bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/bab ii.pdf · zakat mal...

42
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil kepustakaan yang di lakukan oleh peneliti, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang diyakini peneliti tidak ada penelitian yang sama dengan Efektivitas Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Ekonomi Mustahik”. Hikmatuz Zakiyah dalam skripsinya berjudul “Efektivitas Pengelol aan Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir Kidul Purwokerto Utara)” yang dilaksanakan pada tahun 2006 dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa pengumpulan zakat fitrah kurang efektif, sedangkan perolehan zakat mal yang dikumpulkan mencapai 50% dengan alokasi pendistribusian kepada asnaf yang efektif dan kurang efektifnya alokasi pendistibusian pada hal pendayagunaan yang disebabkan cenderung konsumtif. Erwin Aditya Pratama dalam skripsinya berjudul “Optimalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana Mencapai Kesejahteraan Sosial (Sebuah Studi di Badan Amil Zakat Kota Semarang)” yang dilaksanakan pada tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan kualitatif yuridis sosiologis. Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa berdasarkan keputusan walikota semarang nomor 451.12/1953 tahun 2011, seseorang yang dikenakan zakat adalah orang yang mempunyai NPWP dengan pengehasilan

Upload: lehanh

Post on 02-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil kepustakaan yang di lakukan oleh peneliti, terdapat

beberapa penelitian terdahulu yang diyakini peneliti tidak ada penelitian yang

sama dengan “Efektivitas Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Mustahik”.

Hikmatuz Zakiyah dalam skripsinya berjudul “Efektivitas Pengelolaan

Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah

Salafiyah Al-Ittihad Pasir Kidul Purwokerto Utara)” yang dilaksanakan pada

tahun 2006 dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tersebut

memberikan kesimpulan bahwa pengumpulan zakat fitrah kurang efektif,

sedangkan perolehan zakat mal yang dikumpulkan mencapai 50% dengan

alokasi pendistribusian kepada asnaf yang efektif dan kurang efektifnya

alokasi pendistibusian pada hal pendayagunaan yang disebabkan cenderung

konsumtif.

Erwin Aditya Pratama dalam skripsinya berjudul “Optimalisasi

Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana Mencapai Kesejahteraan Sosial (Sebuah

Studi di Badan Amil Zakat Kota Semarang)” yang dilaksanakan pada tahun

2013 dengan menggunakan pendekatan kualitatif yuridis sosiologis.

Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa berdasarkan keputusan

walikota semarang nomor 451.12/1953 tahun 2011, seseorang yang

dikenakan zakat adalah orang yang mempunyai NPWP dengan pengehasilan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

12

sebesar Rp 2.681.000 perbulan dan penghasilan di bawahnya dikenakan infaq

sebesa Rp 10.000.

Rusli, Abubakar Hamzah, Sofyan Syahnur, dalam jurnal ilmu

ekonomi dengan judul “Analisis Dampak Pemberian Modal Zakat Produktif

Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara. Dilakasanakan

pada tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jurnal tersebut

memberikan kesimpulan bahwa pemberian zakat produktif kepada

masyarakat penerima zakat produktif berdampak positif dengan perbedaan

pendapatan sebelum dan sesudah menerima modal zakat produktif, dalam sisi

lain juga berdampak pada berkurangnya jumlah angka kemiskinan di kota

Aceh Utara.

Caesar pratama, dalam skripsinya berjudul “Pendayagunaan Zakat

Produktif dalam Mengurangi Kemiskinan Berdasarkan CIBEST MODEL

(Studi Kasus: PT. Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa)”. Dilaksanakan pada

tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan campuran atau kualitatif

kuantitatif. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan rata-rata pendapatan

rumah tangga mustahik mengalami peningkatan setelah adanya

pendistribusian dana zakat serta bimbingan dari Masyarakat Mandiri Dompet

Dhuafa. Klasifikasi jumlah rumah tangga mustahik berdasarkan kuadran

CIBEST, sebelum dan sesudah adanya bantuan, kuandran I dari 3 rumah

tangga menjadi 80 rumah tangga, kuandran II dari 97 rumah tangga menjadi

37 rumah tangga, kuadran III dari 6 rumah tangga menjadi 4 rumah tangga,

kuandran IV dari 15 rumah tangga menjadi nol.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

13

Qonita, dalam skripsinya dengan judul “Analisis Zakat sebagai

Pengurang Kemiskinan (Studi Kasus: Bazis Provinsi DKI Jakarta)”

dilaksanakan pada tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa program zakat produktif

yaitu zakat modal usaha dan juga zakat pendidikan mengalami penurunan

pada indikator kemiskinan, kecuali pada indeks kedalaman kemiskinan zakat

modal usaha. Kedua program zakat ini pun juga sama-sama dapat

meningkatkan jumlah keluarga yang berada pada kuadran I dan dapat

mengurangi jumlah keluarga yang berada pada kuadran II dan IV. Namun

masih banyak keluarga yang sudah berada pada kuadran I atau pendapatannya

berada di atas garis kemiskinan pada kedua jenis zakat produktif tersebut

tanpa adanya pemberian zakat.

Fajar Eka Pratomo, dalam skripsinya dengan judul “Efektivitas

Pendayagunaan Zakat Produktif Pada Pemberdayaan Ekonomi Mustahik

(Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional/BAZ Kabupaten Banyumas)”.

Dilaksanakan pada tahun 2016 dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari penelitian tersebut memberikan kesimpulan BAZ Kabupaten Banyumas

dalam mendayagunakan zakat secara produktif dilakukan melalui divisi

pendayagunaan. Konsep pendayagunaan zakat prduktif pada pemberdayaan

ekonomi mustahik tersebut dituangkan dalam beberapa program yang

kemudian menjadi 4 jenis pendayagunaan zakat secara produktif, modal

usaha perorangan, pelatihan keterampilan kerja, bantuan modal kelompok,

bantuan sarana dan pra sarana usaha.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

14

Nida Mushlihah, dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Dampak

Pendistribusian Dana Zakat Sebagai Pengurang Kemiskinan dengan

Menggunakan Model CIBEST (Kasus: Laz Pm Al Buyan Kota Bogor)”.

Dilaksanakan pada tahun 2016 dengan menggunakan pendekatan campuran

atau kuantitatif kualitatif. Dari penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

setelah adanya bantuan dana zakat, rumah tangga mustahik pada kategori

rumah tangga sejahtera mengalami peningkatan sebesar 640 persen. Rumah

tangga mustahik yang masuk kategori miskin material, spiritual, dan absolut

masing-masing turun sebesar 62.162, 68.18, dan 83.87 persen.

Muhammad Ariqy Raihan, dalam skripsinya yang berjudul

“Pendayagunaan Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan Berdasarkan Cibest

Model (Studi Kasus: Dpu Daarut Tauhid Kabupaten Bogor)”. Dilaksanakan

pada tahun 2017 dengan menggunakan metode campuran atau kualitatif

kuantitatif. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan program Misykat

berdampak positif bagi pendapatan rumah tangga mustahik yang menjadi

anggota program tersebut. Terlihat perbedaan pendapatan rata-rata mustahik

dengan bantuan dana zakat dan tanpa adanya bantuan dana zakat. Rumah

tangga miskin mustahik terjadi peningkatan pada kategori kesejahteraan dan

mengalami penurunan untuk kemiskinan absolut dan miskin material.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

15

B. Konsep Pendayagunaan Zakat Produktif Pada Pemberdayaan Ekonomi

Mustahik

1. Definisi Zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa

arti, yaitu keberkahan (albarkatu), pertumbuhan dan perkembangan

(alnama), kesucian (ath-thaharatu). Sedangkan arti zakat menurut istilah

(syar’iyah), yaitu merupakan bagian dari harta dengan persyaratan

tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk

diserahkan kepada yang berhak menerimannya, dengan persyaratan

tertentu pula.11

Kaitan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali,

yaitu setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci,

bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam penggunaannya,

selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang

menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan mensucikan orang yang

mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya.12 Definisi terkait tentang

zakat juga disampaikan oleh 4 madzhab, yakni:

a. Menurut Malikiyah bahwa zakat yaitu mengeluarkan sebagian

tertentu dari harta tertentu yang telah sampai nishab kepada orang

berhak menerima, jika kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah

sempurna selain barang tambang, tanaman dan harta temuan.

