hukum zakat fitrah dengan uang

90
HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG SKPRIPSI PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) Program Studi Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar FADLULLAH 105 260 0044 12 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H / 2016 M

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

SKPRIPSI PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) Program Studi

Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

FADLULLAH

105 260 0044 12

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1437 H / 2016 M

Page 2: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor:Jl.SultanAlauddin No.259 Talasalapang(GedungIqrat.4)Tlp:(0411)8669972/865375Makassar90221

بسم الله الرحمن الرحيمBERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, setelah

mengadakan sidang munaqasyah pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 25 Rabiul Akhir 1437 H/04 Februari 2016 M

Tempat :Gedung Prodi Ahwal Syakhsiyah, Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah MakassarJl.St.Alauddin

No.259.Makassar.

MEMUTUSKAN

Bahwa Saudara,

Nama : Fadlullah Khairuddin

NIM : 105260004412

Judul skripsi : Hukum Zakat Fitrah dengan Uang

Dinyatakan : LULUS

Ketua

Drs.H.MawardiPewangi,M.Pd.I

NBM : 554 612

Sekretaris

Dr.Abd.Rahim Razaq,M.Pd

NIDN : 0999005374

Pembimbing I

Dr.Abbas Baco Miro, M.A

NBM : 1114043

Pembimbing II

M.Ali bakri M.P.d

Makassar, 14 Jumadil Ula 1436 H

05 Maret 2015 M

Dekan

Drs.H.Mawardi Pewangi,M.Pd.I

NBM : 554 612

Page 3: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor:Jl.SultanAlauddin No.259 Talasalapang(GedungIqrat.4)Tlp:(0411)8669972/865375Makassar90221

Page 4: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

viii

ABSTRAK

Fadlullah Khaeruddin, Nim 105260004412 “Telaah Hukum Zakat Fitrah dengan Uang. (Studi perbandingan Mazhab)” (dibimbing oleh Dr. Abbas Baco Miro, M.A dan M. Ali Bakri, M.Pd).

Penelitian yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: Untuk

mengetahui konsep pemahaman masyarakat tentang Hukum zakat fitrah dengan Uang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustakaan (Library Researce) dengan pendekatan Kualitatif. Dalam hal ini peneliti berusaha memfokuskan pada penelusuran dan penelaan literature serta bahan pustaka yang dianggap ada kaitannya dengan fenomena sistem demokrasi. Variabel dalam penelitian ini adalah telaah sistem demokrasi Indonesia sebagai variabel bebas dan dalam persfektif Islam sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data yang ditempuh penulis adalah melakukan riset kepustakaan (library research) yaitu suatu analisis yang penulis pergunakan dengan membaca dan menelaah beberapa literatur. Teknik analisis data, diolah melalui deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan Bahwa pelaksanaan konsep Sistem demokrasi Indonesia periode tahun (1945-1959) disebut dengan demokrasi parlementer, kemudian pada tahun (1959-1965) disebut demokrasi terpimpin, dan pada tahun (1965-1998) disebut Orde baru namun ketiga formulasi sistem ini dianggap belum mampu membawa Indonesi menuju cita-citanya sehingga lahirlah gerakan reformasi untuk melalakukan perubahan dengan harapan bisa membawa Indonesia menuju cita-citanya. Hingga sampai pada saat ini sistem demokrasi Indonesia masih sebatas demokrasi prosedural belum mencapai demokrasi secara substansial. Adapun pendidikan demokrasi di Indonesia sangat penting, karena dalam pendidikanlah warga Negara dapat mengerti, memahami, menghargai kesempatan dan tanggungjawab sebagai warga negara yang demokratis. yakni pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahun dan praktek demokrasi, tetapi juga menghasilkan warga negaranya yang berpendirian teguh, madiri memiliki sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan. Pendidikan demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik dan lancar karena dalam kurikulum pendidikan nasional telah ditetapkan pengajaran tentang pendidikan demokrasi, seperti pendidikan kewarganegaraan, pendidikan demokrasi dan pancasila. Kemudian Prinsip demokrasi sejalan dengan Islam meliputi Keadilan, Musyawarah, Persamaan, Kebebasan untuk berpendapat, kedaulatan, dan demokrasi juga berarti upaya mengembalikan sistem politik yang di pratikkan Nabi dan Khalifahnya yang sempat hilang.

Page 5: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد الله رب العالمين وبه

نستعين على أمور الدنيا والدين وأشهد ان لاإله إلا الله وأشهد ان محمدا

رسول الله اللهم صلى على محمد وعلى اله وأصحاب أجمعين

Puji dan Puja Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penyusun skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat

dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang harus dijadikan

tauladan dalam menjalankan segala aktifitas oleh semua orang.

Skripsi yang berjudul “Hukum zakat Fitrah dengan Uang” Merupakan upaya

penulis guna memahami Hukum zakat fitrah yang ditetapkan dinegara kita, sehingga

tidak ada lagi kesalah pahaman kita tentang beberapa golongan pendapat orang

mengenai hokum zakat fitrah dengan uang yang dianggap Ikhtilaf ulama. Skripsi ini

juga merupakan tugas akhir masa menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah

Makassar dan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar serjana strata satu

syariah, tetapi bukan sebagai akhir proses menuntut ilmu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat

terselesaikan tanpa adanya bantuan dari barbagai pihak, baik moril maupun materil,

maka dari itu penulis perlu sampaikan ucapan terima kasih kepada :

Page 6: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

1. Ibunda Siti Samatang dan Ayahanda Khairuddin Abdullah Ranreng, beserta

adik-adikku tercinta karena Allah yang selalu mendorong, mendukung, dan

mendo’akan penulis untuk menyelesaikan studi hingga selesai, semoga jasa

yang diberikan menjadi amal shaleh serta diterimah oleh Allah SWT, dan

semoga Allah selalu memberikan Hidayah dan taufiq, serta inayah-Nya

kepada mereka.

2. Syaikh Muhammad Thoyyib Thoyyib Khoory, keluarga, para masyaikh

beserta jajaran karyawan AMCF (Asia Muslim Charity Foundation) sebagai

donator tetap, Jazaakumullahu khaeran.

3. Dr. Irwan Akib, M.Pd.I, Selaku rektor Universitas Muhammadiyah

(UNISMUH) Makassar Sulawesi Selatan.

4. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar Sulawesi Selatan

5. Dr. Muh. Ilham Mukhtar, Lc.MA, Selaku ketua Prodi Ahwal Syakhsiyyah

Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar Sulawesi Selatan.

6. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.MA, dan m. Ali Bakri, M.Pd., selaku pembimbing

skripsi penulis, yang dengan kesabaran membimbing dan meluangkan

waktunya untuk penulis.

7. Seluruh dosen Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar Sulawesi

Selatan, Khususnya dosen-dosen di program studi Ahwal Syakhsiyyah,

Jazaakumullah Khaeran jazaa atas bimbingan ilmu yang telah diberikan

selama penulis menimba Ilmu di Prodi Ahwal Syakhsiyyah.

Page 7: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

8. Segenap staff karyawan akademik, perpustakaan Prodi Ahwal Syakhsiyyah,

Perpustakaan Unismuh Makassar, Perpustakaan wilayah yang selalu melayani

dan menemani penulis, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya.

9. Kepada semua keluarga di Makassar yang telah membantu saya selama saya

masih kuliah dan sampai saya bisa menyelesaikan kuliahku dengan baik.

10. Kepada seluruh teman-teman Angkatan ke-II prodi Ahwal Syakhsiyyah, Yaitu

Muhammad Ridwan, Muhammad Nasrullah, Muhammad Riza, Muhammad

Sibawai, Abdul Aziz Ramli, Muhammad Said Magun, Muhammad Arif,

Fachturrahman, Ardiansyah, Ahmad Sabil, Musleh, Akbar Syam. Yang telah

melangkah bersama penulis dalam petualangan asah kecerdasan dan kearifan.

Mudah-mudahan jalinan persahabatan kita tak akan pernah luntur dilekang

waktu dan semoga persahabatan ini bisa terjalin sampai kapanpun dan

dimanapun kita berada.

11. Kepada Seluruh teman-teman Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar (PIKOM IMM FAI UMM) Periode 2015-2016. Yaitu : Iyang Ebi

Novita (Ketua umum), Jainal Karaing (Sekretaris umum), Riska Azizah

Mukhtar (Bendahara umum), Yan Safitri (Bendahara I), Dyah Astri Eka Putri

Hasyim (Bendahara II), Satri Fitra Smith (Bendahara III), Adistian (Ketua

bidang Organisasi), Ridwan Malik (Ketua bidang kader), Burhanuddin (Ketua

bidang Tabligh kajian dan Ke-Islaman), Mursalim (Ketua bidang Hikmah),

Page 8: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Nur Hidayah Juwaid (Ketua bidang Riset pengembangan & Ke-Ilmuan),

Mega Mustika (Ketua bidang IMMawati), Fadlullah fais (Ketua bidang Media

& Komunikasi), Mbularwati (Ketua bidang Eokonomi dan kewirausahaan),

Siti Nurhayati (Ketua bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat), Said Taher

(Ketua bidang Seni budaya & Olahraga), Muhammad Nawir (Sekretaris

bidang Organisasi), Mursyid Fikri (Sekretaris bidang kader), Syamsumarlin B

(Sekretaris bidang Tabligh kajian dan Ke-Islaman), Al-Munawwarah

(Sekretaris bidang Hikmah), Muhammad Said (Sekretaris bidang Riset

pengembangan & Ke-Ilmuan), Mirnawati Agus (Sekretaris bidang

IMMawati), Muhammad Syaiful Haq (Sekretaris Ketua bidang Media &

Komunikasi), Kasmawati (Sekretaris bidang Eokonomi dan kewirausahaan),

Nurliana (Sekretaris bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat), Ardiansyah

(Sekretaris bidang Seni budaya & Olahraga) yang telah mewarnai hari-hari

penulis dalam suka dan duka, Saudara yang tak sedarah tapi melebihi saudara.

Semoga hari-hari yang kita lewati bersama dalam aktifitas dakwah Amal

ma’ruf Nahi Mungkar di nilai oleh Allah SWT sebagai amal Jariah kita, bekal

di Akhirat Kelak .. Amien

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan sebaik-baik

balasan. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan

sebaik-baik kebaikan. Aamiin…

Page 9: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Makassar, 11 Rabiul Akhir 1437 H

21 Januari 2016 M

Penulis

FADLULLAH KHAIRUDDIN

Page 10: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................4

C. Tujuan dan manfaat Penelitian ....................................................4

D. Pengertian Dan Defenisi Operasional .........................................4

E. Garis-garis Besar Isi ...................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................7

A. Kerangka Teoritik ......................................................................7

1. Defenisi Zakat .....................................................................9

2. Hukum zakat dan kedudukanya ............................................10

3. Fadhilah dan faidah zakat serta hikmah yang dikandungnya 16

4. Biografi Mazhab Fiqh...........................................................25

5. Perbedaan antar Mazhab .......................................................42

B. Kerangka Pikir ...........................................................................47

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................50

A. Jenis Penelitian ..........................................................................50

B. Sifat Penelitian ...........................................................................50

C. Pendekatan masalah ...................................................................50

D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................50

E. TeknikAnalisis Data ...................................................................51

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………52

Page 11: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Zakat merupakan rukun Islam ketiga sebagaimana sabda Nabi Shallalahu

‘alaihi wasallam:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : عن ابن عمر رضي الله عنهما قال

بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام

الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان

Artinya:

“Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallah ‘anhuma ia berkata: Nabi Shallallahu

‘alaihi wasallam bersabda ; Islam dibangun atas lima, Syahadat (persaksian)

bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Syahadat

(persaksian) bahwa Muhammad adalah rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala,

mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, Haji, dan shaum Ramadhan.1[1]

Zakat menjadi perwujudan ibadah seseorang kepada Allah sekaligus sebagai

perwujudan dari rasa pepedulian sosial. Dapat dikatakan, sesorang yang

melaksanakan zakat dapat mempererat hubungannya kepada Allah dan sesama

manusia. Dengan demikian pengabdian sosial dan pengabdian kepada Allah SWT

adalah inti dari ibadah zakat. Menunaikan zakat adalah urusan individu, sebagai

pemenuhan kewajiban seorang muslim.

1[1]Muhammad bin Isma’il Abu ‘Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,

(Yamamah: Dar Ibnu Katsir, 1407 H), jilid 1, hlm. 12.

Page 12: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

2

Penunaian kewajiban zakat adalah urusan kepada Allah. Apabila seorang

mukmin telah melaksanakan zakat, berarti ia telah beribadah dan melaksanakan

kewajibannya di sisi Allah dan akan mendapat ganjaran sebagaimana yang Allah

telah janjikan. Namun dalam melaksanakan kewajiban tersebut, dalam hal ini

muzakki tidak dapat terlepas dari urusan bersama, karena masalah zakat berhubungan

dengan masalah harta dan kepada siapa harta itu diberikan.

Allah swt. berfirman dalam Q.S. at-Taubah/9: 34.

Terjemahannya:

Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa

kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain,

dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun.

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.2

Masalah ini termasuk kajian yang banyak menjadi tema pembahasan di

beberapa kalangan dan kelompok yang memiliki semangat dalam dunia Islam. Tak

heran, jika kemudian pembahasan ini meninggalkan perbedaan pendapat.

Sebagian melarang pembayaran zakat fitrah dengan uang secara mutlak,

sebagian memperbolehkan zakat fitrah dengan uang tetapi dengan bersyarat, dan

sebagian lain memperbolehkan zakat fitrah dengan uang tanpa syarat. Yang menjadi

2 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h .

192

Page 13: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

3

masalah adalah sikap yang dilakukan orang awam. Umumnya, pemilihan pendapat

yang paling kuat menurut mereka, lebih banyak didasari logika sederhana dan jauh

dari ketundukan terhadap dalil. Jauhnya seseorang dari ilmu agama menyebabkan

dirinya begitu mudah mengambil keputusan dalam peribadahan yang mereka

lakukan. Seringnya, orang terjerumus ke dalam qiyas (analogi), padahal sudah ada

dalil yang tegas. Uraian ini bukanlah dalam rangka menghakimi dan memberi kata

putus untuk perselisihan pendapat tersebut. Namun, ulasan ini tidak lebih dari sebatas

bentuk upaya untuk mewujudkan penjagaan terhadap sunah Nabi dan dalam rangka

menerapkan firman Allah swt. dalam Q.S. an-Nisa/4: 59.

