bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id i pendahuluan.pdfbagi manusia. menurut...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial artinya bahwa dalam hidupnya manusia hidup berdampingan satu sama lain. Manusia juga selalu membutuhkan sesamanya. Selain itu, manusia juga harus hidup dalam suatu kolektif. Salah satu bentuk kolektif manusia adalah keluarga. Haviland (1985:74) menyebutkan keluarga telah lama dipandang sebagai sesuatu yang mutlak dan menentukan, dan merupakan lembaga sosial inti. Lingkungan keluarga menjadi ruang pertama berkembangnya suatu budaya. Pembentukan keluarga diawali dengan perkawinan. Teori hirearki kebutuhan hidup manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menunjukkan perkawinan sebagai salah satu kebutuhan dasar (the basic needs) bagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), salah satunya seks. Manusia juga memiliki kebutuhan akan rasa kasih sayang (need to belong and to love) yang merupakan tahap adanya kebutuhan mencintai dan dicintai. Kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi melalui perkawinan. Haviland (1985:77) menjelaskan perkawinan dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi dan kontrak yang sah dan resmi antara seorang wanita dan seorang pria yang mengukuhkan hak mereka yang tetap untuk berhubungan seksual satu sama lain dan yang menegaskan bahwa si wanita yang bersangkutan sudah memenuhi syarat untuk melahirkan anak. Selanjutnya, Goodenough dalam Keesing (1981:6) merangkum pemikiran-pemikiran umum tentang perkawinan. Secara karakteristik perkawinan itu bukan hubungan antara individu akan tetapi suatu kontrak antarkelompok (sering, antarkorporasi). Maka dari itu, perkawinan juga menghubungkan keluarga yang berbeda dan melahirkan keluarga inti yang baru. Hubungan yang terjalin oleh kontrak perkawinan dapat berlangsung terus

Upload: phunghanh

Post on 22-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial artinya bahwa dalam hidupnya manusia

hidup berdampingan satu sama lain. Manusia juga selalu membutuhkan

sesamanya. Selain itu, manusia juga harus hidup dalam suatu kolektif. Salah satu

bentuk kolektif manusia adalah keluarga. Haviland (1985:74) menyebutkan

keluarga telah lama dipandang sebagai sesuatu yang mutlak dan menentukan, dan

merupakan lembaga sosial inti. Lingkungan keluarga menjadi ruang pertama

berkembangnya suatu budaya.

Pembentukan keluarga diawali dengan perkawinan. Teori hirearki

kebutuhan hidup manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow

menunjukkan perkawinan sebagai salah satu kebutuhan dasar (the basic needs)

bagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia

yang paling mendasar dan esensial adalah kebutuhan fisiologis (physiological

needs), salah satunya seks. Manusia juga memiliki kebutuhan akan rasa kasih

sayang (need to belong and to love) yang merupakan tahap adanya kebutuhan

mencintai dan dicintai. Kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi melalui

perkawinan.

Haviland (1985:77) menjelaskan perkawinan dapat didefinisikan sebagai

suatu transaksi dan kontrak yang sah dan resmi antara seorang wanita dan seorang

pria yang mengukuhkan hak mereka yang tetap untuk berhubungan seksual satu

sama lain dan yang menegaskan bahwa si wanita yang bersangkutan sudah

memenuhi syarat untuk melahirkan anak. Selanjutnya, Goodenough dalam

Keesing (1981:6) merangkum pemikiran-pemikiran umum tentang perkawinan.

Secara karakteristik perkawinan itu bukan hubungan antara individu akan tetapi

suatu kontrak antarkelompok (sering, antarkorporasi). Maka dari itu, perkawinan

juga menghubungkan keluarga yang berbeda dan melahirkan keluarga inti yang

baru. Hubungan yang terjalin oleh kontrak perkawinan dapat berlangsung terus

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

2

meskipun salah satu dari pasangannya meninggal (atau bahkan keduanya sudah

meninggal).

Dua bentuk perkawinan yang berkaitan dengan pemilihan pasangan yaitu

eksogami (exogamy) dan endogami (endogamy). Eksogami adalah perkawinan

antara anggota suatu kelompok dengan orang di luar kelompok atau di luar

lingkungan kerabat sendiri. Batasan eksogami meliputi pemilihan pasangan di luar

batas keluarga batih, di luar batas marga dan di luar batas desa. Sebaliknya,

endogami adalah perkawinan antara anggota suatu kelompok dengan anggota

kelompok yang sama atau perkawinan di lingkungan sendiri. Batasan endogami

meliputi pemilihan pasangan di dalam lingkungan desa, di lingkungan komunitas

dan di dalam suku, marga dan lain-lain (Hasjir, 1984:115).

Umumnya setiap suku bangsa menganut salah satu bentuk perkawinan

baik eksogami maupun endogami. Namun, pada dasarnya setiap suku bangsa

mengharapkan pasangan dari suku bangsa yang sama demi menjaga kemurnian

sukunya. Pemilihan pasangan juga bergantung pada agama yang dianut. Masing-

masing agama tentu mengajarkan pemeluknya untuk mengawini pasangan yang

beragama sama. Hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia mengembalikan

aturan perkawinan kepada masing-masing warganya sesuai dengan adat istiadat

kesukuan dan agama. Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 2 ayat 1 UU No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi, “Perkawinan adalah sah, apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”.