11 Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh,Sosial & Ekonomi, (Surabaya: PutraMedia

Nusantara, 2010) hal. 1. 12 Mas’ud Muhammad Ridwan, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi

Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hal. 34.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

16

b. Hanafiah memberikan definisi bahwa zakat adalah pemberian hak

kepemilikan atas sebagian harta tertentu kepada orang tertentu

yang telah ditentukan oleh syari’at, semata-mata karena Allah

SWT.

c. Menurut Syafi’iah, zakat yaitu nama untuk barang yang

dikeluarkan untuk harta atau badan kepada pihak tertentu.

d. Menurut Hanabilah, zakat yaitu hak yang wajib pada harta tertentu

kepada kelompok tertentu yang dikeluarkan pada waktu tertentu.13

Definisi di atas memberikan pemahaman bahwa zakat merupakan

bagian harta yang kita miliki, dimana sebagian dari harta tersebut terdapat

hak untuk yang berhak menerimanya dengan sebuah ketentuan ataupun

persyaratan yang sudah ada. Dalam harta yang dimiliki selain terdapat hak

penerimannya juga terdapat keberkahan, pertumbuhan atau perkembangan

sekaligus sebuah kesucian yang sudah membungkus harta tersebut, semua

hal yang menyelimuti harta tersbut akan memberikan sebuah dampak bagi

penerimanya setelah persyaratan bagi penerima hak tersebut terpenuhi.

Adapun dasar hukum tentang zakat diantaranya adalah QS. At-

Taubah [9] ayat 60,

ا ه ي ل لين ع ام ع ال ين و اك س م ال اء و ر ق ف ل ات ل ق د ا الص م ن إ

يل للا ب في س ين و م ار غ ال اب و ق في الر م و ه وب ل ة ق ف ل ؤ م ال و

ن اب يم و ك يم ح ل ع وللا ن للا يضة م ر يل ف ب الس

13 Mustafa Al-Zuhayly, “Fiqih Islam Wa Adillatuhu”, (Juz III; Bairut: Daar al-Fikr, 2007),

hal. 1788-1789.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

17

Artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-

orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf

yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”14

Zakat menurut hukum atau syara’ di definisikan sebagai penunaian

hak yang diwajibkan atas harta tertentu, yang diperuntukkan bagi orang

tertentu yang kewajibannya didasari oleh haul atau batas waktu dan

nishab atau batas minimum.15 Hak wajib yang harus dilaksanakan oleh

seorang muslim yaitu mengeluarkan hak dari harta tertentu pada waktu

tertentu. Hak yang diwajibkan pada sebagian harta tertentu untuk diberikan

sebagai hak milik sekelompok tertentu, ditunaikan pada waktu yang telah

ditentukan dengan melepas semua manfaatnya dengan niat karena Allah

Ta’ala.16

2. Rukun dan Syarat Zakat

Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab (harta) yang

dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadiakannya sebagai

milik orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut

14 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT

Syamil Cipta Media, 2007), hal. 9. 15 Kementerian Wakaf dan Urusan Keislaman Kuwait, Al-Mausu’ah fiqhiyyah atau

Ensiklopedia Fiqh Islam, Vol. 23, (Al-Kuwait: Penerbit Kementerian, 1983), hal. 226. 16 Khalid Abdur Razzaq Al-Aa’ani, Masharifu Az-zakah Wa Tamlikuha fi Dhaui Al-Kitab

wa As-Sunnah, (Oman: Dar Usamah li al-Nashr wa Tauzi’, 1999), hal. 31-32

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

18

diserahkan kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk

memungut zakat.17

Menurut para ahli Hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi agar kewajiban zakat dapat terbebankan pada harta yang dipunyai

oleh seorang muslim. Syarat pertama, kepemilikan yang pasti. Artinya

sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya, baik kekuasaan

pemanfaatan maupun kekuasan menikmati hasilnya. Kedua, harta tersebut

berkembang, baik secara alami berdasarkan sunnatullah maupun

bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia. Ketiga, harta yang dimiliki

oleh orang tersebut melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri

sendiri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia.

Keempat, harta yang dimiliki oleh orang tersebut bersih dari

hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang kepada

sesama manusia. Kelima, harta tersebut sudah mencapai jumlah minimal

yang wajib dikeluarkan zakatnya. Keenam, sudah mencapai haul. Artinya

harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakatnya, biasanya dua belas

bulan atau setiap kali setelah menuai atau panen.18

Melihat hukum zakat merupakan suatu keharusan (wajib), hal

tersebut menjadikan zakat dalam syariat Islam memiliki ketentuan

tertentu,. Jika dalam implementasinya zakat tidak dilaksanakan

17 Mustafa Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1995), hal. 97-98. 18 Mohammad Daud A, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: UI press, 1988),

hal. 41.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

19

sebagimana ketentuanya maka nilai zakat akan menjadi gugur, dengan

demikian amalan tersebut berubah menjadi sedekah atau infak.

1. Macam dan Jenis Zakat

Zakat terbagi menjadi dua yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat

fitrah adalah zakat saat menjelang hari raya Idhul Fitri. Zakat mal adalah

zakat atas harta kekayaan yang meliputi hasil perniagaan atau

perdagangan, pertambangan, pertanian, hasil laut, hasil ternak, hasil

temuan, emas dan perak, hasil kerja atau zakat profesi, zakat hadiah, zakat

perusahaan, dan zakat obligasi atau saham. Tiap-tiap jenis zakatpun

memiliki perhitungan yang berbeda-beda.19

Zakat Fitrah adalah zakat yang di keluarkan saat menjelang hari

raya Idul Fitri atau paling lambat penyerahan zakat tersebut sebelum

dilaksanakannya sholat Idul Fitri. Hukum dari zakat Fitri itu sendiri adalah

wajib. Syekh Sayyid Sabiq menyampaikan:

“Zakat Fitri adalah zakat yang diwajibkan karena berbuka dari

Ramadhan (maksudnya, berakhirnya Ramadhan). Wajib bagi setiap

pribadi umat Islam, anak-anak atau dewasa, laki-laki atau

perempuan, merdeka atau budak.”20

Zakat mal merupakan zakat harta benda atau kekayaan yang

dimiliki oleh setiap orang akan tetapi dengan ketentuan dan syarat tertentu.

Zakat mal terbagi menjadi beberapa kategori yaitu:

19 Tim Emir, Panduan Zakat Terlengkap, (Jakarta: Emir, 2016), hal. 34. 20 Ibid. Tim Emir, hal. 34.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

20

a. Zakat Emas, Perak, dan Uang

Emas, perak dan uang adalah termasuk harta kekayaan utama umat

manusia. Dengan jenis benda tersebut, harta benda lainnya ikut

ternilai. Oleh sebab itu, emas dan perak terkena zakat sesuai dengan

ketentuan nishab dan haulnya. Nishab emas yakni sebesar 20 dinar

(lebih kurang 96 gram emas murni), perak yakni sebesar 200 dirham

(lebih kurang 672 gram), uang (giral atau chartal) yakni senilai

dengan harga 96 gram emas.21

b. Zakat Surat Berharga (Saham atau Investasi atau Obligasi)

Zakat juga diwajibkan atas surat berharga mencapai nishab dan

haulnya, seperti saham, obligasi, investasi dan sejenisnya. Zakat

investasi adalah zakat terhadap harta benda yang diperoleh dari hasil

investasi, misalnya bangunan atau kendaraan yang disewakan, sebesar

5% untuk penghasilan kotor dan sebesar 10% untuk penghasilan

bersih.22

c. Zakat Profesi atau Zakat Penghasilan

Zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi seseorang, besarannya 2,5%.