Terjemahanya:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang

sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.3

3 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia,

2012),h . 87

Page 14: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

4

Zakat hukumnya wajib sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi

wasallam:

صلى الله عليه عن أبى سعيد الخدرى قال كنا نخرج إذ كان فينا رسول الل

طعام أو زكاة الفطر عن كل صغير وكبير حر أو مملوك صاعا من وسلم

من تمر أو صاعا من زبيب صاعا من أقط أو صاعا من شعير أو صاعا

ا أو معتمرا فكلم فلم نزل نخرجه حتى قدم علينا معاوية بن أبى سفيان حاج

فيما كلم به الناس أن قال إنى أرى أن مدين من الناس على المنبر فكان

ا أنا سمراء الشام تعدل صاعا من تمر فأخذ الناس بذلك. قال أبو سعيد فأم

فلا أزال أخرجه كما كنت أخرجه أبدا ما عشت

Artinya:

“Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata : Ketika Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wasallam masih berada di tengah-tengah kami, biasa kami

mengeluarkan zakat fithrah dari setiap anak kecil dan orang dewasa, merdeka

atau budak, satu sha’ makanan atau satu sha’ keju, atau satu sha’ gandum,

atau satu sha’ kurma, atau satu sha’ anggur kering. Kami selalu

mengeluarkannya seperti itu, hingga Mu’awiyah bin Abu Sufyan datang ke

kota kami (Makkah) untuk berhajji atau ‘umrah. Dia berbicara di atas mimbar

kepada kaum muslimin. Diantara pidatonya, dia mengatakan, “Aku

berpendapat, bahwa dua mud gandum Syam nilainya sebanding dengan satu

sha’ kurma. Maka orang-orang pun berpegang pada pendapat itu. Abu Sa’id

berkata, “Sedangkan aku tetap mengeluarkan seperti dulu, selamanya

sepanjang hidupku4[2]”.

Dari hadits diatas terjadi perbedaan antara Muawiyah dan Abu Sa’id al-

Khudri, Mu’awiyah mengatakan bahwa “2 mud gandum sama dengan 1 sha’ kurma,

4[2]Abu al-Husain Muslim bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih

Muslim, (Beirut: Dar al-Jail, t.t), Jilid 3, hlm. 69.

Page 15: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

5

1 sha’ sama dengan 4 mud”. Sedangkan Abu Sa’id tidak membedakan baik itu

gandum, kurma, keju, kismis sesuai dengan apa yang di tetapkan Nabi Shallallahu

‘alaihi wasallam.

Itulah perbedaan para sahabat sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

mengenai takaran zakat, mereka tidak bisa disalahkan karena tidak mengurangi

takaran itu sendiri, selain itu Mu’awiyyah dan Abu Sa’id adalah seorang Sahabat.

Di zaman modern sekarang ini permasalahan zakat semakin berkembang,

bukan hanya mengenai takaran tetapi mengenai bahan makanan, yang di ganti dengan

uang. Meskipun hal ini pernah terjadi di kalangan tabi’u tabi’in bahkan tabi’in.

Hasan al-Bashri adalah seorang tabi’in, beliau salah satu yang membolehkan

dengan uang seperti ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz:

ة ، قال : جاءنا كتاب عمر بن عبد العزيز في صدقة حدثنا وكيع ، عن قر

الفطر : نصف صاع عن كل إنسان ، أو قيمته نصف درهم

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Qurah dia berkata: telah

datang kepada kami kitab ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz tentang Zakat Fitrah

setengah sha’ dari setiap manusia sama dengan menetapkannya setengah

Dirham5[3].

Kemudian Hasan al-Bashri mengatakan :

حدثنا وكيع ، عن سفيان ، عن هشام ، عن الحسن ، قال : لا بأس أن تعطي

الدراهم في صدقة الفطر

5[3]Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Mushannaf Ibnu Abi

Syaibah, jilid 3, hlm. 174.

Page 16: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

6

Artinya:

Telah bercerita kepada kami Waki’ dari Sufyan dari Hisyam dari

Hasan al-Bashri ia berkata : Tidak mengapa menggunakan Dirham untuk

Zakat Fitrah6[4].

Itulah alasan/hujjah bagi orang yang membolehkan zakat fitrah dengan uang

atas dasar penetapan Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Tetapi ulama yang lainnya

tidak sepakat dengan pernyataan Khalifah tersebut. Banyak ulama yang tidak

sependapat dengan beliau (‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, diantaranya:

1. Imam Maliki

2. Imam Al-Syafi’

3. Imam Ahmad bin Hanbal

4. Imam al-Syaukani

5. Syaikh Bin Baz

6. Syaikh Jabir al-Jaziri.

Abu Daud mengatakan tentang gurunya yaitu Imam Ahmad:

لحمد وأنا أسمع : أعطي دراهم يعني في صدقة الفطر قال : أخاف قيل

عليه وسلم . صلى الل أن لا يجزئه خلاف سنة رسول الل

Artinya:

“Imam Ahmad ditanya dan aku pun menyimaknya. Beliau ditanya oleh

seseorang, “Bolehkah aku menyerahkan beberapa uang dirham untuk zakat

fithri?” Jawaban Imam Ahmad, “Aku khawatir seperti itu tidak sah.

6[4]Ibid

Page 17: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

7

Mengeluarkan zakat fithri dengan uang berarti menyelisihi perintah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”7[5].

Perbedaan-perbedaan di atas menunjukan bahwa masalah fiqhiyyah ini sangat

luas dan tidak terbatas selama pendapat tersebut kuat dan bisa diterima. Terlepas dari

perbedaan para ulama mengenai Shalat Zakat fitrah, maka disini penulis bermaksud

mengadakan penelitian terhadap hadis-hadis tentang Zakat fitrah itu sendiri, karena

pentingnya masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hukum Zakat fitrah dengan Uang?

2. Bagaimana sikap yang seharusnya diambil masyarakat tentang

pemahaman Ulama tentang Zakat fitrah dengan Uang?

3. Adakah Mashlahat al-Murshalah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam penulisan paper ini berdasarkan

rumusan masalah diatas adalah :

1. Untuk mengetahui hukum zakat fitrah dengan uang.

7[5]Abu al-Hasan ‘Ubaidillah bin Muhammad ‘Abdussalam bin Khani

Muhammad bin Amanallah bin Hisamuddin al-Rahmani al-Mubarakfuri, Mar’atu al-

mafatih Syarah Misykatu al-Mashabih, (Banaris al-Hindi: Jami’ah al-Salafiyyah, 1404

H), jilid 6, hlm. 202.

Page 18: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

8

2. Untuk mengetahui kondisi Mashlahat dan madharatnya zakat fitrah

dengan uang.

Adapun Kegunaan penelitiaan ini Adalah :

1. Untuk menjawab syubhat-syubhat atau keraguan mengenai hukum zakat

fitrah dengan uang.

2. Untuk Memberikan sebuah pengetahuan, pemahaman, serta kesimpulan

umat islam mengenai permasalahan tersebut.

1. Kegunaan Teoritis

Untuk memberikan konstribusi positif terhadap masyarakat bagaimana

seharusnya kita mengambil sikap tentang pengamalan ikhtilaf ini

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi lembaga

Sebagai bahan pemahaman untuk ketercapaian program-program yang

dijalankan (khususnya di dalam mata pelajaran Fiqh zakat)

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan ilmu tetang zakat yang belum dipahami secara

menyeluruh terutama zakat fitrah dengan Uang

c. Bagi peneliti

Sebagai tambahan wawasan bagi peneliti dan harapan pastinya hasil

penelitian bisa dijadikan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya

Page 19: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

9

D. Pengertian dan Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalah fahaman tentang Hukum zakat fitrah

dengan Uang yang terkandung dalam judul penelitian ini, maka perlu peneliti

memberikan pengertian terhadap beberapa istilah yang berkaitan dengan judul. Yaitu

Hukum, zakat fitrah dan Uang yang berkaitan dengannya.

1. Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat.8

2. Zakat fitrah ialah Jumlah harta tertentu berupa bahan makanan pokok (beras,

gandum, dsb) yang harus di berikan pada akhir bulan yang wajib di keluarkan

oleh orang yang beragama islam dan di berikan kepada golongan yang berhak

menerimannya.9

3. Uang ialah Harga uang, standar pengukuran nilai atau kesatuan nilai yang

sah.10

Berdasarkan pengertian judul yang telah dikemukakan di atas maka secara

operasional bahwa Hukum zakat fitrah adalah kewajiban yang telah ditetapkan serta

jumlah, dan waktu yang di tetapkan pula. Sedanglan Nilai uang yang menjadi

permasalahan dalam pelaksanaan zakatnya itu yang sebahagian orang belum paham.

Jadi dari pemaparan diatas peneliti mencoba mengkaji permasalahan yang belum

dipahami kebanyakan masyarakat tentang Hukum zakat fitrah dengan Nilai uang

8 Kamus besar bahasa Indonesia hu-kum. 9 Kamus besar bahasa Indonesia za-kat fit-rah. 10Kamus besar bahasa Indonesia ni-lai uang.

Page 20: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

10

yang sesuai dengan Al-quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta

pendapat para ulama.

E. Garis-garis Besar Isi

Untuk memudahkan dalam mengkaji dan memahami masalah yang dibahas dalam

skripsi ini, maka susunan sistematikannya sebagai berikut;

BAB I: Pendahuluan; Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan

manfaat penelitian, , Pengertian dan Defenisi operasional dan Garis-

garis besar isi.

BAB II : Tinjauan Pustaka; Kerangka Teoritis, Defenisi Zakat, pengertian zakat

BAB III: Gambaran Umum Penelitian; Metode penelitian, Jenis Penelitian, sifat

penelitian, Pendekatan masalah, Pengumpulan Data dan Analisis Data.

BAB IV: Hasil Penelitian; Hukum zakat fitrah dengan Uang Menurut Al-quran,

Hadits-hadits dan pendapat para Jumhur Ulama.

BAB V: Penutup; Kesimpulan dan Saran

Page 21: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik

Dalam rangka teoritik ini peneliti memberikan gambaran tentang makna judul

diatas yaitu Hukum zakat fitrah dengan Uang. Apakah boleh mengeluarkan zakat

fitrah dengan Uang atau harus dengan makanan pokok yang sesuai dengan syari’at

atau tidak karena tidak dipungkiri, masalah ini masih banyak diperselisihkan terutama

masyarakat awwam yang belum paham banyak tentang zakat fitrah dengan Nilai,

bahkan diberbagai daerah ada beberapa kubu daerah yang membolehkan zakat fitrah

dengn uang dan ada yang membolekan zakat fitrah dengan bahan pokok dan tidak

memperbolehkan zakat fitrah dengan Uang

Pertama peneliti akan memaparkan secara ringkas tentang zakat, Zakat artinya

sebagaimana yang dijelaskan dalam lisanul arab adalah : Zakat berasal dari kata

mashdar dari zaka sya’iun زكا شيء yang berarti tumbuh, apabila sesuatu itu tumbuh

dan berkembang. Zakat adalah keberkahan, pertumbuhan, kesucian dan perbaikan6

6 Al-Mu’jam al-Wasith (1/398)

Page 22: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

8

Zakat menurut syar’I, adalah bagian yang telah ditetapkan pada harta tertentu,

waktu tertentu, yang diserahkan kepada pihak-pihak tertentu pula. Bagian yang

dikeluarkan dari harta ini dinamakan zakat, karena zakat tersebut akan menambah

keberkahan dari harta yang dikeluarkan zakatnya dan melindunginya dari mala

petaka.7 Demikian pula zakat akan mensucikan jiwa orang yang mengeluarkannya,

8

yang semakna dengannya

1. Defenisi Zakat

Zakat, menurut bahasa, adalah mashdar dari zaka sya’iun زكا شيء apabila

sesuatu itu tumbuh dan berkembang. Zakat adalah keberkahan, pertumbuhan,

kesucian dan perbaikan.9

Zakat menurut syar’I, adalah bagian yang telah ditetapkan pada harta tertentu,

waktu tertentu, yang diserahkan kepada pihak-pihak tertentu pula. Bagian yang

dikeluarkan dari harta ini dinamakan zakat, karena zakat tersebut akan menambah

keberkahan dari harta yang dikeluarkan zakatnya dan melindunginya dari mala

petaka.10

Demikian pula zakat akan mensucikan jiwa orang yang mengeluarkannya,11

yang semakna dengannya

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala : QS. At-Taubah 103

7 Al-Majmu’, imam an-Nawawi (V/324)

8 Majmu’ al-Fatawa (XXV/8) 9 Al-Mu’jam al-Wasith (I/398)

10 Al-Majmu’, imam an-Nawawi (V/324)

11 Majmu’ al-Fatawa (XXV/8)

Page 23: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

9

Terjemahanya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan12

dan mensucikan13

mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

2. Hukum Zakat dan kedudukannya

Hukum Zakat adalah Fardhu ‘ain bagi setiap orang yang telah

memenuhi syarat-syarat wajib zakat. zakat merupakan kewajiban yang

diperintahkan Allah kepada aetiap Muslim yang memiliki harta yang telah

mencapai Nishab dengan syarat-syarat tertentu, Kewajibannya di tetapkan

berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan Ijma’ para ulama.

Adapun dalam al-Quran, sungguh banyak ayat yang mewajibkan zakat

dan yang membicarakanya. Bahkan zakat ini selalu disandingkan dengan

shalat di delapan puluh ayat. Di antaranya adalah firman Allah swt berfirman:

Q.S.al-Baqarah 2/110

12 Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan

kepada harta benda 13

Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan

memperkembangkan harta benda mereka.

Page 24: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

10

Terjemahanya:

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja

yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada

sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Allah swt. berfirman: Q.S at-Taubah 9/103

Terjemahanya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan14

dan mensucikan15

mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Allah swt berfirman memberikan ancaman keras terhadap orang yang kikir

untuk mengeluarkannya. Allah swt berirman: Q.S. at-Taubah 9/34-35

14 Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada

harta benda 15

Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan

harta benda mereka.

