bab ii tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 2) abraham h. maslow dengan teori hirarki...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian motivasi Menurut Efendi (dalam Badeni, 2013) motivasi diartikan sebagai faktor- faktor yang mengarahkan dan mendorong prilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang kuat atau lemah. Menurut Terry G (dalam Notoatmodjo, 2009), motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (prilaku). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan (Mangkunegara, 2007). Motivasi yang tepat, para karyawan akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, kepentingan-kepentingan pribadi para anggota organisasi tersebut akan terpelihara pula (Siagian,2008). Heidjrachman dan Husnan (dalam Rokhilah, 2014) membagi motivasi menjadi dua, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah proses mempengaruhi orang dengan memberikan kemungkinan mendapatkan hadiah sementara motivasi negatif adalah proses mempengaruhi seseorang melalui kekuatan ketakutan seperti kehilangan pengakuan, uang atau jabatan. Sedangkan menurut Nawawi (dalam Rokhilah, 2014), ada dua bentuk motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Motivasi

    2.1.1 Pengertian motivasi

    Menurut Efendi (dalam Badeni, 2013) motivasi diartikan sebagai faktor-

    faktor yang mengarahkan dan mendorong prilaku atau keinginan seseorang untuk

    melakukan sesuatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang kuat atau

    lemah. Menurut Terry G (dalam Notoatmodjo, 2009), motivasi adalah keinginan

    yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan

    perbuatan-perbuatan (prilaku).

    Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan

    yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan

    (Mangkunegara, 2007). Motivasi yang tepat, para karyawan akan terdorong untuk

    berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena meyakini bahwa

    dengan keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya,

    kepentingan-kepentingan pribadi para anggota organisasi tersebut akan terpelihara

    pula (Siagian,2008).

    Heidjrachman dan Husnan (dalam Rokhilah, 2014) membagi motivasi

    menjadi dua, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah

    proses mempengaruhi orang dengan memberikan kemungkinan mendapatkan hadiah

    sementara motivasi negatif adalah proses mempengaruhi seseorang melalui kekuatan

    ketakutan seperti kehilangan pengakuan, uang atau jabatan. Sedangkan menurut

    Nawawi (dalam Rokhilah, 2014), ada dua bentuk motivasi yaitu motivasi intrinsik

    dan motivasi ekstrinsik.

  • Dari beberapa pendapat dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

    adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu

    pekerjaan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi

    yang baik, diharapkan tujuan suatu organisasi dapat tercapai secara efektif dan

    efisien.

    2.1.2 Teori-teori motivasi

    Banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang merumuskan teori

    motivasi. Menurut Sutrisno (2009), teori motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua

    aspek yaitu teori kepuasan dan motivasi proses.

    1. Teori kepuasan

    Teori ini mendasarkan pada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang

    menyebabkan bertindak dan berprilaku dengan cara tertentu. Adapun beberapa

    tokoh yang mempelopori dari teori kepuasan yaitu sebagai berikut:

    1) F.W. Taylor dengan Teori Motivasi Konvensional

    F.W.Taylor memfokuskan teorinya pada anggapan bahwa keimginan untuk

    pemenuhan kebutuhannya yang menyebabkan orang mau bekerja keras.

    Seseorang akan mau atau tidak mau berbuat oleh karena ada atau tidaknya

    imbalan yang akan diperoleh yang bersangkutan.

    2) Abraham H. Maslow dengan Teori Hirarki

    Maslow berpendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki

    kebutuhan, yaitu:

    a. Kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan dan papan

    b. Kebutuhan keamanan, tidak hanya dalam arti fisik akan tetapi juga

    mental psikologis dan intelektual

  • c. Kebutuhan sosial atau afiliasi dengan orang lain antara lain kebutuhan

    akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia hidup, kebutuhan

    akan perasaan dihormati karena setiap orang merasa dirinya penting.

    d. Kebutuhan prestise (penghargaan) yang pada umumnya tercermin dalam

    berbagai simbol-simbol status. Semakin tinggi status dan kedudukan

    seseorang dalam organisasi, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan

    pengakuan diri yang bersangkutan.

    e. Kebutuhan aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi

    seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya

    sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Untuk memenuhi

    kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak atas kesadaran

    sendiri.

