bab i pendahuluan - · pdf file1.3.2.2 mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di...

46
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun kurang (Permaesih, 2003). Status gizi menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (Hartriyanti, 2007). Status gizi dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Salah satu faktor langsung yaitu asupan energi dan asupan protein (Supariasa, 2002). Status gizi seseorang sering kali dihubungkan dengan asupan makan sehari-hari. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu memberi energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, serta untuk mengatur proses tubuh (Almatsier, 2004). Kurangnya asupan energi dan protein dalam waktu yang lama akan menyebabkan defisiensi gizi, namun status gizi juga dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi yang pernah di derita seseorang (Almatsier, 2004). Keadaan infeksi menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat

Upload: vantuong

Post on 01-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses

kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik

dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan

mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara

asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik

itu berupa masalah gizi lebih maupun kurang (Permaesih, 2003).

Status gizi menjadi penting karena merupakan salah satu faktor

risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada

seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap

kemampuan dalam proses pemulihan (Hartriyanti, 2007).

Status gizi dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak

langsung. Salah satu faktor langsung yaitu asupan energi dan asupan

protein (Supariasa, 2002). Status gizi seseorang sering kali dihubungkan

dengan asupan makan sehari-hari. Makanan sehari-hari yang dipilih

dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk

fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu memberi energi,

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, serta untuk mengatur proses tubuh

(Almatsier, 2004).

Kurangnya asupan energi dan protein dalam waktu yang lama akan

menyebabkan defisiensi gizi, namun status gizi juga dapat dipengaruhi

oleh penyakit infeksi yang pernah di derita seseorang (Almatsier, 2004).

Keadaan infeksi menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

2

antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka

menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit

infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi (Supariasa, 2002).

Asupan energi dan protein akan terpenuhi apabila makanan yang

disediakan memenuhi standar kualitas makanan yang baik. Makanan

yang berkualitas diantaranya, bernilai gizi baik, bersih, aman dan tidak

berbahaya bagi kesehatan. Selain itu makanan yang berkualitas juga

harus dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan (Sediaoetama,

1996). Asupan energi dan protein pada remaja harus tercukupi, karena

pada saat remaja mengalami pertumbuhan yang pesat, dan adanya

perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan aktifitas (Arisman,

2004).

Saat ini banyak sekolah yang menyelenggarakan makan siang di

sekolah yang berbasis fullday, untuk itu sekolah menyelenggarakan

makan siang untuk siswanya dengan tujuan memenuhi kecukupan zat gizi

makan siang ketika anak berada di sekolah. Dari penelitaian Wati (2009)

mengenai asupan energi siswa di SMA Darul Hikam Bandung, prevalensi

status gizi kurang sebesar 18,4%, sedangkan untuk asupan energi kurang

sebesar 61,8% dan asupan protein kurang sebanyak 65,8%. Hasil uji

statistik hubungan asupan energi dan status gizi di dapatkan p>α

(0,608>0,05). Untuk hubungan asupan protein dan status gizi didapat p>α

(0,357>0,05) dengan tingkat kemaknaan 95%.

Dari hasil penelitian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian di

SMP Salman Al Farisi Bandung, karena yayasan Salman Al Farisi

Bandung merupakan sekolah yang menyelenggarakan makan siang untuk

seluruh siswanya, dimulai dari playgroup, TK, SD dan SMP, serta di SMP

Salman Al Farisi belum pernah diadakan penelitian mengenai asupan

makan terhadap status gizi, untuk itu penulis berminat untuk mengadakan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

3

penelitian tentang hubungan asupan energi, asupan protein dan status

gizi siswa di SMP Salman Al Farisi Bandung.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara asupan energi, asupan protein dan

status gizi pada siswa di SMP Salman Al Farisi Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein

dan status gizi pada siswa SMP Salman Al Farisi Bandung.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengetahui gambaran umum SMP Salman Al Farisi

Bandung.

1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran

makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, yang meliputi

struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, pola menu, siklus

menu, proses produksi dan distribusi.

1.3.2.3 Mengetahui karakteristik sampel, meliputi umur dan jenis

kelamin siswa di SMP Salman Al Farisi Bandung.

1.3.2.4 Mengetahui penyakit infeksi yang pernah diderita siswa di

SMP Salman Al Farisi Bandung.

1.3.2.5 Mengetahui asupan energi rata-rata sehari siswa di SMP

Salman Al Farisi Bandung.

1.3.2.6 Mengetahui asupan protein rata-rata sehari siswa di SMP

Salman Al Farisi Bandung.

1.3.2.7 Mengetahui status gizi siswa di SMP Salman Al Farisi

Bandung.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

4

1.3.2.8 Menganalisa hubungan antara asupan energi dan status

gizi siswa di SMP Salman Al Farisi Bandung.

1.3.2.9 Menganalisa hubungan antara asupan protein dan status

gizi siswa di SMP Salman Al Farisi Bandung.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian di

bidang gizi institusi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

asupan energi, asupan protein dan status gizi siswa di SMP Salman Al

Farisi Bandung.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama

perkuliahan di jurusan gizi.

1.5.2 Bagi Jurusan Gizi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagi sumber

informasi bagi pihak yang berkepentingan dan juga dapat menjadi

bahan penelitian selanjutnya.

1.5.3 Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan bagi institusi mengenai kualitas makanan yang disajikan

dan hubungannya dengan status gizi siswa. Sehingga dapat

dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas makanan di SMP

Salman Al Farisi Bandung.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

5

1.6 Keterbatasan Penelitian

1.6.1 Metode recall 2 x 24 jam untuk makanan sehari yang

memiliki kekurangan yaitu tergantung dari daya ingat

responden. Siswa perlu diberi contoh porsi makan siang

yang disajikan di sekolah atau bentuk makanan

menggunakan food model.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyelenggaraan Makan di Sekolah

Di luar negeri penyelenggaraan makan di sekolah telah berkembang

sejak lama. Semua program makanan sekolah pada awalnya bertujuan

untuk membantu meningkatkan status gizi anak-anak yang kurang

mampu, namun lambat laun kebutuhan makanan di sekolah menjadi

kebutuhan semua golongan masyarakat. Hal itu dikarenakan banyak

sekolah yang penuh dengan berbagai macam kegiatan, hingga waktu

anak-anak disekolah menjadi lebih panjang, ataupun anak tidak sempat

sarapan terlebih dahulu di rumahnya (Mukrie, 1990).

Makan siang dalam suatu sekolah sangat penting untuk kesehatan

bagi populasi yang sedang bertumbuh. Tetapi kepuasan konsumen

menjadi suatu masalah dalam penyelenggaraan makanan institusi. Suatu

variasi di dalam menu institusi sekolah adalah suatu hal penting dalam

jenis institusi sekolah. Konsumen mempunyai pilihan makanan yang

sangat banyak dan berbeda dari tiap kelompok umur. Oleh karena itu

institusi penyelenggaraan sekolah harus mengerti cara-cara

merencanakan menu (Khan, 1987).

Fungsi yang dijalankan bagi kantin di sekolah yaitu kantin harus

dapat memberikan pelayanan untuk makan pagi, siang maupun sore baik

makanan kecil ataupun makanan lengkap. Makanan yang disediakan di

kantin harus merupakan makanan yang bergizi, dan sebagai bahan

pendidikan bagi anak untuk mendorong atau membiasakan anak dalam

memilih makanan yang bergizi bagi dirinya sendiri. Lokasi atau tempat

ruang kantin atau tempat penyelenggaraan makan disediakan sedemikian

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

7

rupa dan makanan dipersiapkan dalam keadaan yang bersih serta

higienis. Penyelenggaraan makanan di sekolah pun harus di menejemen

dengan baik agar penyelenggaraan makanan di sekolah dapat berjalan

dengan lancar (Mukrie, 1990).

2.1.1 Perencanaan dan penyusunan menu

Untuk memenuhi mutu makanan dan kepuasan konsumen,

diperlukan suatu hidangan yang dapat memenuhi kebutuhan. Suatu

susunan hidangan harus sanggup memenuhi beberapa fungsi :

a. Mengandung makanan yang memuaskan selera dan memberikan

rasa kenyang kepada mereka yang mengkonsumsinya.

b. Mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk tetap sehat dan

beraktifitas.

c. Memenuhi nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang

mengkonsumsinya.

d. Terjangkau oleh daya beli konsumen.

