bab iii metode penelitianeprints.umm.ac.id/40945/4/bab iii.pdf · 2018. 11. 27. · bandung,...
TRANSCRIPT
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan campuran atau
mixed methods dimana penelitian ini melibatkan penyatuan atau
penggabungan penelitian dan data kualitatif dan kuantitatif dalam
penelitian. Pendekatan ini ialah sebuah pendekatan penelitian yang
cenderung didasarkan pada paradigma pengetahuan pragmatik (seperti
orientasi konsekuensi sebab-akibat, orientasi masalah, dan pluralistik
atau campuran). Pendekatan ini menggunakan strategi penelitian yang
melibatkan pengumpulan data baik secara simultan maupun secara
sequensial untuk memahami masalah penelitian sebaik baiknya.
Pengumpulan data juga melibatkan pemerolehan informasi menarik
(yakni malalui instrumen kuisioner) maupun informasi melalui
interview sehingga data akhir akan mempresentasikan baik informasi
kualitatif maupun kuantitatif.72
Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran
sekuensial eksploratori yakni peneliti terlebih dahulu memulai dengan
fase penelitian kualitatif dengan mengeksplorasi pandangan para
partisipan (Pimpinan BAZNAS, kepala devisi pemberdayaan dan
mustahik) melalui interview. Data yang didapatkan kemudian dianalisis,
72 Emzir, metodologi penelitian pendidikani, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal.
28-29.
54
dan informasi yang digunakan untuk membangun instrumen yang
paling cocok dengan sampel penelitian digunakan untuk
mengidentifikasi instrumen-instrumen yang terdapat dalam fase
kuantitatif, atau untuk menentukan variabel-variabel yang perlu
dilanjutkan dalam fase penelitian kuantitatif melalui pemberian angket
kuisioner pada mustahik.73
Peneliti menggunakan pendekatan campuran sekuensial
eksploratori dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
konsep pendayagunaan zakat di BAZNAS Gresik secara mendalam dan
komperhensif. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat diungkapkan
situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pendayagunaan
zakat di BAZNAS Gresik. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan
ini peneliti dapat mengukur seberapa efektiv pendayagunaan zakat
BAZNAS Gresik dengan menggunakan instrumen khusus yang
dirancang untuk menilai perilaku-perilaku, kemudian informasi
dianalisis menggunakan prosedur-prosedur statistik dan pengujian
hipotesis.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian
sstudi kasus dan kausal komparatif. Jenis penelitian (case study) studi
kasus menurut Robert K. Yin adalah suatu penelitian sistematis yang
menyelidiki fenomena di dalam kontek kehidupan nyata, bilamana batas-
73 John W. Creswell, Research Design Pendekatan metode kualitatif, kuantitatif dan
campuran, Edisi keempat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2016), hal. 21.
55
batas anatara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas, dan
dimana multisumber bukti dimanfaatkan.74
Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan
rancangan yang latar penelitian di BAZNAS Gresik dan fokus pada
pendayagunaan atau pendistribusian dana zakat. Peneliti menggunakan
sudut pandang persepsi emik yaitu suatu pendekatan yang berusaha
memahami suatu fenomena yang menggunakan titik pandang dari dalam
(domestic). Penelitian ini secara konsisten berusaha melihat apa adanya
fenomena yang diteliti dari sudut pandang aktor yang menjadi subjek
penelitian, sehingga penelitian ini memiliki independensi dan kedalaman
penghayatan kasus.
Sedangkan kausal komparatif ialah jenis penelitian yang berusaha
mencari penyebab atau alasan, untuk adanya perbedaan dalam perilaku
atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain penelitian ini
dirujuk sebagai penelitian ex post facto karena pengaruh dan yang
mempengaruhi telah terjadi dan diteliti peneliti dalam tinjauan ke
belakang. Penelitian kausal komparatif berupaya menentukan alasan atau
sebab untuk status yang berlaku umum dari fenomena yang diteliti. Studi
kausal komparatif berusaha menetapkan hubungan sebab akibat dengan
melibatkan perbandingan kelompok data mustahik sebelum dan sesudah
menerima bantuan dana zakat produktif.75
74 Robert K. Yin. Studi Kasus: Desain dan Metode. (Jakarta: Rajawali Press. 2005), hal. 18 75 Ibid, Emzir, metodologi penelitian pendidikani, hal. 119-121.