    3) David McClelland dengan Teori Motivasi Prestasi

    Menurut teori ini, terdapat tiga komponen dasar yang dapat digunakan untuk

    memotivasi orang bekerja yaitu Need for achievement (kebutuhan untuk

    berprestasi), Need for affilation (kebutuhan berafilasi), Need for power

    (kebutuhan untuk menguasai).

    4) Frederic Hezberg dengan Teori Model dan Faktor

    Teori ini menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi

    seseorang untuk bekerja yaitu:

    a. Faktor pemeliharaan merupakan faktor yang berhubungan dengan

    hakikat manusia yang memeperoleh ketentraman badaniah. Faktor-faktor

    ini meliputi : gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang

    menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas dan berbagai macam tunjangan

    lainnya.

  • b. Faktor motivasi yaitu faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang

    bersumber dari dalam diri seseorang (intrinsik). Faktor motivator ini

    diantaranya : kepuasan kerja, prestasi yang diraih, peluang untuk maju,

    pengakuan orang lain, kemungkinan pengembangan karir, tanggung

    jawab.

    5) Clayton P. Alderfer dengan Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)

    Teori ini merupakan modifikasi dari teori Maslow, dalam teori ini kebutuhan

    seseorang dibagi menjadi tiga yaitu:

    a. Existence (Keberadaan) adalah merupakan kebutuhan psikologis meliputi

    rasa lapar, haus, tidur serta kebutuhan rasa aman.

    b. Relatedness (Kekerabatan) merupakan keterkaitan seseorang dengan

    lingkungn sosial. Kebutuhan ini sebanding dengan kebutuhan rasa aman,

    kebutuhan sosial serta sebagian kebutuhan prestise dalam teori Maslow.

    c. Growth (Pertumbuhan) merupakan kebutuhan pengembangan potensi

    diri seseorang misalnya pertumbuhan kreativitas dan pribadi. Kebutuhan

    ini sebandingan dengan kebutuhan harga diri dari teori Maslow.

    6) Douglas Mc Gregor dengan Teori X dan Y

    Prinsif teori x memperlihatkan sisi negatif dari prilaku masusia seperti malas

    dan tidak suka bekerja, kurang bisa bekerja keras, mementingkan diri sendiri,

    kurang suka menerima perubahan. Teori X merupakan kebalikan dari teori

    Y, dimana teori ini memandang prilaku manusia secara optimis misalnya :

    rajin, aktif, mau mencapai prestasi bisa kondisi kondusif, sebenarnya mereka

    dapat produktif, dapat berkembang bila diberi kesempatan yang lebih besar.

  • 2. Motivasi proses

    Teori–teori proses berusaha menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan,

    mengarahkan, memelihara dan menghentikan prilaku individu agar setiap

    individu bekerja bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Adapun

    beberapa teori motivasi proses antara lain:

    1) Teori harapan (Expectacy Theory)

    Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang bekerja

    dengan giat berhubungan timbal balik dengan apa yang ingin dicapai dari

    hasil pekerjaan tersebut. Teori ini didasarkan pada harapan, nilai dan

    pertautan.

    2) Teori keadilan (Equity Theory)

    Teori ini menekankan bahwa ego manusia selalu mendambakan keadilan

    dalam pemberian hadiah atau hukuman terhadap setiap prilaku yang sama.

    3) Teori pengukuhan (Reinforcement Theory)

    Teori pengukuhan didasari oleh adanya hubungan sebab akibat prilaku

    dengan pemberian kompensasi. Misalnya promosi bergantung pada prestasi

    yang selalu dapat dipertahankan.