(Sediaoetama, 2004)

Perencanaan dan Penyusunan menu pada penyelenggaraan

makanan institusi seperti sekolah dimaksudkan untuk :

a. Mempermudah pelaksanaan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.

b. Mempermudah penyusunan hidangan yang mengandung zat-zat gizi

esensial yang dibutuhkan oleh tubuh.

c. Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur, sehingga dapat

menghindari kebosanan yang disebabkan pemakaian jenis bahan

makanan dan jenis makanan yang sering terulang.

d. Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia sehingga

kekurangan uang belanja dapat dihindari atau harga makanan dapat

dikendalikan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

8

Dasar penyusunan bahan makanan bagi klien di institusi dijabarkan

dari data perhitungan kecukupan gizi klien di Institusi. Zat gizi yang

dibutuhkan bangsa Indonesia sehari dicantumkan dalam Daftar Anjuran

Kecukupan sehari atau Recommended Dietary Allowance. Angka-angka

dalam daftar tersebut merupakan nilai rata-rata untuk kelompok populasi.

Oleh karena itu dikelompokan dalam golongan umur, jenis kelamin dan

berat badan. Ada beberapa langkah-langkah penentuan kecukupan gizi,

yaitu :

a. Mengumpulkan data populasi klien meliputi umur, dan jenis kelamin.

b. Menghitung kecukupan kalori total untuk klien dengan menggunakan

angka kecukupan gizi.

c. Setelah ditetapkan energi bagi klien, maka penyusunan kebutuhan

bahan makanan diperlukan untuk karbohidrat sebanyak 60-70 % dari

total energi, protein 10-15 % dari total energi, lemak 20-25 % dari total

energi.

d. Menyebarkan zat-zat gizi ke dalam 9-12 item bahan makanan selama

sehari.

e. Umumnya bagi institusi yang menyediakan makanan banyak,

ditetapkan sejumlah dana untuk biaya makanan klien sehari.

(Mukrie,1990).

2.1.2 Penetapan Pedoman Menu

Perencanaan menu sering dikaitkan dengan siklus menu. Siklus

menu adalah perencanaan teliti dari hidangan terpilih, yang disusun dalam

jumlah hari tertentu dan dirotasi dalam beberapa minggu. Selama satu

putaran/siklus tidak ada hidangan yang sama atau diulang. Jumlah hari

dalam 1 putaran/siklus ditetapkan atas dasar pertimbangan kondisi klien

serta kemudahan institusi (Depkes RI, 1991).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

9

Penetapan pedoman menu adalah standar porsi yang dicantumkan

dalam berat kotor. Penetapan pedoman menu di dasarkan pada standar

porsi yang telah ditentukan. (Mukrie,1990).

Setelah ditetapkan policy tentang standar zat gizi bagi klien maka

manager menterjemahkannya kedalam bahan makanan berat bersih dan

berat kotor. Pemilihan macam dan jumlah bahan makanan ini disesuaikan

dengan dana yang ditetapkan atau harga jual yang disepakati. Bila sudah

dibuat macam dan jumlah bahan makanannya maka manager

menetapkan pola menu dengan memperhitungkan ruang, peralatan dan

fasilitas yang ada untuk produksi makanan, termasuk macam, jumlah,

kemampuan tenaga, serta waktu pelaksanaan yang ditetapkan. Pola

menu juga disusun atas dasar kebutuhan klien (Depkes RI, 1991).

2.2 Asupan Energi

Makanan yang bergizi dapat memberikan energi untuk melakukan

kegiatan atau aktivitas, makanan bergizi juga berfungsi untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses

tubuh (Almatsier, 2004).

Energi dapat diperoleh dari protein, lemak dan karbohidrat. Satuan

energi yaitu kalori, setiap 1 gr protein menghasilkan 4 kalori energi, setiap

1 gr lemak menghasilkan 9 kalori energi, dan setiap 1 gr karbohidrat akan

dihasilkan 4 kalori energi, proses pembakaran tersebut terjadi di dalam

tubuh (Moehyi, 1992).

2.2.1 Kebutuhan energi untuk metabolisme basal (BMR)

Kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda tergantung dari

metabolisme basal, efek termogenik dan aktifitas fisik (Supariasa, 2002).

Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR atau AMB

atau BMK. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

10

dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah

beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal merupakan jumlah

minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat

pernapasan, sirkulasi darah, peristalyik usus, tonus otot, temperatur suhu

tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Angka Metabolisme

Basal umumnya dinyatakan dalam satuan kilokalori untuk setiap kilogram

berat badan per jam (Arisman, 2004).

Pengaruh usia terhadap BMR berkaitan dengan kegiatan

metabolisme sel-sel tubuh. Nilai BMR semasa pertumbuhan sangat tinggi,

karena keaktifan pembelahan sel begitu tinggi (Arisman, 2004).

Keseimbangan energi seseorang dapat dicapai bila energi yang

dikonsumsi melalui makanan sama jumlahnya dengan energi dapat

ditentukan oleh berat badan ideal dan (IMT) Indeks Massa Tubuh

(Sudiarti, 2007).

2.2.2 Kecukupan Asupan Energi

Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang tidak

cukup memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh

akan mengambil simpanan glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi

energi. Jika hal itu terus terjadi maka tubuh akan menjadi kurus, status gizi

pun akan menjadi kurang, bahkan daya tahan tubuh menjadi lemah.

Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga

berat badan berlebih atau kegemukan. (Almatsier, 2004).

Pada usia anak dan remaja asupan energi harus terpenuhi karena

pada usia anak dan remaja terjadi proses pertumbuhan jasmani yang

pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh. Untuk

mengetahui angka kecukupan energi anak dan remaja laki-laki dan

perempuan berdasarkan AKG 2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

11

TABEL 2.1

ANGKA KECUKUPAN ENERGI YANG DIANJURKAN

Jenis Kelamin Umur (Tahun) Kecukupan Energi (Kalori)

Laki-laki 10-12 2050

13-15 2400

Perempuan 10-12 2050

13-15 2350

Sumber : AKG, 2005

2.3 Asupan Protein

Protein seperti halnya karbohidrat dan lemak dibangun oleh unsur

Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O), tetapi juga protein

mengandung unsur Nitrogen (N), nitrogen yang terkandung dalam protein

yaitu sebesar 16%. Unit pembangun dalam semua jenis protein adalah

asam amino. Berbagai jenis asam amino membangun sel dan jaringan

tubuh yang sangat spesifik, seperti kolagen terletak dalam jaringan ikat

tubuh, miosin dalam jaringan otot, hemoglobin dalam sel darah merah, sel

enzim dan hormon insulin (Sudiarti, 2007).

Protein merupakan zat pembangun bagi tubuh, protein ada dua

macam yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani berasal

dari hewan seperti daging merah, daging putih (unggas), ikan dan hasil

laut. Sedangkan protein Nabati terdapat pada kacang-kacangan, tempe,

tahu dan hasil olahannya (Sediaoetama, 1996).

Asupan makan pada anak perempuan lebih sedikit dari pada anak

laki-laki, termasuk asupan protein, padahal bagi remaja perempuan

membutuhkan asupan protein lebih banyak karena lebih membutuhkan

asupan zat besi yang berada di pada protein, karena pada remaja

perempuan mengalami menstruasi (Arisman, 2004).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

12

2.3.1 Fungsi Protein

Protein dalam tubuh harus tercukupi, karena protein memiliki peran

dalam tubuh manusia. Fungsi dari protein yaitu :

a. Pertumbuhan dan pemeliharaan

Sebelum sal-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia semua

asam amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen guna

pembantukan asam-asam amino nonesensial yang diperlukan.