Dengan haul selama satu tahun, akan tetapi juga diperbolehkan

apabila zakat tersebut di keluarkan setiap bulannya untuk

meringankan beban pengeluaran.

21 Mohammad Daud A, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: UI press, 1988),

hal. 45. 22 Tim Emir, Panduan Zakat Terlengkap, (Jakarta: Emir, 2016), hal. 35.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

21

d. Zakat Tabungan

Zakat tabungan adalah uang yang telah disimpan selama satu tahun

dan mencapai nishab setara 85 gram emas. Zakat yang wajib

dikeluarkan atas tabungan sebesar 2,5%.

e. Zakat Perdagangan

Zakat dalam kategori ini bergantung pada suatu benda yang di niatkan

untuk diperdagankan, sehingga nishab dan haulnya akan berlaku

sebagaimana mestinya sesuai dengan barang yang diperdagangkan.

Setiap tutup buku, setelah perdagangan berjalan setahun lamanya,

uang yang ada dan barang yang ada dihitung harganya secara

keseluruhan. Setelah terhitung secara keselurahan maka di wajibkan

untuk mengeluarkan zakat sebesar 2,5%, nishab sama dengan nilai

harga emas sebasar 96 gram.23

f. Zakat Hasil Bumi

Zakat hasil bumi dapat disebut juga sebagai hasil pertanian yang mana

hal tersebut mengalami penyesuaian sesuai dengan lokasi

geografisnya. Zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki,

akan tetapi harus dilakukan setiap kali panen atau menuai. Kadar

zakatnya sebesar lima persen untuk hasil bumi yang diairi atas usaha

penanaman sendiri dan sepuluh persen apabila pengairannya tadah

hujan tanpa usaha yang menanam.24

23 Mohammad Daud A, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: UI press, 1988),

hal. 45 24 Ibid, Mohammad Daud A, hal. 46.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

22

g. Zakat Hewan Ternak

Zakat hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah hewan

ternak yang telah di pelihara selama setahun, tidak di pekerjakan, dan

mencapai nishabnya. Hewan ternak yang wajib dizakati di Indonesia

adalah:

1) Kambing, 40 sampai 120 ekor, diwajibkan zakat 1 ekor kambing,

121 sampai 200, diwajibkan zakat 2 ekor kambing, 200 sampai

300 diwajibkan zakat 3 ekor kambing, untuk selanjutnya setiap

penambahan 100 ekor kambing akan bertambah juga zakatnya 1

ekor kambing.

2) Sapi, 30 sampai 39 ekor, diwajibkan zakat 1 ekor sapi dengan

umur lebih dari satu tahun, 40 sampai 59 ekor, diwajibkan zakat 1

ekor sapi dengan umur lebih dari dua tahun, 60 sampai 69 ekor,

diwajibkan zakat 2 ekor sapi dengan umur setahun lebih, 70

sampai 79, diwajibkan zakat 2 ekor sapi (satu ekor berumur

setahun dan satu ekor berumur lebih dari dua tahun). Selanjutnya

setiap tambahan 30 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur lebih dari

setahun begitupun seterusnya, patokannya adalah 30 dan 40 ekor.

3) Kerbau, kadar zakat yang dikeluarkan untuk kerbau adalah sama

dengan kadar zakat yang melekat pada sapi.25

25 Ibid, Mohammad Daud A, hal. 46.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

23

h. Zakat Rikaz dan Barang Tambang

Kewajiban untuk mengeluarkan zakat barang yang ditemukan adalah

setiap kali orang tersebut menemukan barang yang tidak

berkepemilikan. Kadar zakat yang dilekatkan barang temuan tersebut

sebesar dua setengah persen, dengan ketentuan apabila nishabnya

sudah mencapai atau sama dengan nishab emas (96 gram) dan perak

(672 gram), hal serupa juga terjadi apabila menuai hasil tambang,

hasil tambang akan dikenai zakat ketika sudah proses pengelolaan

dengan ketentuan mencapai nishab emas (96 gram) dan perak (672

gram).26

i. Zakat Harta

Hadiah yakni sebuah harta yang dimiliki dan diperoleh dari rezeki

yang tidak terduga melalui prantara manusia, barang tersebut tidak

mengandung unsur yang haram. Zakat hadiah atau harta pemberian

tersebut diqiyaskan dengan harta temuan, sehingga akan diwajibkan

mengeluarkan zakat sebesar 2,5% apabila sudah mencapai nishab

emas (96 gram) dan perak (672 gram).27

j. Zakat Perusahaan

Zakat perusahaan adalah kewajiban zakat sebesar 2,5% yang

dikeluarkan oleh sebuah perusahaan berdasarkan ketentuan

perhitungan tersendiri. Para ulama menganalogikan zakat perusahaan

26 Ibid, Mohammad Daud A, hal. 46. 27 Tim Emir, Panduan Zakat Terlengkap, (Jakarta: Emir, 2016), hal. 37.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

24

pada zakat perdangangan karena dipandang dari aspek legal dan

ekonomi.28

2. Konsep Lembaga Zakat

Al-amil menurut Imam Qurtubi, merupakan orang-orang yang

mendapatkan tugas (oleh imam atau pemerintah) mengambil,

menuliskan, menghitung, sekaligus mencatat zakat yang sudah

diambilnya dari para muzakki yang selanjutnya diberikan kepada yang

berhak menerimanya. Peran tersebut dijalankan oleh Badan Amil Zakat

atau Lembaga Amil Zakat.29 Amil zakat menurut terminologi fikih yang

sebagaimana telah di utarakan oleh Ad-Dimasyqi, merupakan orang-

orang yang diangkat oleh imam (pemerintah) untuk mengatur urusan

zakat, yang mana melingkupi pengmpulan, pencatatan , pendistribusian,

dan sebagainya.30 Orang yang merupakan amil zakat adalah orang yang

bertugas menjaga harta zakat, penggembala hewan ternak zakat dan juru

tulis yang berkerja di kantor amil zakat.31 Berdasarkan pengertian

lembaga dan pengertian amil zakat sebelumnya, maka yang dimaksudkan

dengan lembaga amil zakat adalah sebuah lembaga yang dibentuk secara

swadaya oleh masyarakat yang mempunyai tugas untuk membantu

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

28 Ibid. Mohammad Daud A, hal. 37. 29 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,

2002), hal. 125. 30 Taqiyyuddin Ad Dimasyqi, Kifayah Al Akhyar Juzz Al Ula, Beirut: Darul Kutub

Al’Ilmiah, Cet-2, Al-Asqolani, Ibnu Hajar, Terjemah Bulughul Maram, (Bandung: CV.

Diponegoro, 2005), hal. 196. 31 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung: PT. Al-Ma’Arif. Profi PKPU, 1968), hal. 22.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

25

3. Zakat Produktif

a. Pengertian Zakat Produktif

Kata produktif secara bahasa berasal dari bahasa Inggris

“productive” yang memiliki arti banyak menghasilkan; memberikan

banyak hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang

mempunyai hasil positif. Adapun zakat produktif memiliki pengertian

sebagai suatu pendistribusian zakat yang menjadikan penerimanya

menghasilkan sesuatu secara terus menerus dengan harta yang

diterimanya dengan cara dikembangkan dalam bentuk usaha

produktif.32

Zakat produktif merupakan zakat yang diberikan kepada

mustahik sebagai modal untuk menjalankan kegiatan ekonomi dengan

tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas

mustahik. Hal demikian disampaikan oleh Abdurrahman Qodir.33

zakat hendaknya tidak selalu dalam bentuk konsumtif saja, malainkan

zakat dijadikan sumber dana umat.