Negara Indonesia terdiri atas 1340 suku bangsa (Sensus Penduduk 2010

Badan Pusat Statistik) dan mengakui enam agama, yaitu Hindu, Buddha, Islam,

Kristen, Katolik dan Kong Hu Cu. Masdiana Damanik dalam situs

http://masdampsi.wordpress.com (diakses 18 Desember 2014) menerangkan pada

mulanya masing-masing suku bangsa masih menetap bersama-sama di daerah

asalnya. Perkembangan zaman menyebabkan banyak orang merantau keluar

daerah asal untuk mencari pekerjaan atau menuntut ilmu. Kehidupan multikultural

mendorong pertemuan orang-orang dari berbagai suku bangsa yang dapat terjadi

di mana saja; misalnya sekolah, kampus, tempat kerja, tempat rekreasi, dan

tempat ibadah. Pertemuan dengan lawan jenis yang berbeda suku bangsa juga tak

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

3

terhindarkan. Inilah yang menjadi awal mula terjadinya perkawinan campur atau

amalgamasi. Wilayah persebaran penduduk pendatang seperti Pulau Jawa dan

Bali memiliki potensi terjadinya amalgamasi.

Data Sensus Penduduk 2010 oleh Badan Pusat Statistik kepadatan

penduduk tertinggi terdapat di Pulau Jawa dengan jumlah penduduk 136.610.590

orang. Hal ini disebabkan oleh sentralisasi pemerintah yang berada di Pulau Jawa.

Sehingga, banyak penduduk pendatang yang berbondong-bondong ke berbagai

wilayah di Pulau Jawa untuk mengais rezeki.

Wilayah lain yang turut menjadi persebaran penduduk pendatang adalah

Provinsi Bali. Kebanyakan pendatang berasal dari Pulau Jawa. Bali menjadi

pilihan terdekat akibat tingginya kepadatan penduduk di Pulau Jawa. Situs

http://beritabali.com (diakses 15 Februari 2014) menghimpun data yang

menunjukkan peningkatan jumlah penduduk pendatang ke Bali. Tahun 2012

jumlah penduduk yang masuk ke Bali melalui pelabuhan Gilimanuk sebanyak

4173 orang. Kemudian, hingga bulan Juni 2013 ada 2297 orang penduduk

pendatang yang masuk ke Bali.

Bali dihuni oleh suku bangsa Bali. Suku bangsa Bali juga tersebar di

daerah lain di Indonesia akibat adanya transmigrasi, seperti Pulau Sumatera dan

Sulawesi. Namun, suku bangsa Bali masih tetap mendominasi di Provinsi Bali

dengan mempertahankan bahasa, tradisi, kepercayaan dan agama Hindu.

Berdasarkan kesukuan dan agama, orang Bali menjadi kaum minoritas di

Indonesia. Data Sensus Penduduk Tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah

penduduk yang menganut agama Hindu di Indonesia sebanyak 4.012.116 orang.

Data tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah penduduk yang

menganut agama Islam di Indonesia yaitu sebanyak 207.175.162 orang.

Perbandingan data tersebut menjelaskan adanya kesenjangan jumlah penduduk

yang menganut agama Hindu dan Islam sebesar 1 : 50. Penduduk beragama Hindu

paling banyak berada di Provinsi Bali, sedangkan penduduk beragama Islam

dominan berada di Pulau Jawa.

Wilayah yang berdekatan dan sama-sama menjadi persebaran penduduk

pendatang tentu memicu interaksi sosial hingga hubungan perkawinan antara

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

4

orang Jawa dan Bali. Latar belakang budaya dan agama acap kali menjadi batu

sandungan amalgamasi di antara orang Jawa dan Bali, terutama amalgamasi

agama Hindu dan Islam. Keduanya memiliki aturan perkawinan yang

mengharuskan adanya kesamaan agama dan suku bangsa.

Perkawinan bagi orang Bali merupakan suatu proses seseorang menuju

tingkatan yang lebih tinggi. I Gusti Ngurah Bagus (2007:294) mengungkapkan

perkawinan merupakan suatu saat yang amat penting dalam kehidupan orang Bali,

karena saat itulah ia menjadi warga penuh dan memperoleh hak-hak dan

kewajiban-kewajiban seorang warga komuniti dan warga kelompok kerabat.

Perkawinan adat di Bali bersifat endogami klen. Perkawinan sedapat mungkin

dilakukan di antara warga se-klen, atau setidak-tidaknya antara orang-orang yang

dianggap sederajat dalam kasta.

Keturunan dalam sistem kekerabatan orang Bali diperhitungkan secara

patrilineal (purusa), dan menjadi warga dari dadia si suami dan mewarisi harta

pusaka dari klen itu (Bagus, 2007:295). Dalam keluarga, sang ayah berperan

sebagai kepala keluarga serta perantara dalam penentuan nasib. Menurut adat

kebiasaan di beberapa negara menurut hukum, ia menguasai sumber-sumber

ekonomi keluarga. Hal yang paling utama adalah fungsinya sebagai pengadilan

tertinggi dalam mendisiplinkan anak-anak. Sehubungan dengan itu, maka

hubungannya dengan anak-anaknya, serta kerabatnya dari garis samping berlainan

sekali dari hubungan istrinya dengan mereka itu. Di luar rumah, dialah biasanya

yang berbicara atas nama kelompok; sedangkan di dalam rumah tangga khususnya

terhadap anak-anaknya, peranan sang isteri lunak dan lebih lembut tentunya

dengan mengingat perbedaan wajah ibu tersebut (Herskovits, 1996:85).

Perkawinan adat Bali dapat berlangsung jika kedua mempelai telah

beragama Hindu. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama IBG Yudha Triguna

menyatakan, pernikahan beda agama tidak sesuai dengan ajaran agama Hindu.

Jika ada umat Hindu melakukan pernikahan dengan calon yang berbeda agama,

maka terlebih dahulu calonnya tersebut wajib melaksanakan Suddhi-Wadani

(http://www.republika.co.id/ diakses 2 Januari 2015). I Made Titib (1997:19)

menyatakan upacara Suddhi-Wadani bertujuan untuk mengesahkan seseorang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

5

untuk menjadi penganut atau pemeluk agama Hindu. Bila seseorang telah

melaksanakan upacara Suddhi-Wadani maka yang bersangkutan hendaknya

melaksanakan swadharma atau tugas dan kewajiban sebagai umat Hindu.

