bab i pendahuluan a latar belakang filearogan dengan komunitas ... keduabelah pihak saling memahami...
TRANSCRIPT
Tugas Metodologi Penelitian 1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh
nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin,
cermat, peduli terhadap bawahan akan berbeda dengan gaya
kepemimpinan yang acuh tak acuh, kurang komunikatif apalagi
arogan dengan komunitas sekolahnya. Beban kepala sekolah tidak
ringan, untuk dapat mengkoordinasi sistem kerja yang mampu
memuaskan berbagai pihak tidak gampang. Meskipun demikian
kepala sekolah yang baik tentunya harus memiliki skala prioritas kerja
dengan tidak mengabaikan tugas pokok selaku kepala sekolah.
Peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas) nomor 13
tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah menjelaskan
bahwa kepala sekolah harus memiliki dimensi kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Selama
ini dimensi kompetensi supervisi belum dilaksanakan secara optimal
oleh para kepala sekolah berbagai jenjang. Kepala sekolah, mayoritas
baru berkutat pada seputar pemenuhan kebutuhan sarana pembelajaran
dan bagaimana sekolah dapat meraih nilai ujian nasional yang
maksimal. Aktivitas guru belum mendapat perhatian dan sentuhan
kasih sayang secara memadai. Yang ironis lagi ada kepala sekolah
yang justru mencurigai aktivitas guru.
Jalinan komunikasi antara guru dan kepala sekolah memang harus
dioptimalkan, kita sering keliru persepsi atau bahkan saling
mencurigai karena ketidak-tahuan masing-masing pihak. Oleh karena
itu sangat bijaksana bila kepala sekolah sebagai panutan warga
sekolah mau memberi contoh baik sekaligus mau membangun
komunikasi dengan warga sekolah dengan penuh kekeluargaan.
Selama ini kepala sekolah, mayoritas baru sekadar mengeluhkan anak
Tugas Metodologi Penelitian 2
buahnya, sementara mereka dengan sesuka hati dan berdalih
menjalankan tugas dinas luar tanpa sepengetahuan bawahannya.
Kompetensi supervisi kepala sekolah berdasar Permendiknas nomor
13 tahun 2007 meliputi tugas merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka profesionalitas guru, melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik
terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru
Supervisi di kelas oleh kepala sekolah merupakan jembatan
komunikasi antara guru dan pimpinannya. Oleh karena itu, sudah
seharusnya frekuensi pelaksanaan supervisi ini untuk selalu
ditingkatkan atau bahkan dimaksimalkan. Melalui langkah ini penulis
meyakini komunikasi antara guru dan kepala sekolah akan tambah
harmonis. Keduabelah pihak saling memahami kebutuhan pendidikan
dan tentunya akan menghasilkan pemahaman yang saling
menguntungkan. Hal ini sangat penting dalam rangka peningkatan
produktivitas kerja sehingga sekolah dapat mencapai hasil yang
optimal pula.
Motivasi menurut Hasibuan (2000: 142) adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar
mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi
karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias
mencapai hasil yang optimal.
Motivasi kerja bagi guru sebagai pendidik diperlukan untuk
meningkatkan kinerjanya. Motivasi adalah kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang
Tugas Metodologi Penelitian 3
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan individu. Motivasi akan berakibat pada kepuasan kerja,
Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan
seseorang dengan imbalan yang disediakan.
Motivasi kerja guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin, kualitas
kerjanya. Pada guru yang puas terhadap pekerjaannya maka
kinerjanya akan meningkat kemungkinan akan berdampak positif
terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Kinerja guru atau prestasi kerja (Hasibuan,2001:94) adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
dan kesungguhan. Kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan
unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi
pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas
dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga
sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian
yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta
tanggung jawab terhadaptugasnya.
Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku manager adalah
melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting
untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi
pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.
Berdasarkan hasil temuan penulis (wawancara non formal) ada beberapa
guru di SMP di Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan bahwa masih
banyak kendala atau persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan
supervisi kepala sekolah. Secara umum persoalan tersebut meliputi:
kualitas supervisi dari kepala sekolah yang masih tergolong rendah ,
masih takutnya para guru dengan adanya supervise kepala sekolah.