Pertumbuhan atau penambahan otot hanyan mungkin bila tersedia

cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk

pemeliharaan dan perbaikan.

b. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh

Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein,

demikian pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan kimia ini bertindak

sebagai katalisator atau membantu perubahan-perubahan biokimia

yang terjadi di dalam tubuh.

c. Mengatur keseimbangan air

Cairan tubuh terdapat di dalam tiga komponen yaitu intraseluler (di

dalam sel), ekstraseluler/interseluler (di antara sel) dan intravaskular

(di dalam pembuluh darah). Distribusi cairan di dalam kompartemen-

kompartemen ini harus dijaga dalam keadaan seimbang atau

homeostatis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem kompleks

yang melibatkan elektrolit dan protein.

d. Memelihara netralitas tubuh

Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam

dan basa untuk menjaga pH pada taraf konstan.

e. Pembentukan antibodi

Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-

bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat

dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh

untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan racun ini berkurang.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

13

f. Mengangkut zat-zat gizi

Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi

dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari

darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel.

Sebagian besar yang mengangkut zat-zat gizi ini adalah protein.

(Almatsier, 2004).

2.3.2 Kecukupan Asupan Protein

Jika protein dalam tubuh mengalami kekurangan maka pertumbuhan

akan terhambat. Pada masa anak-anak protein sangat diperlukan karena

untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, sedangkan jika kelebihan

protein dapat menyebabkan obesitas, asidosis, kenaikan amoniak darah,

kenaikan ureum darah dan demam pada bayi (Almatsier, 2004).

TABEL 2.2

ANGKA KECUKUPAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

Jenis Kelamin Umur (Tahun) Kecukupan Protein (Gram)

Laki-laki 10-12 50

13-15 60

Perempuan 10-12 50

13-15 57

Sumber : AKG, 2005

2.4 Survey Konsumsi Metode Recall 24 Jam

Survey konsumsi makanan adalah salah satu metode yang

digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau pun kelompok.

Tujuan dari survey konsumsi adalah untuk mengetahui kebiasaan makan

dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada

tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan (Supariasa, 2002).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

14

Salah satu cara untuk survey konsumsi adalah dengan recall 24 jam.

Recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu, pencatatan di

deskripsikan secara mendetail oleh pewawancara, meliputi semua

makanan dan minuman yang dikonsumsi serta cara pengolahannya, tetapi

terkadang responden lupa akan apa yang telah dikonsumsinya, maka dari

itu perlu dibantu dengan penjelasan waktu kegiatannya dan sebaiknya

dilakukan berulang pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut),

tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari (Gibson, 2005).

Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan recall

24 jam yaitu metode ini mudah dalam pelaksanaannya serta tidak terlalu

membebani responden, biayanya relatif murah, karena tidak memerlukan

peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, cepat sehingga

dapat mencakup banyak responden, dapat digunakan pada responden

yang buta huruf, cepat dan dapat memberikan gambaran nyata yang

benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi

sehari (Supariasa, 2002).

Recall 24 jam sangat tergantung dari daya ingat responden, serta

kesamaan persepsi mengenai jumlah atau porsi yang dikonsumsi oleh

responden. Kelemahan recall 24 jam antara lain metode ini tidak dapat

menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya dilakukan recall

satu hari, serta tidak cocok bagi orang yang hilang ingatan ataupun

pelupa, the flat slope syndrome, yaitu ada kecenderungan bagi responden

yang kurus melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate), dan

bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under

estimate), recall 24 jam membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih

dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat

bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat, responden harus

diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian, dan untuk

mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

15

dilakukan pada saat panen, hari besar, hari akhir pekan, pada saat

melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan, dan sebagainya

(Supariasa, 2002).

2.5 Status Gizi

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya, yaitu untuk berbagai proses seperti pertumbuhan, aktivitas,

pemeliharaan proses biologis, penyembuhan penyakit serta daya tahan

tubuh. Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status

gizi buruk, status gizi kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih

(Almatsier, 2004). Asupan makan baik atau tercukupi maka status gizi pun

akan normal dan jika asupan makan berlebih pun akan mengakibatkan

status gizi lebih atau gemuk (Anwar 2006).

Penilaian status gizi terdapat dua cara, yaitu metoda langsung dan

tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi

empat penilaian yaitu, antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Metoda

tidak langsung dibagi tiga yaitu dengan survey konsumsi makanan,

statistik vital dan faktor ekologi yang berdasarkan pada lingkungan, sosial,

ekonomi dan budaya, serta data-data kesakitan ataupun kematian

(Supariasa, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi berkaitan dengan

agens (penyakit), host (penjamu) dan environment (lingkungan). Status

gizi dipengaruhi oleh asupan makanan, penyakit infeksi,serta faktor

ekologi sebagai interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan

budaya. Jumlah makanan yang tersedia tergantung dari keadaan ekologi

seperti iklim, tanah, irigasi, dan sebagainya (Supariasa, 2002).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

16

2.5.1 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dinilai dari pengukuran antropometri.

Secara umum arti dari antropometri yaitu ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, antropometri berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi (Gibson, 2005).

Antopometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi

dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi,

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Gibson, 2005).

Pengukuran antropometri ada beberapa cara yaitu dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) dan Z-score. Pengukuran dengan IMT digunakan

pada orang dewasa > 18 tahun, IMT tidak bisa digunakan untuk anak-

anak, remaja, ibu hamil, olahragawan dan pada keadaan khusus

(penyakit) seperti edema. Menurut (Supariasa, 2002) untuk menentukan

Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang digunakan rumus sebagai berikut :

Berat Badan (kg) IMT =

Tinggi Badan2 (m)

Z-score digunakan untuk mengukur status gizi anak-anak hingga

usia 17 tahun. Z-score dapat dibagi dalam tiga perhitungan yaitu :

1. BB/U menggambarkan status gizi saat ini.

2. TB/U menggambarkan status gizi masa lalu dan erat kaitannya

dengan sosial ekonomi.

3. BB/TB berat badan berhubungan linier dengan tinggi badan, dapat

menilai status gizi sekarang, dan independen terhadap umur.

(Supariasa, 2002).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

17

2.5.2 Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan umur (IMT/U)

Saat ini untuk mengetahui status gizi anak dalam dalam masa

pertumbuhan dapat menggunakan IMT untuk anak, atau IMT berdasarkan

umur. IMT/U merupakan cara atau alat untuk memantau status gizi anak

yang berusia 2 hingga 20 tahun. Nilai IMT normal untuk kelompok umur

yang berbeda tergantung nilai dari Z-scor IMT nya. Untuk mengetahui nilai

IMT/U langkah pertama yang telah dijelaskan kemudian hasil

perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel IMT/U menurut Z-scor.

Keuntungan menggunakan IMT/U yaitu lebih sensitif untuk remaja yang

sedang tumbuh dan dapat diklasifikasikan sebagai status gizi kurus,

normal dan gemuk (CDC, 2009).

Hubungan anatara berat badan, tinggi badan dan umur pada

perhitungan IMT/U dapat di evaluasi dengan penggunaan CDC NCHS

BMI. Menurut WHO (2007), klasifikasi IMT anak dan remaja dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

TABEL 2.3

KLASIFIKASI IMT/U

Kategori Z-scor

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus ≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD

Normal -2 SD sampai +2 SD

Overweight ≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD

Obesitas >+3 SD

Sumber : WHO, 2007

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

18

2.6 Penyakit Infeksi

Tubuh manusia secara kontinu terpajan pada berbagai macam

organisme mikroba yang berpotensi patogenik baik di lingkungannya

maupun di dalam dirinya sendiri, namun sebagian besar orang tidak

mengalami infeksi yang berulang atau terus-menerus. Hal ini disebabkan

oleh adanya seperangkat mekanisme pertahanan yang kompleks

(Mandal, 2008).

Penyakit infeksi dapat mempengaruhi status gizi seseorang karena

ada hubungan yang sinergis antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit)

dengan malnutrisi (Supariasa, 2002).

Sumber penyakit infeksi adalah semua benda, termasuk orang atau

binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada seseorang. Sumber

penyebab penyakit ini dapat dikelompokan menjadi :

a. Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar, dan sebagainya.

b. Golongan riketsia, misalnya thypus.

c. Golongan bakteri, misalnya disentri.

d. Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma, dan

sebagainya.

e. Golongan jamur, yaitu bermacam-macam panu, kurap, dan

sebagainya.

f. Golongan cacing, yaitu bermacam-macam cacing perut seperti ascaris

(cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang, dan

sebagainya.