Pemberian zakat untuk konsumtif hanyalah sebagai hal-hal yang

bersifat darurat. Artinya, ketika ada mustahik yang tidak mungkin

untuk dibimbing guna mempunyai usaha mandiri atau memang untuk

kepentingan mendesak, maka penggunaan konsumtif dapat

32 Asnaini, Zakat Produktif dalam Prespektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), hal. 64. 33 Garry Nugraha, “Pengaruh Dana Zakat Produktif Terhadap Keuntungan Usaha

Mustahiq Penerima Zakat”, (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011), hal. 89.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

26

dilakukan.34 Pemberian zakat secara konsumtif tersebut diberikan

kepada mustahik setalah melalui beberapa tahap pertimbangan

termasuk juga melalui tahap survei untuk melakukan peninjauan

kesusaian data yang dimiliki.

Pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik atau

perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan

keuntungannya digunakan bagi kepentingan fakir miskin, sehingga

kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Hal tersebut diutarakan oleh Yusuf

Al-Qardhawi.35 Pemerintah diperbolehkan untuk menggunakan

sebagian dana zakat yang terkumpul untuk dikelola dengan

manajemen yang profesional agar dapat menjadi manfaat yang lebih

untuk mustahik.

Zakat produktif mengandung banyak cakupan kategori harta

didalamnya, harta yang bergerak ataupun harta yang tidak bergerak,

sehingga akan dikenakan wajib zakat apabila mengandung unsur yang

pertama Al-maliyat atau al-iqtisadiyat (unsur ekonomis) yakni harta

tersebut memiliki nilai yang dapat berkembang dan memberikan

tambahan pemasukan bagi pemilik, yang kedua yakni Al-nama’ atau

al-istinma’ (unsur produktif atau dapat diproduktifkan) kepemilikan

harta yang dimana harta tersebut dapat dikembangkan dan terus

berkembang.

34 A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek

Berkembangnya Ekonomi Islam, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 148-149. 35 Ismail Nawawi, Zakat Dalam Prespektif Fiqh, Sosial & Ekonomi, (Surabaya: Putra

Media Nusantara, 2010), hal. 76.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

27

Ketiga, Al-milk al-tam (milik sempurna) artinya harta tersebut

secara keseluruhan tidak memilliki unsur kepemilikan dari orang lain.

Keempat, Al-kharij ‘an al-hajah al-asliyyah (diluar kebutuhan primer)

harta yang dimiliki tidak sampai mengganggu kebutuhan pokok sehari

–hari. Kelima, Tamam al-nisab (sempurna satu nisab) nilai dari harta

tersebut sudah setara atau mencapai dengan berat emas 85 gram.

Keenam, Al-salamah min al-dain (selamat dari hutang) harta yang

terkumpulkan terbebas dari unsur hutang atau tidak memiliki

tanggungan hutang sama sekali dalam unsur harta tersebut. Dan yang

terakhir yakni yang keenam, Haulan al-haul au tamam al-hasad

(mencapai satu tahun atau panen kering) nilai dari harta yang dimiliki

sudah mencapai haul satu tahun dalam kepemilikannya, sehingga

dalam waktu tersebut sudah diwajibkan dikeluarkan zakatnya.36

Terdapat tiga hal yang berkenaan dengan zakat dalam

pembangunan ekonomi, yaitu: pertama, zakat akan memakan harta

yang didiamkan atau ditimbun. Kedua, zakat merupakan sesuatu yang

sangat berharga bagi orang yang kurang beruntung serta dapat

mendorong tercapainya standart hidup masyarakat miskin dengan

memperbaiki tingkat produktivitasnya. Ketiga, institusi zakat dapat

menambah agregrat permintaan dalam skala makro ekonomi sehingga

36 Fakhrur, “Zakat Produktif di Kota Malang Studi Tentang Respon MustahiqTerhadap

Zakat Kredit Prespektif Behaviorisme”, (Disertasi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012), hal. 92.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

28

dapat mengarahkan kepada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang

lebih tinggi.37

Harta akan lebih bermanfaat apabila harta tersebut tidak

ditimbun sehingga ada pengelolaan, pengembangan dan deviden.

Dengan demikian akan terasa hasilnya di rasakan oleh mustahik

karena mereka mendapatkan sebagian dari harta yang di keluarkan

zakatnya. Semua hal tersebut juga terjadi karena campur tangan

pemerintah yang memiliki power sebagai sebuah alat untuk

mengupayakan mensejahterakan masyarakat.

b. Pendayagunaan Zakat

Pendayagunaan zakat merupakan segala sesuatu yang berkaitan

dengan upaya pemerintah dalam memanfaatkan atau mengelola hasil

pengumpulan zakat untuk didistribusikan kepada mustahik dengan

berpedoman pada syariah, tepat guna, serta pemanfaatan yang efektif

melalui pola pendistribusian yang bersifat produktif dan memiliki

manfaat sesuai dengan tujuan ekonomis dari zakat itu sendiri.38

Pendayagunaan berasal dari kata guna yang mempunyai arti

manfaat, adapun pengertian lain menurut kamus besar Bahasa

Indonesia yakni sebuah pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil

dan manfaat, pengusahaan tenaga dan sebagainya agar mampu

menjalankan tugas dengan baik. Dari definisi yang terjabarkan di atas,

37 M Nazori Majid, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf, (Yogyakarta: Pusat Studi

Ekonomi Islam STIS, 2003), hal. 247. 38 Sjechul Hadi Permono, Pendayagunan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional,

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), hal. 41.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

29

pendayagunaan zakat dapat diartikan sebagai suatu usaha dalam

mengelola dana hasil pengumpulan zakat agar memiliki manfaat atau

daya guna sesuai dengan tujuan zakat.

Pendayagunaan zakat telah diatur dalam Undang-undang No. 23

tahun 2011. Pertama, zakat dapat didayagunakan untuk usaha

produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan

kualitas umat. Kedua, pendayagunaan zakat untuk usaha produktif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan

dasar mustahik telah terpenuhi.

Pendayagunaan dana zakat mempunyai prosedur dalam aktivitas

produktifnya. Melakukan studi kelayakan menjadi tahap awal bahwa

objek yang akan menerima dana zakat lolos secara administrative atau

prosedur yang telah ditetapkan. Ketika dinyatakan layak sebagai

mustahiq penerima dana zakat maka akan ditetapkannya jenis usaha

produktif untuk dikelola mustahiq. Melakukan bimbingan dan

penyuluhan menjadi salah satu bagian terpenting dalam proses

memuzakkikan musthahiq. Bimbingan dan peyuluhan dilakukan maka

pemantauan, pengendalian dan pengawasan menjadi bagian

selanjutnya sebelum dilakukannya evaluasi dalam program yang

dilakukan dan membuat laporan hasil program yang telah dijalankan.

Pengelolaan zakat produktif diperlukan adanya suatu

mekanisme atau sistem pengelolaan yang professional, sehingga

dalam pelaksanaannya kegiatan yang berindikasi penyelewengan dana

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

30

ataupun kendala-kendala lain dapat termonitor dan diselesaikan

dengan segera. Terdapat banyak model atau bentuk sistem

pengelolaan zakat produktif antara lain:

1) Surplus Zakat Budget

Merupakan pengumpulan dana zakat yang pendistribusiannya

hanya di bagikan sebagian dan sebagian lainnya digunakan

dalam pembiayaan usaha-usaha produktif dalam bentuk zakat

certificate. Dimana dalam pelaksanaannya, zakat diserahkan

oleh muzaki kepada amil yang kemudian dikelola menjadi dua

bentuk yaitu bentuk sertifikat dan uang tunai, selanjutnya

sertifikat diberikan kepada mustahik dengan persetujuan

mustahik. Uang tunai yang terkandung dalam sertifikat

tersebut selanjutnya digunakan dalam operasional.

perusahaan, yang selanjutnya perusahaan yang didanai

diharapkan dapat berkembang pesat dan menyerap tenaga

kerja dari golongan mustahik sendiri, selain itu perusahaan

juga diharapkan dapat memberikan bagi hasil kepada

mustahik pemegang sertifikat. Apabila jumlah bagi hasil telah

mencapai nishab dan haul nya maka mustahik tersebut dapat

berperan menjadi muzakki yang membayar zakat atau

memberikan shadaqah.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

31

2) In Kind

Merupakan sistem pengelolaan zakat dimana alokasi dana

zakat yang akan didistribusikan kepada mustahik tidak

dibagikan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk alat-

alat produksi seperti mesin ataupun hewan ternak yang

dibutuhkan oleh kaum ekonomi lemah yang memiliki

keinginan untuk berusaha atau berproduksi, baik untuk

mereka yang baru akan memulai usaha maupun yang ingin

mengembangkan usaha yang sudah dijalaninya.