Padahal tujuan supervisi untuk membantu guru-guru melihat dengan jelas
tujuan pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan itu dengan
Tugas Metodologi Penelitian 4
membina dan mengembangkan metode-metode dan prosedur pengajaran
yang lebih baik.
Selain itu masih banyak guru kurang berhasil dalam mengajar
dikarenakan mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga
berdampak terhadap menurunnya produktivitas/kinerja guru.Untuk itu
diperlukan peran kepala sekolah untuk memotivasi para guru dalam
meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan pengamatan penulis yang dikaitkan dengan situasi dan
kondisi faktual di lingkungan SMP sekecamatan Blega kabupaten
Bangkalan, yang terlihat masih ada guru yang bekerja sampingan
diluar sekolah, masih ada guru yang belum mengikuti pelatihan-
pelatihan yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan guru, masih ada guru yang mengajar tidak mempunyai
persiapan mengajar atau ada persiapan mengajar namun tidak lengkap.
Dengan demikian fenomena yang terjadi diatas bisa disebabkan oleh
banyak faktor, namun peneliti hanya melihat dari faktor supervisi
kepala sekolah dan motivasi. Untuk itu perlu kiranya dirumuskan
secara mendalam, usaha – usaha secara terpadu dan
berkesinambungan melalui penerapan analisis supervisi kepala
sekolah dan motivasi terhadap kinerja pegawai yang dikembangkan di
lingkungan SMP di kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan
yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan positif antara supervisi kepala
sekolah dengan kinerja guru pada SMP Kecamatan Blega
Kabupaten Bangkalan?
2. Apakah terdapat hubungan positif antara motivasi dengan
kinerja guru pada SMP Kecamatan Blega Kabupaten
Bangkalan?
Tugas Metodologi Penelitian 5
3. Apakah terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara
supervisi kepala sekolah, motivasi dengan kinerja guru pada
SMP Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat Kinerja Guru banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
yang bersifat internal (yang datang dari dalam diri) maupun yang
bersifat eksternal (yang datang dari luar diri – instrumental input dan
environmental input). Namun karena keterbatasan peneliti maka
dalam hal ini hanya membatasi pada faktor supervisi kepala sekolah
dan motivasi saja
D. Rumusan Masalah
1. Apakah supervisi Kepala sekolah dan motivasi mempengaruhi
kinerja guru pada SMP Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan
2. Seberapa besar pengaruh factor-faktor tersebut terhadap kinerja
guru pada SMP Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh supervisi Kepala sekolah dan
motivasi terhadap kinerja guru pada SMP Kecamatan Blega
Kabupaten Bangkalan
2. Untuk mengetahui fakor-faktor yang paling dominan
mempengaruhi kinerja guru pada SMP Kecamatan Blega
Kabupaten Bangkalan?
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk menyelesaian tugas akhir kuliah Program Pascasarjana
Megister Teknologi Pembelajaran di Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya
Tugas Metodologi Penelitian 6
2. Untuk menambah wawasan peneliti dalam mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh selama ini.
3. Sebagai masukan bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dalam upaya meningkatkan kinerja guru.
4. Sebagai masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
5. Sebagai bahan masukan untuk referensi penelitian yang lebih
lanjut
Tugas Metodologi Penelitian 7
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Supervisi
1. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah
Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah, Menurut (Purwanto, 2004:32). pengertian supervisi
adalah “suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif” Menurut Jones
dalam Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan “bagian yang
tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan
yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas
kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama
pendidikan”. Menurut Carter dalam Suhertian (2000:17)
supervisi adalah “usaha dari petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan
metode serta evaluasi pengajaran.”
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat
yang essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan. Dari definisi tersebut maka tugas kepala sekolah
sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti,
mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang
diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai.
Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala
sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan
kualitas mengajarnya dengan melalui langkah- langkah
Tugas Metodologi Penelitian 8
perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Karakteristik Supervisi
Menurut Mulyasa (2004:112) Salah satu supervisi akademik
yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah),
sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga
kependidikan.
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji
bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk
dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama
oleh guru dan kepala sekolah.