56
B. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan dengan cara ikut serta
dalam kegiatan operasional rutin pada hari-hari kerja di Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik. Kegiatan penelitian ini
akan dilaksanakan pada:
Tempat : Kantor Bupati Gresik. Jl Dr, Wahidin SH No. 245 Gresik.
Untuk selanjutnya, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
kabupaten Gresik yang akan menentukan atau menyediakan tempat
untuk dapat dilakukannya penelitian.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden,
yaitu orang yang merespon dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
a. Data primer, data yang berasal dari pengambilan sample data
di Badan Amil Zakat Nasional kabupaten Gresik baik berupa data
tertulis maupun data dari hasil wawancara.76
b. Data sekunder, data yang berasal dari referensi dan rujukan yang
76 Sekaran Uma, Metode Penelitian untuk Bisnis Jilid 2, ed. Ke-4, (Jakarta: Salemba Empat,
2006), hal. 60.
57
membahas tentang zakat atau pendayagunaan zakat produktif.77
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian ini
mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel subyek yang
diteliti. Antara lain:
1. Observasi, pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena-fenomena yang diselidiki.78 Peneliti dapat masuk ke
lingkungan yang ditelitinya atau yang dikenal dengan observasi
partisipatif.
2. Interview (wawancara),
yaitu sebuah dialog yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar
pertanyaan yang telah disiapkan lebih dulu.79 Sedangkan teknik
wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin, yaitu cara
mengajukan pertanyaan dikemukakan secara bebas, artinya kalimat
tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah
pokok penelitian, kemudian dapat diperdalam dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi lapangan. Pedoman wawancara digunakan
sebagai pengontrol agar tidak terjadi penyimpangan masalah yang
akan diteliti. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang
diyakini mempunyai informasi yang dapat dipercaya tentang
77 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hal. 225. 78 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Erlangga, 2003), hal. 127. 79 Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik-tehnik Research, (Bandung, Tarsito, 1975), hal. 23.
58
konsep pendayagunaan zakat produktif dan sasaran yang menerima
manfaat. Yakni dengan mewawancarai langsung informan yaitu
pimpinan kantor, staf Badan Amil Zakat Nasional, dan mustahik.
3. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan data yang ada
di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Gresik. Selain itu juga
menelusuri dan menelaah buku-buku serta karya ilmiah yang
berkaitan dengan pengelolaan dan pendayagunaan zakat produktif
guna mencari landasan pemikiran dan pemecahan masalah.80
4. Kuesioner dilakukan dengan cara memberi angket yang berisi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis yang sifatnya
terbuka atau tertutup kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan daftar pertanyaan terbuka atau tetutup yang di
diberikan kepada responden untuk diisi sehingga jawaban dari
responden merupakan tanggapan atas berbagai pertanyaan yang
diajukan dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
mereka ketahui.81 Kuesioner penelitian didistribusikan kepada
para mustahiq yang menerima dana zakat produktif.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Model CIBEST
Analisis data Model Center of Islamic Business and Economics
Studies (CIBEST), dimana rumah tangga diklasifikasikan menjadi
80 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hal. 240.
81 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hal. 137-144.
59
empat kemungkinan dan nantinya disebut dengan Kuadran CIBEST.
Pendekatan ini merujuk pada kebutuhan pokok dalam syariah yakni
kebutuhan material dan kebutuhan spititual.
Irfan Syauqi Beik selaku trainer dan penemu Model CIBEST ini
memaparkan bahwa kebutuhan dasar dalam syariah adalah mampu
melakukan kegiatan ibadah, terpenuhinya sandang pangan dan
hilangnya rasa takut pada kondisi lingkungan tertentu. Berlandaskan
dengan ayat-ayat Al-Qur’an, maka Kuadran CIBEST tersusun.
Kuadran I: Sejahtera (QS An-Nahl (16) ayat 97), Kuadran II:
Kemiskinan Material (QS Al-Baqarah (2) ayat 155), Kuadran III:
Kemiskinan Spiritual (QS Al-An’am (6) ayat 44) dan Kuadran IV:
Kemiskinan Absolut (QS Thaha (20) ayat 124).
Garis Kemiskinan Material (MV) diukur dengan tiga pendekatan:
survey kebutuhan minimal (sandang, pangan, papan, kesehatan dan
pendidikan), modifikasi pendekatan BPS, dan standar nisab (diambil
satu pendekatan yang memungkinkan). Sedangkan Garis Kemiskinan
Spiritual (SV) diukur dengan scoring terhadap indikator kebutuhan
minimal spiritual rumah tangga dari 1 sampai 5. Kebutuhan Spiritual
tersebut mencakup kebutuhan fardlu ‘ain, keluarga dan kebijakan
pemerintah.