Selain itu penyakit-penyakit ini dapat bersumber dari manusia sendiri

seperti campak (measles), cacar air (small pox), thypus (thypoid),

miningitis, gonoirhoea dan shypilis. Manusia sebagai reservoar dapat

menjadi kasus yang aktif dan carrier (Notoatmodjo, 2003).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

19

2.7 Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein dan Status Gizi

Siswa

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja

dan kesehatan secara umum. Status gizi gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi

lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan.

Baik status gizi kurang atau pun status gizi lebih terjadi gangguan gizi,

gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer

adalah bila asupan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau

kualitasnya. (Almatsier, 2004).

Asupan energi pada seseorang dapat menentukan tercapainya

tingkat kesehatan, apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan yang

optimum dimana jaringan penuh oleh semua zat gizi, maka tubuh akan

mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit.

Apabila asupan energi pada seseorang tidak seimbang dengan

kecukupan gizi tubuh maka akan terjadi gizi kurang atau bahkan gizi buruk

(Notoatmodjo, 2003).

Asupan yang berlebihan yang berlebihan dapat berdampak tidak

baik, salah satu contohnya obesitas. Obesitas pada remaja putri lebih

umum dijumpai daripada remaja putra. Obesitas ini dapat berdampak

kurang baik terhadap perkembangan sosial dan psikososial. Remaja yang

obesitas lebih banyak menyendiri, depresi dan rendah gairah hidup.

Keadaan yang lebih parah dapat terjadi pada obesitas yaitu berisiko tinggi

terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi,

penyakit jantung koroner, kanker, dan bahkan kematian (Soekirman,

2006).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

20

Pada remaja banyak juga dijumpai KEP yaitu kurang energi protein,

penyebabnya yaitu asupan energi dan protein lebih rendah dibanding

kebutuhannya atau dapat juga terjadi karena diet yang tidak terkontrol.

KEP tidak selalu ditimbulkan oleh karena banyaknya berolahraga atau

beraktifitas fisik. Namun pada umumnya disebabkan oleh porsi

makanannya yang terlalu sedikit. Turunnya berat badan pada remaja putri

secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional, misalnya takut

gemuk atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Itu semua karena

keinginan remaja putri untuk mendapatkan body image yang ideal di

depan umum (Soekirman, 2006).

Asupan protein pun harus terpenuhi karena protein memiliki peranan

yang penting dalam menjalankan fungsi-fungsi tubuh. Kebutuhan protein

akan meningkat pada usia remaja, karena proses pertumbuhan yang

sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein

remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki

masa pertumbuhan cepat lebih dahulu. Sehingga jika asupan protein

kurang maka akan menghambat pembentukan sel-sel tubuh, dan

menghambat pertumbuhan. Hal ini akan menyebabkan status gizi menjadi

menurun (Almatsier, 2004).

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

21

Energi dan protein merupakan zat gizi penting dalam menunjang

pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja. Apabila asupan energi

dan protein tidak mencukupi maka akan mempengaruhi status gizi pada

anak dan remaja.

Asupan Energi

Status Gizi

Asupan Protein

GAMBAR 3.1

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS

GIZI SISWA SMP SALMAN AL FARISI BANDUNG

Variabel Independen : Asupan Energi dan Asupan Protein

Variabel Dependen : Status Gizi

3.2 Hipotesis

3.2.2 Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi

siswa di SMP Salman Al Farisi Bandung.

3.2.2 Ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi

siswa di SMP Salman Al Farisi Bandung.

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Asupan Energi

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

22

Yaitu rata-rata asupan energi yang dikonsumsi siswa di SMP

Salman Al Farisi Bandung. Yang dikumpulkan selama 2 hari tidak

berturut-turut dengan metode recall 24 jam.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Formulir recall 2 x 24 jam

Hasil Ukur : Baik, jika konsumsi energi ≥ 100% AKG tahun 2005

Kurang, jika konsumsi energi < 100% AKG tahun

2005

Skala : Ordinal

(Arisman, 2004)

3.3.2 Asupan Protein

Yaitu rata-rata asupan protein yang dikonsumsi siswa di SMP

Salman Al Farisi Bandung. Yang dikumpulkan selama 2 hari tidak

berturut-turut dengan metode recall 24 jam.

Cara ukur : Wawancara

Alat Ukur : Formulir recall 2 x 24 jam

Hasil Ukur : Baik, jika konsumsi protein ≥ 100% AKG tahun 2005

Kurang, jika konsumsi energi < 100% AKG tahun

2005

Skala : Ordinal

(Arisman, 2004)

3.3.3 Status Gizi

Yaitu hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan pada sampel. Penilaian status gizi dihitung dari perhitungan z-

score IMT/U.

Cara Ukur : Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

Alat Ukur : Timbangan digital bathroom scale dengan ketepatan

0,1 Kg dan microtoice dengan ketepatan 0,1 cm.

Hasil Ukur : Kurus, jika z-score <-2,0 SD

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

23

Normal, jika z-score -2,0 SD hingga +2,0 SD

Gemuk, jika z-score >+2,0 SD

Skala : Ordinal

(WHO, 2007)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional

yaitu rancangan penelitian yang mengumpulkan data independen (asupan

energi dan protein) dan data dependen (status gizi) serta dilakukan dalam

waktu bersamaan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di

SMP Salman Al Farisi Bandung di Jl. Tubagus Ismail VIII Bandung, 40134

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa dalam kelas

VII dan VIII di SMP Salman Al Farisi yang mendapat makan siang,

jumlah siswa kelas VII dan VIII yaitu sebanyak 128 siswa, dengan

jumlah siswa setiap kelas :

Kelas VII-A sebanyak 20 siswa (laki-laki 12 orang dan

perempuan 8 orang).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

24

Kelas VII-B sebanyak 21 siswa (laki-laki 13 orang dan

perempuan 8 orang).

Kelas VII-C sebanyak 21 siswa (laki-laki 12 orang dan

perempuan 9 orang).

Kelas VIII-A sebanyak 22 siswa (laki-laki 9 orang dan perempuan

13 orang).

Kelas VIII-B sebanyak 22 siswa (laki-laki 11 orang dan

perempuan 11 orang).

Kelas VIII-C sebanyak 22 siswa (laki-laki 11 orang dan

perempuan 11 orang).

4.3.2 Sampel

Pengambilan data dilakukan dengan cara probability sampling

dengan stratified random sampling, karena sampel terdiri dari tingkat

yang berbeda-beda (heterogen), serta penetapan jumlah

populasinya dilakukan secara merata. Cara yang digunakan dalam

penentuan besar sampel yaitu dengan menggunakan rumus :

N n = 1 + N (d2)

ket : n = besar sampel

N = besar populasi

d = presisi

(Notoatmodjo, 2005)

Hasil yang di dapat berdasarkan 128 orang :

N n = 1 + N (d2)

128 n = = 56,14 = 56 sampel

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

25

1 + 128 (0,12)

Rumus tersebut digunakan karena populasi pada penelitian ini

jumlahnya kurang dari 10.000 orang (Notoatmodjo, 2005). Teknik

pengambilan sampel yaitu dengan cara memisahkan jumlah siswa

dari masing-masing kelas. Maka diperoleh sampel masing-masing

kelas sebanyak :

Kelas VII-A = 20 / 128 x 56 = 9

Kelas VII-B = 21 / 128 x 56 = 9

Kelas VII-C = 21 / 128 x 56 = 9

Kelas VIII-A = 22 / 128 x 56 = 9

Kelas VIII-B = 22 / 128 x 56 = 10

Kelas VIII-C = 22 / 128 x 56 = 10

4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini, meliputi data primer

dan data sekunder.

4.4.1 Data Primer

4.4.1.1 Data identitas sampel yaitu umur dan jenis kelamin di

dapat dari wawancara pada siswa Salman Al Farisi yang

akan menjadi sampel.

4.4.1.2 Data penyakit infeksi yang pernah diderita sampel dalam

waktu dua minggu terakhir di dapat dari wawancara pada

siswa Salman Al Farisi yang akan menjadi sampel.