    2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi

    Menurut Sutrisno (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua

    yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi

    pemberian motivasi adalah : keinginan untuk hidup, keinginan untuk memiliki,

    keinginan untuk memperoleh penghargaan, keinginan untuk memperoleh pengakuan,

    keinginan untuk berkuasa. Faktor eksternal terdiri dari : kondisi kerja, kompensasi

    memadai, supervisi yang baik, adanya jaminan pekerjaan, adanya jaminan pekerjaan,

    status dan tanggung jawab serta peraturan yang fleksibel.

  • 2.1.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian motivasi

    Seorang pemimpin, hendaknya dapat memberikan motivasi kepada

    karyawannya agar dapat meningkatkan volume dan mutu pekerjaan. Adapun hal-hal

    yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin dalam memberikan motivasi kepada

    bawahannya diantaranya yaitu memahami prilaku bawahan, harus berbuat dan

    berprilaku realistis, memahami bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang

    berbeda, mampu menggunakan keahlian, pemberian motivasi harus mengacu pada

    orang, harus memberikan keteladanan (Sutrisno,2009).

    Menurut Hasibuan (dalam Notoatmodjo 2009) motivasi di suatu organisasi

    mempunyai maksud dan tujuan yang sangat luas dalam rangka pengembangan

    organisasi tersebut, antara lain sebagai berikut :

    1. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai

    2. Meningkatkan kepuasan karyawan yang akhirnya akan dapat meningkatkan

    kinerja karyawan

    3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

    4. Meningkatkan loyalitas dan integritas karyawan

    5. Meningkatkan kedisiplinan karyawan

    6. Meningkatkan kehadiran kerja karyawan

    2.2 Kinerja

    2.2.1Pengertian kinerja

    Kinerja adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja

    seorang karyawan. Dengan demikian kinerja seorang karyawan dapat diukur dari

    hasil kerja, hasil tugas, ataau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu

  • (Notoatmodjo, 2008). Menurut Abdulah (2014), kinerja adalah hasil dari pekerjaan

    organisasi yang dikerjakan oleh karyawan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

    petunjuk, arahan yang diberikan oleh pimpinan, kompetensi dan kemampuan

    karyawan mengembangkan nalarnya dalam bekerja.

    Pendapat diatas juga hampir sama dengan pendapat menurut Mangkunegara.

    Menurut Mangkunegara (2007), kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja

    (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu

    dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

    kepadanya.

    Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil

    kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

    dengan tugas dan fungsinya pada kurun waktu tertentu.

    2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

    Menurut Henry Simamora (dalam Mangkunegara, 2007), kinerja dipengaruhi

    oleh tiga faktor utama diantaranya:

    1. Faktor individual yang terdiri dari:

    1) Kemampuan dan keahlian

    2) Latar belakang

    3) Demografi

    2. Faktor psikologis yang terdiri dari:

    1) Persepsi

    2) Attitude (sikap)

    3) Personality (kepribadian)

    4) Pembelajaran

    5) Motivasi

  • 3. Faktor Organisasi yang terdiri dari:

    1) Sumber daya

    2) Kepemimpinan

    3) Penghargaan

    4) Struktur

    5) Job design (struktur pekerjaan)

    Menurut Mangkunegara (2007), kinerja individu adalah hasil kerja karyawan

    baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah

    ditentukan. Kinerja individu ini akan dapat dicapai bila ada dukungan dari atribut

    individu, upaya kerja (work effort) dan dukungan organisasi. Dengan kata lain,

    kinerja individu adalah hasil :

    1. Attribut individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan sesuatu.

    Atribut individu meliputi faktor individu (kemampuan, keahlian,latar belakang

    serta demografi)dan faktor psikologis meliputi persepsi, attitude, personality,

    pembelajaran dan motivasi

    2. Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan untuk mencapai sesuatu.

    3. Dukungan organisasi, yang memberikan kesempatan untuk berbuat sesuatu.

    Dukungan organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, lingkungan kerja,

    struktur organisasi dan job design.