60
Menurut Beik dan Arsyianti82 indeks kesejahteraan digunakan untuk
melihat jumlah keluarga yang kaya secara material maupun spiritual.
Semakin besar nilai indeks kesejahteraan ini, maka semakin banyak
keluarga yang telah kaya secara material maupun spiritual. Selanjutnya
ada indeks kemiskinan material atau indeks yang memperlihatkan
jumlah keluarga yang kaya secara spiritual namun miskin secara
materialnya. Sedangkan indeks kemiskinan spiritual adalah nilai
indeks yang menunjukkan besarnya keluarga yang kaya secara
material namun miskin secara spiritual. Dan yang terakhir adalah
indeks kemiskinan absolut yang digunakan untuk melihat jumlah
keluarga yang miskin secara material maupun secara spiritual. Untuk
mendapatkan nilai indeks-indeks tersebut, harus ditentukan garis
kemiskinan terlebih dahulu. Garis kemiskinan tersebut adalah garis
kemiskinan dalam material dan spiritual. Indeks CIBEST ini juga
dapat digunakan oleh pemerintah maupun suatu lembaga untuk
menyiapkan program yang tepat bagi keluarga yang berada pada
masing-masing kuadran CIBEST.
Data yang telah terkumpul, kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan dengan menggunakan menggunakan indeks
kemiskinan Islami Center of Islamic Business and Economics Studies
(CIBEST) Institut Pertanian Bogor (IPB). Indeks CIBEST ini
dikembangkan oleh Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti pada
82 Beik dan Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (PT Rajawalipress: Bogor, 2015),
Hal. 94
61
tahun 2014 dan telah dipresentasikan pada seminar/workshop on
Developing a Framework for Maqasid Al-Shariah Based Index of
Socio Economic Development yang diselenggarakan oleh Islamic
Research and Training Institute of Islamic Development Bank (IRTI–
IDB).
Rumah tangga dijadikan sebagai unit analisis karena Islam
memandang unit terkecil dalam masyarakat adalah rumah tangga.
CIBEST juga membagi anggota rumah tangga dalam enam sub
kelompok yaitu kepala rumah tangga, orang dewasa bekerja, orang
dewasa tidak bekerja (> 18 tahun), remaja usia 14 – 18 tahun, anak-
anak usia 7 – 13 tahun, dan anak-anak berusia 6 tahun atau kurang
dari 6 tahun. Penetapan kategori usia dewasa bekerja ini berbeda
dengan usia kerja yang ditetapkan oleh Badan Pusat statistic (BPS).
Material Value (MV) memiliki formula tersendiri untuk
mengukur standar minimal kebutuhan material suatu rumah tangga
yang harus dipenuhi. Secara formula, penentuan MV merupakan total
dari hasil perkalian harga barang dan jasa yang dikonsumsi dengan
jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan Secara matematis
formula tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Formula :
MV= ∑ PiMi𝑛𝑖=1
62
Keterangan :
MV = Standar minimal kebutuhan material yang harus dipenuhi
rumah tangga (Rp atau mata uang lain) atau dapat disebut
sebagai Garis Kemiskinan Material
Pi = Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain)
Mi = Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan
Nilai MV didasarkan pada data garis kemiskinan material yang
sudah tersedia yaitu garis kemiskinan material Kabupaten Gresik per
kapita per bulan yang nantinya di konversi menjadi garis kemiskinan
rumah tangga per kapita per bulan. Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Tiara Tsani pada tahun 2010,
perhitungan garis kemiskinan diperoleh dari hasil perkalian antara
garis kemiskinan per kapita per bulan dengan rata-rata besaran ukuran
rumah tangga. Rata-rata besaran ukuran keluarga didapatkan dari rasio
total penduduk dengan jumlah rumah tangga di wilayah penelitian.
Garis kemiskinan spiritual atau spiritual value (SV) juga
didasarkan atas indikator kebutuhan spiritual dan formula-formula
penentuan skor spiritual. Indikator kebutuhan spiritual, rumus standar
pemenuhan lima variabel yaitu ibadah shalat, zakat, puasa, lingkungan
rumah tangga, dan kebijakan pemerintah. Ibadah shalat, zakat, dan
puasa dikatakan terpenuhi bagi suatu rumah tangga apabila minimal
menjalankan ibadah wajib seperti sholat lima waktu, puasa Ramadhan,
dan membayar zakat minimal satu kali setahun.