4.4.1.3 Data asupan energi dan protein diperoleh dari hasil recall

2 x 24 jam responden dengan cara wawancara.

4.4.1.4 Data status gizi responden meliputi berat badan dan

tinggi badan responden, penimbangan menggunakan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

26

timbangan digital badhroom scale dengan ketelitian 0,1

kg dan pengukuran tinggi badan menggunakan

microtoice dengan ketelitian 0,1 cm.

4.4.2 Data sekunder

4.4.2.1 Data gambaran umum SMP Salman Al Farisi Bandung

diperoleh dari bagian arsip SMP Salman Al Farisi

Bandung.

4.4.2.2 Data gambaran umum sistem penyelenggaraan

makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, diantaranya

data struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, pola menu,

siklus menu, proses produksi dan distribusi. Data ini

diperoleh dari bagian arsip SMP Salman Al Farisi

Bandung.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan program SPSS 13.0 WINDOWS. Berikut ini adalah data-

data yang diolah dan dianalisis baik secara univariat maupun bivariat.

4.5.1 Pengolahan Data

4.5.1.1 Univariat

a. Data gambaran tentang SMP Salman Al Farisi Bandung

dianalisis secara deskriptif.

b. Data gambaran penyelenggaraan makan di SMP Salman Al

Farisi Bandung dianalisis secara deskriptif.

c. Data karakteristik siswa SMP Salman Al Farisi Bandung yang

meliputi umur dan jenis kelamin disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

27

d. Data penyakit infeksi yang pernah diderita siswa di SMP Salman

Al Farisi Bandung dalam waktu dua minggu terakhir disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

e. Data asupan energi sehari yang didapat kemudian dijumlahkan

dan dirata-ratakan, lalu hasilnya dikonversikan dengan

menggunakkan Nutri Survey kemudian dibandingkan dengan

AKG, lalu dikategorikan :

Baik, jika konsumsi energi ≥ 100% AKG tahun 2005

Kurang, jika konsumsi energi < 100% AKG tahun 2005

f. Data asupan protein sehari yang didapat kemudian dijumlahkan

dan dirata-ratakan, lalu hasilnya dikonversikan dengan

menggunakkan Nutri Survey kemudian dibandingkan dengan

AKG, lalu dikategorikan :

Baik, jika konsumsi protein ≥ 100% AKG tahun 2005

Kurang, jika konsumsi protein < 100% AKG tahun 2005

g. Data antropometri sampel diperoleh dari penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan yang dihitung menggunakan

tabel Z - score dengan rumus :

Berat Badan (kg) IMT =

Tinggi Badan2 (m)

Kemudian hasilnya diklasifikasikan menjadi 3 menurut IMT/U

yang dikeluarkan WHO tahun 2007, yaitu :

Kurus, jika z-score <-2,0 SD

Normal, jika z-score -2,0 SD hingga +2,0 SD

Gemuk, jika z-score >+2,0 SD

4.5.1.2 Bivariat

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

28

Hubungan asupan energi, asupan protein dan status gizi pada

siswa SMP Salman Al Farisi Bandung disajikan dalam tabel silang.

4.5.2 Analisis Data

4.5.2.1 Univariat

a. Data gambaran tentang SMP Salman Al Farisi Bandung dianalisis

secara deskriptif.

b. Data penyelenggaraan makan di SMP Salman Al Farisi Bandung

dianalisis secara deskriptif.

c. Data karakteristik siswa SMP Salman Al Farisi Bandung yang

meliputi umur dan jenis kelamin dianalisa secara deskriptif.

d. Data penyakit infeksi yang pernah diderita siswa di SMP Salman

Al Farisi Bandung dalam waktu dua minggu terakhir dianalisa

secara deskriptif.

e. Data asupan energi, data asupan protein dan data status gizi

dianalisis secara deskriptif.

4.5.2.2 Bivariat

Untuk melihat hubungan antara asupan energi, asupan protein

dan status gizi disajikan dengan menggunakan tabel silang 2 x 3 dan

dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik chi-square

(X2) dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). Rumus chi-square :

Keterangan :

X2 = nilai Chi–square

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

29

Oij = nilai pengamatan baris i dan kolom ke-j

Eij = nilai harapan pada baris i dan kolom ke-j

(Murti, 1996)

Kriteria uji :

p-value < α maka Ho ditolak = bermakna

p-value > α maka Ho diterima = tidak bermakna

α = tingkat kemaknaan (0,05)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum SMP Salman Al Farisi Bandung

Yayasan Salman Al Farisi Bandung terdiri dari Play Group, TK, SD

dan SMP. SMP Salman Al Farisi Bandung berdiri sejak tahun pelajaran

1997 / 1998, berada di Jalan Tubagus Ismail VIII Bandung 40134.

Yayasan Pendidikan Salman Al-Farisi berdiri pada tanggal 12 Agustus

1989, dan pada tanggal tersebut pula TK Salman Al-Farisi resmi berdiri.

Peresmian dilakukan oleh almarhumah Ibu Siti Maryam Wahyudi (Ibu

Walikota). Sejak berdirinya, TK Salman menggunakan sistem full day

school.

Visi dari SMP Salman Al Farisi Bandung adalah Menjadi lembaga

pendidikan yang mampu mengembangkan dan menghasilkan generasi

muslim yang siap menjadi khalifatullah fil ardli yang rahmatan lil ‘alamien.

Dan misi dari SMP Salman Al Farisi Bandung adalah membangun dan

menyelenggarakan sistem pendidikan komprehensif yang menyiapkan

lulusannya untuk menjadi generasi muslim yang berkemampuan sebagai

khalifatullah fil ardli yang rahmatan lil ‘alamien. Dan operalisasi dari misi

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

30

yaitu Menyelenggarakan pendidikan SMP yang memperkuat landasan

kehidupan Islami para siswa sesuai dengan visi lembaga. SMP Salman Al

Farisi Bandung memiliki tujuan, antara lain :

Menumbuhkan lingkungan sekolah yang kondusif, dan

mengembangkan kurikulum, fasilitas serta model pembelajaran yang

tepat untuk membentuk anak-anak Muslim yang sholeh, cerdas,

kreatif dan menyenangi kegiatan belajar.

Menggali (dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul), mengembangkan dan

mencontohkan tingkah laku anak yang berakhlaqul karimah serta

mencontohkan tingkah laku anak yang muslim, mu’min, muhsin,

mutawakkil, mutathohhir, dan muttaqie.

Mengembangkan model hubungan sekolah dan orang tua siswa yang

tepat sehingga terdapat kontinuitas dan konsistensi antara rumah dan

sekolah sebagai lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan visi

lembaga.

Membuat dan mengembangkan model sistem seleksi, pelatihan dan

pengembangan guru yang sesuai dengan sistem persekolahan yang

disebutkan dalam visi dan misi lembaga.

Mengembangkan teknologi informasi secara efektif dan efisien dalam

manajemen pendidikan.

Kurikulum yang dikembangkan di SMP Salman Al Farisi adalah

perpaduan antara kurikulum Diknas, Depag, dan kurikulum yayasan

yang dipadukan dalam suatu rumusan iman, ilmu dan amal. Aspek

leadership mendapat penekanan pada setiap proses belajar. Materi

agama diperluas dengan pengajaran tilawah Al-Qur'an, hafalan surat dan

do'a, sholat berjamaah dan kajian Al-Qur'an.

Kegiatan belajar mengajar di SMP Salman Al Farisi dilakukan

dengan sistem full day mulai dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.00

setiap hari Senin sampai Kamis dan pukul 07.30 - 14.00 setiap hari

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

31

Jum'at. Kegiatan belajar mengajar ini tidak hanya dilakukan di dalam

kelas, akan tetapi juga dilakukan di koridor, lapangan, ruang auditorium,

perpustakaan, laboratorium, kunjungan KBM (kegiatan belajar mengajar)

ke lembaga-lembaga penelitian, universitas, LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) dan lain sebagainya.

Jumlah guru dan staf di SMP Salman Al Farisi Bandung berjumlah

30 orang, terdiri dari 25 orang guru dan 5 orang staf. Jumlah keseluruhan

siswa SMP Salman Al Farisi Bandung yaitu sebanyak 189 siswa.