Kepadanya diberlakukan pula hukum agama (hukum Hindu), misalnya seorang

gadis karena keinginannya sendiri, yang dilandasi hati yang tulus ikhlas, setelah

mengenal ajaran agama Hindu, menyatakan diri memeluk agama Hindu,

selanjutnya oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia yang terdekat berkewajiban

untuk mengambil prakarsa untuk melaksanakan upacara Suddhi-Wadani bagi

yang bersangkutan.

Perkawinan menurut agama Islam adalah ikatan lahir batin antara seorang

laki-laki dan perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai

suami istri yang dengan memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan syariat

Islam (Sholikhin, 2010:179). Perkawinan yang dikehendaki adalah perkawinan

dari pasangan yang beragama Islam. Hal tersebut tercermin dalam Al-Quran, pada

surat Al-Baqarah [2]:221, “…dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita

musyrik sebelum mereka beriman.” Moh. Quraish Shihab (1998:197),

berpendapat bahwa ayat tersebut berarti pula pada wanita Islam hendaknya kawin

dengan pria yang beragama sama. Larangan perkawinan antarpemeluk agama

yang berbeda itu agaknya dilatarbelakangi oleh harapan akan lahirnya sakinah

dalam keluarga. Perkawinan baru akan langgeng dan tenteram jika terdapat

kesesuaian pandangan hidup antarsuami dan istri, karena jangankan perbedaaan

agama, perbedaan budaya, atau bahkan perbedaan tingkat pendidikan antara suami

dan istri pun tidak jarang mengakibatkan kegagalan perkawinan.

Di Bali, perkawinan antara pria Hindu dan wanita Islam maka upacara

dilaksanakan menurut tata cara suku bangsa Bali dan agama Hindu. Wanita ini

juga patut menjalankan tradisi sebagai orang Bali termasuk beragama Hindu.

Sebagai wanita Bali, ia diharapkan menjadi ibu yang akan mendidik anak-

anaknya sesuai dengan tradisi dan agama yang dianut keluarga suami. Dalam

lingkup masyarakat, ia juga diharapkan aktif dalam organisasi sosial di banjar dan

desa pakraman baik di wilayah tempat tinggal atau wilayah asal suami. Kehidupan

baru ini tentu menimbulkan lebih banyak tantangan dan tekanan. Tapi inilah yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

6

disebut proses adaptasi. Jika tak kuat melewati prosesnya, maka perkawinan tak

akan langgeng.

Kesulitan dalam melewati proses adaptasi ini memang wajar, karena ada

perbedaan kebiasaan sebelum dan sesudah kawin. Manusia lahir di dalam

lingkungan keluarga yang menganut tradisi tertentu. Kebiasaan sudah terbentuk

sejak lahir hingga menginjak remaja. Karl Mannheim dalam Soekanto (1985:10)

menjabarkan kebiasaan sebagai pola perilaku yang tidak diwariskan, namun

merupakan hasil pengalaman. Pada dasarnya kebiasaan berisi pola perilaku

sederhana yang bersifat naluriah. Pengulangan pola perilaku akan membentuk

rasa terikat antar pelaku kebiasaan.

Manusia juga meyakini agama yang dianut bersama-sama dengan

keluarga. Manusia merasakan agama sebagai suatu getaran orang yang

mengandung rasa terikat, rasa bakti, rasa cinta dan sebagainya. Agama merupakan

salah satu unsur kebudayaan yang paling sulit untuk diubah. Jika terjadi

perkawinan yang berlatar perbedaan agama, maka salah satu mempelai harus

pindah agama atau konversi agama. Secara etimologi ‘konversi’ berasal dari kata

Latin conversio atau dalam bahasa Inggris conversion yang berarti masuk agama

atau pindah agama. Dalam pengertian yang luas, konversi merupakan suatu

tindakan seseorang atau kelompok mengadakan perubahan mendalam mengenai

pengalaman dan tingkat keterlibatannya pada suatu hal (Hendropuspito, 1983:79).

Jika disandingkan dengan ‘agama’, maka konversi agama berarti suatu tindakan

seseorang atau kelompok masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau

perilaku yang berbeda dengan kepercayaan sebelumnya.

Konversi agama terasa sulit dilakukan karena adanya tekanan bagi

seseorang yang melakukannya dan anggapan umum masyarakat. Hal ini

ditegaskan oleh Durkheim dalam Koentjaraningrat (1981:224) pada Teori

Sentimen Kemasyarakatan. Aktivitas religi tidak hanya terjadi pada individu

tetapi secara kolektif dalam bentuk masyarakat. Belum lagi tradisi baru dalam

etnis yang berbeda dari sebelumnya juga akan menimbulkan tekanan.

Amalgamasi antara pria Hindu dan wanita Islam memang penuh tantangan

dan tekanan. Namun, hal ini bukan berarti amalgamasi keduanya cenderung gagal.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

7

Di Bali, masih banyak pasangan amalgamasi utamanya pasangan pria Hindu dan

wanita Islam. Usia perkawinannya pun telah melewati sepuluh tahun. Hal ini

berarti wanita itu telah melewati proses adaptasi menjadi orang Bali. Terlebih lagi

orang Bali masih mempertahankan tradisi leluhur yang sinkretis dengan agama

Hindu.