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan
mendahulukan interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap
muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta
menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan
pengarahan.
f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu
pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.
g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah
sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang
positif sebagai hasil pembinaan.
h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk
meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu
masalah.
Tugas Metodologi Penelitian 9
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis
lebih berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif.
Masalah tersebut bukan untuk menekan bawahan,akan tetapi
untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan masalah (problem
solving) secara bersama-sama.
3. Faktor yang Memengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi
Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat- lambatnya
hasil supervisi antara lain:
a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.
b. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab
kepala sekolah.
c. Tingkatan dan jenis sekolah..
d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.
e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.
Di antara faktor-faktor tersebut faktor Kecakapan dan keahlian
kepala sekolah itu sendiri adalah yang terpenting.
Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika
kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan
keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya.
Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh
kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi
perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha
memperbaiki dan menyempurnakannya.
4. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala
sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor menurut
Purwanto (2004:119) antara lain :
a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai
sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing
dengan sebaik-baiknya.
Tugas Metodologi Penelitian 10
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat
perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang
diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses
belajar-mengajar.
c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari,
dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara
guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru
dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan
diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan
sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti
penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah komite
sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para
siswa.
B. Motivasi
Motivasi menurut Anoraga (1998:35) adalah sesuatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu,
motivasi kerja dalam psikologi sebagai pendorong semangat kerja .
Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk
mendidik. Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk
mendidik/mengajar. Keberhasilan guru dalam mengajar karena
dorongan/motivasi ini sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh
guru telah menyentuh kebutuhannya. Kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh guru yang diminatinya karena sesuai dengan
kepentingannya sendiri. Guru yang termotivasi dalam bekerja maka
Tugas Metodologi Penelitian 11
akan menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan- kebutuhan guru
yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan kinerjanya.
Berikut ini adalah tiga teori spesifik yang merupakan penjelasan yang
paling baik untuk motivasi karyawan yang dikutip oleh Robbins
(2003:209-216) :
1. Teori Hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow
Terdiri dari kebutuhan fisiologis, keamanan,sosial,penghargaan
dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial
merupakan kebutuhan tingkat rendah (faktor eksternal) dan
kebutuhan penghargaan,aktualisasi diri merupakan kebutuhan
tingkat tinggi(faktor internal). Teori ini mengasumsikan bahwa
orang berupaya memenuhi kebutuhan yang lebih pokok
(psikologi) sebelum memenuhi kebutuhan yang tertinggi
(aktualisasi diri)
2. Teori Dua Faktor
Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa
tidak puas dan faktor yang membuat orang merasa puas
(Dissatisfier–Satisfier) atau faktor yang membuat orang merasa
sehat dan faktor yang memotivasi orang (Hygiene–Motivators),
atau faktor ekstrinsik dan intrinsik (Extrinsic –Intrinsic).
3. Teori kebutuhan McClelland:
Mc Clelland memberikan tiga tingkatan kebutuhan tentang
motivasi sebagai berikut : Kebutuhan akan prestasi (Need for
Achievement ), afiliasi (Need for Affiliation). kekuasaan (Need
for Power)
Ada berbagai macam motivasi dalam diri manusia yang tergantung
kepada kebutuhan mana yang akan diutamakan. Apabila kebutuhan
utama tersebut telah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan lain yang
sebelumnya dimiliki, sehingga akan berlanjut terus sampai kepada
kebutuhan yang belum pernah dimiliki oleh orang lain. Artinya,
manusia dapat saja menggunakan orang lain sebagai patokan terhadap
Tugas Metodologi Penelitian 12
suatu kebutuhan untuk memotivasi mencapai hal yang sama tetapi
dapat juga untuk mencapai hal-hal lain karena berbeda terhadap
sesuatu yang diinginkan. Manusia umumnya cenderung mendapatkan
sesuatu yang sama atau berbeda dengan orang lain bila kondisi
internal maupun kondisi eksternal mendukung kearah tersebut. Hal ini
yang secara tidak langsung menunjukkan kuatnya motivasi berupa
kemampuan diri guna meraih apa yang pernah maupun yang belum
pernah diraih oleh orang lain atau dengan kata lain bahwa individu
tersebut juga mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian, motivasi yang diharapkan dari guru adalah bahwa
fungsi dari motivasi tersebut dapat mempengaruhi kinerja guru.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya gairah kerja guru, agar
guru mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap
kemampuan, pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Para guru mempunyai cadangan energi potensial,
bagaimana energi tersebut akan dilepaskan atau digunakan tergantung
pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang
yang tersedia.