    Gibson (dalam Notoatmodjo, 2009) menyebutkan bahwa faktor yang

    mempengaruhi kinerjaadalah:

    1. Variabel individu yang meliputi pemahaman terhadap pekerjaannya,

    pengalaman kerja, latar belakang keluarga, tingkat pendidikan,social ekonomi,

    dan factor demografi (umur, jenis kelamin, etnis). Menurut Badeni (2013)

    karakteristik individu terdiri dari usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat

  • pendidikan,status perkawinan,jumlah tanggungan, sosial budaya, kemampuan

    serta kepribadian. Usia lebih tua memiliki pengalaman dan kestabilan emosi

    yang lebih tinggi. Artinya semakin tua maka seseorang akan memiliki kesediaan

    dalam menerima kenyataan, semakin memiliki sikap positif terhadap pekerjaan

    dan semakin memiliki kepuasan kerja (Badeni,2013).

    Masa kerja akan memiliki korelasi dengan pengalaman dalam menyelesaikan

    pekerjaan oleh karena itu masa kerja akan berdampak pada meningkatnya

    kemampuan kerja yang diperoleh, semakin lama masa kerja maka kemampuan

    seseorang akan semakin baik dalam menyelesaikan pekerjaan (Badeni, 2013).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin (2013) yang menyebutkan bahwa

    terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kinerja karyawan.

    Menurut Mowday dalam Wuryanto (2010) wanita sebagai kelompok cenderung

    memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap organisasi dibandingkan laki-laki.

    Namun hasil penelitian J.S Hyde (dalam Badeni, 2013) menyebutkan bahwa

    tidak ada perbedaan yang konsisten antara laki-laki dan wanita dalam

    memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,

    sosiabilitas dan kemampuan belajar.

    Pendidikan adalah suatu upaya untuk mengembangkan potensi manusia

    sehingga memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya alam yang

    tersedia untuk kesejahteraan masyarakat, semakin tinggi pendidikan seseorang

    makin semakin tinggi kemampuan orang tersebut dalam memanfaatkan sumber

    daya yang tersedia (Notoatmodjo, 2009).

    2. Variabel organisasi yang meliputi kepemimpinan, desain pekerjaan, sumber

    daya yang lain, struktur organisasi.

  • 3. Variabel psikologis yang meliputi persepsi terhadap pekerjaan, sikap terhadap

    pekerjaan, motivasi, kepribadian.

    Menurut pendapat Keith Davis (dalam Mangkunegara, 2007), faktor yang

    mempengaruhi kinerja adalah:

    1. Faktor kemampuan (ability)

    Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (Intelegent

    Qustion) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pimpinan dan

    karyawan yang memiliki Intelegent Qustion (IQ) di atas rata-rata (IQ 110-120)

    apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang

    memadai untuk jabatan dan keterampilan dalam mengerjakan pekerjaan sehari –

    hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

    2. Faktor motivasi (motivation)

    Motivasi diartikan sebagai suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi

    kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi

    kerjanya menunjukkan motivasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain

    hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pemimpin, pola

    kepemimpinankerja dan kondisi kerja.

    2.2.3 Penilaian kinerja

    Penilaian kinerja adalah penilaian secara yang dilakukan secara sistematis

    untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi (Mangkunegara,

    2007). Menurut Pengabean (dalam Sutrisno, 2009) penilaian kinerja atau prestasi

    kerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan kembali dan

    evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Proses penilaian prestasi

    ditunjukkan untuk memahami prestasi kerja seseorang. Tujuan ini memerlukan suatu

    proses yaitu serangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Kegiatan-kegiatan itu terdiri

  • dari identifikasi, observasi, pengukuran, dan pengembangan hasil kerja karyawan

    sebuah organisasi.

    Penilaian kinerja sangat penting dilakukan dalam rangka mengembangkan

    sumber daya manusia. Adapun beberapa manfaat dari penilaian kinerja menurut

    Notoatmodjo (2009) adalah sebagai berikut:

    1. Peningkatan prestasi kerja

    Dengan adanya penilaian baik manajer ataupun karyawan memperoleh umpan

    balik dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan mereka.

    2. Kesempatan kerja yang adil

    Dengan adanya penilaian kerja yang akurat akan menjamin setiap karyawan

    akan memperoleh kesempatan menempati posisi pekerjaan sesui dengan

    kemampuannya.

