bab iii metodologi penelitian a. tujuan penelitianrepository.unj.ac.id/65/9/9. c. bab iii.pdf ·...
TRANSCRIPT
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara
empiris tentang pengaruh pola asuh orangtua terhadap efikasi diri
anak usia 6-7 tahun di kelurahan Harapan Jaya Cibinong, Bogor, Jawa
Barat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada anak usia 6-7 tahun yang setara
dengan kelas I Sekolah Dasar di MI Alfalah yang berlokasi di Jl.
Alfalah, Harapan Jaya, Cibinong, dan SD Salman Alfarisi Cibinong,
Bogor, Jawa Barat. Sekolah tersebut cukup mewakili untuk
dijadikan tempat penelitian karena memiliki siswa kelas I berusia 6-
7 tahun yang dapat dijadikan sebagai subjek penelitian. Peneliti
berupaya untuk melihat bagaimana efikasi diri yang dimiliki siswa
kelas I di sekolah dan melihat apakah perbedaan pola asuh orang
tua mempengaruhi efikasi diri dari masing-masing anak.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2019
– Februari 2019.
59
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Pengajuan Judul Januari 2016
Pembuatan Proposal Februari 2016 – Juli 2017
Seminar Proposal Agustus 2017
Turun Lapangan Januari 2019
Sidang Skripsi Februari 2019
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat ex post facto.
Penelitian ini bersifat ex post facto karena variabel bebas tidak diberi
perlakuan tertentu dan tidak dikendalikan. Penelitian ini akan menguji
apa yang telah terjadi pada subjek penelitian. Alasan penggunaan
metode ini adalah karena variabel tindakan tidak dimanipulasi.1 Hal ini
sesuai dengan pendapat Kerlinger dalam Nazir, bahwa:
“Penyelidikan empiris yang sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi atau karena perwujudan variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang hubungan diantara variabel-variabel itu dilakukan tanpa intervensi langsung, berdasarkan perbedaan-perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan variabel terikat.”2
Hal ini berarti bahwa peneliti memeriksa efek kelakuan yang
telah berlangsung dan bukan menciptakan perlakuan. Berdasarkan 1 Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 410
2 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 2005), h. 73
60
uraian di atas, maka penelitian ini tidak mengadakan perlakuan
terhadap variabel yang diteliti, melainkan hanya memeriksa efek
perlakuan yang sudah berlangsung secara alamiah. Pengertian lain
dari penelitian ini adalah menguji apa yang sudah terjadi pada subjek
penelitian.
Metode ex post facto dikatakan juga sebagai penelitian kausal
komparatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
sebab yang mungkin untuk suatu pola perilaku yang dilakukan
dengan cara membandingkan subjek dimana pola tersebut tidak ada
atau berbeda. Untuk mengetahui hal tersebut terdapat tiga kelompok
yang digunakan sebagai sumbernya. Ketiga kelompok tersebut
adalah anak yang mendapat penerapan pola asuh otoriter, anak yang
mendapat penerapan pola asuh demokratis, dan anak yang
mendapat penerapan pola asuh permisif. Pola asuh orang tua
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini dan tidak dikendalikan
secara langsung melainkan telah terjadi atau sudah diterapkan
kepada anak sebelum penelitian ini dilaksanakan.
Dalam penelitian expost facto biasanya ditetapkan suatu desain
penelitian. Desain penelitian adalah suatu uraian tentang prosedur
61
yang akan diikuti dalam pengujian hipotesis.3 Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa desain penelitian expost facto
pada penelitian ini adalah sebagi berikut:
Tabel 3.2
Desain Penelitian
Kelompok Variabel Bebas Variabel Terikat
E X1 Y1
P1 X2 Y2
P2 X3 Y3
Keterangan:
X1 : Kelompok Pendamping Pola Asuh Demokratis
X2 : Kelompok Pendamping Pola Asuh Otoriter
X3 : Kelompok Pendamping Pola Asuh Permisif
Y1 : Efikasi Diri Anak Cenderung Tinggi
Y2 : Efikasi Diri Anak Cenderung Sedang
Y3 : Efikasi Diri Anak Cenderung Rendah
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi menunjukkan pada sekumpulan orang atau
objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal
dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset 3 Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 134
62
khusus.4 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa berusia 6-7
tahun di SD yang berlokasi di kelurahan Harapan Jaya,
Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagai data wakil populasi yang diteliti,
yang dimaksudkan untuk menggenerasikan kesimpulan yang
diperoleh dalam penelitian.5 Berdasarkan hal tersebut peneliti
harus mengambil sampel yang dapat mewakili populasi yang
akan diteliti dan digeneralisasikan. Sampel dari populasi ini
akan dibagi dalam tiga kriteria yaitu orang tua dengan pola asuh
demokratis, orangtua dengan pola asuh otoriter, dan orangtua
dengan pola asuh permisif. Dari 5 sekolah swasta yang berada
di kelurahan Harapan Jaya ditentukanlah sampel dalam
penelitian ini secara random yaitu orang tua siswa berusia 6-7
tahun di Sekolah Salman Al-Farisi, dan MI Alfalah Cibinong,
Bogor, Jawa Barat.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik Random Sampling di mana dari 5 sekolah swasta yang
berlokasi di kelurahan Harapan Jaya dipilih 2 sekolah secara
4 Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, Riset Pemasaran (Jakarta: Gramedia, 2002), h. 79.
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
h. 104.
63
acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi
tersebut. Dalam hal ini berarti anggota populasi adalah
homogen, sehingga semua anggota populasi mempunyai
peluang yang sama dan tidak terikat untuk dimasukkan ke
dalam sampel. Dari jumlah sekolah dasar swasta yang berada
di kelurahan Harapan Jaya, Cibinong, Bogor dipilih secara acak.