Dalam Hasibuan (2003:162-163), Mc. Clelland mengemukkan
teorinya yaitu Mc. Clelland's Achievement Motivation Theory atau
Teori Motivasi Prestasi Mc. Clelland. Teori ini berpendapat bahwa
karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi
dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan
motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi
akan dimanfaatkan oleh karyawan karena dorongan oleh :
1. kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat,
2. harapan keberhasilannya,
3. nilai insentif yang terletak pada tujuan.
Menurut pendapat dari Maslow yang dikenal dengan "Teori
Kebutuhan Manusia" adalah bahwa seseorang mempunyai lima (5)
tipe kebutuhan dan kebutuhan ini akan digunakan untuk menyusun
Tugas Metodologi Penelitian 13
hirarki. Artinya, kebutuhan dibangun atas dasar dari bawah keatas
atau dengan kata lain bahwa kebutuhan harus dipenuhi sebelum dipicu
oleh kebutuhan selanjutnya. Adapun kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan :
1. Fisiologis
2. KebutuhanKemanan
3. Kebutuhan Sosial
4. Kebutuhan Penghargaan
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi, maka seseorang
akan termotivasi dalam melakukan serta menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya termasuk profesi sebagai guru. Teori ini
menyatakan bahwa seseorang berperilaku karena didorong oleh
adanya keinginan untuk memperoleh pemenuhan dalam bermacam-
macam kebutuhan.
Berbagai kebutuhan yang dinginkan oleh seseorang berjenjang,
artinya apabila kebutuhan pada jenjang pertama telah dapat dipenuhi,
maka kebutuhan jenjang kedua akan mengutamakan apabila
kebutuhan pada jenjang kedua telah dapat dipenuhi, maka kebutuhan
jenjang ketiga akan menonjol, demikian seterusnya sampai dengan
kebutuhan jenjang kelima. Jika kebutuhan guru tersebut terpenuhi
berarti guru memperoleh dorongan dan daya gerak untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Ini berarti kinerja guru dapat
tercapai dengan baik. Kinerja yang tercapai dengan baik itu terlihat
dari guru yang rajin hadir di sekolah dan rajin dalam mengajar, guru
mengajar dengan sungguh-sungguh menggunakan rencana pelajaran,
guru mengajar dengan semangat dan senang hati, menggunakan media
dan metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran, melakukan
evaluasi pengajaran dan menindaklanjuti hasil evaluasi. Apa yang
dilakukan oleh guru ini akan berdampak kepada keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar.
Tugas Metodologi Penelitian 14
Menurut Semiawan dalam Tesis Sri Sugiyati (1984: 29) dinyatakan
bahwa seseorang yang memiliki motivasi akan memenuhi
karakteristik sebagai berikut :
1. Tekun menghadapi tugas,
2. ulet menghadapi kesulitan,
3. tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi,
4. ingin mendalami pekerjaan yang dipercayakan kepadanya,
5. selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin,
6. menunjukan minat yang positif,
7. lebih senang bekerja mandiridan bosan terhadap tugas-tugas
yang rutin,
8. senang memecahkan persoalan yang dialami selama bekerja
C. Kinerja Guru
Menurut Mangkunegara dalam Vivi,Rorlen (2007:53) mengatakan
bahwan istilah kinerja berasal dari kata “job performance” atau “actual
performance” yaitu unjuk kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Purwadarminta (1990) kinerja atau prestasi kerja adalah hasil
yang telah dicapai, sedangkan menurut Saidi (1992) kinerja adalah
kemampuan, kesanggupan dan kecakapan seseorang atau suatu
bangsa. Prestasi kerja atau kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya. Secara teoritis penilaian atau pengukuran prestasi kerja
atau kinerja memberikan informasi yang dapat digunakan pimpinan
untuk membuat keputusan tentang promosi jabatan. Penilaian prestasi
kerja atau kinerja memberikan kesempatan kepada pimpinan dan
orang yang dinilai untuk secara bersama membahas perilaku kerja dari
yang dinilai. Pada umumnya setiap orang menginginkan dan
mengharapkan umpan balik mengenai prestasi kerjanya. Penilaian
Tugas Metodologi Penelitian 15
memungkinkan bagi penilai dan yang dinilai untuk secara bersama
menemukan dan membahas kekurangan-kekurangan yang terjadi dan
mengambil langkah perbaikannya.