Orang Bali yang melakukan perkawinan memang mendaftarkan diri ke

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Tapi, pencatatan hanya dilakukan bagi

orang Bali yang telah masuk agama Hindu saja. Tidak ada data yang

menggambarkan jumlah perkawinan amalgamasi di Bali, khususnya perkawinan

pasangan Hindu-Islam. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan metode

studi kasus yang dilakukan di Provinsi Bali. Creswell dalam Raco (2010:49)

mendefinisikan studi kasus sebagai suatu eksplorasi dari sistem-sistem yang

terkait (bounded system) atau kasus.

Para informan dalam studi kasus ini adalah wanita yang berasal dari

Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, menganut agama Islam dan melakukan

perkawinan dengan pria Hindu di Bali lebih dari sepuluh tahun. Acuan pemilihan

informan menggunakan indikator, yaitu asal daerah, tingkat pendidikan, warna

suami, pekerjaan dan usia perkawinan. Ada empat informan yang dipilih dengan

memperhatikan lima indikator tersebut.

Informan pertama ialah Dian Puspita Sari berasal dari Kota Solo, Provinsi

Jawa Tengah dan telah menyelesaikan pendidikan SMEA di Surabaya. Ia kawin

dengan pria Bali asal Kabupaten Karangasem, I Made Sumadi (warna jaba atau

Sudra) sejak tahun 2000 (usia perkawinan 15 tahun). Dian telah mengundurkan

diri dari bagian sirkulasi di Harian Pos Bali sejak tahun 2014. Kini, Dian hanya

menjadi ibu rumah tangga. Dian menetap bersama suami dan tiga anaknya di

Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Informan kedua ialah Nanik Eka Subaryanti berasal dari Kota Madiun,

Provinsi Jawa Timur. Ia kawin dengan pria Bali asal Kelurahan Peguyangan, Kota

Denpasar, Anak Agung Putu Gede Wisnawa (warna Ksatria) sejak tahun 1992

(usia perkawinan 23 tahun). Keduanya menetap bersama keempat anaknya di

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

8

sekitar Puri Peguyangan, Kota Denpasar. Pendidikan terakhirnya adalah SMA.

Sehari-hari Nanik membuka usaha binatu di rumahnya.

Informan ketiga ialah Oktoviani Triganevianti berasal dari Kota

Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Ia kawin dengan pria Bali asal Kabupaten

Buleleng, Gusti Bagus Sumertana (warna Waisya) sejak tahun 1989 (usia

perkawinan 26 tahun). Pendidikan terakhirnya adalah S1 Kurikulum dan

Teknologi Pendidikan di IKIP Yogyakarta. Kini, mereka menetap di Desa

Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Informan keempat ialah Sri Wahjuni berasal dari Pulau Madura, Provinsi

Jawa Timur. Ia kawin dengan Ida Bagus Putra Manuaba asal Kabupaten

Klungkung (warna Brahmana) sejak tahun 1983 (usia perkawinan 32 tahun). Ibu

dua anak ini menyelesaikan pendidikan Doktor di Universitas Udayana dan

sekarang menjadi dosen di kampus almamaternya, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Saat ini mereka menetap di Kota Denpasar.

Penelitian tentang perkawinan amalgamasi sudah beberapa kali dilakukan.

Namun, penelitian seputar proses adaptasi dalam perkawinan seperti ini jarang

diteliti, terutama perkawinan wanita Islam dan pria Hindu di Bali. Berdasarkan

pemaparan di atas, penelitian amalgamasi antara wanita Islam dan pria Hindu di

Bali menjadi menarik untuk diteliti, terutama strategi adaptasi beserta dampaknya.

Para informan yang telah mengarungi biduk rumah tangga lebih dari sepuluh

tahun ini telah mampu beradaptasi. Adaptasi membantu manusia untuk

menyesuaikan atau menyelaraskan kembali kehidupannya sehingga dapat berjalan

sesuai dengan lingkungan baru yang dihadapi (Triyanto, 2010:154). Dalam proses

adaptasi, masing-masing informan tentu memiliki ceritanya sendiri berdasarkan

latar belakang hidup mereka.

Para informan juga harus berinteraksi dengan keluarga suami dan

berperilaku selayaknya orang Bali. Banyak kisah etnografi yang menarik untuk

menjabarkan proses ia beradaptasi. Proses adaptasi yang dijalani juga akan

menimbulkan dampak terhadap kehidupan para informan. Permasalahan tersebut

kemudian akan diramu sebagai studi kasus dengan penjabaran life history masing-

masing informan dalam penelitian ini.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

9

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana wanita Islam yang kawin dengan pria Hindu di Bali

beradaptasi terhadap kehidupan keluarga suami?

2. Bagaimana dampak adaptasi yang dilakukan wanita itu dalam

kehidupannya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk memahami proses adaptasi wanita Islam yang kawin dengan pria

Hindu di Bali terhadap kehidupan keluarga suami.

Untuk mengetahui dampak adaptasi wanita itu dalam kehidupannya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori dan merupakan salah satu

syarat pelengkap untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) Program Studi

Antropologi, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana.

Manfaat Praktis

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian-

kajian antropologi.

Studi kasus perkawinan amalgamasi yang berkaitan dengan proses

adaptasi wanita terhadap keluarga suaminya.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

10

1.4 Kerangka Teori dan Konsep

1.4.1 Kerangka Teori

Teori Adaptasi

Prasetijo (2008) menyatakan konsep adaptasi datang dari dunia

biologi. Ada 2 poin penting yaitu evolusi genetik yang berfokus pada umpan

balik dari interaksi lingkungan dan adaptasi biologi yang berfokus pada

perilaku dari organisme selama hidupnya, di mana organisme tersebut

berusaha menguasai faktor lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan level

gerak yang terus-menerus.