Pilihan jatuh pada Sekolah Salman Al-Farisi dan MI Alfalah.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti oleh peneliti terdiri dari dua variabel.
Variabel adalah suatu sifat atau nilai dari orang, objek, atau
kejadian yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya.6 Dalam
penelitian ini, yang menjadi variabel bebas (x) adalah pola asuh
orang tua sedangkan variabel terikat (y) adalah efikasi diri anak
usia 6-7 tahun.
a. Pola Asuh Orang Tua
1) Definisi Konseptual
Pola asuh orang tua adalah cara orang tua yang dilakukan
berulang-ulang dalam berinteraksi dengan anak-anaknya untuk
menanamkan kepribadian, nilai-nilai moral, aturan, hukuman dan
6 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 2
64
hadiah, serta memberikan perhatian dan menunjukkan kasih
sayangnya.
2) Definisi Operasional
Pola asuh orang tua adalah skor total yang diperoleh berdasarkan
angket mengenai cara orang tua yang dilakukan berulang-ulang
dalam berinteraksi dengan anak-anaknya untuk menanamkan
kepribadian, nilai-nilai moral, aturan, hukuman dan hadiah, serta
memberikan perhatian dan menunjukkan kasih sayangnya.
3) Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian variabel
bebas (pola asuh orang tua) adalah angket. Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang diketahui.7 Dengan kata lain, angket merupakan
alat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi
seputar data pribadi dari responden (sumber yang diambil datanya
melalui angket) yang akan diteliti. Angket yang digunakan peneliti
berbentuk tertutup agar dapat terlihat jelas perbedaan persepsi
pola asuh pada responden.
Dalam angket ini peneliti menggunakan Parenting Styles and
Dimensions Quisionner (PSDQ) sebagai acuan dalam
7 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta 2007), h. 128
65
pembuatannya. Untuk mengadaptasi poin-poin dalam PSDQ
menjadi sebuah instrument, perlu melalui beberapa proses
penerjemahan dari bahasa asli (Inggris) ke bahasa Indonesia,
kemudian kembali diterjemahkan kedalam bahasa Inggris untuk
menguji keabsahannya. Peneliti dibantu oleh penerjemah dari
Translatia Team dalam prosesnya, dan kemudian instrument yang
sudah teradaptasi diuji oleh dosen uji ahli yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Pada dasarnya PSDQ memiliki 62 poin untuk menentukan pola
asuh mana yang dianut oleh orangtua, namun pada penelitian ini
peneliti menggunakan PSDQ short form yang dikembangkan oleh
Robinson dimana form tersebut tetap memiliki tujuan dan poin yang
sama namun dengan butir yang lebih sedikit yaitu 32 butir8. Hal ini
dilakukan agar mempermudah orangtua dalam pengisian angket.
Berikut adalah kisi-kisi instrument pola asuh orangtua yang akan
digunakan.
8 Robinson, C. C., Mandleco, B., Olsen, S. F., & Hart, C. H., The Parenting
Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ). In B. F. Perlmutter, J.
Touliatos, & G. W. Holden (Eds.), Handbook of family measurement
techniques: Vol. 3. Instruments & indeks,(Thousand Oaks: Sage, 2001), h. 319 -
321
66
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua Full Form
Sub-Variabel Indikator Sebaran
Butir
Pernyataan
I. Authoritative
(Demokratis)
A. Kehangatan dan
Keterlibatan
I.A.1. Mengetahui nama teman-
teman anak
I.A.2. Waspada akan masalah
atau khawatir dengan anak
di sekolah
I.A.3. Memberikan pujian ketika
anak berperilaku baik
I.A.4. Memberikan kenyamanan
dan memahami kondisi
anak ketika bersedih
I.A.5. Menunjukkan afeksi
dengan pelukan, ciuman,
dan bergenggaman
dengan anak
I.A.6. Bersimpati ketika anak
terluka atau frustrasi
I.A.7 Mengapresiasi apa yang
telah anak coba dan capai
I.A.8. Responsif terhadap
perasaan atau kebutuhan
anak
I.A.9. Mengajak anak untuk
bercerita tentang
masalahnya
I.A.10. Memiliki waktu untuk
mengakrabkan diri dengan
anak
I.A.11. Meminta maaf pada anak
67
ketika melakukan
kesalahan
B. Pertimbangan/Pen
gambilan
Keputusan
I.B.1 Menjelaskan konsekuensi
atas perilaku yang anak
lakukan
I.B.2 Memberikan anak
penjelasan mengapa harus
mematuhi peraturan
I.B.3 Mempertegas alasan dari
sebuah peraturan
I.B.4 Membantu anak untuk
mengerti dampak dari
perilaku yang dilakukan
dengan mengajak anak
untuk berbicara tetang
konsekuesi dari aksinya
sendiri
I.B.5 Menjelaskan apa yang
orangtua rasakan terhadap
perilaku baik dan buruk
anak
I.B.6 Membahas dan membuat
pertimbangan dengan
anak ketika mereka
berperilaku buruk
I.B.7 Memberitahu ekspektasi
yang telah terbentuk
terhadap suatu perilaku
sebelum anak
melakukannya
C. Partisipasi
Demokratis
I.C.1 Membuat rencana
keluarga berdasarkan
pilihan anak
I.C.2 Memperbolehkan anak
untuk turut andil dalam
membuat peraturan
keluarga
68
I.C.3 Memahami keinginan anak
sebeum memintanya untuk