Menurut Steers (1985) prestasi kerja seseorang merupakan gabungan
dari tiga faktor penting yaitu:
1. Kemampuan, perangai, minat;
2. Kejelasan, dan penerimaan atas penjelasan seorang pekerja;
3. Tingkat motivasi.
Menurut RefniDelfi,dkk ( 2007:111) kompetensi instruksional yang
diperlukan guru untuk mengajar di kelas meliputi sebelas jenis
kemampuan utama sebagai berikut:
1. penguasaan dasar-dasar ilmu kependidikan,
2. penguasaan teoribelajar dan prinsip-prinsip pembelajaran serta
penerapannya dalam proses pembelajaran,
3. kemampuan memahami karakteristik peserta didik sebagai
warga belajar,
4. kemampuan memilih dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran,
5. kemampuan memilih dan mengembangkan alat dan bahan ajar
serta memanfaatkan media dansumber belajar,
6. kemampuan memilih dan mengembang-kan alat evaluasi hasil
belajar yang sesuai dengan tujuan belajar,
7. kemampuan menyusun rencana pembelajaran,
8. kemampuan mengelola interaksi kelas serta menciptakan proses
belajar yang optimal,
9. kemampuan memperagakan unjuk kerja pembelajaran,
10. kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran,
11. kemampuan mengajarkan ilmu yang dimilikinya secara
profesional.
Tugas Metodologi Penelitian 16
D. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru.
Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala
sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal
tersebut karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Oleh karena kegiatan supervisi
dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses
pembelajaran
Supervsi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-
guru. secara rutin dan terjadwal dengan harapan agar guru
mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung
ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan
pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran kemudian
kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan
guru. Saat kegiatan supervisi berlangsung, kepala sekolah
menggunakan leembar observasi yang sudah dibakukan, yakni
Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG terdiri atas
APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran yang dibuat
guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses
pembelajaran) yang dilakukan guru.
Berdasarkan uraian di atas patut diduga bahwa terdapat
hubungan antara
Supervise kepala sekolah dengan kinerja guru.Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa hubungan Supervise kepala sekolah
dengan kinerja guru adalah positif.
Tugas Metodologi Penelitian 17
2. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Guru.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah
motivasi. Oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja guru adalah dengan meningkatkan faktor
motivasi yaitu kebutuhan fisologis, kebutuhan keamanan,
kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan
aktualisasi diri.
Disamping itu motivasi kerja guru sebagai perangsang keinginan
dan daya gerak yang menyebabkan seorang guru bersemangat
dalam mengajar karena terpenuhi kebutuhannya. Guru yang
bersemangat dalam mengajar terlihat dalam ketekunannya
ketika melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang tinggi dalam
memecahkan masalah, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini
berdampak pada kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu
menciptakan kinerja yang baik.
3. Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi
Secara Bersama-sama dengan Kinerja Guru.
Berdasarkan gagasan-gagasan di atas jelaslah bahwa kinerja
guru ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan ikut berperan
menentukan tercapainya kinerja guru yang maksimal.
Dari literatur tentang kinerja guru diketahui secara umum,
kinerja guru ditentukan oleh faktor internal yaitu faktor yang
berhubungan dengan keadaan diri sendiri dan faktor eksternal
yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan yang berada di
luar diri guru.
Dari sekian faktor eksternal yang terdapat dua faktor dominan
yang menurut penulis ikut menentukan kualitas kinerja guru
yaitu supervisi kepala sekolah dan motivasi.
Kinerja guru adalah tingkat keberhasilan guru di dalam
melaksanakan tugas
Tugas Metodologi Penelitian 18
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
maka dapat diduga
terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara Supervisi
kepala sekolah dan motivasi dengan kinerja guru.