63
Sedangkan, variabel lingkungan rumah tangga dan kebijakan
pemerintah didasarkan pada persepsi pribadi masing-masing anggota
rumah tangga terhadap lingkungan rumah tangga dan kebijakan
pemerintah yang dirasakan dalam hal pemenuhan kebutuhan spiritual.
Untuk menilai skor pada masing-masing variabel digunakan skala
Likert antara 1–5. Berikut Tabel mengenai indikator kebutuhan
spiritual :
Variabel Skala Likert Standar
Kemiskinan 1 2 3 4 5 Skor ratarata
untuk
rumah
tangga
yang secara
spiritual
miskin
adalah 3
(SV=3)
Sholat Melarang
orang lain
sholat
Menolak
konsep
sholat
Melaksanakan
sholat wajib
tidak rutin
Melaksanakan
sholat wajib
rutin tapitidak
selalu
berjamaah
Melaksanakan
shalat wajib
rutin
berjamaah
dan
melakukan
shalat sunnah
Puasa Melarang
orang
lain
berpuasa
Menolak
konsep
puasa
Melaksanakan
puasa wajib
tidak penuh
Hanya
melaksanakan
puasa wajib
secara penuh
Melaksanakan
puasa wajib
dan puasa
sunnah
Zakat dan
Infak
Melarang
oranglain
berzakat
dan infak
Menolak
zakat dan
infak
Tidak pernah
berinfak
walau sekali
dalam setahun
Membayar
zakat fitrah
dan zakat
harta
Membayar
zakat fitrah,
zakat harta
dan
infak/sedekah
Lingkungan
Rumah
Tangga
Melarang
anggota
rumah
tangga
ibadah
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
pribadi
anggota
rumah tangga
Mendukung
ibadah
anggota
rumah tangga
Membangun
suasana
rumah tangga
yang
mendukung
ibadah secara
bersama-sama
64
Kebijakan
Pemerintah
Melarang
ibadah
untuk
setiap
rumah
tangga
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
pribadi
masyarakat
Mendukung
Ibadah
Menciptakan
lingkungan
yang kondusif
untuk ibadah
Tabel 2. Skala Likert
Berdasarkan indikator kebutuhan spiritual pada Tabel di atas
maka didapatkan garis kemiskinan spiritual atau spiritual value (SV)
bernilai sama dengan 3. Apabila suatu rumah tangga memiliki skor
lebih kecil atau sama dengan 3 maka rumah tangga tersebut
dikategorikan masuk dalam kategori miskin spiritual. Hal ini
disebabkan karena rumah tangga tersebut belum mampu memenuhi
kebutuhan ibadah wajib. Penentuan skor spiritual untuk masing-
masing individu dalam rumah tangga didasarkan atas formula sebagai
berikut :
Hi = 𝑉𝑝+𝑉𝑓+𝑉𝑧+𝑉ℎ+𝑉𝑔
5
Keterangan :
Hi = Skor aktual anggota rumah tangga ke-i
Vp = Skor shalat
Vf = Skor puasa
Vz = Skor zakat dan infak
Vh = Skor lingkungan kerja
Vg = Skor kebijakan pemerintah
Untuk menghitung skor spiritual rumah tangga yaitu dengan
menjumlahkan seluruh skor spiritual anggota rumah tangga lalu
65
membaginya dengan jumlah anggota rumah tangga. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
SH = ∑ℎ=1𝑛
𝐻1+𝐻2+⋯+𝐻𝑛
𝑀𝐻
Keterangan :
SH = Skor rata-rata kondisi spiritual rumah tangga
Hh = Skor spiritual anggota rumah tangga ke-h
Mh = Jumlah anggota rumah tangga
Dari hasil rata-rata skor kondisi spiritual satu rumah tangga
maka dapat diketahui pula skor rata-rata kondisi spiritual seluruh
rumah tangga yang diamati. Hal ini untuk mengetahui kondisi spiritual
suatu wilayah secara agregat. Dengan rumus sebagai berikut :
SS = ∑ℎ=1𝑛 𝑆𝐻𝑘
𝑁
Keterangan :
SS = Skor rata-rata kondisi spiritual keseluruhan rumah tangga
yang diamati
SHk = Skor kondisi spiritual rumah tangga ke-k
N = Jumlah rumah tangga yang diamati
Namun dalam penelitian ini, akibat keterbatasan waktu dan
kondisi, terkait dengan skor kebutuhan spiritual menggunakan
pendekatan persepsi dari Kepala Keluarga. Kepala keluarga
66
menggambarkan kondisi dari masing-masing variabel indikator
kebutuhan spiritual dalam rumah tangga tersebut.