3) Revolving Fund

Merupakan sistem pengelolaan zakat dimana amil

memberikan pinjaman dana zakat kepada mustahik dalam

bentuk pembiayaan qardhul hassan. Tugas mustahik adalah

menggunakan dana pinjaman tersebut untuk usaha agar dapat

mengembalikan sebagian atau seluruh dana yang dipinjam

tersebut dalam kurun waktu tertentu. Setelah dana tersebut

dikembalikan kepada amil kemudian amil menggulirkan dana

tersebut pada mustahik lainnya.39

4. Kriteria dan yang Wajib Berzakat (Muzakki)

Persoalan yang terkait dengan kewajiban zakat adalah kepada

siapa diwajibkan berzakat itu. Konteks yang demikianlah yang menjadi

salah satu pokok dimana nantinya kejelasan terkait dengan muzaki

39 Ridwan Mas’ud, Muhammad, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi

Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hal. 122-124.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

32

terspesifikasikan dengan tepat. Muzaki merupakan orang yang wajib

berzakat, dalam konteks ini orang yang dimaksudkan dapat berbentuk

lembaga atau pemerintah yang dimiliki oleh agama Islam.40

Zakat hanya diwajibkan kepada seorang muslim, merdeka, baligh

dan berakal, yang memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan

syarat tertentu.41 Hal demikian masih didapati sebuah pro dan kontra

sebab terdapat kategori untuk anak-anak dan orang gila yang memiliki

harta dan sudah mencapai haul serta nishabnya, maka menurut tiga Imam

kecuali Hanafiyyah, wajib dikeluarkan zakatnya, akan tetapi kewajiban

mengeluarkan zakat tersebut dibebankan kepada walinya. Menurut

Hanafiyyah tidak wajib zakat. Sedangkan harta orang kafir tidak wajib

zakat.42

Ketentuan pertama, bahwa ulama telah sepakat, kewajiban

mengeluarkan zakat tidak diwajibkan bagi non muslim. Dasar dari

argument demikian adalah hadist shahih yang menjelaskan mengenai

perintah nabi kepada Mu’az bin Jabal ketika beliau mengutusnya ke

Yaman:

“… Yang pertama yang harus kamu lakukan adalah mengajak

mereka agar meyakini bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan

Muhammad adalah RasulNya. Apabila mereka menyambut

seruanmu, maka ajarkanlah bahwa Allah mewajibkan mereka

salat lima kali dalam sehari. Dan bila mereka mengerjakannya,

maka barulah kamu beritahukan kepada mereka bahwa Allah

40 Isnawati Rais, Majelis Ulama Indonesia Pusat, Muzakki dan Kriterianya dalam Tinjauan

Fikih Zakat, Jurnal Al-Iqtishad, Vol. I, No. 1, (Januari 2009), hal. 99. 41 Ibid, Isnawati Rais, hal. 99. 42 Abdurrahman al-Jazayri, Kitaabul fiqhi ‘Alal Mazaahibil Arba’ah, Juz. I, (Beirut: Daar

al-Rasyaad al-Hadiitsah, t. t.), hal. 590-591.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

33

mewajibkan mereka berzakat, yang dipungut dari orang kaya

mereka dan diberikan kepada orang yang miskin.”43

Dengan hal tersebut maka jelaslah bahwa kewajiban zakat ini

berkenaan dengan keislaman seseorang, dan ia merupakan salah satu dari

lima landasan tempat berdirinya bangunan keislaman itu, yaitu syahadat,

salat, zakat, puasa dan menunaikan ibadah haji . Karena dengan demikian

tidak diwajibkan bagi orang yang tidak menganut agama Islam. Sehingga

adanya hadist yang menyampaikan demikian dan melalui proses ijtihad,

akhirnya para ulama sepakat bahwa yang memiliki kewajiban untuk

membayar zakat adalah orang muslim dan merdeka. Sebab, apabila

seorang muslim tersebut adalah budak, maka seorang muslim tersebut

masih milik tuannya meskipun seorang budak tersebut memiliki harta

akan tetapi kepemilikan harta tersebut di sempurna.

Para ulama sebagian memiliki pendapat yang berbeda mengenai

kewjiban zakat yang harus dikeluarkan ketika harta tersebut dimiliki oleh

seseorang yang belum baligh dan orang gila, ada yang berpendapat tidak

wajib, dan ada yang sebaliknya. Beberapa ulama seperti Abu Ja’far al-

Baqir, Hasan, Mujahid dan lain-lain berpendapat bahwa harta yang

dimiliki oleh anak-anak dan orang gila tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

Mereka beralasan bahwa zakat merupakan ibadah mahdhah seperti salat,

dan ibadah ini memerlukan niat, yang tidak dimiliki oleh seseorang yang

belum baligh atau orang gila, dan apabila mereka dapat melakukannya,

maka hal yang telah dilakukan tidaklah sah atau tidak dianggap. Karena

43 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid 1. (Kairo:Dar Al-fath.2009), hal. 235

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

34

itu, ibadah tidak wajib atas mereka, dan mereka tidak terikat

dengannya.44

Kedua, ulasan di atas, menurut para ulaama ditunjang dengan

hadist “rufi’al qalam ‘an tsalaatsattin: ‘anish shabiyyi hatta yablugha,

‘anin naa’imi hatta yastayqazha, wa ‘anil majnuuni hattayfiiqa”.

Terangkatnya pena berarti bebas dari tuntutan hukum, karena hukumnya

hanya dibebankan kepada orang yang memahami maksud hukum,

sedangkan tiga golongan yang disebutkan dalam hadist tidak memahami

maksud tersebut.45

Ketiga, dalil lain menurut para ulama yakni firman Allah dalam

QS. At-Taubah (9) ayat 103. Di sini dijelaskan bahwa tujuan dari

perintah pemungutan zakat itu adalah untuk membersihkan dan

mensucikan dari dosa, sedangkan anak-anak (seseorang yang belum

baligh) dan orang gila tidak berdosa. Karena itu, tentu mereka tiak

termasuk dalam tuntutan ayat ini.

Keempat, selain hal tersebut, dalam setiap penetapan hukumnya,

Islam sangat memperhatikan terkait dengan kemashlahatan, menurut

para ulama, tidak akan tercapai suatu tujuan yang diinginkan dengan

hanya mewajibkan zakat kepada harta mereka ini, karena apabila terdapat

ketidak-mampuan dalam mengelola harta, maka penarikan zakat dari

tahun ketahun dikhawatirkan akan menghabiskan harta mereka dan

menyebabkan mereka miskin.