melakukan sesuatu
I.C.4 Mengajak anak untuk
mengekspresikan dirinya
dengan bebas bahkan
ketika sedang tidak
bersetuju dengan orang
tua
I.C.5 Mengarahkan perilaku
buruk anak ke dalam
aktivitas yang lebih dapat
diterima
D. Adaptif/Mudah
Berbaur
I.D.1 Adaptif dan mudah
berbaur dengan anak
I.D.2 Menunjukkan kesabaran
terhadap anak
I.D.3 Bermain dan bercanda
dengan anak
I.D.4 Menghargai opini anak
dengan mengajak anak
untuk
mengekspresikannya
II. Authoritarian
(Otoriter)
A. Perkataan Buruk II.A.1 Marah kepada anak
II.A.2 Berteriak atau membentak
ketika anak berperilaku
buruk
II.A.3 Berdebat dengan anak
II.A.4 Tidak bersetuju dengan
anak
B. Hukuman Fisik II.B.1 Menggunakan hukuman
fisik sebagai cara untuk
mendisiplinkan anak
II.B.2 Memukul anak ketika tidak
patuh
II.B.3 Menampar anak ketika
69
berperilaku buruk
II.B.4 Menarik anak ketika tidak
patuh
II.B.5 Membimbing anak lebih
sering dengan hukuman
daripada memberikan
pengertian
II.B.6 Mendorong anak ketika
tidak patuh
C. Tanpa
Pertimbangan/Strat
egi Hukuman
II.C.1 Menghukum dengan
mengambil hak anak tanpa
penjelasan
II.C.2 Menghukum dengan
menempatkan anak
sendirian di suatu tempat
tanpa penjelasan
II.C.3 Menggunakan ancaman
sebagai hukuman tanpa
pemberanan
II.C.4 Ketika dua anak sedang
berkelahi, anak-anak
terlebih dahulu dihukum
lalu nanti setelahnya
ditanyakan
II.C.5 Lebih khawatir terhadap
perasaan sendiri daripada
perasaan anak
II.C.6 Ketika anak bertanya
kenapa, menjawab: karena
saya bilang begitu, atau
saya orang tuamu dan
saya mau kamu
melakukannya
D. Memberikan
Perintah
II.D.1 Memberitahu apa yang
harus anak lakukan
II.D.2 Meminta anak untuk
70
melakukan sesuatu
II.D.3 Menegur dan mengkritik
untuk membuat anak lebih
baik
II.D.4 Menegur atau mengkritik
ketika perilaku anak tidak
sesuai ekspektasi
I. Permissive
(Permisif)
A. Kurangnya Tindak
Lanjut
III.A.1 Menyatakan hukuman
pada anak dan tidak
terlaksana
III.A.2 Lebih sering mengancam
anak dengan hukuman
dibanding memberikan
hukuman tersebut
III.A.3 Memanjakan anak
III.A.4 Membiarkan anak ketika
membuat keributan
III.A.5 Melakukan hukuman
setelah anak bertindak
buruk
III.A.6 Menyuap anak dengan
hadiah agar menurut
B. Membiarkan
Perilaku Buruk
III.B.1 Mengizinkan anak untuk
menyela ucapan orang lain
III.B.2 Mengizinkan anak untuk
mengganggu orang lain
III.B.3 Mengabaikan perilaku
buruk anak
III.B.4 Menahan teguran dan/atau
kritik ketika anak bertindak
berlawanan dengan
keinginan orang tua
C. Kepercayaan Diri III.C.1 Terlihat percaya diri dalam
kemampuan mengasuh
anak.
III.C.2 Terlihat tidak yakin dalam
71
menyelesaikan perilaku
buruk anak
III.C.3 Susah untuk
mendisiplinkan anak
III.C.4 Menetapkan aturan yang
ketat untuk anak
III.C.5 Takut jika mendisiplinkan
anak jika bertindak buruk
akan membuat mereka
tidak menyukai orang
tuanya
Jumlah Butir 62
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orangtua Short Form
Sub-variabel Indikator Sebaran Butir
Pernyataan
I. Authoritative (Demokratis)
A. Kehangatan dan Keterlibatan
I.A.1. Memberikan pujian ketika anak berperilaku baik
I.A.2. Memberikan kenyamanan kepada anak dan memahami kondisi anak ketika bersedih
I.A.3. Responsif terhadap perasaan atau kebutuhan anak
I.A.4. Mengajak anak untuk bercerita tentang masalahnya
I.A.5. Memiliki waktu untuk mengakrabkan diri dengan anak
B. Pertimbangan/pengambilan Keputusan
I.B.1. Menjelaskan konsekuensi atas perilaku yang anak
72
lakukan I.B.2. Memberikan anak
penjelasan mengapa harus mematuhi peraturan
I.B.3. Mempertegas alasan dari sebuah peraturan
I.B.4. Membantu anak untuk mengerti dampak dari perilaku yang dilakukan dengan mengajak anak untuk berbicara tetang konsekuesi dari aksinya sendiri
I.B.5. Menjelaskan apa yang orangtua rasakan terhadap perilaku baik dan buruk anak
C. Partisipasi Demokratis I.C.1. Membuat rencana keluarga berdasarkan pilihan anak
I.C.2. Memperbolehkan anak untuk turut andil dalam membuat peraturan keluarga
I.C.3. Memahami keinginan anak sebelum memintanya untuk melakukan sesuatu
I.C.4. Mengajak anak untuk mengekspresikan dirinya dengan bebas bahkan ketika sedang tidak bersetuju dengan orangtua
D. Adaptif/Mudah Berbaur I.D.1. Menghargai opini anak dengan mengajak anak untuk mengekspresikannya
II. Authoritarian (Otoriter)
A. Perkataan Buruk II.A.1. Marah kepada anak II.A.2. Berteriak atau
membentak ketika anak
73
berperilaku buruk
B. Hukuman Fisik II.B.1. Menggunakan hukuman fisik sebagai cara untuk mendisiplinkan anak
II.B.2. Memukul anak ketika tidak patuh
II.B.3. Menampar anak ketika berperilaku buruk
II.B.4. Menarik anak ketika tidak patuh
C. Tanpa Pertimbangan/Strategi Hukuman
II.C.1. Menghukum dengan mengambil hak anak tanpa penjelasan