Page 25: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

11

Terjemahanya:

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari

orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta

orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan

Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka,

(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas

perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,

lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta

bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang

(akibat dari) apa yang kamu simpan itu."16

Fiman-Nya : QS. Al-Baqarah 2/267

16

Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h . 192

Page 26: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

12

Terjemahanya:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian

dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan

dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu

kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau

mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan

ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.17

Shahih dari ibnu Umar dan Jabir bin Abdullah Radiyallahu ‘anhum, keduanya

berkata “Harta yang dikeluarkan zakatnya tidak termasuk harta simpanan.” 18

dengan

dua sanad yang shahih. Sedangkan dalam as-Sunnah telah mnegaskan kewajiban

zakat ini. Diriwayatkan dari ibnu Abbas Radhiallahu anhumaa, ketika Nabi

Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu ke

Yaman, beliau berkata:

أن لا إله إلا الله وأني عهم إلى شهادةإنك تأتي قوما من أهل الكتاب فاد

رسول الله فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس

صلوات في كل يوم وليلة فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض

إن هم أطاعوا لذلك فإياك عليهم صذقة تؤخذمن أغنيائهم فترد في فقرائهم ف

لمظلوم فإنه ليس بينها وبين الله حجابأموالهم واتق دعوة ا وكرائمArtinya:

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab,

maka ajaklah mereka untuk mengucapkan kalimat syahadat bahwa sanya

tidak ada Ilah yang berhak di Ibadahi kecuali Allah dan bahwasanya aku

adalah utusan Allah. Jika mereka menaatimu, maka ajarkan pada mereka

bahwa Allah Subhanahu Wata’ala mewajibkan pada mereka shalat lima waktu

sehari semalam. Jika mereka menaatimu, maka ajarkan pada mereka bahwa

Allah Subhanahu Wata’ala mewajibkan pada meraka zakat pada harta mereka

17 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia,

2012),h . 45 18 Mushannaf Abdurrazzaq (IV/107)

Page 27: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

13

yang di ambil dari orang-orang kaya dan diserahkan kepada kaum kafir. Jika

mereka menaatimu, maka hindarilah dari mengambil harta-harta kesayangaan

meraka, dan hindarilah doa orang yang terzhalimi, karena tidak ada hijab

antara doanya dengan Allah .” 19

Kewajiban zakat ini menjadi ijma’ dan tidak ada seorang pun yang

menyelisihinya, sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hingga sekarang

ini.

Adapun kedudukan zakat dalam agama: Zakat adalah salah satu dari lima

rukun Islam. Zakat adalah pilar ketiga dari agama islam setelah syahadatain dan

shalat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

محمدا رسول الله , بني السلام علي خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن

وحج البيت لمن وإقام الصلاة, وإيتاء الزكاة, وحج البيت وصوم رمضان

استطاع إليه سبيلاArtinya:

“Islam dibangun di atas lima perkara: Bersaksi Bahwa tidak ada tuhan

yang berhak disembah melainkan Allah dan Bahwa Muhammad adalah

Utusan Allah (syahadatain), Mendirikan shalat, menunaikan zakat,

melaksanakan haji ke Baitullah dan menjalankan berpuasa Ramadhan, dan

pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu melakukannya.”20

Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil baiat atas

para sahabatnya untuk mengeluarkan zakat.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku

membaiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menegakkan shalat,

mengeluarkan zakat dan memberikan nasihat kepada setiap muslim.”21

19

Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (1496) dan Muslim (19) 20 Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (8) dan Muslim (16)

21 Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (8) dan Muslim (56)

Page 28: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

14

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan untuk

memerangi orang yang menolak membayar zakat.

Diriwayatkan dari ibnu Umar Radhiyallahu anhumaa, Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wasallam bersabda;

الله وأن محمدا رسول الله أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا

.ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاةArtinya:

“ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka

bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah

dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat,

mengeluarkan zakat. . .”22

3. Fadhilah dan faidah zakat serta hikmah yang terkandung di dalamnya

1. Mengeluarkan zakat merupakan salah satu sifat orang-orang yang

berbakti (al-Abrar) dan penghuni syurga. Allah swt, berfirman: Q.S.

Adz-Dzariyat 51/15-19

22 Shahih , diriwayatkan oleh al-Bukhari (25) dan Muslim (22)

Page 29: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

15

Terjemahanya:

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-

taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian

Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang

yang berbuat kebaikan. di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.

dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.dan pada harta-

harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin

yang tidak mendapat bagian23

.24

2. Mengeluarkan zakat adalah salah satu sifat kaum mukminin yang berhk

mendapatkan rahmat Allah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman: QS. At-Taubah 71

Terjemahanya:

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka

menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,

mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-

Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.25

23

Orang miskin yang tidak mendapat bagian Maksudnya ialah orang miskin yang tidak

meminta-minta 24 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim

Asia, 2012),h .521 25

Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim

Asia, 2012),h .198

Page 30: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

16

3. Allah Subhanahu wata’ala akan mengembangkan dan menyuburkan harta

zakat bagi orang yang mengeluarkannya. Allah swt. berfirman Q.S. al-Baqarah 2/276

Tejemahanya:

Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah26

. dan Allah tidak

menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa27

.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بعدل تمرة من كسب طيب ولا يقبل الله إلا الطيب وإن الله يتقبلها من تصدق

بيمينه ثم يربيها لصاحبه كما يربي أحدكم فلوه حتى تكون مثل الجبل

Artinya:

“Barangsiapa bersedekah dengan setangkai kurma dari usaha yang

baik, dan Allah Subhanahu wata’ala tidak akan menerima kecuali dari harta

yang baik, niscaya Allah akan menerimannya dengan tangan kanan-Nya

kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya, sebagaimana salah seorang

dari kalian membesarkan anak untanya hingga seperti bukit.”28

Allah akan

menaungi (melindungi) orang yang mengeluarkan zakat dari panasnya Hari

kiamat kelak.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Huraira Radhiyyallahu ‘anhu,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

26 Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan

berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang

telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya 27

Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya 28 Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (1410) dan Muslim (1014)

Page 31: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

17

يظلهم الله في ظله, يوم لا ظل قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: سبعة

ادل, وشاب نشأ في عبادة ربه ورجل قلبه معلق في إلا ظله, الإمام الع

المساجد, ورجلان تحاب في الله, اجتمعا عليه وتفرقا عليه, ورجل طلبته

امرأة ذات منصب, وجمال, فقال تصدق أخفى, حتى لا تعلم شماله ماتنفق

يمينه, ورجل ذكر الله خاليا, ففاضت عيناه.

Artinya:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tujuh golongan

yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya .(Naungan Allah

Subhanahu wata’ala ini dapat diartikan secara sebenarnya yaitu naungan dari

‘arsyi Tuhannya, tetapi dapat juga ditafsirkan sebagai kinayah yaitu dalam

lindungan Allah Subhanahu wata’ala dan ditempatkan ditempat yang mulia)

pada hari yang tiada naungan kecuali naungan (dari)-Nya: Imam yang adil,

pemuda yang taat beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala sebagai

Tuhannya, Pemuda yang hatinya selalu terpaut untuk ke Masjid, Pemuda yang

saling mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah Subhanahu wata’ala,

Pemuda yang di ajak oleh seorang wanita yang perpangkat, nasab dan lagi

kaya/cantik untuk berbuat maksiat lalu menolaknya karena takut kepada

Allah, kemudian seseorang yang besedekah sehingga tangan kirinya tidak

mengetahui jika tangan kanannya bersedekah, seorang yang berzikir kepada

Allah dikala sendiri hingga meleleh air matanya (Meleleh air matanya,

meksudnya ialah karena ingatnya memusat betul-betul kepada Allah

Subhanahu wata’ala,, berasa banyak dosa yang dilakukan, juga karena ia amat

rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diredhai olehNya)

Basah karena menangis.”29

Zakat membersihkan harta dan mengembangkannya, serta membuka pintu-

pintu rizki bagi pelakunya.

Allah swt. berfirman :Q.S. Saba 34/39

29 Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (660) Hadits no 620 dan Muslim (1031)

Page 32: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

18

Terjemahanya:

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa

yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi

(siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan,

Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-

baiknya.30

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

Dari Abu Huraira Radhiyallahu anhu, Allah Ta’ala berfirman: Berinfaklah

wahai anak Adam, niscaya ada yang berinfak kepadamu.31

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wasallam bersabda :

Harta tidak akan berkurang karena shadaqah. Allah pasti akan menambah

kemuliaan seseorang yang suka memaafkan. Juga tidaklah seorang itu merendahkan

diri karena Allah, melainkan ia akan diangkat pula derajatnya oleh Allah ‘Azza

wajalla.32

Dari Abu Kabsyah, yaitu Umar Ibn Sa’ad al-anmari Radhiyallahu anhum.

Bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alai wasallam bersabda :

30

Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim

Asia, 2012),h .428 31 (Muttafaqun ‘alaih) Hadits sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits no. 4316, 4933,

6862 dan 6942: Muslim, hadits no. 1658 dan 1659; al-Tirmizi, hadits no. 2971; Ibnu Majah, hadits no.

193; Ahmad, hadits no. 6993, 7793, 7806, 9606 dan 10096. 32 (HR Muslim)

Hadits sahih, diriwayatkan oleh Muslim, hadits no. 4689 al-Tirmizi, hadits no. 1952; Ibnu Majah,

hadits no. 193; Ahmad, hadits no. 6908, 8647 dan 9258; Malik, hadits no. 1590; al-Darimi, hadits no.

1614.

Page 33: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

19

Ada tiga perkara yang aku bersumpah atasnya dan aku memberitahukan

kalian suatu hadits, maka peliharalah: Tidaklah berkurang harta seorang karena

shadaqah, tidaklah seorang hamba didzalimi dengan suatu kedzaliman dan ia

bersabar, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya, juga tidaklah seorang

hamba membuka pintu permintaan, melainkan Allah akan membuka untuknya pintu

kemiskinan,

Atau abda beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Merupakan kalimat lain yang

senada dengan uraian di atas.

Sesungguhnya dunia ini untuk empat macam golongan, yaitu: seorang hamba

yang dikaruniai rezki oleh Allah berupa harta dan ilmu pengetahuan, kemudian ia

bertaqwa kepada Tuhannya dan mempererat tali kekeluargaan serta mengetahui

haknya Allah dalam apa yang dimilikinya itu, maka ini adalah kedudukan terbaik,

juga seorang hamba yang di karuniai ilmu pengetahuan tetapi tidak di karuniai harta,

dan ia jujur dengan niatnya ketika berkata: seandainya aku mempunyai harta, niscaya

aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukan di Fulan itu, maka orang tadi

karena keniatannya, pahalanya sama dengan orang yang akan dicontohnya.

Ada pula seorang hamba yang dikaruniai harta tetapi tidak dikaruniai ilmu

pengetahuan, ia tersesat dengan hartanya itu tanpa ilmu, ia tidak bertaqwa kepada

Tuhannya, dan tidak menyambung sanak Familinya, bahkan tidak pula mengetahui

hak Allahh dalam hartanya itu. Inilah seburuk-buruknya kedudukan, juga seorang

hamba yang tidak dikaruniai harta dan tidak pula ilmu pengetahuan, lalu ia berkata:

Page 34: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

20

Seandainya aku mempunyai harta, pastilah aku akan berbuat sebagaimana perbuatan

si Fulan. Itulah niatnya, maka dosa keduanya sama.33

4. Zakat adalah sebab turunya berbagai kebaikan, dan menolak membayar zakat

adalah sebab terhalangnya berbagai kebaikan. Dalam hadits disebutkan :

Artinya:

“Tidaklah suatu kaum menahan zakat harta mereka melainkan mereka

dihalangi mendapatkan hujan dari langit. Seandainya bukan karena hewan ternak,

niscaya mereka tidak akan mendapat hujan.”34

5. Zakat menghapuskan dosa dan kesalahan.

Dalam hadits Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wasallam bersabda :

“Sedekah dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan

api.”35

Zakat adalah bukti kebenaran iman pelakunya. Sebab harta itu dicintai oleh

jiwa, dan suatu yang dicintai tidaklah dikeluarkan kecuali karena menharapkan

sesuatu yang dicintai yang semisalnya atau lebih, bahkan yang lebih banyak daripada

itu. Oleh karena itu, zakat disebut “shadaqah”, karena ia menunjukkan kejujuran

pelakunya dalam mencari ridha Allah Subhanahu wata’ala.36

33 Diriwayatkan oleh al-Tirmizi dan beliau berkata bahwa ini adalah Hadits hasan

sahih. Hadits sahih, diriwayatkan oleh al-Tirmizi, hadits no. 2247. Beliau berkata : Hadits ini

Hadits hasan sahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn Majah, hadits no. 4218 dan Ahmad,

hadits no. 17339 34 Ibnu Majah (4019) dan selainya. Syaikh al-Albani menshahihkanya dalam

ash-Shahihah (105) dengan syawahid 35 At-Thirmizi (609), an-Nasa’I dalam al-Kubra (11394), Ibn Majah (3973) dan Ahmad

(V/531) 36 Syarh al-Mumti’ (VI/12)

Page 35: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

21

Zakat membersihkan akhlak orang yang mengeluarkannya dan melapangkan

dadanya.

Zakat menegeluarkan pelakunya dari golongan orang-orang bakhil dan

memasukkannya kedalam golongan orang-orang yang dermawan. Zakat akan

melapangkan dadanya; karena jika seseorang mengeluarkan zakat hartanya, dengan

kerelaan dan kemurahan hatinya, maka ia akan meresakan kelapangan dalam

jiwanya.37

Zakat akan menjaga harta dan melindunginya dari perhatian orang-orang fakir

dan jamahan tangan orang-orang yang jahat.

6. Zakat dapat membantu orang-orang fakir dan orang-orang yang

membutuhkan. Yaitu menggandeng tangan mereka untuk memulai usaha baru dan

semangat baru, jika mereka orang-orang yang mampu, dan membantu mereka

menjalani hidup yang mulia, jika mereka orang-orang yang lemah. Zakat melindungi

masyarakat dari penyakit kemiskinan, dan melindungi Negara dari kemerosotan dan

kelemahan. 38

7. Zakat adalah partisipasi seorang Muslim dalam menunaikan kewajiban

sosialnya guna menopang Negara islam, dengan memberikanya ketika dibutuhkan,

mempersiapkan pasukan, menolak serangan musuh, dan membantu kaum kafir

hingga berkecukupan.39

37 Zadul Ma’ad, Ibnu al-Qayyim (II/25)

38 Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (II/732) 39 Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (II/732)

Page 36: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

22

8. Zakat adalah bentuk ucapan syukur akan nikmat harta.40

4. Hukum menolak membayar zakat dan hukuman bagi pelakunya

Para ulama bersepakat, barangsiapa yang meningkari kewajiban zakat, maka

ia kafir berdasarkan ijma’, karena ia mendustakan al-Quran dan as-Sunnah,

serta mengingkari suatu perkara yang sedah diketahui secara mendasar dalam

agama.41

Adapun barangsiapa yang mengakui kewajibanya tetapi menolak

untuk membayarnya: Diriwayatkan dari Imam Ahmad behwa ia berkata,

“orang yang tidak membayar zakat karena bakhil adalah kafir, seperti orang

yang meninggalkan shalatkarena malas.” Sebahagian hanabila menguatkan

riwayat ini.42

Mereka berdalil dengan firman Allah Subhanahu wata’ala

Terjemahanya:

“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,

maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (at-Taubah 11)

40 Adz-Dzakhirah, al-Qurafi (III/7) 41

Al-Mughni (II/572) dan al-majmu (V/334) 42 Syarh al-kabir ma’a al-Inshaf (III/43), al-Mabda’ (I/308) dan Syarh al-Mumti’ (VI/7)

Page 37: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

23

Mereka mengatakan, persaudaraan dalam agama tidak dinafikkan kecuali

dengan keluarnya seseorang dari agama. Allah Subhanahu wata’ala menetapkan

persaudaraan atas tiga kriteria ini: taubat dari syirik, menegakkan shalat, dan

menunaikan zakat

Sementara jumhur ulama berpendapat, orang yang menolak zakat karena

bakhil, tanpa mengingkari kewajibanya, maka ia telah melakukan salah satu dosa

besar, dam mendapatkan ancaman yang sangat keras berupa adzab yang sangat pedih

di hari kiamat. Tetapi, dengan hal ini, ia tidak keluar dari agama selama masih

mengakui akan kewajibanya.