44 Isnawati Rais, Majelis Ulama Indonesia Pusat, Muzakki dan Kriterianya dalam Tinjauan

Fikih Zakat, Jurnal Al-Iqtishad, Vol. I, No. 1, (Januari 2009), hal. 100. 45 Ibid, Isnawati Rais, hal.100.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

35

Jumhur ulama dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang yang

sesudah mereka, berpendapat bahwa harta anak-anak (seseorang yang

belum baligh) dan orang gila wajib dikeluarkan zakatnya. Alasan para

jumhur ulama antara lain:

a. Nash, ayat dan hadist yang mewajibkan zakat tersebut memiliki

sifat yang umum, yang mencakup pada semua harta orang kaya,

tanpa mengecualikan, baik anak-anak (seseorang yang belum

baligh dan orang gila.

b. Selain itu para uluma beralasan dengan tindakan para sahabat,

seperti Umar, Ali, Abdullah bin Umar, Aisyah dan Jabir bin

Abdullah yang mewajibkan zakat atas kekayaan anak-anak.

c. Kemudian mereka juga melihat dari sisi makna dari diwajibkannya

zakat, menurut para ulama adalah untuk membantu orang yang

membutuhkan, di samping untuk mensyukuri nikmat Allah, karena

itu anak-anak dan orang gila, bila memang kaya tidak terlepas dari

kewajiban zakat ini.46

Setelah memperhatikan semua sebab dari munculnya pendapat

para ulama dari kedua belah pihak, maka Yusuf Qardhawi berpendapat

bahwa yang mewajibkan zakat harta anak dan orang gila lebih kuat

dalilnya. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa kekayaan anak-anak

(seseorang belum baligh dan orang gila wajib zakat, karena zakat

merupakan kewajiban yang terkait dengan kekayaan bukan dengan

46 Ibid, Isnawati Rais, hal. 101.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

36

orang, yang tidak gugur karena pemiliknya masih anak-anak (seseorang

belum baligh )atau orang gila.47

Dengan penjelasan yang terurai di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa untuk penentuan muzaki itu tidaklah terlalu sulit, karena

kriterianya sangat sederhana sekali. Telah diuraikan bahwa muzaki

merupakan seorang muslim atau lembaga yang dimiliki oleh orang Islam

yang memiliki harta yang diwajibkan zakat, baik sudah dewasa atau

tidak, berakal atau tidak.

5. Golongan yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik)

Kriteria yang berhak menerima santunan atau penyaluran dana

zakat menurut Yusuf Al Qardawi terbagi menjadi sembilan golongan

antara lain:

a. Fakir : seseorang dikatakan fakir ialah mereka yang secara fisik

tidak mampu mencari pekerjaan sehingga tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokoknya.

b. Miskin: Seseorang dikatakan miskin ialah jika seseorang mampu

bekerja akan tetapi dengan pekerjaan tersebut ia belum mampu

memenuhi kebutuhan pokoknya.

c. Amil zakat atau pengurus zakat: amil zakat ialah mereka yang

mengurusi segala kegiatan mengenai urusan zakat sehingga Allah

47 Ibid, Isnawati Rais, hal 101.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

37

menyedikan upah bagi mereka dari harta zakat sebagi balasan atau

imbalan.

d. Muallaf: yang dimaksud muallaf ialah seseorang yang diharapkan

kecendrungan hatinya atau keyakinanya dapat bertambah terhadap

Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin,

atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela

dan menolong kaum muslimin dari musuh.

e. Memerdekakan budak belian: yakni yang dimaksud mencakup

untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

f. Gharimin: gharimin terbagi menjadi 2 yaitu pertama orang yang

berhutang untuk kemaslahatan sendiri seperti untuk nafkah

keluarga, sakit dsb. Termasuk orang yang sedang tertimpa

musibah sehingga hartanya habis. Kedua ialah orang yang

berhutang untuk kemaslahatan orang lain misalnya seseorang yang

berusaha mendamaikan dua orang yang sedang berselisih atau

seseorang yang berhutang demi memenuhi kebutuhan masyarakat.

g. Fisabilillah: seseorang dikatakan fisabilillah jika ia berjihad untuk

menegakan dan membela kalimat Allah di muka bumi. Dalam

artian jika seseorang mendirikan sekolaj berdasarkan factor

tertentu adalah perbuatan yang baik atau shaleh maka sangat

dianjurkan oeh Islam untuk memberikan zakat pada orang

tersebut.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

38

h. Ibnu sabil: menurut jumhur ulama adalah kiasan untuk musafir,

yaitu orang yang dalam perjalanan yang melintas dari satu daerah

ke daerah lain, selagi bukan untuk mendatangi kemaksiatan.48

Pengertian fakir dan miskin mengalami perkembangan seiring

dengan berkembangnya kehidupan dan keadaan di masyarakat, sehingga

fakir dan miskin berkembang ke dalam cakupan yang lebih luas yaitu,

biaya penyantunan orang-orang miskin di lembaga-lembaga sosisal,

panti-panti asuhan, dan bantuan modal bagi fakir-miskin agar mereka

dapat berusaha secara produktif.49

Penjabaran terkait dengan amil mengalami perkembangan

sehingga tidak hanya berurusan mengenai pengelolaan dana zakat semata

akan tetapi juga berkaitan dengan masuknya biaya-biaya administrasi dan

personal badan atau organisasi amil tersebut, serta aktivitas yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran berzakat.50 Perkembangan

terkait penerima dana zakat pada muallaf tidak hanya sampai

penyantunan dan pembinaan terhadap muallaf saja akan tetapi dana

tersebut juga dipergunakan untuk membantu lembaga-lembaga dakwah.51

Pemahaman riqab mengalami perkembangan, yang mana

pemahaman tersebut tidak hanya berputar pada pembebasan budak saja,

namun bertambah pada pengembangan dana zakat untuk membebaskan

petani, pedagang, dan nelayan kecil yang terikat dengan rentenir atau

48 Yusuf Al-Qardhawi, Hukum Zakat,terj. Harun, Didin & Hasanuddin. (Bogor: Pustaka

Litera AntarNusa, 2011). Hal. 510-663 49 Mohammad Daud A, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: UI press, 1988),

hal. 68. 50 Ibid, Mohammad Daud A, hal. 68. 51 Ibid. Mohammad Daud A, hal. 68.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

39

lintah darat atau pengijon. Gharim, dirumuskan dengan orang-orang atau

lembaga Islam yang jatuh pailit atau memiliki tanggungan akibat

kegiatan yang sah dimata hukum.52

Pemahaman akan definisi sabilillah terus mengalami

perkembangan, dimana dalam cakupan terkait dengan sabilillah

disertakan juga mengenai kebutuhan peribadatan, pendidikan, dakwah,

penelitian, penerbitan buku-buku, majalah-majalah ilmiah. Sedangkan

yang berkaitan dengan ibnusabil mengalami perkembangan pemahaman

bahwa dalam kategori tersebut penggunaan dana zakat juga meliputi

pembiayaan perjalanan seseorang yang kehabisan biaya dalam

perjalanan, beasiswa dan biaya-biaya kegiatan ilmiah.53

6. Organisasi Pengelola Zakat

a. Pengertian Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi Pengelola Zakat merupakan sebuah institusi atau

lembaga yang bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan

shadaqah. Definisi menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat pada Pasal 1, Ayat 1 yakni berupa kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan

terhadap pengumpulan (funding), pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat.54

52 Ibid, Mohammad Daud A, hal. 68. 53 Ibid, Mohammad Daud A, hal. 68. 54 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial di

Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 118-119.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

40

Berkaitan dengan konteks penjelasan di atas maka dapat diambil

pemahaman bahwa organisasi pengelola zakat juga berperan dalam

pengelolalan dana infaq dan shodaqoh, dalam pelaksanaannya

organisasi atau institusi tersebut melakukan perencanaan kegiatan,

pengorganisasian, pelaksanaan, sekaligus pengawasan dalam kegiatan

pengumpulan serta pendistribusian yang berkaitan pendayagunaan

dana zakat produktif.

b. Fungsi Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi pengelola zakat apapun bentuk dan posisinya secara

umum mempunyai dua fungsi yakni:

1) Perantara keuangan.