    3. Kebutuhan kebutuhan pelatihan pengembangan

    Melalui penilaian kinerja akan dideteksi karyawan-karyawan yang

    kemampuannya rendah dan kemampuan memungkinkan adanya program

    pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

    4. Penyesuaian kompensasi

    Penilaian kinerja dapat membantu para manajer ntuk mengambil keputusan

    dalam menentukan perbaikan pemberian kompensasi, gaji, bonus dan

    sebagainya.

    5. Keputusan-keputusasn promosi dan demosi

    Hasil penilaian prestasi kerja dapat digunakan untuk mengambil keputusan

    untuk mempromosikan karyawan yang berprestasi yang baik dan demosi untuk

    karyawan yang berprestasi kurang baik atau jelek

  • 6. Kesalahan –kesalahan desain pekerjaan

    Hasil penilaian prestasi kerja dapat digunakan untuk menilai desain kerja.

    7. Penyimpangan-penyimpangan proses rekruitment dan seleksi

    Penilaian kerja dapat digunakan untuk menilai proses rekruitment dan seleksi

    karyawan yang telah lalu.

    Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan beberapa metode, menurut

    Notoatmodjo (2009), penilaian prestasi kerja atau kinerja pada umumnya

    dikelompokkan menjadi dua macam yaitu penilaian yang berorientasi waktu yang

    lalu dan penilaian yang berorientasi waktu yang akan datang.

    1. Metode penilaian yang berorientasi waktu yang lalu

    Penilaian prestasi kerja ini didasarkan pada hasil yang telah dicapai oleh

    karyawan selama ini. Metode ini memili kelebihan dalam hal perlakuan terhadap

    kerja yang telah terjadi dan sampai derajat tertentu dapat diukur. Namun adapun

    kelemahan metode ini adalah prestasi kerja pada waktu lalu tidak dapat diubah.

    Teknik-teknik penilaian ini mencakup:

    1) Rating scale, teknik ini dilakukan dengan memberikan tanda skala yang

    sudah ada dengan cara membandingkan antara hasil pekerjaan karyawan

    dengan kriteria yang telah ditentukan tersebut berdasarkan justifikasi penilai

    yang bersangkutan.

    2) Checklist, dalam metode ini penilai hanya memilih pertanyaan-pertanyaan

    yang sudah tersedia yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik-

    karakteristik karyawan.

    3) Metode peristiwa kritis, metode ini didasarkan pada catatan-catatan dari

    pimpinan atau penilai karyawan yang bersangkutan.

  • 4) Metode peninjauan lapangan, metode ini dilakukan dengan cara para penilai

    atau pemimpin melakukan terjun langsung ke lapangan untuk menilai kinerja

    karyawan.

    5) Tes prestasi, metode penilaian ini dilakukan dengan mengadakan tes tertulis

    kepada karyawan yang akan dinilai.

    2. Motode penilaian yang berorientasi waktu yang akan datang

    Motode penilaian yang berorientasi waktu yang akan datang memusatkan

    prestasi kerja karyawan saat ini serta penetapan sasaran prestasi kerja dimana

    mendatang. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain:

    1) Penilaian diri (self appraisals), metode penilaian ini menekankan bahwa

    penilaian prestasi kerja karyawan dinilai oleh karyawan itu sendiri.

    2) Pendekatan Management by Objective (MBO), metode ini ditentukan

    bersama sama antara penilai atau pimpinan dengan karyawan yang akan

    dinilai.

    3) Penilaian psikologis, metode ini dilakukan dengan wawancara mendalam,

    diskusi atau tes-tes psikologis terhadap karyawan yang akan dinilai.

    4) Teknik pusat penilaian, pusat ini mengembangkan sistem penilaian yang

    baku yang digunakan untuk menilai karyawannya, biasanya dilakukan oleh

    organisasi/perusahaan yang sudah maju.

    2.2.4 Aspek kinerja

    Menurut Hasibuan (2007), aspek –aspek yang dinilai dari kinerja adalah

    sebagai berikut :

  • 1. Kesetiaan

    Dicerminkan oleh kesetiaan karyawan menjaga dan membela organisasi di

    dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak

    bertanggungjawab.