Inilah pendapat yang benar dan didukung oleh hadits abu hurairah

Radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hukuman bagi orang yang menolak zakat emas dan

perak, setelah itu beliau bersabda:

“Kemudian diperlihatkan jalanya: apakah ke surga atau ke neraka.”43

Seandainya ia kafir, sudah pasti tidak ada jalan baginya menuju ke surge.

Wallahu ‘alam.

Adapun hukuman bagi rang yang menolak membayar zakat di dunia ada dua:

Qadariyah dan Syar’iyyah.

Hukuman yang bersifat qadariah44

ialah Allah menimpakan bencana kepada

setiap orang yang bakhil untuk mengeluarkan hak Allah dan hak kaum kafir pada

43

Shahih, diriwayatkan oleh muslim 44 Fiqh Az-Zakah (1/92)

Page 38: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

24

hartanya dengan kelaparan dan keringanan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu

‘alaihi wasallam:

ابتلا هم الله با لسنيتوما منع قوم الزكاة إلا

Artinya:

”Tidaklah suatu kaum menolak memebayar zakat,

melainkan Allah akan menimpakan bencana pada mereka dengan

musibah paceklik.”45

Dalam riwayat lain:

إلا حبس عنهم القتر

Artinya:

Melainkan hujan ditahun dari mereka (sehingga tidak turun)

a. Apabila orang yang menolak membayar zakat itu dalam

genggaman penguasa, maka zakat ditarik darinya secara paksa,

berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka

menyatakan: Tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Jika

mereka telah mengatakannya, maka terpeliharahlah dara dan harta

mereka, kecuali dengan haknya, dan hisab mereka diserahkan

kepada Allah.”

Diantara hak islam adalah zakat. Abu bakar radhiyallahu ‘anhu berkata

dihadapan para sahabat, “Zakat adalah hak harta. Demi Allah, jikalau mereka

menolak menyerahkan kepadaku seekor unta yang mereka dulu serahkan kepada

45

Diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam al-ausath (4557), al-hakim (II/136), al-baihaqi (III/346), dan dihasankan oleh syaikh al-albani.

Page 39: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

25

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Niscaya aku akan memerangi mereka

karena menahannya. . .”46

b. Adapun apabila orang yang menolak membayar zakat ini diluar

genggaman penguasa, maka penguasa boleh memeranginya,

karena para sahabat memerangi orang-orang yang menolak

membayar zakat.

Adapun hukuman bagi orang yang menolak membayar zakat diakhirat, maka

nash telah mensinyalir hal itu. Di antaranya:

Firman Allah Suabhanahu wata’ala:

46 Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (1399) dan muslim (20)

Page 40: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

26

Terjemahannya:

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian

besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-

benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka

menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang

menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan

Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan

mendapat) siksa yang pedih,

pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam,

lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka

(lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu

simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari)

apa yang kamu simpan itu."47

B. Uang

1. Sejarah Uang

Pada awalnya, dahulu manusia sama sekali belum mengenal pertukaran

barang (barter) apalagi uang, Sistem barter digunakan cukup lama, berabad-abad.

Hingga akhirnya kehidupan manusia makin kompleks sehingga adakalanya sistem

barter menghadapi kendala seperti sulitnya ketemu dua orang yang mempunyai

barang yang mau ditukarkan satu sama lain. Misal: Si A punya buah dan butuh ikan,

ketemunya si B yang punya ikan tapi butuhnya bukan buah, tapi pakaian.

Menghadapi masalah seperti diatas, maka manusia memikirkan lagi hingga

menemukan solusi yaitu menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar.

47 Q.S at-Taubah 34-35

Page 41: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

27

Benda yang ditetapkan sebagai alat tukar biasanya benda yang bisa diterima dengan

secara umum, seperti misalnya pada orang Romawi dulu menggunakan garam.

Kalau diilustrasikan pada si A dan si B diatas, maka akan terjadi seperti ini: Si

A menemui penghasil garam yang butuh buah, kemudian buah ditukar dengan garam.

Setelah garam dia dapat, barulah menukar garamnya dengan ikannya si B. Meskipun

yang dibutuhkan si B adalah pakaian, tapi si B mau menerima karena garam sudah

ditetapkan sebagai alat pertukaran sehingga nantinya akan mempermudah si B untuk

menukarnya lagi dengan yang ia butuhkan, yaitu pakaian.

Meskipun alat tukar sudah ditentukan, seiring waktu menemui kendala juga.

Seperti: Tidak mempunyai pecahan nilai sehingga kesulitan menentukan nilainya,

penyimpanan dan pengangkutan (transportation) yang susah, dan mudah hancur atau

tidak bertahan lamanya benda tersebut.

Hingga akhirnya dicarilah benda yang mempunyai syarat-syarat:

Diterima secara umum

lebih mudah dibawa, dan tahan lama

Benda tersebut ialah uang logam yang bahan pembuatannya dari emas dan

perak. Pada waktu itu setiap orang yang mempunyai uang logam tersebut berhak

penuh atas uang tersebut. Setiap orang boleh menimbun sebanyak-banyaknya bahkan

boleh untuk menempa atau melebur untuk digunakan perhiasan, sehingga timbul

Page 42: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

28

anggapan bahwa suatu saat jika tukar menukar mengalami perkembangan yang

membutuhkan uang logam dalam jumlah banyak, maka tidak bisa dilayani karena

mengingat emas dan perak jumlahnya terbatas. Lagi pula untuk transaksi tukar-

menukar dalam skala besar, uang logam jumlah banyak juga mempunyai kekurangan

yaitu sulitnya untuk dipindah-pindahkan dari tangan satu ke tangan lainnya. Sampai

akhirnya terciptalah uang kertas.

Tapi jangan salah, uang kertas yang beredar saat itu merupakan bukti

kepimilikan atas emas atau perak. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada

saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan

di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan

jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan

emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka

menjadikan ‘kertas-bukti’ tersebut sebagai alat tukar.

Karena kehidupan saat itu belum sekompleks seperti sekarang ini. Dengan

sangat sederhana sekali, manusia saat itu memenuhi kebutuhan hidup sendiri-sendiri.

Misalnya: Berburu kalau lapar, kalau butuh pakaian mereka membuatnya sendiri

dengan bahan sederhana seperti kulit dan dedaunan pohon, kalau ingin makan lainnya

tinggal pergi ke hutan untuk memetik buah yang bisa dimakan.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, lama-kelamaan manusia

menghadapi kenyataan bahwa apa yang mereka peroleh tidak bisa memenuhi

Page 43: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

29

kebutuhannya sendiri secara menyeluruh. Sehingga dicarilah cara buat tukar-menukar

barang antara individu satu sama yang lain. Cara seperti ini dikenal sebagai sistem

barter.

Munculnya Uang Seiring dengan berkembangnya zaman sistem barter mulai

ditinggalkan karena banyak merugikan serta kurang praktis. Akhirnya manusia mulai

menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar seperti garam, kulit kerang,

manik-manik, tembaga, dan benda-benda lainya.

Pada abad ke-17 M sejarah uang pun berubah dan semakin berkembang. Alat

tukar yang digunakan pun mulai menggunakan logam. Adapun logam-logam yang

digunakan adalah emas dan perak. Semenjak saat itu pertukaran semakin mudah

dengan menggunakan uang. Seiring berjalanya waktu penggunaan uang logam dari

emas dan perak mulai digantikan dengan uang kertas.

2. Pengertian Uang

Pengertian uang dibagi menjadi dua, yaitu: Pengertian uang dalam ilmu ekonomi

tradisional dan modern.

Pengertian uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat

tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda

apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses

pertukaran barang dan jasa. Uang seperti ini disebut Uang Barang.

Page 44: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

30

Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu

yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi

pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya

bahkan untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi

uang sebagai alat penunda pembayaran.

Menurut Ahli Ilmuan tentag pengertian Uang

A.C Piguo dalam bukunya “The Veil Of Money” yang dimaksud uanga

adalah alat tukar.

D.H Robertson dalam bukunya Money yang dimaksud dengan uang adalah

sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang.

R.G Thomas dalam bukunya Our Modern Banking menjelaskan bahwa uang

adalah seseuatu yang tersedia dan diterima umum sebagai alat pembayaran

bagi pembelian barang-barabg dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya.

3. Syarat- syarat Uang

Uang diterima dan disepakati oleh masyarakat sebagai alat perantara dalam

kegiatan ekonomi. Agar dapat disetujui dan diterima masyarakat, uang harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

Ada Jaminan

Page 45: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

31

Setiap uang yang diterbitkan harus dijamin oleh pemerintah. Dengan adanya

jaminan dari pemerintah, penggunaan uang untuk berbagai keperluan

mendapat kepercayaan dari masyarakat luas.

Diterima Secara Umum (Acceptability)

Artinya uang harus dapat diterima secara umum penggunaannya, baik sebagai

alat tukar, penimbun kekayaan, atau sebagai standar pencicilan utang.

Nilainya Stabil (Stability of Value)

Nilai uang harus stabil. Apabila nilai uang naik-turun tidak menentu, orang

pun tidak mau menggunakannya sebagai alat tukar karena ia tidak

memercayainya.

Mudah Disimpan (Storable)

Uang harus memiliki fleksibilitas, seperti bentuk fisiknya yang tidak terlalu

besar, mudah dilipat, dan memiliki nilai nominal mulai dari yang kecil sampai

yang besar. Hal tersebut ditujukan agar uang mudah disimpan.

Mudah Dibawa (Portability)

Coba bayangkan seandainya berat sekeping uang logam mencapai 1 kg dan

sebesar piring. Orang pasti tidak bisa leluasa membawa uang tersebut ke mana

pun. Oleh karena itu, sebuah uang harus memenuhi syarat mudah dipindahkan

dan mudah dibawa ke mana pun. Artinya, uang harus mudah dipindahkan dari

satu tangan ke tangan yang lain.

Tidak Mudah Rusak (Durability)

Page 46: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

32

Orang tentu tidak mau menggunakan uang jika uang tersebut mudah sekali

rusak. Uang harus tahan lama, tidak mudah robek, pecah, atau luntur. Oleh

karena itu, kualitas fisik uang harus betul-betul dapat dipastikan bertahan

untuk jangka waktu yang relatif lama.

Mudah Dibagi (Divisibility)

Uang juga harus mudah dibagi ke dalam berbagai nilai nominal, misalnya

Rp100.000,00; Rp50.000,00; Rp1.000,00, dan Rp500,00. Seandainya nilai

uang hanya Rp50.000,00 sedangkan untuk membeli satu kilogram jeruk hanya

dibutuhkan uang Rp5.000,00, bagaimana dengan kembaliannya? Tentu saja

hal tersebut akan menghambat transaksi. berjalanya waktu penggunaan uang

logam dari emas dan perak mulai digantikan dengan uang kertas.

4. Fungsi Asli dan Fungsi Turunan uang, secara umum terbagi atas 3, yaitu :

1. Sebagai Alat Tukar

Fungsi uang sebagai alat tukar merupakan fungsi utama dari uang, karena

pada dasarnya penggunaan uang untuk memudahkan pertukaran, khususnya bagi

pembeli. Sebagai alat tukar bentuk uang haruslah mudah dibawa, ringan dan relatif

aman. Dengan uang menjadikan pertukaran antar barang lebih fleksibel atau praktis,

karena antara pembeli dan penjual tidak perlu memiliki keinginan timbal balik

sebagaimana layaknya dalam pola barter (tukar). Dengan adanya uang pembeli dapat

memperoleh barang yang dia inginkan dan penjual pun dapat menggunakan uang

tersebut untuk dibelanjakan guna mendapatkan barang yang berbeda atau sama.

Page 47: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

33

2. Sebagai Penyimpan Nilai

Fungsi uang sebagai penyimpan nilai yaitu nilai nominal yang tertera pada

kertas atau logamnya merupakan nilai yang memiliki daya beli yang sama pada

jangka waktu tertentu, pada saat harga-harga barang dan jasa belum naik. Artinya

nilai uang tidak kadaluarsa sebagaimana layaknya barang yang diperdagangkan.

Karena fungsi uang sebagai penyimpan nilai, maka uang bermanfaat bila disimpan

dalam arti akan memberikan kemampuan daya beli yang lebih tinggi dari sebelumnya

(untuk waktu tertentu) bila jumlahnya bertambah banyak dan bahkan akan bertambah

melebihi dari yang semestinya bila disimpan di bank.

3. Sebagai Satuan Hitung

Fungsi uang sebagai satuan hitung pada zaman ini hampir-hampir sudah

merupakan keharusan. Dalam segala pekerjaan apapun dan hasil penilaiannya

ditentukan dalam bentuk satuan uang, meskipun secara fisik atau bentuk benda yang

dinilai tidak tampak, seperti jasa. Dengan adanya uang, maka setiap orang akan

merasa bahagia jika mengetahui harga dari jasa yang diberikannya sesuai dengan

keinginan atau yang berlaku umum. Karena dengan uang, segala sesuatu hasil

pekerjaan dapat dinilai dan dihargai serta memudahkan pencatatan.