II.C.2. Menghukum dengan menempatkan anak sendirian di suatu tempat tanpa penjelasan
II.C.3. Menggunakan ancaman sebagai hukuman tanpa pemberanan
II.C.4. Ketika anak bertanya kenapa, menjawab: karena saya bilang begitu, atau saya orang tuamu dan saya mau kamu melakukannya
D. Memberikan Perintah II.D.1. Menegur dan mengkritik untuk membuat anak lebih baik
II.D.2. Menegur atau mengkritik ketika perilaku anak tidak sesuai ekspektasi
III. Permissive (Permisif)
A. Kurangnya Tindak Lanjut
III.A.1. Menyatakan hukuman pada anak dan tidak terlaksana
III.A.2. Lebih sering mengancam anak
74
dengan hukuman dibanding memberikan hukuman tersebut
III.A.3. Memanjakan anak III.A.4. Membiarkan anak
ketika membuat keributan
B. Kepercayaan Diri III.B.1. Susah untuk mendisiplinkan anak
Jumlah Butir 32
Instrumen penilaian ini terdiri dari 32 item pernyataan yang berbeda
yang dapat diisi oleh ayah atau ibu. Tiap item dinilai menggunakan jenis
skala Likert dengan 5 menunjukkan bahwa orangtua "Selalu Melakukan", 4
menunjukkan bahwa orangtua “Sering Melakukan”, 3 menunjukkan bahwa
orangtua “Kadang-kadang Melakukan”, 2 menunjukkan bahwa orangtua
“Jarang Melakukan”, dan 1 menunjukkan bahwa orang tua "Tidak Pernah
melakukan". Berikut adalah bagaimana kriteria dari masing-masing pola asuh
ditentukan.
a. Kriteria objektif pola asuh demokratis.
1. Skoring
a. Jumlah pertanyaan sebanyak 13 nomor
b. Pertanyaan yang diskoring mempunyai 5 pilihan jawaban
c. Masing- masing jawaban diberi skor, yang tertinggi = 5
dan terendah = 1
75
d. Skor tertinggi dari seluruh jawaban responden = jumlah
pertanyaan x skor jawaban tertinggi = 13 x 5 = 65
e. Skor terendah dari seluruh jawaban responden = jumlah
pertanyaan x skor jawaban terendah = 13 x 1 = 13
f. Skor antara = skor tertinggi – skor terendah (dari seluruh
jawaban responden) = 65 - 13 = 52
2. Kriteria Objektif
a. Kriteria objektif dibagi 2 kategori yaitu : otoriter dan tidak
otoriter.
b. Interval : skor antara/kategori = 52 / 2 = 26
c. Skor standar = 65 - 26 = 39
d. Jadi kriteria tersebut adalah :
1. Demokratis, bila skor jawaban responden ≥ 39
2. Tidak demokratis, bila skor jawaban responden < 39
b. Kriteria objektif pola asuh otoriter.
1. Skoring
a. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 nomor
b. Pertanyaan yang diskoring mempunyai 5 pilihan jawaban
c. Masing- masing jawaban diberi skor, yang tertinggi = 5
dan terendah = 1
76
d. Skor tertinggi dari seluruh jawaban responden = jumlah
pertanyaan x skor jawaban tertinggi = 12 x 5 = 60
e. Skor terendah dari seluruh jawaban responden = jumlah
pertanyaan x skor jawaban terendah = 12 x 1 = 12
f. Skor antara = skor tertinggi – skor terendah (dari seluruh
jawaban responden) = 60 – 12 = 48
2. Kriteria Objektif
a. Kriteria objektif dibagi 2 kategori yaitu : permisif dan tidak
permisif
b. Interval : skor antara/kategori = 48 / 2 = 24
c. Skor standar = 60 – 24 = 36
d. Jadi kriteria tersebut adalah :
1. Otoriter, bila skor jawaban responden ≥ 36
2. Tidak otoriter, bila skor jawaban responden < 36
c. Kriteria objektif pola asuh permisif.
1. Skoring
a. Jumlah pertanyaan sebanyak 5 nomor
b. Pertanyaan yang diskoring mempunyai 5 pilihan jawaban
c. Masing- masing jawaban diberi skor, yang tertinggi = 5
dan terendah = 1
77
d. Skor tertinggi dari seluruh jawaban responden = jumlah
pertanyaan x skor jawaban tertinggi = 5 x 5 = 25
e. Skor terendah dari seluruh jawaban responden = jumlah
pertanyaan x skor jawaban terendah = 5 x 1 = 5
f. Skor antara = skor tertinggi – skor terendah (dari seluruh
jawaban responden) = 25 – 5 = 20
2. Kriteria Objektif
a. Kriteria objektif dibagi 2 kategori yaitu : demokratif dan
tidak demokratif.
b. Interval : skor antara/kategori = 20 / 2 = 10
c. Skor standar = 25 – 10 = 15
d. Jadi kriteria tersebut adalah :
1. Permisif, bila skor jawaban responden ≥ 15
2. Tidak permisif, bila skor jawaban responden < 15
4) Uji Persyaratan Instrumen
Instrumen yang baik untuk dipakai sebagai alat penilaian data
harus memenuhi persyaratan tertentu. Sudjana menyatakan bahwa
suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik
apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu
ketepatannya atau validitasnya atau keajegannya atau
78
reliabilitasnya.9 Hal ini berarti alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitasnya.
a) Validitas Instrumen
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan
suatu instrument. Menurut Arikunto, Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan
suatu instrument10. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum instrument
digunakan maka perlu diketahui terlebih dahulu tingkat
kevalidannya dengan diujikan kepada sampel yang sejenis dengan
sampel penelitian.