Adaptasi mencakup dua hal, yaitu menyesuaikan diri terhadap

lingkungan dan menyesuaikan lingkungan terhadap dirinya sendiri. Dalam

biologi, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam sebagai tempat

tinggal makhluk hidup. Bentuk lingkungan adalah lingkungan secara fisik

terlihat atau kasat mata. Pada perkembangan berikutnya, ilmu-ilmu sosial juga

menggunakan istilah adaptasi. John William Bennett dalam bukunya The

Ecological Transition: Cultural Anthropology and Human Adaptation

(1976:2) menyebutkan masyarakat dengan fenomena sosialnya juga

merupakan bagian dari lingkungan dan menjadi pengaruh bagi perilaku

manusia dan institusi.

Bennett menggunakan tiga konsep kunci untuk membahas dan

memahami dinamika kehidupan manusia dalam beradaptasi dengan

perubahan lingkungan, yaitu “perilaku adaptif”, “tindakan strategis” dan

“strategi adaptif” (Dhana, 1993:19). Perilaku adaptif merupakan bentuk-

bentuk perilaku yang menunjukkan penyesuaian cara-cara mencapai tujuan,

melakukan pilihan-pilihan dan menolak dalam melakukan tindakan atau

keterlibatan, dengan maksud untuk beradaptasi. Sedangkan tindakan strategis

merupakan tindakan-tindakan yang khusus direncanakan untuk menyelesaikan

upaya penyesuaian demi tercapainya kemajuan-kemajuan yang merupakan

tujuan dalam proses pemanfaatan sumber daya. Kemudian, konsep startegi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

11

adaptif mengacu lebih khusus pada tindakan-tindakan yang dipilih oleh

manusia dalam proses pengambilan keputusannya, karena keberhasilannya

telah dapat diprediksinya (Dhana, 1993:20).

Kaplan dan Manners (2002:114) melihat suatu budaya yang sedang

bekerja, dan menganggap bahwa warga budaya itu telah melakukan semacam

adaptasi terhadap lingkungannya secara berhasil baik. Jika tidak demikian,

budaya niscaya sudah lenyap dan kalaupun ada peninggalannya itu hanya akan

berupa kenangan arkeologis tentang kegagalan budaya itu beradaptasi.

Penelitian ini akan mengungkap strategi adaptasi wanita Islam dalam

lingkungan keluarga suaminya. Ketika mereka mampu melakoni peran

sebagai orang Bali dengan baik maka dianggap telah berhasil melakukan

adaptasi, melestarikan bentuk-bentuk budaya Bali.

1.4.2 Kerangka Konsep

Adaptasi

Saat seseorang masuk ke dalam lingkungan yang baru, secara alamiah

dirinya sendiri akan melakukan perubahan untuk menyesuaikan diri. Setiap

orang tidak akan melewati proses yang sama karena bergantung pada

pandangan hidup. Konsep ini disebut dengan adaptasi. Bennett dalam Triyanto

(2010:154) menjelaskan bahwa adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam

arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan

lingkungannya; atau sebaliknya manusia belajar agar lingkungan yang

dihadapi dapat disesuaikan dengan keinginan dan tujuannya.

Penelitian ini membicarakan cara wanita Islam melakukan

penyesuaian dengan lingkungan budaya yang berbeda dari sebelumnya.

Dalam usaha adaptasinya, wanita tersebut berupaya untuk mempertahankan

hidup dalam situasi yang baru dialaminya. Wanita ini tidak hanya

menyesuaikan dirinya, tetapi melakukan modifikasi budaya untuk membuat

lingkungan barunya itu sesuai terhadap dirinya sendiri.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

12

Strategi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1092), strategi adalah

rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran. Sejalan

dengan pengertian itu, Stephanie K. Marrus mendefinisikan strategi sebagai

suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada

tujuan panjang organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Umar, 2008:31). Dalam

penelitian ini, strategi disandingkan dengan adaptasi yang berarti rencana para

wanita Islam beradaptasi disertai penyusunan cara atau upaya untuk diterima

di lingkungan keluarga suami.

Wanita

Wanita merupakan perempuan yang sudah menginjak fase dewasa.

Umumnya perkawinan terjadi pada fase ini. Suwardi Endraswara dalam

Falsafah Hidup Jawa (2003:56), kata wanita berasal dari tembung camboran,

khususnya jarwadhosok, dari perkataan wani ing tata. Artinya seorang wanita

harus dapat mengatur segala sesuatu yang dihadapinya, khususnya di dalam

rumah tangga. Secara umum, wanita memiliki bentuk tubuh yang menonjol

serta menampakkan garis-garis melingkar atau bulat (Tim Pusat

Pendampingan Keluarga KAS, 2007:40). Hal ini mencerminkan karakter

seorang yang cenderung lembut dan halus.

Wanita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informan utama.

Para informan tersebut berasal dari Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dan

kawin dengan pria Hindu asal Bali. Sebagai istri orang Bali, para informan

patut menjalankan tradisi orang Bali dan agama Hindu. Oleh karena itu, para

wanita yang dipilih menjadi informan ialah wanita yang sudah berhasil

menyatu dalam tradisi Bali dan agama Hindu.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

13

Agama Islam

Nama agama Islam berasal dari kata Salam yang berarti damai dan

dapat pula berarti menyerahkan diri. Huston Smith (2001:254) menyimpulkan

keseluruhan pengertian yang dikandung nama ini adalah kedamaian sempurna

yang terwujud jika hidup seseorang diserahkan kepada Allah. Sebagaimana

halnya agama luhur lainnya, segala sesuatu dalam Islam berpusat pada

kenyataan utama, yaitu Tuhan atau Allah.

Dalam penelitian ini, agama Islam merupakan agama pertama yang

dianut oleh para informan. Pemaparan latar belakang di atas telah disebutkan

bahwa pemeluk Islam mendominasi Jawa, maka asal daerah informan dibatasi

dari dua provinsi di Pulau Jawa yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari sisi

kesukuan, informan yang dipilih merupakan suku bangsa Jawa dan Madura

yang berasal dari dua provinsi tersebut.