Fungsi Turunan Dibagi:

1. Uang sebagai alat pembayaran yang sah.

2. Uang sebagai alat pembayaran utang.

3. Uang sebagai alat penimbun kekayaan.

4. Uang sebagai alat pemindah kekayaan.

Page 48: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

34

5. Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi

C. Kerangka Pikir

Dalam madzhab Syafi’i -madzhab yang dijadikan rujukan di Indonesia-

dijelaskan bahwa zakat fitrah itu dengan makanan pokok, bukan dengan uang.

Mereka tetapkan bahwa zakat fitrah dengan satu sho’ makanan pokok. Satu sho’ ini

adalah ukuran takaran yang berbeda dari masing-masing makanan karena berbedanya

massa jenis. Satu sho’ dapat diperkirakan antara 2,1 – 3,0 kg.

Kita akan lihat dari perkataan ulama Syafi’iyah, mereka menyebut bentuk

zakat fitrah adalah dengan makanan, bukan dengan uang yang senilai.

Ibnu Qasim Al Ghozzi dalam Fathul Qorib berkata bahwa zakat fitrah itu berupa satu

sho’ dari makanan pokok di negeri tersebut. Jika ada beberapa makanan pokok, maka

diambil makanan yang lebih dominan dikonsumsi. Jika seseorang berapa di badiyah

(bukan menetap di suatu negeri), maka zakat fitrah yang dikeluarkan adalah dari

makanan yang dekat dengan negerinya. Siapa yang tidak memiliki satu sho’

makanan, yang ada hanyalah setengah sho’, maka hendaklah ia keluarkan dengan

sebagian tersebut.48

Imam Nawawi juga berkata bahwa zakat fitrah itu berupa satu sho’ makanan

Jenisnya adalah dari makanan pokok, begitu pula bisa dengan keju menurut pendapat

48 (Fathul Qorib, hal. 235).

Page 49: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

35

terkuat. Wajib yang dikeluarkan adalah makanan pokok dari makanan negeri.49

, Zakat

fitrah dikeluarkan dari makanan pokok dari negeri.50

Adapun membayar zakat fitrah dengan uang sudah disinggung oleh Imam

Nawawi dalam Al Majmu’ bahwa seperti itu tidak dibolehkan.

Imam Nawawi berkata, “Tidak boleh mengeluarkan zakat fitrah dengan qimah

(sesuatu seharga makanan, misal: uang). Inilah yang jadi pendapat madzhab Syafi’i.

Pendapat ini juga menjadi pendapat Imam Malik, Imam Ahmad dan Ibnul Mundzir.

Sedangkan Imam Abu Hanifah membolehkan. Ibnul Mundzir menceritakan bahwa

Hasan Al Bashri, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, serta Ats Tsauri berpendapat boleh seperti

Abu Hanifah. Sedangkan Ishaq dan Abu Tsaur berkata, “Membayar zakat fitrah

dengan sesuatu yang senilai (misal: uang) tidak sah kecuali saat darurat.”51

Dalil

ulama Syafi’iyah kenapa zakat fitrah mesti dengan makanan bukan dengan uang

adalah hadits Ibnu ‘Umar berikut,

زكاة الفطر صاعا من تمر ، أو –صلى الله عليه وسلم –فرض رسول الله

غير والكبير من صاعا من شعير على العبد والحر ، والذهكر والأنثى ، والصه

أن تؤدهى قبل خروج النهاس إلى الصهلاة المسلمين وأمر بها

Artinya:

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri

dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang

merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun

49 (Minhajuth Tholibin, 1: 400) 50

Dalam Kifayatul Akhyar (hal. 239) 51 (Al Majmu’6: 71).

Page 50: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

36

dewasa. Zakat tersebut diperintahkan untuk dikeluarkan sebelum orang-orang

keluar untuk melaksanakan shalat ‘ied.”52

52 (HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984).

Page 51: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu suatu

penelitian yang sumber datanya diperoleh dari beberapa buku, artikel dan beberapa

karya tulis ilmiah yang relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Sumber

tersebut diambil dari berbagai karya yang membicarakan mengenai persoalan ilmu

zakat terkhusus Hukum zakat fitrah dengan nilai uang.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu suatu penelitian yang dilakukan

untuk menginventarisasikan dan mengidentifikasi secara kritis dan analisis, yaitu

dengan menemukan fakta, pengertian dan permasalahan dengan diikuti oleh analisa

yang memadai.

3. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

pendekatan normatife, yaitu mendekati masalah yang diteliti dengan melihat

kebenaran berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi

wasallam.

4. Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

dekumentatif, yaitu dengan mengumpulkan data primer yang di peroleh dari sumber-

sumber yang secara langsung berbicara tentang permasalahan yang di teliti dan juga

Page 52: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

51

data-data sekunder yaitu data-data yang secara tidak langsung membicarakanya

namun relevan untuk dikutip sebagai pembanding.

5. Analisi Data

Dalam menganalisis data penelitian menggunakan induktif dan dedukatif,

Deduktif merupakan penalaran yang berangkat dari data umum ke data khusus,

sementara induktif adalah menelaran dari data khusus dan memiliki kesamaan

sehingga dapat digenerelisasikan menjadi kesimpulan Umum.

Page 53: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian

1. Pengertian Umum Hukum Zakat Fitrah dengan Uang

Jika Zakat Fitrah Menggunakan Uang

Masalah ini termasuk kajian yang banyak menjadi tema pembahasan di

beberapa kalangan dan kelompok yang memiliki semangat dalam dunia Islam. Tak

heran, jika kemudian pembahasan ini meninggalkan perbedaan pendapat.

Sebagian melarang pembayaran zakat fitrah dengan uang secara mutlak,

sebagian memperbolehkan zakat fitrah dengan uang tetapi dengan bersyarat, dan

sebagian lain memperbolehkan zakat fitrah dengan uang tanpa syarat. Yang menjadi

masalah adalah sikap yang dilakukan orang awam. Umumnya, pemilihan pendapat

yang paling kuat menurut mereka, lebih banyak didasari logika sederhana dan jauh

dari ketundukan terhadap dalil. Jauhnya seseorang dari ilmu agama menyebabkan

dirinya begitu mudah mengambil keputusan dalam peribadahan yang mereka

lakukan. Seringnya, orang terjerumus ke dalam qiyas (analogi), padahal sudah ada

dalil yang tegas.

Uraian ini bukanlah dalam rangka menghakimi dan memberi kata putus untuk

perselisihan pendapat tersebut. Namun, ulasan ini tidak lebih dari sebatas bentuk

Page 54: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

upaya untuk mewujudkan penjagaan terhadap sunah Nabi dan dalam rangka

menerapkan firman Allah, yang artinya,

Terjemahanya:

“Jika kalian berselisih pendapat dalam masalah apa pun maka

kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian adalah orang yang beriman

kepada Allah dan hari akhir.” (Q.s. An-Nisa’:59)

Allah menegaskan bahwa siapa saja yang mengaku beriman kepada Allah dan

hari kiamat, maka setiap ada masalah, dia wajib mengembalikan permasalahan

tersebut kepada Alquran dan As-Sunnah. Siapa saja yang tidak bersikap demikian,

berarti ada masalah terhadap imannya kepada Allah dan hari akhir.

Pada penjelasan ini, terlebih dahulu akan disebutkan perselisihan pendapat

ulama, kemudian di-tarjih (dipilihnya pendapat yang lebih kuat). Pada kesempatan

Page 55: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

ini, Penulis akan lebih banyak mengambil faidah dari risalah Ahkam Zakat fitri (zakat

fitrah), karya Nida’ Abu Ahmad.

Perselisihan ulama dalam hal “zakat fitri (zakat fitrah) dengan uang”

Terdapat dua pendapat ulama dalam masalah ini (zakat fitri (zakat fitrah)

dengan uang). Pendapat pertama, memperbolehkan pembayaran zakat fitri (zakat

fitrah) menggunakan mata uang. Pendapat kedua, melarang pembayaran zakat fitri

(zakat fitrah) menggunakan mata uang. Permasalahannya kembali kepada status zakat

fitri (zakat fitrah). Apakah status zakat fitri (zakat fitrah) itu sebagaimana zakat harta

ataukah statusnya sebagai zakat badan?

Jika statusnya sebagaimana zakat harta maka prosedur pembayarannya

sebagaimana zakat harta perdagangan. Pembayaran zakat perdagangan tidak

menggunakan benda yang diperdagangkan, namun menggunakan uang yang senilai

dengan zakat yang dibayarkan. Sebagaimana juga zakat emas dan perak,

pembayarannya tidak harus menggunakan emas atau perak, namun boleh

menggunakan mata uang yang senilai.

Sebaliknya, jika status zakat fitri (zakat fitrah) ini sebagaimana zakat badan

maka prosedur pembayarannya mengikuti prosedur pembayaran kafarah untuk semua

jenis pelanggaran. Penyebab adanya kafarah ini adalah adanya pelanggaran yang

dilakukan oleh badan, bukan kewajiban karena harta. Pembayaran kafarah harus

Page 56: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

menggunakan sesuatu yang telah ditetapkan, tidak boleh menggunakan selain yang

ditetapkan.

Jika seseorang membayar kafarah dengan selain ketentuan yang ditetapkan

maka kewajibannya untuk membayar kafarah belum gugur dan harus diulangi.

Misalnya, seseorang melakukan pelanggaran berupa hubungan suami-istri di siang

hari bulan Ramadan, tanpa alasan yang dibenarkan. Kafarah untuk pelanggaran ini

adalah membebaskan budak, puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60

orang fakir miskin, dengan urutan sebagaimana yang disebutkan. Seseorang tidak

boleh membayar kafarah dengan menyedekahkan uang seharga budak, jika dia tidak

menemukan budak. Demikian pula, dia tidak boleh berpuasa tiga bulan namun putus-

putus (tidak berturut-turut). Juga, tidak boleh memberi uang Rp. 5.000 kepada 60

fakir miskin. Mengapa demikian? Karena kafarah harus dibayarkan persis

sebagaimana yang ditetapkan.

Di manakah posisi zakat fitri (zakat fitrah)?

Sebagaimana yang dijelaskan Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah, pendapat yang

lebih tepat dalam masalah ini adalah bahwasanya zakat fitri (zakat fitrah) itu

mengikuti prosedur kafarah karena zakat fitri (zakat fitrah) adalah zakat badan,

bukan zakat harta. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa zakat fitri (zakat fitrah)

adalah zakat badan –bukan zakat harta– adalah pernyataan Ibnu Abbas dan Ibnu

Umar radhiallahu ‘anhuma tentang zakat fitri (zakat fitrah).

Page 57: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam mewajibkan zakat fitri (zakat fitrah), … bagi kaum muslimin, budak

maupun orang merdeka, laki-laki maupun wanita, anak kecil maupun orang dewasa

….” (Hr. Al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam mewajibkan zakat fitri (zakat fitrah) (zakat fitrah), sebagai penyuci orang yang

berpuasa dari perbuatan yang menggugurkan pahala puasa dan dari perbuatan atau

ucapan jorok ….”(Hr. Abu Daud; dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani)

Dua riwayat ini menunjukkan bahwasanya zakat fitri (zakat fitrah) berstatus sebagai

zakat badan, bukan zakat harta. Berikut ini adalah beberapa alasannya:

1. Adanya kewajiban zakat bagi anak-anak, budak, dan wanita. Padahal, mereka

adalah orang-orang yang umumnya tidak memiliki harta. Terutama budak;

seluruh jasad dan hartanya adalah milik tuannya. Jika zakat fitri (zakat fitrah)

merupakan kewajiban karena harta maka tidak mungkin orang yang sama

sekali tidak memiliki harta diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya.

2. Salah satu fungsi zakat adalah penyuci orang yang berpuasa dari perbuatan

yang menggugurkan pahala puasa serta dari perbuatan atau ucapan jorok.

Fungsi ini menunjukkan bahwa zakat fitri (zakat fitrah) berstatus sebagaimana

kafarah untuk kekurangan puasa seseorang.

Page 58: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Apa konsekuensi hukum jika zakat fitri (zakat fitrah) berstatus sebagaimana

kafarah?

Ada dua konsekuensi hukum ketika status zakat fitri (zakat fitrah) itu

sebagaimana kafarah:

1. Harus dibayarkan dengan sesuatu yang telah ditetapkan yaitu bahan makanan.

2. Harus diberikan kepada orang yang membutuhkan untuk menutupi hajat

hidup mereka, yaitu fakir miskin. Dengan demikian, zakat fitri (zakat fitrah)

tidak boleh diberikan kepada amil, mualaf, budak, masjid, dan golongan

lainnya. (lihat Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam, 25:73)

Sebagai tambahan wacana, berikut ini kami sebutkan perselisihan ulama

dalam masalah ini.

Pendapat yang membolehkan pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) dengan

uang

1. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz

2. Hasan al-Bashri

3. Imam Abu Hanifah

4. Sufyan al-Tsauri

Alasan para ulama membolehkan zakat fitrah dengan uang diantaranya:

a. Pendapat Umar bin ‘Abdul ‘Aziz

Page 59: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

ة ، قال : جاءنا : نصف ر كتاب عمر بن عبد العزيز في صدقة الفط عن قر

صاع عن كل إنسان ، أو قيمته نصف درهم

Artinya:

Dari Qurrah ia berkata: telah datang kepada kami ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz

tentang zakat fitri: setengah sha’ setiap manusia atau setara dengan setengah

dirham.1[20]

b. Pendapat Hasan al-Bashri

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, bahwa beliau mengatakan, “Tidak

mengapa memberikan zakat fitri (zakat fitrah) dengan dirham.”

عن الحسن ، قال : لا بأس أن تعطي الدراهم في صدقة الفطر

Artinya:

Dari Hasan al-Bashri ia berkata: tidak mengapa memberikan dirham

untuk zakat fitrah.2[21]

Diriwayatkan dari Abu Ishaq; beliau mengatakan, “Aku menjumpai mereka

(Al-Hasan dan Umar bin Abdul Aziz) sementara mereka sedang menunaikan zakat

Ramadan zakat fitri zakat fitrah dengan beberapa dirham yang senilai bahan

makanan.”

1[20] Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Mushannaf Ibnu

Abi Syaibah, jilid 3, hlm. 174.