Uji validitas yang dilakukan pada instrument angket, yakni
memilih item-item yang dapat digunakan dengan menguji korelasi
skor dari masing-masing item dengan skor total. Instrument ini
dinilai berdasarkan indikator dari variable penelitian yang
setelahnya dikonsultasikan dengan para ahli yang berwenang di
dalamnya termasuk dosen pembimbing skripsi. Rumus yang
digunakan untuk menguji tingkat validitas variable pola asuh
orangtua adalah menggunakan rumus product moment sebagai
berikut: 9 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) h.
35 10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka CIpta, 2005), h. 162
79
rxy =
} }
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Banyaknya data
∑X : Jumlah variabel X
∑Y : Jumlah variabel Y
∑XY : Jumlah perkalian antar skor X dan skor Y
∑X2 : Jumlah skor yang dikuadratkan pada variabel X
∑Y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan pada variabel Y
Setiap butir instrumen dikatakan valid jika rhitung>rtabel dengan
taraf signifikasi α = 0,05. Syarat bahwa butir soal dikatakan valid
adalah rhitung > rtabel maka butir dinyatakan drop atau tidak valid.
Butir soal yang valid akan digunakan atau dimasukkan ke dalam
instrumen yang akan diberikan kepada sampel. Sebaliknya, butir
soal yang sudah didrop tidak akan digunakan atau dimasukkan ke
dalam instrumen. Instrument penelitian ini sudah diuji coba terlebih
dahulu kepada sekolah yang memiliki persamaan yang
memungkinkan dengan sekolah yang ditujukan untuk penelitian ini.
Dari uji coba menggunakan 32 butir pernyataan telah drop 3 butir,
80
sehingga penelitian lanjutan di sekolah selanjutnya hanya
menggunakan 29 butir pernyataan.
b) Reliabilitas Instrumen
Perhitungan reliabilitas adalah syarat lain dalam mendapatkan
instrumen yang baik sebagai alat penelitian. Reliabilitas alat
penelitian adalah ketetapan atau keajegan alat penelitian tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya.11 Sebuah instrumen yang baik
akan bekerja secara konsisten dalam memberi penilaian dari apa
yang diukur. Hal ini berarti alat penelitian atau instrumen dapat
dikatakan reliabilitas ketika memberikan hasil pengukuran yang
tetap kapanpun alat tersebut digunakan.
Reliabilitas juga terkait dengan keterpercayaan suatu
instrumen. Arikunto menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada
satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik.12 Instrumen yang sudah dapat dipercaya akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya. Oleh karena itu suatu
instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut dapat dipercaya
sehingga data yang dihasilkan dapat dipercaya juga.
11
Nana Sudjana, op.cit., h.16 12
Suharsimi Arikunto, op.cit., h.221
81
Pengujian tingkat reliabilitas dalam instrumen ini
menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk
mencari realibilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0.
Rumus Alpha adalah sebagai berikut:13
r1 1= (
) (
)
Keterangan:
r1 1 = koefisien reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir angket
∑σb2 = jumlah varians butir
Σ2t = varians total
Hasil perhitungan koefisien reliabiitas kemudian
diinterprestasikan dengan tabel kriteria nilai r berikut ini:14
Tabel 3.5
Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat rendah
13
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 239 14
Ibid, h.319
82
Setelah melakukan validitas instrument dan menghitung
reliabilitasnya mendapatkan hasil r sebesar 0.978 yang mana
termasuk kedalam interpretasi reliabilitas yang tinggi.
b. Efikasi Diri
1) Definisi Konseptual
Efikasi diri adalah persepsi anak terkait dengan keyakinan akan
kemampuannya dalam menghadapi suatu situasi tertentu
berdasarkan hal yang dilakukannya secara terkontrol dengan
harapan mendapatkan hasil yang positif dengan tiga aspek dimensi
yang mempengaruhi efikasi diri anak yaitu level (taraf kesulitan
yang akan dihadapi), strength (kekuatan atau keyakinan anak
dalam menyelesaikan suatu situasi), dan generality (keadaan
umum suatu situasi).
2) Definisi Operasional
Efikasi diri adalah skor total dari persepsi anak terkait dengan
keyakinan akan kemampuannya dalam menghadapi suatu situasi
tertentu berdasarkan hal yang dilakukannya secara terkontrol
dengan harapan mendapatkan hasil yang positif dengan tiga aspek
dimensi yang mempengaruhi efikasi diri anak yaitu level (taraf
kesulitan yang akan dihadapi), strength (kekuatan atau keyakinan
83
anak dalam menyelesaikan suatu situasi), dan generality (keadaan
umum suatu situasi).
3) Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dipandang sebagai alat pengukur data
variabel yang diteliti. Hal ini diungkapkan oleh Sugiyono bahwa
instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.15 Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah non tes yaitu observasi
dan wawancara dengan guru kelas, yang peneliti letakkan pada
lampiran 14. Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
metode observasi dengan cara sistematis atau disebut juga
observasi sistematis. Arikunto menjelaskan bahwa observasi
sistematis adalah observasi yang dilakukan pengamat dengan
pedoman observasi berupa daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati dalam proses observasi pengamat
memberikan tanda pada kolom tempat peristiwa terjadi.16
Tahap-tahap penyusunan instrumen efikasi diri anak mengacu
pada kisi-kisi yang disusun berdasarkan definisi operasional
dengan memperhatikan aspek-aspek yang terkandung dalam teori-
teori yang berisi pernyataan-pernyataan efikasi diri anak. Untuk
15
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 57 16
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 312
84
memperoleh data tentang efikasi diri perlu disusun format
observasi. Format observasi diisi dengan memberikan tanda
checklist pada tiap indikator yang nampak pada responden yang
telah disediakan alternatif dari butir pernyataan dan pengamat
(observer) dapat memilih jawaban yang sekiranya cocok dengan
pengamatannya. Setiap item jawaban bernilai 1-5 sesuai dengan
tingkat jawabannya. Skala penilaian dalam mengukur data yang
diperoleh tentang efikasi diri anak melalui format observasi
menggunakan teknik kuantifikasi dimana setiap item pernyataan
terdapat lima pilihan jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang,
jarang dan tidak pernah.
Instrumen ini diadaptasi dari Children’s Self-Efficacy Scale
Questionnare milik Bandura17 sebagai acuan dalam
pembuatannya. Untuk mengadaptasi poin-poin dalam Children’s
Self-Efficacy Scale Questionnare menjadi sebuah instrument, perlu
melalui beberapa proses penerjemahan dari bahasa asli (Inggris)
ke bahasa Indonesia, kemudian kembali diterjemahkan kedalam
bahasa Inggris untuk menguji keabsahannya. Peneliti dibantu oleh
penerjemah dari Translatia Team dalam prosesnya, dan kemudian
17
Albert Bandura, Self-Efficacy Beliefs of Adolescents, (United States of America: Information Age Publishing, Inc., 2005) h. 326-327.
85
instrument yang sudah teradaptasi diuji oleh dosen uji ahli yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Dalam questionnaire ini jika disamakan dengan versi orisinil
terdapat beberapa hal yang kurang sesuai dengan keadaan di
sekolah-sekolah Indonesia pada umumnya, oleh sebab itu peneliti
menghilangkan beberapa item atas persetujuan dosen uji ahli.
Berikut ini dikemukakan tabel kisi-kisi instrumen format observasi
efikasi diri anak.
Tabel 3.6
Panduan Observasi Efikasi Diri Anak Usia 6-7 Tahun
Indikator Sebaran
Butir
Pernyataan
Generality II. 1. Anak dapat mempelajari matematika
II. 2. Anak dapat mempelajari IPA
II. 3. Anak dapat membaca, menulis, dan berbahasa
II. 5. Anak dapat mempelajari suatu Bahasa asing
II. 6. Anak dapat mempelajari bidang IPS
III. 2. Anak dapat berinisiatif untuk mempelajari sesuatu
ketika ada kegiatan yang menarik untuk dilakukan
III. 4. Anak dapat membuat catatan penting selama instruksi
pelajaran berlangsung
III. 6. Anak dapat menjadwalkan tugas-tugas sekolah
III. 7. Anak dapat mengorganisir tugas sekolah
III. 8. Anak dapat mengingat informasi yang telah
dipaparkan di dalam kelas maupun buku pelajaran
86
III. 9. Anak dapat mengatur tempat untuk belajar tanpa
adanya gangguan
III. 10. Anak dapat berinisiatif dalam mengerjakan setiap
tugas sekolah
IV. 5. Anak dapat melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk
melayani warga sekolah di dalam suatu organisasi
kepemimpinan
VI. 1. Anak dapat hidup dengan apa yang orang tua
harapkan dari dirinya
VI. 2. Anak dapat hidup dengan apa yang para guru
harapkan dari dirinya
VI. 3. Anak dapat hidup dengan apa yang teman-teman
sebaya harapkan dari dirinya
VI. 4. Anak dapat hidup dengan apa yang ia harapkan dari
diri sendiri
VII. 1. Anak dapat berteman dan memegang teguh
pertemanan dengan teman lawan jenis
VII. 2. Anak dapat berteman dan memegang teguh
pertemanan dengan teman sesama jenis
VII. 3. Anak dapat berinisiatif dalam melakukan berbagai
percakapan dengan orang lain
VII. 4. Anak dapat bekerja dengan baik dengan semua orang
yang terdapat di dalam suatu kelompok
IX. 3. Anak dapat membuat orang lain berhenti mengganggu
atau menyakiti perasaannya dengan tegas
IX. 4. Anak dapat bersikap tegas kepada seseorang yang
memintanya melakukan segala sesuatu yang tidak
masuk akal atau tidak menguntungkan
87
Strength I.1. Anak meminta guru untuk turut membantu ketika
merasa kebingungan dalam mengerjakan tugas-tugas
sekolah
I.2. Anak meminta temannya untuk turut membantu ketika
merasa kebingungan dalam mengerjakan tugas-tugas
sekolah
I.3. Anak meminta orang dewasa untuk turut membantu
ketika dilanda masalah-masalah sosial
I.4. Anak meminta teman atau rekan untuk turut
membantu ketika dilanda masalah-masalah sosial
V.1. Anak dapat menahan diri dari tekanan ajakan teman
sebaya untuk melakukan sesuatu yang dapat menarik
saya masuk ke dalam suatu masalah
V.2. Anak dapat menghentikan keinginan untuk bolos
sekolah apabila saya merasa bosan atau terganggu
V.3. Anak dapat menahan diri dari tekanan ajakan teman
sebaya untuk merokok