2. Uji t-statistik Data Berpasangan
Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi pada
pendapatan rumah tangga mustahik pada kondisi sebelum dan sesudah
mendapatkan bantuan dana zakat produktif. Data dalam uji t statistik
ini merupakan data pendapatan berpasangan sebelum menerima dana
bantuan zakat produktif dan setelah menerima dana bantuan zakat
produktif.
1) Rumusnya ialah sebagai berikut :
Keterangan
D = Selisih x1 dan x2 (x1-x2)
n = Jumlah Sampel
X bar = Rata-rata
S d = Standar Deviasi dari d.
Hipotesis :
67
H0 : Pendapatan rumah tangga mustahik setelah mendapatkan
bantuan dana zakat produktif tidak berbeda nyata pada
taraf α = 5 persen terhadap pendapatan rumah tangga
mustahik sebelum mendapatkan bantuan dana zakat
produktif.
H1 : Pendapatan rumah tangga mustahik setelah mendapatkan
bantuan dana zakat
produktif berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap
pendapatan rumah tangga mustahik sebelum mendapatkan bantuan
dana zakat produktif.
2) Cara memberikan interpretasi dari hasil perhitungan dan menarik
kesimpulan.
Untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi secara tepat
(signifikan) atau tidak meyakinkan atau harus diberikan interpretasi
atau penafsiran tertentu. Interpretasi atas indeks uji t hasil
perhitungan dapat dilakukan dengan cara melihat table nilai uji t dan
memperhatikan taraf signifikasi 5% dan derajat bebasnya.
3) Pengujian hipotesis
Rumusan hipotesis:
Nilai signifikansi > 0.05 : terima H0, artinya pendapatan rumah
tangga mustahik setelah mendapatkan bantuan dana zakat produktif
tidak berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap pendapatan
68
rumah tangga mustahik sebelum mendapatkan bantuan dana zakat
produktif.
Nilai signifikansi < 0.05 : tolak H0, artinya pendapatan rumah
tangga mustahik setelah mendapatkan bantuan dana zakat produktif
berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap pendapatan rumah
tangga mustahik sebelum mendapatkan bantuan dana zakat produktif.
c. Klasifikasi Kuadran CIBEST Berdasarkan Nilai Aktual SV dan
MV
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap masing-
masing keluarga yang diamati maka akan didapatkan nilai MV dan
SV. Nilai SV dan MV tersebut menjadi acuan untuk menempatkan
sebuah rumah tangga dalam kategori kemiskinan berdasarkan kuadran
CIBEST.
Skor Aktual ≤ Nilai MV >Nilai MV
>Nilai SV Kaya spiritual, Miskin
Material (Kuadran II)
Kaya spiritual, kaya
material
(Kuadran I)
≤ Nilai SV
Miskin spiritual, miskin
material
(Kuadran IV)
Miskin spiritual, kaya
material
(Kuadran III)
Tabel 3. Kuadran CIBEST
Jika nilai aktual skor spiritual rumah tangga (SH) lebih besar
dari nilai SV dan pendapatan lebih besar dari nilai MV maka rumah
tangga tersebut masuk ke kategori kuadran I yang tercukupi
69
kebutuhan material dan spiritualnya. Rumah tangga yang memiliki
nilai SH lebih besar dari nilai SV dan pendapatan lebih rendah dari
nilai MV, maka rumah tangga tersebut masuk kedalam kategori
kuadran II. Rumah tangga dengan skor spiritual lebih kecil dari nilai
SV dan pendapatan lebih besar dari nilai MV maka rumah tangga
tersebut masuk kedalam kuadran III. Rumah tangga yang memiliki
skor spiritual lebih kecil dari nilai SV dan pendapatan lebih kecil dari
MV, maka rumah tangga tersebut masuk kedalam kategori kuadran
IV.