2[21]Ibid

Page 60: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

عن زهير ، قال : سمعت أبا إسحاق يقول : أدركتهم وهم يعطون في صدقة

رمضان ، الدراهم بقيمة الطعام

Artinya:

Dari Zuhair ia berkata: aku mendengar Abu Ishaq berkata: Aku

melihat orang-orang memberikan zakat dibulan Ramadhan berupa Dirham

yang seharga makanan.3[22]

c. Pendapat Abu Hanifah dan Sufyan al-Tsauri

Abu Hanifah dan Sufyan al-Tsauri membolehkan seperti riwayat ‘Umar bin

‘Abdul ‘Aziz dan Hasan al-Bashri.4[23]

Diriwayatkan dari Atha’ bin Abi Rabah, bahwa beliau menunaikan zakat fitri

(zakat fitrah) dengan waraq (dirham dari perak).

Pendapat yang melarang pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) dengan uang

1. Imam Malik

2. Imam Syafi’i

3. Imam Ahmad bin Hanbal

4. ‘Atha

5. Syeikh bin Baz

6. Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi

a. Pendapat Imam Malik dan Syafi’i

3[22] ibid

4[23]Mar’atu al-Mafatih Syarah Misykatu al-Mashabih, op.cit, jilid 6, hlm. 202.

Page 61: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Imam Malik, Imam Syafi’i mengatakan tidak boleh menyalurkan zakat fitrah

dengan uang yang senilai dengan zakat5[24]. Karena tidak ada satu pun dalil yang

menyatakan dibolehkannya hal ini6[25].

b. Pendapat imam Ahmad

Abu Daud mengatakan:

قال : أخاف -يعني في صدقة الفطر -أعطي دراهم قيل لحمد وأنا أسمع :

عليه وسلم . صلى الل أن لا يجزئه خلف سنة رسول الل

Artinya:

“Imam Ahmad ditanya dan aku pun menyimaknya. Beliau ditanya

oleh seseorang, “Bolehkah aku menyerahkan beberapa uang dirham untuk

zakat fithri?” Jawaban Imam Ahmad, “Aku khawatir seperti itu tidak sah.

Mengeluarkan zakat fithri dengan uang berarti menyelisihi perintah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam7[26]”.

Abu Tholib berkata berkata bahwa Imam Ahmad berkata padanya,

Tidak boleh menyerahkan zakat fithri dengan uang seharga zakat“ لا يعطي قيمته

tersebut.”8[27]

Dalam kisah lainnya dari Imam Ahmad:

بالقيمة ، قال يدعون قيل له : قوم يقولون ، عمر بن عبد العزيز كان يأخذ

عليه وسلم ويقولون قال فلن ، قال ابن عمر : صلى الل قول رسول الل

5[24] ‘Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al-Maqdisi Abu Ahmad, al-Mughni

fi Fiqh Ahmad bin Hanbal al-Syaibani, (Beirut:Dar al-Fikr,1405 H), jilid 2, hlm 671.

6[25]Mar’atu al-Mafatih Syarah Misykatu al-Mashabih, op.cit, jilid 6, hlm. 202.

7[26]Ibid

8[27]Ibid

Page 62: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

عليه وسلم وسلم زكاة الفطر صاعا من تمر ، صلى الل فرض رسول الل

أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وقال قوم يردون السنن : شعير أو صاعا من

قال فلن : قال فلن وظاهر

Artinya:

“Ada yang berkata pada Imam Ahmad, “Suatu kaum mengatakan

bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz membolehkan menunaikan zakat fithri dengan

uang seharga zakat.” Jawaban Imam Ahmad, “Mereka meninggalkan sabda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas mereka mengatakan bahwa si

fulan telah mengatakan demikian?! Padahal Ibnu ‘Umar sendiri telah

menyatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat

fithri (dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum ...).” Allah Ta’ala

berfirman (yang artinya), “Ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya.” Sungguh

aneh, segolongan orang yang menolak ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam malah mengatakan, “Si fulan berkata demikian dan demikian”.9[28]

c. Pendapat ‘Atha

‘Atha membenci zakat fitrah dengan uang ia berkata:

عن ابن جريج ، عن عطاء ؛ أنه كره أن يعطي في صدقة الفطر ورقا

Artinya:

Dari Ibnu Juraij dari ‘Atha: Bahwasanya ia membenci menunaikan

zakat fitrah dengan uang.10[29]

d. Pendapat Syaikh Jabir al-Jazairi

Syeikh Jabir al-Jazairi berkata: “Zakat fithri wajib dikeluarkan dari jenis-jenis

makanan (pokok), dan tidak menggantinya dengan uang, kecuali karena darurat

(terpaksa). Karena, tidak ada dalil (yang menunjukkan) bahwa Nabi Shallallahu

9[28], al-Mughni fi Fiqh Ahmad bin Hanbal al-Syaibani, op.cit, jilid 2, hlm 671.

10[29] Mar’atu al-Mafatih Syarah Misykatu al-Mashabih, op.cit, jilid 6, hlm. 202

Page 63: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

‘alaihi wa sallam menggantikan zakat fithri dengan uang. Bahkan juga tidak

dinukilkan dari seorang sahabat pun, bahwa mereka mengeluarkannya dengan

uang11[30]”

e. Pendapat Syaikh bin Baz

“Telah kita ketahui bahwa ketika pensyari’atan dan dikeluarkannya zakat

fithri ini sudah ada mata uang dinar dan dirham di tengah kaum muslimin –khususnya

penduduk Madinah (tempat domisili) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan kedua mata uang ini dalam

zakat fithri.

Seandainya mata uang dianggap sah dalam membayar zakat fithri, tentu

beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskan hal ini. Alasannya, karena

tidak boleh bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan penjelasan

padahal sedang dibutuhkan.

Seandainya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membayar zakat fithri

dengan uang, tentu para sahabat radhiyallahu ‘anhum akan menukil berita tersebut.

Kami juga tidak mengetahui ada seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

yang membayar zakat fithri dengan uang. Padahal para sahabat adalah manusia yang

paling mengetahui sunnah (ajaran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang

yang paling bersemangat dalam menjalankan sunnahnya.

11[30]Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim (Kaira: Dar al-Salam), hlm

231.

Page 64: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Seandainya ada di antara mereka yang membayar zakat fithri dengan uang,

tentu hal ini akan dinukil sebagaimana perkataan dan perbuatan mereka yang

berkaitan dengan syari’at lainnya dinukil (sampai pada kita.12[31]

Dari penjelasan ulama yang membolehkan zakat fitrah dengan uang dan yang

melarang (pro dan kontra), maka penulis mencoba untuk merumuskan alasan-

alasannya.

Pertama, alasan ulama yang pro terhadap zakat fitrah dengan uang hampir

semuanya berinduk kepada Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Sedangkan ‘Umar bin

‘Abdul ‘Aziz ketika mengatakan bolehnya bahan makan pokok di ganti dengan uang,

itu merupakan Ijtihadnya karena tidak ada nashnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam dan juga para sahabat.

Kedua, ijtihad itu tidak selamanya benar, Terkadang salah dan terkadang

benar. Benar ia dapat dua pahala dan salah ia dapat satu pahala.

فأصاب فله أجران وإذا اجتهد فأخطأ فله أجر إذا اجتهد الحاكم

Artinya:

Apabilia seorang hakim berijtihad dan benar maka baginya dua pahala

dan jika salah maka baginya satu pahala.13[32] ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz

adalah seorang Imam bahkan Khalifah, dan ia memenuhi syarat muthlaq

sebagai Mujtahid.

12[31]Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Majmu’ Fatawa bin Baz

(Riyadh: Dar al-Qasim, 1420 H), jilid 14, hlm 208.

13[32]Abu Zakarya Yahya bin Syarf al-Nawawi, Minhaj Syarah Shahih Muslim

(Beirut: Dar Ihya al-Turats, 1392), jilid 11, hlm 91.

Page 65: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Ketiga, penulis melihat bahwa lahirnya zakat fitrah dengan uang pada zaman

sekarang ini lebih condong melihat Maslahah al-Mursalah atau dengan Qiyas.

Qiyas Zakat fitrah dengan uang terhadap makanan pokok

Qiyas secara bahasa التقدير والمساواة mengukur sesuatu/ menyamakan.14[33]

Sedangkan menurut istilah adalah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa

yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian

atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena

ada persamaan illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu15[34]

Al-Quran dan hadits adalah kedua sumber yang harus dijadikan sumber

hukum kemudian jika tidak ada didalam keduanya maka menempuh Ijma’ dan Qiyas.

Qiyas sangatlah diperlukan karena tidak semua peristiwa-peristiwa itu ada

dalam al-Quran dan hadits, para ulama menempuh jalan Qiyas ketika dihadapkan

persoalan yang tidak ada dasar hukumnya dari al-Quran dan Hadits. Seperti Narkoba,

narkoba tidak ada dalam al-Quran maupun Sunnah, menghukuminya sangatlah

penting. Jika tidak, maka seorang bisa saja memakai narkoba dengan alasan tidak ada

dalam al-Quran dan Sunnah sehingga boleh untuk digunakan. Adapun Qiyas dalam

masalah ini sangatlah berperan penting, para ulama Muta’khirin menempuh jalan

Qiyas dengan cara memenuhi kriteria Qiyas itu sendiri antara lain:

1. Asal

14[33] Dr. Mahmud Hamir ‘Utsman, Isthilahat al-Ushuliyyin, (Riyadh: Dar al-

Zahim, 1324), hlm. 241.

15[34] Ibid, hlm 241-242.

Page 66: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

2. Far’u

3. ‘Ilat

4. Hukum Asal

Asal (al-Ashlu) menjadi syarat utama untuk menqiyaskan sesuatu, dan Asal

dalam kasus Narkoba adalah Khamer. Kemudian Syarat kedua adalah Far’u (cabang)

peristiwa yang tidak ada nashnya kemudian disamakan dengan peristiwa yang ada

Nashnya. Dalam hal ini yang menjadi Far’u adalah Narkoba karena Narkoba tidak

ada Nashnya. Selanjutnya, ‘Ilat (sebab) yaitu sebab yang menyambungkan pokok

dengan cabangnya atau suatu sifat yang ada pada ashal dan sifat yang dicari pada

far’u, dalam peristiwa diatas ‘Ilatnya adalah memabukan.

Dan yang terakhir adalah hukum asal, hukum asal dari peristiwa diatas adalah

haram karena al-Quran telah menyebutkan bahwa khamer adalah dosa besar dan

perbuatan syetan. Oleh karena itu jelaslah bahwa Narkoba adalah haram sebagaimana

khamer karena ada persamaan sehingga harus menempuh jalan Qiyas, dan itulah

Qiyas yang shahih.

Jika tidak terpenuhi empat syarat diatas maka qiyasnya tidak sah, sebab empat

itu adalah syarat qiyas yang jika seorang meninggalkan salah satunya maka ia batal.

Penulis mencoba menguhubungkan zakat fitrah dengan uang diqiyaskan

dengan makanan pokok. Sebagaian orang khususnya pada abad sekarang mengatakan

bahwa bolehnya zakat fitrah dengan uang karena ada qiyas didalamnya. Penulis

meneliti persoalan qiyas yang terdapat dalam zakat fitrah dengan uang.

Page 67: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Pertama, harus adanya Asal. Dalam hal zakat fitrah ini yang menjadi Asal

adalah makanan pokok.

Kedua, adanya Far’u. peristiwa yang tidak ada nashnya kemudian disamakan

dengan peristiwa yang ada Nashnya. Dalam hal ini yang menjadi Far’u adalah uang.

Bisakah uang dijadikan Far’u?tentu saja tidak! karena uang ada zaman Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Dinar dan Dirham.

Ketiga,’Ilat. Dalam peristiwa ini zakat tidak memiliki ‘Ilat seperti Khamer.

Meskipun dalam kaidah الحكم يدور مع العلة (hukum itu dilihat dari ‘Ilatnya).16[35]

Kaidah itu berlaku bagi peristiwa yang jelas ada ‘Ilatnya, jika tidak ada maka

menempuh kaidah عبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب ال (‘Ibrah/yang di pakai itu dengan

melihat lafazh Umum tidak melihat khususnya sabab). Seperti pengharaman daging

Babi, Babi diharamkan tidak ada ‘Ilatnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan Babi tanpa sebab dan Dia

mempunyai hak periogatif untuk menetapkan syari’at. jika ada yang mengatakan

bahwa babi diharamkan karena ada ‘Ilatnya yaitu cacing pita, bagaimana jika babi itu

tidak ada cacing pita? apakah halal dagingnya? tentu saja tidak, karena cacing itu

bukanlah ‘ilat dan tidak mempengaruhi hukum baik ada dan tidaknya cacing itu.

Begitu juga dalam Zakat fitrah penulis melihat tidak adanya ‘Ilat dari Zakat fitrah ini

mengapa dengan makanan pokok.

16[35]Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad al-Syaukani, Qaulu al-Mufid fi

Adillah al-Ijtihad wa al-Taqlid, (Kuwait: Dar al-Qalam, 1396), jilid 1, hlm 72.

Page 68: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Keempat, hukum Asal. Dalam hal ini hukum Asalnya adalah wajib bagi laki-

laki, wanita, anak, orang merdeka hamba sahaya dan lain-lain. Zakat fitrah dengan

gandum sama hukumnya dengan zakat fitrah dengan uang.

Dari uraian diatas maka syarat qiyas tidak terpenuhi seluruhnya maka

qiyasnya tidak sah/batal.

Tarjih ikhtilaf ulama terhadap zakat fitrah dengan uang

Dari uraian diatas mengenai alasan-alasan mengapa timbulnya zakat fitrah

dengan uang, penulis mencoba mentarjihnya. penulis melihat yang mendekati

kebenaran ( اقرب للصواب(yaitu tidak boleh zakat fitrah dengan uang seperti apa yang

telah ditetapkannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Ditetapkannya zakat dari

gandum, kurma, keju, kismis dan diriwayat lain makanan pokok yang ada di

daerahnya.” Dan apa yang ditetapkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib

di ikuti dan ta’ati sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

سول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا وما آتاكم الر

Artinya:

(dan apa yang datang dari Rasul maka ambillah dan apa yang dilarang

maka tinggalkanlah).17[36]

17[36]Q.S al-Hasyr ayat 7

Page 69: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Kemudian uang ketika itu sudah ada yaitu Dinar dan Dirham bagaimana

mungkin mengqiyaskan apa yang sudah ada sebelumnya? sedangkan qiyas boleh

dijadikan hukum apabila hal tersebut tidak ada/belum ada.

Qiyas harus terpenuhi empat syarat yaitu Asal, Far’u, Hukum asal, ‘Ilat?. Dan

far’u ini tidak bisa digunakan, sebab far’u itu harus tidak ada pada asalnya (uang)

supaya di ukur kepada asal (bahan makan pokok).