    2. Prestasi kerja

    Menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh

    kerja karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.

    3. Kejujuran

    Menilai kejujuran dalam melakukan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik

    bagi dirinya sendiri ataupun terhadap orang lain.

    4. Kedisiplinan

    Menilai disiplin karyawan dalam memenuhi peraturan-peraturan yang ada dan

    mengerjakan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.

    5. Kreativitas

    Menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk

    menyesuaikan pekerjaannya sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil

    guna.

    6. Kerja sama

    Memilih kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan

    lainnya, vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga

    hasil pekerjaan semakin baik.

    7. Kepemimpinan

    Menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang

    kuat, berwibawadan dapat memotivasi orang lain atau bawahannyauntuk bekerja

    secara efektif.

  • 8. Kepribadian

    Menilai sikap prilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan

    menyenangkan , memperlihatkan sikap baik dan penampilan yang simpatik serta

    wajar dari karyawan tersebut.

    9. Rakarsa

    Menilai kemampuan berfikir secara orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri

    untuk menganalisa, menilai, menciptakan, memberi alasan, mendapatkan

    kesimpulan dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.

    10. Kecakapan

    Menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-

    macam elemen yang semuanya terlibat dalam penyusunan kebijaksanaan dan di

    dalam situasi manajemen.

    11. Tanggung jawab

    Menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan

    kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dapat

    dipergunakannya, prilaku serta hasil kerja dan bawahannya.

    2.3 Petugas Lapangan Keluarga Berencana

    2.3.1 Pengertian PLKB

    Petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) adalah pegawai negeri sipil

    yang berkedudukan di tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan bertugas

    melaksanakan, mengelola, memberi penyuluhan dan menggerakkan masyarakat

    dalam program KB di tingkat desa / kelurahan (Balai Diklat KB)

  • 2.3.2 Mekanisme operasional program kependudukan dan KB

    Terdapat delapan langkah kegiatan sebagai acuan bagi PLKB menurut

    perwakilan BKKBN provinsi Bali (2013) diantaranya adalah sebagai berikut :

    1. Analisa data keluarga dan potensi wilayah

    Substansi kegiatan meliputi: 1) pendataan keluarga/ pemutakhiran data keluarga

    seperti: data tahapan keluarga, data peserta KB per mix kontrasepsi, data

    keluarga yang aktif mengikuti kegiatan BKB,BKR, BKL. Data remaja yang aktif

    mengikuti kegiatan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja, serta data

    unmeet need. 2) Analisa potensi wilayah, meliputi kegiatan .

    2. Pertemuan PLKB

    Substansi kegiatan yang dilakukan diantaranya : melakukan evaluasi kegiatan

    operasional minggu lalu, pembahasan kegiatan operasional minggu berjalan

    serta menyusun rencana kerja minggu berikutnya.

    3. Koordinasi PLKB dengan Puskesmas

    Substansi kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa penyimpanan dan

    ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon), mengirimkan alokon dan

    formulir, menyepakati waktu, tempat dan jenis pelayanan KB yang akan

    dilaksanakan oleh puskesmas pada bulan berjalan dan bulan berikutnya,

    menyelesaikan administrasi penggerakan metode kontrasepsi jangka panjang

    (MKJP), mengambil laporan , melakukan koordinasi rencana pelayanan KB

    keliling.

    4. Rapat koordinasi Kecamatan

    Melakukan evaluasi program kependudukan dan KB(KKB) kecamatan triwulan

    sebelumnya, sinkronisasi program kerja kecamatan bulan berjalan, menyusun

    rencana kerja kegiatan program KKB kecamatan triwulan berikutnya.

  • 5. Rapat koordinasi Desa

    Substansi kegiatan meliputi evaluasi kegiatan program KKB periode tiga bulan

    sebelumnya. Menggalang kesepakatan tentang rencana kerja PLKB bulan

    berjalan serta 2 bulan berikutnya, menyusun program rencana kerja triwulan

    berikutnya.