.Kerangka Berpikir ini dapat dilihat dalam diagram dibawah ini
Ket : = berpengaruh
SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
KINERJA GURU
MOTIVASI
Tugas Metodologi Penelitian 19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel penelitian
1. Populasi
Populasi terdiri dari seluruh guru SMP sekecamatan Blega
kabupaten Bangkalan.. Tehnik pengambilan sampel adalah
purposive sampling yaitu dengan memilih guru-guru SMP
Negeri dan swasta yaitu seluruh Guru SMP Negeri 1 Blega,
SMP Negeri 2 Blega dan SMP Ijadul Himam Blega karena
sekolah tersebut telah terakreditasi minimal B
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah seluruh guru pada SMPN 1
Blega yang jumlahnya 40 orang SMPN 2 Blega yang jumlahnya
35 orang dan SMPS Ijadul Himam Blega sebanyak 17 orang.
B. METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini dilakukan pada SMP Kecamatan Blega Kabupaten
Bangkalan, dengan menggunakan dua data, yakni data primer yang
diambil langsung dari sumbernya dengan menggunakan kuisioner dan
data sekunder.
1. Data Primer
Maksudnya adalah data yang dihasilkan dari jawaban angket
yang masih data kualitatif meliputi data mengenai supervisi
kepala sekolah, motivasi dan data kinerja pegawai pada SMP
Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan
Dalam menyususn kuesioner ini peneliti menggunakan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena tertentu (Sugiyono, 2001:86). Jadi dengan skala likert
ini peneliti ingin mengetahui bagaimana supervisi kepala
Tugas Metodologi Penelitian 20
sekolah,motivasi kerja serta kinerja guru di SMP Kecamatan
Blega Kabupaten Bangkalan.
Angket pertanyaan ini menggunakan lima alternatif jawaban
dengan
bobot skor sebagai berikut:
a. Jawaban a diberi skor 5
b. Jawaban b diberi skor 4
c. Jawaban c diberi skor 3
d. Jawaban d diberi skor 2
e. Jawaban e diberi skor 1
2. Data Sekunder
Data sekunder bersumber dari dokumentasi data pegawai, hasil
wawancara pada Guru SMP Kecamatan Blega Kabupaten
Bangkala.
C. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen ini mampu
mengukur apa saja yang hendak diukurnya, mampu
mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan.
Besarnya r tiap butir pernyataan dapat dilihat dari hasil analisis
SPSS pada kolom Corrected items Total correlation. Kriteria uji
validitas secara singkat (rule of tumb) adalah 0.3. JIka korelasi
sudah lebih besar dari 0.3, pertanyaan yang dibuat dikategorikan
shahih/valid (Setiaji, 2004: 59).
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas ini hanya dilakukan terhadap butir-butir
yang valid, yang diperoleh melalui uji validitas. Selanjutnya
untuk melihat tingkat reliabilitas data, SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur reliabilitas, jika Cronbach Alpha (G) >
0.6 maka reliabilitas pertanyaan bisa diterima (Setiaji 2004 : 59).
Tugas Metodologi Penelitian 21
D. Teknik Analisa Data
1. Model Empirik
Penelitian ini disusun dalam model empirik dengan regresi
berganda sebagai berikut:
Knj = a + b1Spv + b2 Mtv+ e
dimana Knj = kinerja pegawai, Spv = Supervisi, Mtv =motivasi,
a = konstanta , b1, b2 = koefisien variabel dan e standar error.
2. Uji t-statistik
Uji ini dilakukan untuk membuktikan bahwa aspek supervise
Kepala Sekolah dan aspek motivasi secara parsial
mempengaruhi semangat kerja digunakan uji t statistik. Adapun
dasar keputusannya adalah sebagai berikut:
Ho : diterima bila t hitung < t tabel
Ha : diterima bila t hitung > t tabel
3. Uji F statistik
Uji F statistik digunakan untuk membuktikan bahwa aspek
supervise kepala sekolah dan aspek motivasi kerja bersama–
sama mempengaruhi kinerja digunakan uji F statistik. Adapun
dasar keputusannya adalah sebagai berikut:
Ho : diterima bila F hitung < F tabel.