Keluarga Suami

Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak-saudara

yang memiliki tanggung jawab atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya. Ia terdiri dari sekelompok orang

yang memiliki hubungan darah, tali perkawinan atau adopsi dan yang hidup

bersama-sama untuk periode waktu yang tidak terbatas (Cohen, 1983:172).

Sementara itu, suami adalah pasangan dari istri. Dalam hal pengistilahan ini,

istri adalah wanita Islam dan suami adalah pria Hindu. Maka keluarga suami

yang dimaksudkan adalah pertalian sanak saudara kepunyaan suami informan

penelitian ini, keluarga pria Hindu. Keluarga suami difokuskan pada keluarga

luas suami sebatas suami, anak, mertua dan para ipar.

Perkawinan Amalgamasi

Goodenough dalam Keesing (1981:6) perkawinan adalah suatu

transaksi yang menghasilkan suatu kontrak di mana seseorang (pria atau

wanita, korporatif atau individual, secara pribadi atau melalui wakil) memiliki

hak secara terus-menerus untuk menggauli seorang wanita secara seksual –

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

14

hak ini mempunyai prioritas atas hak untuk menggauli secara seksual yang

sedang dimiliki atau yang kemudian diperoleh oleh orang-orang lain terhadap

wanita tersebut (kecuali yang melalui transaksi semacam), sampai kontrak

hasil transaksi itu berakhir dan wanita yang bersangkutan dianggap memenuhi

syarat untuk melahirkan anak. Koentjaraningrat (1981:90) turut memberikan

penjelasan mengenai perkawinan ditinjau dari sudut pandang kebudayaan

manusia. Ia menyatakan perkawinan merupakan pengatur kelakuan manusia

yang bersangkut paut dengan kehidupan seksnya, ialah kelakuan-kelakuan

seks, terutama persetubuhan.

Perkawinan amalgamasi adalah proses terjadinya perkawinan

campuran dalam frekuensi tinggi; artinya perkawinan antara pihak-pihak yang

berbeda kebudayaan, berbeda pola perilakunya, dan berbeda golongannya.

Istilah lainnya ialah asimilasi perkawinan (Hasjir, 1984:9). Menurut

ensiklopedia politika (Cahyono, 1982:29) biasanya perkawinan tersebut

dilakukan oleh seseorang dari golongan minoritas dengan seorang dari

golongan mayoritas. Penelitian ini merujuk pada kasus amalgamasi suku

bangsa dan agama, dalam hal ini suku bangsa Bali beragama Hindu dan suku

bangsa Jawa dan Madura beragama Islam. Jika ditinjau berdasarkan pola

menetapnya maka suku bangsa Bali menjadi golongan mayoritas. Sebaliknya,

suku bangsa Jawa dan Madura menjadi golongan minoritas di Bali.

Pria

Pria adalah laki-laki yang telah menginjak fase dewasa. Sama dengan

wanita, pada fase ini, pria dianggap telah siap melangsungkan perkawinan dan

selanjutnya hidup berumah tangga. Pria memiliki bentuk tubuh yang

menonjolkan garis lurus, tegak, kuat dan penuh otot-otot kekar (Tim Pusat

Pendampingan Keluarga KAS, 2007:40). Bentuk-bentuk tersebut

mencerminkan karakter pria yang perkasa dan kuat. Tentu saja bertolak

belakang dengan karakter wanita. Oleh karena itu, pada masyarakat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

15

kebanyakan mendaulat pria sebagai kepala keluarga dengan sistem patrilinear.

Pria diharapkan mampu menjadi pelindung wanita termasuk keluarganya.

Pria dalam penelitian ini adalah suami informan yang berasal dari Bali

dan beragama Hindu. Asal daerah suami informan beragam untuk

menunjukkan perbedaan proses adaptasi yang dijalani masing-masing

informan. Suami informan berasal dari Kota Denpasar, Kabupaten

Karangasem, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Buleleng.

Agama Hindu

Semua ajaran Agama Hindu diorangi oleh ajaran Weda, walaupun

sering dalam bentuknya berbeda-beda di berbagai tempat. Dari Wedalah

semua ajaran Agama Hindu mengalir. Weda dan kitab-kitab cabang dari

Weda menyebut Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai nama. Tuhan Yang

Maha Esa, Hyang Widhi Wasa disebut dengan ribuan nama, Brahma

Sahasranama, Wisnu Sahasranama, Siwa Sahasranama. Kata sahasra berarti

seribu. Walaupun disebut dengan ribuan nama, sesungguhnya Beliau adalah

Maha Esa. Penamaan yang beraneka ragam yang memuji dan

mengungkapkan-Nya adalah keterbatasan manusia untuk membayangkan

Tuhan Yang Maha Tidak Terbatas itu (Titib, 1994:16).

Dasar keyakinan Agama Hindu dijabarkan dalam Panca Sraddha.

Panca berarti lima dan Sraddha berarti kepercayaan atau keyakinan. Kelima

keyakinan tersebut meliputi Brahman (keyakinan terhadap Tuhan), Atman

(keyakinan terhadap Atman), Karmaphala (keyakinan terhadap hukum

Karma), Punarbhawa atau Samsara (keyakinan terhadap penjelmaan kembali)

dan Moksa (keyakinan terhadap bersatunya Atman dengan Brahman)

(http://babadbali.com diakses 19 Desember 2013). Agama Hindu berkembang

bersamaan dengan tradisi setempat. Begitu pula di Bali, agama Hindu tidak

lepas dari tradisi orang Bali. Sehingga, jika seseorang mengonversikan

agamanya menjadi agama Hindu, kemudian perlahan mengonversikan

tradisinya menjadi tradisi setempat. Dalam penelitian ini, suami informan

yang dipilih tidak hanya berasal dari Bali tetapi juga menganut agama Hindu.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

16

Sesuai dengan ajaran agama Hindu, informan harus mengonversi agama agar

sama dengan suaminya.