Dan hal ini jelas dibantah dengan kaidah qiyas itu sendiri atau dikenal dengan

Qiyas Ma’a al-Fariq (Qiyas yang berbeda dengan apa yang diqiyaskan). Selain itu

perkara yang jelas aturannya tidak bisa dirubah, dan yang menyelisihinya tertolak

sebagimana hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

عليه أمرنا فهو رد من عمل عمل ليس

Artinya:

Barang siapa yang mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak

berdasarkan perintah kami (Nabi) maka amalan itu tertolak.18[37]

Dalam hal ini penulis menganggap bahwa zakat fitrah dengan uang

merupakan Bid’ah yang tidak ada contohnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

dan juga para sahabat, sedangkan munculnya masalah ini dizaman Tabi’in bukan

dizaman sahabat. Dan sahabat tidak bisa disamakan dengan tabi’in karena Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan legalitas syari’at/agama khusus kepada

sahabat sebagaimana hadits Nabi :

18[37]Shahih muslim, op.cit, jilid 5, hlm 132.

Page 70: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

عضوا عليها بالنواجذ وإياكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين

وقال أبو عاصم مرة وإياكم ومحدثات والمحدثات فإن كل محدثة بدعة

المور فإن كل بدعة ضللة

Artinya:

“Ikutilah sunahku dan sunnah Khulafa al-Rasyidin yang mendapat

petunjuk setelahku gigitlah keduanya dengan gigi geraham dan jauhilah

perkara yang diada-adakan sesungguhnya yang diadakan itu adalah bid’ah,

dalam riwayat lain setiap bid’ah adalah sesat”.19[38]

Oleh karena itu setiap permasalahan wajib merujuk kepada Quran dan Sunnah

yang Shahih. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

سول وأولي المر منكم فإن تنازعتم في وأطيعوا الر شيء فردوه أطيعوا الل

سول إلى الل والر

Artinya:

Ta’atilah Allah dan Ta’tilah Rasul dan Ulil Amri diantara kamu, jika

kalian berselisih tentang sesuatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah

(Quran) dan Rasul (sunnah).20[39]

Dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jelas mesyariatkan zakat fitrah

dengan makanan pokok bukan uang.

Mashlahatul Mursalah zakat fitrah dengan uang

Tidak bisa dipungkiri bahwa meskipun zakat fitrah dengan uang tidak ada

nashnya dalam hadits, tetapi ada Mashlahatnya diantaranya:

19[38]‘Abdullah bin ‘Abdurahman Abu Muhammad al-Darimi, Sunan al-

Darimi (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1407 H), jilid 1, hlm 57.

20[39] Q.S al-Nisa ayat 59

Page 71: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

1. Uang adalah alat/benda yang paling dibutuhkan oleh manusia, dan tidak ada

seorangpun yang tidak membutuhkannya. Uang bukan hanya bisa ditukar hanya

dengan makanan saja, tetapi ia bisa melengkapi kebutuhan yang lebih diutamakan

dari pada makanan itu sendiri.

Seperti : jika seorang mempunyai bahan makanan pokok dan ia menerima

bahan makan pokok , sedangkan di rumahnya tidak ada minyak untuk memasak

makanan pokok tersebut, bagaimana ia akan memasak sedangkan ia tidak memiliki

uang? maka lebih mashlahat jika makanan pokok itu diganti oleh uang sehingga bisa

di beli/tukar dengan hal-hal yang ia butuhkan.

Afif Abdul Fatah menyatakan bahwa aturan dalam Islam bukan saja sekedar

berdasarkan pada keadilan bagi seluruh umat manusia, akan tetapi sejalan dengan

kemashlahatan dan kebutuhan hidup manusia sepanjang zaman dan keadaan,

walaupun zaman itu berbeda dan berkembang dari waktu ke waktu21[40]. Selain itu

uang memiliki sifat fleksible, bukan hanya untuk ditukar dengan makanan pokok

tetapi bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Selain uang bersifat Fleksible uang lebih ringan dan cocok dikalangan umat sekarang

ini, sebab uang masuk semua kalangan baik itu kaya, miskin,anak kecil, orang

dewasa, laki-laki, perempuan dan lain-lain.

21[40] Afif Abdul Fatah Thabari, Ruuh Ad-Diin Al-Islamy, (Damaskus: Daar el-

Fikr,1966), hlm 300.

Page 72: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

3. Uang lebih banyak diharapkan dari pada makanan pokok karena peranan uang lebih

urgen dari makanan pokok, meskipun manusia membutuhkan makan, dan dengan

uang makaanpun bisa dijangkaunya.

Pendapat ini merupakan pendapat yang dipilih oleh mayoritas ulama. Mereka

mewajibkan pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) menggunakan bahan makanan dan

melarang membayar zakat dengan mata uang. Di antara ulama yang berpegang pada

pendapat ini adalah Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad. Bahkan,

Imam Malik dan Imam Ahmad secara tegas menganggap tidak sah jika membayar

zakat fitri (zakat fitrah) mengunakan mata uang. Berikut ini nukilan perkataan

mereka.

Perkataan Imam Malik

Imam Malik mengatakan, “Tidak sah jika seseorang membayar zakat fitri

(zakat fitrah) dengan mata uang apa pun. Tidak demikian yang diperintahkan Nabi.”

(Al-Mudawwanah Syahnun)

Imam Malik juga mengatakan, “Wajib menunaikan zakat fitri (zakat fitrah)

senilai satu sha’ bahan makanan yang umum di negeri tersebut pada tahun itu (tahun

pembayaran zakat fitri (zakat fitrah)).” (Ad-Din Al-Khash)

Perkataan Imam Asy-Syafi’i

Page 73: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Penunaian zakat fitri (zakat fitrah) wajib

dalam bentuk satu sha’ dari umumnya bahan makanan di negeri tersebut pada tahun

tersebut.” (Ad-Din Al-Khash)

Perkataan Imam Ahmad

Al-Khiraqi mengatakan, “Siapa saja yang menunaikan zakat menggunakan

mata uang maka zakatnya tidak sah.” (Al-Mughni, Ibnu Qudamah)

Abu Daud mengatakan, “Imam Ahmad ditanya tentang pembayaran zakat

mengunakan dirham. Beliau menjawab, ‘Aku khawatir zakatnya tidak diterima

karena menyelisihi sunah Rasulullah.’” (Masail Abdullah bin Imam Ahmad; dinukil

dalam Al-Mughni, 2:671)

Dari Abu Thalib, bahwasanya Imam Ahmad kepadaku, “Tidak boleh

memberikan zakat fitri (zakat fitrah) dengan nilai mata uang.” Kemudian ada orang

yang berkomentar kepada Imam Ahmad, “Ada beberapa orang yang mengatakan

bahwa Umar bin Abdul Aziz membayar zakat menggunakan mata uang.” Imam

Ahmad marah dengan mengatakan, “Mereka meninggalkan hadis Nabi dan

berpendapat dengan perkataan Fulan. Padahal Abdullah bin Umar mengatakan,

‘Rasulullah mewajibkan zakat fitri (zakat fitrah) satu sha’ kurma atau satu sha’

gandum.’ Allah juga berfirman, ‘Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul.’

Page 74: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Ada beberapa orang yang menolak sunah dan mengatakan, ‘Fulan ini berkata

demikian, Fulan itu berkata demikian.’” (Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 2:671)

Zahir mazhab Imam Ahmad, beliau berpendapat bahwa pembayaran zakat

fitri (zakat fitrah) dengan nilai mata uang itu tidak sah.

Beberapa perkataan ulama lain:

Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Allah mewajibkan pembayaran

zakat fitri (zakat fitrah) dengan bahan makanan sebagaimana Allah

mewajibkan pembayaran kafarah dengan bahan makanan.” (Majmu’ Fatawa)

Taqiyuddin Al-Husaini Asy-Syafi’i, penulis kitab Kifayatul Akhyar (kitab

fikih Mazhab Syafi’i) mengatakan, “Syarat sah pembayaran zakat fitri (zakat

fitrah) harus berupa biji (bahan makanan); tidak sah menggunakan mata uang,

tanpa ada perselisihan dalam masalah ini.” (Kifayatul Akhyar, 1:195)

An-Nawawi mengatakan, “Ishaq dan Abu Tsaur berpendapat bahwa tidak

boleh membayar zakat fitri (zakat fitrah) menggunakan uang kecuali dalam

keadaan darurat.” (Al-Majmu’)

An-Nawawi mengatakan, “Tidak sah membayar zakat fitri (zakat fitrah)

dengan mata uang menurut mazhab kami. Pendapat ini juga yang dipilih oleh

Malik, Ahmad, dan Ibnul Mundzir.” (Al-Majmu’)

Asy-Syairazi Asy-Syafi’i mengatakan, “Tidak boleh menggunakan nilai mata

uang untuk zakat karena kebenaran adalah milik Allah. Allah telah

Page 75: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

mengaitkan zakat sebagaimana yang Dia tegaskan (dalam firman-Nya), maka

tidak boleh mengganti hal itu dengan selainnya. Sebagaimana berkurban,

ketika Allah kaitkan hal ini dengan binatang ternak maka tidak boleh

menggantinya dengan selain binatang ternak.” (Al-Majmu’)

Ibnu Hazm mengatakan, “Tidak boleh menggunakan uang yang senilai

(dengan zakat) sama sekali. Juga, tidak boleh mengeluarkan satu sha’

campuran dari beberapa bahan makanan, sebagian gandum dan sebagian

kurma. Tidak sah membayar dengan nilai mata uang sama sekali karena

semua itu tidak diwajibkan (diajarkan) Rasulullah.” (Al-Muhalla bi Al-Atsar,

3:860)

Asy-Syaukani berpendapat bahwa tidak boleh menggunakan mata uang

kecuali jika tidak memungkinkan membayar zakat dengan bahan makanan.”

(As-Sailul Jarar, 2:86)

Di antara ulama abad ini yang mewajibkan membayar dengan bahan makanan

adalah Syekh Ibnu Baz, Syekh Ibnu Al-Utsaimin, Syekh Abu Bakr Al-Jazairi, dan

yang lain. Mereka mengatakan bahwa zakat fitri (zakat fitrah) tidak boleh dibayarkan

dengan selain makanan dan tidak boleh menggantinya dengan mata uang, kecuali

dalam keadaan darurat, karena tidak terdapat riwayat bahwa Nabi mengganti bahan

makanan dengan mata uang. Bahkan tidak dinukil dari seorang pun sahabat bahwa

mereka membayar zakat fitri (zakat fitrah) dengan mata uang. (Minhajul Muslim,

hlm. 251)

Page 76: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Dalil-dalil masing-masing pihak

Dalil ulama yang membolehkan pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) dengan

uang:

1. Dalil riwayat yang disampaikan adalah pendapat Umar bin Abdul Aziz dan

Al-Hasan Al-Bashri. Sebagian ulama menegaskan bahwa mereka tidak

memiliki dalil nash (Alquran, al-hadits, atau perkataan sahabat) dalam

masalah ini.

2. Istihsan (menganggap lebih baik). Mereka menganggap mata uang itu lebih

baik dan lebih bermanfaat untuk orang miskin daripada bahan makanan.

Dalil dan alasan ulama yang melarang pembayaran zakat dengan mata uang:

Pertama, riwayat-riwayat yang menegaskan bahwa zakat fitri (zakat fitrah) harus

dengan bahan makanan.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma; beliau mengatakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri (zakat

fitrah), berupa satu sha’ kurma kering atau gandum kering ….” (Hr. Al-

Bukhari dan Muslim)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri (zakat

fitrah), … sebagai makanan bagi orang miskin .…” (Hr. Abu Daud; dinilai

hasan oleh Syekh Al-Albani)

Page 77: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu; beliau mengatakan, “Dahulu,

kami menunaikan zakat fitri (zakat fitrah) dengan satu sha’ bahan makanan,

satu sha’ gandum, satu sha’ kurma, satu sha’ keju, atau satu sha’ anggur

kering.” (Hr. Al-Bukhari dan Muslim)

Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Dahulu, di zaman Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami menunaikan zakat fitri (zakat fitrah)

dengan satu sha’ bahan makanan.” Kemudian Abu Sa’id mengatakan, “Dan

makanan kami dulu adalah gandum, anggur kering (zabib), keju (aqith), dan

kurma.” (Hr. Al-Bukhari, no. 1439)

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam menugaskanku untuk menjaga zakat Ramadan (zakat fitri (zakat

fitrah)). Kemudian datanglah seseorang mencuri makanan, lalu aku berhasil

menangkapnya ….”(Hr. Al-Bukhari, no. 2311)

Kedua, alasan para ulama yang melarang pembayaran zakat fitri (zakat fitrah)

dengan mata uang.

1. Zakat fitri (zakat fitrah) adalah ibadah yang telah ditetapkan ketentuannya.

Termasuk yang telah ditetapkan dalam masalah zakat fitri (zakat fitrah) adalah

jenis, takaran, waktu pelaksanaan, dan tata cara pelaksanaan. Seseorang tidak boleh

mengeluarkan zakat fitri (zakat fitrah) selain jenis yang telah ditetapkan, sebagaimana

tidak sah membayar zakat di luar waktu yang ditetapkan.

Page 78: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Imam Al-Haramain Al-Juwaini Asy-Syafi’i mengatakan, “Bagi mazhab kami,

sandaran yang dipahami bersama dalam masalah dalil, bahwa zakat termasuk bentuk

ibadah kepada Allah. Pelaksanaan semua perkara yang merupakan bentuk ibadah itu

mengikuti perintah Allah.”

Kemudian beliau membuat permisalan, “Andaikan ada orang yang

mengatakan kepada utusannya (wakilnya), ‘Beli pakaian!’ sementara utusan ini tahu

bahwa tujuan majikannya adalah berdagang, kemudian utusan ini melihat ada barang

yang lebih manfaat bagi majikannya (daripada pakaian), maka sang utusan ini tidak

berhak menyelisihi perintah majikannya. Meskipun dia melihat hal itu lebih

bermanfaat daripada perintah majikannya . (Jika dalam masalah semacam ini saja

wajib ditunaikan sebagaimana amanah yang diberikan, pen.) maka perkara yang

Allah wajibkan melalui perintah-Nya tentu lebih layak untuk diikuti.”

Harta yang ada di tangan kita semuanya adalah harta Allah. Posisi manusia

hanyalah sebagaimana wakil. Sementara, wakil tidak berhak untuk bertindak di luar

batasan yang diperintahkan. Jika Allah memerintahkan kita untuk memberikan

makanan kepada fakir miskin, namun kita selaku wakil justru memberikan selain

makanan, maka sikap ini termasuk bentuk pelanggaran yang layak untuk

mendapatkan hukuman. Dalam masalah ibadah, termasuk zakat, selayaknya kita

kembalikan sepenuhnya kepada aturan Allah. Jangan sekali-kali melibatkan campur

tangan akal dalam masalah ibadah karena kewajiban kita adalah taat sepenuhnya.