V.4. Anak dapat mengendalikan amarah
VIII.1. Anak dapat menyatakan pendapat apabila terdapat
teman sekelas yang tidak setuju dengan pendapatnya
VIII.2. Anak dapat membela diri ketika saya diperlakukan
secara tidak adil oleh orang lain
VIII.3. Anak dapat membuat orang lain berhenti mengganggu
atau menyakiti perasaannya dengan tegas
VIII.4. Anak dapat bersikap tegas kepada seseorang yang
memintanya melakukan segala sesuatu yang tidak
masuk akal atau tidak menguntungkan
IX.1. Anak dapat meminta orang tua untuk membantunya
88
dalam suatu permasalahan
IX.2. Anak dapat meminta kakak/adik untuk membantunya
dalam suatu permasalahan
Level III.1. Anak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum
masa tengat waktu
III.3. Anak dapat selalu fokus pada pelajaran-pelajaran
sekolah yang dipelajari selama jam pelajaran
berlangsung
III.5. Anak dapat menggunakan fasilitas yang tersedia di
dalam perpustakaan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan terkait tugas mata pelajaran
IV.1. Anak dapat mempelajari bidang olahraga dengan baik
IV.8. Anak dapat mempelajari hal-hal yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan olahraga beregu (seperti basket,
voli, renang, football, sepak bola)
Instrumen peneltian dibuat dalam bentuk tabel yang alternatif
jawabannya sudah disediakan dari butir pernyataan dengan model
skala Likert. Pengisian jawaban ditandai dengan tanda ceklist (√) pada
tiap butir pernyataan. Setiap butir pernyataan bernilai 1 sampai
dengan 5 sesuai dengan tingkat jawabannya dalam bentuk skala
interval. Skala interval instrumen dapat dilihat pada tabel berikut:
89
Tabel 3.7
Skala Instrumen Efikasi Diri Anak Usia 6-7 Tahun
Pilihan Jawaban Nilai
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1
4) Uji Persyaratan Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini perlu
diukur tingkat validitas dan realibilitasnya agar data yang dihasilkan
benar-benar valid dan reliabel. Arikunto menggungkapkan bahwa
instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting
yaitu valid dan reliabel.18 Hal ini menjadi suatu persyaratan lazim,
karena bermutu tidaknya hasil penelitian yang ditentukan oleh
kedua syarat ini.
a) Validitas Instrumen
Pengujian validitas merupakan salah satu syarat penting
dalam pembuatan instrumen penelitian yang baik. Validitas
berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep
yang dinilai sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya
dinilai.19 Pengujian validitas ditujukan untuk mengetahui tingkat
18
Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal 144 19
Nana Sudjana, loc.cit.
90
kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid akan
menghasilkan gambaran dari aspek yang diukur. Hal ini
mengacu pada pendapat Sukmadinata yang menyatakan
bahwa validitas instrumen menunjukkan bahwa validitas
instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran
menggambarkan aspek yang diukur.20 Oleh karena itu
instrumen yang akan digunakan dibuat berdasarkan indikator
dari variabel penelitian yang kemudian dikonsultasikan kepada
pembimbing skripsi untuk mendapatkan saran, koreksi, dan
pertimbangan.
Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis butir instrumen dan membandingkan rhitung dengan
rtabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh
Pearson. Rumus product moment adalah sebagai berikut:21
rxy =
} }
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Banyaknya data
20
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 228 21
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 72
91
∑X : Jumlah variabel X
∑Y : Jumlah variabel Y
∑XY : Jumlah perkalian antar skor X dan skor Y
∑X2 : Jumlah skor yang dikuadratkan pada variabel X
∑Y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan pada variabel Y
Setiap butir instrumen dikatakan valid jika rhitung>rtabel
dengan taraf signifikasi α = 0,05. Syarat bahwa butir soal
dikatakan valid adalah rhitung > rtabel maka butir dinyatakan drop
atau tidak valid. Butir soal yang valid akan digunakan atau
dimasukkan ke dalam instrumen yang akan diberikan kepada
sampel. Sebaliknya, butir soal yang sudah didrop tidak akan
digunakan atau dimasukkan ke dalam instrumen. Instrumen ini
sudah diuji cobakan kepada salah satu sekolah yang sistem
pembelajarannya mendekati atau menyerupai dengan sekolah
yang dituju untuk melakukan penelitian ini dengan hasil dari 48
butir soal yang divalidasi dan drop 24 butir soal, sehingga 24
butir lainnya dapat digunakan dalam pengambilan data
selanjutnya.
b) Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas berhubungan dengan hasil pengukuran.
Realibilitas menunjukan bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrument
92
tersebut sudah baik. Melalui pengujian tingkat reliabilitas
sebuah instrument maka akan didapat sebuah instrument yang
baik dan mampu menghasilkan data yang dipercaya. Pengujian
tingkat reliabilitas dalam instrumen ini menggunakan rumus
alpha. Rumus alpha adalah sebagai berikut:22
r11 =
Keterangan:
r = koefisien reliabilitas instrument
k = banyaknya butir soal
∑Si2 = jumlah varians butir
St2 = varians total
Untuk mengetahui besarnya koefisien reliabilitas dapat dilihat
pada tabel interpretasi nilai r di bawah ini:
Tabel 3.8 Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat rendah
22
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.239
93
Setelah melakukan validitas instrument dan menghitung
reliabilitasnya mendapatkan hasil r sebesar 0.900 yang mana
termasuk kedalam interpretasi reliabilitas yang tinggi.