Bali

Provinsi Bali merupakan salah satu dari 34 provinsi di Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Bali terletak di wilayah Indonesia bagian

tengah. Suku bangsa Bali sebagai suku bangsa yang mendominasi wilayah

Bali. Dalam perkembangannya, Bali menjadi tujuan banyak orang dari

berbagai dunia untuk berwisata atau bekerja. Tak heran jika banyak pendatang

yang kini tinggal di Bali. Data dari situs http://beritabali.com menyebutkan

jumlah penduduk yang masuk ke Bali melalui pelabuhan Gilimanuk sebanyak

4173 orang pada tahun 2012. Jumlah pendatang yang tinggi membuat

interaksi antara orang Bali dan Jawa juga meningkat hingga hubungan

perkawinan. Dalam penelitian ini, Bali merupakan lokasi penelitian di mana

perkawinan amalgamasi wanita Islam dan pria Hindu terjadi.

Dampak

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:234) mendefinisikan dampak

sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat. Segala upaya yang

dilakukan para wanita Islam untuk beradaptasi pasti akan menimbulkan

dampak dalam kehidupannya. Penelitian ini turut mengungkap dampak-

dampak yang timbul setelah para wanita Islam berbaur dan beradaptasi di

dalam lingkungan keluarga suami.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

17

1.5 Model Penelitian

Penjelasan Model:

Pusat dari keseluruhan penelitian ini berawal dari fenomena perkawinan

wanita Islam dan pria Hindu di Bali. Latar belakang budaya Bali keluarga

suaminya yang sangat kuat menyebabkan wanita Islam harus mengikuti tata

aturan orang Bali. Wanita tersebut juga harus masuk agama Hindu sesuai dengan

keyakinan yang dianut suaminya. Agar dapat diterima sebagai orang Bali, wanita

ini melewati proses adaptasi. Proses ini dilakukan untuk mendalami agama dan

tradisi serta kebiasaan yang berbeda dari sebelumnya. Adaptasi dikaji melalui tiga

konsep kunci yang dilakukan oleh para wanita Islam, yaitu “perilaku adaptif”,

“tindakan strategis” dan “strategi adaptif”.

Ada berbagai strategi adaptasi yang dilakukan, seperti strategi adaptasi

terhadap Bahasa Bali, makanan, banten, pakaian dan sistem sosial menyama

braya. Lima hal tersebut merupakan batu sandungan paling umum ditemui dalam

proses adaptasi para wanita Islam yang kawin dengan pria Hindu di Bali.

Meskipun para wanita tersebut memiliki masalah yang sama, strategi adaptasi

yang dilakukan belum tentu sama. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang

keluarga wanita itu dan suaminya, pendidikan, pekerjaan dan usia perkawinan.

Wanita Islam

Keluarga Suami

Dampak Adaptasi

Budaya Bali

Strategi Adaptasi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

18

Dalam penelitian ini, pengaruh-pengaruh tersebut dituangkan ke dalam faktor-

faktor pendorong dan penghambat yang mewarnai perjalanan wanita tersebut

beradaptasi.

Proses adaptasi wajib dilakukan untuk memperoleh kedudukan dan

peranan dalam keluarga suami. Kedudukan dan peranan menunjukkan

keberhasilan para wanita Islam melebur dirinya sebagai orang Bali. Mereka telah

mampu menjadikan dirinya sejajar dengan orang Bali lainnya, setidaknya di

dalam keluarga suaminya. Hal ini merupakan dampak dari proses adaptasi yang

telah dilakukan. Perubahan kehidupan dan budaya mendorong wanita tersebut

untuk mengubah pandangan dan kebiasaan. Tujuan akhirnya ialah membangun

keluarga harmonis. Dalam konteks penelitian ini, keluarga harmonis merupakan

keluarga yang berjalan sesuai dengan fungsi-fungsi keluarga serta melakoni

peran-perannya sesuai dengan budaya Bali.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Lokasi Penelitian

Belum ada instansi atau penelitian yang menyajikan data jumlah

perkawinan antaragama di Bali, khususnya perkawinan agama Islam dengan

agama Hindu di Bali. Hal ini menyebabkan peneliti sulit menentukan batasan

lokasi penelitian yang sering mengadakan perkawinan seperti ini. Maka dari

itu, penelitian ini menyesuaikan lokasi penelitian dengan lokasi informan

berada. Robert K. Yin (2013:56) menyebutkan bagian utama dalam penelitian

multikasus yaitu logika “replika”. Replika yang dimaksud adalah para wanita

Islam yang mengalami perkawinan amalgamasi dengan pria Hindu di Bali

tanpa dibatasi lokasi tertentu. Berdasarkan informan yang telah ditentukan,

ada dua lokasi utama sebagai tempat tinggal informan saat ini yaitu Kota

Denpasar dan Kabupaten Gianyar.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

19

1.6.2 Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Menurut Suwardi Endraswara (2006:115) teknik

purposive sampling artinya sampel yang bertujuan. Penyampelan dilakukan

dengan menyesuaikan gagasan, asumsi, sasaran, tujuan, manfaat yang hendak

dicapai oleh peneliti. Demi perolehan data yang sesuai dengan tujuan

penelitian, maka informan yang dipilih adalah wanita-wanita yang

sebelumnya beragama Islam. Mereka kawin dengan pria suku bangsa Bali

yang beragama Hindu. Informan berasal dari Provinsi Jawa Tengah dan Jawa

Timur, wilayah yang menjadi dominasi suku bangsa Jawa dan agama Islam di

Indonesia. Informan yang dipilih adalah empat wanita yang turut aktif

melakukan kegiatan sehari-hari selayaknya orang Bali. Dalam penelitian ini,

informan merupakan wanita dari suku bangsa Jawa dan Madura.