Page 79: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Oleh karena itu, membayar zakat fitri (zakat fitrah) dengan uang berarti

menyelisihi ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana telah diketahui bersama,

ibadah yang ditunaikan tanpa sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya adalah

ibadah yang tertolak.

2. Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiallahu

‘anhum sudah ada mata uang dinar dan dirham.

Akan tetapi, yang Nabi praktikkan bersama para sahabat adalah pembayaran

zakat fitri (zakat fitrah) menggunakan bahan makanan, bukan menggunakan dinar

atau dirham. Padahal beliau adalah orang yang paling memahami kebutuhan umatnya

dan yang paling mengasihi fakir miskin. Bahkan, beliaulah paling berbelas kasih

kepada seluruh umatnya.

Allah berfirman:

Terjemahannya:

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri.

Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan

Page 80: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

keselamatan) bagimu, amat berbelas kasih lagi penyayang terhadap orang-

orang mukmin.” (Q.s. At-Taubah:128)

3. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa jenis bahan

makanan, beliau tidak memberi kesimpulan: “… atau yang senilai dengan itu

semua itu ….”

Jika diperbolehkan mengganti bahan makanan dengan uang, tentu Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya karena beliau adalah orang yang sangat

pemurah terhadap ilmu agama. Tidak mungkin hal itu akan beliau diamkan, padahal

ini adalah perkara agama yang penting.

Dalam masalah ini, terdapat satu kaidah fikih yang patut diperhatikan:

السكوت في مقام البيان يفيد الحصر

Artinya:

“Tidak adanya penjelasan (didiamkan) untuk masalah yang harusnya

diberi keterangan itu menunjukkan makna pembatasan.”

Kaidah ini disebutkan oleh Shidddiq Hasan Khan dalam Ar-Raudhah An-Nadiyah.

Berdasarkan kaidah ini, seringkali ketika Ibnu Hazm menyebutkan sesuatu yang tidak

memiliki dalilnya, beliau mengutip ayat Allah,

وما كان ربك نسيا

Terjemahannya:

Page 81: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

“Tidaklah Tuhanmu pernah lupa.” (Qs. Maryam:64)

Berdasarkan hal tersebut, diamnya Allah ta’ala atau diamnya Rasul-Nya

shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga tidak menyebutkan bolehnya membayar zakat

menggunakan uang, tidaklah disebabkan Allah atau Rasul-Nya lupa. Mahasuci Allah

dari sifat lupa. Namun, ini menunjukkan bahwa hukum tersebut dibatasi dengan

penjelasan yang Allah disampaikan. Selain penjelasan yang telah diberikan oleh

Allah dan Rasul-Nya itu tidak termasuk dalam ajaran yang Allah tetapkan.

Oleh karena itu, jika telah diketahui bahwasanya di zaman Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam telah ada dinar dan dirham, sementara beliau tidak pernah

menggunakan mata uang tersebut untuk membayar zakat fitri (zakat fitrah) beliau,

demikian pula, beliau tidak pernah memerintahkan atau mengajarkan para sahabat

untuk membayar zakat fitri (zakat fitrah) dengan mata uang, maka ini menunjukkan

tidak bolehnya membayar zakat fitri (zakat fitrah) dengan menggunakan mata uang

karena pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) dengan mata uang tidak pernah dijelaskan

oleh Allah dan Rasul-Nya. Sekali lagi, Allah dan Rasul-Nya tidaklah lupa.

4. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa jenis bahan

makanan dengan ukuran satu sha’ untuk pembayaran zakat fitri (zakat fitrah).

Sementara, telah dipahami bersama bahwa harga masing-masing jenis

makanan berbeda. Satu sha’ gandum jelas berbeda harganya dengan satu sha’ kurma.

Demikian pula, satu sha’ anggur kering jelas berbeda harganya dengan satu sha’ keju

Page 82: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

(aqith). Padahal, jenis-jenis bahan makanan itulah yang digunakan oleh sahabat untuk

membayar zakat fitri (zakat fitrah).

Lantas, dengan bahan makanan yang manakah yang bisa dijadikan acuan

untuk menentukan nilai mata uang?

An-Nawawi mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan

beberapa bahan makanan yang harganya berbeda, sedangkan beliau shallallahu

‘alaihi wa sallam mewajibkan pembayaran zakat fitri (zakat fitrah) untuk semua jenis

makanan sebanyak satu sha’. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa yang

dijadikan acuan adalah ukuran sha’ bahan makanan dan tidak melihat harganya.”

(Syarh Muslim)

Ibnul Qashar mengatakan, “Menggunakan mata uang adalah satu hal yang

tidak memiliki alasan karena harga kurma dan harga gandum itu berbeda.” (Syarh

Shahih Al-Bukhari li Ibni Baththal)

Mari kita perhatikan perkataan Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu,

“Dahulu, di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami menunaikan zakat fitri

(zakat fitrah) dengan satu sha’ bahan makanan.” Kemudian, Abu Sa’id mengatakan,

“Dan makanan kami dahulu adalah gandum, anggur kering (zabib), keju (aqith), dan

kurma.” (Hr. Al-Bukhari, no. 1439)

Page 83: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Penegasan Abu Sa’id (“dahulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam…”) menunjukkan hukum dan ajaran yang disampaikan Abu Said berstatus

sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena kejadian yang

dilakukan oleh para sahabat radhiallahu ‘anhum di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam pasti terjadi di bawah pengawasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan

persetujuan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi dalam masalah ibadah,

seperti: zakat. Demikian yang dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar.

Kemudian, Al-Hafizh Ibnu Hajar memberikan keterangan untuk perkataan

Abu Said Al-Khudri tersebut, “Tentang semua bahan makanan yang disebutkan

dalam hadis Abu Said Al-Khudri, ketika cara membayarnya menggunakan ukuran

yang sama (yaitu, semuanya satu sha’, pen.), sementara harga masing-masing

berbeda, ini menunjukkan bahwasanya yang menjadi prosedur zakat adalah

membayarkan seukuran tersebut (satu sha’) dari bahan makanan apa pun.” (Fathul

Bari, 3:437)

Ringkasnya, tidak mungkin nilai uang untuk pembayaran zakat bisa

ditetapkan. Tidak ada yang bisa dijadikan sebagai ukuran standar. karena jenis bahan

makanan yang ditetapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermacam-macam,

padahal harganya berbeda-beda, sementara ukurannya sama, yaitu satu sha’.

Benarlah perkataan yang disampaikan oleh Ibnul Qasim Al-Maliki, “Masing-masing

penduduk negeri mengeluarkan zakatnya menggunakan bahan makanan yang

Page 84: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

umumnya digunakan. Kurma adalah bahan makanan penduduk Madinah. Penduduk

Mesir tidak mengeluarkan zakat kecuali bur (gandum), sampai harga bur mahal,

kemudian bahan makanan yang umum mereka pakai menjadi sya’ir (gandum kasar),

dan itu boleh (untuk dijadikan zakat) bagi mereka.” (Dinukil oleh Ibnu Baththal

dalam Syarh Shahih Al-Bukhari; dikutip dari kitab Al-Mudawwanah)

Page 85: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Catatan dan kesimpulan tentang zakat fitrah menggunakan uang

Pada zaman modern sunnah seakan-akan menjadi asing, orang yang

menjalankan sunnah lebih dipermasalahkan dari pada orang yang keluar dari Sunnah.

orang yang menjalankan apa yang keluar dari Sunnah/tidak ada sunnahnya maka

terkesan masyarakat, bahkan Ulama disekitarnya mentaqrirnya atau menyetujuinya.

seperti : praktek zakat fitrah dengan uang tidak ada Nashnya baik dari Nabi

ataupun dari Sahabat yang melakukannya. Bagaimana tanggapan masyarakat

terhadap itu, mereka lebih memilih kemashlahatan dari pada ancaman meninggalkan

Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Bahkan masyarakat lebih menilai zakat fitrah dengan makanan pokok adalah

suatu hal yang ekstrim atau berlebihan, tekstual dan seolah-olah tanpa ada kebijakan

dari Agama. dan ini salah satu bukti bahwa sunnah asing di zaman sekarang ini.

islam memberikan keluasan dan kemudahan bagi umatnya, sebab agama ini

Mudah sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :

1[41] bagaimana mendapatkan.(sesungguhnya agama ini Mudah) إن الدين يسر

kemudahan itu?tentunya dengan al-Quran dan Sunnah. ketika seorang safar

1[41] Shahih Bukhari, op.cit, Kitab Iman, Bab al-Din yusrun, jilid 1, hlm 23

Page 86: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

mengqashar shalat yang mulanya empat raka’at menjdi dua raka’at, bukankah itu

sesuatu kemudahan? atau seorang yang sakit tidak mampu shalat berdiri kemudian

diberikan kemudahan dengan duduk, jika tidak mampu dengan berbaring, semua itu

adalah sautu kemudahan yang Allah Subahanahu wa ta’ala berikan. kemudahan itu

bisa diraih dengan kemampuan kita sendiri, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

bersabda :

قال رسول بأمر فأتوا منه ما استطعتم إذا أمرتكم وسلمصلى الله عليه -الله

Artinya:

apabila diperintahkan suatu perkara maka kerjakanlah semampu

kalian2[42].

Mashlahat atau kemudahan dalam syari’at tentunya dengan kemampuan

sendiri dengan syarat tidak keluar dari Syari’at.

zakat fitrah dengan uang salah satu kemudahan dan mashlahat didalamnya.

seorang mengerjakannya idak boleh keluar dari syari’at (al-Quran dan Sunnah)

berikut solusi untuk mengatasi masalah berkaitan dengan zakat fitrah dengan uang.

1. zakat fitrah dengan uang dilarang ketika diterima oleh Mustahiq artinya seorang

boleh saja zakat fitrah dengan uang kemudian diberikan kepada Amil zakat kemudia

si Amil menyerahkannya kepada Mustahiq dengan makanan pokok.

2[42] Sunan al-Kubra Baihaqi, op.cit, Kitab al-Shaum, Bab Maridh yaftiru tsumma

lam Yashih, jilid 4, hlm 253.

Page 87: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

2. jika makan pokok memberatkan bagi muzakki, dengan alasan Malu/minder,

maka tugas ‘Amil boleh mengambil dari Muzakki tersebut makan pokok kemudian

diberikan kepada Mustahiq.

3. jika mustahiq membutuhkan uang ketimbang makanan pokok, maka makanan

pokok yang di terima Mustahiq boleh di jual dengan uang kepada siapa yang

membutuhkannya.

Dan itulah solusi atau ide meringankan zakat dengan uang yang tidak keluar

dari Syari’at.

Jika masih ada sebagian orang yang belum menerima sepenuhnya zakat fitri

(zakat fitrah) dengan makanan, karena beralasan bahwa uang itu lebih bermanfaat,

maka mari kita analogikan kasus zakat fitri (zakat fitrah) ini dengan kasus kurban.

Apa yang bisa Anda bayangkan ketika daging membludak di hampir semua daerah.

Bahkan, sampai ada yang busuk, atau ada yang muntah dan enek (berasa hendak

muntah, mual) ketika melihat daging. Bukankah uang seharga daging lebih mereka

butuhkan? Terlebih lagi untuk orang yang tidak doyan daging. Akankah kita katakan,

“Dibolehkan berkurban dengan uang seharga daging, sebagai antisipasi untuk orang

yang tidak doyan daging?”

Orang yang berpendapat demikian bisa kita pastikan adalah orang yang terlalu

jauh dari pemahaman agama yang benar.

Page 88: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Oleh karena itu, setelah dipahami bahwa pembayaran zakat fitri (zakat fitrah)

hanya dengan bahan makanan, kita tidak boleh menggantinya dengan mata uang,

selama bahan makanan masih ada. Terdapat kaidah dalam ilmu fikh:

عنهلا ينتقل إلى البدل إلا عند فقد المبدل

Artinya:

“Tidak boleh berpindah kepada ‘pengganti’ kecuali jika yang ‘asli’ tidak ada.”

Yang “asli” adalah bahan makanan (beras), sedangkan “pengganti” adalah segala

sesuatu selain beras.

B. Saran- saran

1. Kiranya lembaga – lembaga Dakwah yang ada, lebih memperhatikan /

memahamkan masyarakan sekitar demi terlaksananya pengaplikasian

sikap apa yang perlu masyarakat terapkan.

2. Materi Fiqhi, khususnya dalam pembahasan ini yaitu “Hukum zakat fitrah

dengan uang” masih perlu perhatian khusus. Oleh karena itu di harapkan

kiranya pera da’I dapat berperan aktif bahkan menjadi pelopor secara

nyata dalam masyarakat

Page 89: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

52

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya,Mushaf, Yayasan Muslim Asia Departemen Agama

RI,Jakarta,2012

Al Majmu’ Syarh Al Muhaddzab, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar ‘Alamil

Kutub, cetakan kedua, tahun 1427 H.

Hasyiyah Al Qoulul Mukhtar -Ibnu Qasim Al Ghozzi- (Fathul Qorib), Dr. Sa’aduddin

bin Muhammad Al Kabiy, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan pertama,

tahun 1432 H.

Kifayatul Akhyar fii Halli Ghoyatil Ikhtishor, Muhammad bin ‘Abdul Mu’min Al

Hishniy, terbitan Darul Minhaj, cetakan pertama, tahun 1428 H.

Minhajuth Tholibiin, Yahya bin Syarf An Nawawi, tahqiq: Dr. Ahmad bin ‘Abdul

‘Aziz Al Haddad, terbitan Darul Basyair Al Islamiyyah, cetakan kedua, tahun

1426 H.

KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia

http://beritaislamiterkini.blogspot.co.id/2014/09/bolehkah-membayar-zakat-

fitrah-dengan.html

Shahih Fiqih Sunnah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Syaikh

Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin/ Abu Malik Kamal

bin as-Sayyid salim: Abu Ihsan Al-Atsari, cetakan kelima:Dzulhijjah 1433 H./11

November 2012 M.

Page 90: HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

52

Minhajul Muslim, Konsep kehidupan ideal dalam Islam., Syaikh Abu Bakar

Jabir al-Jaza’iri: Musthofa Aini, Amir Hamzah, Kholif Mutaqin, cetakan keIX,

Sya’ban 1434 H./ Juli 2013 M.