih benar dan meyakinkan. Sebagai contoh dapat ditunjuk pada diri tokoh seperti Newton, Huygens, Michelson dan terutama Albert Einstein serta Niels Bohf. Newton, misalnya mengajukan teori bahwa berkas sinar cahaya terdiri dari arus bintik-bintik benda-benda yang sangat kecil atau corpWdes. Sedangkan Huygens, ilmuwan Belanda, berteori lain : Cahaya adalah riak-riak kecil yang bergelombang dalam sesuatu yang menggenangi seluruh semesta raya. Dan disebut eter. Dalam abad ke-18, semua sarjana mengikuti Newton. Dalam abad ke-19, teori Huygenslah yang dianut sampai si jenius Mochelson membuktikan eter itu tidak ada.Seorang pemenang hadiah Nobel, Werner von Heisenberg, mengemukakan teori principle of uncertainty. Dalam masalah ketidakpastian (uncerlainty) itu terjadilah diskusi ilmiah yang menarik antara dua gembong pemenang hadiah Nobel, Albert Einstein dan Niels Bohr. Einstein dinyatakan kalah. Tetapi ia tidak merasa tersinggung dengan hal itu karena prinsip saling menghargai dalam ketidaksepakatan (perbedaan) atau sering disebut dengan adagium agree in disagreement merupakan landasan bagi kelahiran suasana kehidupan yang damai dan tentram. Oleh karena itu, kata menang atau kalah tidak terdapat pada kamus ilmuwan sejati. Kata saingan, apalagi musuh, juga tidak ada di kalangan mereka. Yang ada ialah forum diskusi, dialetik, barainstorming, momplemneter dan sebagainya.Proses dialektika sebagai cirri kebudayaan juga bias dianut pada peristiwa besaar di penghujung abad ke-21 ini ketika tembok Berlin mulai dirobohkan, yang kemudian disusul dengan robohnya rezim komunis di seluruh blok Sosialis Eropa Timur. Sejarah mencatat, bermula dari ide-ide Karl Marx yang kemudian menjadi dasar pikiran bagi kehadiran komunisme, aliran filsafat yang memiliki banyak pengikut di dunia itu seakan-akan tidak akan pernah tergoyahkan. Aliran filsafat yang cenderung menafikan Tuhan itu, tidak hanya memikat negara-negara tua di Eropa (Blok Timur), tetapi juga merangsak alam pikiran bangsa-bangsa di Negara Dunia Ketiga. Nicaragua di masa Daniel Ortega dan Vietnam adalah contoh dari berkembang yang menganut paham komunisme, sedangkan contoh dari negara negara-negara maju adalah Jerman Timur, Cekoslowakia, Bulgaria, dan Polandia. Namun, berawal dari gerakan Solidaritas Buruh Polandia yang dipimpin Lech Walesa, setahap demi setahap para warga di negara-negara komunis/sosialis kian sadar betapa rezim yang berkuasa amat membelenggu hak asasi (kebebasan) mereka. Tahun 1989 kemudian menjadi saksi perubahan radikal yang sedemikian cepat di berbagai negara komunis.Jerman Timur juga menampilkan diri sebagai bukti keruntuhan tokoh-tokoh penganut aliran komunisme yang konservatif ketika negara yang juga sering disebut dengan Republik Demokrasi Jerman itu menyelenggarakan perayaan ulang tahun ke 40 di Berlin Timur (7 Oktober 1989), presiden yang berkuasa saat itu, Eric Honecker, sesumbar mengucapkan janji kepada Gorbachev : kami akan tetap mempertahankan kekuasaan mati-matian yang justru sesumbar itu membuat ia tersingkir dan digantikan penerusnya yakni Egon Krenz. Fakta-fakta sejarah itulah barangkali yang menjadi landasan sebuah pernyataan bahwa komunisme sebagai ideologi radikal yang selama lebih dari 70 tahun seakan-akan mampu membanggakan diri sebagai pikiran-pikiran paling progresif untuk mengatasi banyak permasalahan rakyat miskin dan tertindas di seluruh dunia, sudah bangkrut. Revolusi Bolsyevik yang tampil ke permukaan sebagai manifestasi protes rakyat terhadap system pemerintahan Tsar yang kapitalis-borjuis dan merupakan titik tolak kehadiran rezim komunis Rusia kini mencuat kembali dalam bentuk berbeda. Tegasnya, para pelaku demonstrasi yang menentang kekuasaan komunis menggugat bahwa penguasa yang mengaku sebagai pelestarian ide-ide komunisme justru terjerat dalam pola hidup yang kapitalis. Fakta-fakta sejarah itu sekaligus memberikan isyarat betapa relatifnya budaya manusia. Mungkin saja, ini pula yang menjadi dasar sebuah rumusan : karena akal manusia bersifat relative, maka segenap produk yang dihasilkannyapun relative termasuk budaya.Berdasarkan fakta-fakta sejarah filsafat klasik maupun kontemporer itu dapat juga dipetik bahwa manusia tidak dapat terus-menerus membiarkan dirinya terjerat pada keyakinan yang absolute terhadap produk pemikirannya sendiri. Sejarah juga telah membuktikan bahwa proses dialektika aneka ragam aliran filsafat di dunia ini tidak mampu menjanjikan kondisi bagi terwujudnya cita manusia : keterpaduan perilaku, derap dan langkah kehidupan yang merupakan sumber kedamaian dan ketentraman.