Alasan pemilihan empat informan tersebut adalah jumlah informan

mewakili catur warna yang merupakan golongan suami informan. Catur warna

yang dimaksud adalah Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra. Kemudian,

peneliti memetakan beberapa indikator antarinforman untuk meneliti kasus

secara mendalam. Keempat informan memiliki latar belakang yang beragam.

Indikator tersebut adalah asal daerah, tingkat pendidikan, warna suami,

pekerjaan saat ini dan usia perkawinan. Indikator tersebut digunakan peneliti

untuk melihat pengaruhnya dalam cara-cara informan beradaptasi dalam

kehidupannya sebagai orang Bali.

1.6.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif yang ditunjang

dengan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari informasi yang dilontarkan

oleh informan. Dalam tradisi kualitatif (Endraswara, 2003:15) peneliti sebagai

instrumen pengumpul data, mengikuti asumsi kutural dan mengikuti data.

Sehingga, peneliti akan lebih fleksibel dan reflektif tetapi tetap mengambil

jarak. Data kualitatif ini merupakan data primer dalam penelitian ini berupa

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

20

wawancara pengalaman informan. Sementara itu, data kuantitatif bersifat

sekunder untuk mendukung data kualitatif berupa hasil penelitian yang serupa

dengan penelitian ini dan data kepustakaan.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri atas pengumpulan data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data ini dilakukan dengan beberapa metode, sehingga

pengumpulan data penelitian menjadi lengkap.

Metode Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan di lokasi penelitian disesuaikan

dengan tempat informan. Endraswara (2006:138) menyebutkan pengamatan

berperan serta menghendaki peneliti memasuki wilayah penelitian dan

mengungkap data sampai sekecil-kecilnya. Pengamatan ini berfungsi sebagai

informasi awal bagi peneliti sebelum melakukan metode wawancara. Peneliti

telah melakukan observasi di rumah dan tempat kerja informan beberapa kali

untuk menjalin keakraban agar informan merasa nyaman menceritakan

pengalamannya.

Metode Wawancara

Wawancara berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara

adalah a conversation with purpose (Endraswara, 2006:151) atau percakapan

dengan tujuan tertentu. Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan

mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu

masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu (Koentjaraningrat, 1989:129).

Adapun dua metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

wawancara biasa dan wawancara mendalam. Wawancara biasa digunakan

untuk menggali informasi awal dan pendukung pada informan. Sementara itu,

wawancara mendalam diaplikasikan pada informan kunci atau key informan

dengan menggali informasi yang lebih mendalam. Wawancara dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

21

penelitian ini lebih banyak dilakukan dengan para wanita Islam yang kawin

dengan pria Hindu di Bali sebagai informan utama. Wawancara juga

dilakukan dengan orang-orang di sekitar informan untuk memperoleh

informasi pendukung, yaitu anak, suami, mertua dan anggota keluarga

lainnya.

Metode Life History

Metode ini menggunakan data pengalaman individu (individual’s life

history) sebagai bahan analisis. Koentjaraningrat (1989:158) mengungkapkan

data pengalaman individu merupakan bahan keterangan mengenai apa yang

dialami oleh individu-individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat

yang sedang menjadi obyek penelitian. Metode ini mengarahkan peneliti

untuk memperoleh suatu pandangan dari dalam, melalui reaksi, tanggapan,

interpretasi dan penglihatan para informan mengenai strategi adaptasi yang

bersangkutan. Metode life history dalam penelitian ini mengacu pada cerita

tentang pengalaman wanita Islam saat awal pertemuan dengan suami hingga

saat penelitian ini dilakukan. Hal ini turut menentukan cara-cara wanita Islam

beradaptasi sebagai orang Bali.

Metode Kepustakaan

Riset kepustakaan merupakan pengumpulan data melalui sumber-

sumber informasi yang sudah ada dalam bentuk buku, tulisan, artikel dan

sebagainya. Idealnya, sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset

pustaka dan lapangan dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Riset

pustaka tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau

buku-buku. Riset pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan

metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah

bahan penelitian (Zed, 2008:3). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan riset

kepustakaan melalui berbagai buku dan situs internet untuk memperoleh data

pendukung.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I Pendahuluan.pdfbagi manusia. Menurut Maslow dalam Dewi (2006:68-70) kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial adalah

22

Metode Dokumentasi

Penelitian ini turut dilengkapi dengan dokumentasi dalam bentuk foto

dan rekaman video. Beberapa foto di antaranya adalah foto perkawinan, foto

close up, foto kegiatan informan. Rekaman video digabungkan menjadi

sebuah film pendek. Dokumentasi merupakan bagian dari data visual yang

bersifat sekunder. Peneliti mengharapkan penelitian ini menjadi suatu

kesatuan yang lengkap dengan data yang memadai, sehingga mampu

menggambarkan situasi informan dengan jelas.

1.6.5 Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah data-data yang telah

terkumpul, baik dengan metode observasi, wawancara, kepustakaan dan

dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dalam

mengorganisasikan data penelitian. Robert K. Yin (2013:137-138)

menjelaskan analisis deskriptif merupakan salah satu strategi umum analisis

studi kasus. Analisis deskriptif membantu pengidenttifikasian dan

pemamparan kasus perkawinan amalgamasi dengan apa adanya, dalam hal ini

amalgamasi wanita Islam dan pria Hindu di Bali Penelitian ini

mendeskripsikan ragam strategi adaptasi wanita Islam saat kawin dengan pria

Hindu di Bali serta berbagai dampak yang ditimbulkan ke dalam kehidupan

wanita itu.