Amil memiliki sebuah peran menghubungkan antara pihak muzaki

dan mustahik. Sebagai perantara amil dituntut menerapkan azas

trust (kepercayaan). Sebagaimana layaknya lembaga keuangan

yang lain, azaz kepercayaan menjadi syarat wajib yang harus

dibangun. Setiap amil dituntut mampu menunjukkan

keunggulannya masing- masing sampai terlihat jelas kedudukan

atau positioning organisasi, sehingga masyarakat dapat

memilihnya. Tanpa adanya positioning, maka kedudukan akan

sulit untuk berkembang dan dapat berinovasi.

2) Pemberdayaan

Fungsi ini, sesungguhnya upaya mewujudkan misi pembentukan

Amil, yakni bagaimana muzakki (orang yang wajib zakat) menjadi

lebih berkah rezekinya dan ketentraman kehidupannya menjadi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

41

terjamin disatu sisi dan mustahik (orang berhak menerima zakat )

tidak selamanya bergantung dengan pemberian, bahkan dalam

jangka panjang diharapkan dapat berubah menjadi muzakki

baru.55

c. Urgensi Organisasi

Dalam surah At-taubah (9) ayat 60 dikemukakan bahwa salah

satu golongan yang berhak menerima zakat yakni orang yang bertugas

mengurus zakat (‘amilina ‘alaiha). Sedangkan dalam surah At-taubah

ayat 103 menjelaskan bahwa zakat itu diambil dari orang-orang yang

berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan

atau didistribusikan kepada yang berhak menerimanya (mustahik).

Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas (amil).

Surah At-Taubah (9) ayat 60 ditafsirkan bahwa amil merupakan

orang yang diberi tugas oleh imam atau pemerintah untuk mengambil,

menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari

muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya

(mustahik). Karena itu Rasulullah SAW pernah mempekerjakan

seseorang yang bernama ibnu Lutaibah dari suku Asad untuk

mengurus urusan zakat Bani Sulaim.56

55 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil(BMT), (Yogyakarta: UII

Press, cet. 2, 2005), hal. 207 – 208. 56 Jasafat, Manajemen Pengelolaan Zakat, Infaq Dan Sadaqah Pada Baitul Mal Aceh Besar,

Jurnal Al-Ijtimaiyyah, Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Ar-Raniry, Jurnal Al-Ijtimaiyyah, VOL. 1, NO. 1, (Januari - Juni 2015), hal. 6.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

42

Begitu pula dengan Muas bin Jabal yang ditugaskan di negeri

Yaman sebagai da’i juga sebagai pengurus Zakat. Demikian pula yang

dilakukan oleh para Khulafaur rasyidin sesudahnya. Pengelolaan zakat

oleh lembaga pengelola zakat memiliki beberapa keuntungan antara

lain: menjamin kepastian dan kedisiplinan dalam pembayaran zakat,

menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan

langsung untuk menerima zakat dari para muzakki, mencapai efisiensi

dan efektivitas serta ketepata sasaran dalam penggunaan harta zakat

menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat, memperlihatkan

syi’ar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang

Islami, memudahkan koordinasi dan konsolidasi data muzakki dan

mustahik, memudahkan pelaporan dan pertanggungjawaban ke publik,

dan yang terakhir bertujuan agar pengelolaannya dapat dikelola secara

professional.57

Sebaliknya jika dana zakat dari muzakki diserahkan langsung ke

mustahik, meskipun secara hukum syar’i adalah sah, akan tetapi akan

terabaikannya hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat,

terutama yang berkaitan dengan pemerataan dan kesejahteraan ummat,

akan mengalami kesulitan dalam mewujudkannya.

Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-

Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan

Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 Tentang

57 Abdurrahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1988), hal. 85.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

43

Pelaksanaan Undang-Undang No. 38 tahun 1999 dan Keputusan

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.

D. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Dalam Undang-Undang ini masih banyak kekurangan terutama tidak

adanya sangsi bagi muzakki yang melalaikan kewajibannya tidak

membayar zakat, tetapi Undang-Undang ini mendorong upaya untuk

pembentukan lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat dan

dipercaya oleh masyarakat.58

Dalam Undang-Undang ini dikemukakan bahwa pengelolaan

zakat bertujuan, pertama meningkatkan pelayanan bagi masyarakat

dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama. Kedua,

meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

mewujudkan masyarakat dan keadilan sosial. Ketiga, meningkatkan

hasil guna dan daya guna zakat.

Dalam Bab III Undang-Undang No. 38 tahun 1999 dikemukakan

bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan

Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Selanjutnya

bahwa setiap pengelola zakat karena kelalaiannya tidak mencatat

dengan tidak benar tentang zakat, infak, sedekah, hibah, wasiat, waris

dan kaffarah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 pasal 12 dan

pasal 11 Undang-Undang tersebut, diancam dengan hukuman

58 Ibid, Abdurrahman Qadir, hal. 6.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

44

kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya

Rp.30.000.000.59

7. Unit Pengumpulan Zakat

Unit pengumpul zakat merupakan satuan organisasi yang dibentuk

oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas mengumpulkan

zakat untuk melayani muzaki, yang berada pada desa atau kelurahan,

instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar

negeri. Dengan adanya Undang-Undang Zakat, maka semua pengelola

zakat, infak, dan sedekah, haruslah benar-benar amanah, jujur, trampil,

profesional dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Oleh sebab

itu diharapkan para pengelola zakat dari setiap tingkatan baik kecamatan

sampai tingkat nasional mampu merubah kehidupan umat yang tadinya

mustahik bisa bertransisi menjadi muzaki.

Pengumpulan zakat hendaknya perlu diperhatikan beberapa hal.

Pertama pengumpulan zakat, infak, sedekah hendaknya dilakukan secara

terprogram, dan dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan secara transparan,

jujur dan bertanggung jawab. Kedua, kerjasama antara semua petugas

pengumpul hendaknya dilaksanakn secara terpadu, menjauhkan rasa buruk

sangka sesama kawan dan bertanggung jawab. Dan yang ketiga,

59 Ibid, Abdurrahman Qadir, hal. 7.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

45

Menciptakan rasa kebersamaan dan saling hormat menghormati antara

pengumpul dengan muzakki.60

Dengan menjadi UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) BAZNAS, instansi

atau lembaga legal secara hukum, sehingga dapat melakukan kegiatan

pengumpulan zakat berdasarkan SK (Surat Keputusan) Ketua Umum

BAZNAS Pelayanan yang diberikan oleh UPZ (Unit Pengumpulan Zakat)

BAZNAS semakin optimal dengan adanya kewenangan memberikan

Bukti Setor Zakat (BSZ) yang dicetak oleh BAZNAS.

BSZ tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa zakat yang

dibayarkan dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan kena

pajak (zakat sebagai deductible items). Unit pengumpulan zakat

merupakan bagian dari jaringan zakat nasional, ada standarisasi kebijakan,

sistem, prosedur, materi sosialisasi. sehingga upaya menanggulangi

kemiskinan melalui pendayagunaan ZIS (zakat, infaq, shodaqoh) dapat

terukur dengan jelas.61

Prosedur dalam pengumpulan dana zakat di BAZNAS Gresik

dilakukan dengan cara muzakki mengeluarkan sebagian dari

pendapatannya sebesar 2,5% sebagai zakat pendapatan atau zakat profesi

yang dibayarkan kepada BAZNAS Gresik. Dana yang dihimpun oleh

BAZNAS Gresik tersebut kemudian dibagi dan di distribusikan kedalam

lima program untuk membantu rumah tangga mustahik, agar supaya

60 Qurratul Aini Wara Hastuti, Urgensi Manajemen Zakat Dan Wakaf Bagi Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat, Jurnal Zakat dan Wakaf, hal. 394-395. 61 Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) BAZNAS, diakses pada tanggal 27 April 2017 dari

http://pusat.baznas.go.id/upz/.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

46

ekonomi mereka terbantukan. Mustahik yang menerima dana bantuan

zakat sebelumnya akan melalui survei terlebih dahulu dan mustahik yang

menerima dana bantuan zakat tersebut akan mendapatkan pembinaan.