    6. Pertemuan PLKB dengan PPKBD dan Sub PPKBD serta kader

    Evaluasi hasil kegiatan pelayanan KB; menyepakati pembagian tugas persiapan

    pelaksanaan penyuluhan KB serta menyusun rencana kegiatan berikutnya.

    7. Pelayanan KIE oleh tokoh agama atau tokoh masyarakat, mitra PLKB dan kader

    Substansi kegiatan meliputu: melakukan pelayanan KIE kelompok oleh tokoh

    masyarakat, tokoh agama, mitra PLKB serta pelayanan konseling oleh kader

    KB.

    8. Pelayanan KB dan pembinaan keluarga meliputi BKB, BKR serta BKL

    Melakukan pelayanan KB di klinik KB, puskesmas, puskesmas pembantu;

    pembinaan keluarga dan pelayanan keluarga sejahtera; pembinaan remaja;

    pemberdayaan ekonomi keluarga.

    2.3.3 10 Langkah PLKB

    Dalam menjalankan kegiatannya sehari –hari, PPLKB berpedoman pada 10

    langkah PLKB, yaitu:

    1. Pendekatan tokoh formal

    Menumbuhkan hubungan kerja sama dengan para tokoh formal seperti Camat,

    Kepala Desa/Lurah, untuk mendapatkan dukungan politis dan dukungan

    operasional sesuai dengan peran masing-masing.

  • 2. Pendataan dan pemetaan

    Suatu proses kegiatan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penganalisaan dan

    penyajian data yang bertujuan mengetahui wilayah kerja sebagai bahan

    perencanaan penggarapan kegiatan KB.

    3. Pembentukan kesepakatan

    Suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai kesepakatan

    politis dan teknis penggarapan.

    4. Pendekatan tokoh informal

    Melakukan dan menumbuhkan hubungan kerja dan silaturahmi dengan para

    tokoh informal baik tokoh masyarakat maupun tokoh agama untuk mendapat

    dukungan politis dan operasional dalam penggaparan program KB nasional di

    lapangan.

    5. Pemantapan kesepakatan

    Suatu proses untuk memantapkan tokoh formal dan informal agar berperan aktif

    sesuai dengan hasil kesepakatan dan rencana yang telah diputuskan bersama

    dalam rapat koordinasi KB

    6. Konseling Informasi Edukasi (KIE) oleh tokoh masyarakat

    Mempersiapkan tokoh masyarakat dalam rangka menanamkan pengertian dan

    peningkatan pengetahuan, keterampilan agar mampu melaksanakan program KB

    nasional sesuai dengan kondisi daerah.

    7. Pembentukan grup pelopor

    Suatu kegiatan menyeleksi dan memotivasi keluarga agar menjadi teladan atau

    kader dan berperan aktif dalam pengelolaan program KB nasional.

  • 8. Pelayanan KB

    Suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pelayanan teknis

    kepada sasaran, sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh keluarga,

    baik yang menyangkut kegiatan pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

    kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan

    keluarga.

    9. Pembinaan keluarga

    Pembinaan keluarga melalui kegiatan membimbing, mengarahkan,

    mengaktifkan serta mengembangkan keluarga dalam melaksanakan fungsi-

    fungsi keluarga melalui pembinaan kepada tokoh masyarakat dan institusi

    masyarakat.

    10. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi

    Kegiatan mencatat, melaporkan dan mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang

    telah dilaksanakan di setiap wilayah sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang

    berlaku.

    2.3.4 PLKB di Kabupaten Gianyar

    Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kabupaten Gianyar berada di bawah

    nauangan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana kabupaten

    Gianyar yang terletak di jalan Manik no 3 Gianyar. Badan pemberdayaan Perempuan

    dan Keluarga Berencana memiliki visi terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender

    serta perlindungan perempuan dan anak dan penduduk tumbuh seimbang. Untuk

    mencapai visi tersebut, adapun misi yang dicanangkan adalah:

    1. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak dan menghapus segala

    bentuk kekerasan terhadap perempuan

    2. Meningkatkan kualitas perempuan dan anak

  • 3. Memajukan tingkat kestabilan perempuan dalam proses pembangunan

    4. Memperkuat kelembagaan dan kesadaran masyarakat untuk mewujudkan

    keadilan dan kesetaraan gender.