5.2 Gambaran Umum Penyelenggaraan Makan Di SMP Salman Al

Farisi Bandung

Penyelenggaraan makan di SMP Salman Al Farisi Bandung

bertujuan untuk menyediakan makanan bagi para siswa agar siswa dapat

berkonsentrasi dalam pelajaran karena aktifitas belajar yang padat.

Penyelenggaraan makan dipimpin oleh Ibu Andam Dewi yaitu kepala

bagian non akademik. Sedangkan kepala dapur dipimpin oleh Ibu Puja.

Penyelenggaraan makan ini sudah dilakukan sejak berdirinya yayasan

Salman Al Farisi Bandung, penyelenggaraan makan dilakukan dari satu

dapur untuk seluruh siswa dari mulai play group hingga siswa SMP.

Jumlah konsumen untuk SMP Salman Al Farisi Bandung sebanyak 189

siswa dan 30 guru serta staf.

Siklus menu di SMP Salman Al Farisi Bandung menggunakan siklus

menu 20 hari selalu berganti-ganti menu. Penyusunan siklus menu

dilakukan oleh kepala dapur. Pelaksanaan rancangan menu dengan

melihat resep-resep yang ada dan melakukan observasi terhadap menu

yang disediakan, yaitu dengan cara mengamati makanan manakah yang

diterima oleh siswa. Menu yang diselenggarakan di SMP Salman Al Farisi

Bandung adalah pola menu Indonesia lengkap yang terdiri dari makanan

pokok, protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah. Namun khusus

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

32

hari jumat menu yang diselenggarakan yaitu makanan one-dishmeal, dan

diberikan makanan selingan pagi (snack).

Standar porsi untuk beras 1 kg untuk 10 porsi (100 gr), 1 kg ayam

dipotong menjadi 12 porsi (83 gr) jika ayam fillet (± 50 gr), 1 butir telur

untuk 1 porsi (55 gr), 1 kg daging sapi untuk 30 porsi (33 gr), 1 papan

tempe (250 gr) untuk 10 porsi (25 gr), 1 kg sayuran menjadi 20 porsi

(50gr). Pengelola belum memiliki standar resep dan standar bumbu. Pihak

pengelola pun belum memiliki standar kecukupan gizi.

Perencanaan anggaran untuk makan siswa dibuat oleh pihak

yayasan Salman Al Farisi Bandung, biaya diambil dari iuran SPP siswa

setiap bulan. Dibuat oleh bendahara umum yayasan Salman Al Farisi

Bandung, faktor-faktor yang diperhatikan meliputi jumlah konsumen dan

harga bahan makananan di pasaran. Namun, untuk perincian biaya

makan siang tidak diberitahukan.

Jumlah tenaga penyelenggaraan makan yang ada di yayasan

Salman Al Farisi Bandung sebanyak 8 orang tenaga pengolah dan

pembelanjaan bahan makanan lulusan SMA, sedangkan kepala dapur

merupakan lulusan diploma tata boga, serta 4 orang petugas distribusi

lulusan SMP.

Pembelian bahan makanan dilakukan dengan berbelanja langsung di

pasar tradisional adapun bahan tertentu yang melalui rekanan, seperti

bahan-bahan kering. Pihak penyelenggara belum memiliki spesifikasi

secara tertulis. Untuk bahan makanan segar pembelian dilakukan setiap

hari sedangkan bahan makanan kering pembelian dilakukan 15 hari

sekali.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

33

5.3 Gambaran Karakteristik Sampel

Sampel diambil dari kelas VII dan VIII. Sampel yang diperoleh

sebanyak 56 siswa, untuk jumlah jenis kelamin dan umur dapat dilihat

pada tabel berikut :

TABEL 5.1

DISTRIBUSI FREKUENSI DATA UMUM SISWA SMP

SALMAN AL FARISI BANDUNG TAHUN 2011

No Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

1

Jenis Kelamin

Laki-laki 28 50

Perempuan 28 50

3

Umur

12-13 tahun 46 82,1

14-15 tahun 10 17,9

Berdasarkan tabel di atas, di dapatkan sampel yang sama banyak

antara siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu

sebanyak 28 siswa (50%) berjenis kelamin laki-laki dan 28 siswa (50%)

berjenis kelamin perempuan dan dilihat umur terbanyak adalah sampel

yang berumur 13-14 tahun yaitu sebesar 82,1%.

Dari tabel diatas pengambilan sampel untuk laki-laki dan perempuan

dibagi rata jumlahnya karena sesuai dengan perhitungan jumlah sampel

yaitu dengan cara probability sampling dengan stratified random sampling.

Pada usia remaja kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan

dibedakan karena terdapat perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan

pertumbuhan. Menurut Angka Kecukupan gizi (AKG 2005) energi untuk

remaja perempuan berkisar antara 2000-2350 Kkal, sedangkan untuk

remaja laki-laki berkisar antara 2400-2600 Kkal setiap hari.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

34

5.4 Gambaran Penyakit Infeksi Yang Diderita Siswa Di SMP Salman

Al Farisi Bandung Dalam 2 Minggu Terakhir

Status gizi siswa dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi yang

pernah di deritanya. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi status gizi

seseorang karena ada hubungan yang sinergis antara infeksi (bakteri,

virus, dan parasit) dengan malnutrisi (Supariasa, 2002). Untuk hasil

gambaran penyakit infeksi yang pernah di derita oleh siswa dapat dilihat

pada tabel berikut :

TABEL 5.6

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PENYAKIT

INFEKSI YANG DI DERITA OLEH SISWA DI SMP SALMAN AL FARISI

BANDUNG DALAM WAKTU 2 MINGGU TERAKHIR

Pernah Menderita Penyakit Infeksi

n %

Ya 10 17,9

Tidak 46 82,1

Jumlah 56 100

Hasil wawancara pada siswa SMP Salman Al Farisi Bandung yang

pernah menderita penyakit infeksi dalam waktu 2 minggu terakhir dapat

dilihat pada tabel di atas, siswa yang pernah menderita penyakit infeksi

dalam waktu 2 minggu terakhir sebanyak 10 siswa (17,9%) sedangkan

yang tidak menderita penyakit infeksi selama 2 minggu terakhir sebanyak

46 siswa (82,1%).

Siswa yang pernah menderita penyakit infeksi dalam waktu 2 minggu

terakhir memiliki asupan energi yang kurang, karena penyakit infeksi

dapat mempengaruhi asupan makan. Sedangkan untuk status gizinya

normal, karena status gizi tidak dapat berubah dengan cepat dalam waktu

singkat. Penyakit infeksi yang di derita siswa SMP Salman Al Farisi

Bandung antara lain, influenza sebanyak 3 orang (30%), demam

sebanyak 4 orang (40%) dan pilek sebanyak 3 orang (30%).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

35

5.5 Gambaran Umum Asupan Energi

Di bawah ini tabel distribusi frekuensi berdasarkan total asupan

energi SMP Salman Al Farisi Bandung tahun 2011.

TABEL 5.2

DISTRIBUSI FREKUENSI BERDASARKAN ASUPAN ENERGI SISWA

SMP SALMAN AL FARISI BANDUNG TAHUN 2011

Asupan Energi Jumlah (n) Presentase (%)

Baik 30 53,6

Kurang 26 46,4

Jumlah 56 100

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 56 siswa terdapat 30

orang siswa (53,6%) yang memiliki asupan energi baik, sedangkan 26

siswa (46,4%) mempunyai asupan energi yang kurang.

Asupan energi yang kurang sebesar 46,4% sebagian besar adalah

siswa yang pernah atau sedang menderita penyakit infeksi dalam 2

minggu terakhir. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi asupan makan

seseorang, karena menurunnya nafsu makan. Penyakit infeksi yang di

derita yaitu influenza, demam dan batuk.

Dari asupan makan siang yang dikonsumsi siswa rata-rata makanan

yang mereka konsumsi habis, namun nasi yang mereka konsumsi masih

kurang, dari hasil recall 2 x 24 jam sebagian besar Siswa SMP Salman Al

Farisi Bandung umumnya menyukai makanan cepat saji, terlihat dari pola

makan malam dan jajanan yang lebih sering makan di restoran antara lain

pizza (8%), hamburger (12%) dan menyukai jajanan seperti batagor

(29%), teh kotak (26%), mie bakso (13%), dan lain-lain (12%)..