H1 : diterima bila F hitung > F tabel.
4. Uji Asumsi Klasik
Untuk memastikan bahwa model yang diestimasi memenuhi
asumsi klasik, maka harus dipenuhi syarat BLUE (Best Linier
Unbiased Estiamer) yaitu:
a. Uji Normalitas.
Pengujian ini dilakukan dengan mengamati histogram atas
nilai residual dan grafik normal probability plot. Deteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan:
Tugas Metodologi Penelitian 22
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas,
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau
tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso,
2000: 212).
b. Uji Heteroskedastisitas
Deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik, di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi - Y
sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar pengambilan keputusan (Santoso, 2000: 210):
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik (point-point) yang
ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka telah terjadi eteroskedastisitas;
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu
Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi.
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang
(Gujarati, 1999: 201). Panduan mengenai angka D-W
(Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokorelasi bisa
dilihat pada Tabel D-W, dengan pengambilan keputusan
berikut:
a) Jika nilai d lebih rendah dari dl atau lebih tinggi dari
4-dl, maka signifikan terdapat autokorelasi;
b) Jika nilai d berada lebih besar dari du atau lebih
kecil dari 4-du, berarti tidak terdapat autokorelasi;
Tugas Metodologi Penelitian 23
c) Jika nilai d berada antara du dan dl atau berada
diantara 4-du dan 4-dl, maka dinyatakan sebagai
daerah tidak dapat diambil kesimpulan atau ragu-
ragu.
d. Uji Multikolinearitas
Menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar vaiabel independent. Jika terjado korelasi,
maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas
(Santoso, 2000: 203). Uji Multikolinearitas adalah VIF
(Variances Inflation Factor) dan Tolerance. Pedoman
suatu regresi yang bebas multiko adalah:
a. Mempunyai nilai VIF di sekitar 1;
b. Mempunyai angka Tolerance mendekati 1.
Tugas Metodologi Penelitian 24
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. 1998.Psikologi Kerja. Jakarta .Rineka Cipta
Arikunto, Suharsini.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Edisi Revisi IV, Cetakan Ke II. Jakarta.Rineka Cipta.
Gujarati, Damodar.1999. Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain, Cetakan 6 .Gelora Aksara Pratama.
Hasibuan, Malayu SP. 2000. Organisasi dan Motivasi. Jakarta . Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu SP. 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT.Gunung Agung.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.
-------------------2008, Metode dan Teknik Supervisi,Jakarta,Dirktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Nasional.
------------------------1982, Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru,
Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan Guru
------------------------1996, Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Jakarta:
Depdikbud
------------------------2007.Peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas) nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah
Purwadarminta, W. J. S.1990. Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta. Balai Pustaka.
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung.
Remaja Rosdakarya
Refni Delfy,Wahyuni Kadarko;2007, Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas:Studi Evaluatif Terhadap lulusan Program Akta
Mengajar FKIP.Universitas Terbuka, Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007.
Saidi, H.M,1992, Prestasi dan Kemampuan. Jakarta. Rajawali Press.
Setiaji, Bambang,2004. Panduan Riset Dengan Pendekatan Kuantitatif, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sri Sugiyati,2005,Tesis Persepsi Guru Terhadap Iklim Organisasi Sekolah, Motivasi Berprestasi dan Kreativitas terhadap Prestasi kerja Guru SD
Tugas Metodologi Penelitian 25
Sekecamatan Gemolong Kabupaten Sragen,Tesis tidak dipublikasikan,
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Steers, RM.1985 Efektivitas Organisasi Seri Manajemen, Jakarta.Erlangga.
Suhertian,Piet A, 2000, Konsep-konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
rangka pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka Cipta
Sugiyono,1999. Metode Penelitian Bisnis . Bandung.Alfabeta.
Vivi, Rorlen.2007. Pengaruh Iklim Organisasi dan Kedewasaan terhadap kinerja Karyawan Pada PT.Graha Tungki Arsitektika Jakarta,Business & Menegemen Journal Bunda Mulia Vol 3 Nomor 1, maret 2007.
Wijaya,Tony.2009.Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.2009. Jogjakarta. Universitas Atma Jaya Jogjakarta.