Dana bantuan zakat tersebut diharapkan mampu menambah produktifitas

dari mustahik teresebut sehingga pendapatan rumah tangga mustahik

tersebut menjadi bertambah.

Pendapatan rumah tangga mustahik tersebut selanjutnya akan

diukur melalui indeks kemiskinan Islami yang akan menempatkan kondisi

mustahik tersebut kedalam empat kuadran yakni kemiskinan material,

kemiskinan spiritual, kemiskinan absolut, dan sejahtera.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

47

Pembinaan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

C. Efektivitas Pendayagunaan Zakat Produktif

1. Efektivitas

Kata efektif memiliki arti dapat membuahkan hasil, mulai berlaku,

ada pengaruh atau akibat atau efeknya. Efektivitas juga dapat diartikan

Pendapatan Muzakki

BAZNAS Gresik

Gresik

Cerdas

Gresik

Peduli

Gresik

Taqwa

Gresik

Sehat

Gresik

Berdaya

Rumah Tangga Musthahik

Pendapatan RT Musthahik

Indeks Kemiskinan Islam

Kemiskinan Sejahtera

Spiritual Absolut Material

Muzakki

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

48

sebagai pengukuran sebuah keberhasilan dalam pencapaian tujuan-

tujuan.62 Efektif merupakan sebuah kemampuan mengerjakan sesuatu

dengan benar. Efektivitas banyak berkaitan dengan tujuan sebab semakin

dekat organisasi kepada tujuannya, semakin efektif organisasi tersebut.63

Menurut Harbani Pasolong pada dasarnya kata efektivitas berasal

dari kata “efek” dan digunakannya istilah tersebut sebagai hubungan sebab

akibat. Efektivitas juga dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variable

lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya

sapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses

kegiatan.64 Keefektifan organisasi adalah kondisi yang menunjukan sejauh

mana sebuah organisasi mewujudkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan

dan tujuan-tujuan yang dicapai.

Efektivitas sendiri kesesuaian antara output dengan tujuan yang

ditetapkan. Efektivitas, suatu keadaan yang terjadi karena adanya sebuah

keinginan bersama. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan dengan

maksud tertentu dan memang dikehendaki, maka pekerjaan orang itu

dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud

sebagaimana yang dikehendaki sebelumnya, efektivitas harus dinilai atas

dasar tujuan yang bisa dilaksanakan, bukan atas dasar konsep tujuan yang

62 Sulkan Yasin dan Sunarto Hapsoyo, kamus Besar Bahasa Indonesia, Praktis, Populer

dan Kosa Kata Baru, (Surabaya: Mekar, 2008), hal. 132. 63 Badrudin, Dasar-dasar Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 21. 64 Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 4.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

49

maksimum.65 untuk mengukur efektivitas suatu program dapat dilakukan

dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut: 1) ketepatan

sasaran program, 2) sosialisasi program, 3) tujuan Program, 4) pemantauan

program.66

Ukuran efektivitas yang lain dapat pula dilihat dan diukur melalui

organisasi tersebut dengan beberapa indikator yakni: 1) produksi

merupakan kemampuan organisasi memproduksi jumlah atau mutu output

sesuai dengan permintaan lingkungan, 2) efesiensi merupakan

perbandingan antara output dengan Input, 3) Kepuasaan merupakan

ukuran yang menunjukan tingkat dimana organisasi dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat, 4) Keunggulan adalah tingkat organisasi dapat

tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal, 5) pengembangan

merupakan mengukur kemampuan organisasi meningkatkan kapasitasnya

dalam menghadapi tuntutan masyarakat.67 Sehubungan dengan hal-hal

yang dikemukakan, maka ukuran efektivitas organisasi merupakan standar

akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai

sekaligus menunjukan sejauh mana organisasi, program atau kegiatan

melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung

dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat lain

65 Ni Wayan Budiani, “Efektivitas program penanggulangan Pengangguran Karang Taruna

“Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar”, INPUT:

Jurnal Ekonomi dan Sosial Volume 2 Nomor 1, (Bali: Universitas Udayana, 2007), hal. 52. 66 Ibid, Ni Wayan Budiani, hal. 53. 67 Gibson Donnelly, Organisasi, Prilaku, Struktur, Proses, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal.

34.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

50

juga disampaikan bahwa ukuran daripada efektivitas, yaitu: 1) kualitas

artinya kualitas yang diberikan organisasi, 2) produktivitas artinya

kuantitas dari jasa yang diberikan, 3) kesiagaan yaitu penilaian

menyeluruh dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik, 4)

efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek terhadap biaya untuk

menghasilkan prestasi tersebut, 5) penghasilan yaitu jumlah sumber daya

yang tersisa setelah biaya yang dikeluarkan dan kewajiban dipenuhi, 6)

pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi dan masa

lalunya, 7) stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya

setiap waktunya, 8) kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang

berakibat terjadinya kerugian waktu, 9) semangat kerja yaitu perasaan

yang mengikat dalam hal pencapaian tujuan, melibatkan usaha tambahan,

kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki, 10) motivasi artinya kekuatan

yang mucul dari setiap individu dalam mencapai tujuan, 11) kepaduan

yaitu fakta bahwa anggota organisasi bekerja sama dengan baik,

berkomunikasi dan mengkoordinasikan, 12) keluwesan adaptasi artinya

suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang

bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan.68

Efektivitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

keberhasilan yang timbul dari pengelolaan dan pendistribusian zakat,

dimana pengelolaan zakat tersebut sudah tepat sasaran dalam

pendistribusiannya sehingga memberikan sebuah perubahan baik dalam

68 M. Richard Steers, Efektifitas Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1985), hal. 46-48.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

51

segi spiritual, material, kesejahteraan, kemiskinan ketika sebelum dan

sesudah adanya program pengelolaan zakat produktif berupa ternak

bergulir.

2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan merupakan sebuah proses pengambilan keputusan

yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang

yang mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya,

merupakan sebuah keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha,

pengetahuan, keterampilan, dan sumber lainnya dalam rangka mencapai

tujuan tanpa harus bergantung pada pertolongan eksternal. McArdle

mengimplikasikan hal tersebut bukan sebagai dari tercapainya tujuan,

melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan.69

Keberdayaan dalam masyarakat merupakan kemampuan individu

dengan individu-individu lainnya dalam masyarakat guna membangun

keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Memperkuat unsur-unsur

keberdayaan dalam keinginan meningkatkan harkat dan martabat dengan

mengandalkan kekuatan atau usahanya sendiri sehingga masyarakat

terebut mampu memperkecil kesenjangan sosial yang dialami dalam

proses tercapainya upaya-upaya kemandirian masyarakat yang

diharapkan.70

69 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humoniora Utama

Press,2010), Hal. 3 70 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, (Bandung: Alfabeta, 2007), Hal. 01

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40945/3/BAB II.pdf · Zakat Mal dan Zakat Fitrah (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di Madrasah Salafiyah Al-Ittihad Pasir

52

Pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan sumber daya

manusia merupakan sebuah upaya dalam memperluas horison pilihan

masyarakat. Hal tersebut menyampaikan bahwa masyarakat diberdayakan

agar dapat melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat minimal untuk

dirinya sendiri. Dapat diambil kesimpulan, masyarakat yang berdaya

merupakan masyarakat yang mampu memilih dan memiliki kesempatan

untuk mengadakan pilihan-pilihan.71

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa proses pemberdayaan akan

menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk dapat memilih.

Sebab, masyarakat yang mempunyai kualitas adalah masyarakat yang

dapat memajukan pilihan yang sudah dibuat dan dapat memilih dengan

jelas.

71 Nanih Machendrawaty dkk, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1994), hal. 42.