F. Teknik Analisis Data
Untuk penelitian dengan pendekatan kuatitatif, maka teknik analisis
data ini berkenan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan.23 Data-data tersebut
dianalisis dengan beberapa tahapan, antara lain:
1. Statistik Deskriptif
Salah satu teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah suatu
teknik pengolahan data yang tujuannya untuk menggambarkan dan
menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik
kesimpulan atas populasi yang diamati.24 Statistik deskriptif tidak
berupaya membuat kesimpulan dari populasi yang diamati tetapi
hanya sekedar melakukan penggambaran data dan analisis
kelompok data yang diolah. Statistik deskriptif ini dilakukan dengan
mengolah data awal untuk mencari rata-rata, median, modus,
23
Sugiyono, op.cit., h. 307. 24
Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin Abdul Jabbar, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 143.
94
simpangan baku, nilai maksimum dan minimum yang dijelaskan
dalam deskriptif data.
2. Statistik Inferensial
Pada penelitian ini diperlukan pula teknik analisis data yaitu
inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya digunakan
untuk populasi.25 Pada statistik inferensial terdapat pula dua jenis
statistik, namun jenis statistik yang digunakan adalah statistik
parametris. Penggunaan statistik parametris memerlukan syarat
antara lain data harus berdistribusi normal dan homogen.26 Dengan
demikian dilakukan pengujian normalitas dan pengujian
homogenitas seperti berikut ini:
a. Pengujian Pesyaratan Analisis
1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah salah satu proses pengujian
statistik yang penting dalam menganalisis data penelitian. Uji
normalitas dilakukan untuk mengadakan pengujian terhadap
normal atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis.27
Pengujian normalitas pada penelitian ini dilakukan melalui uji
Kolmogrov-Smirnov mengunakan program SPSS.
25
Sugiyono, op.cit., h. 148 26
Sugiyono, op.cit., h145 27
Suharsimi Aikunto, op.cit., h.301
95
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat homogen
tidaknya sampel dari kelompok penelitian. Uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan uji F(Fisher) pada taraf
signifikansi α= 0,05 sebagai berikut:28
Keterangan :
Fhitung = Persamaan dua varians
Varianterbesar = Varian terbesar dari hasil penelitian
Varianterkecil = Varian terkecil dari hasil penelitian
3) Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah data tersebut berdistribusi
secara normal. Uji hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis varian 1 arah (one way –
anova). Asumsi kenormalan distribusi member penjelasan
terhadap karakteristik data setiap kelompok. Asumsi adanya
homogenitas varian menjelaskan bahwa varian dalam
masing-masing kelompok dianggap sama, sedangkan
asumsi bebas menjelaskan bahwa variansi masing-masing
28
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 249
96
terhadap rata-ratanya pada setiap kelompok bersifat saling
bebas.
Statistic Anova satu arah dilakukan untuk menguji
hipotesis nol (Ho) apakah diterima yang berarti tidak terdapat
pengaruh antara variable pola asuh orangtua dengan efikasi
diri anak usia 6-7 tahun dan apakah ditolak yang berarti
terdapat pengaruh antara pola asuh orangtua dengan efikasi
diri anak usia 6-7 tahun. Ho dapat dikatakan diterima jika
Fhitung< Ftabel yang artinya terdapat pengaruh antara
variable pola asuh dengan efikasi diri anak usia 6-7 tahun,
sedangkan Ho ditolak jika Fhitung>Ftabel yang artinya tidak
terdapat pengaruh antara pola asuh orangtua terhadap
efikasi diri anak usia 6-7 tahun. Kemudian setelahnya di uji
kembali perkelompok guna mencari perbedaan dari masing-
masing kelompok efikasi diri anak usia 6-7 tahun dengan
pola asuhnya dengan uji t sampel berpasangan.
Hipotesis statistika yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. H0 : µd = µo = µp
H1 : bukan H0
2. H0 : µo ≥ µd
97
H1 : µo < µd
3. H0 : µd ≤ µp
H1 : µd > µp
4. H0 : µo ≥ µp
H1 : µp < µo
Keterangan:
H0 = Hipotesis nol
H1 = Hipotesis alternatif
µo = Rata-rata pola asuh orang tua otoriter terhadap
efikasi diri anak usia 6-7 tahun
µd = Rata-rata pola asuh orang tua demokratis terhadap
efikasi diri anak usia 6-7 tahun
µp = Rata-rata pola asuh orang tua permisif terhadap
efikasi diri anak usia 6-7 tahun
Hipotesis nol (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap efikasi diri
anak usia 6-7 tahun. Apabila hipotesis nol ditolak, maka
hipotesis alternatif (H1) diterima yang artinya terdapat
pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap efikasi diri
anak usia 6-7 tahun.
98
Berikut ini adalah langkah-langkah bagaimana
mengunakan anova satu arah:
1. Menghitung jumlah kuadrat untuk sumber variasi
dengan rumus:
∑Yi2 = ∑Yi2 -
2. Mencari jumlah kuadrat total
JK(T) =
3. Mencari Jumlah Kuadrat Antar JK (A)
JK(A) =
-
4. Jumlah kuadrat dalam JK (D)
JK (D) = ∑Yt2 -
-
5. Menentukan derajat bebas
db (T)= nt-1 db (D) = nt - na
db (A)= na-1
6. Menentukan rata-rata jumlah kuadrat(RJK)
RJK (A) =
RJK (D) =
7. Menentukan Fhitung
Fhitung =