2.4 Manusia Makhluk Bertuhan

Satu hal yang pasti adalah bahwa tokoh-tokoh filsafat itu pada dasarnya membutuhkan sesuatu yang dapat dijadikan pegangan atau sandaran. Ketika Socrates menegaskan kedudukan dan peran manusia yang nyaris tidak berarti di tengah alam raya sebenarnya tersirat makna keyakinannya yang tulus pada Dzat Yang Maha Kuasa. Oleh karena itulah ia selalu menyampaikan pesan pada murid-muridnya untuk mengenal dirinya dengan semboyan yang masyhur : Kenalilah dirimu sendiri. Semboyan yang sampai saar belum kehilangan arti itu memang terasa selaras dengan salah satu Kebiasaan manusia : lupa diri, lupa lingkungan, lupa kewajiban hidup dan lupa tujuannya. Ketika Rene Descartes (1596 1650) mencoba mngutak-atik filsafat rasionalismenya, ia menghadapi masalah rumit tentang apa dan siapa yang menjamin bahwa ide yang terang benderang itu benar ? Kemudian ia memberikan jawaban : Yang menjadi jaminan ialah Tuhan sendiri.Rasionalisme Descartes yang terkait dengan sumber kebenaran produknya, tidak sejalan dengan rasionalisme Spinoza, keturunan Yahudi yang tinggal di Amsterdam. Tatkala merumuskan istilah Substansi sebagai dasar segala sesuatu yang bersifat mutlak, sebenarnya ia telah bersandar pada keyakinan terhadap Tuhan. Atas dasar ini pula pemikiran filsafatnya sering disebut dengan pantheisme atau aliran yang mempercayai semua yang ada, alam semesta sebagai Tuhan.A.N. Whitehead, seorang filsuf heroic yang menentang intelektualisme, materialism dan positivism, mengklasifikasikan agama-agama dalam tiga bentuk umum yang penuh variasi, tetapi cirri dasarnya sama :1) Agama yang memandang Tuhan identik dengan Maharaja Imperial, Maha Penguasa Tunggal dengan segala perintah yang bersifat mutlak sehingga tidak dapat dibantah. 2) Tuhan dipandang sebagai Sumber Awal dan Terakhir dari energi-energi moral dan etika. Dia adalah Maha Baik tanpa cela (Pemberi dorongan serta kekuatan pada manusia untuk mewujudkan sikap dan perilaku yang baik.3) Tuhan dianggap sebagai Prinsip Mutlak yang menjadi dasar segala yang ada ini bersifat rasional atau masuk akal. Inilah Tuhan para filsuf, intelektual, ilmuwan dan teknokrat. Tawaran yang diajukan Whitehead memberikan isyarat bahwa seorang penentang intelektualisme pun tidak mampu melepaskan diri dari keyakinan tentang adanya Tuhan. Barangkali saja, Tuhan yang diyakini adalah Tuhan versi ketiga, yakni Tuhan yang dianggap sebagai Prinsip Mutlak bagi segala isi alam yang rasional. Hal ini sejalan dengan statusnya sebagai seorang filsuf yang sering menuntut argumentasi rasional bagi pemenuhan tuntutan dirinya kendati ia menentang intelektualisme.Contoh lain yang dapat dijadikan bukti naluri dasar manusia yang cenderung kea rah pengakuan terhadap Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Pencipta dan Kuasa muncul dari kalangan seniman. John Lenon pernah membuat geger masyarakat Amerika Serikat ketika ia memasarkan syair-syair anti-Bibel, Yesus dan Yahwe.Dont believe in Bible (Jangan percaya kepada Bibel)Dont believe in Jesus (Jangan percaya kepada Yesus)Dont believe in Jehova (Jangan percaya kepada Yehova)Bait penutup syair itu ialah But, believe in me and Yoko, (Namun, percaya sajalah kepadaku dan Yoko). Yang perlu dicatat adalah bahwa syair itu di kemudian hari justru ditentangnya