d. Kuadran CIBEST
Tabel 4. Kuadran CIBEST
Kuadran CIBEST terdiri atas empat bagian kuadran yang
didirikan atas garis kemiskinan material pada sumbu horizontal dan
garis kemiskinan spiritual pada sumbu vertikal. Pada masing-masing
sumbu horizontal dan vertikal terdapat tanda (+) dan (-). Tanda (+)
menandakan bahwa rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan
material dan spiritual nya dengan baik, sedangkan tanda (-)
70
menandakan bahwa rumah tangga belum mampu memnuhi kebutuhan
material dan spiritual nya dengan baik. Empat pembagian kuadran
CIBEST adalah rumah tangga sejahtera, rumah tangga yang
mengalami kemiskinan material, rumah tangga yang mengalami
kemiskinan spiritual, dan rumah tangga yang mengalami kemiskinan
absolut.
Kuadran pertama menggambarkan kondisi rumah tangga yang
sejahtera artinya rumah tangga tersebut sudah mampu memenuhi
kebutuhan material dan spiritualnya terlihat pada gambar bahwa
kuadran pertama memiliki tanda (+) pada garis kemiskinan material
dan garis kemiskinan spiritualnya. Kuadran kedua menggambarkan
kondisi rumah tangga yang mengalami kemiskinan material tetapi
mampu secara spiritual. Pada gambar terlihat dalam kuadran kedua
memiliki tanda (-) pada garis kemiskinan material dan tanda (+) pada
garis kemiskinan spiritual, artinya rumah tangga tersebut belum
mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga secara fisik yang bersifat
material tetapi sudah mampu memenuhi kebutuhan minimal spiritual.
Kuadran ketiga menggambarkan kondisi rumah tangga yang
mengalami kondisi kemiskinan spiritual tetapi mampu secara material.
Pada gambar terlihat dalam kuadran ketiga memiliki tanda (-) pada
kekayaan spiritual dan tanda (+) pada kekayaan material, artinya
rumah tangga tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan minimal
material tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan spiritual minimal.
71
Kuadran keempat menggambarkan kondisi rumah tangga yang
mengalami kondisi kemiskinan absolut atau miskin secara material
dan spiritual. Pada gambar terlihat kuadran empat memiliki tanda (-)
baik pada garis kemiskinan material dan garis kemiskinan spiritual,
artinya rumah tangga tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan
minimal material dan spiritual.
e. Indeks Kemiskinan Material
Indeks kemiskinan material (Pm) ini berguna untuk melihat
sebaran rumah tangga yang berada pada kuadran II yang termasuk
dalam kategori miskin material. Indeks kemiskinan material ini
didapatkan melalui perbandingan antara jumlah rumah tangga yang
miskin secara material tetapi kaya spiritual dengan jumlah populasi
total keluarga yang diamati. Indeks kemiskinan material ini bernilai
antara 0–1. Semakin kecil angka yang ditunjukkan oleh indeks
kemiskinan ini maka semakin kecil tingkat kemiskinan material rumah
tangga yang dialami suatu wilayah. Formula menghitung indeks
kemiskinan material adalah sebagai berikut :
Pm = 𝑀𝑝
𝑁
Keterangan :
Pm = Indeks kemiskinan material 0 ≤ Pm ≥ 1
72
Mp = Jumlah keluarga yang miskin secara material namun kaya
secara spiritual
N = Jumlah populasi total rumah tangga yang diamati
f. Indeks Kemiskinan Spiritual
Indeks kemiskinan spiritual (Ps) berguna untuk melihat sebaran
rumah tangga yang termasuk dalam kategori rumah tangg yang
mengalami kemiskinan spiritual tetapi berkecukupan secara material
pada kuadran III. Indeks kemiskinan spiritual merupakan rasio antara
jumlah keluarga yang miskin secara spiritual tetapi berkecukupan
secara material dengan jumlah populasi total keluarga yang diamati.