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosi Witantri (2007)

tentang asupan energi, protein dan status gizi siswa di SMPN 7 Bandung

di dapatkan hasil asupan energi yang baik yaitu 82,8% jika dibandingkan

dengan penelitian ini ternyata asupan energi siswa SMP Salman Al Farisi

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

36

Bandung tidak lebih baik, hal ini dikarenakan pada penelitian ini asupan

energi dibandingkan dengan 100% kecukupan AKG, sedangkan pada

penelitian sebelumnya Rosi Witantri (2007) hanya dibandingkan dengan

80% kecukupan AKG.

5.6 Gambaran Umum Asupan Protein

TABEL 5.3

DISTRIBUSI FREKUENSI BERDASARKAN ASUPAN PROTEIN SISWA

SMP SALMAN AL FARISI BANDUNG TAHUN 2011

Asupan Protein Jumlah (n) Presentase (%)

Baik 47 83,9

Kurang 9 16,1

Jumlah 56 100

Dari data tabel di atas di dapatkan pula bahwa dari 56 siswa terdapat

47 siswa (83,9%) memiliki asupan protein baik, sedangkan 9 orang siswa

(16,1%) mempunyai asupan protein kurang.

Banyak hal juga yang mempengaruhi hasil di atas, antara lain karena

status ekonomi siswa SMP Salman Al Farisi Bandung yang berstatus

ekonomi menengah ke atas maka kecenderungan mengkonsumsi protein

hewani lebih sering dan lebih banyak jumlahnya.

Dari hasil recall 2x24 jam terlihat siswa lebih sering mengkonsumsi

protein hewani daripada protein nabati. Konsumsi protein hewani seperti,

ayam goreng (35%), sosis (13%), steak (15%) dan lain-lain (37%). dari

hasil tersebut mengindikasikan bahwa siswa SMP Salman Al Farisi

Bandung memiliki asupan protein yang cukup baik.

Asupan protein yang kurang sebesar 16,1% sebagian besar adalah

siswa perempuan. Menurut Arisman (2004) asupan makan pada anak

perempuan lebih sedikit dari pada anak laki-laki, termasuk asupan protein,

padahal bagi remaja perempuan membutuhkan asupan protein lebih

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

37

banyak karena lebih membutuhkan asupan zat besi yang berada di pada

protein, karena pada remaja perempuan mengalami menstruasi.

Pada penelitian ini, hasil asupan protein berbeda dari hasil penelitian

Rosi Witantri (2007) yaitu sebesar 96,6% asupan protein baik, hal ini

disebabkan karena pada penelitian ini asupan protein dibandingkan

dengan 100% kecukupan AKG, sedangkan pada penelitian sebelumnya

hanya dibandingkan dengan 80% kecukupan AKG.

5.7 Gambaran Umum Asupan Energi dan Protein Makan Siang yang

Disediakan

TABEL 5.4

GAMBARAN UMUM ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN MAKAN SIANG

DI SMP SALMAN AL FARISI BANDUNG TAHUN 2011

Zat Gizi 30% AKG Yang Disediakan % Terpenuhi Menurut AKG

Energi (Kkal) 712,5 647,5 90,9

Protein (gr) 17,5 20,8 118,8

Dari tabel di atas energi yang disediakan oleh penyelenggara makan

siang di SMP Salman Al Farisi Bandung masih belum tercukupi dari 30%

AKG yaitu sebesar 90,9%, sedangkan untuk protein sudah melebihi

kebutuhan 30% AKG sebesar 118,8% dan kecukupan protein sudah baik,

hal ini dikarenakan makanan yang disediakan oleh penyelenggara

makanan sudah lengkap dengan protein hewani dan protein nabati.

Sebagai contoh pada siklus menu ke-1 pada minggu ke-1 yaitu Nasi,

ayam mete (40 gr), Tahu Goreng (50 gr), Sup Makaroni (50 gr),

Semangka (100 gr) dan menu lainnya dapat dilihat pada lampiran.

Kekurangan pemenuhan energi pada makan siang siswa

mempengaruhi kecukupan energinya, sehingga asupan energi siswa tidak

terpenuhi. Penyelenggara makan siang di SMP Salman Al Farisi Bandung

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

38

belum memiliki standar kecukupan gizi untuk siswa. Akibatnya

pemenuhan kecukupan energi masih kurang.

Jika hal ini terus terjadi maka status gizi siswa akan menurun.

Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang tidak cukup

memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan

mengambil simpanan glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi energi.

Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga

berat badan berlebih atau kegemukan. (Almatsier, 2004).

Pada hasil wawancara, sebagian besar siswa SMP Salman Al Farisi

Bandung menghabiskan makan siangnya dikarenakan siswa jarang jajan

ketika jam makan siang di sekolah, sehingga makanan yang disajikan

selalu dihabiskan.

5.8 Gambaran Umum Status Gizi

TABEL 5.5

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS GIZI

SISWA SMP SALMAN AL FARISI BANDUNG TAHUN 2011

Status Gizi n %

Kurus 2 3,6

Normal 47 83,9

Gemuk 7 12,5

Jumlah 56 100

Pada tabel di atas distribusi frekuensi status gizi siswa SMP Salman

Al Farisi Bandung berdasarkan IMT/U, dari 56 siswa terdapat 2 siswa

(3,6%) berstatus gizi kurus, 47 siswa (83,9%) dengan status gizi baik dan

sebanyak 7 siswa (12,5%) dengan status gizi gemuk. Siswa yang status

gizi kurus memiliki asupan yang kurang, dan siswa yang berstatus gizi

lebih (gemuk) cenderung asupan energinya melebihi kecukupannya.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

39

Dari 2 siswa yang memiliki status gizi kurang disebabkan asupan

energinya kurang, sedangkan 7 siswa yang memiliki status gizi gemuk

memiliki asupan energi dan protein yang tinggi atau berlebih.

Perhitungan status gizi yang digunakan yaitu berdasarkan IMT/U,

indikator IMT/U menggambarkan status gizi saat ini. Maka berdasarkan

tabel di atas bahwa saat ini sebagian besar siswa mempunyai status gizi

yang baik.

Dari hasil penelitian ini status gizi siswa SMP Salman Al Farisi

Bandung cukup beragam. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

asupan dari makanan sehari-hari yang tercukupi. Asupan makan yang

kurang akan mengakibatkan status gizi yang kurang juga (kurus), jika

asupan makan baik atau tercukupi maka status gizi pun akan normal dan

jika asupan makan berlebih pun akan mengakibatkan status gizi lebih atau

gemuk (Anwar 2006).

5.9 Hubungan Antara Asupan Energi Dan Status Gizi

Asupan energi pada seseorang dapat menentukan tercapainya

tingkat kesehatan. Makanan yang bergizi dapat memberikan energi untuk

melakukan kegiatan atau aktivitas, makanan bergizi juga berfungsi untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses

tubuh (Almatsier, 2004).

TABEL 5.7

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI SISWA SMP

SALMAN AL FARISI BANDUNG TAHUN 2011

Asupan Energi

Kategori Status Gizi Total

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n %

Baik 0 0 23 76,7 7 23,3 30 100

Kurang 2 7,7 24 92,3 0 0 26 100

Total 2 3,6 47 83,9 7 12,5 56 100

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

40

Berdasarkan tabel di atas, dari 30 siswa yang mempunyai asupan

energi baik tidak ada siswa yang berstatus gizi kurus, sedangkan siswa

yang status gizi normal ada 23 siswa (76,7%) dan asupan energi baik

dengan siswa yang status gizi gemuk terdapat 7 siswa (23,3%). Lalu dari

26 siswa yang asupan energinya kurang terdapat 2 siswa (7,7%) yang

berstatus gizi kurus, sedangkan siswa yang status gizi normal ada 24

siswa (92,3%) dan tidak terdapat siswa yang memiliki status gizi gemuk

dengan asupan energi kurang.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan rumus chi-square tabel

2x3 dengan pearson chi-square dimana p value yang di dapat yaitu p < α

(0,012 < 0,05) dengan tingkat kemaknaan 95%, hal ini menunjukan ada

hubungan yang bermakna antara asupan energi siswa dengan status gizi.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Asupan makan yang kurang akan

mengakibatkan status gizi kurang atau kurus, sedangkan asupan makan

yang baik atau tercukupi maka status gizi pun akan normal dan jika

asupan makan berlebih pun akan mengakibatkan status gizi lebih atau

gemuk (Anwar 2006).