sendiri tatkala ia mengasingkan diri di India dan terlibat dalam lingkaran teosofi atau segolongan manusia yang hendak menemukan kedamaian sejati dengan cara merenungkan keberadaan Tuhan serta kebesaran-Nya. Dengan kepasrahannya yang tulus kepada Tuhan itu ia memperoleh cita mulianya.Madonna, penyanyi yang kini tengah meniti garis-garis popularitasnya diblantika music internasional, nampaknya juga mengakui adnaya Dzat Yang Maha Mutlak (Tuhan) saat ia menyuarakan bait-bait syair sebagai berikut :I close my eyes(aku menutup rapat kedua bola mataku)Oh God, I think Im falling (Ya Tuhan, aku kira aku tengah terjatuh)Sebagaimana Albert Einstein pernah mengungkapkan bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh, maka agama-agama yang menghiasi dunia ini sebenarnya juga merupakan pertanda keyakinan sebagian besar umat manusia akan keberadaan Tuhan. Oleh sebab itu, pengalaman paling indah yang pernah ia rasakan adalah pengalaman tentang sesuatu yang bersifat gaib (the experience of the mystical). Artinya, pengalaman tentang adanya Tuhan seusai mengembara panjang di dunia rasio dan pengetahuan. Michael Franzese ternyata bukan termasuk kelompok manusia menafikan Tuhan. Disamping tidak mampu menghindar dari libatan asmara yang dirasa lebih sejalan dengan naluri dasarnya, ia mengakui adanya adanya Dzat yang melebihi diri dan alam sekitarnya. Dzat yang dimaksudkan adalah Tuhan, pencipta sarwa sekalian alam. Garis-garis kehidupan yang terbelenggu dengan kejahatan dianggap tidak mampu menyediakan perangkat yang menjadi sumber kebahgiaannya. Dan, keyakinannya kepada Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Kuasa menambah kepercayaan terhadap jaminan keselamatan, kedamaian dan kebahagiaan dirinya. Tuhan sendiri, terutama esens-Nya, tidak dapat dirasionalkan. Hakekat keberadaan-Nya bukan menjadi bidang garap dan kajian akal manusia. Bila Tuhan adalah Dzat Yang Maha Mudah, maka manusia adalah makhluk yang tidak dapat mengingkari sifat dasar pada dirinya : serba relative atau nisbi. Meskipun demikian Tuhan mempunyai dua sisi sifat yang sekilas Nampak kontradiktif. Tuhan terikat dengan sifat-Nya yang transenden atau berada di luar garis pengalaman inderawi manusia. Ciri inilah yang menjadi dasar sifat-Nya yang mutlak. Namun, dia juga bersifat immanen atau kehadiran-Nya di alam manusia dapat terbukti dengan intuisi kendati dunia indera.

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 Kesimpulan1. Fitrah manusia adalah Sifat dasar yang dimiliki manusia sejak lahir.2. Pada dasarnya dalam diri manusia hanya ada sifat baik, sedangkan sifat buruk berada diluar diri manusia. Sehingga manusia cenderung menyesali segala perbuatan buruk yang telah dilakukannya.3. Dalam Kehidupannya manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan untuk kelangsungan hidupnya.4. Realitas budaya yang ada dimasyarakat berasal dari pemikiran masyarakat itu sendiri, kebenarannya pun bersifat relative dan perkembangannya berubah-ubah sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada. Oleh karena itu kebudayaan yang ada berbeda-beda. 5. Seberapa kuat pemikiran-pemikiran manusia, ia tetap merasakan bahwa tuhan adalah Dzat nya. Orang Atheis pun tak mampu membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada.

Fitrah ManusiaPage 12