Indeks kemiskinan material ini bernilai antara 0–1, semakin kecil atau
semakin mendekati 0 maka semakin rendah tingkat kemiskinan
spiritual rumah tangga disuatu wilayah. Formula indeks kemiskinan
spiritual adalah sebagai berikut :
Ps = 𝑆𝑝
𝑁
Keterangan :
Ps = Indeks kemiskinan spiritual ; 0 Ps1
Sp = Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual namun
berkecukupan secara material
N = Jumlah populasi total rumah tangga yang diamati
73
g. Indeks Kemiskinan Absolut
Indeks kemiskinan absolut (Pa) berguna untuk melihat sebaran
jumlah rumah tangga yang masuk kedalam kategori miskin secara
material dan juga miskin secara spiritual pada kuadran IV. Indeks
kemiskinan absolut merupakan rasio perbandingan antara jumlah
rumah tangga yang miskin secara material dan spiritual dengan jumlah
populasi total rumah tangga yang diamati. Indeks kemiskinan absolut
bernilai antara 0 – 1, semakin kecil nilai indeks kemiskinan absolut
maka semakin rendah tingkat kemiskinan aboslut rumah tangga dalam
suatu wilayah. Formula indeks kemiskinan absolut sebagai berikut :
Pa = 𝐴𝑝
𝑁
Keterangan :
Pa = Indeks kemiskinan absolut ; 0 Ps 1
Ap = Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan juga material
N = Jumlah populasi total rumah tangga yang diamati
h. Indeks Kesejahteraan
Indeks kesejahteraan yang dikembangkan oleh CIBEST
berupaya untuk menggambarkan sebaran rumah tangga yang termasuk
dalam kategori sejahtera pada kuadran I. Sejahtera dalam konteks ini
adalah rumah tangga yang berkecukupan secara material dan spiritual.
Indeks kesejahteraan didapatkan dari rasio jumlah rumah tangga
74
sejahtera dengan jumlah populasi rumah tangga yang diobservasi.
Formula indeks kesejahteraan adalah sebagai berikut :
W = 𝑤
𝑁
Keterangan :
W = Indeks kesejahteraan ; 0 W1
w = Jumlah keluarga sejahtera (kaya secara material dan spiritual)
N = Jumlah populasi rumah tangga yang diobservasi
7. Teknik Keabsahan Data (Uji Validitas dan Reliabilitas)
Skala likert digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu skala
pengukuran yang digunakan untuk menghitung skor spiritual rumah
tangga dalam masing-masing variabel indikator kebutuhan spiritual.
Skala likert ini berguna untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok mengenai gejala atu kejadian tertentu.83
Uji validitas dalam Penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian
data kondisi spiritual rumah tangga mustahik yang telah didapatkan
dengan kondisi spiritual rumah tangga yang sebenarnya. Data yang sudah
dinyatakan valid juga perlu dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
berupaya memperlihatkan kestabilan hasil data yang didapatkan apabila
dilakukan penelitian dilakukan secara berulang.
83 Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian,(Alfabeta: Bandung. 2011), hal 15
75
Kriteria uji :
1. Data dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel
2. Data dikatakan reliabel apabila nilai alpha > rtabel.
Gambar 2. Skema Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan
kuantitatid dengan jenis penelitian CIBEST. Penelitian ini menggunakan
dua sumber data yakni data primer yang meliputi kuisioner dan
observasi. Data sekunder meliputi buku referensi dan jurnal. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dokumentasi,
kuisioner untuk mendapatkan data hasil sementara, kemudian dilakukan
teknik analisis data yang mana dalam penelitian ini menggunakan
Metodologi Penelitian: pendekatan penelitian Campuran dan jenis studi kasus dan kausal komparatif
Sumber Data:
Data Primer
( kuisioner, wawancara, dokumentasi dan
observasi)
Data Sekunder
(buku referensi, jurnal)
Teknik Pengumpulan Data:
Observasi, wawancara, Dokumentasi, dan
Kuisioner
Teknik Analisis Data:
analisis CIBEST
•tipologi kemiskinan
•Indeks (sejahtera, kemiskinan material, kemiskinan spiritual, kemiskinan absolut)
Uji t-statistik Data
berpasangan
uji validitas dan realibilitas
Hasil
76
analisis CIBEST, analisis tersebut akan menempatkan mustahik kedalam
masing-masing kuadran dalam indeks kemiskinan islami atau CIBEST,
indeks tersebut meliputi sejahtera, kemiskinan material, kemiskinan
spiritual, kemiskinan absolut, penempatan masing-masing kuadran
tersebut diperoleh dari hasil pengumpulan data yang kemudian di
analisis.
Setelah data tersebut menunjukkan penempatan mustahik dari
masing-masing kuadran maka data tersebut dilakukan uji t-statistik data
berpasangan kemudian setelah ditemukan hasilnya maka dilakukan uji
validitas da reabilitas untuk mendapatkan hasil dari penelitian tersebut.