    5. Mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan

    6. Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

    Badan Perempuan dan Keluarga Berencana memiliki unit pelaksana teknis

    (UPT) yang tersebar di seluruh kecamatan di kabupaten Gianyar. Di setiap unit

    pelaksana teknis terdapat Kepala UPT dan PLKB. Jumlah UPT sebanyak 7 orang

    dan jumlah PLKB di Kabupaten Gianyar secara keseluruhan adalah sebanyak 38

    orang yang seluruhnya merupakan pegawai negeri sipil dan tersebar di 7 kecamatan

    di Kabupaten Gianyar.

    2.4 Hubungan Motivasi dengan Kinerja

    Motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat menyebabkan seseorang

    bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi kerja adalah salah satu

    faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Motivasi kerja karyawan dapat

    dilihat dari kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafilasi, dan kebutuhan akan

    kekuasaan. Sedangkan kinerja karyawan merupakan kesuksesan seseorang dalam

    melakukan suatu pekerjaan (Listyadewi, 2013).

    Menurut Hasibuan (dalam Notoatmodjo,2009), salah satu tujuan dari

    motivasi adalah untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan yang akhirnya nanti

    akan meningkatkan kinerjanya. Motivasi merupakan variabel penting yang perlu

    diperhatikan dalam meningkatkan kinerja karyawannya, semakin kuat dorongan atau

    motivasi, semakin tinggi kinerja karyawan (Mahardika dkk,2012).

  • 2.5 Penelitian-Penelitian Terdahulu

    Penelitian mengenai hubungan motivasi dengan kinerja PLKB sudah pernah

    dilakukan namun dengan metode yang berbeda. Atikah (2009) melakukan penelitian

    Hubungan Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Lapangan KB dalam Pencapaian

    Akseptor Baru di Kabupaten Kendal Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah

    penelitian penjelasan dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling

    menggunakan random sampling, jumlah populasi 83 orang dan sampel berjumlah 36

    orang. Analisis data menggunakan uji Fisher. Kesimpulan yang didapat yaitu

    terdapat hubungan sedang dan positif antara motivasi kerja dan kinerja PLKB dalam

    pencapaian akseptor baru di Kabupaten Kendal.

    Gani (2005), meneliti tentang Korelasi Motivasi dan Kinerja PLKB dengan

    Keberhasilan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

    (UPPKS) di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan teknik sampling stratified

    random sampling, jumlah populasi 116 orang dengan jumlah sampel 51 orang.

    Analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi dan regresi. Kesimpulan yang

    didapat adalah terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi dengan keberhasilan

    kelompok UPPKS, terdapat korelasi antara kinerja dengan keberhasilan kelompok

    UPPKS serta terdapat korelasi secara bersama-sama antara motivasi dan kinerja

    dengan peningkatan kelompok UPPKS di Kota Medan.

    Kedua penelitian di atas menjadi inspirasi penulis untuk membuktikan hasil

    penelitian tersebut yang akan dilaksanakan pada PLKB di kabupaten Gianyar.

    Penulis saat ini ingin melakukan penelitian mengenai “Hubungan Motivasi

    denganKinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana di Kabupaten Gianyar Tahun

    2015”. Penelitian ini berjenis analitik cross sectional. Pupulasi berjumlah 38 Orang

    dan teknik samping yang digunakan adalah teknik sampling jenuh dimana seluruh

  • populasi dijadikan sampel penelitian. Pada penelitian saat ini, variabel independen

    adalah motivasi, sedangkan variabel dependen adalah kinerja PLKB di Kabupaten

    Gianyar. Data pada penelitian saat ini akan dianalisa secara bivariat untuk

    mengetahui hubungan antara motivasi dengan kinerja PLKB, analisis yang

    digunakan adalah uji Chi square.