Hal tersebut dapat terjadi karena asupan makan merupakan salah

satu faktor langsung yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang.

Selain itu pola konsumsi makan dan asupan makan siswa SMP Salman Al

Farisi Bandung didapat dengan metode recall 2x24 jam pada hari yang

tidak berturut-turut. Recall yang dilakukan diambil 2 hari yang tidak

berturut-turut untuk mendapatkan data yang representatif dan lebih

menggambarkan kebiasaan makan sampel (Supariasa, 2002).

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

41

5.10 Hubungan Antara Asupan Protein Dan Status Gizi

TABEL 5.8

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI SISWA SMP

SALMAN AL FARISI BANDUNG TAHUN 2011

Asupan Protein

Kategori Status Gizi Total

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n %

Baik 1 2,1 39 83 7 14,9 47 100

Kurang 1 11,1 8 88,9 0 0 9 100

Total 2 3,6 47 83,9 7 12,5 56 100

Berdasarkan tabel di atas, dari 47 siswa yang mempunyai asupan

protein baik terdapat 1 siswa (2,1%) yang memiliki status gizi kurus,

sedangkan siswa yang status gizi normal ada 39 siswa (83%) dan asupan

protein baik dengan siswa yang status gizi gemuk terdapat 7 siswa

(14,9%). Lalu dari 9 siswa yang asupan proteinnya kurang terdapat 1

siswa (11,1%) yang berstatus gizi kurus, sedangkan siswa yang status gizi

normal ada 8 siswa (88,9%) dan tidak terdapat siswa yang memiliki status

gizi gemuk dengan asupan protein kurang.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan rumus chi-square tabel

2x3 dengan pearson chi-square dimana p value yang di dapat yaitu p > α

(0,215 > 0,05) dengan tingkat kemaknaan 95%, hal ini menunjukan tidak

ada hubungan yang bermakna antara asupan protein siswa dengan status

gizi.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat dari asupan protein yang

kurang terdapat 8 siswa yang memiliki status gizi normal, sedangkan yang

memiliki status gizi kurang hanya terdapat 1 siswa.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi selain

asupan protein adalah aktifitas fisik. Dari hasil wawancara terhadap siswa

SMP Salman Al Farisi Bandung seluruh siswa diwajibkan mengikuti

kegiatan ekstrakulikuler di sekolah seperti basket, sepak bola, bela diri,

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

42

ekstrakulikuler gambar dan lain-lain. Aktifitas fisik mempengaruhi

pengeluaran energi yang berlebih, jika asupan energi kurang maka protein

akan digunakan sebagai sumber energi, protein yang digunakan

mempengaruhi massa otot akan berkurang maka status gizi pun akan

menurun.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. SMP Salman Al Farisi Bandung berada di jalan Tubagus Ismail VIII

Bandung 40134. Yayasan Pendidikan Salman Al-Farisi berdiri pada

tanggal 12 Agustus 1989. Kegiatan belajar mengajar di SMP Salman

Al Farisi dilakukan dengan sistem full day mulai dari pukul 07.30

sampai dengan pukul 16.

2. Jumlah guru dan staf di SMP Salman Al Farisi Bandung berjumlah

30 orang, terdiri dari 25 orang guru dan 5 orang staf.

3. Penyelenggaraan makan sudah dilakukan sejak berdirinya yayasan

Salman Al Farisi Bandung, penyelenggaraan makan dilakukan dari

satu dapur untuk seluruh siswa dari mulai play group hingga siswa

SMP.

4. Jumlah konsumen untuk SMP Salman Al Farisi Bandung sebanyak

189 siswa dan 30 guru serta staf.

5. Siklus menu di SMP Salman Al Farisi Bandung menggunakan siklus

menu 20. Menu yang diselenggarakan adalah pola menu Indonesia

lengkap yang terdiri dari makanan pokok, protein hewani, protein

nabati, sayuran dan buah.

6. Jumlah tenaga penyelenggaraan makan sebanyak 8 orang tenaga

pengolah.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

43

7. Jumlah siswa dalam penelitian berjumlah 56 orang siswa terdiri dari

28 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 28 siswa berjenis kelamin

perempuan.

8. Siswa yang menderita penyakit infeksi dalam waktu 2 minggu

terakhir sebesar 17,9%.

9. Siswa yang memiliki asupan energi baik sebanyak 53,6% sedangkan

siswa yang memiliki asupan energi kurang sebanyak 46,4%.

10. Siswa yang memiliki asupan protein baik sebanyak 83,9%

sedangkan siswa yang memiliki asupan energi kurang sebanyak

16,1%.

11. Siswa yang memiliki status gizi kurus sebanyak 3,6%, sedangkan

siswa yang memiliki status gizi normal sebanyak 83,9% dan siswa

yang memiliki status gizi gemuk sebanyak 12,5%.

12. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara

asupan energi dan status gizi (p= 0,012). Asupan energi kurang

dengan status gizi kurus sebanyak 7,7%, sedangkan asupan energi

kurang dengan status gizi normal sebanyak 92,3%, dan asupan

energi kurang dengan status gemuk sebanyak 0%.

13. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna

antara asupan protein dan status gizi (p= 0,215). Asupan protein

kurang dengan status gizi kurus sebanyak 11,1%, sedangkan

asupan protein kurang dengan status gizi normal sebanyak 88,9%,

dan asupan protein kurang dengan status gizi gemuk sebanyak 0%.

6.2 Saran

1. Penyelenggara makan siang di SMP Salman Al Farisi Bandung

harus memiliki standar kecukupan gizi untuk siswa agar kecukupan

gizi untuk makan siang siswa dapat terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

44

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Anwar M. H. 2006. Gizi Seimbang Untuk Remaja dan Wanita Usia Subur.

Jakarta : PT Gramedia Utama.

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur kehidupan. Jakarta: Kedokteran

Universitas Indonesia.

CDC. 2009. About BMI for Children and Teens. Dikutip dari www.cdc.gov

pada tanggal 20 april 2011.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2007. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Kesehatan RI. 1991. Pedoman Pengelolaan Makanan Bagi

Pekerja. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Gibson, Rosalinds. 2005. Principles Of Nutritional Assessment Second

Edition. New York. Oxford University.

Hartriyanti, Yayuk. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Khan, Mahmood. 1987. Foodservice Operatoin. New York: Published by

Van Nostand Reinhold Company.

Mandal, Bibhat. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga.

Moehyi, Sjahmien. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta: Bharatara Niaga Media.

Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa

Boga. Jakarta: B haratara Niaga Media.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

45

Mukrie, A. Nursiah. DKK. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi

Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi

Pusat bekerja sama dengan Akademi Gizi Departemen Kesehatan

RI.

Murti, Bhisma. 1996. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik dalam

Ilmu Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan masyarakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Permaesih. 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi. Dikutip dari http://digilib.litbang.depkes.go.id.html

pada tanggal 1 Januari 1011.

Sediaoetama, AD. 1996. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta:

Dian Rakyat.

Soekirman, dkk. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus

Kehidupan Manusia. Jakarta: PT. Primamedia Pustaka.

Sudiarti, Trini. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Supariasa, DKK. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Wati, Julianna. 2009. Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein dan

Status Gizi Siswa Di SMP Darul Hikam Bandung Tahun 2009.

Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Bandung.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - · PDF file1.3.2.2 Mengetahui gambaran mengenai penyelenggaran makanan di SMP Salman Al Farisi Bandung, ... Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia

46

Witantri, Rosi. 2007. Hubungan Antara Asupan Energi dan Protein

Dengan Status Gizi Siswa di SMPN 7 Bandung Tahun 2007. Jurusan

Gizi Politeknik Kesehatan Bandung.